program relokasi kegiatan masyarakat dari … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan...

34
PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur) DANU WILATMOKO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: vothu

Post on 15-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI

TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan

Pacet, Kabupaten Cianjur)

DANU WILATMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru
Page 3: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Program Relokasi

Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus

di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Danu Wilatmoko

NIM E14100142

Page 4: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

2

ABSTRAK

DANU WILATMOKO. Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa

Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HANDIAN

PURWAWANGSA.

Sarongge adalah sebuah kampung yang dahulu masyarakatnya dikenal

sebagai perambah kawasan hutan. Dewasa ini kampung Sarongge lebih dikenal

sebagai kampung wisata alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

peristiwa-peristiwa penting yang mengubah kampung ini menjadi lebih dikenal

sebagai kampung wisata alam. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

sejarah untuk mengetahui kejadian penting berdasarkan periode waktu terjadinya.

Kegiatan penting yang terjadi di Kampung Sarongge erat hubungannya dengan

keberadaan Green Radio sebagai pelaksana program relokasi dan pemberdayaan

masyarakat Kampung Sarongge. Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat

Kampung Sarongge dimulai sejak tahun 2009 dan pada akhir tahun 2013 tidak ada

lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. Kegiatan

relokasi dan pemberdayaan masyarakat memunculkan berbagai dampak baik

positif maupun negatif. Dampak positif yang dirasakan secara langsung dapat

menghambat masyarakat untuk kembali menggarap kawasan hutan blok

Sarongge. Dampak negatif yang berupa kecemburuan sosial dari blok Pasir

Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru untuk masyarakat

Sarongge.

Kata kunci: Sarongge, relokasi, pemberdayaan masyarakat

ABSTRACT

DANU WILATMOKO. Relocation of Community Action Program from the

National Park of Mount Gede Pangrango (Case Studies in Kampung Sarongge,

Ciputri Village, District Pacet, Cianjur Regency). Under academic supervision of

HANDIAN PURWAWANGSA.

Sarongge is a village formerly known as community forest encroachers.

Today the village is known as the hometown Sarongge nature. The purpose of this

study was to determine the important events that changed the villages became

better known as the hometown of natural attractions. This study uses historical

approach to determine the important events based on the time period. Important

activity that occurred in the village of Sarongge closely related to the existence of

Green Radio as executive relocation program and community empowerment

Sarongge village. Relocation and community empowerment activities Kampung

Sarongge began in 2009 and by the end of 2013 there is no longer any people who

cultivate the forest areas Sarongge block area. Relocation and community

development activities led to various impacts on both the positive and negative

impacts. The positive impact is felt directly to inhibit the community to return to

work on forest areas Sarongge block. The negative impacts in the form of social

Page 5: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

3

envy in the block Pasir Galudra and Pasir Malang can trigger new problems for

society Sarongge.

Keywords: Sarongge, relocation, society of empowerment

Page 6: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

4

Page 7: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

5

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI

TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

(Studi Kasus di Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan

Pacet, Kabupaten Cianjur)

DANU WILATMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 8: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

6

Page 9: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

7

Judul Skripsi : Program Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di Kampung Sarongge,

Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur)

Nama : Danu Wilatmoko

NIM : E14100142

Disetujui oleh

Handian Purwawangsa, SHut, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman MSc, FTrop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

8

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini ialah

relokasi masyarakat desa hutan, dengan judul Program Relokasi Kegiatan

Masyarakat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus di

Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Handian Purwawangsa SHut

MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

Bapak Tosca Santoso sebagai pemilik Green Radio, Bapak Syarif sebagai

Pembina Koperasi Sugih Makmur, pihak Resort Pengelola Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango dan semua masyarakat Kampung Sarongge yang telah

membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

Danu Wilatmoko

Page 11: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Jenis Penelitian 2

Teknik Pengumpulan Data 2

Metode Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5

Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat 6

Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango 7

Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional dan

Pemberdayaan Masyarakat 8

Analisis Dampak yang Muncul dari Kegiatan Relokasi dan

Pemberdayaan Masyarakat 16

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

RIWAYAT HIDUP 19

LAMPIRAN 20

Page 12: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

10

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil

dalam penelitian 3 2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputri 6 3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu 8 4 Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat 9 5 Pola pembagian dana adopsi pohon 10 6 Aktor yang telibat langsung dalam relokasi dan pemberdayaan

masyarakat 14 7 Masyarakat penggarap di wilayah Resort PTN Sarongge 14 8 Dampak yang terjadi setelah relokasi dan pemberdayaan masyarakat 16

