program studi agribisnis fakultas sains dan … · sdi darul muttaqien 1995 s/d 2000 smp darul...

120
ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum, L) PADA KEBUN BIBIT RAGUNAN, JAKARTA SELATAN Rifa Atul Maulidah PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Upload: others

Post on 31-Mar-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT TANAMAN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum, L)

PADA KEBUN BIBIT RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

Rifa Atul Maulidah

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M/1432 H

Page 2: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT TANAMAN RAMBUTAN ( Nephelium lappaceum, L)

PADA KEBUN BIBIT RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

Oleh :

RIFA ATUL MAULIDAH 106092003018

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011M/1433H

Page 3: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2011

Rifa Atul Maulidah 106092003018

Page 4: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Desember 2011

Rifa Atul Maulidah 106092003018

Page 5: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DATA DIRI

Nama : Rifa Atul Maulidah

Jenis Kelamin : Perempuan

TTl : Jakarta, 4 November 1987

Alamat : Jl. H. Misan Rt.13 Rw.03 no.88, petukangan utara,

Jakarta selatan

Telp :

Alaman email : [email protected]

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000

SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003

MA Darunnajah 2003 s/d 2006

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006 s/d 2011

PENGALAMAN PEKERJAAN

TK. AL-ADZKAR Larangan Pengajar 2010

BPR Ragasakti Asisten Dirut 2011

Curriculum Vitae

Page 6: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

RINGKASAN

RIFA ATUL MAULIDAH 106092003018, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan (Nephelium Lappaceum, L) Pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan ELPAWATI dan HANDOJO KRISTYANTO.

Rambutan (Nephelium lappaceum, L) merupakan salah satu komoditas tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tanaman rambutan merupakan tanaman buah asli Indonesia. Tanaman ini mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan karena ketersediaan lahan yang cukup, agroklimat yang cocok, dan sumber daya yang melimpah.

Kebun Bibit Ragunan Jakarta merupakan salah satu kebun yang dimiliki Balai Benih Induk Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta yang bertanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta. Balai Benih Induk Ragunan Jakarta Selatan adalah salah satu balai penyedia bibit tanaman rambutan yang dengan keunikan produknya, karena sumber induk yang digunakan dari induk yang sudah tersertifikasi. Dengan jaminan kualitas bibit yang lebih bermutu diharapkan dapat mampu memenuhi permintaan pasar yang ada. Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan tidak memiliki metode harga pokok produksi yang tetap sehingga penentuan harga jualnya pun hanya mengikuti harga umum dari penjual lain.

Kebun Bibit Ragunan DKI Jakarta memiliki acuan harga bibit tanaman hortikultura pada tahun 2001, yang sesuai dengan surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3482/2001 dengan harga Rp 5.000 untuk bibit rambutan ukuran 50cm–100cm dan Rp 17.500 untuk ukuran 1m–2m. Setelah tahun berikutnya sampai sekarang Kebun Bibit Ragunan tidak dapat menggunakan acuan harga tersebut.

Tujuan Penelitian ini adalah: “Menetapkan metode perhitungan harga pokok produksi untuk bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan”. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode harga pokok produksi full costing dan variable costing. Penggunaan kedua metode ini akan bertujuan untuk mendapatkan hasil perhitungan harga pokok produksi untuk bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan. Hasil perhitungan kedua metode akan dibandingkan sehingga akan didapat suatu metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan harga pokok produksi yang terbaik yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan harga jual bagi perusahaan.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan tidak ada perbedaan dari total harga pokok produksi antara metode full costing dan variable costing saat produksi 2.000 bibit, namun akan berbeda pada saat kenaikan produksi. Harga pokok produksi dengan metode Full Costing dan Variable Costing pada saat produksi 2.000 adalah sebesar Rp. 18.288.159,-. Harga pokok produksi pada saat kenaikan produksi bertambah 2.000 menjadi 4.000 bibit dengan metode variable costing memiliki nilai terkecil bila dibandingkan dengan metode full costing. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing adalah sebesar Rp. 31.282.883,-, sedangkan metode full costing

Page 7: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

menghasilkan harga pokok sebesar Rp 36.576.317,-. Hal ini karena ada perbedaan dalam menganalisis biaya pada saat kenaikan produksi. Pada metode full costing menggolongkan biaya dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung (BOP), sedangkan pada metode variable costing menggolongkan biaya menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Harga pokok produksi yang tepat adalah harga pokok yang dilihat pada tinggi atau rendahnya hasil perhitungan. Kedua metode yang digunakan dalam perhitungan ini memiliki kelemahan dan keuntungan. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada saat kenaikan produksi menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai yang menggunakan metode variabel costing karena pada metode full costing, semua unsur biaya dimasukkan ke dalam perhitungan, baik biaya tetap maupun variable tanpa memperhatikan tingkat produksi yang dicapai perusahaan. Pada metode variabel costing, hanya memasukkan biaya variabel ke dalam perhitungan harga pokok produksi. Oleh karena itu, yang lebih tepat digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi yaitu metode Metode Variable Costing, karena pada saat kenaikan produksi hanya menghitung biaya yang bersifat variable saja sedangkan untuk biaya tetapnya tidak diperhitungkan

Jadi penetapan harga pokok produksi dengan metode variable costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi pada Kebun Bibit Ragunan Jakarata Selatan.

Page 8: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh

rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi yang berjudul: Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi

Bibit Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum. L) Pada Kebun Bibit

Ragunan Jakarta Selatan. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada

Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk hati

dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas

bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung

terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. Orang tua tercinta yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang,

perhatian, pengorbanan dan kesabaran dalam mendidik anak-anaknya.

Diiringi dengan do’a-do’a yang tiada henti demi kebahagiaan anak-anaknya.

Skripsi ini ananda persembahkan kepada kedua orang tua tercinta dan semoga

menjadi kebanggaan dalam hatinya.

2. Dr. Elpawati, MP dan Dr. Handojo Kristyanto, MM selaku dosen

pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan

penelitian dan penulisan skripsi.

Page 9: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ix

3. Dr. Edmon Daris, MS dan Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen penguji yang telah

bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan

penulisan skripsi.

4. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspitasari, MMA selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan suatu komitmen,

dorongan, dan program pendidikan sesuai kebutuhan mahasiswanya.

5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku dekan Fakultas Sains dan

Teknologi, yang telah mengesahkan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar, yang telah memberikan ilmu yang berharga,

nasehat dan arahan selama dibangku perkuliahan.

7. Seluruh jajaran Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu dan

melayani hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Seluruh jajaran Program Studi Agribisnis atas dukungan dan bantuan yang

diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Kakak dan adikku tersayang dan seluruh anggota keluarga besarku yang

selalu mendoakan dan memberikan dukungan penuh kepadaku.

10. Ir. Widodo selaku Kepala Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan

Hortikultura dan Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI

Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian dan penulisan skripsi pada Kebun Bibit Ragunan.

11. Bapak Darsim, seluruh staf kantor, dan para pekerja di Kebun Bibit Ragunan

yang dengan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

Page 10: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

x

12. D’Princess yaitu Andhieka ”Rapunzel” Ulfa, Wiwin ” Mulan” Iswardani,

Rinrin ”Snow White” Rindyani, Sri ”Belle” Ajeng, Yuniawati ”Cinderella”,

Regina ”Ariel” Sari dan Fajar ”Jasmine” Khoirunnisa atas kebersamaan,

kehangatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kuliah. kenangan bersama

kalian semua merupakan kenangan yang menyenangkan dan terindah selama

semoga dapat terus berlanjut.

13. Seluruh teman jurusan Agribisnis angkatan 2006 yang sama-sama berjuang

dalam masa perkuliahan ini. Sukses selalu untuk kita semua.

14. Sahabatku tercinta dan orang terkasihku yang selalu member do’a dan

dukungan penuh kepadaku dalam menghadapi segala kejadian yang kualami.

Akhir kata penulis mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya

apabila dalam perjalanan perkuliahan, penulis pernah melakukan kekhilafan baik

dalam tutur kata maupun tindakan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalam,

Jakarta, Desember 2011

Penulis

Page 11: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

1.5. Batasan Penelitian ..................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8

2.1. Asal Tanaman Rambutan.... ........................................................ 8

2.2. Jenis dan Varietas Rambutan ...................................................... 9

2.2.1. Jenis Rambutan ................................................................. 9 2.2.1. Varietas Rambutan ............................................................ 9

2.3. Pengertian Bibit .......................................................................... 11

2.4. Syarat Menghasilkan Bibit Bermutu ........................................... 12

2.5. Pengertian Harga Pokok Produksi .............................................. 13

2.6. Tujuan dan Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi ............. 14

2.7. Pengertian Biaya dan Penggolongannya ..................................... 15

2.8. Elemen Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ................................................................ 22 2.8.1. Biaya Bahan Baku ............................................................ 22 2.8.2. Biaya Tenaga Kerja .......................................................... 24 2.8.3. Biaya Produksi Tidak Langsung ...................................... 26

Page 12: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xii

2.9. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi.................................. 28 2.9.1. Full Costing ...................................................................... 29 2.9.2. Variabel Costing ............................................................... 30 2.10. Penelitian Terdahulu .................................................................... 33

2.11. Kerangka Pemikiran .................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 38

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 38

3.2. Sumber Data ............................................................................... 38

3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 39

3.4. Analisis Data ............................................................................... 40

3.4.1. Analisis Kualitatif ............................................................. 40 3.4.2. Analisis Kuantitatif ........................................................... 40

3.4.2.1. Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing ............................................ 41 3.4.2.2. Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing .................................... 41

3.4.2.3. Perbandingan Metode Penetapan Harga Pokok Produksi ........................................ 42 3.5. Definisi Operasional ................................................................... 43 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .......................................... 44

4.1. Profil Perusahaan ........................................................................ 44

4.2. Visi dan Misi UPT Balai Benih Induk ........................................ 44

4.3. Sejarah Organisasi Dinas Pertanian DKI Jakarta ........................ 45

4.4. Sejarah Kebun Bibit Ragunan Jakarta ........................................ 46

4.4.1. Tugas dan Fungsi Kebun Bibit UPT BBI Ragunan DKI Jakarta ................................................ 47 4.4.2. Keadaan Umum Lokasi Kebun Bibit BBI Ragunan ......... 48

4.5. Struktur Organisasi ..................................................................... 49

4.5.1. Tugas Kepala Balai Benih Induk ...................................... 49 4.5.2. Sub Bagian Tata Usaha ..................................................... 49 4.5.3. Tugas Seksi Produksi Benih ............................................. 50 4.5.4. Tugas Seksi Pengembangan Teknologi ............................ 51

Page 13: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xiii

4.5.5. Tugas Sub Kelompok Jabatan Fungsional ........................ 51 4.6. Proses Produksi Bibit Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan ................................................................. 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 56

5 .1. Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Dalam Produksi ....................... 56

5.1.1. Penggunaan Biaya Langsung ............................................ 56 5.1.1.1. Biaya Bahan Baku ................................................ 57 5.1.1.2. Tenaga Kerja Langsung ....................................... 59 5.1.2. Penggunaan Biaya Tidak Langsung .................................. 61 5.1.2.1. Biaya Peralatan Produksi ..................................... 62 5.1.2.2. Biaya Penyusutan Bangunan ................................ 65 5.1.2.3. Biaya Lainnya ...................................................... 65

5.2. Produksi dan Pendapatan ............................................................ 66

5.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan dengan Metode Full Costing ..................................... 67 5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan dengan Metode Variable Costing .............................. 69 5.5. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan antara Full Costing dan Variable Costingi ................ 73 BAB VI KESIMPULAN .................................................................................. 77

6.1. Kesimpulan ................................................................................ 77

6.2. Saran .......................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Produksi rambutan Di Indonesia 2007-2009 (Ton).............. 1

2. Varietas Unggul Rambutan dan Karakteristiknya ........................................ 11

3. Bahan Baku Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan pada Kebun Bibit Ragunan ............................................................................................... 57

4. Biaya Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Rambutan pada Kebun Bibit Ragunan Tahun 2010 .......................................................................... 58

5. Tenaga Kerja Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan pada Kebun Bibit Ragunan ............................................................................................... 60

6. Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Tahun 2010 ....................................................... 61

7. Alat Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan pada Kebun Bibit Ragunan ............................................................................................... 62

8. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010 ........................................................... 63

9. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan 2010 .................................................. 64

10. Biaya Penyusutan Bangunan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010 ...................................... 65

11. Biaya Lain Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010 ........................................................... 66

12. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan ........................................................................... 67

13. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Pendekatan Full Costing Tahun 2010 .............................................................................. 68

14. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan dengan Metode Full Costing.......................................................... 69

Page 15: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xv

15. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Pendekatan Variable Costing Tahun 2010 ....................................................................... 70

16. Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan dengan Metode Variable Costing .................................................. 72

17. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Per Produksi 2.000 Bibit Tahun 2010 ................................................................ 74

18. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Per Produksi Tahun 2010 dengan Penambahan Produksi Sebanyak 2.000 ........ 74

Page 16: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Grafik Data Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan 4 Tahun Terakhir .......................................................................... 7

2. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Metode Full Costing ................................................................................................... 30

3. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Metode Variabel Costing ........................................................................................... 31

4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 37

5. Proses Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan ........................................................................................................ 55

Page 17: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Biaya Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................. 81

2. Biaya Alat Produksi dan Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan Tahun 2010 ........... 82

3. Biaya Penyusutan Fasilitas Produksi Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010 .......................................................................... 83

4. Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Metode Full Costing Tahun 2010 ............ 84

5. Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Metode Variable Costing Tahun 2010 ..... 85

6. Daftar Pertanyaan Wawancara ...................................................................... 86

7. Varietas Unggul Rambutan dan Karakteristiknya ........................................ 88

8. Deskripsi Rambutan Varietas Binjai ............................................................. 89

9. Deskripsi Rambutan Varietas Rapiah ........................................................... 90

10. Deskripsi Rambutan Varietas Lebak Bulus .................................................. 91

11. Deskripsi Rambutan Varietas Antalagi` ....................................................... 92

12. Deskripsi Rambutan Varietas Sibongkok ..................................................... 93

13. Surat Permohonan Penelitian ........................................................................ 94

14. Surat Persetujuan Penelitian.......................................................................... 95

15. Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................................. 96

16. Keputusan Gubernur Tentang Penetapan Harga Penjualan Bibit/Benih Tanaman Hortikultura No.3482/2001 ........................................................... 97

17. Daftar Harga Bibit Tanaman Buah-Buahan Tahun 2010 ............................. 99

Page 18: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xviii

18. Sebaran Kebun Bibit BBI DKI Jakarta ......................................................... 100

19. Denah UPT BBI Ragunan ............................................................................. 101

20. Struktur Organisasi BBI Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.113 Tahun2002 ....................................................................................... 102

Page 19: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan agribisnis hortikultura, khususnya buah-buahan telah diberi

prioritas oleh pemerintah Indonesia. Prioritas diberikan karena terus

meningkatnya permintaan atas komoditas dimaksud seiring dengan meningkatnya

pendapatan masyarakat (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999:5).

Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki banyak sekali jenis

tanaman buah dan salah satunya adalah rambutan dengan keragaman jenisnya

seperti rapiah, binjai, lebak bulus dan lainnya. Rambutan merupakan satu jenis

tanaman buah yang sudah umum dikenal oleh masyarakat.

Badan Pusat statistik (2009:1) mendata produksi rambutan Indonesia

meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2007 – 2009 produksi rambutan

meningkat. Seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Rambutan di Indonesia 2007 – 2009 (Ton)

Tahun Rambutan

(Ton) 2007 705.823 2008 851.240 2009 986.841

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009:1)

Produksi buah rambutan meningkat dari tahun 2007 dengan jumlah

705.823 ton menjadi 986.841 ton pada tahun 2009. Peningkatan produksi

rambutan tentu saja dipengaruhi dengan adanya peningkatan permintaan akan

buah rambutan maupun bibitnya. Peningkatan tersebut merupakan peluang bagi

Page 20: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 �

setiap perusahaan. Baik perusahaan yang bergerak dibidang produksi buah

maupun perusahaan yang bergerak dalam bisnis penyedia bibit tanaman

rambutan.

Rambutan (Nephelium lappaceum, L) merupakan salah satu komoditas

tropis eksotis yang digemari oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar

negeri. Tanaman rambutan merupakan tanaman buah asli Indonesia. Tanaman ini

mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan karena ketersediaan

lahan yang cukup, agroklimat yang cocok, dan sumber daya yang melimpah.

Sumber daya lahan yang tersedia saat ini banyak yang belum dimanfaatkan secara

optimal. (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1999:9).

Banyaknya perusahaan yang memproduksi bibit tanaman rambutan,

berdampak pada tingginya persaingan diantara perusahaan-perusahaan tersebut.

Tingginya tingkat persaingan diantara perusahaan-perusahaan ini menjadikan

kemampuan bersaing sangat mutlak diperlukan.

