program studi budidaya perairan fakultas pertanian ... · akhir skripsi ini. makassar, januari 2020...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DOLOMITE DAN KAPUR
TOHOR DALAM MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP MOULTING,
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei)
RUSMALI YUNUS
10594092615
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DOLOMITE DAN KAPUR
TOHOR DALAM MEDIA PEMELIHARAAN TERHADAP MOULTING,
PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAME
(Litopenaeus vannamei)
RUSMALI YUNUS
105940902615
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammmadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skirpsi yang berjudul Pengaruh
Penambahan Kapur Dolomit dan Kapur Tohor dalam Media Pemeliharaan
Terhadap Moulting, Pertumbuhan, dan Sintasan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). di Intalasi Tambak Percobaan ,Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluh Perikanan (BRPBAP3) di Desa Punagga,
Kecamatan Mangara’bombang Kabupaten, Provinsi Sulawesi Selatan adalah
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Rusmali Yunus
NIM 10594092615
-
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020
Hak Cipta dilindungi undang – undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentinagan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
-
ABSTRAK
Rusmali 10594092615. Pengaruh Penambahan Kapur Dolomite dan Kapur
Tohor dalam Media Pemeliharaan Terhadap Moulting, Pertumbuhan Dan
Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Dibimbing oleh Abdul Haris
Sambu dan Hamsah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis terbaik
kapur dolomit CaMg(CO3)2) dan kapur tohor (CaO) dalam media budidaya
terhadap moulting, pertumbuhan dan sintasan udang vanamei (Litopenaus
vannamei). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada masing masing
perlakuan diberi kapur dolomit dan tohor dengan dosis tiap perlakuan yaitu
perlakuan A (Kapur dolomit 0gram dan kapur tohor 0gram), perlakuan B (Kapur
dolomit 0,6gram dan kapur tohor 0gram), perlakuan C (Kapur dolomit 0,4gram
dan kapur tohor 0,2gram) dan perlakuan D (Kapur dolomit 0,3gram dan kapur
tohor 0,3gram). Udang uji dipelihara dalam akuarium 50x60x40 cm3 yang berisi
air laut sebanyak 60 L dengan kepadatan tebar 1 ekor L-1
. Hewan uji diberi
perlakuan selama 60 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan C
(Kapur dolomit 0,4gram dan kapur tohor 0,2gram) menghasilkan intensitas
molting, pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian yang lebih baik
dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan untuk sintasan perlakuan B (Kapur
dolomit 0,6gram dan kapur tohor 0gram) lebih baik dibandingkan perlakuan
lainnya.
Kata kunci : Kapur Dolomit, Kapur Tohor, Udang vaname
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena berkat limpah
dan rahmat dantaufik serta hidayah-nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas proposal yang berjudul “Pengaruh Penambahan Kapur
Dolomite dan Kapur Tohor dalam Media Pemeliharaan Terhadap Moulting,
Pertumbuhan dan Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)“ ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu pada Program
Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Makassar ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan proposal ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
khusus yang mendalam kepada Bapak Dr. Abdul Haris Sambu, S.Pi., M.Si selaku
Pembimbing 1, Bapak Hamsah, S.Pi., M.Pi selaku pembimbing ke 2, Bapak H.
Burhanuddin, S.Pi., MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Ibu Dr.Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku ketua
Program Studi Budidaya Perairan dan yang telah meluangkan banyak waktunya
sehingga tugas proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,. Serta
kepada kedua orang tua yang telah banyak memberikan bantuan baik moral
maupun materi
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis secara tulus dan ikhlas
menyampaikan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa Program Studi
Budidaya Perairan Fakultas Peartanian Universitas Muhammadiyah Makassar
angkatan 2015-2016, atas kerjasama nya, dan jika selama ini penulis pernah
berbuat kesalahan atau kehilapan kepada rekan-rekan seangkatan baik disengaja
-
maupun tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir dan
bathin, bukan laut kalau tidak pernah surut, bukan manusia kalau tidak pernah
salah.
Makassar, Januari 2020
Rusmali Yunus
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN HAK CIPTA iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
1. PENDAHULUAN 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Klasifikasi Udang Vaname 3
2.2. Morfologi Udang Vaname 3
2.3. Habitat dan Siklus Hidup 4
2.4. Pengapuran 5
2.5. Kualitas Air 7
2.6. Pertumbuhan 9
III. METODE PENELITIAN 10
3.1.Waktu danTempat 10
3.2.Alat dan Bahan 10
3.3. Persiapan Wadah Budidaya 11
3.4. Persiapan Hewan Uji 12
3.5. Rancangan Percobaan 12
3.6. Pemeliharaan Hewan Uji 13
-
3.7. Peubah yang Diamati 14
3.7.1. Jumlah Molting udang vaname 14
3.7.2. Pertumbuhan Udang Vaname 14
3.7.3. Tingkatan Kelangsungan Hidup 15
3.7.4. Pengukuran Kualitas Air 15
3.8. Analisis Data 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17
4.1. Intensitas Moulting Udang Vaname 17
4.2. Pertumbuhan Udang Vaname 19
4.4. Sintasan Udang Vaname 20
4.5.Kualitas Air 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN 26
5.1. Kesimpulan 26
5.2. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Perlakuan Kapur pada Penelitian 12
2. Pertumbuhan Udang Vaname 18
3. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian 22
-
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) 3
2. Intensitas Moulting Udang Vaname 16
3. Sintasan Udang Vaname 20
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Data SPSS 28
2. Data Hasil Penelitian 29
4. Dokumentasi 31
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang vaname (Litopenaus vannamei) merupakan salah satu produk
perikanan penting saat ini. Adapun keunggulan udang vaname yaitu pertumbuhan
cepat, hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan kepadatat tinggi
dan paling digemari di pasar internasional (Velasco et al., 1999). Selain itu udang
vaname memiliki sifat euryhalin yaitu mampu hidup di lingkungan dengan kisaran
salinitas 0,5 hingga 40 ppt (Bray et al., 1994). Kemampuan ini memberi peluang
dalam pengembangan komoditas ini di perairan daratan (inland water). Pada tahap
postmoulting terjadi proses pengerasan kulit melalui pengendapan kalsium dikulit.