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir analisis data 4 2 Denah akses ke lokasi penelitian 6 3 Lahan garapan masyarakat dan pondok dalam hutan 7 4 Peta pembagian petak program adopsi pohon blok Sarongge 10 5 Lokasi Radio Komunitas Edelweiss dan kegiatan siaran di Radio

Komunitas Edelweiss 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data informan beserta pendidikan terakhir dan peranannya 20 2 Data nama penggrapa Blok Sarongge dan tanggal keluar garapan Bulan

November 2013 21

Page 13: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni

2003 tentang Penunjukkan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman

Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada Kawasan

Hutan Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat seluas ±22831.027 ha, ditetapkan

sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) (Balai Besar Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango 2009). Perluasan kawasan TNGGP memicu

konflik mengenai pemanfaatan lahan. Konflik pemanfaatan lahan timbul akibat

sumberdaya hutan yang semula dapat diakses masyarakat menjadi tertutup.

Keberadaan TNGGP bertujuan merekonstruksikan ekologi yang sudah rusak

sehingga mampu dikembalikan menjadi hutan penyangga. Perubahan pengelolaan

kawasan ini berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang

sebelumnya dapat memanfaatkan sumberdaya hutan. Masyarakat tidak dapat lagi

memanfatkan lahan hutan untuk berladang, bertani, dan bermukim sesuai

peraturan perundangan taman nasional.

Sarongge Girang adalah salah satu kampung yang berbatasan langsung

dengan Gunung Gede Pangrango. Secara administratif Kampung Sarongge berada

di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

Kawasan Resort Sarongge di Desa Ciputri pada awalnya merupakan kawasan

Perum Perhutani. Ketika masih merupakan kawasan hutan produksi Perum

Perhutani, warga petani sekitar dapat memanfaatkan lahan hutan untuk budidaya

pertanian. Dewasa ini Sarongge lebih dikenal sebagai kampung wisata alam.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sejarah pengelolaan hutan yang

dilakukan oleh masyarakat di area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,

mengidentifikasi program relokasi lahan masyarakat dari kawasan Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango dan pemberdayaan masyarakat, serta

menganalisis kemungkinan masyarakat untuk kembali merambah ke dalam

kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

merencanakan relokasi masyarakat dari Taman Nasional dan bermanfaat untuk

pengembangan konsep akademis dalam program relokasi masyarakat dari

kawasan konservasi.

Page 14: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai November 2014 di

Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu alat tulis dan

laptop, kuisioner, panduan wawancara, kamera digital, dan data sekunder dari

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah

(Sugiono 2007). Penelitian ini berupaya untuk memahami dan memberi tafsiran

pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.

Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan

empiris seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, riwayat hidup,

wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual yang

menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan

individual dan kolektif (Denzin and Lincoln 2009 dalam Fajrin 2011).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer

didapatkan melalui teknik observasi yaitu data dikumpulkan dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan teknik wawancara

mendalam (in-dept interview) untuk mendapatkan sebuah deskripsi penelitian

yang bertemu secara langsung dengan narasumber, dengan atau tanpa

menggunakan panduan. Data para informan dapat dilihat dalam Lampiran 1. Data

sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait seperti Pemerintah Desa dan

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkait konfirmasi program yang

diteliti. Data sekunder ini berupa laporan kegiatan, catatan, foto, atau artikel.

Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan hasil yang

diharapkan dari penelitian ini tersaji dalam Tabel 1.

