program studi farmasi fakultas kedokteran dan...

135
i UJI EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL GANGGANG MERAH Gracilaria verrucosa DAN Kappaphycus alvarezii DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA ORAL DAN METODE INDUKSI ALOKSAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Far) Oleh Putri Tsaniah Amalia NIM: 107102001646 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2012

Upload: trinhbao

Post on 13-Jul-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

i

UJI EFEK PENURUNAN GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL

GANGGANG MERAH Gracilaria verrucosa DAN Kappaphycus alvarezii

DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA ORAL DAN METODE

INDUKSI ALOKSAN TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Far)

Oleh

Putri Tsaniah Amalia

NIM: 107102001646

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

ii

Page 3: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

iii

Page 4: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

iv

Page 5: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

v

ABSTRAK

Judul : Uji efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang

(Gracilaria verrucosa) dan (Kappaphycus alvarezii) dengan

metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan.

Telah diuji aktivitas penurunan glukosa darah dari ekstrak etanol Gracilaria

verrucosa dan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii dengan metode toleransi

glukosa oral dan metode induksi aloksan pada tikus putih jantan. Pada metode

toleransi glukosa oral menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada menit

ke-60 hingga menit ke-180. Persentase penurunan yang besar terjadi pada

kelompok dosis 600 mg/kg bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase

penurunan secara berturut-turut, yaitu 36,47 %, 48,52 %, 51,17 %, 47,95 %, dan

60,16 % dan dosis 600 mg/kg bb ekstrak Kappaphyucus alvarezii dengan

persentase 9,69 %, 25,15 %, 35,05 %, 46,78 %, dan 49,85 %. Pada uji ANOVA

kelompok dosis rendah dan dosis sedang Gracilaria verrucosa pada menit ke-60

tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada

metode induksi aloksan, penurunan glukosa darah mulai terjadi pada hari ke-4.

Penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok dosis 1200 mg/kg

bb ekstrak Gracilaria verrucosa dengan persentase penurunan secara berturut,

yaitu 53.66%, 48.08%, dan 70.5%.dan dosis 1200 mg/kg bb Kappaphycus

alvarezii dengan persentase penurunan 71.84%, 72. 2%, 73.8%.Pada uji ANOVA

menunjukkan bahwa kedua ganggang tersebut tidak berbeda secara bermakna

dengan kontrol positif dan kontrol normal pada hari ke-15.

Keyword : diabetes, glukosa darah, aloksan, Gracilaria verrucosa, Kappaphycus

alvarezii

Page 6: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

vi

ABSTRACT

Title : Antidiabetic effect of ethanol extracts of red algae Gracilaria

verrucosa and Kappaphycus alvarezii by oral glucose tolerance method

and alloxan induction method.

Antidiabetic activity of ethanol extracts of Gracilaria verrucosa and

Kappaphycus alvarezii had beenexamined by glucose tolerance method on rats

and on aloxan-induced diabetic mice. In the oral glucose tolerance method

showed the levels of blood glucose are decreased on 60, and 180 minutes after

administration of Gracilaria verrucosa extract at a dose of 600 mg/kg bw, blood

glucose levels are decreased by 36,47%, 48,52%, 51,17%, 47,95% and 60,16%,

while administration of Kappaphycus alvarezii extracts at a dose of 600 mg/kg bw

, blood glucose levels are decreased by 9,69%, 25,15%, 35,05%, 46,78%, and

49,85%. The ANOVA test showed that both of extracts aren’t significantly

different with positive control and normal control. In alloxan induction method,

blood glucose levels are decreased on 4th

– 15th

day. Blood glucose levels are

decreased by 53,66%, 48,08%, and 70,5% at a dose 1200 mg/kg bw of Gracilaria

verrucosa and 71.84%, 72. 2%,and 73.8% at a dose of 1200 mg/kg bw

Kappaphycus alvarezii. The ANOVA test for this method showed that both of

extracts aren’t significantly different with positive control and normal control.

Keywords : antidiabetic, blood glucose, alloxan, Gracilaria verrucosa,

Kappaphycus alvarezii,

Page 7: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

nikmat, karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat

serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat

dan pengikut-Nya yang telah membawa umat-Nya dari zaman kegelapan hingga

zaman yang kaya akan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan teknologi seperti

sekarang ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun judul skripsi ini adalah “Uji Efek penurunan glukosa darah ekstrak

etanol ganggang Gracilaria verrucosa dan Kappaphycus alvarezii dengan

metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka

dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjuddin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

2. DR. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN

Syarif Hidayatullah sekaligus dosen penguji I (pertama) yang telah

memberikan masukan, kritik, saran dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini

dan pelaksanaan penelitian ini.

3. Dr. Azrifitria, M.Si, Aptselaku dosen pembimbing I (pertama) yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk mendidik,

membimbing dan memotivasi kami.

4. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Aptselaku dosen pembimbing II (kedua) yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan buah pikirannya untuk mendidik,

membimbing dan memotivasi kami.

5. Orang tua saya yakni Bpk H. Tanudji dan Ibu Hj. Hafshoh Kurniawati serta

Saudara kandung saya yakni Nissa, Shofa, dan Hanna yang telah memberikan

Page 8: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

viii

spirit, motifasi dan doa kepada kami sehingga tugas akhir ini dapat disusun

dan penelitian pun telah dilaksanakan

6. Teman-teman seperjuangan selama di farmasi yakni Muhardi, Ibel, upi, intan,

regi, dimas, bhanu, kaniya, dan fanny.

7. Muhamad Irwan Prima yang selalu memberi semangat dalam penelitian.

8. Teman-teman satu Kelas Farmasi B yang tetap kompak, peduli, setia kawan,

saling dapat merasakan satu sama lain dan teman-teman Farmasi angkatan

2007 yang ikut serta membantu selama penelitian ini.

9. Kak Eris, Kak Rahmadi,S.Si, Kak Niken, S.Si, Kak Novi, S.Si, Kak Yopi

Mulyana, S.Far, Kak Tiwi, S.Far dan Kak Lisna Fauzia, S.Far yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyediakan tempat (laboratorium),

menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama penelitian.

10. Dosen-dosen Farmasi dan Staf akademik Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan saran dan dukungannya terhadap penelitian yang kami

laksanakan.

11. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan seperti pribahasa berikut “Tidak

ada gading yang tak retak” Oleh karena itu, penulis menerima saran, masukan dan

kritik dari para pembaca untuk memperbaiki kemampuan menulis pada

kesemapatan berikutnya.

Jakarta, Maret 2012

Penulis

Page 9: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................ i

Lembar Persetujuan Skripsi .......................................................... ii

Lembar Pernyataan ........................................................................ iii

Abstrak ............................................................................................. iv

Abstract ............................................................................................ v

KataPengantar ................................................................................ vi

Daftar Isi .......................................................................................... vii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 3

1.3. Hipotesis ................................................................................ 3

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

1.6. Batasan Penelitian.................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput Laut (Gracilaria verrucosa)

2.1.1. Klasifikasi .................................................................. 5

2.1.2. Deskripsi ..................................................................... 5

2.1.3. Kandungan .................................................................. 6

2.1.4. Manfaat Tumbuhan ..................................................... 6

2.2. Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)

2.2.1. Klasifikasi .................................................................. 7

2.2.2. Deskripsi .................................................................... 7

2.2.3. Kandungan .................................................................. 8

2.2.4. Manfaat Tumbuhan ..................................................... 8

2.3. Hewan Uji............................................................................... 8

2.4. Diabetes Mellitus

2.4.1. Pengertian..................................................................... 10

2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus................................... 11

2.4.3. Diagnosis ..................................................................... 11

Page 10: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

x

2.5. Metode Pengujian Diabetes

2.5.1. Metode Uji Toleransi Glukosa Oral ............................ 12

2.5.2. Metode Uji Diabetes Aloksan ..................................... 12

2.6. Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Metode Enzimatik ................................................................. 13

2.7. Terapi Obat ............................................................................ 13

2.8. Acarbose ................................................................................ 16

2.9. Glibenklamid ......................................................................... 17

2.10. Na-CMC .............................................................................. 18

2.11. Aloksan ................................................................................ 19

2.12. Simplisia .............................................................................. 21

2.12.1. Pengelolaan simplisia ................................................ 22

2.13. Ekstraksi .............................................................................. 25

2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut .................... 26

2.13.1.1. Cara dingin ......................................................... 26

2.13.1.2. Cara panas .......................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu penelitian ................................................ 28

3.2. Determinasi tanaman ............................................................. 28

3.3. Pengambilan simplisia ........................................................... 28

3.4. Bahan dan alat ....................................................................... 28

3.5. Pola penelitian ....................................................................... 29

3.6. Pembuatan ekstrak Gracilaria verrucosa danEucheuma alvarezii

3.6.1. Persiapan rumput laut Gracilaria verrucosadan

Kappaphycus alvarezii .......................................................... 29

3.6.2. Ekstraksi ...................................................................... 30

3.6.3. Penapisan fitokimia ..................................................... 30

3.6.4.Pengujian parameter non spesifik ekstrak .................... 33

3.6.5. Penghitungan rendemen .............................................. 34

3.7. Rancangan percobaan ............................................................ 34

3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan ................................. 35

3.7.2. Persiapan Hewan percobaan ...................................... 36

Page 11: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

xi

3.8. Pembuatan sediaan dosis uji .................................................. 36

3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah ..... 37

3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan ................... 38

3.11. Kelompok perlakuan ........................................................... 39

3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah ........................... 43

BAB IV HASIL

4.1. Hasil penelitian ...................................................................... 45

4.1.1. Determinasi tanaman................................................... 45

4.1.2. Ekstraksi ...................................................................... 45

4.1.3. Hasil penapisan fitokimia ........................................... 45

4.1.4. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode

toleransi glukosa oral ............................................................ 46

4.1.5. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada metode

induksi aloksan ...................................................................... 49

BAB V PEMBAHASAN ................................................................. 53

BAB VI KESIMPULAN ................................................................. 60

Daftar Pustaka.................................................................................. 61

Lampiran ......................................................................................... 67

Page 12: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose ................................................ 16

Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid .......................................... 17

Gambar 3. Rumus bangun aloksan ................................................... 19

Gambar 4. Kurva penurunan kadar glukosa darah pada metode

induksi aloksan ................................................................. 45

Gambar 5. Kurva kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan 51

Gambar 6. Kappaphycus alvarezii .................................................... 68

Gambar 7. Gracilaria verrucosa ....................................................... 68

Gambar 8. Tikus putih jantan ............................................................ 68

Gambar 9. Aloksan monohidrat ........................................................ 68

Gambar 10. Ekstrak Gracilaria verrucosa ....................................... 68

Gambar 11. Ekstrak Kappaphycus alvarezii ..................................... 68

Gambar 12. glukotest ........................................................................ 68

Gambar 13. Strip glukotest ............................................................... 68

Gambar 14Saponin ............................................................................ 69

Gambar 15. Flavonoid ...................................................................... 69

Gambar 16. Tanin ............................................................................. 69

Gambar 17Saponin ............................................................................ 69

Gambar 18. Flavonoid ...................................................................... 69

Gambar 19. Tanin ............................................................................. 69

Page 13: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Kegunaan dan konsentrasi Na-CMC ................................... 19

Tabel 2.Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral ... 35

Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan ...................... 35

Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia ................................................... 45

Tabel 5.Kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral .... 46

Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransiglukosa oral .. 47

Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi

aloksan ................................................................................ 49

Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah......................... 50

Tabel 9. Faktor konversi hewan ........................................................ 88

Tabel10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi

glukosa oral ......................................................................... 84

Tabel11. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode induksi

aloksan ................................................................................ 85

Tabel 12.Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan ............................... 86

Tabel 13. Uji Normalitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi

glukosa oral ...................................................................... 91

Tabel 14. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa dengan metode toleransi

glukosa oral ...................................................................... 92

Tabel 15. Uji Anova ekstrak Gracilaria verrucosa .......................... 93

Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrucosa .............. 93

Tabel 17. Uji BNT kelompok ekstrak Gracilaria verrucosa metode

toleransi glukosa oral ........................................................ 94

Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. alvarezii metode

toleransi glukosa oral ........................................................ 103

Tabel 19. Uji Homogenitas ekstrak E.cottonii

metode toleransi glukosa oral ........................................... 104

Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah

pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90 ......................... 105

Tabel 21.Uji Kruskal Wallis Kappaphycus alvarezii pada

metode toleransi glukosa oral ........................................... 106

Page 14: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

xiv

Tabel 22. Uji normalitas K. alvarezii pada metode

induksi aloksan ................................................................. 108

Tabel 23. Uji Homogenitas Gracilaria verrucosa pada metode

induksi aloksan ................................................................. 109

Tabel 24. Uji Kruskal Wallis Gracilaria verrucosa pada metode

induksi aloksan ................................................................. 110

Tabel 25. Uji BNT Gracilaria verrucosa pada metode induksi

aloksan .............................................................................. 110

Tabel 26.Uji normalitas pada K. alvarezii dengan metode

induksi aloksan ................................................................. 116

Tabel 27. Uji Homogenitas K. alvarezii pada metode

induksi aloksan ................................................................. 117

Tabel 28. Uji ANOVA K. alvarezii dengan metode

induksi aloksan ................................................................. 119

Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. alvarezii pada metode

induksi aloksan ................................................................. 119

Tabel 30. Uji BNT K. alvarezii pada metode induksi

aloksan .............................................................................. 129

Page 15: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Bahan dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian .... 68

Lampiran2. Hasil skrining ................................................................ 69

Lampiran 3. Surat Determinasi hewan uji ........................................ 70

Lampiran 4. Surat Determinasi Gracilaria verrucosa ...................... 71

Lampiran 5. Surat Determinasi K. alvarezii ..................................... 72

Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70%

Gracilaria verrucosadan ekstrak etanol Kappaphycus alvarezii ...... 73

Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji ................................... 74

Lampiran8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral ........ 75

Lampiran9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan ..................... 76

Lampiran 10. Perhitungan Dosis ....................................................... 77

Lampiran 11. Pemeriksaan parameter ekstrak .................................. 81

Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah .............. 88

Lampiran 13. Hasil uji statistik ANOVA ......................................... 91

Page 16: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ganggang baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan telah lama

digunakan dalam diet makanan serta obat tradisional di negara-negara Asia

(Faten, 2009). Sejak zaman dulu ganggang telah digunakan manusia sebagai

makanan dan obat-obatan (Winarno, 1996). Banyak metabolit yang diisolasi dari

ganggang laut dan telah terbukti memiliki efek bioaktif (Faten, 2009).

Pada umumnya ganggang dapat dikelompokkan menjadi empat kelas,yaitu

alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat (Phaecophyceae), dan alga merah

(Rhodopyceae). Gracilaria verrucosa dan Eucheuma alvarezii termasuk dalam

kelas Rhodophyceae yang banyak ditemukan di Indonesia terutama Jawa Timur,

Sulawesi, Bali, Maluku dan Irian (Winarno, 1996).

Ganggang dipertimbangkan juga sebagai sumber yang kaya akan

antioksidan. Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan diidentifikasi dari

polifenol, seperti asam fenolik, flavonoid, tannin dan beberapa pigmen, seperti

fukoxantin. Aktivitas biologi dari antioksidan telah diketahui juga sebagai

antiinflamasi, antikoagulan, dan antidiabetes (Fard et al, 2011).

Eucheuma alvarezii dikenal sebagai penghasil karagenan (Astawan, 2004).

Jenis karaginan yang dihasilkan oleh Eucheuma alvarezii adalah kappa karagenan

(Bawa, 2007). Karagenan ini memiliki sifat antimikroba, antiinflamasi, antipiretik,

Page 17: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

2

antikoagulan dan aktivitas biologis lainnya. Eucheuma alvarezii juga mengandung

flavonoid yang banyak dimanfaatkan sebagai antioksidan (Lalopua, 2011).

Gracilaria verrucosa adalah jenis ganggang penghasil agar-agar (Nontji,

2002). Ganggang merah Gracilaria verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan

tak jenuh (Khotimchenko, 2005), prostaglandin (Nevshupova, 1999), glikolipid

(Son, 1990) dan fenolik (Ninan, 2008).

Beberapa ganggang merah telah diteliti dan berpotensi sebagai

antidiabetes, yaitu potensi inhibitor α-glukosidase yang dimurnikan dari

ganggang merah Grateloupia elliptica (Kim et.al, 2008), potensi inhibitor α-

glukosidase dimurnikan dari ganggang merah Polyopes lancifolia (Young, 2010)

dan beberapa penelitian uji aktivitas Gracilaria verrucosa telah dilakukan

juga,yaitu aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang merah

Gracilaria verrucosa ( Ninan, 2008), aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi

semi murni dari Gracilaria verrucosa (Faten,2009).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolism kronis

yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat ,lipid dan protein sebagai insufisiensi fungsi insulin.

Infusiensi insulin juga disebabkan oleh gangguan tau defisiensi produksi insulin

oleh sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang

responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang paling serius dan kronis yang

tingkat insiden meningkat dengan tingkat peningkatan obesitas dan juga dengan

umur populasi umum dunia. Saat ini, diperkirakan 150 juta orang di seluruh dunia

Page 18: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

3

mengidap diabetes dan hal ini akan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2010

dan 300 juta pada tahun 2025 (Kim et al, 2008). Pada penderita diabetes mellitus

ditemukan adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma

pendertita diabetes, maka penderita diabetes memerlukan asupan antioksidan

dalam jumlah besar karena peningkatan radikal bebas akibat hiperglikemia

(Widowati, 2008 ; Setiawan, 2005).

Maka mengingat potensi sebagai antidiabetes pada kedua ganggang

merah metode induksi aloksan sebagai metode yang mendekati keadaan

penderita diabetes. Perlu dilakukan penelitian secara terus menerus untuk

lebih mengetahui seluruh aktivitas yang dapat dilakukan Gracilaria verrucosa

dan Eucheuma alvarezii kemudian mengembangkan penggunannya di bidang

kesehatan.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol

Eucheuma alvarezii dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih.

1.3. Hipotesis

Ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma

alvarezii pada dosis tertentu dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus putih

jantan diabetes yang dibebani glukosa dan diinduksi aloksan.

Page 19: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

4

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh dan potensi pemberian ekstrak etanol

Gracilaria verrucosa dan ekstrak etanol Eucheuma alvarezii terhadap kadar

glukosa darah tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan aloksan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi salah satu

obat alternatif untuk pengobatan diabetes dan menambah informasi tentang

manfaat dari ekstrak ganggang merah dan diharapkan dapat memberikan

sumbangan dalam usaha penemuan obat-obat dari sumber alam.

1.6 Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas penurunan kadar glukosa

darah dari ekstrak etanol Gracilaria verrucosa dan Ekstrak etanol Eucheuma

alvarezii.