Kebun Bibit Ragunan merupakan perusahaan bibit tanaman rambutan yang

telah berdiri sejak 1975 sampai sekarang. Perusahaan yang telah berdiri tentunya

ingin berkembang dan terus menjaga kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak

manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya

efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga

pokok produksi yang efektif , dan tetap menjaga kualitas dari barang atau produk

yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan

lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin

Page 21: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 �

diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan

perusahaan–perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya

tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang

ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain

mendapatkan laba semaksimal mungkin.

Tujuan utama suatu perusahaan didirikan, selain untuk memenuhi

kebutuhan manusia adalah untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan

adanya keuntungan yang layak maka dimungkinkan suatu perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan dapat mengembangkan

usahanya untuk lebih maju dan berkembang. Untuk itu perusahaan harus selalu

berusaha menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi namun harganya

relatif rendah. Agar hal tersebut dapat tercapai maka perusahaan hendaknya

menggunakan biaya yang efektif. Perusahaan manufaktur menggolongkan biaya

ke dalam tiga biaya utama yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, biaya

administrasi dan umum. Dari penggolongan biaya tersebut dapat diketahui bahwa

perhitungan biaya produksi merupakan salah satu hal yang penting dalam upaya

merealisasi tujuan perusahaan.

Kebun Bibit Ragunan Jakarta merupakan salah satu kebun yang dimiliki

Balai Benih Induk Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta yang bertanggung

jawab kepada Gubernur DKI Jakarta. Balai Benih Induk Ragunan Jakarta Selatan

adalah salah satu perusahaan penyedia bibit tanaman rambutan yang dengan

keunikan produknya, karena sumber induk yang digunakan dari induk yang sudah

tersertifikasi. Dengan jaminan kualitas bibit yang lebih bermutu diharapkan dapat

Page 22: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 �

mampu memenuhi permintaan pasar yang ada. Pada Kebun Bibit Ragunan tidak

memiliki metode harga pokok produksi yang tetap sehingga penentuan harga

jualnya pun tidak memiliki acuan.

Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan

penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi

dapat mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing

dengan produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu

rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua

hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi yang tepat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan

(Nephelium lappaceum, L) pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diperoleh gambaran bahwa

bibit merupakan input penentu dalam produksi tanaman.

Kebun Bibit Ragunan DKI Jakarta memiliki acuan harga bibit tanaman

hortikultura pada tahun 2001, yang sesuai dengan surat Keputusan Gubernur

Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3482/2001 dengan harga Rp 5.000

untuk bibit rambutan ukuran 50cm–100cm dan Rp 17.500 untuk ukuran 1m–2m,

Keputusan Gubernur terdapat pada Lampiran 16 dan 17. Setelah tahun berikutnya

Page 23: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 �

sampai sekarang Kebun Bibit Ragunan tidak dapat menggunakan acuan harga

tersebut.

Saat ini harga jual di Kebun Bibit Ragunan ditentukan langsung oleh

produsen atau pihak kebun bibit Ragunan sendiri yaitu Rp. 20.000 tidak

menggunakan metode khusus, tetapi seharusnya Kebun Bibit Ragunan memiliki

harga jual yang lebih rendah karena berapa dibawah naungan BBI. Beberapa

tahun terakhir Kebun Bibit Ragunan telah mengalami perubahan harga jual.

Terkait dengan tujuan sosial pemilik perusahaan yaitu mempertahankan

harga jual yang dapat dijangkau seluruh kalangan konsumen dan mendapat

keuntungan yang sesuai, maka perusahaan berupaya mempertahankan harga jual

yang nantinya dapat dijangkau konsumen. Namun tujuan tersebut terkendala

dengan tidak ada penetapan harga pokok produksi. Oleh karena itu, diperlukan

metode harga pokok produksi yang tepat guna membantu perusahaan dalam

memperkirakan harga jual per bibit. Harga pokok produksi yang tinggi akan

menyebabkan harga jual yang tinggi pula, sehingga dikhawatirkan tidak sesuai

dengan daya beli konsumen.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis

adalah : “Metode penetapan harga pokok produksi apa yang tepat untuk bibit

tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka tujuan penelitian ini adalah:

Page 24: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 �

“Menetapkan metode perhitungan harga pokok produksi yang tepat untuk bibit

tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan”.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah

pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tentang

harga pokok produksi.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemilik perusahaan dalam

penetapan kebijakan, strategi dan pengambilan keputusan untuk

menetapkan harga pokok produksi.

3. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Umum

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang ingin

menekuni usaha bibit rambutan.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya membahas harga pokok produksi bibit tanaman

rambutan yang menggunakan media polybag karena bibit yang menggunakan

media tersebut paling banyak diminati, sehingga untuk yang menggunakan media

Page 25: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7 �

pot tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini hanya menghitung

penetapan harga pokok produksi pada Kebun Bibit Ragunan, dengan tidak

melakukan perbandingan dengan tempat lain yang sejenis. Perhitungan dilakukan

dengan menggunakan volume kapasitas normal sebanyak 2000 bibit. Data yang

digunakan adalah data tahun 2010 karena mengacu pada produksi yang normal

dan terdapat peningkatan produksi dari tahun sebelumnya yang lebih rendah dari

tahun sebelumnya.

Data Produksi Bibit Rambutan Pada Kebun Bibit Rambutan 4 tahun terakhir

0

500

1000

1500

2000

2500

2007 2008 2009 2010

tahun

prod

uksi

(bi

bit)

Gambar 1. Data Produksi Bibit Rambutan pada Kebun Bibit Rambutan Empat Tahun Terakhir (2007-2010)

Sumber : Data Primer diolah (2011)

Page 26: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Asal Tanaman Rambutan

Rambutan merupakan tanaman buah-buahan tropis basah asli Indonesia.

Saat ini tanaman rambutan telah menyebar luas di daerah beriklim tropis seperti

Filiphina dan negara-negara Amerika latin. Penyebaran rambutan pada awalnya

sangat terbatas hanya di daerah tropis saja. Namun saat ini, rambutan sudah bisa

ditemui di daerah subtropis. Hal ini disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang berhasil menciptakan “rumah kaca”. Dengan mengatur kondisi

mikro di dalam rumah kaca sesuai dengan alam tropis, rambutan dapat

dibudidayakan didalamnya (Mahisworo, Susanto, dan Anung, 2004:7).

Menurut Rukmana dan Oesman (2002:16), rambutan merupakan tanaman

tahunan (perennial). Secara alami, pohon rambutan dapat mencapai ketinggian

25m atau lebih, namun bila dibudidayakan pada umumnya hanya dapat mencapai

ketinggian 5m – 9m. Habitat tanaman berbentuk seperti payung, dengan tajuk

pohon antara 5m – 10m, dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam.

Batang rambutan berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh tegak (kokoh),

dan berwarna kecoklat-coklatan sampai putih kecoklatan. Percabangan tumbuh

secara horizontal, namun kadang-kadang sedikit miring ke arah atas. Daun

rambutan berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul atau meruncing, dan pada

umumnya berwarna hujau tua sampai hijau muda, tergantung varietasnya.

Page 27: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9 �

2.2. Jenis dan Varietas Rambutan

Di Indonesia tanaman rambutan memiliki berbagai jenis dan macam

varietasnya, dengan keanekaragaman rasa dan daerah produksinya. Untuk jenis

rambutan sendiri terdapat dua jenis rambutan. Dan terdapat delapan varietas

rambutan yang telah diliris.

2.2.1. Jenis Rambutan

Menurut Rukmana dan Oesman (2002:18) terdapat dua jenis rambutan

yang biasa di budidayakan di Indonesia, yakni sebagai berikut.

1. Rambutan biasa atau yang dikenal dengan nama rambutan (Nephellium

lappaceum L), yang memiliki ciri khas sebagai berikut: buah berbulu atau

berambut; daging tebal dan mudah terkelupas (ngelotok); dan rasa daging

buah manis.

2. Kepulasan atau babat (Nephellium mutabile BI.) yang memiliki ciri khas

sebagai berikut: buah tidak berambut (hanya berupa tonjolan); daging

buah tebal, mudah terkelupas, dan agak asam; dan kulit berwarna merah

tua atau merah kehijauan atau hijau keputihan.

2.2.2. Varietas Rambutan

Indonesia mempunyai banyak varietas rambutan, baik varietas lokal

maupun varietas unggul. Rambutan varietas lokal antara lain: Aceh Gundul, Aceh

Gula Batu, Aceh Gendut, Simacan, Sitangkue, Aceh Kuning, Aceh Padang Bulan,

Aceh Garing, Aceh Pao Pao, Silengkeng, Aceh Kering Manis, Sinyonya, Hape

(Rasa), Brahrang, dan lain-lain. Rambutan varietas lokal yang menunjukkan

Page 28: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10 �

keunggulannya berpotensi menjadi varietas unggul, dan dapat diusulkan melalui

prosedur pelepasan varietas unggul baru (Rukmana dan Oesman, 2002:19).

Rambutan dapat dikategorikan sebagai varietas unggul bila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Daya hasil (produksi) tinggi

b. Kualitas hasil (buah) prima dan disukai konsumen, yaitu: daging buah tebal,

rasa manis, ngelotok dan kering, memiliki kandungan vitamin C antara

sedang sampai tinggi, dan tampilan warna buah menarik.

c. Daya adaptasi tanaman terhadap lingkungan di dataran rendah yang memiliki

rentang bulan kering antara 1 – 3 bulan dan terhadap berbagai lingkungan

tumbuh cukup luas.

d. Daya toleransi terhadap serangan hama dan penyakit utama cukup tinggi.

e. Umur mulai berbunga atau berbuah pendek (genjah).

Rukmana dan Oesman (2002:21) menjelaskan bahwa saat ini, paling tidak

terdapat 8 varietas unggul rambutan yang telah dilepas (diliris) melalui Surat

Keputusan Menteri Pertanian. Krakteristik utama varietas unggul rambutan

ditunjukkan dalam Tabel 2.

Page 29: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11 �

Tabel 2. Varietas Unggul Rambutan dan Karakteristiknya No Nama

Varietas Karateristik

1. Binjai Produksi 40kg-68kg/pohon/tahun; buah berwarna merah tua; rambut berwarna merah dengan ujung hijau; daging buah manis, agak kering, dan ngelotok.

2. Rapiah Produksi 18kg-30kg/pohon/tahun; buah berwarna hijau kekuningan; rambut hijau dengan ujung kemerahan; daging buah manis, ngelotok, dan kulit biji melekat.

3. Lebak Bulus

Produksi 50kg – 100kg/pohopn/tahun; daging buah berwarna merah dengan ujung kekuningan; daging buah manis, ngelotok, dan kulit biji agak melekat.

4. Antalagi Produksi 160kg – 210kg/pohon/tahun; buah berwarna kuning kehijauan; rambut hijau kekuningan ujung merah; daging manis, kering, agak harum, ngelotok, dan kulit biji melekat.

5. Sibongkok Produksi 175kg – 225kg/pohon/tahun; buah berwarna merah tua; daging buah manis, agak kering, ngelotok, dan kulit biji agak melekat.

6. Sibatuk Ganal

Produksi 240kg – 280kg/pohon/tahun; buah berwarna merah; rambut merah degan ujung agak kekuningan; daging buah manis, agak berair, ngelotok, dan kulit biji agak melekat.

7. Garuda Produksi 200kg-270kg/pohon/tahun; buah berwarna merah; rambut merah dengan ujung agak kekuningan; daging buah manis dan ngelotok.

8. Nona Produksi 20kg – 22,5kg/pohon/tahun; buah berwarna kekuningan; rambut merah degan ujung kekuningan; daging buah manis, ngelotok, dan kulit biji melekat.

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:21).

2.3. Pengertian Bibit

Biji, benih, dan bibit merupakan istilah hampir sama sehingga sering rancu

dalam penggunaannya. Menurut Undang-undang Sistem Budi Daya (1992), benih

dan bibit mempunyai pengertian yang sama, yakni tanaman atau bagian tanaman

yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2004:1).

Bibit unggul oleh penyuluh-penyuluh, sesungguhnya adalah varietas

unggul. Unggul disini maksudnya memiliki sifat-sifat agronomi yang unggul

dibandingkan varietas lain, walaupun salah satu sifat mungkin bahkan kalah

Page 30: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12 �

(misal rasa atau ketahanan terhadap salah satu penyakit), sehingga pada keadaan

umum hasil produksinya tinggi (Harjadi, 1996:161).

Menurut Undang-undang No.2 tahun 1961 tentang Pegeluaran dan

Pemasukan Tanaman dan Bibit Tanaman, Pasal 1 dalam Sunarjono (1990;37),

yang dimaksud dengan bibit ialah “Tanaman atau bagian-bagiannya termasuk

benih-benih, buah-buahan, bunga-bunga, dan serbuk-serbuk yang dengan cara

apapun dapat dipergunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan

tanaman”.

2.4. Syarat Menghasilkan Bibit Bermutu

Untuk dapat menghasilkan bibit bermutu, terlebih dahulu harus mengenai

bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan untuk perbanyakan yang disebut

alat perbanyakan dan prosedur kerjanya atau cara perbanyakan serta tersedianya

bahan tanaman yang memenuhi syarat varietas unggul yang disebut pohon induk

(Sunarjono, 1986:15).

Sunarjono (1990:38) menjelaskan bahwa ada beberapa kaidah yang harus

diperhatikan untuk menghasilkan bibit bermutu diantaranya ialah:

1. Lokasi (tempat) yang akan digunakan untuk menghasilkan benih

(bibit)harus bebas hama dan penyakit berbahaya atau nonendemik.

2. Tanaman yang akan dibibitkan harus mendapat isolasi dari tanaman

sejenis (khusus biji) atau tanaman inang (khusus penyakit) yanga ada di

sekitar pembibitan.

Page 31: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13 �

3. Tanaman yang akan dibibitkan harus diseleksi secara berulang-ulang

untuk mencegah kelolosan dari salah pandang, terutama untuk penyakit

virus pada jeruk.

4. Benih (bibit) setelah dipilih harus dirawat dengan baik.

2.5. Pengertian Harga Pokok Produksi

Muhadi dan Siswanto (2001:10) menjelaskan bahwa harga pokok (biaya)

produksi adalah biaya yang terjadi dalam rangka untuk menghasilkan barang jadi

(produk) dalam perusahaan manufaktur. Biaya produksi dapat digolongkan

menjadi tiga, yaitu (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja langsung dan, (3)

biaya overhead pabrik.

Harga pokok produksi menurut Mulyadi (2000:10) merupakan

pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi produk.

Sedangkan menurut Kohler dalam Mulyani (2003:24), harga pokok produksi

adalah biaya-biaya yang termasuk didalamnya dan dialokasikan untuk operasional

pabrik yaitu bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dalam

kegiatan saat pemrosesan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa harga pokok produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan

perusahaan untuk memproduksi suatu produk.

Hansen dan Mowen (2009:60) menjelaskan mengenai harga pokok

produksi adalah total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.

Page 32: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14 �

2.6. Tujuan dan Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi

Tujuan utama dari penentuan harga pokok berdasarkan Adikoesoemah

(1982:30) yaitu : sebagai dasar untuk menetapkan harga di pasar penjualan, untuk

menetapkan pendapatan yang diperoleh pada penukaran, serta sebagai alat untuk

menilai efisiensi dari proses produksi. Sedangkan Menurut Horngren (1992:90)

tujuan penetapan harga pokok produksi yaitu selain untuk memenuhi keperluan

pelaporan ekstern dalam hal penilaian persediaan dan penentuan laba, manajer

membutuhkan data harga pokok produksi untuk pedoman pengambilan keputusan

mengenai harga dan strategi produk.

Mulyadi (2000:7) menyebutkan informasi harga pokok produksi yang

dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :

a. Menentukan harga jual produk;

b. Memantau realisasi biaya produksi;

c. Menghitung laba atau rugi periodik;

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dalam penentuan harga

pokok produksi yaitu :

a. Sebagai dasar dalam penetapan harga jual.

b. Sebagai alat untuk menilai efisiensi proses produksi.

c. Sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produksi.

d. Untuk menentukan laba atau rugi periodik.

e. Menilai dan menentukan harga pokok persediaan.

Page 33: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15 �

f. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis.

2.7. Pengertian Biaya dan Penggolongannya

Horngren (1992:21) mendefinisikan biaya sebagai sumber daya yang

dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu. Senada dengan

Horngren, Daljono (2004:13) juga mendefinisikan biaya sebagai suatu

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan

atau manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang.

Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang

dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, 2009:30). Sedangkan

menurut Krismiadji (2002: 18), biaya atau cost adalah kas atau ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan

manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.