Interaksi berbagai macam mineral dalam pakan dapat meningkatkan
pertumbuhan. Selanjutnya pakan dengan rasio Ca/P berbeda menentukan
kandungan kalsium karapas dan efisiensi pakan udang (Davis et al., 1992). Kapur
dolomit CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO) merupakan bahan baku yang mudah
diperoleh dan mengandung kalsium dan magnesium yang tinggi sehingga bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber kalsium dan magnesium yang aditif
untuk pakan udang vaname. Selain itu kapur dolomit dan tohor juga berperan
dalam mengaktifkan berbagai jenis enzim, membantu kebutuhan kalsium (Ca),
kabohidrat dan berbagai nutrisi lainnya yang dibutuhkan udang (Ghufran, 2010).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian kapur dolomit CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO) dalam
media budidaya terhadap jumlah moulting, laju pertumbuhan, dan sintasa udang
vaname (Litopenaus vannamei).
-
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan dosis
terbaik kapur dolomit CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO) dalam media budidaya
terhadap moulting, pertumbuhan dan sintasan udang vaname (Litopenaus
vannamei).
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Udang Vaname
Klasifikasi udang putih atau udang vaname menurut (Effendie, 1997) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
2.2. Morfolgi Udang Vaname
Morfologi udang vannamei disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1.Udang vaname (Litopenaeus vannamei)
-
Menurut Haliman dan Adijaya (2004) udang putih memiliki tubuh berbuku-
buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (moulting)
Pada bagian kepala udang putih terdiri dari antena antenula dan 3 pasang
maxilliped.Kepala udang putih juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5
pasang kaki berjalan (periopoda).Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan
berfungsi sebagai organ untuk makan.Pada ujung peripoda beruas-ruas yang
berbentuk capit (dactylus) ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3.Abdomen terdiri
dari 6 ruas pada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pleopoda) kaki renang dan
sepasang uropods (ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Udang juga
mengalami moulting pada saat bulan purnama atau bulan mati (moulting secara
normal) dan moulting pada saat mengalami stres yang diakibatkan oleh
lingkungan dan penyakit (Suyanto et al., 2003).
2.3 Siklus Hidup Udang Vaname
Lingkungan hidup optimal yang menunjang pertumbuhan dan sintasan atau
kelangsungan hidup yaitu salinitas 0,1-25 ppt (tumbuh dengan baik 10-30 ppt,
ideal 15-25 ppt) dan suhu 12-31°C baik pada 24-34°C dan ideal pada 28-31°C).
Di beberapa negara Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Cina, udang vaname
juga dipelihara di lingkungan tawar dan menunjukkan perbedaan produktivitas
yang tidak signifikan dengan yang dipelihara dihabitatnya (Kordi,K, 2009).
Udang vaname juga merupakan organisme laut yang menghabiskan siklus
hidupnya di muara air payau.
-
2.4 Pengapuran
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan
keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis kapur
yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah
kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau CaMg(CO3)2 dan
kapur tohor/kapur aktif (CaO). Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah
kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses
pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu kalsit dan
Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat,
magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak
mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2. Dolomit
merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapuri lahan bertanah
masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran.
Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari
gunung dan kulit kerang (Bowles, 1991).
pH merupakan suatu ekpresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H.
Sebagai contoh, kalau ada pernyataan pH 6, itu artinya konsentrasi H dalam air
tersebut adalah 0.000001 bagian dari total larutan.Penulisan 0.000001 (bayangkan
kalau pH 14) terlalu panjang maka orang melogaritmakan angka tersebut sehingga
menjadi -6. Tanda “-“ (negatif) dibelakang angka tersebut yang dinilai kurang
praktis, maka mengalikannya lagi dengan tanda - (minus) sehingga diperoleh
angka positif 6. pH diartikan sebagai "-(minus) logaritma dari konsenstrasi ion H".
-
pH = - log (H+)
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe
dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-
mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan
diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak
untuk menunjang kehidupan mereka.
Derajat keasaman (pH) air penting untuk mrnentukan nilai guna perairan
bagi. Disamping itu, pH banyak berkaitan juga kesangupan pelarutan senyawa –
senyawa tertentu. Tingkat pH kolom air berfluktuasi sesuasi dengan kegiatan
fotosintetis dan pernafasan yang sedang terjadi, yaitu dari angkah rendah pada
waktu fajar sampai tinggi pertengahan sore hari (A.Marsambuana pirzan et
al.,2013)
Air asam juga dapat terbentuk sebagai hasil pengendapan senyawa-senyawa
tertentu. Proses pembentukan air sering di ikuti dengan terakumulasinya pyrit
(FeS2), yaitu senyawa yang dapat menyebabkan keasaman air. Air yang
mempunyai pH rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. terjadinya
efek pencucian yang menyebabkan pH air menjadi asam. Akibat yang timbul bila
air terlalu asam adalah :
a. pH air menjadi rendah (berkisar 3-4)
b. Terjadi efek pencucian besi (Fe) dan Aluminium (Al)
c. Terjadi pengikatan unsur phospor (P) oleh besi dan aluminium sehingga
pemupukan dengan phospor tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan
kesuburan air.