Page 20: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gracilaria verrucosa

2.1.1. Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi Gracilaria verrucosa adalah

sebagai berikut :

Klasifikasi

Dunia : plantae

Filum : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Bangsa : Gigartinales

Suku : Gracilariaceae

Marga : Gracilaria

Jenis : Gracilaria verrucosa (HUDSON)

2.1.2. Deskripsi

Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri thallus silindris, halus,licin,pinggir

bergerigi, membentuk rumpun radial seperti umbi tanaman jahe, percabangan

berseling tidak beraturan dan memusat ke arah pangkal. Ukuran thalus panjang

25cm dan diameter thalus 0,5-1,5 mm. Tumbuh melekat pada substrat batu,

umumnya di daerah terumbu karang. Di perairan laut, Gracilaria hidup di daerah

litoral dan sublitoral sampai ke dalam tertentu yang masih dapat ditembus oleh

Page 21: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

6

cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, sungai atau tempat yang

sering terjadi pengadukan yang tinggi akibat pencampuran air tawar dan air laut.

Suhu air yang baik untuk pertumbuhan gracilaria antara 20-28oC. Dengan kisaran

ph 6-9 dan kedalaman air antara 0,5-1,0 m (Anggadiredjo, 2006).

2.1.3. Kandungan

Kandungan phycoerithrin yang terdapat dalam Rhodophyceae

menyebabkan rumput laut tersebut berwarna merah (Komarov, 1999). Gracilaria

verrucosa mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh (Khotimchenko, 2005),

steroid (Idler, 1968), prostaglandin (Nevshupova, 1999), juga glikolipid (Son,

1990) dan fenolik (Ninan, 2008)

2.1.4. Manfaat tumbuhan

Ganggang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat,

misalnya sebagai obat cacingan, obat batuk, obat asma, bronkhitis, pendarahan

hidung dan pengobatan penyakit gangguan akibat kekurangan iodium

(Anggadiredjo, 2006), sebagai antiinflamasi (Dang et al, 2008), antioksidan

(Ninan, 2008).

2.2. Kappahycus alvarezii

2.2.1. Klasifikasi

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi K. alvarezii adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

Page 22: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

7

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Kappahycus

Species : Kappahycus alvarezii (Doty)

2.2.2. Deskripsi

Ganggang jenis ini mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan

thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan),

berwarna cokelat kemerahan, cartilageneus (menyerupai tulang rawan atau muda),

percabangan bersifat alternates (berseling), tidak teratur serta dapat bersifat

dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (system percabangan tiga-

tiga) Rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses

fotosintesa. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup

pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu

mencapainya. Di alam, jenis ini biasanya hidup berkumpul dalam satu komunitas

atau koloni (Anggadiredjo, 2006). K. alvarezii tumbuh dengan baik di daerah

pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut

yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati.

Page 23: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

8

2.2.3. Kandungan

sumber iodium, seng, selenium. dan vitamin seperti vitamin B1, B2, B6,

B12, β–karoten, C dan E.α-karoten, fikoeritrin (Luning, 1990), karaginan

(Winarno, 1996), flavonoid (Fard, 2011).

2.2.4. Manfaat Tumbuhan

Menurunkan kadar kolestrol darah (Hardoko, 2008), antioksidan dan

antiinflamasi (Fard, 2011). Dalam dunia kedokteran dan farmasi, Eucheuma sp.

digunakan sebagai bahan obat asma, bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut,

demam, rematik, antihiperkolesterol, anti kanker.

2.3. Hewan Uji

Klasifikasi hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sharp et

al, 1998):

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Bangsa : Rodentia

Keluarga : Muridae

Anak keluarga : Murinae

Marga : Rattus

Jenis : Rattus Norvegicus

Page 24: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

9

Rattus norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang paling umum dijumpai di

perkotaan. Hasil seleksi terhadap hewan ini banyak digunakan sebagai hewan

percobaan (dikenal sebagai tikus putih) dan sebagai hewan peliharaan dengan

warna bervariasi (Sharp et al, 1998).

Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan dalam penelitian karena

memiliki beberapa kelebihan antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang

sangat besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan memiliki ukuran yang

lebih besar daripada mencit sehingga untuk beberapa percobaan tikus lebih

menguntungkan. Tikus putih (Rattus norvegicus) memperlihatkan masa hamil

yang singkat (21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat

hidup sampai 4 tahun.Seekor tikus putih dewasa membutuhkan 15 gram makanan

dan 20-45 ml air per 100 gram berat badan per hari. Suhu kandang yang

dibutuhkan tikus 18-27 oC dan kelembaban relatif 40-70%.

Ada berbagai galur tikus putih antara lain : Long-Evans, Sprague-Dawley,

dan Wistar. Tikus putih (Rattus novergicus L) galur Wistar mempunyai ciri-ciri :

warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih

pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri : warna tubuh

putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan ekor lebih

panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna

hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan.

2.4. Diabetes Mellitus

2.4.1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah penyakit gula atau kencing manis yang ditandai

dengan kadar glukosa darah melebihi normal (hiperglikemik) akibat tubuh

Page 25: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

10

kekurangan insulin, baik absolute maupun relative. Hiperglikemia timbul karena

penyerapan glukosa ke dalam sel terlambat serta metabolismenya diganggu. Pada

diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke

dalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolism protein dan lemak.

Sebenarnya hiperglikemia sendiri relative tidak berbahaya, kecuali bila hebat

sekali. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat

diuretic osmotic, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya beberapa

elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya

elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi,

maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum(polidipsia). Badan

kehilangan kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul

karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya

pemakaian glukosa di kelenjar itu (Suherman, 2007).

2.4.2. Gejala Klinik Diabetes Mellitus

a. Pada diabetes mellitus (DM) tipe I, gejala klasik yang umum dikeluhkan

adalah poliuria, polidipsia,polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa

lelah,iritabilitas dan pruritis.

b. Pada diabetes mellitus (DM) tipe II, gejala yang dikeluhkan umumnya

hampir tidak ada, tapi DM ini sering kali muncul tanpa diketahui.

Penanganan baru dilakukan beberapa tahun ketika penyakit sudah

berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM tipe II umumnya

lebih mudah terinfeksi dan sukar sembuh dari luka dan umumnya

penderita hipertensi,hiperlipidemia,obesitas dan juga komplikasi pada

pembuluh darah dan syaraf (anonim, 2006).

Page 26: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

11

2.4.3. Diagnosis

Diagnosis klinis DM umumnya akan ada keluhan khas DM berupa

poliuria, polifagia, polidipsia dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan penyebabnya, Keluhan lain yang mungkin disampaikan

penderita antara lain badan terasa lemas, sering kesemutan, gatal-gatal,

mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritis vulvae pada wanita.

Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200mg/dl sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa

>126mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM. Dan

apabila tanpa keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah

abnormal tinggi (hiperglikemia) satu kali saja tidak cukup kuat untuk

menegakkan diagnosis DM. Diperlukan konfirmasi atau pemastian lebih

lanjut dengan mendapatkan paling tidak satu kali lagi kadar gula darah

sewaktu abnormal tinggi (>200mg/dl) pada hari lain, kadar glukosa darah

puasa yang abnormal tinggi (>126mg/dl), atau dari hasil uji toleransi

glukosa oral didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan

>200mg/dl (Suherman, 2007).

2.5. Metode Pengujian Diabetes

2.5.1. Metode uji toleransi Glukosa

Kepada tikus yang telah dipuasakan selama kurang lebih 20-24

jam, diberikan larutan glukosa per oral setengah jam sesudah pemberian

sediaan obatyang diuji. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat,

dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari masing-masing

Page 27: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

12

kelinci sejumlah 0,5 ml sebagai kadar glukosa awal. Pengambilan cuplikan

darah vena diulangi setelah perlauan pada waktu-waktu tertentu.

Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok uji diketahui dengan

membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil dari kelompok control

positif. Semua data dievaluasi secara statistic dengan menggunakan

ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar gula darah

sebagai fungsi dosis dan waktu penentuan kadar gula darah.

2.5.2. Metode uji diabetes aloksan

Induksi diabetes dilakukan pada tikus yang diberi suntikan aloksan

monohidrat dengan dosis 70mg/kg BB. Penyuntikan dilakukan secara

intravena pada ekor tikus. Perkembangan hiperglikemia diperiksa setiap

hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan kadar

glukosa darah dibandingkan terhadapa tikus positif. Perhitungan untuk

kadar glukosa darah dilakukan sama dengan perhitungan untuk tikus.

Semua data dimuat dalam table dan dievaluasi secara statistic dengan

ANOVA dan uji t. Dapat dibuat kurva dosis respons kadar glukosa darah

sebagai fungsi dosis yang diberikan dan waktu pemeriksaan kadar gula

darah.

2.6. Metode pemeriksaan kadar glukosa darah (Baver DJ, 1982)

Metode enzimatik

Kadal glukosa darah diukur dengan metode enzimatik (glukosa oksidase)

menggunakan glukometer Roche. Prinsip kerja penggunaan alat ini yaitu: oksigen

dengan bantuan enzim glukosa oksidase mengkatalis proses oksidasi glukosa

Page 28: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

13

menjadi glukoronat dan hydrogen peroksida. Dalam reaksi yang kedua enzim

peroksidase mengkatalis reaksi oksidasi khromogen (akseptor oksigen yang tidak

berwarna), kemudian oleh hydrogen peroksida membentuk suatu produk

khromogen teroksidasi berwarna biru,yang diukur dengan glukometer. Tes strip

pada glukometer Roche mengandung bahan kimia glukosa oksidase lebih dari

sama 0,8 IU; peroksisase 5,6 IU; garam naftalen asam sulfat 42 mikrogram;dan 3-

metil-2-benzothiazolim hidrazon.

2.7. Terapi Obat

Jika pasien sadar dan dapat menelan dapat diberikan gula, manias atau air

jeruk. Jika pasien tidak sadar, dapat dipakai salah satu cara dari 3 cara berikut ini.

1) Glukosa IV berikanlah 20-50ml glukosa 50% IV dengan perlahan-lahan.

Segera setelah kesadarannya pulih, pemberian makan peroral dapat dimulai.

2) Glukagon 1 mg IM akan memulihkan glukosa darsah ke normal jika cadangan

glikogen hatinya memadai. Pemberian glukosa melalui rectal jika pasien tidak

sadarkan diri dan glukosa IV tidak tersedia, glukosa per rectal dapat

menyelamatkan penderita lalu tambahkan 2 sendok the madu ke dalam 1 pint

(0,568L) air hangat dan berikanlah perlahan-lahan melalui rectum.

3)Obat-oba Hipoglikemik Oral

Obat-obat ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung

insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki dengan hanya diet. Pasien yang

mungkin berespons terhadap obat hipoglikemik oral adalah mereka yang

Page 29: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

14

diabetesnya berkembang setelah berumur 40 tahun dan telah menderita diabetes

kurang dari 5 tahun (Mycek, 2001).

a. Sulfonilurea

Mekanisme kerja sulfonylurea termasuk : merangsang pelepasan insulin

dari sel β pancreas, mengurangi kadar glukagon dalam serum, dan

meningkatkan peningkatkan insulin pada jaringan target dan reseptor

(Mycek, 2001)

Obat-obat golongan sulfonylurea yang biasa digunakan adalah

Tolbutamid tersedia dalam tablet 0,5 g. Berikanlah dosis awal sebesar 2g

sehari dalam dosis terbagi dan turunkanlah dengan cepat ke dosis efektif

minimal. Dosis penunjang rata-rata 0,5 – 1,5g sehari dalam dosis terbagi.

Reaksi toksik jarang terjadi.

Klorpropamid tersedia dalam tablet 100 dan 250 mg dan mempunyai masa

kerja yang jauh lebih lama dari tolbutamid (sampai 3-5hari).

Asetoheksamid tersedia dalam tablet 250mg dan 500 mg dan tolazamid

sebagai tablet 100 mg dan 250 mg. Lama masa kerjanya adalah diantara

lama kerja tolbutamid dan klorpropamid.

b. Derivat biguanid

Mekanisme kerja derivate ini tidak dengan merangsang sekresi insulin

tetapi dengan meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin endogen dan

merangsang glikosis anaerob sehingga glukosa yang masuk ke sel otot

lebih banyak serta merangsang perubahan asam laktat kembali menjadi

glukosa (Ganiswara, 2005)

Page 30: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

15

c. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

Akarbosa menghambat α-glukosidase pada vili-vili usus intestinal (brush

border) sehingga menurunkan absorbs starch dan disakarida. Akibatnya,

gula darah setelah makan akan meningkat. Akarbosa tidak merangsang

pelepasan insulin dari pancreas ataupun meningkatkan kerja insulin di

jaringan perifer (Mycek, 2001).

d. Insulin Sensitizing Agent

Thiazolidiones adalah golongan obat yang dapat mempertinggi sensitivitas

hepatic dan mengurangi resistensi insulin. Efek amping obat ini sangat

minimal yang meliputi retensi cairan. Contoh obat golongan ini adalah

rosiglitazon, dan pioglitazon (Bascher, 1998).

e. Derivat asam benzoate

Strukturnya jelas berasal dari golongan sulfonylurea tetap sama

mekanismenya untuk menstimulasi sekresi insulin. Obat ini didesain untuk

mensekresi waktu makan dan mengntrol waktu makan. Contoh obat ini

adalah : meglitinide dan repaglinide (Bascher, 1998).

Page 31: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

16

2.8. Acarbose (C25H43NO18)

Gambar 1. Rumus Bangun Acarbose

Nama generic : acarbose

Nama dagang : gluvobay tab 50 mg dan 100mg

Dosis sehari : 50-200mg, 3 kali sehari, dimulai dengan dosis kecil. Diminum

sebelum makan dengan sedikit air dan tidak boleh dikunyah.

Mekanisme kerja akarbosa :

Obat ini bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan

karbohidrat menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah setelah makan tidak

meningkat sekaligus. Sisa karbohidrat yang tidak dicernakan dimanfaatkan oleh

bakteri yang ada di usus besar dan ini menyebabkan perut menjadi kembung,

sering buang angin, mencret dan sakit perut. Obat ini tidak diberikan pada

penderita dengan usia kurang dari 18 tahun, gangguan pencernaan kronis, maupun

wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif pada pasien yang banyak makan

karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih dari 180mg/dl (Dalimartha, 1996 ;

Merck Index, 2006).

Page 32: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

17

Efek sampingnya yang paling sering berupa terbentuknya banyak gas di

usus dan kejang usus. Efek-efek ini diakibatkan penumpukan karbohidrat yang

tidak dicerna dalam kolon dan peningkatan penguraiannya oleh flora usus

menghasilkan gas. Selain itu dapat menyebabkan diare pada dosis lebih tinggi dan

bila digunakan bersamaan dengan gula. Biasanya efek ini berkurang dalam waktu

beberapa minggu/ bulan (Windolz, 1983).

2.9. Glibenklamid (Parfitt, 1983)

Gambar 2. Rumus bangun glibenklamid

Sinonim : Glibenklamid (BP), Glyburide, glybenclamide

Rumus Molekul : C23H28C1N3O5S

Bobot Molekul : 494,0

Pemerian : Serbuk Kristal, warna putih, sedikit berbau, sedikit berasa.

Kelarutan : praktis tidapat larut dengan air dan eter. Larut dalam

1:330 alkohol, 1:36 kloroform dan 1:250 metyl alcohol.

Dosis : Dosis 5 mg/hari selama 7 hari, dosis 2,5mg-5mg/ hari

sampai 15 mg/ hari.

Absorpsi : Glibenklamid diabsorpsi dari lambung dan sangat bagus di

protein plasma, dikeluarkan lewat fese dan dimetabolisme di urin. Glibenklamid

adalah golongan sulfonylurea yang mempunyai aksi sama dengan klorpropamid.

Setelah diberikan dosis tunggal dari glibenklamid, gula darah turun 3 jam dan

Page 33: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

18

konsentrasi berkurang kira-kira 15 jam. Pasien yang usia lanjut membutuhkan

dosis yang lebih kecil. Sebagian pasien mengontrol dengan insulin dapat juga

dikontrol dengan glibenklamid.

2.10. Na-CMC (Wade, 1994)

Sinonim : Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium,

cellulose gum USP XXII mendeskripsikan Na-CMC sebagai garam

natrium sodium dari policarboxy metyl ether dari selulosa.

Bobot molekul : 90.000 – 700.000

Pemerian : serbuk warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul

Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene, mudah

terdispersi dalam air pada seluruh temperature membentuk larutan

koloid yang bening.

Stabilitas : Na-CMC stabil, materi higroskopik pada kondisi lembab. Na-

CMC dapat menyerap air dalam kuantitas yang besar pada tablet

hal ini diasosiasikan dengan penurunan kekerasan tablet.

OTT : Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium,

merkuri, seng, xanthan gum.

Aplikasi : Na-CMC biasa digunakan pada formula oral dan topical

Tabel.1 kegunaan dan konsentrasi Na-CMC

Kegunaan Konsentrasi (%)

Emulsi Agent 0,25 – 1,0

Agen pembentuk gel 4,0 – 6,0

Pengikat tablet 1,0 – 6,0

Larutan oral 0,1 – 1,0

2.11. Aloksan

Page 34: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

19

Rumus Molekul : C4H2N2O4

Nama lain : 2,4,5,6(H1,H3)-pyrimidinetetrone 2,4-5,6

tetraoxohexahydropyrimidine,

mesoxalylurea,mesoxalycarbamide

Rumus kimia :

Gambar 3. Rumus bangun aloksan

Injeksi aloksan ke dalam hewan menyebabkan penurunan dari sel β pada

pulau langerhans yang sangat kecil. Sejak sel ini disintesis olehh hormon insulin,

aloksan sering digunakan untuk induksi diabetes pada percobaan hewan (Halliwel

et al, 1999).

Aloksan terdapat dalam tiga bentuk senyawa, yaitu aloksan anhidrat,

aloksan monohidrat, aloksan tetrahidrat. Aloksan mempunyai bentuk hablur

Kristal, tidak berair, warna merah muda pada suhu 230oC dan tidak stabil pada

suhu 256oC. LD50 pada dosis 200mg/kg bb secara intravena.

Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena,

intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65mg/kg

BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (szkudelski,

2001).

Penyimpanan pada suhu rendah dalam wadah tidak tembus cahaya dan

tertutup rapat. Aloksan yang berwarna merah jambu kelarutannya dalam air

Page 35: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

20

berkurang.Hal ini dapat terjadi aloksan disimpan pada suhu kamar dan dibiarkan

kontak dengan udara dengan kelembaban tinggi (Windolz et al, 1983).