Sedangkan Mulyadi (2000:8), mendefinisikan biaya sebagai suatu

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satu satuan uang yang terjadi

atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pendapat-

pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu

pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang

bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Biaya-biaya dari suatu

pengorbanan dibentuk oleh nilai dari banyaknya kapasitas produksi yang

diperlukan untuk memproduksi barang-barang. Untuk itu dalam menentukan

biaya terdapat faktor-faktor yang menentukan biaya itu sendiri yaitu : banyaknya

Page 34: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 �

kapasitas produksi dari bermacam-macam alat produksi yang diperlukan untuk

memproduksi barang-barang, nilai dari kapasitas ini, besarnya dan lamanya

pemakaian kekayaan yang diperlukan untuk memproduksi barangbarang, serta

harga dari kekayaan (Adikoesoemah, 1982:33).

Muhadi dan Siswanto (2001:3) menjelaskan biaya (expense) dalam arti

sempit didefinisikan sebagai bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam

usaha untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan dalam arti luas biaya

didefinisikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

mata uang yang telah terjadi dan mungkin akan terjadi untuk mencapai tujuan

tetentu.

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:5), biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Prawironegoro dan

Durwanti (2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk

memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan

memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.

Penggolongan adalah proses pengelompokkan secara sistematis atas

keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih

ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih penting (Supriyono,

1999:35).

Informasi biaya yang lengkap diperlukan oleh manajemen untuk tujuan-

tujuan tertentu antara lain: perencanaan, pengukuran, pengawasan, dan penilaian

terhadap operasi perusahaan. Oleh karena itu, biaya yang banyak ragamnya perlu

Page 35: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17 �

diadakan penggolongan sesuai dengan kebutuhan manajemen. Ada beberapa cara

penggolongan biaya dimana masing-masing cara penggolongannya biaya

dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda (Muhadi dan

Siswanto, 2001:3).

Beberapa penggolongan biaya menurut Muhadi dan Siswanto (2001:4)

antara lain:

1. Atas dasar objek pengeluaran,

2. Atas dasar fungsi di dalam perusahaan,

3. Atas dasar hubungan biaya-biaya dengan produk yang dibiayai,

4. Atas dasar tingkah laku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan,

5. Atas dasar hubungan biaya dengan pusat biaya,

6. Atas dasar hubungan biaya dengan periode pembukuan.

Mulyadi (2000:14), menggolongkan biaya menurut: obyek pengeluaran,

fungsi pokok perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku

dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, serta atas dasar jangka

waktu manfaatnya.

Biaya yang digolongkan menurut obyek pengeluaran, nama obyek

pengeluaran merupakan dasar dalam penggolongan biaya ini. Biaya menurut

fungsi pokok dalam perusahaan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1)

Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

Biaya ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik; 2) Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

Page 36: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18 �

melaksanakan kegiatan pemasaran produk; 3) Biaya administrasi dan umum,

merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran

produk.

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu : 1) Biaya langsung (direct cost),

adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya

sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung; 2) Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya

yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak

langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya pabrik

tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

Daljono (2004:15), mengklasifikasikan biaya berdasarkan hubungannya

dengan produk, waktu pengakuan, volume produksi dan sebagainya. Klasifikasi

biaya menurut hubungannya dengan produk, dapat dibedakan menjadi dua yaitu

biaya pabrikasi (product cost) dan biaya komersial.

Biaya pabrikasi (product cost) sering disebut sebagai biaya produksi atau

biaya pabrik, terdiri dari :

1. Biaya bahan

Biaya bahan adalah nilai atau besarnya upah yang terkandung dalam bahan

yang digunakan untuk proses produksi. Biaya bahan dibedakan menjadi :

a. Biaya bahan baku (direct material) Bahan baku adalah bahan

mentah yang digunakan untuk memproduksi barang jadi, yang

secara fisik dapat diidentifikasi pada barang jadi.

Page 37: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19 �

b. Biaya bahan penolong (indirect material) Yang termasuk dalam

bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk

menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya relatif kecil atau

pemakaiannya sangat rumit untuk dikenali di produk jadi.

2. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja merupakan gaji atau upah karyawan bagian produksi.

Biaya ini dibedakan menjadi :

a. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji atau upah tenaga kerja

yang dipekerjakan untuk memproses bahan menjadi barang jadi.

b. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan gaji atau upah tenaga

kerja bagian produksi yang tidak terlibat secara langsung dalam

proses pengerjaan bahan menjadi produk jadi.

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya yang timbul

dalam proses produksi selain yang termasuk dalam biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah : biaya

pemakaian supplies pabrik, biaya pemakaian minyak pelumas, biaya penyusutan

bagian produksi, biaya pemeliharaan atau perawatan bagian produksi, biaya listrik

bagian produksi, biaya asuransi bagian produksi, biaya pengawasan, dan

sebagainya.

Page 38: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20 �

Gabungan antara biaya bahan dengan biaya tenaga kerja, disebut biaya

utama (prime cost), sedangkan gabungan antara biaya tenaga kerja dengan biaya

overhead pabrik disebut biaya konversi (conversion cost).

Sedangkan yang termasuk dalam biaya komersial yaitu biaya pemasaran

dan biaya administrasi dan umum. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang

terjadi dengan tujuan untuk memasarkan produk. Biaya pemasaran terjadi sejak

produk selesai diproses hingga produk tersebut terjual. Biaya administrasi dan

umum merupakan beban yang dikeluarkan dalam rangka mengatur dan

mengendalikan organisasi.

Daljono (2004:16) juga mengklasifikasikan biaya menurut waktu

pengakuan (timing of recogition) dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Product

cost (biaya produk), adalah biaya yang terjadi dalam rangka membuat produk.

Biaya ini sifatnya melekat pada produk, karena melekat pada produk maka

product cost disebut juga inventorial cost; 2) Period cost (biaya periode), adalah

biaya yang terjadi dalam satu periode yang tidak ada kaitannya dengan pembuatan

produk. Biaya periode sifatnya tidak melekat pada produk dan akan dipertemukan

dengan pendapatan untuk menghitung laba rugi pada periode yang bersangkutan.

Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu :

a. Biaya variabel (variabel cost), adalah biaya yang bila dikaitkan dengan

volume (pemacu timbulnya biaya) secara per unit akan selalu tetap (tidak

berubah jumlahnya), meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi

secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi

Page 39: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21 �

perubahan aktivitas. Total biaya variabel akan bertambah apabila volume

produksi bertambah;

b. Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang secara total, biaya tersebut tidak

berubah jumlahnya meskipun aktivitas atau jumlah produksi berubah.

Jumlah biaya tiap unit akan menurun jika aktivitasnya meningkat;

c. Biaya semi variabel, merupakan campuran antara biaya variabel dengan

biaya tetap. Biaya semi variabel memiliki sifat meskipun tidak ada

aktivitas, biaya ini tetap ada dan totalnya akan berubah jika aktivitas juga

berubah.

Untuk membantu perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen,

Blocher dkk (2000:92) mengelompokkan biaya menjadi :

1. Biaya relevan

Konsep biaya relevan muncul dalam situasi dimana pengambilan

keputusan harus memilih diantara dua atau lebih pilihan.

2. Biaya diferensial

Biaya diferensial merupakan biaya yang berbeda untuk setiap pilihan

keputusan dan oleh karena itu merupakan biaya yang relevan untuk

pengambilan kepuitusan, jika biaya tersebut merupakan biaya yang belum

terjadi.

3. Opportunity cost

Opportunity cost merupakan manfaat yang hilang karena suatu alternatif

atau pilihan yang dipilih mendapat manfaat dari pilihan atau alternatif

lainnya.

Page 40: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22 �

4. Sunk cost

Sunk cost merupakan biaya yang telah terjadi atau telah ditetapkan pada

waktu yang lalu, dan oleh karena itu merupakan biaya yang tidak relevan.

2.8. Elemen Biaya Produksi dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

Dalam penentuan harga pokok produksi, biaya-biaya yang berpengaruh

dalam proses produksi perlu diklasifikasikan dengan benar dan jelas (Muhadi dan

Siswanto, 2001:10). Dalam penelitian ini menggunakan penggolongan biaya

berdasarkan fungsi pokoknya dalam perusahaan, yang meliputi :

2.8.1. Biaya bahan baku

Biaya bahan baku menurut Muhadi dan Siswanto (2001:10) adalah bahan

yang digunakan untuk menghasilkan barang jadi dan secara fisik menjadi bagian

dari barang jadi tersebut. Misalnya, pemakaian bahan berupa kulit, benang, paku,

lem, dan cat perusahaan sepatu.

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh

produk jadi. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang

dipakai di dalam pengolahan produk (Supriyono, 1999:20). Bahan baku yang

diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor

atau dari pengolahan sendiri. Sebelum perusahaan melakukan proses produksi

pada umumnya terlebih dahulu menetapkan jumlah kebutuhan bahan baku yang

akan digunakan.

Supriyono (1999:419) menyebutkan tujuan dalam penentuan harga pokok

bahan yang dipakai adalah untuk penentuan harga pokok bahan dan harga pokok

Page 41: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23 �

persediaan bahan dengan lebih adil dan teliti, serta sebagai pengendalian atau

pengawasan atas bahan.

Menurut Mulyadi (2000:309), metode yang digunakan untuk menentukan

harga bahan baku yang dipakai dalam produksi yaitu :

1) Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method).

2) Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO).

3) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO).

4) Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method

5) Metode Biaya Standar.

6) Metode Rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.

Supriyono (1999:419) menyebutkan bahwa faktor yang menentukan harga

pokok bahan yang dipakai adalah dengan metode akuntansi persediaan dan

metode aliran harga pokok bahan. Dalam metode akuntansi persediaan,

menyelenggarakan pencatatan persediaan bahan menggunakan metode akuntansi

persediaan yaitu : 1) Metode persediaan phisik. Metode ini hanya dapat digunakan

oleh perusahaan yang relatif kecil dan mengumpulkan harga pokok produk

berdasar proses, dimana phisik persediaan bahan masih memungkinkan diawasi

secara langsung oleh manajemen perusahaan; 2) Metode persediaan abadi atau

terus-menerus. Metode ini umumnya dipakai oleh perusahaan yang relatif besar,

baik yang menggunakan metode harga pokok pesanan maupun proses, sehingga

manajemen tidak dapat secara langsung mengadakan pengawasan terhadap

persediaan bahan, oleh karena itu diperlukan adanya sistem pengawasan internal

atas bahan.

Page 42: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

24 �

Menurut Supriyono (1999:520), dalam metode aliran harga pokok bahan,

aliran harga pokok bahan yang dipakai dibedakan menjadi beberapa metode yaitu:

1) Metode identifikasi khusus;

2) Metode pertama masuk, pertama keluar (FIFO);

3) Metode rata-rata. Metode;

4) Metode terakhir masuk, pertama keluar (LIFO);

5) Metode harga pokok standar;

6) Metode persediaan dasar (base stock method);

7) Metode harga beli terakhir (HBT);

8) Metode masuk kemudian, pertama keluar (MKPK).

Soemita (1982:71), mengemukakan bahwa dalam penetapan pemakaian

bahan baku terdapat dua metode yaitu penetapan langsung dan penetapan tidak

langsung. Penetapan langsung dilakukan dengan jalan : mencatat terus-menerus

banyaknya bahan-bahan yang masuk dalam proses produksi kemudian

menghitung secara berkala persediaan bahan-bahan, sehingga dengan

memperhatikan bahan-bahan yang diterima selama periode itu dapat ditetapkan

pemakaian bahan-bahan untuk tiap periode. Sedangkan dalam penetapan tidak

langsung didasarkan pada barang-barang yang sudah selesai.

2.8.2. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja langsung (upah langsung) menurut Muhadi dan

Siswanto (2001:10) adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung.

Istilah tenaga kerja langsung digunakan untuk menunjuk tenaga kerja (karyawan)

yang terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan langsung atau bahan baku

Page 43: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

25 �

menjadi barang jadi. Misalnya, upah yang dibayarkan kepada karyawan bagian

pemotongan atau bagian perakitan atau bagian pencatatan pada perrusahaan

mebel.

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan

karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang

dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.

Menurut Horngren (1992:29), biaya tenaga kerja untuk fungsi produksi

dibagi kedalam dua bagian yaitu :

1. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung yaitu upah semua tenaga kerja yang dapat

diidentifikasi secara ekonomis terhadap produksi barang jadi.

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya produksi tidak langsung adalah mencakup semua upah tenaga kerja

pabrik yang tidak langsung berhubungan dengan pengerjaan produk.

Adikoesoemah (1982:178), menetapkan besarnya upah untuk pekerjaan

yang telah dilakukan dalam memproduksi barang berdasarkan sistem upah yang

dibagi menjadi dua yaitu upah menurut waktu dan upah menurut prestasi. Upah

menurut waktu, yaitu cara penetapan upah dimana waktu kerja dari buruh

merupakan ukuran untuk menetapkan besarnya upah, jadi tidak tergantung dari

banyaknya prestasi yang telah dihasilkan oleh buruh selama waktu kerjanya.

Sedangkan upah menurut prestasi, yaitu cara penetapan upah dimana hasil prestasi

kerja dari buruh merupakan ukuran untuk menetapkan besarnya upah, jadi tidak

tergantung dari lamanya waktu kerja.

Page 44: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26 �

2.8.3. Biaya produksi tidak langsung

Biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung menurut

Muhadi dan Siswanto (2001:10) merupakan biayaa produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Contoh biaya overhead pabrik antara lain:

bahan tak langsung (misalnya: minyak pelumas, bahan bakar, dan bahan

pembersih), reparasi dan pemeliharaan mesin, pemeliharaan gedung, biaya listrik,

biaya penyusutan mesin, dan lain-lain.

Biaya produksi tidak langsung atau dikenal dengan istilah biaya overhead

pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat

digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Sugiri,

2002:265).

Daljono (2004:41), membebankan biaya overhead pabrik ke harga pokok

produksi dilakukan dengan cara :

1. Actual costing

Pembebanan biaya overhead pabrik menurut actual costing yaitu

membebankan seluruh biaya overhead pabrik yang terjadi pada suatu

periode, ke seluruh produk yang diproduksi pada periode tersebut. biaya

overhead pabrik yang dibebankan ke produk sebesar biaya yang

sesungguhnya terjadi. Penggunaan actual costing pada metode harga

pokok pesanan mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan tidak semua

biaya overhead pabrik dapat segera diketahui dan diperhitungkan.

Page 45: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

27 �

2. Normal costing

Pembebanan biaya overhead pabrik menurut normal costing yaitu

membebankan biaya overhead pabrik yang ditentukan dengan cara

taksiran, yaitu dengan membuat tarip yang ditentukan dimuka. Penentuan

besarnya tarip dilakukan dengan memperhitungkan taksiran biaya

overhead pabrik untuk satu periode dibagi dengan taksiran atau target

produksi untuk periode tersebut.

Apabila pembebanan biaya overhead pabrik ke produk berdasarkan biaya

overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, maka akan mengakibatkan harga

pokok per unit dari periode ke periode akan berubah-ubah. Perubahan tersebut

dapat diakibatkan dari: perubahan tingkat produksi tiap periode, perubahan tingkat

efisiensi produksi, biaya overhead pabrik yang terjadi secara sporadik, menyebar

tidak merata selama satu tahun, serta biaya overhead pabrik yang terjadi pada

waktu-waktu tertentu (Daljono,2004:154).

Menurut Mulyadi (2000:206), biaya produksi yang termasuk dalam biaya

overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu : 1) Biaya

bahan penolong, adalah biaya bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi,

meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila

dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut; 2) Biaya reparasi dan

pemeliharaan, berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai dan

harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan

pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan

equipmen, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan

Page 46: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28 �

untuk keperluan pabrik; 3) Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu biaya tenaga

kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada

produk atau pesanan tertentu; 4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian

terhadap aktiva tetap, antara lain biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik,

bangunan pabrik, mesin dan equipmen, perkakas laboratorium, alat kerja dan

aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik; 5) Biaya yang timbul sebagai akibat

berlalunya waktu, antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan

emplasemen, asuransi mesin dan equipmen, asuransi kendaraan, asuransi

kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial-run; 6) Biaya overhead

pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran yang tunai, seperti

biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN

dan sebagainya.

2.9. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2002:18) metode penentuan harga pokok produksi

adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.

Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu Full

Costing dan Variable Costing.

Daljono (2011:363) mengatakan bahwa perhitungan atau penentuan Harga

Pokok Produksi, dapat dilakukan dengan full costing maupun variable costing.

Full Costing sering disebut dengan absorption costing atau conventional costing,

sedangkan variable costing sering disebut dengan direct costing atau marginal

costing.

Page 47: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29 �

2.9.1. Full costing

Mulyadi (2002:18) menjelaskan bahwa Full costing merupakan metode

penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya

produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku

variabel maupun tetap.

Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing

sebagai berikut :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx +

Harga pokok produksi xxx

Dengan demikian harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan

full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik

tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi

dan umum). Perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok produk dapat

dilihat pada Gambar 2 (Mulyadi, 2002:19)

Page 48: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30 �

Biaya Bahan Baku

Prime + cost Biaya

Tenaga Kerja Harga Pokok Total + = produksi harga pokok

Biaya Biaya overhead produk konversi Pabrik tetap =

+ + Biaya

Biaya overhead Adm & Pabrik variabel Umum + Biaya Biaya Komersial Pemasaran Gambar 2. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk

Sumber: (Mulyadi, 2002:19)

2.9.2. Variabel costing

Mulyadi (2002:20) menjelaskan bahwa Variabel costing merupakan

metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya

produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variabel

costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx +

Harga pokok produksi xxx

Page 49: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

31 �

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing

terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya

nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dean

umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran

tetap, biaya administrasi dan umum tetap). Harga pokok produksi dan harga

pokok produk dengan pendekatan variabel costing dapat dilihat pada Gambar 3.

Biaya Bahan Baku

+ Harga Pokok Biaya produksi

Tenaga Kerja =

+ +

Biaya overhead Biaya Total Pabrik variabel Adm. & Umum = harga

Variabel pokok + produk

Biaya Pemasaran Variabel + Biaya overhead pabrik tetap + Biaya Biaya Adm & Periode Umum Tetap

+

Biaya Pemasaran tetap

Gambar 3. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk

Sumber: (Mulyadi, 2002:20)

Page 50: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 �

Variable Costing memisahkan biaya menjadi biaya produksi variable dan

tetap, dan juga memisahkan biaya non produksi menjadi variable dan tetap. Agar

memudahkan dalam pengelompokkan, maka perlu dibuat rekening biaya yang

sesuai dengan pola perilakunya, yaitu menjadi biaya variable dan biaya tetap.

Sedangkan untuk biaya yang termasuk semi variable, pada akhir periode harus

dibuat analisis untuk membedakan berapa yang termasuk variable dan berapa

yang termasuk biaya tetap (Daljono, 2011:378).

Kelebihan dari kedua metode ini adalah mudah diterapkan, mudah diaudit

dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini tidak

banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan biaya

overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan auditor

untuk malakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah lama

diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap

sistem ini.

Kelemahan dari kedua metode ini adalah secara potensial mendistorsi

biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung

kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan

konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam

suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya

overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar (Mulyadi,

2005:17).

Page 51: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

33 �

2.10. Penelitian Terdahulu

Subagyo (2006), yang meneliti tentang Penentuan Harga Pokok Produksi

Teh di PT. Perkebunan Tambi Kabupaten Wonosobo, menyimpulkan bahwa PT

Tambi dalam menentukan harga pokok produksi dengan cara semua biaya yang

dikeluarkan diperlakukan sebagai biaya produksi, baik biaya kebun, biaya pabrik

maupun biaya kantor. Penggolongan biaya produksinya telah sesuai dengan teori

yang ada yaitu terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead

produksi. PT Tambi menggunakan metode full costing di dalam penentuan harga

pokok produksinya. Hal ini sesuai dengan teori, dimana harga pokok produksi

dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya produksi yang terjadi dalam periode

tertentu.

Harga pokok produksi yang dihitung PT Tambi dimana biaya non produksi

dimasukkan ke dalam perhitungan dengan harga pokok produksi yang tidak

memasukkan unsur biaya non produksi, menghasilkan selisih biaya yang cukup

signifikan yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Hal tersebut

merupakan suatu kebijakan perusahaan dengan tujuan untuk menutupi biaya yang

dikeluarkan dan sebagai cadangan jika perusahaan mengalami kerugian.

Yulianti (2007) yang berjudul Penetapan Harga Pokok dan Zona

Fleksibilitas Harga Meises Cokelat, studi kasus pada PT G di Bandung, Jawa

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalisis penetapan harga pokok

produksi meises pada perusahaan dan menganlisis kisaran harga berapa yang

dapat diterima konsumen, serta menganlisis rentang harga optimum dari sisi PT G

dan pelanggannya terhadap meises cokelat 818 Biru di Bandung.

Page 52: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34 �

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok

produk meises cokelat 818 Biru dengan menggunakan metode full costing periode

tahun 2006 lebih tinggi dari pada harga pokok produk dengan metode PT G

disebabkan karena metode full costing mengakumulasikan seluruh biaya tetap dan

biaya variabel. Analisis sensitivitas harga terhadap harga meises cokelat grade G

atau meises cokelat 818 Biru yang dilakukan terhadap pelanggan dengan jumlah

pembelian kurang dari 60 dus per pesanan yaitu harga ideal meises cokelat 818

Biru per dus (12,5 kg) sebesar Rp 83.000 sampai dengan Rp 84.000. zona

flesibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per

pesanan berkisar Rp 81.671 sampai dengan Rp 86.000.

Kusumawardhani (2008), dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok

Produksi Bibit Krisan pada PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

yang bertujuan untuk mengindentifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan

harga pokok produksi, menganalisis metode penetapan harga pokok produksi,

serta merumuskan alternatif metode penetapan harga pokok produksi bagi

perusahaan.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa PT. Inggu laut Abadi Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat hanya didasarkan pada biaya aktual yang dikeluarkan

perusahaan dalam periode berjalan (satu bulan), mulai dari kegiatan pembuatan

media ½ Murashige and Skoog (MS) sebagai bahan baku dalam kultur jaringan

sampai pemanenan bibit krisan yang sudah terbakar. Berdasarkan hasil

perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan adanya perbedaan harga pokok

antara metode perusahaan dengan perhitungan harga pokok metode full costing

Page 53: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35 �

maupun variable costing, baik sebelum maupun sesudah kenaikan harga bahan

kimia makro dan mikro. Metode variable costing dapat menghemat sebesar Rp

62.297 per bibitnya, sedangkan metode full costing justru menghasilkan harga

pokok yang lebih besar dibanding metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 10.878

per bibitnya. Metode penetapan yang tepat adalah metode variable costing karena

akan menyebabkan harga jual yang rendah pula sehingga diharapkan sesuai

dengan daya beli petani yang umumnya rendah.

Roslinawati (2007), dengan judul Analisi Penetapan Harga Pokok

Produksi Benih Padi Pada PT.Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa

Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode harga pokok produksi

yang diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi Subang, menetapkan

metode perhitungan harga pokok produksi benih padi yang tepat pada PT. sang

Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode full costing menghasilkan harga pokok produksi

yang berada dibawah harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga

pokok produksi dengan menggunkan metode variable costing, sehingga dianggap

paling tepat karena berada di tengah-tengah, artinya tidak terlalu tinggi dan juga

tidak terlalu rendah. Oleh karena itu metode yang dapat direkomendasikan kepada

perusahaan yaitu metode full costing.

Page 54: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36 �

2.11. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian mengenai penetapan harga pokok

produksi bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan. Di

awali dengan adanya tujuan sosial dari perusahaan yang ingin mempertahankan

harga jual bibit tanaman rambutan yang dapat dijangkau semua kalangan, dengan

keuntungan yang layak dan tidak merugikan perusahaan. Tetapi terdapat masalah

yang sangat berpengaruh yaitu tidak adanya metode harga pokok produksi bibit

tanaman rambutan yang tepat sehingga tidak ada acuan mengenai harga jual.

Semua biaya yang dikeluarkan tidak diperhitungkkan dengan baik dan untuk

harga jual hanya mengikuti harga jual pesaingnya. Sehingga diperlukan metode-

metode yang tepat untuk perhitungan biaya produksi. Permasalahan dapat

dianalisis dengan mengawali identifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan

biaya produksi, perlu diketahui sebelumnnya komponen-komponen yang

termasuk dalam biaya produksi.

Setelah melakukan identifikasi kebijakan perusahaan dalam penetapan

biaya produksi dan komponen-komponen biaya didalamnya, maka akan dicari

penetapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan

variabel costing. Kemudian hasil analisis dengan kedua metode ini akan dipilih

yang paling tepat dengan memperoleh harga pokok produksi yang sesuai dan

dengan pertimbangan tidak akan merugiakan perusahaan, sehingga diharapkan

dapat sesuai dengan daya beli semua kalangan. Selanjutnya dapat ditetapkan harga

pokok produksi (HPP) yang tepat bagi perusahaan untuk kemudian digunakan

Page 55: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37 �

dalam acuan harga jual perbibit yang diproduksi. Untuk lebih jelasnya bagan

kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 4 sebagai berikut.

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional �

Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan

Identifikasi Kebijakan Perusahaan dalam Penetapan Biaya Produksi

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan metode:

Metode Harga Pokok Produksi (HPP) yang Tepat

Full Costing Variable Costing

Page 56: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38 �

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan.

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), pemilihan ini

didasarkan atas dasar rekomendasi dari karyawan Kebun Bibit BBI Jakarta Barat,

dengan pertimbangan bahwa Kebun Bibit cabang Ragunan tepatnya di Jakarta

Selatan merupakan kebun dibawah Balai Benih Induk terbesar kedua setelah

cilangkap, dan di Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan merupakan penyedia bibit

rambutan yang masih memiliki sumber induk sendiri. Adapun waktu pengambilan

data ini dilaksanakan pada bulan Februari – April 2011.

3.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diambil dan dicatat pertama

kalinya (Marzuky, 1997:55). Data primer didapat melalui pengamatan langsung

dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-

dokumen perusahaan.

Sedangkan data sekunder yaitu data yang diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti (Marzuky, 1997:56). Data sekunder melangkapi

data primer dan diperoleh dari literatur-literatur berupa buku teks, skripsi, maupun

literatur lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Page 57: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

39 �

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi mengenai biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan

untuk memproduksi bibit tanaman rambutan, bahan-bahan apa saja yang

dibutuhakan dalam memproduksi bibit tanaman rambutan, peralatan apa

saja yang dibutuhkan untuk memproduksi bibit tanaman rambutan, dan

gambaran umum tentang perusahaan.

2. Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta

informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Variabel-

variabel yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang

berlangsung pada saat proses produksi.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur-literatur yang

dianggap relevan dengan penelitain ini.

Page 58: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40 �

3.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis

data kualitatif.

3.4.1. Analisis Kualitatif

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil

yang didapat dari wawancara dan observasi.

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Metode yang digunakan untuk menetapkan harga pokok produksi pada

penelitian ini adalah metode full costing, dan variable costing. Penggunaan kedua

metode ini bertujuan untuk membandingkan harga pokok produksi mana yang

akan memberikan harga pokok produksi per unit terendah. Pemilihan harga pokok

produksi ini didasarkan pada tujuan sosial pemilik, yaitu harga jual yang dapat

dijangkau semua kalangan. Metode yang menghasilkan harga pokok produksi per

unit dan sesuai dengan kondisi perusahaan akan dipilih sebagai metode harga

pokok produksi bagi perusahaan. Harga pokok produksi yang sesuai dengan

kondisi perusahaan dipilih dengan mempertimbangkan keuntungan bagi

perusahaan dan harga jual yang layak untuk konsumen. Sehingga diharapkan akan

menarik konsumen.

Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan

kalkulator dan program komputer Ms. Excel.

Page 59: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41 �

3.4.2.1.Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

Metode Full Costing yaitu metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat

variable maupun tetap (Mulyadi, 2000:18).

Harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari:

Biaya bahan baku Rp. XXX

Biaya tenaga kerja langsung Rp. XXX

Biaya overhead pabrik tetap Rp. XXX

Biaya overhead pabrik variabel Rp. XXX +

Harga pokok produksi Rp. XXX

Harga Pokok Produksi (Rp) Harga pokok produksi per unit =

Total Produksi (Unit)

3.4.2.2.Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Metode Variable Costing

Metode variable costing yaitu metode penentuan harga pokok produksi

yang hanya membebankan biaya produksi yang berprilaku variabel saja kedalam

harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik variabel (Mulyadi, 2000:21). Biaya penuh

merupakan total biaya variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

overhead pabrik variabel, biaya administrasi dan umum variabel, biaya pemasaran

variabel) ditambah dengan total biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya

administrasi dan umum tetap, biaya pemasaran tetap). Biaya overhead pabrik yang

Page 60: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42 �

diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi yaitu biaya overhead pabrik

variabel yang sesungguhnya terjadi.

Harga pokok produksi menurut metode variabel costing terdiri dari:

Biaya bahan baku Rp. XXX

Biaya tenaga kerja langsung Rp. XXX

Biaya overhead pabrik variabel Rp. XXX +

Harga pokok produksi Rp. XXX

Harga Pokok Produksi (Rp) Harga pokok produksi per unit =

Total Produksi (Unit)

3.4.2.3. Perbandingan Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan hasil analisis harga pokok produksi untuk setiap metode yang

digunakan, akan dibandingkan besarnya selisih harga pokok produksi yang timbul

dan metode mana yang tidak merugikan perusahaan. Hasil analisis perbandingan

perhitungan tersebut akan digunakan dalam penetapan harga pokok produksi yang

tepat bagi perusahaan. Metode yang menghasilkan harga pokok produksi per unit

terendah dengan biaya produksi yang paling minimum dan tidak merugikan

perusahaan dalam penggunaannya akan direkomendasikan untuk digunakan

perusahaan sebagai alat penetapan harga pokok produksinya.

Page 61: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43 �

3.5. Definisi Operasional

1. Biaya bahan baku merupakan biaya yang digunakan untuk menghasilkan

bibit seperti benih rambutan, sekam kering, pupuk kandang, polybag,

plastik pengikat, pucuk entris, athonik, dhitane M-45, gandasil D, dan

gandasil B dimasukkan ke dalam biaya bahan baku, sesuai dengan sistem

produksi perusahaan yang berproduksi dengan metode proses.

2. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting,

betapapun tingginya teknologi dan modernnya peralatan produksi yang

dimiliki, kegiatan produksi tidak akan dapat berjalan bila tidak ditunjang

oleh tenaga kerja yang memadai. Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau

mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga

kerja langsung adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga

kerja manusia tersebut. Yang termasuk biaya tenaga kerja langsung yaitu

gaji karyawan bagian kebun yang dipekerjakan untuk memproses bahan

menjadi barang jadi.

3. Biaya overhead pabrik (BOP) atau dikenal dengan biaya produksi tidak

langsung. Yang termasuk Biaya overhead pabrik yaitu biaya penyusutan

peralatan, biaya listrik, dan telepon.

4. Total produksi didasarkan pada total produksi normal pada Kebun Bibit

Ragunan yaitu sebesar 2000 bibit per produksi.

Page 62: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Profil Perusahaan

UPT Balai Benih Induk Kelautan dan Pertanian merupakan instansi Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kehutanan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta

yang memiliki areal lahan seluas 1.064.795 m2. Berdiri sejak tanggal 20 Agustus

2002 yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Sebelumnya bernama

Balai Benih Induk Tanaman Pangan Hortikultura yang berdiri sejak tanggal 14

Februari 1977. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor:

113 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT di lingkup

Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta. Balai Benih Induk

Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta mempunyai tugas melaksanakan

usaha-usaha untuk mendapatkan bibit/benih unggul tanaman pangan, hortikultura

dan kehutanan yang akan disebarluaskan kepada masyarakat dengan menerapkan

peningkatan teknologi.

4.2. Visi dan Misi UPT Balai Benih Induk

Visi UPT Balai Benih Induk adalah " Unggul dan terdepan sebagai

penyedia benih/bibit unggul dan bermutu serta kawasan wisata agro terkemuka di

Indonesia"

UPT Balai Benih Induk mempunyai misi sebagai berikut :

1. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional

2. Produksi benih/bibit unggul dan bermutu

Page 63: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

3. Penerapan dan peningkatan teknologi pertanian dan kehutanan di

Kebun-kebun

4. Pengujian adaptasi teknologi budidaya, pengelolaan benih dan

perlakuan pasca panen produksi benih/bibit

5. Pengadaan pohon induk sebagai bahan baku maupun untuk koleksi

6. Penyediaan sarana studi, latihan dan penyuluhan bagi masyarakat

7. Penyediaan sarana informasi dan pelayanan benih/bibit kepada

masyarakat

8. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan

4.3. Sejarah Organisasi Dinas Pertanian DKI Jakarta

Dinas pertanian DKI Jakarta berada di bawah tanggung jawab gubernur

DKI Jakarta. Didirikan atas dasar Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor

1b.12/1/1968 tanggal 8 Januari 1968. Kemudian disempurnakan dengan Surat

Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta nomor B.VII/5456/A/I/1974 tanggal 16

November 1974 dan Perda DKI Jakarta nomor 5 tahun 1981, yang bertujuan

meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat bidang pertanian di wilayah DKI

Jakarta.

Page 64: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46

Berdasarkan Perda DKI Jakarta nomor 5 tahun 1981, maka kedudukan,

tugas dan fungsi Dinas Pertanian sebagai berikut:

1. Dinas Pertanian adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang

pertanian.

2. Dinas Pertanian dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah

tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta.

3. Dinas Pertanian dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Dinas

Koordinatif Administratif Sekretaris Wilayah.

4. Tugas popok Dinas Pertanian adalah memberi bimbingan, penyuluhan dan

pembinaan dalam rangka usaha pertanian produktif.

