program studi diploma iii analis farmasi dan makanan

32
PENETAPAN KADAR SULFAT PADA AIR BERSIH DENGAN METODE TURBIDIMETRI TUGAS AKHIR OLEH : WILDANI NIM 132410078 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

PENETAPAN KADAR SULFAT PADA AIR BERSIH DENGAN METODE TURBIDIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH : WILDANI

NIM 132410078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan,

kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini, serta sholawat beriring salam untuk Rasullah Nabi Muhammad

SAW sebagai contoh tauladan dalam kehidupan. Tugas Akhir ini berjudul

“Penetapan Kadar Sulfat pada Air Bersih dengan Metode Turbidimetri”. Tugas

Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada

program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

berbagai pihak antara lain :

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai kordinator

program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku sekretaris program

studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

4. Ibu Sri Yuliasmi, S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh

perhatian hingga tugas akhir ini selesai.

5. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat

Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada

penulis dalam hal akademis setiap semester.

6. Bapak Drs. Syahniman, M.Si., selaku pembimbing lapangan di

Laboratorium Keesehatan Daerah Medan.

7. Ibu dr. Hartati selaku kepala Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

8. Bapak dan Ibu dosen Staf Pengajar Fakultas Farmasi Program Diploma

III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan

mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan.

9. Seluruh staf dan pegawai di Balai Laboraturium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL).

10. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Alm. Mahyiddin dan Ibunda

Salamah serta keluarga besar penulis yaitu Sartika, M.Sidiq,

Syafridawati, Purnawarman, Adinda Bhayangkari, Syahriani, Syahrul,

S, Suhaibah dan Dilza Fatia (Om Sahar) yang telah memberi dukungan

moral dan materi kepada penulis.

11. Sahabat penulis yaitu Desi Kusuma Darma Batubara, Elzius Fransiscus

Lumban Gaol, Melati Claudia Telaumbanua, Ayang Ludita, Siti

Karimah, Vinda Anggela Dewi, Halimahtusakdiyah, dan Rio Andisa

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Putra yang telah mencurahkan perhatian serta memberikan dukungan

dan segenap do’a kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2013 semuanya

tanpa terkecuali, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta

masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan tugas akhir ini, masih

banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis baik itu

sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun

demi penyempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini berguna bagi

pembaca secara umum dan penulisan secara khusus. Akhir kata penulis

mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Wildani NIM 132410078

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .......................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 2

1.2 Tujuan Dan Manfaat ............................................................. 2

1.2.1 Tujuan ....................................................................... 2

1.2.2 Manfaat ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

2.1 Definisi Air ............................................................................ 4

2.1.1 Kebutuhan Terhadap Air Bersih ................................. 4

2.2 Sumber Air ............................................................................ 5

2.3 Sifat Umum Air .................................................................... 9

2.4 Analisis Air ........................................................................... 10

2.5 Kontaminasi Dan Standar Mutu Air ...................................... 10

2.5.1 Jenis Dan Sumber Konaminasi Air .............................. 11

2.5.2 Standar Mutu Air ......................................................... 14

2.6 Sulfat Dalam Air Bersih ........................................................ 16

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

2.6.1 Sulfat ........................................................................... 15

2.7 Penetapan Kadar Sulfat Dalam Air Bersih ............................ 16

2.7.1 Metode Turbidimetri ................................................... 16

BAB III METODE PENGUJIAN ............................................................ 18

3.1 Tempat Pelaksanaan ............................................................. 18

3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 18

3.2.1 Alat – Alat .................................................................. 18

3.2.2 Bahan – Bahan ........................................................... 18

3.3 Prosedur Pemeriksaan ........................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 19

4.1 Hasil Dan Pembahasan ......................................................... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 20

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 20

5.2 Saran ..................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 PermenKes No.416/Per/IX/1990 .............................................. 22

2 Instrumen penetapan kadar sulfat ............................................. 23

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Air merupakan sarana utama untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari

berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti kita tahu bahwa

penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno,

1991).

Air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar

sekali peranannya untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu, dalam kehidupan

sehari-hari pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan

layak atau tidak layak air bersih tersebut digunakan sebagai sumber persediaan

atau tidak. Air juga mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Abel Wolman

menyatakan bahwa air mampu melarutkan zat-zat kimia hasil dari pembuangan

oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Semakin bertambahnya kegiatan

manusia maka zat-zat kimia yang dapat larut didalam air akan bertambah sehingga

menyebabkan masalah kesehatan pada manusia (Sutrisno, 1991).

Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, maupun

bakteriologi. Air bersih diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air sumber

dan mata air. Air yang bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, dan tidak

berbau. Air memiliki sifat polar sehingga air dapat lebih mudah melarutkan zat-

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

zat kimia yang dapat terlalut oleh air. Zat-zat kimia yang mudah larut dalam air

adalah sulfat, klorida, nitrat, barium, fluor, besi, dan tembaga. Zat-zat kimia

tersebut telah ditetapkan kadar maksimumnya dalam air bersih untuk mengurangi

resiko terkena efek laksatif dari zat-zat kimia berbahaya tersebut Pengukuran

secara kuantitatif sangat penting untuk dilakukan (Gabriel, 2001).

Sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat pada air bersih di

alam. Identifikasi sulfat penting untuk dilakukan dalam penyediaan air untuk

umum karena pengaruh pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia apabila

ada dalam konsentrasi yang cukup besar. PermenKes menetapkan standar kadar

sulfat dalam air bersih yang akan digunakan untuk keperluan manusia yaitu 400

mg/L. Efek laksatif pada sulfat dapat ditimbulkan pada konsentrasi 600-1000

mg/L. Kelebihan sulfat dalam air bersih akan menyebabkan korosi pada pipa yang

diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dan efek laksatif yang

terjadi apabila sulfat berikatan dengan magnesium dan natrium adalah mual dan

ingin muntah (Sutrisno, 1991).

Ada beberapa cara menentukan kadar sulfat dalam sampel cair, yaitu

turbidimetri, kompleksometri, dan potensiometri. Turbidimetri adalah metode

pengukuran konsentrasi partikulat dalam suspensi yang didasarkan pada

hamburan elastis cahaya oleh partikel. Keistimewaan dari metode ini adalah

metode yang digunakan sangat sederhana, hasil pembacaan langsung bentuk

digital dalam range 0-1000 NTU, sangat ideal untuk monitoring pengatur,

pengawasan proses atau studi lapangan, dan dua sistem detektornya

dikompensasi/diimbangi dengan warna dalam sampel, cahaya fruktuasi dan

cahaya sesatan (Golterman, dkk., 1978).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Kelebihan sulfat dalam air bersih berbahaya untuk kesehatan manusia.

Oleh karena itu, air bersih yang digunakan untuk kepentingan manusia perlu

untuk diidentifikasi untuk mengetahui dan memastikan air bersih memenuhi

standar kualitas air bersih yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sulfat

dalam air bersih diidentifikasi menggunakan metode turbidimetri dan

menggunakan alat Lovibond Spektro PC 22.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

a. Untuk mengidentifikasi keberadaan sulfat dalam air bersih

b. Untuk mengetahui kadar sulfat didalam air bersih memenuhi syarat

yang ditetapkan oleh PermenKes No. 416/PER/IX/1990 atau tidak.

1.2.2 Manfaat

a. Dapat mengidentifikasi keberadaan sulfat dalam air bersih

b. Dapat mengetahui kadar sulfat didalam air bersih memenuhi syarat

yang ditetapkan oleh PermenKes No. 416/PER/IX/1990 atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Air

Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsure (H2)

yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk senyawa

H2O. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan, terutama penyakit perut. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi

kualitas maupun kuantitas disuatu daerah, maka penyebaran penyakit menular

dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin.

Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan

salah satu mata rantai penularan penyakit perut (Sutrisno, 1991).

2.1.1 Kebutuhan Terhadap Air Bersih

Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, maupun

bakteriologi. Air bersih diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air sumber

mata air. Air bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air namun pada keadaan

normal air bersih. Apabila air bersih tidak pada keadaan normal maka air telah

mengalami pencemaran. Air bersih pasti mengandung mineral atau senyawa

(unsur). Namun mineral atau senyawa (unsur) didalam air berlainan. Seperti air

hujan mengandung sulfat, klorida, amoniak, dan karbon dioksida sedangkan pada

air mata air mengandung magnesium, natrium, kalsium, besi, dan oksida (Gabriel,

2001).

Air bersih untuk keperluan sehari-hari didapat dari Perusahaan Daerah Air

Minum Daerah (PDAM). Hingga saat ini, baru sebagian dari penduduk dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

memperoleh layanan PDAM akibat dari keterbatasan kemampuan perusahaan

daerah tersebut. Untuk meningkatkan pelayanan, dibeberapa kota besar

penyediaan air bersih dikelola oleh perusahaan swasta atau kerja sama antara

PDAM dan perusahaan swasta (Suprihatin dan Suparno, 2013).