Keadaan diabetes permanen pada hewan percobaan dapat dicapai dengan

pemberian dosis aloksan yang optimum. Sebelum mencapai keadaan tersebut,

hewan akan mengalami beberapa tahapan yang fluktuatif dimana terjadi fase

hiperglikemia, fase hipoglikemia dan kadang-kadang secara spontan kembali

normal bahkan dapat terjadi kematian. Adapun fase-fase yang terjadi adalah :

Pertama : Setelah 5 sampai 19 menit pemberian aloksan secara intravena

akan terjadi fase hipoglikemia awal dimana saraf otonom akan mempengaruhi sel

beta pancreas agar melepaskan insulin yang tersimpan sehingga insulin masuk ke

peredaran darah dan mnyebabkan hipoglikemia. Fase ini berlangsung singkat

namun dapat berakibat fatal pada hewan.

Kedua : dalam fase ini mula-mula terjadi stimulasi orhtosimpatik dimana

terjadi kekurangan insulin yang disebabkan adanya inhibisi sekresi insulin dalam

sel-sel beta pancreas. Fase ini berlangsung 30 sampai 120 menit setelah

pemberian aloksan. Dalam fase ini kadang-kadang kadar glukosa dalam darah

mencapai 6 g/dl.

Ketiga : pada fase ini terjadi hipoglikemia sekunder dan kadang terjadi

konvulsi pada hewan. Pada fase ini kadar glukosa darah menurun dan mencapai

keadaan yang lebih gawat dari semula. Tahap yang terjadi antara jam ketoga atau

jam kesepuluh setelah pemberian aloksan secara intravena yang sangat berbahaya

dan dapat menyebabkan kematian. Untuk keadaan fatal dianjurkan pemberian

glukosa.

Page 36: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

21

Keempat : fase terjadinya hiperglikemia awal permanen. Pada fase ini

hewan menjadi hiperglikemia permanen. Terjadi setelah 2 sampai 8 jam setelah

pemberian aloksan secara intravena. Tetapi pada fase ini hewan dapat pula

mnejadi normal kembali secara spontan setelah selang waktu tersebut. Oleh

karena itu sebaiknya pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan setelah tahap

keempat tersebut atau hari ke-3. Diperkirakan sindrom diabetes permanen terjadi

akibat rusaknya sebagian sel-sel beta pulau Langerhans, tetapi ada pula yang

menyatakan bahwa hanya fungsi sel-sel beta langerhans saja yang ambang

rangsangnya menurun.

2.12. Simplisia

Sumber bahan baku obat tradisional atau yang di kenal dengan

nama simplisia cukup melimpah di Indonesia, hampir di setiap daerah tumbuh

tanaman obat. Untuk menjamin mutu obat tradisional, yang perlu diperhatikan

oleh industri obat tradisional sebagai langkah awal adalah memilih simplisia yang

mutunya baik. Untuk memberi keyakinan akan kebenaran dan kualitas simplisia

yang diperoleh, masing-masing industri obat tradisional hendaknya mempunyai

standar minimal untuk simplisia yang digunakan. Dengan adanya standar tersebut

pembelian simplisia tidak dipengaruhi oleh harga. Maksudnya walaupun ada

simplisia yang harganya lebih murah tidak otomatis dipilih bilamana mutunya di

bawah standar minimal (Depkes RI, 1999).

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata

simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut

bahan-bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum

Page 37: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

22

mengalami perubahan bentuk. Departemen kesehatan RI membuat batasan tentang

simplisia sebagai berikut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk

obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain

umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka

simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani,

dan simplisia pelikan/mineral (Depkes RI, 1979)

2.12.1. Pengelolaan Simplisia

Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari

cemaran industri obat tradisional dalam mengelola simplisia sebagai bahan baku

pada umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut ini.

a. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya

simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan

asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah

rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung

bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu

pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi

jumlah mikroba awal.

b. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian

dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau

air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di

Page 38: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

23

dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam

waktu yang sesingkat mungkin.

c. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses

perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat

penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan.

d. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih

lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi

enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.

Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu

dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.

Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik

dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal

yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu

pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, waktu pengeringan, dan

luas permukaan bahan.

e. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda

asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan

Page 39: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

24

pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada

simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus

untuk kemudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering

jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus

dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan

benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum

simplisia dibungkus (Depkes RI, 1999).

f. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka

simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak

saling bercampur antara simplsia satu dengan lainnya. Selanjutnya,

wadah-wadah yang berisi simpilisia disimpan dalam rak pada gudang

penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan

dan penyimpanan simplisia adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi

udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanarnan

dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses

dehidrasi, pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh

serangga, kapang atau lainnya.

Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai

pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah

bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan

simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan

kandungan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan uap air.

Page 40: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

25

2.13. Ekstraksi

Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau

fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman

obat. Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa :

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

ditetapkan (Depkes RI, 1995;Depkes RI, 2000). Ada beberapa macam metode

ekstrasi diantaranya:

2.13.1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

2.13.1.1. Cara dingin

a. Maserasi

Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Cara ini dapat menarik zat-zat berkhasiat yang tahan

pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.

b. Perkolasi

Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan paa temperatur

ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

Page 41: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

26

2.13.1.2. Cara panas

a. Refluks

Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapt termasuk

proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhlet

Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendinginan balik.

c. Digesti

Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 oC.

d. Infus

Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

Page 42: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berlangsung mulai dari bulan oktober 2011 sampai dengan Januari 2012.

3.2 Determinasi Tanaman

Sampel rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii diperiksa di Oseanografi

untuk menentukan spesies dari rumput laut tersebut.

3.3 Pengambilan Simplisia

G. verrucosa dan K. alvarezii diperoleh dari tambak desa Tenjo Ayu

Kecamatan Tirtayasa Serang – Banten.

3.4. Bahan dan Alat

3.4.1 Bahan

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah etanol 70%,

rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii, glukosa, aloksan monohidrat yang

digunakan sebagai penginduksi diabetes, dan pereaksi kimia untuk penapisan

fitokimia yang terdiri dari : Dragendorf, Meyer, serbuk Mg, Hcl pekat, amil

alkohol, FeCl3, eter, kloroform dan larutan amoniak.

Page 43: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

28

2. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

(Rattus novergicus) jantan, yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250

yang diperoleh dari IPB Bogor.

3.4.2.Alat

Alat yang digunakan seperti: alat-alat gelas seperti: gelas piala, tabung

reaksi, corong, lumpang dan alu, rotary evaporator, kain flannel, timbangan

analitik, timbangan tikus, Hotplate, Batang pengaduk, blender, glukometer dan tes

strip, kandang tikus, sonde oral, kapas, spuit injeksi.

3.5. Pola penelitian

Pengumpulan bahan dan Pembuatan Simplisia, Pemeriksaan simplisia

(Determinasi), Ekstraksi, Penapisan fitokimia, Perhitungan Rendemen, Persiapan

Hewan percobaan (aklimatisasi), Pembuatan sediaan uji dan Dosis, uji

Pendahuluan (Induksi hewan coba), Pelaksanaan uji efek toleransi glukosa oral

dan diabetes aloksan Ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii.

3.6. Pembuatan Ekstrak

3.6.1. Persiapan Rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii

Sampel yang digunakan adalah rumput laut G. verrucosa, diawali dengan

pengambilan rumput laut dari tambak di Kronjo, Tangerang dan K. alvarezii yang

berasal dari Madura. Selanjutnya rumput laut dicuci dengan menggunakan air

tawar dengan pembilasan berkali-kali sampai bersih dan biofouling hilang. Lalu

Page 44: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

29

dikeringkan di udara terbuka selama 3 hari. Setelah rumput laut kering dilakukan

perajangan sampai rumput laut tersebut menjadi bentuk yang lebih kecil.

3.6.2 Ekstraksi

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi dingin menggunakan etanol 70%.

Rumput laut yang sudah dibuat menjadi derajat yang lebih halus dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer besar dan diberi pelarut etanol 70% hingga seluruh simplisia

terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas permukaan

simplisia. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang dan sesekali diaduk hingga

tidak ada lagi senyawa yang terekstrak dengan ditandai warna pelarut yang jernih.

Filtrat yang diperoleh diuapkan etanolnya dengan rotavapor hingga didapat

ekstrak yang kental.

3.6.3 Penapisan Fitokimia

Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia dari ekstrak

rumput laut G. verrucosa dan K. alvarezii seperti alkaloid, flavonoid, saponin,

tannin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak atsiri dan kumarin.

a. Identifikasi Alkaloid

Sebanyak ±5 gram serbuk dilembabkan dengan 5ml ammoniak

25% digerus dalam mortar, kemudian ditambahkan 20ml kloroform dan

digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas

saring, filtrat berupa larutan organikdiambil (sebagai larutan A), sebagai

larutan A sebanyak 10 ml diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (sebagai

larutan B) Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan

Page 45: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

30

disemprot atau ditetesi dengan pereaksi drangedorff, terbentuk warna merah

atau jingga pada kertas asaring menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

Larutan B dibagi 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi

dragendorff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan

pereaksi drangendorff atau endapan ptuih dengan pereaksi Mayer

menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi Flavonoid

Sebanyak ± 10 gram serbuk ditambahi 100ml air panas, didihkan

selama 5 menit, kemudian disaring. Ambil filtratnya sebanyak 5 ml dan

masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan serbuk Mg secukupnya

dan 1 ml asam klorida pekat dan 2ml amil alcohol, kocok kuat dan biarkan

memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil

alcohol menunjukkan adanya flavonoid.

c. Identifikasi Saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10

ml air panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertical selama 10 detik.

Terbentuknya busa yang stabil menunjukkan adanya saponin, bila

ditambahkan dengan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi Tanin

Sebanyak ±10 gram serbuk ditambahkan 10 ml air, lalu dididihkan

selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring,

filtrate ditambah 1-2 tetes FeCl3 1% terbentuknya warna biru, hijau agtau

hitammenunjukkan adanya senyawa golongan tannin.

Page 46: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

31

e. Identifikasi Steroid

Sebanyak ±5 garam serbuk dimaserasi dalam 20ml eter selama 2

jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.

Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke

dalm residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya

steroid atau terpenoid.

f. Identifikasi Kuinon

Sebanyak ±1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit,

disaring. Sebanyak 1ml filtrate ditambahkan 5ml NaOH 1N, terbentuk warna

merah menunjukkan adanya kuinon.

g. Identifikasi Kumarin

Sebanyak ± 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang telah

dibasahi dengan air dipasang pada mulut tabung. Kemudian dipanaskan

selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan dengan cawan

penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml. dinginkan kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml ammoniak 1%.

Diamati di bawah sinar UV 366nm, flouresensi biru atau hijau menunjukkan

adanya kumarin.

3.6.4. Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak

a. Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram

dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya

telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara.

Page 47: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

32

Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan

menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka

tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga

diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol

dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu

kamar (Depkes RI, 2000).

b. Kadar Air

Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara kurang lebih 3 gram

ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah

ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang.

Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai

perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 %.

c. Kadar Abu

Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan

ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang

telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-

lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat

hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring

bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama.

Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap,

ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan

dalam % b/b (Depkes RI, 2000).

Page 48: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

33

3.6.5. Perhitungan rendemen

Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung jumlah ekstrak

kental yang didapat terhadap jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi

kemudian dikalikan 100%.

3.7. Rancangan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur ssd,

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-250 gram diaklimatisasi selama 2

minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi,

dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan.

Hewan uji dipillih sebanyak 30 ekor tikus putih jantan secara acak untuk

dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 ekor.

Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer:

Rumus Federer : (n-1)(9-1) ≥ 15

(n-1)(9-1) ≥15

8n = 15+8

N ≥ 2.88~ 3

Dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan

minimal dari tiap perlakuan. Adapun pembagian kelompok adalah sebagai berikut

3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan

Tabel 2. Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral

Kelompok

hewan

Perlakuan Jumlah

tikus

KN Diberi air suling 3

Page 49: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

34

K(+) Diberi akarbose + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

KN Diberi air suling + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

D1 Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

D2 Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

D3 Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

E1 Diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

E2 Diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

E3 Diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 g/kg bb 3

Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan

Kelompok

hewan

Perlakuan Jumlah

tikus

KN Diberi air suling 3

K(+) Diinduksi aloksan, diberi glibenklamid 3

KN Diinduksi aloksan, diberi air suling 3

D1 Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb G.verrucosa 3

D2 Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb G.verrucosa 3

D3 Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb G.verrucosa 3

E1 Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mg/kg bb K. alvarezii 3

E2 Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mg/kg bb K. alvarezii 3

E3 Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mg/kg bb K. alvarezii 3

Page 50: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

35

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. Alvarezii

3.7.2. Persiapan Hewan percobaan (diaklimatisasi)

30 ekor tikus putih (Rattus novergicus) jantan dari jenis Sprague Dawley

dengan berat 180-250 gram dibagi menjadi 10 kelompok. Masing masing

kelompok terdiri dari 3 tikus. Sebelum penelitian ini dimulai, hewan uji

diaklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, diberi pakan pellet, diberi air

minum yang bersumber dari air tanah, dan dipuasakan sehari sebelum mendapat

perlakuan. Selama perlakuan, diberikan pakan dan minum.

3.8. Pembuatan sediaan dosis uji

Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak

K.alvarezii adalah dosis 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb dan 1200 mg/kg bb yang

kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus masing-masing menjadi 60 mg/200

gr bb, 120 mg/200 gr bb, dan 240 mg/200 gr bb.

Page 51: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

36

1) Dosis akarbose sebagai kontrol pembanding

Acarbose diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada

manusia, yaitu, 50 mg/60 kg bb yang dikonversikan , yaitu dosis untuk setiap

200g bb tikus menjadi 1,02 mg.

2) Dosis glibenklamid sebagai kontrol pembanding

Glibenklamid diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada

manusia, 5 mg/60 kg bb yang dikonversikan, yaitu dosis untuk setiap 200g bb

tikus menjadi 0,1 mg.

3) Dosis Aloksan

Dosis aloksan secara intravena yang digunakan dalam percobaan ini

adalah 100 mg/kg bb atau untuk tikus dengan berat badan 200g adalah 20 mg/200

gr bb.

4) Dosis Glukosa

Dosis glukosa yang digunakan dalam percobaan ini untuk meningkatkan

kadar gula darah adalah 1 g/kg bb, dalam larutan dengan konsentrasi 50%

3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah

Sebelum pengambilan darah, tikus dimasukkan ke dalam kandang kecil

sedemikian hingga tidak dapat bergerak. Kemudian ekor tikus dibersihkan dengan

alkohol 70%. Selanjutnya diambil darah secara intravena melalui ujung ekor dan

diukur kadar gula darah dengan alat glukometer.

Page 52: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

37

3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan

Uji pendahuluan merupakan upaya peningkatan kadar glukosa darah

dengan menginduksi tikus dengan aloksan. Pada hari ke-0 diukur glukosa darah,

setelah penginduksian tersebut, kadar glukosa darah tikus dikontrol pada hari ke-

3,8 dan 14 untuk meyakinkan bahwa aloksan dengan dosis tersebut menyebabkan

pankreas. Uji pendahuluan dilakukan dengan cara :

1) Larutan aloksan disuntikan di bagian ekor tikus pada 10 kelompok tikus.

Setelah penyuntikan diberi makan dan minum seperti biasa kemudian

setelah 2 jam dilakukan lagi pengambilan sampel darah sebagai kadar

glukosa darah minggu ke-1

2) Pada hari ke-3 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur

secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan

hiperglikemia pada tikus.

3) Pada hari ke-8 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur

secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan

hiperglikemia pada tikus.

4) Hari ke-14 dilakukan pengambilan darah. Hasil pengukuran kadar glukosa

darah ditetapkan sebagai kadar glukosa darah hiperglikemia awal.

3.11. Kelompok Perlakuan

a) Kontrol Normal

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

Page 53: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

38

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan

sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa

50% dengan dosis 1 g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar

glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya

darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang

diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.

Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan

minum secara normal setiap hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus

diperiksa sebagai kadar glukosa awal. Lalu pada setiap harinya diberikan

suspensi CMC pembanding. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur glukosa darah

masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan

terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur

kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil

uji hipoglikemia.

b) Kontrol negatif

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi air suling menggunakan

sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa

50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar

glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya

darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang

diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.

Page 54: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

39

Setelah uji toleransi glukosa oral, tikus diberi aloksan monohidrat secara

intravena, lalu tikus kembali diberi makan dan minum secara normal setiap

hari. Setelah 14 hari glukosa darah tikus diperiksa sebagai kadar glukosa

hiperglikemia awal. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense CMC Na.

Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah masing-masing tikus, sebelum

diukur gula darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam.

Setelah itu darah tikus diambil dan diukur kadar glukosanya dengan

glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil uji hipoglikemia.

c) Kontrol positif

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi acarbose menggunakan

sonde lambung. 30 menit setelah pemberian, tikus diberikan larutan glukosa

50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu segera ambil darah tikus dan kadar

glukosanya diukur sebagai kadar glukosa darah pada menit ke-0, selanjutnya

darah tikus diambil pada menit ke 30,60,90,120,150 dan 180. Data yang

diperoleh merupakan hasil uji toleransi glukosa oral.

d) Kelompok uji dosis rendah

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.

verrucosa dosis rendah menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah

pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu

segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa

Page 55: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

40

darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke

30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi

glukosa oral.

Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan

minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense

ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah

masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan

terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur

kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil

uji hipoglikemia.

Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak

etanol K. alvarezii dosis rendah.

e) Kelompok uji dosis sedang

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.

verrucosa dosis sedang menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah

pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu

segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa

darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke

30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi

glukosa oral.

Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan

minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense

Page 56: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

41

ekstrak etanol G. verrucosa. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur gula adarah

masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus dipuasakan

terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan diukur

kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan hasil

uji hipoglikemia.

Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol

K. alvarezii dosis sedang.

f) Kelompok uji dosis tinggi

Tikus dipuasakan selama 16 jam. Sebelum diberikan perlakuan, darah

tikus diambil melalui vena ekor tikus dan diukur sebagai kadar glukosa puasa

menggunakan glukometer. Kemudian tikus diberi larutan ekstrak etanol G.

verrucosa dosis tinggi menggunakan sonde lambung. 30 menit setelah

pemberian, tikus diberikan larutan glukosa 50% dengan dosis 1g/kg bb, lalu

segera ambil darah tikus dan kadar glukosanya diukur sebagai kadar glukosa

darah pada menit ke-0, selanjutnya darah tikus diambil pada menit ke

30,60,90,120,150 dan 180. Data yang diperoleh merupakan hasil uji toleransi

glukosa oral.

Setelah uji toleransi glukosa oral, lalu tikus kembali diberi makan dan

minum secara normal setiap hari. Lalu pada setiap harinya diberikan suspense

ekstrak etanol G. verrucosa dosis tinggi. Pada hari ke 17, 22 dan 28, ukur

gula adarah masing-masing tikus, sebelum diukur gula darahnya, tikus

dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam. Setelah itu darah tikus diambil dan

diukur kadar glukosanya dengan glukometer. Data yang diperoleh merupakan

hasil uji hipoglikemia.