-
Fungsi pengapuran tersebut adalah :
a. Meningkatkan pH air.
b. Memperbaiki kualitas air.
c. Kapur yang berlebihan dapat mengikat phospat yang sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan plankton.
2.5 Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting dalam pemeliharaan larva. Agar
udang vaname yang dipelihara dapat hidup dan tumbuh dengan baik, maka selain
harus tersedia pakan bergizi dalam jumlah yang cukup, kondisi lingkungan harus
berada pada kisaran yang optimum.
Parameter-parameter itu merupakan suatu indicator untuk melihat kualitas
air, seperti oksigen terlarut (DO), pH, suhu, karbondioksida (CO2), ammonia,
nitrit, dan kecerahan (M.Faiz faudy et al., 2013).
Suhu normal berada pada kisaran 26-30oC. udang vaname ini masih dalam
kisaran yang optimal untuk memilihara udang vaname. (Shokite et al.,1991).
Menyatakan bahwa kisaran suhu optimal untuk memilihara udang vaname adalah
27-32oC, sedangkan menurut Suryaningrum (2012), kisaran suhu yang layak
untuk memilihara udang vaname adalah 26-28,5oC
Salinitas sangat besar pengaruhnya terhadap proses metabolisme dan
sintasan udang vaname. Menurut Semeru dan Anna (1992) udang vaname
mempunyai toleransi hidup pada kisaran salinitas 4–40 ppt dan tumbuh dengan
baik pada kisaran 12-30 ppt. Jika salinitas terlalu rendah dan terlalu tinggi, nafsu
-
makan masih ada tetapi konversi pakan menjadi tinggi karena energi tubuh
banyak terbuang.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat
menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman yang tinggi)
kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada
suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 (Kardi dan Andi,
2007).
pH air dapat berpengaruh terhadap meningkat tidaknya daya racun amoniak.
Untuk pertumbuhan udang memerlukan kisaran pH 7,4–8,5 dan akan mematikan
bila pH mencapai angka terendah 6 dan angka tertinggi 9. Bila pH air terlalu
rendah atau sering rendah pada malam hari, maka lapisan kapur pada kulit udang
akan berkurang karena terserap secara internal. Pada kondisi ini konsumsi oksigen
meningkat, permeabelitas menurun dan insangnya rusak. pH 6,4 dapat
menyebabkan laju pertumbuhan udang akan menurun sebesar 60% dan sebaliknya
pH 9,0-9,5 akan menyebabkan peningkatan kadar amoniak sehingga secara tidak
langsung membahayakan udang
Oksigen terlarut dalam suatu perairan mutlak dibutuhkan oleh organisme
air, namun untuk setiap spesies mempunyai kisaran optimal untuk menunjang
kehidupan.Oksigen diperlukan untuk membakar zat-zat makanan yang
dikonsumsi udang dan diserap tubuh atau diuraikan menjadi energi. Kelarutan
oksigen yang baik bagi pertumbuhan udang adalah antara 85-125% jenuh atau 4-6
-
ppm. Dalam air yang mengandung cukup oksigen aktifitas udang yang terlihat
adalah beristirahat dan sesekali bergerak mencari pakan. Sebaliknya pada air yang
kandungan oksigennya rendah, udang akan tampak aktif bergerak dan berenang
karena stres.
2.6.Pertumbuhan
Pertumbuhan udang merupakan lanjutan dari proses muolting. Pada tahap
postmoulting terjadi pengerasan kulit melalui pengendapan kalsium dikulit.
Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari pakan dan dari lingkungan. Namun,
peran kalsium lingkungan sangat dominan dalam proses pengerasan kulit udang
dibutuhkan kalsium yang cukup tinggi. Moulting merupakan proses pergantian
cangkang yang terjadi pada udang. Pada fase tersebut, ukuran daging udang
bertambah besar sementara cangkang luar tidak bertambah besar, sehingga untuk
penyesuaian udang akan melepaskan cangkang lama dan membentuk kembali
cangkang yang baru dengan bantuan kalsium. Kalsium hidrosida
Ca (OH)2 terdapat hubungan yang positif antara kadar kalsium kulit dan
kadar kalsium lingkungan sejalan dengan terjadi pertukaran kalsium secara terus
menerus antara tubuh dan lingkungan (Yulihartini, et al., 2016).
-
III.METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2019 di
Instalasi Tambak Percobaan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluh Perikanan (BRPBAP3) di Desa Punaga, Kecamatan Mangara’bombang
Kabupaten Takalar
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini secara umum dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu alat yang digunakan selama penelitian, dan pengukuran
bobot tubuh udang vaname (sampling) dan alat-alat yang digunakan pada
pengukuran kualitas air. Alat-alat yang digunakan penelitian antara lain :
1. Akuarium sebanyak 12buah berukuran 50x60x40 cm3 dengan volume air 60
liter dengan Tinggi air 30 cm.
2. Peralatan aerasi untuk memasok oksigen ke dalam setiap akuarium, (blower,
pipa, selang aerasi, keran aerasi dan batu aerasi).
3. Selang berdiameter 0,25 inchi untuk penyimponan membersikan media setiap
hari.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram untuk menimbang bobot udang
5. Kamera digital
6. Tissue dan alat tulis
7. Peralatan penunjang untuk memindahkan udang, seperti scoopnet, baskom,
dan saringan.
-
8. DO meter (YSI professional) digunakan mengukur kualitas air
3.2.2 Bahan yang digunakan
Bahan –bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Udang Vaname yang digunakan berumur 20 hari dengan bobot rata-rata
0,66 g, jumlah yang digunakan sebanyak 720 ekor, setiap akuarium berisi
60 ekor.