Air yang dibutuhkan lebih banyak dan air yang didapat dari perusahaan

penyediaan air bersih sangat terbatas, sehingga secara relatif presentase penduduk

yang dapat dilayani oleh PDAM semakin menurun. Akibatnya,perusahaan

penyedia air bersih lebih sering mengutamakan kuantitas (kecukupan) dari pada

mempertahankan mutu tinggi. Hal ini sering menyebabkan masalah tingginya

variasi mutu air. Pada kondisi tertentu, misalnya pada hujan lebat, mutu air

menjadi sangat rendah yang dapat ditandai dengan tingkat kekeruhan yang tinggi.

Sehingga air menjadi tidak layak untuk digunakan (Suprihatin dan Suparno,

2013).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan

suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kekeringan. Manusia akan lebih

cepat meninggal karena tubuh kekurangan air dari pada kekurangan makanan.

Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang

dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 55-

60% dan untuk bayi sekitar 80% (Notoatmodjo, 1997).

2.2. Sumber air

Air merupakan sumber daya yang terbatas yang harus dikelola. Sumber air

untuk berbagai keperluan berasal dari air permukaan (sungai, danau, dan waduk)

dan air tanah. Sumber air tersebut pada hakikatnya berasal dari air hujan. Air

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

hujan yang masuk melalui lapisan batuan dan membentuk tandon dikenal sebagai

air tanah. Jika ai tanah dalam kondisi tekanan tinggi, air tanah tersebut dapat

mengalir kepermukaan tanah secara otomatis sebagai mata air . Lokasi sumber air

berada jauh dari pengganggu. Saluran/kanal, reservoar, sumur dan menara air

merupakan sarana buatan manusia untuk mengumpulkan dan mengalirkan air. Air

dari waduk, sumur, dan sungai harus diolah terlebih dahulu sebelum dikontribusi

dan digunakan karena adanya kontaminasi. Setelah diolah, air bersih bisa dapat

digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari (Suprihatin dan Suparno,

2013).

Sumber air bersih bisa berasal dari air laut, air permukaan, air hujan, dan air

tanah.

Air Laut

Rasa asin pada air laut, karena air laut mengandung garam natrium klorida

(NaCl). Kadar garam NaCl dalam air laut adalah 3%. Dengan keadaan ini: maka

air laut tak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno dan Suparno, 2013).

Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air

permukaan mengalir dan membawa lumpur, batang kayu, daun-daun, dan kotoran

industri kota sehingga air menjadi kotor dan tercemar. Namun, oksigen atau gas

oksida akan membantu proses pembusukan daun-daunan pada air. Karena air

mengalir gas oksida akan meresap ke dalam air permukaan. Air permukaan secara

alami cenderung mengandung padatan tanah tersuspensi, bakteri, dan bahan

organik hasil pembusukan tanaman dan hewan. Oleh karena itu, air yang diambil

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

secara langsung dari sungai atau danau pada umumnya belum cukup baik untuk

keperluan konsumsi manusia secara langsung (Suprihatin dan Suparno, 2013)

Menurut (Sutrisno, 1991) sumber air permukaan ada dua, yaitu :

a. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa/danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat

organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis

tinggi, maka umumnya kadar besi dan mangan akan tinggi pula dan dalam

keadaan kelarutan oksigen kurang sekali (anaerob), maka unsur-unsur besi dan

mangan ini akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh algae (lumut) karna

adanya sinar matahari dan Oksigen (O2).

Air Hujan

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran

udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu. Maka untuk

menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu

menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih

mengandung banyak kotoran (Sutrisno, 1991).

Selain kotoran, air hujan mengandung unsur-unsur yang sulfat, klorida,

amoniak, karbon dioksida, nitrogen, karbon dioksida, oksigen dan debu. Air hujan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

dapat mempercepat korosi pada penyaluran pipa dan bak-bak reservoir karena

kandungan air hujan tersebut. (Wardhana, 2004).

Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi

dan menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai

lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan

menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water) (Notoadmodjo,

2007).

Menurut (Sutrisno, 1991) sumber-sumber air tanah terbagi atas tiga macam,

yakni:

a. Air tanah dangkal

Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan

tanah. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15 m. Sebagai sumur air

minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas yang tidak terlalu baik.

Kuantitas air tanah dangkal kurang cukup dan tergantung pada musim.