Page 57: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

42

Lakukan perlakuan yang sama pada kelompok hewan uji ekstrak etanol

K. alvarezii dosis tinggi.

3.12. Uji statistik terhadap kadar glukosa darah

a. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS.

Analisis yang dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji kenormalan,

selanjutnya dilakukan analisis varian satu arah ( ANOVA ) untuk melihat

ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan.

Bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui perbedaan antar

kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

Hipotesis :

Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok.

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka Ho diterima.

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

b. Persentase penurunan kadar glukosa darah dengan rumus sebagai

berikut:

GO - Gt x 100%

GO

Keterangan :

GO : gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji

Gt : gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji

Page 58: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di LIPI Oseanografi, Ancol. Hasil

Determinasi menunjukkan bahwa Rumput laut ini adalah jenis ganggang merah

G. verrucosa dan K. alvarezii.

4.1.2. Ekstraksi

Sebanyak 300 gram serbuk G. verrucosa dimaserasi dengan Etanol 70%

kemudian dipekatkan dengan rotavapor dan didapatkan ekstrak kental 30 g K.

alvarezii juga dimaserasi dan dipekatkan dan didapatkan 12 g.

4.1.3. Penapisan Fitokimia

Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia G. verrucosa dan

K.alvarezii terdapat saponin dan terpenoid pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil penapisan fitokimia

Karakteristik ekstrak Ekstrak Etanol G.

verrucosa

Ekstrak Etanol K.

alvarezii

a. Alkaloid - -

b. Flavanoid + +

Page 59: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

44

c. Saponin + +

d. Steroid/ triterpenoid + +

e. Tannin - -

f. Kuinon - -

g. Minyak Atsiri - -

Keterangan : (+) : positif

(-) : negatif

4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Merode Toleransi Glukosa

Oral

a. Nilai rerata dan standar deviasi

Pengukuran pada metode toleransi glukosa oral memperlihatkan nilai

rerata dan standar deviasi dari tiap kelompok. Kenaikan kadar glukosa darah

terjadi pada menit ke-30 setelah sebelumnya diberi larutan glukosa, dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode toleransi glukosa oral

Kel.

Perlaku

an

Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi (mg/dl)

Waktu (Menit )

0 30 60 90 120 150 180

KN 103.6±6 110.3 ±10.06 109±13.45 110.3±11.5 109±9.16 109.3±10.1 102±5.29

K(+) 116±3.6 165.67±5.03 113.67±15.5 96±7 87±6.9 104.3±4.93 96.3±4.7

K(-) 108.7±6 213.67±45.9 181±29.46 239±50.68 220.3±52.8 203±41.94 108.3±6.8

D1 90.7±7.5 156.3±24 132.67±14.4 122.67±17.6 123.3±11.1 127.67±3 95±8.88

D2 95±17.8 226.67±34.6 144±23.89 116.67±10.1 110.67±11 118±32.05 90.3±4.72

Page 60: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

45

D3 110.3±3 236.67±15.5 190.7±45.56 219±39.5 208.3±5.51 177.3±24.5 175.3±28.74

E1 98±15.5 184.7±54 195.7±102.5 159±46.2 136±35.1 120.7±9.6 101±7.8

E2 99±6.5 196±46 177±49.8 146.7±35.5 127.3±12.6 104.3±7.4 98.3±10.06

E3 89±11 208.7±77.7 205.7±98.6 188.3±101.5 164.3±101 152±76.3 133.67±49.9

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

b. Persentase penurunan kadar glukosa darah

Pada tabel 6 menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah pada

tiap kelompok, penurunan yang paling besar dan stabil terjadi pada kelompok D2

dan kelompok E2.

Tabel 6. Persentase penurunan pada metode toleransi glukosa oral

Kelompok

perlakuan

Waktu ( Menit )

Ke-60 Ke-90 Ke-120 Ke-150 Ke-180

K(+) 31,38 % 42,06 % 47,49 % 37,05 % 41,88 %

D1 15,09 % 21,49 % 21,11 % 18,29 % 39,22 %

D2 36,47 % 48,52 % 51,17 % 47,95 % 60,16 %

Page 61: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

46

D3 19,43 % 7,47 % 11,99 % 25,09 % 25,94 %

E1 -5,95 % 13,91 % 26,36 % 34,65 % 45,32 %

E2 9,69 % 25,15 % 35,05 % 46,78 % 49,85 %

E3 1,44 % 9,77 % 21,27 % 27,17 % 35,94 %

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

c. Grafik kadar glukosa darah

Seluruh kelompok uji mengalami penurunan kadar gula darah di menit ke-

60. Penurunan yang bermakna terjadi pada kelompok D2 dilihat pada gambar 4.

0

50

100

150

200

250

300

0 30 60 90 120 150 180

Kad

ar g

luko

sa d

arah

(m

g/d

l)

KN

K(+)

K(-)

D1

D2

D3

E1

E2

E3

Page 62: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

47

Gambar 4. Penurunan kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

d. Hasil Statistik pada metode toleransi glukosa oral

Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa pada menit ke-0,

kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh

kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05, sedangkan pada

menit ke-30 kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok

uji. Pada menit ke-60, seluruh kelompok dosis uji tidak berbeda secara bermakna

dengan kontrol normal dan kontrol positif. Namun kelompok dosis tinggi G.

verucosa dan K. alvarezii berbeda secara bermakna dengan kontrol normal dan

kontrol positif.

Page 63: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

48

4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Pada Metode Induksi Aloksan

a. Nilai rerata dan standar deviasi

Pada tabel 7, memperlihatkan nilai rerata dari seluruh kelompok uji dan

kontrol. Beberapa kelompok mempunyai nilai standar deviasi yang tinggi, tetapi

penurunan yang terjadi memiliki pola yang mirip.

Tabel 7. Nilai rerata dan standar deviasi pada metode induksi aloksan

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

Kelompok

perlakuan

Kadar rata-rata glukosa darah dan standar deviasi

Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-15

KN 95.3±7.37 100±10.54 92.3±8.08 97.3±8.02

K(+) 193±48.5 76.7±13.57 66.7±16.01 68.3±10.05

K(-) 200.7±35.79 213.7±47.98 210.7±45.62 211±53.69

D1 312.3±116.4 211.3±62.96 132.3±45.39 134±42.58

D2 294±110.5 231±164.35 114.3±53.07 104±7.55

D3 419.3±58.4 194.3±119.43 217.7±10.58 123.7±24.8

E1 230.3±20.98 184.7±54.9 225±45.39 255.7±37.63

E2 248.3±25.69 150.3±84 141±53.07 111.3±27.73

E3 374±179.77 105.3±22.5 104±10.58 97.7±3.51

Page 64: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

49

b. Persentase penurunan kadar glukosa darah

Seluruh kelompok kontrol dan uji mengalami penurunan kadar glukosa darah

pada hari ke-4.Persentase penurunan kadar glukosa darah yang paling besar terjadi

pada kelompok D3 dan E3 bila dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Persentase penurunan kadar glukosa darah

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

Kelompok

perlakuan

Waktu (hari)

Ke-4 Ke-8 Ke-15

K(+) 60,3% 65.44% 64.62%

D1 32.34% 57.64% 57.09%

D2 21.43% 61.12% 64.62%

D3 53.66% 48.08% 70.5%

E1 19.8% 2.17% -11.02%

E2 39.47% 43. 21% 55.17%

E3 71.84% 72. 2% 73.8%

Page 65: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

50

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

c. Grafik penurunan kadar glukosa darah

Pada gambar 5, menunjukkan penurunan kadar glukosa darah di hari ke-4.

Penurunan kadar glukosa darah yang bermakna terjadi pada kelompok dosis tinggi

G. verrucosa (D3) dan kelompok dosis tinggi K.alvarezii (E3).

Gambar 5. Kadar glukosa darah pada metode induksi aloksan

Keterangan :

KN : Kontrol normal

K(+) : Kontrol positif

K(-) : Kontrol negatif

D1 : Dosis rendah G. verrucosa

D2 : Dosis sedang G. verrucosa

D3 : Dosis tinggi G. verrucosa

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-8 Hari ke-15

Kad

ar g

luko

sa d

arah

(m

g/d

l)

KN

K(+)

K(-)

D1

D2

D3

E1

E2

E3

Page 66: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

51

E1 : Dosis rendah K. alvarezii

E2 : Dosis sedang K. alvarezii

E3 : Dosis tinggi K. alvarezii

d. Hasil Statistik pada metode induksi aloksan

Berdasarkan uji statistik pada hari ke-1, seluruh kelompok dosis uji

berbeda secara bermakna dengan kontrol normal. Namun kontrol positif dan

kontrol negatif tidak berbeda secara bermakna. Pada hari ke-4,8, dan 15 kelompok

dosis sedang dan tinggi kedua ganggang tidak berbeda secara bermakna dengan

kelompok kontrol normal dan kontrol positif. Namun berbeda secara bermakna

dengan kelompok dosis rendah G. verrucosa dan K. alvarezii.

Page 67: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

52

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian uji aktivitas penurunan glukosa darah dengan metode

toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan ini menggunakan ekstrak

etanol 70% G. verrucosa dan K. alvarezii. Kedua sampel uji ini termasuk ke

dalam famili gangang merah. Ganggang merah telah lama diketahui menghasilkan

metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi yang luas (Vallinayagam et al,

2009).

Sampel uji G. verrucosa dan K. alvarezii yang didapat dari tambak di

Desa Tenjo Ayu ini dicuci hingga bersih dengan air mengalir kemudian

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian setelah kering sampel uji

dirajang sehingga menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia dari kedua sampel

uji ini kemudian dideterminasi di LIPI Oceanografi untuk memastikan kesesuaian

nama dan famili dari bahan yang akan diteliti.

Serbuk G. verrucosa dan K. alvarezii kemudian diekstraksi dengan metode

maserasi. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak zat aktif dari tanaman

dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan pengekstrak yang sesuai

dengan temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sering

dilakukan karena pengerjaannya yang mudah, peralatan yang sederhana, dan

kemampuan mengekstraksi dengan baik. Pelarut yang digunakan pada penelitian

ini adalah etanol 70%. Pemilihan etanol 70% ini karena pelarut ini sangat baik dan

dapat menarik senyawa polar maupun non-polar secara optimal.

Page 68: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

53

Sampel uji dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 300 gram untuk setiap

sampel uji. Ekstraksi dengan cara maserasi ini dilakukan 4-5 hari sampai pelaut

terlihat jernih. Kemudian masing-masing hasil maserasi kedua ganggang merah

dipekatkan dengan vaccum rotavapor yang kemudian menghasilkan ekstrak

kental. Pada G. verrucosa didapatkan rendemen sebanyak 11% atau seberat 33

gram sedangkan K. alvarezii didapatkan rendemen sebesar 4% atau seberat 12

gram.

Sebelum dilakukan pengujian pada hewan uji, kedua ekstrak dilakukan

penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa-senyawa yang tertarik ke dalam

pelarut etanol 70%. Dari penapisan yang dilakukan, diketahui bahwa G. verrucosa

mengandung senyawa saponin, triterpenoid dan flavonoid, sedangkan K. alvarezii

mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Dari beberapa penelitian yang

pernah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mampu menurunkan

kadar glukosa darah. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang baik, aktivitas

antioksidan juga mampu bekerja sebagai antibakteri, antikanker, dan antidiabetes

(Fard et al, 2011).

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan

galur wistar berumur 2 bulan dengan berat badan 150-200 gram. Semua kelompok

hewan uji diaklitimasi selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Selama pemeliharaan semua tikus diberi makan dan minum

dengan takaran yang sama. Hewan uji yang dipilih adalah tikus yang sehat

dengan ciri-ciri bulu bersih, mata jernih bersinar dan setelah diaklitimasi berat

badan meningkat.

Page 69: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

54

Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada kedua ganggang

merah ini menggunakan 2 metode, yaitu metode toleransi glukosa oral dan metode

induksi aloksan. Hewan uji dikelompokan menjadi 9 kelompok, masing-masing 3

ekor pada setiap kelompok. Kelompok kontrol normal diberi perlakuan dengan

pemberian air suling, kelompok kontrol positif untuk metode toleransi glukosa

oral diberi akarbosa, sedangkan kontrol positif untuk metode induksi aloksan

diberi glibenklamid, kelompok kontrol negatif hanya diberi suspensi CMC, 3

kelompok uji G. verrucosa dan 3 kelompok uji K. alvarezii, masing-masing

diberikan dosis rendah (300 mg/kg bb), dosis sedang (600 mg/kg bb), dan dosis

tinggi (1200 mg/kg bb). Ekstrak dan kontrol positif yang akan dicekokan kepada

hewan uji, sebelum pengujian disuspensikan dengan CMC 1%.

Hewan uji dipuasakan selama 16 jam sebelum perlakuan, sehingga saat

diberi perlakuan akan terlihat peningkatan kadar glukosa darahnya, meningkatkan

rasa lapar pada tikus sehingga pada saat tikus diberi perlakuan mau menelan

sediaan uji dengan mudah dan juga penurunan dan kenaikan kadar glukosa darah

yang terjadi tidak dipengaruhi apapun selain sediaan uji dan glukosa yang

diberikan.

Metode toleransi glukosa oral bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii dalam

menekan peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh setelah pemberian

glukosa yang besar. Sebagai pembanding digunakan akarbosa dengan mekanisme

kerja menghambat enzim α-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus,

sehingga pembentukan dan penyerapan glukosa dihambat, dosis akarbosa yang

Page 70: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

55

digunakan adalah dosis yang dikonversikan dari dosis efektif manusia yaitu 4,5

mg/kg bb.

Pada menit ke-0 kadar glukosa darah diperiksa dan ditetapkan sebagai

kadar glukosa darah puasa. Setiap kelompok hewan uji diberikan ekstrak terlebih

dahulu sebelum terjadi efek hiperglikemia yang diakibatkan pemberian glukosa

secara oral. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan ekstrak

dalam menghambat absorpsi glukosa dalam tubuh yang kadar glukosa darahnya

melambung tinggi.

Meningkatnya kadar glukosa darah secara nyata pada menit ke-30 di setiap

kelompok kontrol dan uji. Pada menit ke-60, kelompok kontrol dan uji telah

mengalami penurunan kadar glukosa darah. Persentase penurunan terbesar terjadi

pada kelompok dosis tinggi K. alvarezii, dapat dilihat pada tabel 5. Penurunan ini

terus terjadi hingga menit ke-180.

Berdasarkan tabel 16, BNT menunjukkan pada menit ke-0 kelompok

kontrol normal tidak ada perbedaan bermakna antara seluruh kelompok. Pada

menit ke-30, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh

kelompok kontrok dan uji. Ini dikarenakan pada menit ke-30 ini seluruh hewan uji

mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh glukosa yang diberikan. Pada

menit ke-60, 90, 120, dan 150, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan kelompok dosis rendah, dosis sedang, dan kontrol positif.

Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok

dosis tinggi G. verrucosa. Ini menunjukkan bahwa kelompok dosis rendah dan

Page 71: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

56

dosis sedang G. verrucosa mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga

rentang normal.

Pada metode induksi aloksan, setiap kelompok hewan uji diinduksi

dengan aloksan monohidrat dengan dosis 100 mg/kg BB. Pemberian aloksan ini

akan merusak pankreas hewan uji(dapus), agen sitotoksiknya secara cepat dan

selektif merusak kemampuan sel β dalam memproduksi insulin sehingga insulin

yang dihasilkan pankreas hanya sedikit. Setelah penginduksian aloksan kemudian

ditunggu selama 2 minggu untuk memastikan kerusakan permanen sebagian

fungsi pankreas hewan uji dan kenaikan kadar glukosa darah hewan uji. Semua

kelompok yang disuntikan aloksan monohidrat secara intravena memperlihatkan

peningkatan kadar glukosa >200mg/dl dibandingkan dengan kontrol normal. Dari

penampakan fisik, tikus yang mengalami hiperglikemia mengalami penurunan

berat badan dan keadaan kandang tikus menjadi lebih lembab dan berbau tidak

sedap daripada kandang kelompok tikus normal.

Pada pengujiannya, setiap kelompok uji dicekokkan ekstrak setiap hari dan

diperiksa kadar glukosa darah pada hari ke-1 sebagai kadar glukosa awal lalu

diperiksa kembali pada hari ke-4,8, dan 15. Sebagai pembanding digunakan

glibenklamid, karena glibenklamid mampu menstimulasi sekresi insulin pada

setiap pemasukan glukosa selama makan, sehingga pemberian ke hewan uji satu

kali sehari sesuai dengan pemberian larutan uji. Dosis yang digunakan 0,45 mg/kg

bb. Dosis tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 5

mg/hari yang kemudian dikonversi ke dosis tikus.

Page 72: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

57

Pada hari ke-4, 8 dan 15, kadar glukosa darah kontrol normal masih tetap

dalam rentang normal sedangkan kontrol negatif mengalami hiperglikemia yang

semakin parah. Tikus yang daya tahan tubuhnya tidak kuat sangat beresiko

mengalami kematian, sehingga harus selalu dijaga agar waktu untuk tikus kontrol

negatif dipuasakan tepat dan tidak menimbulkan kematian. Untuk kelompok

kontrol positif dan kelompok uji, terlihat penurunan kadar glukosa darah secara

bertahap pada hari ke-4, 8, dan 15 setelah perlakuan. Keadaan fisik juga

mengalami perbaikan berupa peningkatan berat badan. Dari persentase penurunan

kadar glukosa darah, penurunan yang paling cepat dan stabil terjadi pada

kelompok dosis tinggi G. verrucosa dan dosis tinggi K. alvarezii.

Berdasarkan pada tabel 24, Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal

berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan ekstrak G.

verrucosa, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar

hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi

masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Maka ini

menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol

negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang

diinduksikan. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak

berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan berdasarkan pada

tabel 24, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun pada hari ke-15

kelompok control negative berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok

perlakuan. Ini dikarenakan kelompok kontrol positif dan dosis uji telah

mengalami penurunan kadar glukosa darah dalam rentang normal, sedangkan

kontrol negatif tidak mengalami penurunan. kelompok dosis sedang G. verrucosa

Page 73: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

58

dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam rentang normal dan tidak berbeda

secara bermakna dengan kontrol positif.

Pada tabel 29, menjelaskan uji BNT dari uji aktivitas K. alvarezii dengan

metode induksi aloksan. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda

secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, kecuali kontrol positif dan

kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan

kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia

seperti kelompok dosis uji. Ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji,

kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang

diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, ke-8, dank ke-15,

kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna

dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. alvarezii bila dilihat dari nilai

signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

negatif, dosis rendah K. alvarezii. Dari data statistik yang diperoleh

memperlihatkan bahwa kelompok dosis sedang dan dosis tinggi K. alvarezii dapat

menurunkan kadar glukosa darah hingga rentang normal.