2. Air yang digunakan berasal dari tandon yang telah diendapkan di bak
penampungan
3. Kapur dolomit CaMg (CO3)2
4. Kapur tohor (CaO)
5. Pakan Buatan (Beryl)Protein pakan beryl berkisar antara 36-38%.
3.3. Persiapan Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran
P x L x T = 50 x 60 x 40 cm3. Dimana wadah ini diisi air dengan ketinggian air
30 cm. Persiapan wadah budidaya meliputi sebagai berikut :
a. Bersihkan wadah akuarium dengan menggunakan kain atau spons
kemudian letakkan pada meja kayu sebagai landasan (alas akuarium)
b. Pasang kerang pipa inlet dan oulet
c. Pasang pipa selang aerasi dan batu aerasi
d. Pasang waring hitam pada bagian atas akuarium kemudian dijepit dengan
penjepit pakaian.
-
3.4.Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji yang dijadikan bahan penelitian di Instalasi Tambak Percobaan
Punaga, (BRPBAP3) Maros adalah larva udang vaname (Litopeneaus Vannamei)
dengan ukuran post larva (PL 32) dengan berat 0,66 gram/ekor dengan kepadatan
tiap wadah adalah 1 ekor/liter.
3.5.Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai
perlakuan adalah pemberian kapur jenis Dolomit CaMg (CO3)2 dan Kapur Tohor
(CaO) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Perlakuan Kapur pada Penelitian ini.
Kode Dolomit CaMg (CO3)2 (gram) Tohor (CaO) (gram)
A 0 0
B 0,6 0
C 0,4 0,2
D 0,3 0,3
Pemberian kapur ini dilakukan setiap 7 hari sekali,dengan cara kapur
ditimbang terlebih dahulu lalu diaplikasikan ke wadah budidaya dengan
mencampurkan dengan air yang ada dalam wadah budidaya.
3.6. Pemeliharaan Hewan Uji
a. Penebaran benih yang akan ditebar dengan padat tebar 1 ekor/liter. ke
dalam akuarium dan masing-masing akuarium diisi dengan 60 liter air
dengan salinitas 30 ppt, dimana diisi dengan 60 ekor disetiap akuarium.
-
b. Pemberian pakan dilakukan 6 kali sehari, yaitu pada pukul 07:00, 10.00 ,
13:00, 16:00, 19.00 dan 22.00 Pemberian pakan diberikan 5% dari bobot
total tubuh.
c. Pembersihan akuarium (Penyiponan) penyiponan dilakukan setiap hari
untuk menjaga kebersihan akuarium dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang
yang mengendap didasar akuarium dengan mengunakan selang kecil. Air
yang terbuang pada saat penyoponan sekitar ¼ liter atau 25% dari volume
air yang tersedia dalam akuarium. Penyiponan dilakukan sebelum
pemberian pakan pagi hari dan setelah pemberian pakan sore hari.
d. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali selama 60 hari dengan total
sampling 8 kali, pengukuran benih uji 30% dari jumlah total benih pada
masing-masing akuarium. Benih uji kemudian ditimbang bobot tubuh total
dan bobot tubuh individu satu per satu.
e. Sampling digunakan untuk mengetahui dan mengukur pertambahan bobot
udang.
3.7.Peubah Yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah Jumlah moulting, laju
pertumbuhan harian, dan sintasan pertumbuhan bobot mutlak. Kualitas air sebagai
parameter pendukung yang meliputi suhu, salinitas, pH, dan DO. Masing-masing
peubah yang diamati dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
-
3.7.1. Jumlah Molting udang vaname
Pengamatan jumlah udang molting dilakukan setiap hari saat pemberian
pakan. Jumlah udang molting dihitung dengan cara menghitung jumlah udang
yang mengalami molting dibagi total udang uji dikali seratus dihitung berdasarkan
jumlah kejadian molting selama 60 hari perlakuan.
3.7.2.Pertumbuhan Udang Vaname
Pertumbuhan udang vaname yang diukur selama penelitian meliputi laju
pertumbuhan harian dan pertumbuhan bobot mutlak. Laju pertumbuhan harian
atau laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate/SGR) dihitung pada akhir
perlakuan mengunakan rumus. (Dehaghani et al..2015)
LPH= √
x100%
Keterangan:
LPH :Laju pertumbuhan harian (% / hari)
Wo :Bobot rata-rata udang awal (gram)
Wt :Bobot rata-rata udang akhir (gram)
t :Lama pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus dari Hopkins (1992),
Di mana:
AGR = pertumbuhan mutlak (gram) dan (cm)
Wt = biomassa rata-rata udang uji di akhir penelitian (gram)
W0 = biomassa rata-rata udang uji diawal penelitian (gram)
-
3.7.3. Tingkatan Kelangsungan Hidup
Tingkat kelansungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus Dihitung
menggunakan rumus Haliman dan Adiwijaya (2005) yaitu:
SR= t
ox 100%
Keterangan,
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt : Jumlah hewan uji pada akhir pengamatan
No : Jumlah hewan uji pada awal pengamatan
3.7.4. Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air,dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari dan sore
hari untuk mengetahi perbedaan perameter pendukung kualitas air yang meliputi
suhu, salinitas, pH, dan DO dengan menggunakan DO Meter YSI.