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam biasanya terdapat dikedalaman antara 100-300 m,

umumnya tergolong bersih, karena sewaktu proses pengalirannya mengalami

penyaringan alamiah dan kebanyakan mikroba sudah tidak ada lagi terdapat

didalamnya. Air tanah dalam kualitasnya lebih baik dari air dangkal, karena

penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Perubahan musim juga

dapat mempengaruhi air tanah dalam.

c. Mata air

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan

tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruhi oleh

musim dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan

keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air terbagi atas rembesan,

dimana air keluar dari lereng-lereng dan air keluar kepermukaan pada suatu

dataran.

2.3. Sifat Umum Air

a. Sifat Fisik

Sifat fisika air adalah titik beku 0oC, maasa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3, masa

jenis air (0oC) 1,00 gr/cm3, panas lebur 80 kal/gram, titik didih 100oC, panas

penguapan 540 kal/gram, temperatur kritis 347oC, tekanan kritis 217 Atm,

konduktifitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/Ohm-cm, dan konstanta dielektrikum

(25oC) 78. Perlu diketahui bahwa, air laut memiliki titik beku (1,9 oC), masa jenis

air tawar sebesar ( 4oC), sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai masa

jenis terbesar (-3,5oC). Perlu diketahui bahwa air laut mempunyai titik beku (-

1,9oC), massa jenis air tawar terbesar pada 4oC, sedangkan air laut ( kadar garam

35% ) mempunyai massa jenis terbesar padaa (-3,5oC) (Gabriel, 2001).

b. Sifat Kimia

Baik air laut, air hujan, air tanah maupun air tawar mengandung mineral.

Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung

struktur tanah. Sebagai contoh mineral yang terkandung dalam air bukan melalui

suatu reaksi kimia melainkan terlarut dari suatu substansi misalnya dari batu

andesit (dari batu vulkanis).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Menurut (Gabriel, 2001) sifat kimia air yaitu

1. air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi :

H2O H+ + OH-

2. Air merupakan pelarut yang baik

3. Air dapat bereaksi dengan basa yang kuat dan asam kuat

4. Air bereaksi dengan berbagai substansi membentuk senyawa padat dimana

air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrat.

2.4. Analisis Air

Menurut (Gabriel, 2001) ada dua metode untuk analisis kimia air, yaitu :

a. Metode analisis kimia

Analisis kimia air meliputi kadar mineral, kation dan anion, trace organik

dan substansi anorganik, radionuklei dengan memakai kolorimetri, metode titrasi

dan instrument analis (Atomic Absorption Spectrophotometer untuk metal dan Gas

Liquid Chromatography untuk zat organik), non instrument untuk mengukur zat

organik non metal, teknik separasi kimia dan instrument untuk mengukur

radioaktivitas dan untuk mengukur radionuklei (Gabriel, 2001).

b. Metode analisis fisik

Memakai tes organoleptik untuk mengetahui rasa dan bau yang sangat

diperhatikan oleh konsumen dalam hal menilai kualitas air. Warna air ditentukan

dengan metode Spektrophotometer dan mengamati secara langsung (Gabriel,

2001).

2. 5 Kontaminan dan Standar Mutu Air

Air sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar

sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Oleh karena itu dalam kehidupan

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

sehari-hari pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan

layak atau tidak layak air bersih tersebut digunakan sebagai sumber persediaan

atau tidak. Masalah yang ditimbulkan adalah toksisitas dan reaksi kimia yang

menyebabkan pengendapan belebihan, timbulnya busa yang menetap yang sulit

untuk dihilangkan, timbulnya respon terhadap rasa atau pengaruh laksatif, dan

perubahan fisik dari perwujudan air (Suprihatin dan Suparno, 2013).

Secara garis besar kontaminan air dapaat digolongkan menjadi tiga

kelompok, yaitu kontaminan fisika, kimia, dan biologis. Kontaminan fisika

meliputi bau, warna, rasa, kekeruhan suhu, padatan tersuspensi, koloid, dan bahan

terlarut, sedangkan kontaminan kimia meliputi bahan organik (Biological Oxygent

Demand, Dissolved Oxygent, KMnO4), senyawa nitrogen (NH4+, NO3

-, N-

organik), logam (Fe, Mn, Mg, Cu, Cr, Pb, Hg, Cd), dan kesadahan. Kontaminan

biologis mencapai berbagai jenis bakteri atau virus. Kontaminasi terhadap air

berpengaruh terhadap kesehatan atau pengaruh lain dalam penggunaannya

(Suprihatin dan Suparno, 2013).