4.4. Sejarah Kebun Bibit Ragunan Jakarta

Kebun Bibit Ragunan Jakarta merupakan salah satu kebun yang dimiliki

Balai Benih Induk Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta yang bertanggung

jawab kepada Gubernur DKI Jakarta. Pada saat berdirinya Dinas Pertanian DKI

Jakarta pada tahun 1975, didirikan pula Pusat Pengembangan Unit Hortikultura

(P3UH) yang merupakan cikal bakal Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBITPH) atau sekarang lebih dikenal dengan nama Balai benih

Induk Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta, yang juga mendirikan kebun-

kebun dinas, salah satunya adalah kebun Bibit Ragunan Jakarta.

P3UH mengembangkan kegiatan percontohan bagi masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.5 tahun 1981 yang

dituangkan dalam surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta

Page 65: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

47

No.631/1983, P3UH diganti Pusat Pengembangan Pertanian (PusP2) memiliki

fungsi dalam penyediaan bibit, pengembangan teknologi pembibitan, pascapanen

dan pelaksanaan kegiatan percontohan.

Berdasarkan dikeluarkan Surat Keputusan Direktorat jendral pertanian

Tanaman Pangan No.I.45.82.C tentang Balai Benih Induk Padi, Palawija dan

hortikultura, maka PusP2 diubah menjadi Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BBITPH), ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.281/1977, yang mengacu pada peraturan

Daerah No.7 Tahun 1995 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian DKI

Jakarta. Pada saat ini lebih dikenal Balai Benih Induk (BBI) Dinas Pertanian dan

Kehutanan DKI Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta No. 113 tahun 2002, Balai Benih Induk (BBI) Dinas

Pertanian Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta memiliki instalasi Balai Benih

Induk, yaitu kebun-kebun Dinas salah satunya adalah kebun bibit Ragunan Jakarta

yang merupakan pendukung pelaksanaan tugas-tugas Balai Benih Induk Pertanian

dan Kehutanan Jakarta dan sebagai kebun percontohan yang akan menghasilkan

benih dan bibit tanaman buah yang terjamin mutunya dan memperoleh sertifikasi.

4.4.1. Tugas dan Fungsi Kebun Bibit UPT BBI Ragunan DKI Jakarta

Berdasarkan tujuan dibentuknya, Kebun Bibit UPT BBI Ragunan DKI

Jakarta mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan usaha-usaha untuk mendapatkan benih/bibit

tanaman pangan dan hortikultura yang unggul dan bermutu untuk

disebarkan kepada masyarakat.

Page 66: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48

b. Melaksanakan pengujian kultur teknis, pemuliaan, pengelolaan benih,

maupun perlakuan pasca panen.

c. Memproduksi benih/bibit unggul yang akan disebarkan.

d. Menyelenggarakan pengadaan pohon induk sebagai koleksi pertanian

jenis-jenis tanaman langka maupun sebagai sumber bahan pembiakan.

e. Penyadiaan sarana tempat informasi dan pengamatan teknologi di

bidang pertanian.

4.4.2. Keadaan Umum Lokasi Kebun Bibit BBI Ragunan

Kebun bibit pusat pengembangan pertanian DKI berlokasi di wilayah

Kelurahan Raguanan, kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan, tepatnya berada

di jalan Harsono R.M. No.1. Topografi kebun bibit tersebut datar, ketinggian

tempat antara 22-28 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan jenis tanah latosol

merah. Luas areal 8,57 ha dan luas laboratorium ± 150 m2. Luas Instalasi BBI

TPH 147.635 m2. Berada pada 06o14’ LS dan 106 o 43’BT. Keadaan topografi

datar, dengan ketinggian tempat 22 - 28 m dpl. Jenis tanahnya adalah Latosol

merah dengan pH 6,5. Lama penyinaran harian matahari 60,3%.Suhu udara rata-

rata bulanan 23,7o C .Curah hujan 2354,4 mm per tahun. Kelembaban rata-rata

harian sebesar 84%.

Page 67: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

4.5. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor : 113 Tahun 2002 Pasal 5 Susunan Organisasi Balai Benih Induk Pertanian

dan Kehutanan Propinsi DKI Jakarta, terdiri dari:

4.5.1. Kepala Balai Benih Induk mempunyai tugas :

a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam

pasal 4 yaitu: melaksanakan usaha-usaha untuk mendapatkan benih atau bibit

unggul tanaman pangan, hortikultura dan kehutanan yang akan disebarluaskan

kepada masyarakat dengan menerapkan peningkatan teknologi.

b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sub bagian, seksi dan

Sub kelompok Jabatan fungsional.

4.5.2. Sub bagian Tata Usaha

Sub bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub bagian yang

dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Tugas

pokoknya adalah sebagai berikut:

a. Menghimpun, meneliti, mengelola dan menyusun program dan rencana

kegiatan operasional.

b. Mengelola surat-menyurat, pengetikan, pegadaan serta pendistribusian.

c. Melaksanakan urusan perlengkapan dan ke rumah tanggaan.

d. Melakukan urusan kepegawaian.

e. Melaksanakan urusan keamanan, ketertiban dan kebersihan kantor.

f. Mengkoordinasikan penyajian data informasi kegiatan balai.

g. Mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.

Page 68: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

4.5.3. Seksi Produksi Benih Mempunyai Tugas :

Seksi produksi benih dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Tugas pokoknya

adalah sebagai berikut

a. Melaksanakan produksi benih/bibit unggul dan bermutu tanaman pangan,

hortikultura da kehutanan.

b. Melaksanakan penyediaan dan pemeliharaan pohon induk.

c. Melaksanakan pengelolaan, dan pemeliharaan bibit tanaman pangan,

hortilkultura dan kehutanan.

d. Mengoperasikan sarana dan prasarana kebun-kebun bibit untuk memproduksi

benih/bibit.

e. Melakukan stock opname dan menyusun laporan persediaan benih/bibit di

kebun-kebun bibit.

f. Melaksanakan bimbingan teknis pengelolaan dan produksi bibit kepada kebun-

kebun bibit.

g. Melaksanakan pelayanan data dan informasi, studi lapangan yang berkaitan

dengan produksi benih/bibit.

h. Melaksanakan pelayanan benih/bibit kepada masyarakat.

i. Melakukan koordinasi dengan instalasi terkait dalam upaya pengembangan

produksi benih/bibit unggul dan bermutu tanaman pangan, hortikultura dan

kehutanan.

j. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.

Page 69: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

4.5.4. Seksi Pengembangan Teknologi Mempunyai Tugas :

Seksi pengembangan teknologi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Balai, tugas

pokoknya meliputi:

a. Melakukan pengujian, adaptasi dan penerapan peningkatan teknologi

perbenihan.

b. Melakukan pengujian terhadap mutu benih dan perlakuan-perlakuan pasca

produksi terhadap benih/bibit tanaman.

c. Menyelenggarakan operasional sarana dan prasarana laboratorium benih.

d. Melakukan pelayanan data dan informasi di bidang pengembangan teknologi

perbenihan.

e. Melakukan hubungan kerjasama dan jasa teknologi perbenihan dengan instansi

pemerintah/swasta dan masyarakat.

f. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan.

4.5.5. Sub Kelompok Jabatan Fungsional Mempunyai Tugas :

Sub kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

dalam menunjang tugas dan fungsi Balai Benih Induk Pertanian dan Kehutanan

sesuai dengan keahlian masing-masing. Sub kelompok jabatan fungsional

dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagi ketua sub kelompok,

melaksanakan tugasnya secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala

Balai dan secara teknis administratif kepada Ketua Kelompok Jabatan Fungsional

Dinas Pertanian dan Kehutanan.

Page 70: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan, sifat, jenis

dan beban kerja. Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.6. Proses Produksi Bibit Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan

Kegiatan produksi merupakan proses penciptaan barang atau jasa melalui

perubahan input menjadi output. Produksi juga merupakan pusat pelaksanaan

kegiatan kongkrit mengadakan barang dan jasa.

Proses produksi bibit tanaman rambutan rapiah di BBI Ragunan sudah

dilakukan sejak tahun 1975 yang meliputi beberapa tahap yaitu:

Tahap 1 Penyemaian Benih

Penyemaian dilakukan dalam beberapa tahap mulai dari penyiapan biji,

dan persiapan media semai. Pada setiap tahapan harus dilakukan dengan baik agar

semaian berhasil.

a. Penyiapan Benih

Produksi bibit tanaman rambutan rapiah diawali dengan penyemaian biji

rambutan. Biji yang digunakan untuk persemaian bisa berasal dari varietas

sinyonya yang sudah resmi teruji memiliki tingkat keberhasilan 90% untuk

menjadi batang bawah yang baik. Sebelum digunakan untuk penyemaian biji

dikupas dan dijemur hingga kering dan bewarna kehitaman, kemudian disimpan

jauh dari sinar matahari sekitar 10 hari, penjemuran dilakukan agar kambium

(lendir) mengering dan steril dari cendawan. Selain melakukan penjemuran biji

Page 71: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

yang ingin disemai setelah tahap penyeleksian dapat dicampur furadan agar tidak

kena hama dan berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan.

b. Persiapan Media Penyemaian

Biji-biji yang sudah kering siap untuk disemai dalam wadah polybag

ukuran 30cm, dengan media tanam campuran tanah, sekam kering dan pupuk

kandang dengan perbandinan 1:1:1.

Biji disebar dalam media tanam lalu ditutup dengan media tanam lagi tapi

jangan terlalu tebal. Kemudian persemaian disiram dan diletakkan di tempat

teduh. Kelembaban persemaian perlu dijaga dengan penyiraman setiap hari bila

tidak turun hujan, sehingga hasil semaian tumbuh dengan baik.

Tahap 2 Pengantongan

Pada umur 3 minggu, yaitu pada saat bibit setinggi 10 cm dari permukaan

tanah, bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag ukuran 20 x 10 cm, dengan

media tanah, sekam kering, dan pupuk kandang 1:1:1. Pada proses pengantongan

media harus dipadatkan untuk menjaga agar bibit tidak roboh saat disiram dan

terkena angin. Selain itu pemadatan media berfungsi agar tidak mengalami

penurunan media akibat penyiraman. Dengan demikian media tidak perlu ada

penambahan media.

Tahap 3 Cara Perbanyakan

Cara perbanyakan bibit tanaman rambutan di Kebun Bibit Ragunan dibagi

menjadi dua cara yaitu okulasi dan penyusuan. Dengan entris dari pohon induk

yang sudah disertifikasi sebelumnya, sehingga bibit yang dihasilkan lebih baik

dari bibit yang sumber entrisnya dari pohon induk yang belum tersertifikasi.

Page 72: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54

c. Okulasi

Okulasi merupakan cara perbanyakan rambutan yang paling banyak

digunakan di Kebun Bibit Ragunan. Jika dibandingkan dengan penyusuan, karena

tanaman hasil okulasi lebih baik mutunya selain menghasilkan perakaran yang

kuat dan ketahanan terhadap hama dan penyakit dalam tanah, selain itu ditinjau

dari segi minat beli konsumen lebih banyak mencari hasil okulasian.

Bila bibit hasil semaian telah berumur 6 bulan maka sudah siap untuk

diokulasi. Bibit tanaman yang siap diokulasi sebaiknya memiliki syarat seperti,

seedling dalam keadaan sehat, subur, bebas penyakit, berusia 6 bulan, dan

berdiameter ± 1 cm.

Selama masa okulasi tanaman harus diberi perawatan sperti, pemupukan,

pencegahan cendawan, pendangiran rumput liar, sinar matahari 60%, setelah

berumur 2 bulan kebutuhan sinar matahari menjadi 100%.

d. Penyusuan

Sistem Penyusuan di Kebun Bibit Ragunan menggunakan metode

sambung pelana, tapi hanya untuk tanaman tertentu seperti kelengkeng dan

rambutan.

Kebun Bibit Ragunan lebih memilih perbanyakan rambutan secara

penyusuan dibanding dengan cangkok, dengan penyusuan tingkat keberhasilan

cukup tinggi dan hasil buah lebih bagus, selain itu yang membuat penyusuan

digunakan di BBI yaitu karena dengan penyusuan tingkat stres lebih rendah dan

umur jual lebih cepat

Page 73: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55

Tahap 4 Pemeliharaan Bibit

Pemeliharan bibit rambutan di Kebun Bibit Ragunan tidak terlalu sulit.

Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan/pendangiran, penyulaman,

pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan, dan

penggantian polybag.

Proses produksi bibit tanaman rambutan pada BBI Ragunan secara jelas

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5: Proses Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Penyemaian Biji

Penyiapan Biji

Persiapan Media Semai

Pengantongan Perbanyakan

Okulasi Susuan

Pemeliharaan

Pendangiran

Pemangkasan Penggantian Polybag

Penyiraman Penyulaman

Pemupukan

Page 74: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis penetapan harga pokok produksi bibit tanaman rambutan adalah

suatu analisis yang didasarkan pada harga-harga riil dari apa yang sebenarnya

terjadi di Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan. Hal yang akan dianalisis adalah

biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bibit tanaman rambutan. Selain itu,

analisis penetapan harga pokok produksi juga akan memberikan acuan untuk

penentuan harga jual bibit tanaman rambutan di Kebun Bibit Ragunan.

5.1. Biaya-biaya yang Dikeluarkan dalam Produksi

Perhitungan harga pokok produksi bibit tanaman rambutan pada Kebun

Bibit Ragunan diklasifikasikan dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Adapun faktor-faktor yang terlibat dalam biaya langsung ialah bahan baku dan

tenaga kerja langsung sedangkan biaya tidak langsung meliputi biaya alat, biaya

penyusutan (mesin, dan bangunan), biaya listrik, biaya telepon, dll.

5.1.1. Penggunaan Biaya Langsung

Perhitungan biaya langsung dapat dengan mudah ditelusuri secara

langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya yang direlevansikan

dengan kebutuhan produksi. adapun yang tergolong biaya langsung dalam

produksi bibit tanaman rambutan meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung.

Page 75: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

57 �

5.1.1.1. Biaya Bahan Baku

Secara umum bahan-bahan untuk produksi Bibit Tanaman Rambutan

bukan suatu hal yang bersifat rahasia. Hampir semua perusahaan bibit

menggunakan bahan yang sama. Hanya saja, ada rahasia tersendiri pada Kebun

Bibit Ragunan Jakarta Selatan yang menggunakan pucuk entries sebagai batang

atas yang sudah tersertifikasi.

Bahan baku dalam produksi bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit

Ragunan terinci pada Tabel 3.

Tabel 3. Bahan Baku Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan

No Bahan Baku Kebutuhan 1 Benih Rambutan 3.000 Benih 2 Sekam Kering 8.000 kg 3 Pupuk Kandang 8.000 kg 4 Polybag 3.000 pcs 5 Plastik Pengikat 200 pcs 6 Pucuk Entris 240 cc 7 Athonik 480 g 8 Dhitane M-45 120 g 9 Gandasil D 120 g 10 Gandasil B 3.000 g

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi bibit tanaman rambutan

pada Kebun Bibit Ragunan terdiri dari benih rambutan, sekam kering, pupuk

kandang, polybag, plastik pengikat, athonik, dhitane M-45, gandasil D, gandasil

B, dan pucuk entries tetapi untuk pucuk entries tidak mengeluarkan biaya karena

pucuk entries berasal dari pohon induk yang dimiliki sendiri. Biaya bahan baku

yang dikeluarkan untuk memperoduksi 2.000 bibit diperlukan benih rambutan

sebanyak 3.000 dengan 75% tingkat keberhasilan dengan harga Rp. 1.33/biji.

Setiap per polybag bibit tanaman rambutan membutuhkan media yang terdiri dari

Page 76: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

58 �

campuran 2kg sekam kering dengan harga Rp. 5.000/karung dengan isi

30kg/karung dan 2kg pupuk kandang dengan harga Rp. 6.000/karung dengan isi

25kg/karung. Untuk memproduksi 2.000 bibit diperlukan 8.000kg sekam kering

dengan harga Rp. 167/kg, dan untuk pupuk kandang dibutuhkan 8.000kg dengan

harga Rp. 240/kg. Selain itu diperlukan athonik 240cc, dhitane M-45 480g,

gandasil D 120g, dan gandasil B 120g. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai

bahan tambahan agar hasil bibit lebih berkualitas di Kebun Bibit Ragunan.