3.8.Analisis Data
Pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, sintasan di analisis dengan
menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan dalam taraf
kepercayaan 95% maka dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui
perlakuan terbaik (Steel et al, 1980; Gandono, 1995). Sementara data kualitas air
dianalisis secara diskriptif.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Intensitas Moulting Udang Vaname
Hasil pengamatan moulting udang vaname yang diberi kapur dolomit
CaMg(CO3)2 dan kapur tohor (CaO) selama 60 hari pemeliharan dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Jumlah moulting udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kapur
tohor. (keterangan : D : Kapur dolomit, T : Kapur Tohor)
Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa intensitas moulting udang vaname
yang diberi kapur dolomit dan tohor (perlakuan B, C, dan D) lebih banyak
dibandingkan tanpa pemberian kapur (perlakuan A). Jumlah moulting udang
vaname tertinggi selama 60 hari pemeliharan di peroleh pada perlakuan C (0,4
gram kapur dolomit dan 0,2 gram kapur tohor) yaitu sebanyak 98% individu.
Kemudian disusul pada perlakuan D (0,3 gram kapur dolomit dan 0,3 gram kapur
tohor) yaitu sebanyak 93%, perlakuan B (0,6 gram kapur dolomit dan 0 gram
kapur tohor) sebanyak 90% dan intesitas moulting terendah diperoleh pada
perlakuan perlakuan A (tanpa pemberian kapur) jumlah moulting udang vaname
85 90
98 93
0
20
40
60
80
100
A (Kontrol) B ( D 0,6 g) C (D 0,4 g + T 0,2 g) D (D 0,3 g + T 0,3 g)
Jum
lah M
oult
ing (
%)
Perlakuan
-
hanya sebanyak 85%. Tingginya jumlah moulting udang vaname yang diberi
kapur dolomit dan tohor pada perlakuan C berkaitan dengan terpenuhinya
kebutuhan mineral seperti kalsium dan magnesium bagi udang vaname untuk
melakukan moulting dan pengerasan kulit setelah moulting. Arumsari et.al.
(2019) menyatakan bahwa ketersediaan kapur dolomit dan tohor yang sesuai akan
membuat proses moulting udang akan berjalan lancar dan cepat. Selanjutnya
Aisyah et.al. (2007) menyatakan bahwa udang membutukan mineral terutama
kalsium untuk mempercepat moulting salah satunya yaitu dengan penggunaan
kapur.
Jumlah moulting udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kapur tohor
(perlakuan B, C, dan D) pada pemeliharaan ini berkisar 90-98%. Hasil ini lebih
tinggi bila dibandingkan jumlah moulting udang vaname yang diberi kapur
Dolomit yang dilaporkan olah Aisyah et al. (2017) yang hanya berkisar 35-50%.
Perbedaan jumlah moulting tersebut sangat mungkin terjadi akibat perbedaan
dosis kapur yang digunakan serta lama pemeliharan. Penelitian ini mengunakan
kapur dolomit CaMg (CO3)2 dan kapur tohor (CaO) dengan jumlah udang vaname
60 ekor/akuarium serta lama pemeliharaan 60 hari. Sementara pada penelitian
Aisyah et al. (2017) hanya mengunakan kapur dengan jumlah udang vaname 20
ekor/akuarium dan lama pemeliharan 28 hari.
-
4.2. Pertumbuhan Udang Vaname
Pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian udang vaname
yang diberi kapur dolomit dan kaput tohor pada media pemeliharaan disajikan
pada Tabel 2.
Perlakaun Pertumbuhan Bobot Mutlak
(gram)
Laju Pertumbuhan Harian
(%/hari)
A 8,34 ± 0,72a 0,137 ± 0,005
a
B 8,57 ± 0,28a 0,137 ± 0,011
a
C 9,03 ± 0,30a 0,147± 0,005
a
D 8,72 ± 0,20a 0,140 ± 0,001
a
Keterangan: Angka dengan superskrip yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata (P>0,05).
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pemberian kapur dolomit dan kapur
tohor pada setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap
pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian udang vaname. Hal ini
mengindikasikan dosis kapur dolomit dan kapur tohor yang digunakan belum
optimal sehinga secara signifikan belum mampu meningkatkan pertumbuhan
bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian udang vaname.
Pemberian kapur dolomit 0,4 gram dan kapur tohor 0,2 gram (Perlakuan C)
cenderung memberikan pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian
yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal yang sama juga
terlihat pada intensitas moulting udang vaname pada perlakuan C yang lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 2).
Kapur dolomit CaMg (CO3)2 dan kapur tohor (CaO) tidak secara langsung
berpengaruh pada pertumbuhan udang, namun kapur dolomit dan kapur tohor
dibutuhkan udang untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan mineral saat
-
melakukan moulting dan pengerasan kulit secara moulting. Semakin cepat proses
pemulihan udang moulting akan meningkatkan pertumbuhan udang sebab setelah
moulting, nafsu makan udang akan meningkat tinggi guna memuaskan nafsu
makannya yang menurut pada saat sebelum moulting (Yulihartini et.al. 2016).
Arumsari et.al. (2019) menyatakan pemberian kapur dolomit dan tohor dengan
dosis yang sesui yaitu kapur dolomit 0,4 gram dan kapur tohor 0,2 gram akan
meningkatkan tingkat komsumsi pakan pada udang sehingga memberikan pegaruh
terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan. Selanjutnya Adeghoye
dalam Erlando (2015) menyatakan kadar kalsium yang rendah akan menyulitkan
untuk pembentukan cangkang. Kadar kalsium yang tinggi juga akan menyulitkan
proses homeostatis ion kalsium dalam tubuh udang sehinga energi yang dibutukan
untuk proses tersebut akan lebih besar akibatnya pengunaan enegi untuk
pertumbuhan akan terhambat.
Peran kapur dolomit dalam meningkatkan bobot mutlak udang vaname juga
dilaporkan oleh Aisyah et.al. (2017) dimana pemberian kapur kapur dolomit 3
mg/kg pakan mampu meningkatkan bobot mutlak udang vaname 1,15 g lebih
besar dari kontrol. Yulihartini et.al. (2016) melaporkan pemberian kalsium
hidrosida (Ca(OH)2) sebanyak 60 mg/L mampu meningkatkan laju pertumbuhan
harian udang vaname sebesar 0,31% dibandingkan kontrol.