Page 15: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

3

Tabel 1 Kebutuhan data, metode pengumpulan data, pengolahan data dan

hasil dalam penelitian

No Tujuan Kebutuhan

Data

Variabel

yang diteliti

Cara

Pengumpulan

data

Olah

data Hasil

1 Identifikasi

sejarah

penggarapan

lahan oleh

masyarakat

di dalam

kawasan

Taman

Nasional

Gambaran

umum lokasi

penelitian

Sejarah

penggarapan

lahan

masyarakat di

dalam

kawasan

Taman

Nasional

Kondisi

umum

masyarakat

dan

lingkungan-

nya

Proses

masyarakat

memasuki

kawasan

Taman

Nasional

Studi

dokumen,

wawancara

mendalam

(daftar

pertanyaan)

Pende-

katan

sejarah

naratif

(Des-

kriptif

naratif)

Sejarah

peng-

garapan

lahan

Taman

Nasional

oleh

masaya-

rakat

2 Identifikasi

program

relokasi

masyarakat

dari kawasan

TNGGP dan

pemberdayaa

n masyarakat

Program

relokasi

masyarakat

dari kawasan

Taman

Nasional

Program

pemberdaya-

an masyarakat

Tujuan

program

relokasi

masyarakat

dari

TNGGP dan

program

pemberda-

yaan

masayarakat

Aktor dalam

program

relokasi dan

pemberda-

yaan

masyarakat

Studi

dokumen,

wawancara

mendalam

(daftar

pertanyaan)

Pen-

jelasan

des-

kriptif

Program

Relokasi

Masyara-

kat dari

TNGGP

dan

program

pember-

dayaan

masyarakat

3 Analisis dari

dampak

yang

ditimbulkan

dari program

relokasi dan

pemberdaya-

an

masyarakat

Perubahan yang

dirasakan

masyarakat

dengan adanya

program

relokasi dan

pemberdayaan

masyarakat

Dampak

positif dan

negative

dari

program

relokasi dan

pemberda-

yaan

masyarakat

Studi

dokumen,

wawancara

mendalam

(daftar

pertanyaan)

Penje-

lasan

des-

kriptif

Kemung-

kinan

masyarakat

untuk

kembali

merambah

ke dalam

kawasan

hutan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah (historical approach),

bertujuan untuk melacak kronologis kejadian penting yang dialami oleh

masyarakat berdasar urutan waktu kejadian. Proses analisis difokuskan pada tahun

1990 sampai 2014. Pendekatan sejarah lisan (oral history) dijadikan sebagai salah

satu pilihan penting dalam upaya pengumpulan data karena keterbatasan sumber-

sumber tulisan. Peneliti mendapatkan data dengan mengikuti kehidupan sosial

narasumber selama empat minggu yang diawali dengan bertemu salah satu

informan yang sudah dikenal sebelumnya. Informan pertama merupakan salah

Page 16: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

4

Peneliti

Masyarakat Kampung

Sarongge

TNGGP dan Green Radio Pemerintah Desa Ciputri

Observasi, study dokumen dan

wawancara mendalam

Pendekatan sejarah

naratif

Penjelasan

deskriptif

Penjelasan hasil dari

kegiatan

Sejarah penggarapan

lahan

Kegiatan relokasi lahan

dan pemberdayaan

masyarakat

Dampak dari hasil

kegiatan

Analisis

Kesimpulan dan kemungkinan masyarakat untuk

kembali menggarap kawasan hutan

satu penggagas program relokasi masyarakat Kampung Sarongge dari Kawasan

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kemudian narasumber selanjutnya

ditentukan melalui metode snowball, narasumber pertama menentukan

narasumber selanjutnya. Informasi yang didapat peneliti merupakan informasi

yang dikemukakan langsung oleh para informan melalui forum diskusi kecil.