Kebutuhan bahan baku dan besaran biaya yang dikeluarkan Kebun Bibit

Ragunan selama tahun 2010 dapat dilihat secara terperinci pada Tabel 4 dibawah

ini:

Tabel 4. Biaya Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Tahun 2010

No Komponen Kebutuhan Satuan Isi per

kemasan

Harga Satuan (Rp)

Total Kebutuhan

(Rp) 1 Benih Rambutan 3.000 Benih 1200 biji 1,33 4.000 2 Sekam Kering 8.000 kg 30kg 167 1.333.333 3 Pupuk Kandang 8.000 kg 25kg 240 1.920.000 4 Polybag 3.000 pcs 70 pcs 214 642.857 5 Plastik Pengikat 200 Pcs 50 pcs 100 20.000 7 Athonik 240 cc 250 cc 96 23.040 8 Dhitane M-45 480 g 2000 g 27 12.960 9 Gandasil D 120 g 450 g 36 4.267 10 Gandasil B 120 g 450 g 36 4.267

Total 3.964.724Sumber: Data Primer diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4, biaya yang dikeluarkan untuk

biaya bahan baku dalam proses produksi bibit rambutan sebanyak 2.000 bibit

adalah sebesar Rp. 3.964.724,- dengan pemakaian benih rambutan sebanyak 3.000

dengan 75% tingkat keberhasilan. Pada produksi bibit tanaman rambutan

Page 77: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

59 �

membutuhkan media tanam tiap per polybag sebanyak 4kg dengan rincian 2kg

sekam kering dan 2kg pupuk kandang, sehingga dibutuhkan 267 karung dengan

berisi 8.000kg sekam kering dan 320 karung pupuk kandang yang berisi 8.000kg.

Untuk produksi 2000 bibit memerlukan penggunaan polybag 2.000pcs, tapi

karena memperhitungkan tingkat keberhasilan 75% maka benih yang dibutuhkan

sebanyak 3.000 dengan penggunaan polybag 3.000pcs.

Selama produksi pada periode tahun 2010 penggunaan tiap bahan yang

berbeda waktunya. Pada bulan pertama saat ukuran bibit 10cm bahan

penyemprotan yang diperlukan adalah Gandasil D sebanyak 1g per liter air, dan

Dhitane M-45 sebanyak 2g per liter air. Saat bibit berukuran 30cm pada bulan ke

tiga diperlukan Athonik sebanyak 2cc per liter air, Gandasil B sebanyak 2cc per

liter air, dan Dhitane M-45 sebanyak 2g per liter air. Pengeluaran biaya tambahan

terbesar terdapat pada bahan Athonik sebesar Rp. 23.040,-. Sehingga total biaya

bahan baku untuk memproduksi bibit tanaman rambutan adalah sebesar

Rp. 3.964.724,-. Secara terperinci biaya bahan baku dapat dilihat pada

Lampiran 2.

5.1.1.2.Tenaga Kerja Langsung

Perhitungan biaya tenaga kerja diperoleh dari biaya yang dikeluarkan oleh

Kebun Bibit Ragunan untuk tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan

proses produksi. Kebun Bibit Ragunan membutuhkan tenaga kerja sebanyak enam

orang dengan masing-masing tugas.

Tenaga Kerja yang dibutuhkan dalam produksi bibit tanaman rambutan

pada Kebun Bibit Ragunan terinci pada Tabel 5.

Page 78: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

60 �

Tabel 5. Tenaga Kerja dalam Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan pada Kebun Bibit Ragunan

No Pekerjaan Kebutuhan 1 Penyemaian 1 Orang 2 Pengantongan 3 Orang 3 Perbanyakan 1 Orang 4 Pemeliharaan 1 Orang

Tenaga Kerja yang bertugas dalam penyemaian biji berjumlah satu orang

dengan tugas membuat media tanam dengan perbandingan 1:1:1 berupa campuran

tanah, sekam kering dan pupuk kandang dan ditanami biji rambutan, yang disemai

pada bak semai sebanyak 10 bak semai, sehingga satu bak semai berisi 300 benih

yang akan disemi. Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini hanya satu hari.

Tugas dalam bagian pengantongan adalah memindahkan bibit semai yang

berumur 10 hari kedalam polybag berukuran 20cm x 10cm, dengan media yang

sama pada proses penyemaian. Dalam proses ini dibutuhkan lebih banyak pekerja

dibanding proses penyemaian yaitu sebanyak tiga pekerja dengan jumlah hari

kerjs selama tujuh hari, sehingga setiap orang harus menyelesaikan pengantongan

sebanyak 143 seedling.

Untuk proses perbanyakan dibutuhkan keahlian dan pengetahuan lebih

dalam sistem perbanyakan sehingga Kebun Bibit Ragunan Jakarta sampai saat ini

hanya memiliki satu orang yang bertugas dalam proses perbanyakan. Kebun Bibit

Ragunan Jakarta melakukan proses perbanyakan untuk bibit tanaman rambutan

dengan cara okulasi dengan kurun waktu 20 hari sehingga setiap harinya harus

menyelesaikan sebanyak 150 okulasi. .

Pada bagian pemeliharan diperlukan 1 orang yang setiap harinya

menyirami, menyemprotkan peptisida dan memberikan nutrisi pada calon bibit.

Page 79: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

61 �

Pemeliharaan ini dilakukan dari mulai hasil penyemaian hingga sampai menjadi

bibit yang siap jual. Kebutuhan tenaga kerja dan besaran biaya yang dikeluarkan

Kebun Bibit Ragunan selama tahun 2010 dapat dilihat secara terperinci pada

Tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6. Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Tahun 2010

No Tenaga Kerja Kebutuhan Jumlah Hari

Kerja / Produksi

Upah Harian

(Rp/Orang)

Biaya/Produksi (Rp)

1. Penyemaian Biji 1 1 35.000 35.000 2 Pengantongan 3 7 35.000 735.000 3. Perbanyakan 1 20 35.000 700.000 4. Pemeliharaan 1 216 35.000 7.560.000

Total Biaya 9.030.000Sumber: Data primer diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 6, konsumsi biaya tenaga kerja

langsung selama tahun 2010 mencapai Rp. 9.030.000,- dengan hari kerja

berjumlah 216 hari kerja selama satu kali produksi selama sembilan bulan dan

hari libur kerja satu hari. Kebutuhan tenaga kerja terbanyak pada kegiatan

pengantonga, dikarenakan jenis kegiatan produksi pengantongan harus

terselesaikan dengan cepat dan untuk pemeliharaan dilakukan lebih banyak

waktunya.

5.1.2. Penggunaan Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung atau dikenal dengan istilah biaya overhead pabrik

adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat

digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (Sugiri,

2002:265).

Page 80: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

62 �

Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu

kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku

langsung dan tidak langsung.

Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak

langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara

mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau

tujuan akhir biaya.

Berikut akan disajikan penelusuran konsumsi biaya tidak langsung (BOP)

pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan periode tahun 2010.

5.1.2.1. Biaya Peralatan Produksi

�Peralatan yang digunakan Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dalam

memproduksi bibit tanaman rambutan sama seperti yang digunakan perusahaan

bibit lain mulai dari alat seperti cangkul, Hand Sprayer dll. Alat-alat tersebut

memiliki fungsi masing-masing yang digunakan tenaga kerja pada perusahaan

tersebut.

Alat-alat produksi yang digunakan dalam memproduksi bibit tanaman

rambutan pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan tersebut terinci pada Tabel 7.

Tabel 7. Alat Produksi 2.000 Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan

No Alat Produksi Jumlah (Unit) 1 Cangkul 2 2 Selang Air 1 3 Pisau Okulasi 2 4 Bak Semai 10 5 Hand Sprayer 2 6 Pompa Jet Pump 1

Page 81: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

63 �

Alat-alat produksi yang digunakan dalam memproduksi bibit tanaman

rambutan memiliki umur ekonomis yang berbeda untuk alat-alat seperti cangkul,

selang air, pisau okulasi dan gunting pangkas dalam perhitungannya hanya

menghitung biaya pengggunaannya saja tidak menghitung biaya penyusutan.

Berbeda dengan alat lainnya yang digunakan untuk memproduksi bibit

tanaman rambutan tersebut dihitung nilai penyusutannya, perhitungan biaya alat

produksi terinci pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Biaya Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010

No Jenis Biaya Jumlah (Unit)

Harga Persatuan

(Rp)

Harga Perolehan

(Rp)

Total Biaya Pemakaian/

produksi (Rp)

1. Cangkul 2 30.000 60000 1.905 2. Selang Air 1 400.000 400000 342.857 3. Pisau Okulasi 2 75.000 150000 11.9054. Bak semai 10 10.000 100000 3.968

Total Biaya 360.635Sumber: Data primer diolah (2011)

Perhitungan untuk pengguanaan alat didapat dari biaya penggunaan alat

produksi perhari dengan jumlah pemakaian selama produksi. Untuk cangkul

dipergunakan selama proses pembuatan media baik media semai maupun

seedling. Selang air dipergunakan selama proses produksi yaitu 216 hari mulai

saat penyemaian hingga tahap akhir yaitu pemeliharaan.

Pada proses perbanyakan untuk mengambil pucuk entries dan media

tempel menggunakan pisau okulasi yang steril tidak digunakan untuk memotong

benda lain selain media tempel pucuk entries. Bak semai digunakan saat

penyemaian, dengan penggunaan selama 10 hari dengan jumlah kapasitas per bak

semai sebanyak 300 benih, dengan media yang terdiri dari tanah, pupuk kandang

Page 82: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

64 �

dan sekam. Maka dari hasil perhitungan biaya penggunaan alat produksi didapat

sebasar Rp. 360.635,-.

Tabel 9. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010.

No Jenis Biaya Jumlah (Unit)

Total (Rp) Umur

Ekonomis (Tahun)

Penyusutan/Thn (Rp)

1. Hand Sprayer 2 560.000 5 100.800 2. Pompa Jet Pump 1 1.800.000 10 162.000

Total Biaya 262.800Sumber: Data primer diolah (2011)

Perhitungan biaya penyusutan dalam penelitian ini menggunakan metode

garis lurus yang mana besaran biaya penyusutan diperoleh dari harga perolehan

dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis barang. Biaya yang

dikeluarkan dalam membuat bangunan dan pembelian peralatan produksi

tergolong besar setelah biaya tenaga kerja. Nilai sisa diasumsikan 10% dari harga

perolehan pada alat yang mempunyai nilai sisa, sedangkan untuk umur ekonomis

didapat dari hasil wawancara dengan pelaksana produksi bibit di Kebun Bibit

Ragunan Jakarta selatan.

Umur ekonomis untuk peralatan berbeda-beda seperti umur ekonomis hand

sprayer 5 tahun, dan pompa jet pump 10 tahun. Sehingga didapat total biaya

penyusutan peralatan adalah sebesar Rp. 262.800,-. Untuk mengetahui lebih jelas

lagi mengenai perhitungan biaya peralatan produksi dan penyusutan peralatan

produksi terinci pada Lampiran 3.

Page 83: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

65 �

5.1.2.2. Biaya Penyusutan Bangunan

Adapun bangunan yang disusutkan serta besaran biaya yang dikeluarkan

untuk produksi bibit tanaman rambutan pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta

Selatan tahun 2010 disajikan pada Tabel 10 di bawah ini:

Tabel 10. Biaya Penyusutan Bangunan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Selama Tahun 2010

No Jenis Biaya Jumlah (unit)

Harga Perolehan

(Rp)

Nilai Sisa (Rp)

Penyusutan/Thn (Rp)

1. Gudang Peralatan 1 65.000.000 6.500.000 2.925.000 3. Bedengan 250 1.250.000 - 125.000

Total Biaya 3.050.000Sumber: Data Primer diolah (2011)

Biaya penyusutan bangunan produksi yang dikeluarkan Kebun Bibit

Ragunan selama tahun 2010 adalah sebesar Rp. 3.050.000,-. Angka tersebut

didapat dari penjumlahan penyusutan gudang peralatan, dan bedengan.

Penyusutan diperoleh dari harga perolehan dikurangi nilai sisa yang kemudian

dibagi umur ekonomis. Umur ekonomis tiap bangunan berbeda-beda, untuk

gudang peralatan memiliki umur ekonomis 20 tahun, dan bedengan 10 tahun.

Nilai sisa pada perhitungan ini didperoleh dari 10% harga perolehan. Perhitungan

biaya penyusutan bangunan produksi lebih terperinci dapat dilihat pada

Lampiran 4.

5.1.2.3. Biaya Lainnya

Biaya lain pada Kebun Bibit Ragunan dalam memproduksi bibit tanaman

rambutan terdiri dari biaya listrik, dan telepon. Dalam satu bulan hanya mencapai

Rp. 180.000,-, dan didapat tiap kali produksi sebesar Rp. 1.620.000,- per

Page 84: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

66 �

produksi. Biaya tersebut terdapat pada penggunaan listrik dan telepon. Uraian

tersebut disajikan pada Tabel 11:

Tabel 11. Biaya Lain Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Tahun 2010

No Jenis Overhead Biaya (Rp/Bulan) Biaya/produksi (Rp)

1. Listrik 90.000 810.000 2. Telepon 90.000 810.000

Total Biaya 1.620.000Sumber: Data Primer diolah (2011)

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat diketahui, bahwa pengeluaran untuk

biaya overhead lainnya pada listrik sebesar Rp. 90.000,-/bulan. Energi listrik ini

hanya digunakan untuk menyiram bibit tanaman dan untuk kebutuhan pekerja.

Pengeluaran untuk biaya telepon sebesar Rp. 90.000,-/bulan. Sehingga didapat

setiap kali produksi tiap sembilan bulan biaya yang dikeluarkan untuk listrik,

telepon, dan sewa lahan adalah sebesar Rp.1.620.000,-

5.2. Produksi dan Pendapatan

Dalam satu kali produksi selama kurun waktu sembilan bulan Kebun Bibit

Ragunan mampu menghasilkan 2.000 bibit tanaman rambutan siap jual pada

tahun 2010. Bibit-bibit rambutan tersebut dijual langsung ditempat memproduksi,

konsumen yang mencari langsung Kebun Bibit Ragunan.

Selama ini hasil produksi bibit rambutan tersebut dijual dengan harga

Rp. 20.000,- per bibit. Bibit-bibit tersebut habis terjual dengan harga yang telah

ditentukan pihak Kebun Bibit Ragunan, dengan penggunaan enam orang tenaga

kerja untuk memproduksi bibit rambutan rapiah. Para pekerja diberikan upah

Rp. 35.000/hari kerja. Jika dengan harga jual yang selama ini ditetapkan Kebun

Page 85: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

67 �

Bibit Ragunan dengan metode harga pokok produksi sebesar Rp. 18.288.159,-

diperoleh pendapatan sebesar Rp. 21.711.841,-. Berikut Tabel 12 yang berisi

rincian jumlah yang dihasilkan dan pendapatan penjualan dalam satu kali produksi

selama sembilan bulan:

Tabel 12.Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan

No Uraian Jumlah Satuan 1 Produksi 2.000 Bibit 2 Harga Jual 20.000 Rupiah 3 Penerimaan 40.000.000 Rupiah 4 Biaya Produksi 18.288.159 Rupiah 5 Pendapatan 21.711.841 Rupiah

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan data pada Tabel 12, produksi yang dihasilkan Kebun Bibit

Ragunan mencapai 2.000 bibit selama satu kali produksi. Total biaya produksi

yang dikeluarkan oleh Kebun Bibit Ragunan pada tahun 2010 adalah

Rp. 18.288.159,-. Sehingga pendapatan yang diperoleh Kebun Bibit Ragunan dari

hasil produksi 2.000 bibit pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 40.000.000,-

dikurangi biaya produksi sebesar Rp. 18.288.159,- menjadi Rp.21.711.841,-.

5.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan dengan Metode Full Costing

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dihasilkan

dari pengakumulasian seluruh pengeluaran biaya. Biaya-biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan HPP dengan pendekatan Full Costing dengan penjumlahan

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Didapat harga

pokok produksi Rp. 18.288.159,-. Berikut rincian perhitungan harga pokok

produksi selama periode tahun 2010 pada Tabel 13:

Page 86: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

68 �

Tabel 13. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Pendekatan Full CostingTahun 2010

Biaya Produksi Kuantitas Harga

Satuan (Rp) Total Biaya

(Rp/Produksi) Total (Rp)

Total Biaya Bahan Baku 3.964.724Biaya tenaga kerja langsung (orang) 6 35.000 9.030.000Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 360.635Biaya Penyusutan Mesin 262.800Listrik 810.000

Telepon 810.000 Biaya penyusutan bangunan 3.050.000

Total biaya lain dan penyusutan bangunan 4.670.000Total biaya produksi bibit tanaman rambutan pada tahun 2010 18.288.159

Jumlah produk jadi (bibit) 2.000 bibit 2.000

Harga pokok produksi (Rp/bibit)

Total biaya/jumlah produk (bibit) Rp. 18.288.159 / 2.000

9.144

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 13 bahwa total biaya produksi bibit

rambutan pada Kebun Bibit Ragunan tahun 2010 sebesar Rp. 18.288.159,-. Angka

tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya langsung (biaya bahan baku, tenaga

kerja langsung) dan biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik). Produksi yang

dihasilkan oleh Kebun Bibit Ragunan selama periode tahun 2010 sebesar 2.000

bibit. Maka harga pokok produksi bibit rambutan per bibit adalah

Rp. 18.288.159,- dibagi 2.000 bibit sehingga menghasilkan Rp. 9.144,- dan dapat

dijual dengan harga Rp. 10.973,- per bibit jika keuntungan yang diinginkan adalah

sebesar 20% per bibitnya. Untuk lebih jelasnya perhitungan dengan metode Full

Costing disajikan pada Lampiran 5. Pendapatan hasil usaha bibit tanaman

Page 87: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

69 �

rambutan dengan menggunakan metode full costing tahun 2010 disajikan pada

Tabel 14.