Page 74: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

59

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

1. Metode toleransi glukosa oral, pada ekstrak Gracilaria verruocsa persentase

mununjukkan bahwa dosis 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb mengalami

penurunan kadar glukosa darah. Dalam data statistic dosis 600 mg/kg bb

tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif.

Tetapi berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif. Pada ekstrak

Kappaphycus alvarezii, dosis 300 dan 600 mg/kg bb dalam persentase

mengalami penurunan kadar glukosa darah.

2. Metode induksi aloksan, pada ekstrak Gracilaria verrucosa dosis 300, 600,

dan 1200 mg/kg bb mengalami penurunan kadar glukosa darah yang ditandai

besarnya persentase pada masing-masing kelompok dosis. Grafik

menunjukkan penurunan mulai terjadi padahari ke-4. Pada hari ke-4 Dosis

300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan 1200 mg/kg bb tidak berbeda secara

bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Pada ekstrak

Kappaphycus alvarezii, persentase menunjukkan dosis 600 mg/kg bb dan

1200 mg/kg bb terjadi penurunan kadar glukosa darah ditandai dengan

besarnya nilai persentase. Dalam data statistik hari ke-4 dosis 600 dan 1200

mg/kg bb tidak ada perbedaan bermakna dengan kontrol normal dan kontrol

positif.

Page 75: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

60

6.2. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih

bervariasi sehingga dapat diketahui dosis yang paling efektif untuk

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar dengan metode toleransi

gluosa oral dan metode induksi aloksan.

Page 76: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

61

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredjo, J.T., Achmad Z, Heri P, Sri I 2006. Rumput Laut. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Anonim. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hal 1,4-5,14-15,41.)

Astawan, Made. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Untuk

Meningkatkan Kadar Iodium Dan Serat Pangan Pada Selai Dan Dodol.Bogor

:Kampus IPB

Aydoğmuş Z, Topcu G, Güven KC. 2008. Studies on chemical constituents of

Gracilaria verrucosa. Istanbul University, Beyazit. Istanbul. Turkey

Barre, KJ. 1949. Le Diabetique Allocanique. 1st Edition. Actual Pharmacology.

New York; 113-124

Bascher, L.Valentina. Clinical, Application of Pathofisiologi, Assesment,

Diagnostic, Reasonning and Management. Mosby Inc.

Baver DJ. Clinical laboratory methods. 9th

Edition. London. The CV mosby

company;1982. Hal.474

Dalimartha Setiawan.1996. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes

Mellitus. Penebar wadaya. Jakarta. Hal. 79-80

Page 77: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

62

Dang, Hung The, Hye Ja Lee, Eun Sook Yoo, Pramod B. Shinde, Yoon Mi Lee,

Jongki Hong, Dong Kyoo Kim, Jee H. Jung. 2008. Anti-inflammatory

Constituents of the Red Alga Gracilaria verrucosa and Their Synthetic

Analogues. Inje University. Korea

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi II.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Fard, SG. Fatemeh TS. Mozdheh. 2011. Ethanolic Extract of Eucheuma cottonii

Promotes In Vivo Hair Growth and Wound Healing.UPM. Selangor

Faten, M. Abou Elalla and Emad, A. Shalaby. 2009. Antioxidant Activity of

Extract and Semi- Purified Fractions of Marine Red Macroalga, Gracilaria

Verrucosa. Egypt : Biochemistry Department, Faculty of Agriculture, Cairo

University

Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4(cetak ulang 2005).

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;hal

471 dan 479.

Halliwel B, Gutterridge, J,M,C. 1949. Free Radial In Biology And Medicine. 3nd

ed Oxford University press. London; 561-563

Page 78: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

63

Hardoko. 2008. Pengaruh konsumsi gel dan larutan rumput laut (Eucheuma

cottonii) terhadap hiperkolestrolemia darah tikus wistar. Malang: Fakultas

perikanan Unibraw Malang

Jagadeesan L. A. Kannadasan, P. Anantharaman, P. Perumal, Thangaraj. 2010.

Assessment of Ammonium Uptake by Marine Macroalga Gracilaria

verrucosa (Rhodophyta). Annamalai University. India.

Kim, K.Y, Nam K.A, Kurihara A.. 2008. Potent α-glucosidase inhibitors purified

from the red alga Grateloupia elliptica. Republik of Korea : Faculty of

Marine Bioscience and Technology, Kangnung National University

Khotimchenko.S. V. 2005. Lipids from the Marine Alga Gracilaria verrucosa.

Chemistry of natural compounds. Vol 41, 285-288.

Layse de Almeida, Heloina de S. Falcão, Gedson R. de M. Lima, Camila de A.

Montenegro, Narlize S. Lira, Petrônio F. de Athayde-Filho, Luis C.

Rodrigues, Maria de Fátima V. de Souza, José M. Barbosa-Filho and Leônia

M. Batista. 2011. Bioactivities from Marine Algae of the Genus Gracilaria.

University of Paraiba. Brazil.

Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography and Ecophysiology.

John Wiley and Sons, New York.

Merck index 2006 14th

edisi. Vol I. Published by Merck Research Laboratories

Division Of : Merck & CO. Inc White House Station. NJ.

Mycek, J. Mary, Richard A. Harvey, Pamela C. champe, 2001. Farmakologi

Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika. Jakarta;264

Page 79: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

64

Ninan, Lydia. 2008. Aktivitas antioksidan dan kadar fenolik total dari ganggang

merah (Gracilaria verrucosa). Salatiga : Fakultas dan sains matematika

Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Parfit, K. 1983. Martindale The Extrapharmacopela. 20th

. The Pharmaceutical.

Geneva. London :854

Puspasari, Natalia. 2010. Efektivitas Ekstrak Rumput Laut Gracilaria verrucosa

Sebagai Imunostimulan Untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas

hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Calrias sp. Bogor: Fakultas Perikaan dan

ilmu kelautan, Institut Pertanian Bogor

Sharp, PE Leregina.,Mc.Suckw, MA.1998. The Laboratory Rat. CRC Press. USA

Somaatmadja, G. 1998. Buah-buahan Bengkulu. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Biologi. Lipi

Shi Dayong, Feng Xu, Juan He. Inhibition of bromophenols against PTP1B and

anti-hyperglycemic effect of Rhodomela confervoides extract in diabetic rats

Son, B. H.1990 Glycolipids from Gracilaria verrucosa. Phytochemistry. Volume 29, Issue 1, 1990, Pages 307–309

Suherma, S.K. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi

dan Terapetik. Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Indonesia.

Jakarta. Hal 485-488)

Szkudelski, T., 200. The Mechanism Of Alloxan And StreptozotocinAction In β

cells Of The Rat Pancreas, PhysiologyResearch, 50:536-554.

Page 80: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

65

Tamaonoguci et.al. 1994. Poisoning By The Red Alga `Ogonori' (Gracilaria

Verrucosa) On The Nojima Coast.Japan

Tjay Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Penerbit PT. Elex

Media Komputerindo. Jakarta; 693,696,697

Wade, Ainley. Welle,J. Paul. 1994. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. 2th

.

The Pharmaceutical Press. London;78-80

WHO Department of Noncommunicable Disease Surveilance Geneva Definition.

Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications.

Report of a WHO Consultation Part 1: Diagnosis and Classification of

Diabetes Mellitus.1999)

Windolz M, Budavari S. Blumetti R.F. Ottotbeints. 1983. The Merck Index

Anencyclopedian of Chemicals, Drugs and Biological. 8th

. USA : Published

by merck & Co. Inc. Hal : 43-44

Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan rumput laut. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Wresdiyati Tutik, Ans Budi Hartanta, Made Astawan. 2008. The Effect of

Seaweed Eucheuma cottonii on Superoxide Dismutase (SOD) Liver of

Hypercholesterolemic Rats. Darmaga Campus. Bogor

Page 81: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

66

Page 82: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

67

Lampiran 1. Bahan Dan Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian

a. Bahan

Gambar 6. K. Alvarezii Gambar 7. G. verrucosa

Gambar 8. Tikus putih jantan Gambar 9. Aloksan monohidrat

Gambar 10. Ekstrak K. Alvarezii Gambar 11. Ekstrak G. verrucosa

b. Alat

Gambar 12. Glukotest Gambar 13. Strip glukosa

Lampiran 2. Hasil skrining

a. Hasil Skrining G. verrucosa

Page 83: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

68

Gambar 14. Saponin Gambar 15. Flavonoid Gambar 16.

Tannin

b. Hasil Skrining K. Alvarezii

Gambar 17. Saponin Gambar 18. Flavonoid Gambar 19.

Steroid

Page 84: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

69

Lampiran 3. Surat Determinasi Hewan Uji

Page 85: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

70

Lampiran 4. Surat Determinasi Ganggang Merah Jenis G. verrucosa

Lampiran 5. Surat Determinasi K. Alvarezii

Page 86: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

71

Lampiran 6. Skema Kerja Pembuatan ekstrak etanol 70% Ganggang Merah

jenis G. verrucosa dan ekstrak etanol ganggang merah K.

Alvarezii

K. Alvarezii G. verrucosa

Ekstrak

etanol 70%

Serbuk kering dan halus Determinasi rumput laut Penapisan fitokimia

Ampas

Ekstrak kental

Uji Aktivitas

Page 87: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

72

Lampiran 7. Skema Aklimatisasi Hewan Uji

Disiapkan 36 ekor tikus

putih jantan dengan bobot

150-250 g

Diadaptasikan atau

diaklimatisasi selama ± 1

bulan dalam kondisi

percobaan

Dikelompokkan secara

acak menjadi 9 kelompok

3 ekor kelompok Kontrol Positif

3 ekor kelompok Dosis Rendah G.

verrucosa

3 ekor kelompok Dosis Sedang G.

verrucosa

3 ekor kelompok Dosis Tinggi G.

verrucosa

3 ekor kelompok Kontrol Normal

3 ekor kelompok Dosis Rendah K.

Alvarezii

3 ekor kelompok Dosis Sedang K.

Alvarezii

3 ekor kelompok Kontrol Negatif

3 ekor kelompok Dosis Tinggi K.

Alvarezii

Page 88: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

73

Tikus Dipuasakana 16 Jam

Ukur Kadar Gula Darah Pada Menit Ke- 30, 60, 90, 120, 150, dan 180

Pemberian Beban Glukosa 50%

30 Menit

Air

Suling

acarbose Dosis

D1

Air

Suling

Dosis

D2

Dosis

D3

Dosis

E1

Dosis

E2

Dosis

E3

Persiapan Tikus Puasa 16 Jam

KN K (-) K (+) D1 D2 D3 E1 E2 E3

Lampiran 8. Skema Kerja Uji Metode Toleransi Glukosa Oral

Page 89: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

74

Lampiran 9. Skema Kerja Uji Metode induksi aloksan

Persiapan Tikus Puasa 16 Jam

KN K (-) K (+)

Pengukuran Kadar Hiperglikemia Awal

Perkembangan Hewan Uji Selama 2 Minggu

Induksi Dengan Aloksan

D1

NaCl

0,9%

D2 D3 E1 E2 E3

Ukur kadar gula darah pada hari ke-1, 4, 8, 15

Air

Suling

glibenkla

mid

Dosis

D1

Air

Suling

Dosis

D2

Dosis

D3

Dosis

E1

Dosis

E2

Dosis

E3

Selama 14 hari

Page 90: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

75

Lampiran 10. Perhitungan Dosis

A. Ekstrak etanol G. verrucosa dengan kelompok dosis :

Dosis rendah (D1) = 300 mg/kg bb

Dosis sedang (D2) = 600 mg/kg bb

Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb

1. Dosis rendah

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

rendah adalah :

300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 60 mg/200g bb x 200g

60 mg/ml

= 1 ml

2. Dosis sedang

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

sedang adalah :

600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 120 mg/200g bb x 200g bb

120 mg/ml

= 1 ml

3. Dosis tinggi

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

tinggi adalah:

1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 240 mg/200g bb x 200g bb

Page 91: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

76

240 mg/ml

= 1 ml

B. Ekstrak etanol K. Alvarezii degan kelompok dosis :

Dosis rendah (D1)= 300 mg/kg bb tikus

Dosis sedang (D2)= 600 mg/kg bb tikus

Dosis tinggi (D3) = 1200 mg/kg bb tikus

1. Dosis rendah

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

rendah adalah :

300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 60 mg/200g bb x 200g

60 mg/ml

= 1 ml

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

rendah adalah :

300 mg/kg bb = 60 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 60 mg/200g bb x 200g

60 mg/ml

= 1 ml

2. Dosis sedang

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

sedang adalah :

600 mg/kg bb = 120 mg/200g bb

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 120 mg/200g bb x 200g bb

120 mg/ml

= 1 ml

3. Dosis tinggi

Untuk satu ekor tikus 200g, maka volume larutan sediaan untuk dosis

tinggi adalah:

1200 mg/kg bb = 240 mg/200g bb

Page 92: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

77

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 240 mg/200g bb x 200g bb

240 mg/ml

= 1 ml

C. Larutan akarbosa

Perhitungan dosis

Tabel 9. Faktor konversi dosis

Species Weight (kg) BSA (m2) Km Factor

Human

Adult 60 1,6 37

Child 20 0,8 35

Baboon 12 0,6 20

Dog 10 0,5 20

Monkey 3 0,24 12

Rabbit 1,3 0,15 12

Guinea Pig 0,4 0,05 8

Rat 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mouse 0,02 0,007 3

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal

km human

50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6

37

50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162

Animal dose = 0.83 mg/kg

0.162

Page 93: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

78

Animal dose = 1.02 mg/200 g

Dosis (1.02 mg/200 g bb)

VAO = Dosis x Berat badan

Konsentrasi

= 1.02 mg/200g bb x 200g bb

1.02 mg/ml

= 1 ml

D. Larutan glibenklamid

HED (mg/kg) = animal dose (mg/kg) x km animal

km human

5 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 6

37

50 mg/60 kg = animal dose (mg/kg) x 0.162

Animal dose = 0.83 mg/kg

0.162

Animal dose = 0.1 mg/200 g bb

Page 94: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

79

Lampiran 11. Pemeriksaan Parameter Ekstrak

1. Ganggang Merah G. verrucosa

A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat

% Perolehan kembali = Bobot ekstrak yang didapat x 100%

Bobot simplisia yang diekstraksi

= 33 gr x 100 % = 11%

300

B. Pemeriksaan Kadar Air

Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr

Berat sampel = 1,0035 gr

Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5705 gr

Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5603 gr

% Kadar Air = B – C x 100%

B

= 25,5705 – 25,5603 x 100 %

25,5705

= 0, 039%

C. Pemeriksaan Kadar Abu

Berat cawan kosong (A) = 22,4150 gr

Berat sampel = 1,0015 gr

Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4165 gr

Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4170 gr

% Kadar Abu = C - A x 100%

B – A

Page 95: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

80

= 22,4170 – 22,4150 x 100 %

23,4165 – 22,4150

= 0,200 %

2. Ganggang merah K. Alvarezii

A. Perhitungan Perolehan Kembali Ekstrak yang didapat

% Perolehan kembali Gambir = Bobot ekstrak yang didapat x

100%

Bobot simplisia yang diekstraksi

= 12 g x 100 % = 4 %

300g

B. Pemeriksaan Kadar Air

Berat cawan kosong (A) = 24,5670 gr

Berat sampel = 1,0305 gr

Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,5675 gr

Berat cawan + sampel setelah di oven (C) = 25,5535 gr

% Kadar Air = B – C x 100%

B

= 25,5675 – 25,5535 x 100 %

25,5675

= 0,054%

C. Pemeriksaan Kadar Abu

Berat cawan kosong (A) = 22,4050 gr

Berat sampel = 1,0033 gr

Berat cawan + sampel sebelum di tanur (B) = 23,4083 gr

Berat cawan + sampel setelah di tanur (C) = 22,4075 gr

% Kadar Abu = C - A x 100%

Page 96: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

81

B – A

= 22,4075 – 22,4050 x 100 %

23,4080 – 22,4050

= 0,249 %

Page 97: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

82

Tabel 10. Hasil pengukuran glukosa darah pada metode toleransi glukosa

oral

Kelompok

perlakuan 0 30 60

90

120

150

180

k.normal

99 109 98 110 107 108 100

101 101 105 99 101 100 98

111 121 124 122 119 120 108

103.6 110.3 109 110.3 109 109.3 102

k.positif

117 161 105 96 83 101 98

119 165 128 103 95 110 100

112 171 108 89 83 102 91

116 167.7 113.7 96 87 104.3 96.3

k.negatif

108 180 175 182 162 158 106

103 266 155 279 265 241 103

115 195 213 256 234 210 116

108.7 213.7 181 239 220.3 203 108.3

dosis rendah G.

verrucosa

98 180 141 137 135 127 92

91 157 141 128 122 131 88

83 132 116 103 113 125 105

94 156.3 132.7 122.7 123.3 127.7 95

dosissedang G.

verrucosa

75 191 123 106 102 155 92

101 229 139 126 123 99 94

109 260 170 118 107 100 85

95 226.7 116.7 110.7 118 90.3 90.3

dosistinggi G.

verrucosa

109 237 175 190 203 201 198

114 221 155 203 214 179 185

108 252 242 264 208 152 143

110.3 236.7 190.7 219 208.3 177.3 175.3

dosis rendah K.

Alvarezii

114 144 105 120 107 131 97

97 246 175 210 175 112 96

83 164 307 147 126 119 110

98 184.7 195.7 159 136 120.7 101

Dosis sedang K.

Alvarezii

92 150 121 111 129 107 89

100 242 216 182 139 110 97

105 196 194 147 114 96 109

99 196 177 146.7 127.3 104.3 98.3

dosistinggi K.

Alvarezii

82 293 307 289 257 235 187

102 193 200 190 179 136 126

84 140 110 86 57 85 88

89.3 208.7 205.7 188.3 164.3 152 133.7

Page 98: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

83

Tabel 11. Hasil pengukuran pada metode induksi aloksan

Kelompok perlakuan hari ke-1 hari ke-4 hari ke-8 hari ke-15

Kontrol normal

98 111 85 89

101 99 91 105

87 90 101 98

95.3 100 92.3 97.3

Kontrol positif

245 61 66 65

149 84 83 80

185 85 51 60

193 76.7 66.7 68.3

Kontrol negatif

242 267 260 270

180 200 202 198

180 174 170 165

200.7 213.7 210.7 211

Dosis rendah G.

verrucosa

383 173 104 123

178 177 92 98

376 284 201 181

312.3 211.3 132.3 134

Dosis sedang G.

verrucosa

262 142 121 111

417 421 102 105

203 131 120 96

294 231 114.3 104

Dosis tinggi G.

verrucosa

353 142 331 131

442 110 68 96

463 331 254 144

419.3 194.3 217.7 123.7

dosis rendah K.

Alvarezii

223 157 189 243

214 149 210 226

254 248 276 298

230.3 184.7 225 255.7

Dosis sedang K.

Alvarezii

233 247 198 142

278 95 93 88

234 109 132 104

248.3 150.3 141 111.3

Dosis tinggi K.