2.5.1 Jenis dan Sumber Kontaminasi Air

a. Kontaminan fisik

Air yang bersih adalah yang jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau.

Kebanyakan air mengandung bahan terlarut, tersuspensi, ataau dalam bentuk

koloid. Pengukuran secara kuantitatif karakteristik tersebut penting untuk

penentuan mutu air. Kontaminan fisik meliputi kekeruhan, warna, bau, rasa,

padatan, dan suhu (Suprihatin dan Suparno, 2013).

Kekeruhan (turbidity)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Kekeruhan (turbidity) merupakan karakteristik air yang pertama kali

dilakukan untuk melihat kondisi air. Kekeruhan dapat dijadikan indikator mutu

air. Air tampak keruh jika didalam air tersebut terdapat partikel-partikel

tersuspensi atau koloid seperti tanah, bahan organik terdispersi, plankton dan

bahan-bahan anorganik lainnya. Air dengan tingkat kekeruhan tinggi sering terkait

dengan tingginya kandungan mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,

parasit, dan beberapa jenis bakteri. Pengukuran kekeruhan dilakukaan dengan

mengukur transmisi cahaya menggunakan sumber cahaya standar. Uji parameter

ini sangat berguna dalam penentuan mutu air. Satuan kekeruhan biasanya

dinyatakan dalam TU (Turbidity Unit) atau NTU (Nepholmetric Turbidity Unit).

Kekeruhan air lebih dari 5 TU dapat dengan mudah terlihat dan biasanya

menyebabkan air menjadi keruh dan tidak disukai. Meskipun partikel tanah atau

pertikel anorganik lain didalamnya tidak secara langsung mengganggu kesehatan,

tetapi air yang mengandung bahan tersebut harus diolah agar memenuhi syarat

fisik untuk digunakan atau dikonsumsi (Suprihatin dan Suparno, 2013).

Warna

Warna dalam air disebabkan bahan organik terlarut. Bahan terlarut

tersebut sering berasal dari hasil proses pembusukan vegetasi seperti tumbuhan.

Contoh bahan terlarut hasil pembusukan vegetasi yang dapat menyebabkan warna

pada air adalah tanin dan fenol. Warna air tidak hanya disebabkan oleh

pertumbuhan alga atau tanaman aquatik berukuran kecil lainnya atau bahan

pewarna dari limbah industri. Warna pada air juga bisa disebabkan oleh hasil

pembusukan vegetasi. Hasil pembusukan vegetasi tidak merugikan ditinjau dari

sudut pandang kesehatan, tetapi warna dalam air membuat masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung bahan-bahan terlarut dan

memerlukan pengolahan dengan cara yang sesuai (Suprihatin dan Suparno, 2013).

Bau dan Rasa

Bau (odor) dan rasa (taste) dalam air dapat disebabkan oleh bahan-bahan

asing yang masuk kedalam air seperti senyawa organik, garam-garam, anorganik

atau gas terlarut. Bahan-bahan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti

kegiatan pertanian, domestik, industri atau sumber alami. Bau air sering

berhubungan dengan proses pembusukan bahan organik dalam kondisi anaerobik

yang menghasilkan gas H2S da NH3. Syarat fisik air bersih yang baik adalah air

yang tidak berbau dan berasa. Air yang berbau dan berasa mengindikasikan air

telah terkontaminasi oleh bahan-bahan tertentu dan menyebabkan tingkat

penerimaan masyarakat terhadap air bersih menjadi menurun (Suprihatin dan

Suparno, 2013).

Padatan

Semua kontaminan selain gas-gas terlarut, berkontribusi terhadap beban

padataan dalam air tersebut, baik padatan terendapkan, tersuspensi, koloid,

maupun terlarut, Padatan didalam air dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran

dan keadaannya seperti padatan terendapkan ( > 10-2 mm), tersuspensi (> 10-3

mm), koloid (10-6 - 10-3 mm) atau terlarut (> 10-6 mm) (Suprihatin dan Suparno,

2013).

b. Kontaminasi kimiawi

Kontaminasi kimiawi pada air adalah adanya zat-zat kimia yang terlarut

dalam air dan dapat membahayakan kesehatan manusia apabila keberadaan zat

kimia tersebut melebihi batas standar yang telah ditetapkan oleh PermenKes.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Sedangkan,dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan air bersih untuk

memasak atau mencuci makanan, Sehingga zat kimia tersebut perlu untuk

diidentifikasi keberadaannya dalam air bersih yang. Karena zat-zat kimia yang

mudah larut dalam air dapat menimbulkan masalah seperti toksisitas,

pengendapan yang berlebihan, timbulnya busa yang menetap yang sulit untuk

dihilangkan, timbulnya respon fisiologis terhadap rasa atau pengaruh laksatif, dan

perubahan dari sifat fisik air (Sutriano, 1991).