Tabel 14.Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan dengan Metode Full Costing

No Uraian Jumlah Satuan 1 Produksi 2.000 Bibit 2 Harga Jual 10.973 Rupiah 3 Penerimaan 21.946.000 Rupiah 4 Biaya Produksi 18.288.159 Rupiah 5 Pendapatan 3.657.841 Rupiah

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Penerimaan yang diterima oleh Kebun Bibit Ragunan dengan metode

harga pokok produksi Full Costing adalah sebesar Rp. 21.946.000,- dikurangi

total harga pokok produksi sebesar Rp. 18.288.159,- maka menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 3.657.841,- setiap satu kali produksi dalam kurun waktu

sembilan bulan.

5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan dengan Metode Variabel Costing

Pada metode variabel costing, harga pokok produksi diperoleh dengan

menjumlahkan biaya variabel dan biaya tetap. Harga pokok bibit tanaman

rambutan per bibit diperoleh dengan membagi total biaya produksi dengan

banyaknya produksi. Perhitungan Harga Pokok Produksi bibit tanaman rambutan

tahun 2010 dengan menggunakan metode variabel costing disajikan pada

Tabel 15.

Page 88: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70 �

Tabel 15. Perhitungan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Pendekatan Variable Costing Tahun 2010

Jenis Biaya

Biaya Produksi Kuantitas Biaya Satuan (Rp)

Total Biaya (Rp/Produksi)

Biaya Variable

Total Biaya Bahan Baku 917,73 3.964.724Biaya tenaga kerja langsung (orang)

6 35.000 9.030.000

Total Biaya Variabel 12.994.724

Biaya Tetap

Total Biaya Penggunaan Alat Produksi

15 360.635

Biaya Penyusutan Mesin 7 262.800 Biaya penyusutan bangunan 3.050.000Total biaya overhead lainnya 1.620.000

Total Biaya Tetap 5.293.435 Total biaya produksi bibit tanaman rambutan pada tahun 2010 18.288.159Jumlah produk jadi (bibit) 2.000

Harga pokok produksi (Rp/bibit)

Total biaya/jumlah produk (bibit) Rp. 18.288.159 / 2.000

9.144

Sumber: Data primer diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 15, dengan menggolongkan biaya

yang akan digunakan dalam perhitungan menjadi dua yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Perhitungan dengan pendekatan Variable Costing didapat total biaya

produksi bibit rambutan pada Kebun Bibit Ragunan tahun 2010 sebesar

Rp. 18.288.159,-. Angka tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya variabel

(biaya bahan baku, tenaga kerja langsung) dan biaya tetap (biaya pengguanaan

alat dan biaya overhead).

Produksi yang dihasilkan oleh Kebun Bibit Ragunan selama periode tahun

2010 sebesar 2.000 bibit. Maka harga pokok produksi bibit rambutan per bibit

Page 89: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

71 �

didapat dari total harga pokok produksi sebesar Rp. 18.288.159,- dibagi 2.000

bibit sehingga menghasilkan Rp. 9.144.,- dan dapat dijual dengan harga Rp.

10.973,- per bibit dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan sebesar 20%

per bibitnya, hanya saja jika ada penambahan produksi maka perusahaan hanya

mengeluarkan biaya variable saja sedangkan untuk biaya tetap sudah dapat

terpenuhi pada saat produksi 2.000 bibit. Pada saat perusahaan menambah

produksi bibit menjadi 4.000 pada tahun yang sama maka total biaya produksi

sebesar Rp. 31.282.883,-, angka tersebut didapat dari penjumlahan total biaya

produksi yang sebelumnya sudah dihitung saat produksi 2.000 bibit ditambah

dengan biaya variable.

Harga pokok produksi per bibit dengan produksi 4.000 bibit adalah sebesar

Rp. 7.821,- maka dapat dijual dengan keuntungan yang diharapkan perusahaan

yaitu 20% maka dapat dijual dengan harga Rp. 9.385,-.

Perbedaan harga pokok produksi bibit tanaman rambutan dengan metode

fuil costing dan Variable Costing hanya terdapat pada penggolongan biaya yang

akan dimasukkan dalam perhitungan yang nantinya akan berpengaruh jika ada

kenaikan jumlah produksi pada waktu produksi yang sama maka metode Variable

Costing dapat diandalkan dikarenakan dalam perhitungan Variable Costing

menggolongkan biaya menjadi dua yaitu biaya variable dan biaya tetap. Sehingga

pada saat kenaikan jumlah produksi biaya yang hanya akan dihitung biaya

variable saja untuk biaya tetapnya sudah terpenuhi pada saat produksi tetap.

Berikut pendapatan hasil usaha bibit tanaman rambutan dengan menggunakan

metode variabel costing tahun 2010 disajikan pada Tabel 16.

Page 90: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

72 �

Tabel 16.Pendapatan Hasil Usaha Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan dengan Metode Variabel Costing

No Uraian Jumlah Satuan 1 Produksi 2.000 Bibit 2 Harga Jual 10.973 Rupiah 3 Penerimaan 21.946.000 Rupiah 4 Biaya Produksi 18.288.159 Rupiah 5 Pendapatan 3.657.841 Rupiah 6 Produksi 4.000 Bibit 7 Harga Jual 9.385 Rupiah 8 Penerimaan 37.540.000 Rupiah 9 Biaya Produksi 31.282.883 Rupiah 10 Pendapatan 6.257.117 Rupiah

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Pendapatan yang diterima oleh Kebun Bibit Ragunan dengan produksi

sebanyak 2.000 bibit menggunakan metode harga pokok produksi Variabel

Costing didapat dari Rp. 21.946.000,- dikurangi Rp. 18.288.159,- maka

menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 3.657.841,- setiap satu kali produksi dalam

kurun waktu sembilan bulan.

Pada saat Kebun Bibit Ragunan memproduksi menambah unit produksi

sebanyak 2.000 bibit menjadi 4.000 bibit maka total biaya harga pokok produksi

sebesar Rp. 31.282.882,-. Pendapatan yang akan diperoleh Kebun Bibit Ragunan

dari penjualan bibit rambutan adalah Rp. 6.257.117,- dengan keuntungan yang

diharapkan perusahaan sebesar 20%. Bibit tersebut dapat dijual dengan harga

Rp. 9.385,- dengan keuntungan 20% per bibit, tetapi dapat pula dijual dengan

harga Rp. 10.949,- dengan keuntungan 40%.

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan variable costing

jika dilihat pada hasil perhitungan akan sama saja, hanya berbeda pada

penggolongan biaya. Pada saat kenaikan produksi akan terlihat perbedaannya

Page 91: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

73 �

pada hasil perhitungan, karena pada metode variable costing hanya biaya variable

yang dihitung sedangkan untuk biaya tetap sudah tertutupi dengan produksi

sebanyak 2.000 bibit. Pada produksi dibawah 2.000 bibit maka perusahaan akan

merugi, sebaliknya jika produksi mengalami peningkatan sesuai dengan skala

ekonomis maka perusahaan akan mendapat keuntungan yang maksimal, tetapi jika

bertambah lagi kemungkinan akan bertambah besar pengeluaran untuk biaya

produksi. Maka sebaiknya perusahaan dapat menambah produksi bibitnya

sebanyak 4.000 atau mempertahankan agar tetap diatas 2.000 bibit.

5.4. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan antara Full Costing dan Variabel Costing

Berdasarkan hasil perhitungan kedua metode full costing dan variabel

costing tidak memperlihatkan adanya perbedaan dalam angka harga pokok

produksi pada tahun 2010, tetapi perbedaan tersebut akan terlihat aapabila ada

kenaikan produksi bibit pada tahun yang sama maka hasil perhitungan dengan

variable costing akan lebih rendah daripada full costing. Perbedaan

sesungguhnya hanya terdapat pada bagaimana dua pendekatan metode tersebut

menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan dalam perhitungan harga pokok

produksi. Maka dapat diketahui harga pokok produksi yang lebih akurat dan

wajar. Sehingga dapat dijadikan acuan dalam menetapkan harga jual bibit

tanaman rambutan. Perbandinngan harga pokok produksi pada tahun 2010

disajikan pada Tabel 17.

Page 92: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

74 �

Tabel 17. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan per Produksi Tahun 2010

Metode HPP (Rp) Jumlah Produksi

Harga Pokok Produksi/

Bibit

Harga Jual

Pendapatan

Full Costing

18.288.159 2.000 9.144 10.973 3.657.841

Variabel Costing

18.288.159 2.000 9.144 10.973 3.657.841

Selisih (Rp) - - - - -Persentase %

- - - - -

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 17 menunjukkan bahwa harga pokok

produksi dengan menggunakan metode full costing ataupun variable costing tidak

ada selisih dalam hasil perhitungan.

Tabel 18. Perbandingan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan per Produksi Tahun 2010 dengan Penambahan Produksi Sebanyak 2.000 Bibit

Metode HPP (Rp) Jumlah Produksi

Harga Pokok Produksi/

Bibit

Harga Jual Pendapatan

Full Costing

36.576.317 4.000 9.144 10.973 7.315.263

Variabel Costing

31.282.883 4.000 7.821 9.385 6.257.117

Selisih (Rp)

5.293.434 - 1.323 1.588 1.058.146

Persentase %

7,8 - 7,8 7,8 7,8

Sumber: Data Primer Diolah (2011)

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 18 pada saat produksi meningkat

menjadi 4.000 bibit maka hasil menunjukkan bahwa harga pokok produksi dengan

menggunakan metode full costing ataupun variable costing terdapat perbedaan

dalam hasil perhitungan. Metode Full Costing memiliki nilai HPP lebih besar

dibandingkan dengan metode variabel costing dengan selisih Rp. 5.293.434,- atau

Page 93: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

75 �

sama dengan 7,8%. Total Harga pokok produksi dengan menggunakan metode

full costing nilainya Rp. 36.576.317,-, sedangkan jika menggunakan metode

variabel costing nilainya menjadi Rp. 31.282.883,-. Perbedaan ini terletak dari

bagaimana cara kedua metode tersebut menganlisis biaya, metode full costing

menggolongkan biaya menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja. dan biaya

overhead pabrik, sedangkan metode variable costing menganalisis biaya menjadi

dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Pada saat kenaikan produksi dengan

menggunakan metode Variable Costing biaya yang dimasukkan dalam

perhitungan hanya biaya variable saja, karena biaya tetapnya sudah tertutupi pada

saat produksi sebelumnya. Sehingga pada saat kenaikan produksi biaya yang

dibebankan hanya biaya yang bersifat variable.

Dilihat dari perbandingan hasil diperoleh, metode variabel costing

menghasilkan nilai yang paling rendah sehingga metode ini yang seharusnya

dianggap paling tepat. Akan tetapi, harga pokok produksi yang tepat adalah harga

pokok yang tidak hanya dilihat dari harga pokok produksi yang rendah ataupun

tinggi. Tetapi dilihat juga kelemahan dan kekurangan dari metode yang dianggap

tepat tersebut.

Kebun Bibit Ragunan merupakan kebun dibawah Balai Benih Induk

Ragunan. Harga pokok produksi yang terlalu rendah dapat merugikan perusahaan,

tetapi jika harga jual yang ditentukan perusahaan terlalu tinggi maka tidak dapat

dijangkau semua kalangan. Harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan

menghasilkan harga jual yang tinggi, sehingga konsumen akan kesulitan untuk

membeli.

Page 94: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

76 �

Harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing pada saat

kenaikan produksi menunjukkan nilai yang lebih besar daripada dengan

menggunakan metode variabel costing karena pada metode full costing, semua

unsur biaya dimasukkan kedalam perhitungan, baik biaya tetap maupun variabel.

Pada metode variabel costing, hanya memasukkan baiya variabel kedalam

perhitungan harga pokok produksi, karena pada saat produksi normal biaya tetap

sudah tertutupi sehingga biaya yang akan dikeluarkan pada saat kenaikan produksi

hanya biaya variable saja. Pada pengertiannya biaya variable adalah biaya yang

jumlahnya dipengaruhi oleh kenaikan produksi. Oleh karena itu, yang lebih tepat

digunakan untuk perhitungan harga pokok produksi yaitu metode Variable

Costing karena pada metode tersebut lebih bersifat fleksibel dapat digunakan jika

suatu saat ada kenaikan produksi pada perusahaan, dan dapat menjadi acuan harga

jual yang nantinya dapat dijangkau semua kalangan.

Page 95: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, memperlihatkan tidak ada

perbedaan total harga pokok produksi antara metode full costing dan variable

costing saat produksi 2.000 bibit, namun akan berbeda pada saat kenaikan

produksi. Harga pokok produksi dengan metode Full Costing dan Variable

Costing pada saat produksi 2.000 adalah sebesar Rp. 18.288.159,-. Harga pokok

produksi pada saat kenaikan produksi bertambah 2.000 menjadi 4.000 bibit

dengan metode variable costing memiliki nilai terkecil bila dibandingkan dengan

metode full costing. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable

costing adalah sebesar Rp. 31.282.883,-, sedangkan metode full costing

menghasilkan harga pokok sebesar Rp 36.576.317,-. Metode Variable Costing

dapat menjadi alternative yang paling baik untuk digunakan, karena pada saat

kenaikan produksi hanya menghitung biaya yang bersifat variable saja sedangkan

untuk biaya tetapnya tidak diperhitungkan

6.2. Saran

1. Perhitungan dengan metode variable costing dapat direkomendasikan kepada

perusahaan karena lebih efisien dalam mengkalkulasikan biaya, dan dapat

memperhitungkan economic of scale dibandingkan dengan metode full

costing.

Page 96: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

78 �

2. Sebaiknya perusahaan memproduksi bibit tanaman rambutan dengan

mempertimbangkan dimana saat biaya produksi yang terendah disertai

dengan jumlah produksi yang tinggi.

3. Jika perusahaan ingin bersaing lebih baik di pasar dan memperoleh

keuntungan sesuai dengan economic of scale, maka sebaiknya perusahaan

menurunkan harga jual bibit rambutan dari harga Rp. 17.500,- (Keputusan

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3482/2001 tahun

2001) menjadi Rp. 13.854,- dengan keuntungan 20% per bibit.

Page 97: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemah, Soemita. R. Biaya dan Harga Pokok. (Bandung : Tarsito, 1982). Badan Agribisnis Departemen Pertanian. Kelayakan Investasi Agribisnis Jilid 2

Rambutan, Manggis, Mangga. (Yogyakarta: Kanisus, 1999). Blocher, Edward J; dkk. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik (Jakarta :

Salemba Empat, 2000). Carter dan Usry. Akuntansi Biaya, (Jakarta: Salemba Empat, 2004). Daljono. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.

(Semarang: BP Universitas Diponegoro, 2004). ----------, Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian.

(Semarang: BP Universitas Diponegoro, 2011). Garisson, Noreen. Akuntansi Manajerial. (Jakarta: Salemba Empat, 2001) Hansen, Mowen. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi.

(Yogyakarta: Ekonisia, 2009). Harjadi, Sri Setyati. Pengantar Agronomi. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

1996) Horngren T Charles. Foster, George. Akuntansi Biaya dengan Pendekatan

Manajerial. (Jakarta : Erlangga, 1992). Kusumawardhani, Melly. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Krisan

pada PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi Program Studi Manajemen Agribisnis. (Institut Pertanian Bogor, 2007)

Mahisworo, Susanto dan Anung. Bertanam Rambutan. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2004). Marzuky. Metode Riset. (Yogyakarta : BPFE UII, 1997).

Muhadi, Siswanto. Akuntansi Biaya. (Yogyakarta: Kanisus, 2001)

Mulyadi. Akuntansi Biaya. (Yogyakarta: Aditya Media, 2000).

----------. Akuntansi Biaya. (Yogyakarta: Aditya Media, 2002).

Page 98: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

80

Mulyani, Siti. Analisis Perbandingan Metode Konvensional dengan Activity Based Costing System Dalam Pembebanan Biaya Overhead Dalam Hubungannya dengan Akurasi Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Pindani Teknik Bandung, 2003 http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/601/bab2.pdf?sequence=5 (4 Desember 2011 pkl 19.10)

Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsi Oesman. Rambutan Komoditas Unggulan dan Prospek Agribisnis. (Yogyakarta: Kanisus, 2002).

Roslinawati, Elly. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. (Institut Pertanian Bogor, 2007)

Subagyo, Santhy. Penentuan Harga Pokok Produksi Teh di PT Perkebunan

Tambi Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Fakultas Ekonomi (Universitas Negeri Semarang, 2006)

Sugiri, Slamet. Riyono, Bogat Agus. Akuntansi Pengantar I. (Yogyakarta: UPP

AMP YKPN, 2002) Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikroekonomi. (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2000). Sunarjono, Hendro. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-Buahan Bercocok Tanam

Buah-Buahan Penting di Indonesia. (Bandung: Sinar Baru, 1986). -----------------------. Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. (Bandung: Sinar

Baru, 1990). Supriyono, RA. Akuntansi Biaya. (Yogyakarta : BPFE, 1999).