Alvarezii

414 80 96 98

530 123 100 101

178 113 116 94

374 105.3 104 97.7

Tabel 12. Bobot Badan Tikus Selama Perlakuan

Tikus Data Pengamatan Berat Badan Tikus (gram)

Page 99: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

84

1 2 4 6 8 10 12 14

Kontrol

Normal

1 199 199 200 201 203 205 203 205

2 198 199 201 202 202 203 205 206

3 176 179 180 182 183 185 186 189

Rata-

Rata

191 192,33 193,66 195 196 197,66 198 200

Kontrol

Negatif

1 182 183 186 189 189 192 195 199

2 191 191 193 194 195 199 201 203

3 194 195 196 198 199 200 200 202

Rata-

Rata

189 189,66 191,66 193,66 194,33 197 198,66 201,33

Kontrol

Positif

1 192 192 194 195 197 200 202 203

2 186 189 189 190 191 194 197 201

3 189 190 193 194 197 199 201 204

Rata-

Rata

189 190,33 192 193 195 197,66 200 202,66

Dosis

rendah G.

verrucosa

1 189 189 190 193 195 196 198 200

2 190 191 193 193 194 195 198 201

3 192 193 195 195 196 197 199 200

Rata-

Rata

190,33 191 192,66 193,66 195 196 198,33 200,33

Dosis

sedang G.

verrucosa

1 194 195 198 199 200 202 204 205

2 179 180 182 183 186 187 189 191

3 192 193 194 196 198 198 199 201

Rata-

Rata

188,33 189,33 191,33 192,66 194,66 195,66 197,33 199

Dosis

tinggi G.

verrucosa

1 196 196 197 199 200 200 201 202

2 189 190 190 192 195 196 199 201

3 198 199 200 203 204 206 207 210

Rata-

Rata

194,33 195 195,66 198 199,6 200,66 202,33 204,33

dosis

rendah K.

Alvarezii

1 204 204 206 208 209 210 211 214

2 177 177 180 183 188 189 190 193

3 190 191 193 195 197 199 199 200

Rata-

Rata

190,33 190,66 193 195,33 198 199,33 200 202,33

Dosis

sedang K.

Alvarezii

1 190 192 193 195 197 199 200 203

2 184 184 185 185 187 188 190 192

3 194 195 197 197 198 199 200 203

Rata-

Rata

189,33 190,33 191,66 192,3 194 195,3 196,66 199,3

Dosis

tinggi K.

1 182 183 185 186 188 191 193 195

2 192 193 195 197 199 201 204 208

Page 100: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

85

Alvarezii

4 188 189 185 187 189 190 192 194

Rata-

Rata

187,3 188,3 188,3 190 192 194 196,3 199

Page 101: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

86

Lampiran 12. Perhitungan persentase kadar glukosa darah

Perhitungan persentase pada metode toleransi glukosa oral

A. Akarbosa

Menit ke-60 = ( 165,7−113,7 )

165,7 x 100% = 31,38 %

Menit ke-90 = ( 165,7−96 )

165,7 x 100% = 42,06 %

Menit ke-120 = ( 165,7−87 )

165,7 x 100% = 47,49 %

Menit ke-150 = ( 165,7−104,3 )

165,7 x 100% = 37,05 %

Menit ke-180 = (165,7−96,3 )

165,7 x 100% = 41,88 %

B. Dosis rendah G. verrucosa

Menit ke-60 = (156,3−132,7 )

156,3 x 100% = 15,09 %

Menit ke-90 = ( 156,3−122,7 )

156,3 x 100% = 21,49 %

Menit ke-120 = ( 156,3−123,3 )

156,3 x 100% = 21,11 %

Menit ke-150 = ( 156,3−127,7 )

156,3 x 100% = 18,29 %

Menit ke-180 = (156,3−95 )

156,3 x 100% = 39,22 %

C. Dosis sedang G. verrucosa

Menit ke-60 = ( 226,7−144 )

226,7 x 100% = 36,47 %

Menit ke-90 = ( 226,7−116,7 )

226,7 x 100% = 48,52 %

Menit ke-120 = ( 226,7−110,7 )

226,7 x 100% = 51,17 %

Menit ke-150 = ( 226,7−118 )

226,7 x 100% = 47,95 %

Menit ke-180 = ( 226,7−90,3 )

226,7 x 100% = 60,16 %

D. Dosis tinggi G. verrucosa

Menit ke-60 = ( 236,7−190,7 )

236,7 x 100% = 19,43 %

Menit ke-90 = ( 236,7−219 )

236,7 x 100% = 7,47 %

Menit ke-120 = ( 236,7−208,3 )

236,7 x 100% = 11,99 %

Menit ke-150 = ( 236,7−177,3 )

236,7 x 100% = 25,09 %

Menit ke-180 = ( 236,7−175,3 )

236,7 x 100% = 25,94 %

E. Dosis rendah K. Alvarezii

Menit ke-60 = ( 184,7−195,7 )

184,7 x 100% = -5,95 %

Menit ke-90 = ( 184,7−159 )

184,7 x 100% = 13,91 %

Menit ke-120 = ( 184,7−136 )

184,7 x 100% = 26,36 %

Page 102: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

87

Menit ke-150 = ( 184,7−120,7 )

184,7 x 100% = 34,65 %

Menit ke-180 = ( 184,7−101 )

184,7 x 100% = 45,32 %

F. Dosis sedang K. Alvarezii

Menit ke-60 = ( 196−177 )

196 x 100% = 9,69 %

Menit ke-90 = ( 196−146,7 )

196 x 100% = 25,15 %

Menit ke-120 = ( 196−127,3 )

196 x 100% = 35,05 %

Menit ke-150 = ( 196−104,3)

196 x 100% = 46,78 %

Menit ke-180 = (196−98,3 )

196 x 100% = 49,85 %

G. Dosis tinggi K. Alvarezii

Menit ke-60 = ( 208,7−205,7 )

208,7 x 100% = 1,44 %

Menit ke-90 = ( 208,7−188,3 )

208,7 x 100% = 9,77 %

Menit ke-120 = ( 208,7−164,3 )

208,7 x 100% = 21,27 %

Menit ke-150 = ( 208,7−152 )

208,7 x 100% = 27,17 %

Menit ke-180 = ( 208,7−133,7 )

208,7 x 100% = 35,94 %

Perhitungan persentase pada metode induksi aloksan

A. Glibenklamid

Hari ke-4 = ( 193−76,7)

193 x 100% = 60,3 %

Hari ke-8 = (193−66,7)

193 x 100% = 65,44 %

Hari ke- 15 = (193−68,3)

193 x 100% = 64,62 %

B. Dosis rendah G. verrucosa

Hari ke-4 = ( 312,3−211,3 )

312,3 x 100% = 32,34 %

Hari ke-8 = ( 312,3−132,3 )

312,3 x 100% = 57,64%

Hari ke-15 = ( 312,3−134 )

312,3 x 100% = 57,09 %

C. Dosis sedang G. verrucosa

Hari ke-4 = ( 294−231 )

294 x 100% = 21,43 %

Hari ke-8 = ( 294−114,3 )

294 x 100% = 61,12 %

Hari ke-15 = 294−104

294 x 100% = 64,62 %

D. Dosis tinggi G. verrucosa

Page 103: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

88

Hari ke-4 = ( 419,3−194,3 )

419,3 x 100% = 53,66 %

Hari ke-8 = ( 419,3−217,7 )

419,3 x 100% = 48,08 %

Hari ke-15 = ( 419,3−123,7 )

419,3 x 100% = 70,5 %

E. Dosis rendah K. Alvarezii

Hari ke-4 = ( 230,3−184,7 )

230,3 x 100% = 19,8 %

Hari ke-8 = ( 230,3−225 )

230,3 x 100% = 2,17 %

Hari ke-15 = ( 230,3−255,7 )

230,3 x 100% = -11,02 %

F. Dosis sedang K. Alvarezii

Hari ke-4 = ( 248,3−150,3 )

248,3 x 100% = 39,47 %

Hari ke-8 = ( 248,3−141 )

248,3 x 100% = 43,21 %

Hari ke-15 = ( 248,3−111,3 )

248,3 x 100% = 55,17 %

G. Dosis tinggi K. Alvarezii

Hari ke-4 = ( 374−105,3 )

374 x 100% = 71,84 %

Hari ke-8 = ( 374−104 )

374 x 100% = 72,2 %

Hri ke-15 = ( 374−97,7 )

374 x 100% = 73,8 %

Page 104: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

89

Lampiran 13. Hasil uji statistik dosis ekstrak G. verrucosa dengan metode

toleransi glukosa oral

A. Kelompok dosis ekstrak G. verrucosa

Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

penurunan kadar glukosa darah tikus dengan metode toleransi glukosa oral

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

b. Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa

darah

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi normal.

Pengambilan keputusanj

jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 13. Uji Normalitas G. verrucosa Dengan Metode Toleransi Glukosa Oral

menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180

N 18 18 18 18 18 18 18

Normal Parametersa Mean 104.06 184.89 145.17 150.61 143.11 139.94 111.22

Stdosis

Deviation 11.735 51.157 38.774 62.557 56.524 43.169 32.014

Most Extreme

Differences

Absolute .187 .094 .154 .253 .250 .193 .318

Positive .101 .094 .154 .253 .250 .193 .318

Negative -.187 -.093 -.112 -.162 -.144 -.171 -.206

Kolmogorov-Smirnov Z .794 .397 .653 1.072 1.061 .820 1.349

Asymp. Sig. (2-tailed) .554 .997 .787 .200 .210 .513 .053

a. Test distribution is Normal.

Page 105: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

90

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data kelompok

ekstrak G. verrucosa pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah

tikus.

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan

kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan bervariasi homogen pada menit

ke-30 dan 60.

Tabel 14. Uji Homogenitas G. verrucosa pada metode

toleransi glukosa oral

Levene Statistic df1 df2 Sig.

menit_0 3.414 5 12 .038

menit_30 2.666 5 12 .076

menit_60 2.340 5 12 .106

menit_90 4.608 5 12 .014

menit_120 5.319 5 12 .008

menit_150 3.306 5 12 .042

menit_180 5.578 5 12 .007

Page 106: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

91

Kesimpulan : data penurunan kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan

pada menit ke-30 dan 60 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji

ANOVA. Uji kruskal wallis dilakukan untuk menit ke-0, 90, 120, 150, dan 180.

Tabel 15. Uji Anova ekstrak G. verrucosa di menit kr-30 dan ke-60.

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

menit_30 Between Groups 35993.778 5 7198.756 10.168 .001

Within Groups 8496.000 12 708.000

Total 44489.778 17

menit_60 Between Groups 17436.500 5 3487.300 5.152 .009

Within Groups 8122.000 12 676.833

Total 25558.500 17

Kesimpulan : Dari hasil uji ANOVA, penurunan kadar glukosa darah pada menit

ke-30 dan ke-60 terdapat perbedaan secara bermakna karena memiliki nilai

signifikan (p ≤ 0,05). Maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant

Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan

yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna antar kelompok.

d. Uji Kruskal wallis ekstrak G. verrucosa

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data peningkatan jumlah trombosit pada tikus karena tidak memenuhi

syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Page 107: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

92

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 16. Uji Kruskal Wallis ekstrak Gracilaria verrcuosa pada metode

toleransi glukosa oral

Test Statisticsa,b

menit_0 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180

Chi-Square 11.591 14.061 14.978 12.610 12.718

Df 5 5 5 5 5

Asymp. Sig. .041 .015 .010 .027 .026

Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan

kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150,

dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata

Terkecil).

Tabel 16. Uji BNT kelompok ekstrak G. verrucosa metode toleransi glukosa

oral

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean

Difference

(I-J)

Stdosis

Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound Upper Bound

menit_0 kontrol normal kontrol positif -12.333 7.252 .115 -28.13 3.47

kontrol negative -5.000 7.252 .504 -20.80 10.80

dosis rendah G. verrucosa 13.000 7.252 .098 -2.80 28.80

dosis sedang G. verrucosa 8.667 7.252 .255 -7.13 24.47

dosis tinggi G. verrucosa -6.667 7.252 .376 -22.47 9.13

Page 108: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

93

kontrol positif kontrol normal 12.333 7.252 .115 -3.47 28.13

kontrol negative 7.333 7.252 .332 -8.47 23.13

dosis rendah G. verrucosa 25.333* 7.252 .004 9.53 41.13

dosis sedang G. verrucosa 21.000* 7.252 .013 5.20 36.80

dosis tinggi G. verrucosa 5.667 7.252 .450 -10.13 21.47

kontrol negative kontrol normal 5.000 7.252 .504 -10.80 20.80

kontrol positif -7.333 7.252 .332 -23.13 8.47

dosis rendah G. verrucosa 18.000* 7.252 .029 2.20 33.80

dosis sedang G. verrucosa 13.667 7.252 .084 -2.13 29.47

dosis tinggi G. verrucosa -1.667 7.252 .822 -17.47 14.13

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal -13.000 7.252 .098 -28.80 2.80

kontrol positif -25.333* 7.252 .004 -41.13 -9.53

kontrol negative -18.000* 7.252 .029 -33.80 -2.20

dosis sedang G. verrucosa -4.333 7.252 .561 -20.13 11.47

dosis tinggi G. verrucosa -19.667* 7.252 .019 -35.47 -3.87

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal -8.667 7.252 .255 -24.47 7.13

kontrol positif -21.000* 7.252 .013 -36.80 -5.20

kontrol negative -13.667 7.252 .084 -29.47 2.13

dosis rendah G. verrucosa 4.333 7.252 .561 -11.47 20.13

dosis tinggi G. verrucosa -15.333 7.252 .056 -31.13 .47

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 6.667 7.252 .376 -9.13 22.47

kontrol positif -5.667 7.252 .450 -21.47 10.13

kontrol negative 1.667 7.252 .822 -14.13 17.47

dosis rendah G. verrucosa 19.667* 7.252 .019 3.87 35.47

dosis sedang G. verrucosa 15.333 7.252 .056 -.47 31.13

menit_30 kontrol normal kontrol positif -55.333* 21.726 .026 -102.67 -8.00

kontrol negative -103.333* 21.726 .000 -150.67 -56.00

dosis rendah G. verrucosa -46.000 21.726 .056 -93.34 1.34

dosis sedang G. verrucosa -116.333* 21.726 .000 -163.67 -69.00

dosis tinggi G. verrucosa -126.333* 21.726 .000 -173.67 -79.00

kontrol positif kontrol normal 55.333* 21.726 .026 8.00 102.67

kontrol negative -48.000* 21.726 .047 -95.34 -.66

Page 109: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

94

dosis rendah G. verrucosa 9.333 21.726 .675 -38.00 56.67

dosis sedang G. verrucosa -61.000* 21.726 .016 -108.34 -13.66

dosis tinggi G. verrucosa -71.000* 21.726 .007 -118.34 -23.66

kontrol negative kontrol normal 103.333* 21.726 .000 56.00 150.67

kontrol positif 48.000* 21.726 .047 .66 95.34

dosis rendah G. verrucosa 57.333* 21.726 .022 10.00 104.67

dosis sedang G. verrucosa -13.000 21.726 .561 -60.34 34.34

dosis tinggi G. verrucosa -23.000 21.726 .311 -70.34 24.34

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal 46.000 21.726 .056 -1.34 93.34

kontrol positif -9.333 21.726 .675 -56.67 38.00

kontrol negative -57.333* 21.726 .022 -104.67 -10.00

dosis sedang G. verrucosa -70.333* 21.726 .007 -117.67 -23.00

dosis tinggi G. verrucosa -80.333* 21.726 .003 -127.67 -33.00

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal 116.333* 21.726 .000 69.00 163.67

kontrol positif 61.000* 21.726 .016 13.66 108.34

kontrol negative 13.000 21.726 .561 -34.34 60.34

dosis rendah G. verrucosa 70.333* 21.726 .007 23.00 117.67

dosis tinggi G. verrucosa -10.000 21.726 .654 -57.34 37.34

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 126.333* 21.726 .000 79.00 173.67

kontrol positif 71.000* 21.726 .007 23.66 118.34

kontrol negative 23.000 21.726 .311 -24.34 70.34

dosis rendah G. verrucosa 80.333* 21.726 .003 33.00 127.67

dosis sedang G. verrucosa 10.000 21.726 .654 -37.34 57.34

menit_60 kontrol normal kontrol positif -4.667 21.242 .830 -50.95 41.62

kontrol negative -72.000* 21.242 .005 -118.28 -25.72

dosis rendah G. verrucosa -23.667 21.242 .287 -69.95 22.62

dosis sedang G. verrucosa -35.000 21.242 .125 -81.28 11.28

dosis tinggi G. verrucosa -81.667* 21.242 .002 -127.95 -35.38

kontrol positif kontrol normal 4.667 21.242 .830 -41.62 50.95

kontrol negative -67.333* 21.242 .008 -113.62 -21.05

dosis rendah G. verrucosa -19.000 21.242 .389 -65.28 27.28

dosis sedang G. verrucosa -30.333 21.242 .179 -76.62 15.95

dosis tinggi G. verrucosa -77.000* 21.242 .003 -123.28 -30.72

Page 110: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

95

kontrol negative kontrol normal 72.000* 21.242 .005 25.72 118.28

kontrol positif 67.333* 21.242 .008 21.05 113.62

dosis rendah G. verrucosa 48.333* 21.242 .042 2.05 94.62

dosis sedang G. verrucosa 37.000 21.242 .107 -9.28 83.28

dosis tinggi G. verrucosa -9.667 21.242 .657 -55.95 36.62

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal 23.667 21.242 .287 -22.62 69.95

kontrol positif 19.000 21.242 .389 -27.28 65.28

kontrol negative -48.333* 21.242 .042 -94.62 -2.05

dosis sedang G. verrucosa -11.333 21.242 .603 -57.62 34.95

dosis tinggi G. verrucosa -58.000* 21.242 .018 -104.28 -11.72

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal 35.000 21.242 .125 -11.28 81.28

kontrol positif 30.333 21.242 .179 -15.95 76.62

kontrol negative -37.000 21.242 .107 -83.28 9.28

dosis rendah G. verrucosa 11.333 21.242 .603 -34.95 57.62

dosis tinggi G. verrucosa -46.667* 21.242 .048 -92.95 -.38

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 81.667* 21.242 .002 35.38 127.95