Setiap informan menerima kedatangan peneliti dengan terbuka, karena

sebelumnya peneliti sudah mendapat izin dari pihak Taman Nasional dan Green

Radio yang merupakan salah satu penggagas program relokasi tersebut.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama, data

dikumpulkan dengan cara observasi langsung, interview, dan mengumpulkan data

dari perpustakaan, arsip, ataupun berita pers. Kedua, melakukan penilaian dan

pengamatan terhadap data primer dan sekunder yang selanjutnya disesuaikan

dengan keadaan lapangan. Ketiga, melakukan interpretasi data untuk dikaji

berdasar kerangka dasar teori. Keempat, pencapaian kesimpulan dari penelitian

(Surakhmad 1994). Bagan alir analisis data disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir analisis data

Page 17: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

5

Pada teknik selanjutnya, pendekatan sejarah (historical approach) dilakukan

dalam penyusunan data dengan tujuan untuk melacak kronologis kejadian penting

yang dialami oleh masyarakat berdasarkan urutan tahun kejadian yang disajikan

berdasar periode waktu (Kartodirdjo 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Luas

Desa Ciputri adalah salah satu desa di Kecamatan Pacet yang mempunyai

luas wilayah 636 ha. Jumlah penduduk Desa Ciputri sebanyak 11 116 jiwa terdiri

dari 5633 laki-laki dan 5483 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga

sebanyak 2888 KK. Jumlah Keluarga Miskin (Gakin) sebesar 823 KK dengan

persentase 20.5% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Ciputri. Desa Ciputri

terdiri dari 4 Dusun, 9 RW dan 35 RT.

Batas wilayah Desa Ciputri secara administratif dapat dirinci sebagai

berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciherang Kecamatan Pacet.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cibeureum Kecamatan Cugenang.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Galudra Kecamatan Cugenang.

Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Ciputri Kecamatan Pacet

secara umum berupa darat dan sawah yang berada pada ketinggian antara 700

1100 m diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata berkisar antara 20 23 °C.

Aksesibilitas

Desa Ciputri terletak di Kecamatan Pacet. Jarak tempuh dari ibukota

kecamatan ±6 km dengan waktu tempuh ±25 menit dan dari ibukota kabupaten

±15 km dengan waktu tempuh ±40 menit. Apabila dari Kota Bogor, desa ini

berjarak ± 60 km dengan waktu tempuh ±2.5 jam melalui Jalan Raya Puncak.

Kampung Sarongge sendiri adalah salah satu kampung di Desa Ciputri yang

lokasinya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Kondisi jalan menuju Kampung Sarongge pada saat ini relatif bagus setelah

adanya kunjungan beberapa pejabat pemerintah pusat ke kampung ini. Lokasi dan

akses jalan untuk menuju Desa Ciputri ini tersaji Gambar 2.

Page 18: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

6

Sumber : Profil Ekowisata Sarongge 2013

Gambar 2 Denah akses ke lokasi penelitian

Kondisi Umum Mata Pencaharian Masyarakat

Masyarakat Desa Ciputri pada umumnya bermata pencaharian sebagai

petani dan buruh seperti yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Mata pencaharian masyarakat Desa Ciputr

Pekerjaan Jumlah Presentase %

Petani 1418 50.9

Buruh 638 22.9

Pedagang 172 6.2

PNS 35 1.3

TNI/POLRI 2 0.1

Karyawan swasta 452 16.2

Wirauasaha lainnya 67 2.4

Jumlah 2784 100 Sumber : Profil Desa Ciputri 2013

Masyarakat Kampung Sarongge sendiri pada umumnya bermata

pencaharian sebagai petani sayuran dan buruh di beberapa perusahaan. Hal ini

sangat didukung dengan wilayahnya yang berbatasan langsung dengan kawasan

hutan dan terdapat beberapa perusahaan yang berdiri di Kampung Sarongge.

Perusahaan yang ada di sekitar Kampung Sarongge ini antara lain perkebunan teh,

strawbery dan perkebunan bunga.

Page 19: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

7

Sejarah Penggarapan Lahan di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. SK 174/Kpts-II/2003

tanggal 10 juni 2003 telah ditetapkan perubahan fungsi kawasan hutan Cagar

Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada

kelompok hutan Gunung Gede Pangrango seluas ±22 831.027 ha terletak di

Provinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Perubahan kawasan dari Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)

berubah alih fungsi menjadi hutan konservasi TNGGP. Ruang kawasan

konservasi dalam pengelolaannya terpraktikkan dalam kebijakan pembatasan

akses, hak dan ruang hidup dalam perubahan rezim pengelolaan TNGGP tersebut.