Wirawan, Baran. Sri Wahyuni. Memproduksi Benih Bersertifikat. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004).

Page 99: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

81

Lampiran 1. Biaya Bahan Baku Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010

No Komponen Kebutuhan Satuan Isi per

kemasan

Harga Per

Kemasan

Harga Satuan (Rp)

Total Kebutuhan

(Rp)

1 Benih Rambutan 3.000 Benih 1200 benih 1.600 1,33 4.000

2 Sekam Kering 8.000 kg 30kg 5.000 167 1.333.333

3 Pupuk Kandang 8.000 kg 25kg 6.000 240 1.920.000

4 Polybag 3.000 pcs 70 pcs 15.000 214 642.857

5 Plastik Pengikat 200 Pcs 50 pcs 5.000 100 20.000

7 Athonik 240 cc 250 cc 24.000 96 23.040

8 Dhitane M-45 480 g 2000 g 54.000 27 12.960

9 Gandasil D 120 g 450 g 16.000 36 4.267

10 Gandasil B 120 g 450 g 16.000 36 4.267

Total Biaya 3.964.724

Page 100: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

82

Lampiran 2. Biaya Alat Produksi Bibit dan Penysutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan Tahun 2010

Biaya Alat Untuk Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010

No Jenis Biaya

Jumlah (Unit)

Harga Persatuan

(Rp)

Harga Perolehan

(Rp)

Biaya Penggunaan/hari

(Rp)

Jumlah Pemakaian (hari)

Total Biaya Pemakaian/

produksi (Rp)

1. Cangkul 2 30.000 60000 238 8 1.905

2. Selang Air 1 400.000 400000 1.587 216 342.857

3. Pisau Okulasi 2 75.000 150000 595 20 11.905

4. Bak Semai 10 10.000 100000 397 10 3.968

Total Biaya 360.635

Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010

No Jenis Biaya

Jumlah (Unit)

Harga Perolehan

(Rp) Total (Rp) Nilai Sisa (Rp)

Umur Ekonomis (Tahun)

Penyusutan/Thn (Rp)

1. Hand Sprayer 2 280.000 560.000 56.000 5 100.800

2.

Pompa Jet Pump 1 1.800.000 1.800.000 180.000 10 162.000

Total Biaya 262.800

Page 101: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

83

Lampiran 3. Biaya Penyusutan Fasilitas Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2010

No Jenis Biaya Jumlah (unit)

Harga Perolehan

(Rp)

Nilai Sisa (Rp)

Umur Ekonomis (Tahun)

Penyusutan/Thn (Rp)

1. Gudang Peralatan 1 65.000.000 6.500.000 20 2.925.000

2. Bedengan 250 1.250.000 - 10 125.000 Total Biaya 3.050.000

Page 102: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

84

Lampiran 4. Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Metode Full Costing Tahun 2010

Biaya Produksi Kuantitas Harga Satuan (Rp)

Total Biaya (Rp/Produksi)

Total (Rp)

Biji Rambutan 3.000 1,33 4.000

Sekam Kering 8.000 167 1.333.333 Pupuk Kandang 8.000 240 1.920.000

Polybag 3.000 214 642.857 Plastik Pengikat 200 100 20.000

Athonik 240 96 23.040

Dhitane M-45 480 27 12.960 Gandasil D 120 36 4.267

Gandasil B 120 36 4.267

Total Biaya Bahan Baku 3.964.724 Biaya tenaga kerja langsung (orang) 6 35.000 9.030.000 Cangkul 2 60.000 1.905 Selang Air 1 400.000 342.857 Pisau Okulasi 2 75.000 11.905 Bak Semai 2 10.000 3.968 Total Biaya Penggunaan Alat Produksi 360.635 Hand Sprayer 2 560.000 100.800 Pompa Jet Pump 1 1.800.000 162.000 Biaya Penyusutan Mesin 262.800 Overhead Lainnya

Listrik 810.000 Telepon 810.000 Biaya Penyusutan Fasilitas 3.050.000

Total biaya overhead lainnya 4.670.000 Total biaya produksi bibit tanaman rambutan pada tahun 2010 18.288.159 Jumlah produk jadi (bibit) 2.000 bibit 2.000

Harga pokok produksi (Rp/bibit)

Total biaya/jumlah produk (bibit) Rp. 18.288.159 / 2.000

9.144

Harga jual bibit rambutan (Rp/bibit) dengan keuntungan 20% 10.973 Total biaya produksi bibit dengan penambahan unit sebanyak 2.000 36.576.317 Harga pokok produksi dengan penambahan jumlah unit produksi menjadi 4.000 bibit 9.144 Harga jual bibit rambutan dengan keuntungan 20% (Rp/bibit) 10.973

Page 103: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

85

Lampiran 5. Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan Pada Kebun Bibit Ragunan Jakarta Selatan dengan Metode Variable Costing Tahun 2010

Jenis Biaya Biaya Produksi Kuantitas Biaya

Satuan (Rp) Total Biaya

(Rp/Produksi)

Biaya Variable

Total Biaya Bahan Baku 917,73 3.964.724

Biaya tenaga kerja langsung (orang)

6 35.000 9.030.000

Total Biaya Variabel 12.994.724

Biaya Tetap

Total Biaya Penggunaan Alat Produksi

15 360.635

Biaya Penyusutan Mesin 7 262.800 Biaya penyusutan bangunan 3.050.000 Total biaya overhead lainnya 1.620.000

Total Biaya Tetap 5.293.435

Total biaya produksi bibit tanaman rambutan pada tahun 2010 18.288.159 Jumlah produk jadi (bibit) 2.000

Harga pokok produksi (Rp/bibit) Total biaya/jumlah produk (bibit) Rp. 18.288.159 / 2.000

9.144

Harga jual bibit rambutan (Rp/bibit) dengan keuntungan 20% 10.973

Total biaya produksi bibit dengan penambahan unit sebanyak 2.000 31.282.883 Harga pokok produksi dengan penambahan jumlah unit produksi menjadi 4.000 bibit 7.821

Harga jual bibit rambutan dengan keuntungan 20% (Rp/bibit) 9.385

Page 104: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

86

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara

Daftar pertanyaan penelitian yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Tanaman Rambutan (Nephelium lappaceum, L) pada Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan”.

Nama : Rifa Atul Maulidah NIM : 106092003018 Jurusan : Agribisnis Fakultas : Sains dan Teknologi

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?

2. Apa visi dan misi perusahaan?

3. Bagaimana letak geografis perusahaan?

4. Bagaimana struktur organisasi perusahaan?

B. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Kebun Bibit Ragunan, Jakarta Selatan?

NO Fasilitas Jumlah (unit)

Harga Pembelian (Rp)

Umur Fasilitas (Th)

1. Gudang peralatan

2. Bedengan

C. Berapa kebutuhan bahan baku yang digunakan Kebun Bibit Ragunan untuk memproduksi bibit tanaman rambutan?

NO Bahan-bahan Jumlah (unit)

Harga (Rp) Total (Rp)

1. Benih rambutan 2. Sekam kering 3. Pupuk kandang 4. Polybag 5. Pucuk entries 6. Athonik 7. Gandasil B 8. Gandasil D 9. Dhitane M-45 10. Plastik pengikat

Page 105: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

87

D. Peralatan apa saja yang digunakan dalam memproduksi bibit tanaman rambutan? No Alat-alat produksi Jumlah

(unit) Harga (Rp) Umur Alat

1. Cangkul 2. Sprayer 3. Pompa jet pump 4. Selang air 5. Pisau okulasi

E. Berapa upah tenaga kerja dalam 1 hari?

NO Tenaga Kerja Upah dalam 1 hari

(Rp) 1. 2.

F. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk operasional Kebun Bibit BBI Ragunan,

Jakarta Selatan selain bahan baku dan tenaga kerja selama 1 kali produksi? NO Jenis Overhead Biaya (Rp) 1. Listrik 2. Telepon

G. Berapa Jumlah produksi yang dihasilkan dalam 1 kali produksi?

NO Jumlah Produksi/bibit 1.

Page 106: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

88

Lampiran 7.Varietas Unggul Rambutan dan Karakteristiknya

No Gambar Nama Deskripsi

1 Rambutan Rapiah

berasal dari Pasar Minggu, Jakarta. Buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis (brix 20 - 22°) dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. Ukuran buah kecil dengan bobot buah 25

– 30 gr per buah.

2

Rambutan Aceh

Lebak/ Lebak Bulus

berasal dari Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta. pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam (brix 19 - 20°) banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan. Ukuran buah sedang dengan bobot buah 33 –

35 gr per buah.

3 Rambutan Aceh Pelat

berasal dari Pasar Minggu, Jakarta. Kulit berwarna hijau, merah, kuning tidak merata, berambut agak jarang dan terdapat garis pelat ditengah buahnya. Rasa buahnya manis (20 – 22o). Daging buah kenyal, kering dan ngelotok. Ukuran buah sedang dengan bobot 25 – 30

gr.

4 Rambutan Simacan

kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat perpohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis (brix 21 - 22°), sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan. Ukuran buah besar dengan bobot

buah 50 – 55 gr per buah.

5 Rambutan Binjai

merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia berasal dari daerah Binjai, Sumatera Utara. Kulit buah berwarna merah cerah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis (brik 21 – 22). Daging buahnya ngelotok, kenyal dan

kering. Ukuran buah sedang dengan bobot buah 40 – 45 gr per buah.

6 Rambutan Sinyonya

jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasa buah manis-asam (brix 20 - 21°), banyak berair,

lembek dan tidak ngelotok. Ukuran buah kecil dengan bobot 20 – 25 gr per buah.

7 Rambutan Sikoneng

berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Keunikannya kulit buah tetap berwarna kuning meskipun buah sudah masak dengan warna rambut buah hijau. Rasanya manis-segar (brix 17 - 19°). Daging buah kenyal, agak nglotok dan sedikit berair. Ukuran buah kecil dengan

bobot buah 18 – 20 gr per buah.

8 Rambuatn Gula Batu

Warna kulit buah merah menyala hingga merah tua dengan rambut buah panjang agak rapat. Rasa buah manis sekali (brix 21 - 23°) seperti rasa gula. Ukuran buah sedang

dengan bobot buah 28 – 35 gr per buah. Tanamannya berbuah sangat lebat.

9 Rambutan Garuda

berasal dari Sungai Andai Kalimantan Selatan. Kulit berwarna merah cerah hingga merah tua. Rambut buah panjang, rapat dengan rambut kekuningan. Rasa buah manis sekali (22 - 23°). Daging buah kenyal, kering tebal dan agak nglotok. Ukuran buah besar dengan bobot

buah 55 – 60 gr per buah.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/BuahRambutan (Sabtu, 3 Desember 2011:19.20)

Page 107: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

89

Lampiran 8. Deskripsi Rambutan Varietas Binjai

No. Kriteria Uraian Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9.

10.

11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Asal Tinggi tanaman Tajuk pohon Bentuk daun Warna daun Bentuk tanaman Bentuk batang Warna batang Percabangan Bentuk bunga Warna bunga Bentuk buah Warna rambut Warna buah Warna daging buah Sifat daging buah Rasa buah Jumlah buah/pohon/th Berat buah Bentuk biji Produksi/pohon Pemulia

Pasarminggu 6 m – 7m 6m – 8m Bulat panjang dengan ujung tumpul Hijau tua Seperti payung Gilig Kecoklatan Horizontal Bulat kecil dalam tandan, bertangkai pendek sekali Kekuningan Agak lonjong dengan rambut panjang, jarang, dan kasar Merah dengan ujung hijau Merah tua Putih Ngelotok, kulit biji melekat Manis, agak kering 1.200 – 2.000 buah 33,8g Bulat panjang, berat 2,6g 40kg – 68kg Hendro Sunarjono, M. Baga Kalie, dan A. Basuki

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:75)

Page 108: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

90

Lampiran 9. Deskripsi Rambutan Varietas Rapiah

No. Kriteria Uraian Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10.

11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Asal Tinggi tanaman Tajuk pohon Bentuk daun Warna daun Bentuk tanaman Bentuk batang Warna batang Percabangan Bentuk bunga Warna bunga Bentuk buah Warna rambut Warna buah Warna daging buah Sifat daging buah Rasa buah Jumlah buah/pohon/th Berat buah Bentuk biji Produksi/pohon Pemulia

Pasarminggu 6,5m – 7,5m 5m – 7m Built panjang dengan ujung tumpul Hujau tua Seperti payung Gilig Kecoklatan Horizontal Bulat kecil dalam tandan, bertangkai pendek sekali Kekuningan Bulat menyerupai pelat, dengan rambut sangat pendek, agak jarang, dan kasar Hujau dengan ujung kemerahan Hijau kekuningan Putih Ngelotok, kulit biji agak melekat Manis 1.0 – 1.500 buah 18,9g Bulat menyerupai pelat, berat 1 g 18kg – 30kg Hendro Sunarjono, M. Baga Kalie, dan A. Basuki

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:76)

Page 109: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

91

Lampiran 10. Deskripsi Rambutan Varietas Lebak Bulus

No. Kriteria Uraian Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Asal Tinggi tanaman Tajuk pohon Bentuk daun Warna daun Bentuk tanaman Bentuk batang Warna batang Percabangan Bentuk bunga Warna bunga Bentuk buah Warna rambut Warna buah Warna daging buah Sifat daging buah Rasa buah Jumlah buah/pohon/th Berat buah Bentuk biji Produksi/pohon Pemulia

Pasarminggu 5m – 10m 6m – 8m Bulat panjang dengan ujung runcing Hijau tua Seperti paying Gilig Kecoklatan Horizontal Bulat kecil dalam tandan, tangkai pendek Kekuningan Bulat dengan rambut pangjang, jarang, dan halus Merah dengan ujung kekuningan Merah Putih Ngelotok, kulit biji melekat Manis, berair 2000 – 4.000 buah 25,5g Lonjong, berat 2kg 50kg – 100kg Hendro Sunarjono, MBaga Kalie, dan A. Basuki

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:76)

Page 110: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

92

Lampiran 11. Deskripsi Rambutan Varietas Varietas Antalagi

No. Kriteria Uraian Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12.

13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Asal Tinggi tanaman Tajuk pohon Bentuk daun Warna daun Bentuk tanaman Bentuk batang Warna batang Percabangan Bentuk bunga Warna bunga Bentuk buah Warna rambut Warna buah Warna daging buah Sifat daging buah Rasa buah Jumlah buah/pohon/th Berat buah Bentuk biji Produksi/pohon Pemulia

Sungai andai, Kalimantan Selatan 7m – 9m 8m – 10m Bulat panjang dengan ujung runcing Hijau tua Seperti payung Gilig Kecoklatan Horizontal Kecil dalam tandan, bertangkai pendek Kekuningan Bulat panjang, agak pipih, dengan rambut agak pendek Hijau kekuningan dengan ujung merah Kuning kehijauan Putih Ngelotok, kulit biji melekat Manis, kering, agak harum 4.000 – 5.000 buah 42,0g Bulat panjang 160kg – 210 kg Rizlatun Maidah, Zuhairil Anwar, Setyo Prakoso, M. Al’Fatah, dan Hendro Sunarjono

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:77)

Page 111: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

93

Lampiran 12. Deskripsi Rambutan Varietas Sibongkok

No. Kriteria Uraian Deskripsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.

Asal Tinggi tanaman Tajuk pohon Bentuk daun Warna daun Bentuk tanaman Bentuk batang Warna batang Percabangan Bentuk bunga Warna bunga Bentuk buah Warna rambut Warna buah Warna daging buah Sifat daging buah Rasa buah Jumlah buah/pohon/th Berat buah Bentuk biji Produksi/pohon Pemulia

Sungai ulut, Kalimantan Selatan 6m – 8m 5m – 7m Bulat panjang dengan ujung meruncing Hijau tua Seperti payung Gilig Kecoklatan Horizontal Bulat kecil dalam tandan, tangkai pendek Kekuningan Lonjong dengan rambut agak halus Merah tua Merah tua kecoklatan Putih Ngelotok, kulit biji agak melekat Manis, agak kering 3.500 – 4.500 buah 50,67 g Bulat panjang, ujung agak bengkok 175 kg – 225 kg Setyo Prakoso, Rizlatun Maidah, Zuhairil Anwar, M. Al’Fatah, dan Surachmat Kusumo

Sumber: Rukmana dan Oesman (2002:78)

Page 112: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

94

Page 113: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

95

Page 114: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

96

Page 115: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

97

Page 116: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

98

Page 117: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

99

Page 118: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

100

Page 119: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

101

Page 120: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN … · SDI Darul Muttaqien 1995 s/d 2000 SMP Darul Muttaqien 2000 s/d 2003 MA Darunnajah 2003 s/d 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

102