kontrol positif 77.000* 21.242 .003 30.72 123.28

kontrol negative 9.667 21.242 .657 -36.62 55.95

dosis rendah G. verrucosa 58.000* 21.242 .018 11.72 104.28

dosis sedang G. verrucosa 46.667* 21.242 .048 .38 92.95

menit_90 kontrol normal kontrol positif 14.333 22.908 .543 -35.58 64.25

kontrol negative -128.667* 22.908 .000 -178.58 -78.75

dosis rendah G. verrucosa -12.333 22.908 .600 -62.25 37.58

dosis sedang G. verrucosa -6.333 22.908 .787 -56.25 43.58

dosis tinggi G. verrucosa -108.667* 22.908 .000 -158.58 -58.75

kontrol positif kontrol normal -14.333 22.908 .543 -64.25 35.58

kontrol negative -143.000* 22.908 .000 -192.91 -93.09

dosis rendah G. verrucosa -26.667 22.908 .267 -76.58 23.25

dosis sedang G. verrucosa -20.667 22.908 .385 -70.58 29.25

dosis tinggi G. verrucosa -123.000* 22.908 .000 -172.91 -73.09

kontrol negative kontrol normal 128.667* 22.908 .000 78.75 178.58

kontrol positif 143.000* 22.908 .000 93.09 192.91

dosis rendah G. verrucosa 116.333* 22.908 .000 66.42 166.25

Page 111: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

96

dosis sedang G. verrucosa 122.333* 22.908 .000 72.42 172.25

dosis tinggi G. verrucosa 20.000 22.908 .400 -29.91 69.91

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal 12.333 22.908 .600 -37.58 62.25

kontrol positif 26.667 22.908 .267 -23.25 76.58

kontrol negative -116.333* 22.908 .000 -166.25 -66.42

dosis sedang G. verrucosa 6.000 22.908 .798 -43.91 55.91

dosis tinggi G. verrucosa -96.333* 22.908 .001 -146.25 -46.42

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal 6.333 22.908 .787 -43.58 56.25

kontrol positif 20.667 22.908 .385 -29.25 70.58

kontrol negative -122.333* 22.908 .000 -172.25 -72.42

dosis rendah G. verrucosa -6.000 22.908 .798 -55.91 43.91

dosis tinggi G. verrucosa -102.333* 22.908 .001 -152.25 -52.42

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 108.667* 22.908 .000 58.75 158.58

kontrol positif 123.000* 22.908 .000 73.09 172.91

kontrol negative -20.000 22.908 .400 -69.91 29.91

dosis rendah G. verrucosa 96.333* 22.908 .001 46.42 146.25

dosis sedang G. verrucosa 102.333* 22.908 .001 52.42 152.25

menit_120 kontrol normal kontrol positif 22.000 18.848 .266 -19.07 63.07

kontrol negative -111.333* 18.848 .000 -152.40 -70.27

dosis rendah G. verrucosa -14.333 18.848 .462 -55.40 26.73

dosis sedang G. verrucosa -1.667 18.848 .931 -42.73 39.40

dosis tinggi G. verrucosa -99.333* 18.848 .000 -140.40 -58.27

kontrol positif kontrol normal -22.000 18.848 .266 -63.07 19.07

kontrol negative -133.333* 18.848 .000 -174.40 -92.27

dosis rendah G. verrucosa -36.333 18.848 .078 -77.40 4.73

dosis sedang G. verrucosa -23.667 18.848 .233 -64.73 17.40

dosis tinggi G. verrucosa -121.333* 18.848 .000 -162.40 -80.27

kontrol negative kontrol normal 111.333* 18.848 .000 70.27 152.40

kontrol positif 133.333* 18.848 .000 92.27 174.40

dosis rendah G. verrucosa 97.000* 18.848 .000 55.93 138.07

dosis sedang G. verrucosa 109.667* 18.848 .000 68.60 150.73

dosis tinggi G. verrucosa 12.000 18.848 .536 -29.07 53.07

dosis rendah G. kontrol normal 14.333 18.848 .462 -26.73 55.40

Page 112: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

97

verrucosa kontrol positif 36.333 18.848 .078 -4.73 77.40

kontrol negative -97.000* 18.848 .000 -138.07 -55.93

dosis sedang G. verrucosa 12.667 18.848 .514 -28.40 53.73

dosis tinggi G. verrucosa -85.000* 18.848 .001 -126.07 -43.93

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal 1.667 18.848 .931 -39.40 42.73

kontrol positif 23.667 18.848 .233 -17.40 64.73

kontrol negative -109.667* 18.848 .000 -150.73 -68.60

dosis rendah G. verrucosa -12.667 18.848 .514 -53.73 28.40

dosis tinggi G. verrucosa -97.667* 18.848 .000 -138.73 -56.60

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 99.333* 18.848 .000 58.27 140.40

kontrol positif 121.333* 18.848 .000 80.27 162.40

kontrol negative -12.000 18.848 .536 -53.07 29.07

dosis rendah G. verrucosa 85.000* 18.848 .001 43.93 126.07

dosis sedang G. verrucosa 97.667* 18.848 .000 56.60 138.73

menit_150 kontrol normal kontrol positif 5.000 19.786 .805 -38.11 48.11

kontrol negative -93.667* 19.786 .000 -136.78 -50.56

dosis rendah G. verrucosa -18.333 19.786 .372 -61.44 24.78

dosis sedang G. verrucosa -8.667 19.786 .669 -51.78 34.44

dosis tinggi G. verrucosa -68.000* 19.786 .005 -111.11 -24.89

kontrol positif kontrol normal -5.000 19.786 .805 -48.11 38.11

kontrol negative -98.667* 19.786 .000 -141.78 -55.56

dosis rendah G. verrucosa -23.333 19.786 .261 -66.44 19.78

dosis sedang G. verrucosa -13.667 19.786 .503 -56.78 29.44

dosis tinggi G. verrucosa -73.000* 19.786 .003 -116.11 -29.89

kontrol negative kontrol normal 93.667* 19.786 .000 50.56 136.78

kontrol positif 98.667* 19.786 .000 55.56 141.78

dosis rendah G. verrucosa 75.333* 19.786 .002 32.22 118.44

dosis sedang G. verrucosa 85.000* 19.786 .001 41.89 128.11

dosis tinggi G. verrucosa 25.667 19.786 .219 -17.44 68.78

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal 18.333 19.786 .372 -24.78 61.44

kontrol positif 23.333 19.786 .261 -19.78 66.44

kontrol negative -75.333* 19.786 .002 -118.44 -32.22

dosis sedang G. verrucosa 9.667 19.786 .634 -33.44 52.78

Page 113: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

98

dosis tinggi G. verrucosa -49.667* 19.786 .027 -92.78 -6.56

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal 8.667 19.786 .669 -34.44 51.78

kontrol positif 13.667 19.786 .503 -29.44 56.78

kontrol negative -85.000* 19.786 .001 -128.11 -41.89

dosis rendah G. verrucosa -9.667 19.786 .634 -52.78 33.44

dosis tinggi G. verrucosa -59.333* 19.786 .011 -102.44 -16.22

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 68.000* 19.786 .005 24.89 111.11

kontrol positif 73.000* 19.786 .003 29.89 116.11

kontrol negative -25.667 19.786 .219 -68.78 17.44

dosis rendah G. verrucosa 49.667* 19.786 .027 6.56 92.78

dosis sedang G. verrucosa 59.333* 19.786 .011 16.22 102.44

menit_180 kontrol normal kontrol positif 5.667 10.668 .605 -17.58 28.91

kontrol negative -6.333 10.668 .564 -29.58 16.91

dosis rendah G. verrucosa 7.000 10.668 .524 -16.24 30.24

dosis sedang G. verrucosa 11.667 10.668 .296 -11.58 34.91

dosis tinggi G. verrucosa -73.333* 10.668 .000 -96.58 -50.09

kontrol positif kontrol normal -5.667 10.668 .605 -28.91 17.58

kontrol negative -12.000 10.668 .283 -35.24 11.24

dosis rendah G. verrucosa 1.333 10.668 .903 -21.91 24.58

dosis sedang G. verrucosa 6.000 10.668 .584 -17.24 29.24

dosis tinggi G. verrucosa -79.000* 10.668 .000 -102.24 -55.76

kontrol negative kontrol normal 6.333 10.668 .564 -16.91 29.58

kontrol positif 12.000 10.668 .283 -11.24 35.24

dosis rendah G. verrucosa 13.333 10.668 .235 -9.91 36.58

dosis sedang G. verrucosa 18.000 10.668 .117 -5.24 41.24

dosis tinggi G. verrucosa -67.000* 10.668 .000 -90.24 -43.76

dosis rendah G.

verrucosa

kontrol normal -7.000 10.668 .524 -30.24 16.24

kontrol positif -1.333 10.668 .903 -24.58 21.91

kontrol negative -13.333 10.668 .235 -36.58 9.91

dosis sedang G. verrucosa 4.667 10.668 .670 -18.58 27.91

dosis tinggi G. verrucosa -80.333* 10.668 .000 -103.58 -57.09

dosis sedang G.

verrucosa

kontrol normal -11.667 10.668 .296 -34.91 11.58

kontrol positif -6.000 10.668 .584 -29.24 17.24

Page 114: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

99

kontrol negative -18.000 10.668 .117 -41.24 5.24

dosis rendah G. verrucosa -4.667 10.668 .670 -27.91 18.58

dosis tinggi G. verrucosa -85.000* 10.668 .000 -108.24 -61.76

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 73.333* 10.668 .000 50.09 96.58

kontrol positif 79.000* 10.668 .000 55.76 102.24

kontrol negative 67.000* 10.668 .000 43.76 90.24

dosis rendah G. verrucosa 80.333* 10.668 .000 57.09 103.58

dosis sedang G. verrucosa 85.000* 10.668 .000 61.76 108.24

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

1. Pada menit ke-0, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai

signifikansi ≥ 0,05.

2. Pada menit ke-30, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan kelompok dosis rendah G. verrucosa bila dilihat

dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna

dengan kelompok kontrol negatif, dosis sedang dan dosis tinggi G.

verrucosa, bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.

3. Pada menit ke-60, 90, 120, 150, dan 180 kelompok kontrol normal

berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan

kelompok dosis tinggi G. verrucosa bila dilihat dari nilai signifikansi

≤ 0,05. Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok

kontrol positif, dosis rendah dan dosis sedang G. verrucosa bila dilihat

dari nilai signifikansi ≥ 0,05.

Page 115: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

100

Lampiran 17. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode

toleransi glukosa oral

B. Kelompok dosis ekstrak K. Alvarezii

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral

Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah

tikus sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi

normal

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 18. Uji Normalitas ekstrak K. Alvarezii metode toleransi glukosa oral

menit_0 menit_30 menit_60 menit_90 menit_120 menit_150 menit_180

N 18 18 18 18 18 18 18

Normal Parametersa Mean 102.44 179.83 163.67 156.56 140.67 132.28 106.61

Stdosis

Deviation 11.567 53.411 66.029 65.994 60.351 47.612 22.219

Most Extreme

Differences

Absolute .111 .159 .205 .200 .188 .268 .273

Positive .111 .159 .205 .200 .188 .268 .273

Negative -.105 -.100 -.160 -.143 -.114 -.167 -.201

Kolmogorov-Smirnov Z .472 .674 .872 .847 .797 1.139 1.157

Asymp. Sig. (2-tailed) .979 .754 .433 .469 .550 .149 .137

a. Test distribution is Normal.

Page 116: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

101

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan

kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii pada tikus seluruh kelompok

perlakuan terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : untuk melihat homogenitas data jumlah penurunan kadar glukosa

darah tikus.

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 19. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa

oral

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

menit_0 1.441 5 12 .279

menit_30 2.698 5 12 .074

menit_60 2.530 5 12 .087

menit_90 2.126 5 12 .132

menit_120 3.655 5 12 .031

menit_150 4.549 5 12 .015

menit_180 4.345 5 12 .017

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data

penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok perlakuan bervariasi

homogen pada menit ke-0, ke-30, ke-60 dan ke-90. Namun pada menit ke-

Page 117: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

102

120, ke-150, dank e-180 data penurunan kadar glukosa darah tikus seluruh

kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai signifikansi ≤

0,05 maka Ho ditolak.

Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah pada ekstrak K. Alvarezii

dengan metode toleransi glukosa oral tikus pada menit ke-0, ke-30, ke-60

dan ke-90 dapat dilakukan uji ANOVA karena memenuhi syarat uji

ANOVA. Namun pada menit ke-120, ke-150, dank e-180 tidak memenuhi

syarat uji ANOVA sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis.

c. Uji ANOVA

Tabel 20. Uji ANOVA Data Penurunan kadar glukosa darah pada menit ke-0, ke-

30, ke-60 dan ke-90

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

menit_0 Between Groups 1282.444 5 256.489 3.103 .050

Within Groups 992.000 12 82.667

Total 2274.444 17

menit_30 Between Groups 21875.167 5 4375.033 1.972 .156

Within Groups 26621.333 12 2218.444

Total 48496.500 17

menit_60 Between Groups 26264.000 5 5252.800 1.317 .321

Within Groups 47852.000 12 3987.667

Total 74116.000 17

menit_90 Between Groups 41142.444 5 8228.489 3.002 .055

Within Groups 32896.000 12 2741.333

Total 74038.444 17

Kesimpulan : Data penurunan kadar glukosa darah menit ke-0, ke-30, ke-60 dan

ke-90 memiliki nilai siginifikansi ≥ 0,05 (Ho ditolak).

d. Uji Kruskal wallis ekstrak K. Alvarezii

Page 118: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

103

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi

syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 21. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode toleransi glukosa oral

menit_120 menit_150 menit_180

Chi-Square 9.575 9.015 3.590

Df 5 5 5

Asymp. Sig. .088 .108 .610

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho dierima, artinya data penurunan

kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-120, 150, dan

180 tidak berbeda secara bermakna, maka tidak dilanjutkan dengan uji LSD

(Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

Page 119: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

104

Lampiran 18. Hasil Statistik Dosis Ekstrak G. verrucosa dengan metode

induksi aloksan

A. Kelompok Dosis Ekstrak G. verrucosa

Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral

Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah

tikus sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak terdistribusi normal

Tabel 22. Uji Normalitas G. verrucosa pada metode induksi

aloksan

hari_1 hari_4 hari_8 hari_15

N 18 18 18 18

Normal Parametersa Mean 252.44 171.22 139.00 123.06

Stdosis

Deviation 123.172 97.132 79.301 52.415

Most Extreme

Differences

Absolute .156 .199 .256 .202

Positive .156 .199 .256 .202

Negative -.126 -.129 -.134 -.114

Kolmogorov-Smirnov Z .662 .842 1.088 .857

Asymp. Sig. (2-tailed) .774 .477 .187 .454

a. Test distribution is Normal.

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya penurunan kadar

glukosa darah pada tikus seluruh kelompok perlakuan terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas Levene

Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah

tikus

Page 120: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

105

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi tidak homogen

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan

kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok tidak bervariasi homogen.

c. Uji Kruskal Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi

syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Tabel 23. Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

hari_1 3.949 5 12 .024

hari_4 6.939 5 12 .003

hari_8 5.356 5 12 .008

hari_15 3.580 5 12 .033

Page 121: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

106

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Tabel 24. Uji Kruskal-Wallis G. verrucosa pada metode induksi aloksan

Test Statisticsa,b

hari_1 hari_4 hari_8 hari_15

Chi-Square 12.288 11.895 10.708 12.859

Df 5 5 5 5

Asymp. Sig. .031 .036 .057 .025

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan

kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada menit ke-0, 90, 120, 150,

dan 180 berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata

Terkecil).

Tabel 25. Uji BNT G. verucosa pada hari ke-1, 4, 8 dan 15.

Multiple Comparisons

LSD

Depende

nt

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean

Differenc

e (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

hari_1 kontrol normal kontrol positif -97.667 60.426 .132 -229.32 33.99

kontrol negatif -105.333 60.426 .107 -236.99 26.32

dosis rendah G.

verrucosa -217.000

* 60.426 .004 -348.66 -85.34

dosis sedang G.

verrucosa -198.667

* 60.426 .006 -330.32 -67.01

dosis tinggi G.

verrucosa -324.000

* 60.426 .000 -455.66 -192.34

kontrol positif kontrol normal 97.667 60.426 .132 -33.99 229.32

kontrol negatif -7.667 60.426 .901 -139.32 123.99

Page 122: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

107

dosis rendah G.

verrucosa -119.333 60.426 .072 -250.99 12.32

dosis sedang G.

verrucosa -101.000 60.426 .120 -232.66 30.66

dosis tinggi G.

verrucosa -226.333

* 60.426 .003 -357.99 -94.68

kontrol negatif kontrol normal 105.333 60.426 .107 -26.32 236.99

kontrol positif 7.667 60.426 .901 -123.99 139.32

dosis rendah G.

verrucosa -111.667 60.426 .089 -243.32 19.99

dosis sedang G.

verrucosa -93.333 60.426 .148 -224.99 38.32

dosis tinggi G.

verrucosa -218.667

* 60.426 .004 -350.32 -87.01

dosis rendah

G. verrucosa

kontrol normal 217.000* 60.426 .004 85.34 348.66

kontrol positif 119.333 60.426 .072 -12.32 250.99

kontrol negatif 111.667 60.426 .089 -19.99 243.32

dosis sedang G.

verrucosa 18.333 60.426 .767 -113.32 149.99

dosis tinggi G.

verrucosa -107.000 60.426 .102 -238.66 24.66

dosis sedang

G. verrucosa

kontrol normal 198.667* 60.426 .006 67.01 330.32

kontrol positif 101.000 60.426 .120 -30.66 232.66

kontrol negatif 93.333 60.426 .148 -38.32 224.99

dosis rendah G.

verrucosa -18.333 60.426 .767 -149.99 113.32

dosis tinggi G.

verrucosa -125.333 60.426 .060 -256.99 6.32

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 324.000* 60.426 .000 192.34 455.66

kontrol positif 226.333* 60.426 .003 94.68 357.99

kontrol negatif 218.667* 60.426 .004 87.01 350.32

dosis rendah G.

verrucosa 107.000 60.426 .102 -24.66 238.66

Page 123: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

108

dosis sedang G.

verrucosa 125.333 60.426 .060 -6.32 256.99

hari_4 kontrol normal kontrol positif 23.333 72.905 .754 -135.51 182.18

kontrol negatif -113.667 72.905 .145 -272.51 45.18

dosis rendah G.

verrucosa -111.333 72.905 .153 -270.18 47.51

dosis sedang G.

verrucosa -131.333 72.905 .097 -290.18 27.51

dosis tinggi G.

verrucosa -94.333 72.905 .220 -253.18 64.51

kontrol positif kontrol normal -23.333 72.905 .754 -182.18 135.51

kontrol negatif -137.000 72.905 .085 -295.85 21.85

dosis rendah G.

verrucosa -134.667 72.905 .090 -293.51 24.18

dosis sedang G.

verrucosa -154.667 72.905 .055 -313.51 4.18

dosis tinggi G.

verrucosa -117.667 72.905 .133 -276.51 41.18

kontrol negatif kontrol normal 113.667 72.905 .145 -45.18 272.51

kontrol positif 137.000 72.905 .085 -21.85 295.85

dosis rendah G.

verrucosa 2.333 72.905 .975 -156.51 161.18

dosis sedang G.

verrucosa -17.667 72.905 .813 -176.51 141.18

dosis tinggi G.