Kawasan TNGGP berbatasan secara langsung dengan kawasan Perum

Perhutani. Pada tahun 2003 berdasarkan SK Menhut No 174, TNGGP mengalami

perluasaan ±7655 ha yang berasal dari areal Perum Perhutani. Areal Perluasan

eks-Perum Perhutani tersebut merupakan lingkar terluar sepanjang kawasan

TNGGP sehingga saat ini menjadi batas baru bagi kawasan TNGGP. Hasil

perluasan TNGGP tersebut, wilayah Resort PTN Sarongge mengalami perluasan

wilayah yang beberapa lokasi di dalamnya telah terdapat masyarakat yang

menggarap lahan tersebut.

(3a) (3b)

Gambar 3 (3a) lahan garapan masyarakat (3b) pondok dalam hutan

Penggarapan lahan blok Sarongge oleh masyarakat dimulai sejak tahun

1990-an ketika statusnya masih dibawah pengelolaan Perum Perhutani.

Masyarakat pada umumnya menggarap lahan dengan cara membuka hutan secara

langsung ataupun membeli kepada pihak sebelumnya yang sudah terlebih dahulu

membuka lahan. Luas lahan yang digarap sebesar 38 ha oleh 155 masyarakat.

Setiap masyarakat menggarap antara 1 14 petak, yang mana setiap petaknya

mempunyai luasan 400 m2. Peristiwa penting yang terjadi di Kampung Sarongge

berdasarkan periode waktu terjadinya tersaji dalam Tabel 3.

Page 20: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

8

Tabel 3 Peristiwa yang terjadi di Kampung Sarongge berdasar periode waktu

Waktu Peristiwa

<1990 Wilayah Hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani.

1990 Lokasi ini kurang mendapat perhatian dari Perum Perhutani

Masyarakat mulai masuk menggarap lahan dengan sistem tumpang sari

2003 Pengalihan pengelolaan wilayah dari Perum Perhutani ke TNGGP

2003-2008 Masyarakat tetap bertahan menggarap lahan TNGGP seluas 38 ha

2009 Green Radio mulai masuk dalam membantu relokasi masyarakat

Terbentuk program adopsi pohon.

Membentuk Radio komunitas

Pembentukan kelompok ternak kambing dan kelinci

2012 Masyarakat sebanyak 45 penggarap keluar secara sukarela.

Adanya kunjungan Menteri Kehutanan

Pembentukan petugas pengamanan lapang

Pembentukan Koperasi Sugih Makmur

2013 Pembentukan petugas pengamanan lapang

Adanya kunjungan presiden Republik Indonesia

Semua masyarakat penggarap keluar dari lokasi garapan yang ada di

TNGGP

Festival Sarongge I

2014 Festival Sarongge II

Berakhirnya kontrak Green Radio dengan TNGGP

Adanya adopsi pohon lanjutan di lahan desa

Masyarakat penggarap lahan di blok Sarongge mulai meninggalkan lahan

garapannya setelah terbentuk kerjasama antara TNGGP dengan Green Radio pada

tahun 2009. Tahun 2009 hingga 2012 sebanyak 45 masyarakat penggarap yang

keluar dari lahan garapannya setelah kegiatan yang dilakukan oleh Green Radio.

Pada bulan November 2013 sebanyak 110 masyarakat penggarap blok Sarongge

meninggalkan lokasi garapannya setelah kedatangan Menteri Kehutanan pada

tahun 2012.

Relokasi Kegiatan Masyarakat dari Taman Nasional dan Pemberdayaan

Masyarakat

Pengalihan fungsi hutan produksi menjadi hutan konservasi meninggalkan

permasalahan bagi masyarakat yang masih menggarap lahan di dalamnya.

Berdasarkan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Hutan Konservasi adalah

kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok

pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999). Perubahan pengelolaan kawasan

berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang sebelumnya dapat

memanfaatkan sumberdaya hutan. Masyarakat tidak dapat lagi memanfatkan

lahan hutan untuk berladang, bertani, dan bermukim sesuai pada peraturan

perundangan taman nasional. Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat

tersaji dalam Tabel 4.