c. Kontaminan Biologis

Kontaminasi biologis disebabkan oleh virus, bakteri, dan hewan kecil

lainnya. Pada dasarnya selalu ada dipermukaan air. Meskipun kebanyakan

mikroorganisme di dalam air sebenarnya tidak berbahaya, tetapi sebagian kecil

mikroorganisme yang ada di lingkungan tergolong mikroorganisme yang patogen

dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Bakteri patogen penting yang

sering dijumpai didalam air bersih adalah Samonella typhosa (penyebab tifus).

Eschercia coli, Vibrio, dan Yersinia.

2.5.2 Standar Mutu Air

Menurut (Efendi, 2003) klasifikasi mutu air ditetapkan sebanyak 4 kelas :

Kelas I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu. Contohnya mata air pegunungan.

Kelas II : Air yang harus diolah terlebih dahulu sebelum diminum atau air

yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Contohnya air

sungai.

Kelas III : Air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Contohnya air laut.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Kelas IV : Air yang digunakan untuk pertanian, industri, usaha diperkotaan

dan PLTA. Contohnya air tanah dangkal dan air tanah dalam.

Berbagai aktifitas seperti kegiatan industri, perdagangan, perumahan,

peternakan dan pertanian secara nyata menyebabkan pencemaran air sungai di

berbagai wilayah Indonesia, baik pencemaran secara fisik (kekeruhan, warna,

padatan), kimia (bahan organik, nutrien, detergen, pestisida, logam berat), maupun

biologis (koliform total, E.Coli, dan bakteri patogen lainnya) (Suprihatin dan

Suparno, 2013).

2.6 Sulfat dalam Air Bersih

2.6.1 Sulfat

Sulfat adalah anion yang banyak terjadi pada air. Maka Menteri Kesehatan

menentapkan kadar sulfat dalam air bersih yaitu 400 mg/L. Kelebihan sulfat akan

menyebabkan masalah bau, dan korosi pada pipa yang diakibatkan dari reduksi

sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik menjadi bentuk sulfidril

didalam proses dekomposisi bahan organik . Proses reduksi dilakukan oleh bakteri

heterotrof yang banyak terdapat di dasar laut. Sebagaimana dapat dilihat pada

persamaan berikut ini :

SO4 + Bahan organik Anaerobik

bakteria S= + H2O + CO2

S= + 2H+ ======= H2S

H2S + 2 O2 bakteria

H2SO4

(Sutrisno, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya dapat bereaksi dengan

logam-logam yang merupakan bahan dari pipa yang dipergunakan untuk

mengalirkan air bersih, dan menyebabkan korosi pada pipa tersebut. Efek laksatif

sulfat dapat ditimbulkan pada konsentrasi 600-1000 mg/L. Apabila sulfat bereaksi

dengan magnesium dan natrium efek laksatif yang ditimbulkan yaitu rasa mual

dan ingin muntah. Diare yang akut dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada

bayi dan anak kecil yang sudah mengidap mikroba diare dalam tubuh (Letterman,

1999).

2.7 Penetapan Kadar Sulfat pada Air Bersih

Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan

bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang Keberadaan sulfat dalam air bersih

bisa diidentifikasi dengan metode turbidimetri, kompleksometri, dan AAS

(Atomic Absorbansion Spectrophotometer). Pada tugas akhir ini, penulis memilih

menggunakan metode turbidimetri. Keistimewaan dari metode ini adalah metode

yang digunakan sangat sederhana, hasil pembacaan langsung bentuk digital dalam

range 0-1000 NTU, sangat ideal untuk monitoring pengatur, pengawasan proses

atau studi lapangan, dan dua sistem detektornya dikompensasi/diimbangi dengan

warna dalam sampel, cahaya fruktuasi dan cahaya sesatan (Golterman., dkk,

1978).

2.7.1 Metode Turbidimetri

Turbidimetri adalah metode pengukuran konsentrasi partikulat dalam

suspensi yang didasarkan pada hamburan elastis cahaya oleh partikel.