4.3. Sintasan Udang Vaname
Pemberian kapur dolomit dan kaput tohor selama penelitian (60 hari)
memberikan pengaruh nyata (P
-
dengan perlakuan D (68,89%) dan perlakuan A (66,67%). Namun sintasan udang
vaname pada perlakuan B dan D berbeda nyata (P0.05) dengan
sintasan perlakuan C.
Gambar.3. Sintasan udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kaput tohor.
(Keterangan : Angka dengan huruf superskrip yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) D : Kapur dolomit, T :
Kapur Tohor)
Rendahnya sintasan udang vaname pada perlakuan C ( D 0,4+T 0,2)
(61,11%) dibandingkan perlakuan lainnya sangat mungkin terjadi akibat
kanibalisme setelah proses moulting. Intensitas moulting pada perlakuan C lebih
rendah dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 2) sehingga peluang terjadinya
kanibalisme pada perlakuan C lebih besar. Proses moulting udang vaname selama
penelitian tidak bersamaan antara udang yang satu dengan udang lainnya sehinga
cenderung menyebabkan terjadinya kanibalisme terhadap udang yang sedang
moulting dan selanjutnya mengakibatkan kematian. Arumsari et.al. (2019)
menyatakan kelulushidupan udang vaname sangat dipengaruhi oleh moulting
karena tubuh udang akan sangat lemah setelah moulting. Jika jumlah ketersediaan
66,67 70
61,11 68,89
0
10
20
30
40
50
60
70
80
A (Kontrol) B ( D 0,6 g) C (D 0,4 g + T 0,2 g) D (D 0,3 g + T 0,3 g)
Sin
tasa
n (
%)
Perlakuan
ab b a b
-
kapur yang dibutukan udang kurang maka akan menganggu proses pembentukan
karapas baru, akibatnya udang tersebut mudah dimangsa oleh udang lainnya
(Arumsari et.al. 2019 ).
Sintasan udang vaname yang diberi kapur dolomit dan kapur tohor pada
penelitan ini (Perlakuan B, C dan D) relatif tidak berbeda dengan sintasan udang
vaname yang tidak diberi kapur (Perlakuan A). Hal ini menunjukan jumlah
kematian udang vaname akibat kanibalisme setelah proses moulting pada semua
perlakuan relatif sama. Jumlah kapur dolomit dan tohor yang diberikan pada
udang vaname belum optimal sehinga belum mencukupi kebutuhan untuk proses
pembentukan karapas baru. Hal ini jugs tergambar pada tingkat pertumbuhan
bobot mutlak dan laju pertumbuhan harian udang yang tidak berbeda nyata
(P>0,05) antara udang yang diberi kapur dolomit dan tohor dengan udang tanpa
pemberian kapur (kontrol).
Peran kapur dolomit terhadap sintasan udang vaname juga di laporkan oleh
Arumsari et.al. (2019) dimana pemberian kapur dolomit dengan dosis 3 mg/kg
pakan mampu meningkatkan sintasan udang vaname 27% lebih besar dari kontrol.
Yulihartini et.al.(2016) melaporkan penambahan kalsium hidrosida (Ca(OH)2)
sebnyak 60 mg/L mampu meningkatkan kelulushidupan udang vaname sebesar
9% dibandingkan kontrol.
4.4. Kualitas Air
Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air meliputi salinitas, suhu,
oksigen terlarut (DO) dan pH disajikan pada Tabel 3. Kualitas air selama
penelitian terutama salinitas, suhu, DO, dan pH secara umum cukup baik dan
-
berada pada kisaran yang mendukung untuk pertumbuhan dan keluludhidupan
udang vaname.
Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air media pemeliharaan udang vaname
selama 60 hari pemeliharaan.
Parameter Perlakuan Standar Baku
A B C D
Salinitas (ppt)
29,29
32,65
32,64 30,67 15-30 ppt.
(Davis et al.2004)
Suhu (°C)
25,94
25,83
27,29 25,85 28-30 0C.
(Rusmiyati 2010)
DO (ppm)
4,65
4,81
4,67 4,67 4-8 mg/L.
(Wibowo2006)
pH
8,28
8,28
8,27 8,24 7,5-8,5.
( Haliman ddk. 2005)
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelulusan
hidupan udang vaname (Litopenaus vannamei) adalah pengelolaan parameter
kualitas air. Pengelolaan kualitas air dengan cara memantau parameter kualitas air
selama proses budidaya dilaksanakan. Adapun parameter kualitas air yang
dimaksud adalah salinitas, suhu, DO, dan pH. Data hasil pengukuran kualitas air
tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Kisaran salinitas selama penelitian berkisar antara 29,29-30,67 ppt. Nilai
salinitas pada media pemeliharaan terlihat bahwa terdapat variasi naik dan
turunnya salinitas pada setiap akuarium. Kenaikan salinitas ini terjadi karena pada
saat pengukuran salinitas cuaca panas, suhu udara naik dan terjadi penguapan air
akuarium sehingga kandungan air garam meningkat yang menyebabkan salinitas
tinggi tetapi tidak sampai menyebabkan kematian udang. Langkah yang dapat
dilakukan untuk mengatasi tingginya salinitas air pemeliharaan adalah dengan
membuang sebagian air didalam akuarium dan menggantinya dengan air tawar
-
sehingga salinitas dapat optimal. Sedangkan menurut Davis et al. (1992), ion
calsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling
penting dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan
dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu
sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air
payau (15-30).