verrucosa 19.333 72.905 .795 -139.51 178.18

dosis rendah

G. verrucosa

kontrol normal 111.333 72.905 .153 -47.51 270.18

kontrol positif 134.667 72.905 .090 -24.18 293.51

kontrol negatif -2.333 72.905 .975 -161.18 156.51

dosis sedang G.

verrucosa -20.000 72.905 .788 -178.85 138.85

dosis tinggi G.

verrucosa 17.000 72.905 .820 -141.85 175.85

dosis sedang

G. verrucosa

kontrol normal 131.333 72.905 .097 -27.51 290.18

kontrol positif 154.667 72.905 .055 -4.18 313.51

Page 124: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

109

kontrol negatif 17.667 72.905 .813 -141.18 176.51

dosis rendah G.

verrucosa 20.000 72.905 .788 -138.85 178.85

dosis tinggi G.

verrucosa 37.000 72.905 .621 -121.85 195.85

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 94.333 72.905 .220 -64.51 253.18

kontrol positif 117.667 72.905 .133 -41.18 276.51

kontrol negatif -19.333 72.905 .795 -178.18 139.51

dosis rendah G.

verrucosa -17.000 72.905 .820 -175.85 141.85

dosis sedang G.

verrucosa -37.000 72.905 .621 -195.85 121.85

hari_15 kontrol normal kontrol positif 29.000 24.815 .265 -25.07 83.07

kontrol negatif -113.667* 24.815 .001 -167.73 -59.60

dosis rendah G.

verrucosa -36.667 24.815 .165 -90.73 17.40

dosis sedang G.

verrucosa -6.667 24.815 .793 -60.73 47.40

dosis tinggi G.

verrucosa -26.333 24.815 .309 -80.40 27.73

kontrol positif kontrol normal -29.000 24.815 .265 -83.07 25.07

kontrol negatif -142.667* 24.815 .000 -196.73 -88.60

dosis rendah G.

verrucosa -65.667

* 24.815 .021 -119.73 -11.60

dosis sedang G.

verrucosa -35.667 24.815 .176 -89.73 18.40

dosis tinggi G.

verrucosa -55.333

* 24.815 .046 -109.40 -1.27

kontrol negatif kontrol normal 113.667* 24.815 .001 59.60 167.73

kontrol positif 142.667* 24.815 .000 88.60 196.73

dosis rendah G.

verrucosa 77.000

* 24.815 .009 22.93 131.07

dosis sedang G.

verrucosa 107.000

* 24.815 .001 52.93 161.07

dosis tinggi G.

verrucosa 87.333

* 24.815 .004 33.27 141.40

Page 125: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

110

dosis rendah

G. verrucosa

kontrol normal 36.667 24.815 .165 -17.40 90.73

kontrol positif 65.667* 24.815 .021 11.60 119.73

kontrol negatif -77.000* 24.815 .009 -131.07 -22.93

dosis sedang G.

verrucosa 30.000 24.815 .250 -24.07 84.07

dosis tinggi G.

verrucosa 10.333 24.815 .684 -43.73 64.40

dosis sedang

G. verrucosa

kontrol normal 6.667 24.815 .793 -47.40 60.73

kontrol positif 35.667 24.815 .176 -18.40 89.73

kontrol negatif -107.000* 24.815 .001 -161.07 -52.93

dosis rendah G.

verrucosa -30.000 24.815 .250 -84.07 24.07

dosis tinggi G.

verrucosa -19.667 24.815 .443 -73.73 34.40

dosis tinggi G.

verrucosa

kontrol normal 26.333 24.815 .309 -27.73 80.40

kontrol positif 55.333* 24.815 .046 1.27 109.40

kontrol negatif -87.333* 24.815 .004 -141.40 -33.27

dosis rendah G.

verrucosa -10.333 24.815 .684 -64.40 43.73

dosis sedang G.

verrucosa 19.667 24.815 .443 -34.40 73.73

*. The mean difference is significant at the 0.05

level.

Kesimpulan :

1. Pada hari ke-1, seluruh kelompok berbeda secara bermakna dengan

kontrol normal, kecuali kelompok kontrol positif dan kontrol negatif.

2. Pada hari ke-4, seluruh kelompok dosis dan kontrol tidak berbeda

secara bermakna dengan terhadap kontrol normal dan kontrol positif.

3. Pada hari ke-15, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, bila dilihat dari nilai

signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan

Page 126: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

111

kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari

nilai signifikansi ≥ 0,05.

Page 127: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

112

Lampiran 19. Hasil Statistik Dosis Ekstrak K. Alvarezii dengan metode

induksi aloksan

a. Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov dan Uji Homogenitas Levene

penurunan kadar glukosa darah pada metode toleransi glukosa oral

Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov

Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data penurunan kadar glukosa darah

tikus sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang terdistribusi normal

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang tidak terdistribusi

normal

Pengambilan keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Tabel 26.Uji normalitas pada K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan

hari_1 hari_4 hari_8 hari_15

N 18 18 18 18

Normal Parametersa Mean 223.61 138.44 139.94 140.22

Stdosis Deviation 107.786 63.871 67.859 74.548

Most Extreme Differences Absolute .222 .210 .217 .293

Positive .222 .210 .217 .293

Negative -.114 -.125 -.098 -.141

Kolmogorov-Smirnov Z .943 .893 .921 1.242

Asymp. Sig. (2-tailed) .336 .403 .365 .091

a. Test distribution is Normal.

Keputusan :Seluruh data kelompok terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas Levene

Page 128: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

113

Tujuan : untuk melihat homogenitas data penurunan kadar glukosa darah

tikus.

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus yang bervariasi tidak

homogen

Keputusan : Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima, artinya data penurunan

kadar glukosa darah tikus seluruh kelompok bervariasi homogen pada hari ke-8

dan ke-15. Namun pada hari ke-1 dan ke-4 data penurunan kadar glukosa darah

tikus seluruh kelompok perlakuan tidak bervariasi homogen karena nilai

signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak.

c. Uji ANOVA

Tabel 28. Uji ANOVA K. Alvarezii dengan metode induksi aloksan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

hari_1 Between Groups 123575.611 5 24715.122 4.012 .023

Within Groups 73928.667 12 6160.722

Total 197504.278 17

hari_4 Between Groups 42981.111 5 8596.222 3.912 .025

Within Groups 26371.333 12 2197.611

Tabel 27. Uji Homogenitas K. Alvarezii pada

metode induksi aloksan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

hari_1 5.143 5 12 .009

hari_4 5.112 5 12 .010

hari_8 2.561 5 12 .085

hari_15 3.968 5 12 .023

Page 129: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

114

Total 69352.444 17

hari_15 Between Groups 83969.778 5 16793.956 19.180 .000

Within Groups 10507.333 12 875.611

Total 94477.111 17

Keputusan : Dari hasil uji ANOVA, Penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-

1, ke-4, dan ke-15 terdapat perbedaan secara bermakna pada data jumlah

peningkatan trombosit karena memiliki nilai signifikan (p ≤ 0,05). Maka

dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference) atau uji BNT (Beda

Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil

pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Tujuannya adalah

untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara

bermakna dengan kelompok lainnya.

d. Uji kruskal wallis metode induksi aloksan K. Alvarezii

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna

pada data penurunan kadar glukosa darah pada tikus karena tidak memenuhi

syarat uji ANOVA

Hipotesis

Ho : Data penurunan kadar glukosa darah tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha : Data penurunan kadar glukosa darah tikus berbeda secara bermakna

Pengambilan Keputusan

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak

Page 130: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

115

Tabel 29. Uji Kruskal Wallis K. Alvarezii pada metode induksi aloksan

Keputusan : Nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak, artinya data penurunan

kadar glukosa darah seluruh kelompok perlakuan pada hari ke- 4 dan ke-15

berbeda secara bermakna, maka dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant

Difference) atau uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Uji BNT merupakan uji lanjutan

yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang

bermakna antar kelompok. Pada hari ke-8, nilai signifikan ≥0,05 maka seluruh

kelompok uji tidak ada perbedaan bermakna

Tabel 30. Uji BNT K. Alvarezii pada metode induksi aloksan

LSD

Dependent

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean

Difference (I-J)

Stdosis

Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

hari_1 kontrol normal kontrol positif -97.667 64.087 .153 -237.30 41.97

kontrol negative -105.333 64.087 .126 -244.97 34.30

dosis rendah K. Alvarezii -135.000 64.087 .057 -274.63 4.63

dosis sedang K. Alvarezii -153.000* 64.087 .034 -292.63 -13.37

dosis tinggi K. Alvarezii -278.667* 64.087 .001 -418.30 -139.03

kontrol positif kontrol normal 97.667 64.087 .153 -41.97 237.30

kontrol negative -7.667 64.087 .907 -147.30 131.97

Test Statisticsa,b

hari_8

Chi-Square 14.240

Df 5

Asymp. Sig. .014

Page 131: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

116

dosis rendah K. Alvarezii -37.333 64.087 .571 -176.97 102.30

dosis sedang K. Alvarezii -55.333 64.087 .405 -194.97 84.30

dosis tinggi K. Alvarezii -181.000* 64.087 .015 -320.63 -41.37

kontrol negatif kontrol normal 105.333 64.087 .126 -34.30 244.97

kontrol positif 7.667 64.087 .907 -131.97 147.30

dosis rendah K. Alvarezii -29.667 64.087 .652 -169.30 109.97

dosis sedang K. Alvarezii -47.667 64.087 .471 -187.30 91.97

dosis tinggi K. Alvarezii -173.333* 64.087 .019 -312.97 -33.70

dosis rendah K.

Alvarezii

kontrol normal 135.000 64.087 .057 -4.63 274.63

kontrol positif 37.333 64.087 .571 -102.30 176.97

kontrol negative 29.667 64.087 .652 -109.97 169.30

dosis sedang K. Alvarezii -18.000 64.087 .784 -157.63 121.63

dosis tinggi K. Alvarezii -143.667* 64.087 .045 -283.30 -4.03

dosis sedang K.

Alvarezii

kontrol normal 153.000* 64.087 .034 13.37 292.63

kontrol positif 55.333 64.087 .405 -84.30 194.97

kontrol negative 47.667 64.087 .471 -91.97 187.30

dosis rendah K. Alvarezii 18.000 64.087 .784 -121.63 157.63

dosis tinggi K. Alvarezii -125.667 64.087 .074 -265.30 13.97

dosis tinggi K.

Alvarezii

kontrol normal 278.667* 64.087 .001 139.03 418.30

kontrol positif 181.000* 64.087 .015 41.37 320.63

kontrol negative 173.333* 64.087 .019 33.70 312.97

dosis rendah K. Alvarezii 143.667* 64.087 .045 4.03 283.30

dosis sedang K. Alvarezii 125.667 64.087 .074 -13.97 265.30

hari_4 kontrol normal kontrol positif 23.333 38.276 .553 -60.06 106.73

kontrol negative -113.667* 38.276 .012 -197.06 -30.27

dosis rendah K. Alvarezii -84.667* 38.276 .047 -168.06 -1.27

dosis sedang K. Alvarezii -50.333 38.276 .213 -133.73 33.06

dosis tinggi K. Alvarezii -5.333 38.276 .891 -88.73 78.06

kontrol positif kontrol normal -23.333 38.276 .553 -106.73 60.06

kontrol negatif -137.000* 38.276 .004 -220.40 -53.60

dosis rendah K. Alvarezii -108.000* 38.276 .015 -191.40 -24.60

dosis sedang K. Alvarezii -73.667 38.276 .078 -157.06 9.73

Page 132: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

117

dosis tinggi K. Alvarezii -28.667 38.276 .468 -112.06 54.73

kontrol negatif kontrol normal 113.667* 38.276 .012 30.27 197.06

kontrol positif 137.000* 38.276 .004 53.60 220.40

dosis rendah K. Alvarezii 29.000 38.276 .463 -54.40 112.40

dosis sedang K. Alvarezii 63.333 38.276 .124 -20.06 146.73

dosis tinggi K. Alvarezii 108.333* 38.276 .015 24.94 191.73

dosis rendah K.

Alvarezii

kontrol normal 84.667* 38.276 .047 1.27 168.06

kontrol positif 108.000* 38.276 .015 24.60 191.40

kontrol negatif -29.000 38.276 .463 -112.40 54.40

dosis sedang K. Alvarezii 34.333 38.276 .387 -49.06 117.73

dosis tinggi K. Alvarezii 79.333 38.276 .060 -4.06 162.73

dosis sedang K.

Alvarezii

kontrol normal 50.333 38.276 .213 -33.06 133.73

kontrol positif 73.667 38.276 .078 -9.73 157.06

kontrol negatif -63.333 38.276 .124 -146.73 20.06

dosis rendah K. Alvarezii -34.333 38.276 .387 -117.73 49.06

dosis tinggi K. Alvarezii 45.000 38.276 .263 -38.40 128.40

dosis tinggi K.

Alvarezii

kontrol normal 5.333 38.276 .891 -78.06 88.73

kontrol positif 28.667 38.276 .468 -54.73 112.06

kontrol negatif -108.333* 38.276 .015 -191.73 -24.94

dosis rendah K. Alvarezii -79.333 38.276 .060 -162.73 4.06

dosis sedang K. Alvarezii -45.000 38.276 .263 -128.40 38.40

hari_8 kontrol normal kontrol positif 25.667 28.661 .388 -36.78 88.11

kontrol negatif -118.333* 28.661 .001 -180.78 -55.89

dosis rendah K. Alvarezii -132.667* 28.661 .001 -195.11 -70.22

dosis sedang K. Alvarezii -48.667 28.661 .115 -111.11 13.78

dosis tinggi K. Alvarezii -11.667 28.661 .691 -74.11 50.78

kontrol positif kontrol normal -25.667 28.661 .388 -88.11 36.78

kontrol negatif -144.000* 28.661 .000 -206.45 -81.55

dosis rendah K. Alvarezii -158.333* 28.661 .000 -220.78 -95.89

dosis sedang K. Alvarezii -74.333* 28.661 .024 -136.78 -11.89

dosis tinggi K. Alvarezii -37.333 28.661 .217 -99.78 25.11

kontrol negatif kontrol normal 118.333* 28.661 .001 55.89 180.78

kontrol positif 144.000* 28.661 .000 81.55 206.45

Page 133: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

118

dosis rendah K. Alvarezii -14.333 28.661 .626 -76.78 48.11

dosis sedang K. Alvarezii 69.667* 28.661 .032 7.22 132.11

dosis tinggi K. Alvarezii 106.667* 28.661 .003 44.22 169.11

dosis rendah K.

Alvarezii

kontrol normal 132.667* 28.661 .001 70.22 195.11

kontrol positif 158.333* 28.661 .000 95.89 220.78

kontrol negatif 14.333 28.661 .626 -48.11 76.78

dosis sedang K. Alvarezii 84.000* 28.661 .013 21.55 146.45

dosis tinggi K. Alvarezii 121.000* 28.661 .001 58.55 183.45

dosis sedang K.

Alvarezii

kontrol normal 48.667 28.661 .115 -13.78 111.11

kontrol positif 74.333* 28.661 .024 11.89 136.78

kontrol negatif -69.667* 28.661 .032 -132.11 -7.22

dosis rendah K. Alvarezii -84.000* 28.661 .013 -146.45 -21.55

dosis tinggi K. Alvarezii 37.000 28.661 .221 -25.45 99.45

dosis tinggi K.

Alvarezii

kontrol normal 11.667 28.661 .691 -50.78 74.11

kontrol positif 37.333 28.661 .217 -25.11 99.78

kontrol negatif -106.667* 28.661 .003 -169.11 -44.22

dosis rendah K. Alvarezii -121.000* 28.661 .001 -183.45 -58.55

dosis sedang K. Alvarezii -37.000 28.661 .221 -99.45 25.45

hari_15 kontrol normal kontrol positif 29.000 24.161 .253 -23.64 81.64

kontrol negatif -113.667* 24.161 .001 -166.31 -61.02

dosis rendah K. Alvarezii -158.333* 24.161 .000 -210.98 -105.69

dosis sedang K. Alvarezii -14.000 24.161 .573 -66.64 38.64

dosis tinggi K. Alvarezii -.333 24.161 .989 -52.98 52.31

kontrol positif kontrol normal -29.000 24.161 .253 -81.64 23.64

kontrol negatif -142.667* 24.161 .000 -195.31 -90.02

dosis rendah K. Alvarezii -187.333* 24.161 .000 -239.98 -134.69

dosis sedang K. Alvarezii -43.000 24.161 .100 -95.64 9.64

dosis tinggi K. Alvarezii -29.333 24.161 .248 -81.98 23.31

kontrol negatif kontrol normal 113.667* 24.161 .001 61.02 166.31

kontrol positif 142.667* 24.161 .000 90.02 195.31

dosis rendah K. Alvarezii -44.667 24.161 .089 -97.31 7.98

dosis sedang K. Alvarezii 99.667* 24.161 .001 47.02 152.31

dosis tinggi K. Alvarezii 113.333* 24.161 .001 60.69 165.98

Page 134: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

119

dosis rendah K.

Alvarezii

kontrol normal 158.333* 24.161 .000 105.69 210.98

kontrol positif 187.333* 24.161 .000 134.69 239.98

kontrol negatif 44.667 24.161 .089 -7.98 97.31

dosis sedang K. Alvarezii 144.333* 24.161 .000 91.69 196.98

dosis tinggi K. Alvarezii 158.000* 24.161 .000 105.36 210.64

dosis sedang K.

Alvarezii

kontrol normal 14.000 24.161 .573 -38.64 66.64

kontrol positif 43.000 24.161 .100 -9.64 95.64

kontrol negatif -99.667* 24.161 .001 -152.31 -47.02

dosis rendah K. Alvarezii -144.333* 24.161 .000 -196.98 -91.69

dosis tinggi K. Alvarezii 13.667 24.161 .582 -38.98 66.31

dosis tinggi K.

Alvarezii

kontrol normal .333 24.161 .989 -52.31 52.98

kontrol positif 29.333 24.161 .248 -23.31 81.98

kontrol negatif -113.333* 24.161 .001 -165.98 -60.69

dosis rendah K. Alvarezii -158.000* 24.161 .000 -210.64 -105.36

dosis sedang K. Alvarezii -13.667 24.161 .582 -66.31 38.98

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan :

1. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan bila dilihat dari nilai

signifikansi ≥ 0,05.

2. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara

bermakna dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. Alvarezii bila

dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05. Namun berbeda secara

bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. Alvarezii,

bila dilihat dari nilai signifikansi ≥ 0,05.

3. Pada hari ke-4, 8, dan 15, kelompok kontrol normal berbeda secara

bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis

rendah K. Alvarezii, bila dilihat dari nilai signifikansi ≤ 0,05.

Page 135: PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25993/1/PUTRI... · menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan selama

120

Namun tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol

positif, dosis sedang dan dosis tinggi K. Alvarezii, bila dilihat dari

nilai signifikansi ≥ 0,05.