Turbidimetri sedikit berbeda dengan adsorbansi spektrofotometer. Turbidimetri

mengukur sinar yang dibelokkan sedangkan spektrofotometer mengukur sinar

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

yang diteruskan. Ada dua satuan yang digunakan pada turbidimetri, yaitu NTU

dan FAU. Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat

dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang

datang. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi

konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas

didasarkan pada pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan

terhadap intensitas cahaya yang datang, Dalam instrumen ini intensitas diukur

secara langsung. Sedangkan pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan

larutan standar (Khopkar, 2003).

Prinsip metode turbidimetri adalah ion sulfat diendapkan dalam suatu

medium asam menggunakan barium klorida dengan sehingga terbentuk kristal

barium dengan ukuran yang sama. Absorbansi suspensi barium sulfat diukur

dengan fotometri dan konsentrasi ion sulfat ditetapkan dengan

membandingkannya dengan kurva standar dibaca dengan alat spektrofotometer

pada panjang gelombang 380 nm dan 420 nm. Sulfat ditambahkan barium klorida

untuk membentuk ion sulfat menjadi barium sulfat karena barium sulfat

memperlihatkan kecenderungan untuk memisahkan sulfat dengan garam-garam

yang lain. Barium sulfat murni tak terurai bila dipanaskan dalam udara kering

sampai dicapai temperatur kira-kira 1400oC. Namun, endapan ini mudah direduksi

menjadi sulfida pada temperatur di atas 600oC. Metode ini juga menggunakan

larutan kondisioning yaitu larutan gliserol-etanol yang digunakan untuk

menstabilkan kekeruhan (Golterman.,dkk, 1978).

SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl

(Kristal putih)

(SNI, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Penetapan kadar sulfat dilakukan di Ruang Laboratorium Kimia Air yang

terdapat di Balai Laboraturium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

beralamat di jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I NO.4 Medan. Telp.

(061)6613249 dan (061)667079 Fax (061)6613249 Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah Lovibond Spektro PC 22, kuvet, labu

erlenmeyer, pipet ukur atau pipet gondok, labu ukur, magnetik stirer, dan

stopwatch.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan dan reagensia adalah reagen kondisioning, barium klorida, larutan

sulfat standart, dan sampel air bersih di Balai Laboraturium Kesehatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Prosedur

Sampel 10 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian, ditambahkan

larutan stabilisator (kondisioning). Selanjutnya tambahkan barium klorida

sebanyak 0,4 gram . Dikocok hingga homogen. Kemudian sampel dimasukkan

kedalam kuvet dan dibaca dengan alat Lovibond Spektro PC 22 pada panjang

gelombang 450 nm.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Hasil sulfat pada sampel air bersih dengan nomor (0108) adalah 75 mg/L

dan air bersih nomor (0271) adalah 41 mg/L.

Penentuan kadar sulfat dalam air bersih diidentifikasi dengan metode

turbidimetri menggunakan alat Lovibond Spektro PC 22. Prinsip dari penetapan

kadar sulfat menggunakan metode turbidimetri adalah ion sulfat diendapkan

dalam suatu medium asam menggunakan barium klorida sehingga terbentuk

kristal barium dengan ukuran yang sama. Absorbansi suspensi barium sulfat

diukur dengan fotometri dan konsentrasi ion sulfat ditetapkan dengan

membandingkannya dengan kurva.

Penentuan kadar sulfat dalam larutan pada percobaan menggunakan metode

turbidimetri. Percobaan menggunakan larutan gliserol-etanol (kondisioning)

bertujuan untuk menstabilkan kekeruhan sedangkan fungsi penambahan

BaCl2 adalah untuk mengendapkan SO42- agar membentuk endapan kristal

putih BaSO4 (Vogel, 1994).

Hasil dari uji sulfat pada air bersih dengan nomor (0108) adalah 75 mg/L

dan air bersih dengan nomor (0271) adalah 41 mg/L dan memenuhi standar yang

ditetapkan oleh PermenKes No. 416/PER/IX/1990. Menurut PermenKes No.

416/PER/IX/1990, standar maksimum sulfat dalam air bersih adalah 400 mg/L.

Efek laksatif sulfat yang melebihi batas standar dalam air bersih, akan

menyebabkan korosi pada pipa saluran air dan menyebabkan rasa mual dan ingin

muntah bila terdapat dalam air bersih untuk air minum (Sutrisno, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Dalam air bersih dengan nomor (0108) dan (0271) mengandung sulfat

yaitu air bersih dengan nomor (0108) adalah 75 mg/L dan air bersih

dengan nomor (0271) adalah 41 mg/L.

b. Kadar sulfat dalam air bersih dengan nomor (0108) dan nomor (0271)

memenuhi syarat standar sulfat yang telah ditetapkan oleh PermenKes

No. 416/PER/IX/1990 yaitu 400 mg/L.