Suhu selama penelitian berkisar antara 25,83-25,94oC. Rusmiyati (2010)
mengatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi kondisi udang, terutama
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang serta suhu yang optimal untuk
budidaya udang yaitu 28-300C.
Oksigen terlarut merupakan salah satu komponen utama bagi metabolisme
perairan.Kebutuhan terhadap oksigen oleh udang bervariasi, tergantung pada jenis
stadi dan aktivitasnya. Kandungan oksigen yang rendah dapat menyebabkan nafsu
makan udang menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan udang. Jika dilihat dari kandungan oksigen terlarut pada penelitian
ini berkisar antara 4,65 - 4,81 mg/l dapat dikatakan cukup baik untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vannamei. Menurut Wibowo(2006)
mengatakan bahwa kisaran kandungan oksigen terlarut optimal untuk udang
adalah 4-8 mg/L.
Derajat kesaman (pH) selama penelitian berkisar antara 8,24-8,28. Variasi
perubahan pH selama pemeliharaan udang vaname dan terlihat bahwa terdapat
variasi naik dan turunnya pH pada setiap perlakuan.Kenaikan pH ini terjadi
karena disebabkan oleh limbah dari sisa pakan yang telah mengendap dan
-
mengalami pembusukan yang mengakibatkan pH air media naik. Menurut
Haliman dan Adijaya (2005) mengatakan bahwa pH air ideal untuk udang vaname
adalah antara 7,5-8,5. Keberadaan kalsium dengan H+ akibatnya pH akan
meningkat. Penambahan kapur dapat menyebabkan kenaikan pada pH media
pemeliharaan karena kapur bersifat menetralkan keasaman sehingga pH air akan
meningkat setelah pemberian pakan dicampur kapur kedalam air (Boyd, 1982).
-
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pemberian kapur
domit dan kapur tohor ke dalam media pemeliharaan mampu meningkatkan
jumlah moulting udang vaname, namun dosis kapur dolomit dan tohor yang
digunakan belum optimal sehinga secara signifikan belum mampu meningkatkan
pertumbuhan dan sintasan udang vaname.
5.2. Saran
Perlu penelitian lanjutan dengan mencari dosis kapur dolomit dan tohor
yang optimal untuk menunjang pertumbuhan dan sintasan udang vaname.
-
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Agus M, dan Mardiana T.Y., 2017. Analisis Pemanfaatan Dolomit Pada
Pakan Terhadap Intensitas Moulting Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Skripsi. Universitas Pekalongan.
Arsono, Y. Arki., Rustadi dan B. Triyatmo. 2010. Pengaruh Konsentrasi kapur
(CaCO3) Terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar(Cherax
Quadricarinatus ). Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XII (1): 28-34
Arumsari Chici. 2019 Pengaruh Penambahan Kapur Dolomit CaMg(CO3)2 Dalam
Pakan Terhadap Intensitas Moulting, Pertumbuhan dan Kelulushidupan
Udang Vaname (Litopenaus vannamei).Skripsi. Universitas Riau.
Anggoro, S 1992 Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Mediya Terhadap
Daya Tetes Telur dan Vitalitas Larva udang Windu enaeus monodo
habricius. (Disertai). Program Pascaserjana. Institus Pertanian Bogor,
Bogor, 127 hlm.
Bray WA, Lawrance AL, Leung J dan Trujillo R. 1994. The Effect Salinity on
Grwoth and Survival of Peneaus vannamei with Observation and
Experimental Acidification of The Lake with Special Reference to The
Importance of Calcium. In C. R. Goldman (ed). Freshwater Crayfish V. AVI
Publ Comp, INC, Westport.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Forth Printing.
Alabama, USA : Agricultural Experiment Station, Auburn University.
Chang CH, Lin HY, Ren Q Lin YS, Shao KT, 2016, DNA barcoda identification
of fish products in Taiwan: Government-commissioned authentication
cases. Food Control, 66:38-43.
Davis, D.A., A.L. Lawrence, and D. Gatlin. 1992. Mineral requirements of
Penaeusvannamei: a preliminary examination of the dietary essentiality for
thirteen minerals. J. WorldAquaculture Society, 23:8-14
Dehaghani PG. Baboli MJ, Moghada, AT, Nejad SZ, Pourfarhadi M. 2015. Effect
of symbiotic dietary supplementation on survival, growth perfomancc, and
digestive enzsyme activities of ommon carp (Cyprinus carpio) fingerlings
,Czech Journal of AnimalScience 60: 224-232. Doi:10.17221/8172-CJAS.
Effendie. 1997.Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Yogyakarta. 163p
Galah, Macrobrachium Rosenbergii (De Man).Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan
Perikanan Indonesia. 2: 117-125
Ghufran, M. 2010. Pakan Udang: Nutrisi, Formulasi, Pembuatan dan Pemberian.
Akademia. Jakarta
Haliman, R. W dan S.D. Adijaya. 2005. Pembudidaya dan Prospek Pasar Udang Putih
Yang Tahan Penyakit Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta
-
Hopkins, K. D. 1992. Reporting fish growth: a review of the basics. Journal of the
world aquaculture society, 23: 173-179
Marsambuana Pirzan A, Utojo. 2013. Pengaru Variabel Kualitas Air Terhadap
Produktivitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Kawasan
Pertambakan Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Saputra. 2014. Pengaruh Penebaran Calsium Hidrosida Ca(OH)2 Terhadap
Moulting, Pertumbuhan dan kelulushidupan Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei).
Steel, R.G. dan J.H. Torric. 1980. Prinsip dan Prosedur Statistika (Suatu
Pendekatan Biometrik) Alih Bahasa: Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka.
Utama, Jakarta. 748 hal
Velasco, M. A. I. Lawrence, and F. I. Castille. 1999. Effect of Variation In Daily
Feeding Frequency And Ration Size On Growth Of Shrimp, Litopenaus
Vannamei (Boone), In Zero Water Exchange Culture Tanks. Aquaculture,
179 : 141-148.
Wibowo, H. 2006. CaraMemilih Benur Vannamei Berkualitas. BBAP Situbondo
Yulihartini wiwi., Rusliadi, Hamdan Alawi. 2016. Pengaruh Penebaran Calsium
Hidrosida Ca(OH)2 Terhadap Moulting, Pertumbuhan dan kelulushidupan
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei).Skripsi. Universitas Riau.
Zaidy AB,2007. Pendayagunaan Kalsium Media Perairan dalam Proses Ganti
Kulit dan Konsekuensinya Bagi Pertumbuhan. Tesis. Sekolah Pascar Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Zonnevild, N.E.A. Husisman and J.H. Boon, 1991. Prinsip – prinsip Budidaya
ikan. Penerbit Pt. Grandmedia Pustaka utama, Jakarta. 336 hal.
-
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Statistik Pertumbuhan bobot mutlak udang vaname yang
diberi kapur dolomit dan tohor.
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .741 3 .247 1.293 .342
Within Groups 1.530 8 .191
Total 2.271 11
Duncana
PERLAKUAN N Subset for alpha =
0.05
1
D 3 8.3400
B 3 8.5733
A 3 8.7133
C 3 9.0267
Sig. .108
Lampiran 2. Analisis Statistik Sintasan udang vaname yang diberi kapur dolomit
dan tohor.
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 140.793 3 46.931 3.268 .080
Within Groups 114.885 8 14.361
Total 255.678 11
Duncana
PERLAKUAN N Subset for alpha = 0.05
1 2
C 3 61.1100
A 3 66.6667 66.6667
D 3 68.8900
B 3 70.0000
Sig. .110 .332
-
Lampiran 3. Analisis Statistik Pertumbuhan harian udang vaname yang diberi
kapur dolomit dan tohor.
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .000 3 .000 1.333 .330
Within Groups .000 8 .000
Total .001 11
Duncana
PERLAKUAN N Subset for
alpha = 0.05
1
B 3 .1367
D 3 .1367
A 3 .1400
C 3 .1467
Sig. .142
2.Lampiran Data penelitian
1). Pertumbuhan bobot mutlak udang vaname selama penelitian
Ulangan A B C D
1 8,40 8,30 8,78 7,77
2 8,81 8,86 9,36 8,10
3 8,93
Rata-rata 8,72
Sd 0,28
8,56 8,94 9,15
8,57 9,03 8,34
0,72 0,28 0,30
Tabel 2. Laju pertumbuhan bobot harian udang vaname selama penelitian
Ulangan A B C D
1 0,14 0,13 0,14 0,13
2 0,14 0,14 0,15 0,13
3 0,14
Rata-rata 0,140
Sd 0,000
0,14 0,14 0,15
0,137 0,143 0,137
0,011 0,005 0,005
-
3). Sintasan udang vaname udang vaname selama penelitian
Ulangan A B C D
171,67 71,67 65,00 68,33
263,33 68,33 55,00 71,67
365,00
Rata-rata 66,67
sd 4,41
70,00 63,33 66,67
70,00 61,11 68,89
2,55 1,67 5,36
4). Data Moulting udang vaname selama penelitian
Perlakuan Jumlah
A 85
B 90
C 98
D 93
5). Data kualitas Air udang vaname selama penelitian
Parameter Perlakuan
A B C D
Salinitas (ppt) 29,29 32,65 32,64 32,67
Suhu (°C) 25,94 25,83 27,29 25,85
DO (ppm) 4,65 4,81 4,67 4,67
Ph 8,28 8,28 8,27 8,24
-
3.Lampiran Dokumentasi Penelitian
1). Penebaran udang vaname 2). Penimbangan kapu
3). Pemberian kapur
4). Pemberian kapu
-
5). Mengukur kualitas Air 6). Pengambilan sampel udang vanname
7). Sampling
pertumbuhan
-
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Rusmali Yunus, Nama panggilan Rusmali,
yang disapa setiap hari oleh keluarga maupun teman-teman.
Penulis lahir di Desa Lembata kec. Buyasuri. Provinsi NTT,
Tempat Tanggal Lahir 05 Agustus 1995, penulis merupakan
anak ke Pertama dari pasangan Suami Istri yang bernama Yunus Leu dan Masna
Boli.
Penulis anak pertama dari dua bersaudara ini mengawali jenjang
pendidikan sekolah SD Impres Kab. Lembata 6 Tahun sampai selesai pada Tahun
2008. Setelah tamat penulis melanjutkan pendidikan di sekolah SMPN 2
Nunbanukan Kab. Lembata 3 Tahun sampai selesai Tahun 2011. Kemudian
penulis melajutkan studi ke SMKN 1 Nubatukan Kab Lembata sampai selesai
pada Tahun 2014. Kemudian pada Tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH),
Penulis telah melaksanakan penelitian di BPBAP Takalar Provinsi
Sulawesi Selatan, pada bulan april dan memiliki Judul “Pengaruh Penambahan
Kapur Dolomite Dan Kapur Tohor Dalam Media Pemeliharaan Terhadap
Moulting, Pertumbuhan Dan Sintasan Udang Vaname (Litopenaeus
vanname).” Dibawa bimbingan Dr. Abdul Haris Sambu, S.Pi., M.Si dan Dr.
Hamsah, S.Pi., M.Si.
Penulis Menyelesaikan Studi di Universitas Muhammadiyah Makassar
Pada tahun 2020.