5.2 Saran

a. Sebaiknya pada penelitian berikutnya menggunakan sampel yang

bervariasi. Tidak hanya pada air bersih dengan perbedaan tempat

pengambilan sampel, namun diuji juga pada sampel ditempat yang sama

dengan perbedaan aktifitas manusia disekitar tempat pengambilan

sampel.

b. Pada penelitian berikutnya, dilakukan uji pada sampel yang diduga

mengandung kadar sulfat yang melebihi standar maksimum yang telah

ditetapkan oleh PermenKes No. 416/PER/IX/1990 agar dilihat

perbandingan air bersih yang memenuhi syarat dengan air bersih yang

tidak memenuhi syarat.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kaisius. Hal. 39-55.

Gabriel, J.F. (2001). Fisika lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal. 11-18,

25-33.

Golterman, L.H., Clymo, R.S., dan Ohnstad, M.A.M. (1978). Methods for

Physical and Chemical Analysis of Fresh Water. Second Edition. Oxford

Edinburgh London Melbourne: Blackwell Scientific Publications. Hal.

133-140.

Fardiaz. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73.

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI-Press. Hal. 9-22.

Letterman, R.D. (1999). Water Quality And Treatment. Fifth Edition. New York:

Mc Graw Hill.Inc. Hal. 354-369.

Suprihatin dan Suparno, O. (2013). Teknologi Proses Pengolahan Air untuk

Mahasiswa dan Praktisi Industri. Cetakan Pertama. Bogor: PT. Penerbit

IPB Press. Hal. 277-279.

Sutrisno, C.T. (2006). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kedua. Jakarta:

PT.Rineka Cipta. Hal. 21-26; 96-115.

Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 06-6989.20-2004. SNI 06-6989. Air dan

air limbah – Bagian 20: Cara uji sulfat, SO42-

secara turbidimetri.

Tambunan, M.A., Abidjulu, J.. Wuntu, A. (2015). Analisis Fisika Kimia Air

Sumur ditempat Pembuangan Akhir Sumompo Kecamatan Tuminting

Manado. Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 4 (2). 153-156. Http://ejournal.

Unsrat.ac.id/index.php/jmuo. Diakses pada tanggal 23 Maret 2016.

Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama. Jakarta:

PT.Rineka Cipta. Hal. 30-35.

Vogel. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal. 86-88.

Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit

Andi. Hal. 20-21; 24-26.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Lampiran 1. Persyaratan mutu air bersih sesuai PermenKes No. 416/PER/IX/1990

No Parameter Satuan Standar

A. FISIKA 1 Bau - - 2 Jumlah zat padat terlarut Mg/L 1.500 3 Kekeruhan NTU 25 4 Rasa - - 5 Suhu OC Suhu udara ±

1-3 OC

6 Warna PtCo 50 B. KIMIA

a. Kimia anorganik

1 Air raksa (Hg) mg/L 0,001 2 Arsen (As) mg/L 0,05 3 Besi (Fe) mg/L 1,0 4 Fluorida ( F) mg/L 1,5 5 Kadmium (Cd) mg/L 0,005 6 Kesadahan sebagai CaCO3 mg/L 500 7 Klorida (Cl) mg/L 600 8 Kromium, valensi 6 (Cr+6) mg/L 0,05 9 Mangan (Mn) mg/L 0,5 10 Nitrat (NO3) mg/L 10 11 Nitrit (NO2) mg/L 1,0 12 pH - 6,5-9,0 13 Selenium (Se) mg/L 0,01 14 Seng (Zn) mg/L 15 15 Sianida (CN-) mg/L 0,1 16 Sulfat (SO4) mg/L 400 17 Timbal (Pb) mg/L 0,05

b. Kimia Organik 1 Detergent mg/L 0,50 2 Zat Organik mg/L 10,00 3 Pestisida Gol. Organo Fosfat mg/L 0,00 4 Pestisida Gol. Organo Klorida mg/L 0,00 5 Pestisida Gol. Organo Karbamat mg/L 0,00

C. MIKROBIOLOGI 1 MPN ( Golongan koliform) Per 100 ml 50

Keterangan : mg/L : milligram/Liter

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

Lampiran 2. Instrumen penetapan kadar sulfat

Sampel Air Bersih yang digunakan

Larutan kondisioning/Stabilisator

Alat Lovibond Spektro PC 22

Universitas Sumatera Utara