Page 21: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

9

Tabel 4 Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat

Kegiatan Tujuan

Adopsi pohon Merelokasi masyarakat dari dalam kawasan TNGGP

Menghijaukan kembali hutan yang telah gundul

Pemberian

dana

kompensasi

Membayar lahan yang digarap masyarakat

Memenuhi kebutuhan masyarakat sementara setelah tidak menggarap lahan di

Taman Nasional

Pemberian

hewan ternak Mengalihkan mata pencaharian masyarakat yang sebelumnya bertani menjadi

berternak

Menambah kesejahteraan masyarakat

Radio

komunitas Sarana belajar dan penyaluran hobi masyarakat untuk lebih terampil berbicara

Sarana penyampaian tentang pentingnya konservasi

Koperasi Sugih

Makmur Sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat sehari-hari Kampung Sarongge

Melatih masyarakat untuk berorganisasi

Pengembangan

sayuran

organik

Menuju pertanian yang ramah lingkungan

Sarana kegiatan pemuda Kampung Sarongge

Menambah penghasilan pemuda Kampung Sarongge

Festifal

Sarongge Memunculkan kembali seni dan budaya masyarakat Desa Ciputri

Mempromosikan Kampung Sarongge sebagai kampung wisata

Adopsi pohon

lanjutan Memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari setelah tidak mempunyai lahan

garapan di area Taman Nasional

Ditinjau dari tujuan kegiatan yang dilaksanakan di Kampung Sarongge

dapat dibedakan menjadi dua macam kegiatan, yaitu program relokasi masyarakat

dari TNGGP dan program pemberdayaan masyarakat Kampung Sarongge.

Program relokasi masyarakat dari TNGGP yaitu kegiatan yang bertujuan

menghentikan aktivitas pertanian masyarakat di dalam kawasan TNGGP. Program

pemberdayaan masyarakat yaitu kegiatan yang bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mencegah masyarakat untuk kembali menggarap

lahan di dalam kawasan TNGGP.

Adopsi Pohon

Adopsi pohon adalah sebuah konsep pemberian insentif dari masyarakat

perkotaan (daerah hilir) kepada masyarakat sekitar desa hulu melalui bentuk

penanaman pohon. Dalam program ini masyarakat/perusahaan pemberi dana yang

kemudian disebut sebagai adopter akan mendapatkan jatah pohon yang akan

ditanam dan dikelola oleh masyarakat desa sekitar hutan. Nantinya adopter juga

dapat melihat langsung pohon dari sumbangannya, karena setiap pohon telah di

tandai dengan titik koordinat dan diberi nama pada masing-masing pohon sesuai

dengan nama adopternya. Jenis pohon yang ditanam adalah pohon endemik lokal

daerah tersebut seperti puspa, jamuju, rasamala, suren, manglid, kihujan, dan

saninten. Pembagian petak adopsi pohon ini tersaji pada Gambar 4.

Page 22: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

10

Gambar 4 Peta pembagian petak program adopsi pohon blok Sarongge

Pada tahun 2012 terdapat 110 masyarakat yang masih bertahan menjadi

penggarap lahan di blok Sarongge Girang. Setiap kepala keluarga menggarap

lahan 1 14 patok, yang setiap patoknya mempunyai luas 400 m2. Daftar nama

penggarap tersaji dalam Lampiran 2 dan lokasi garapan dari masing-masing

penggarap seperti pada Gambar 4.

Adopter dikenakan biaya/sumbangan sebesar Rp 108 000 untuk menanam

satu pohon yang nantinya pohon tersebut akan dirawat oleh masyarakat selama 3

tahun. Pola pembagian dana tersebut tersaji dalam bentuk Tabel 5.

Tabel 5 Pola pembagian dana adopsi pohon

Kegiatan Besaran dana (Rp) Presentase Dana (%)

Penanaman 32 400 30

Pemberdayaan masyarakat 59 400 55

Menejemen dan promosi 16 200 15

Dana penanaman digunakan untuk membeli bibit dan memberi upah kepada

petani yang menanam pohon. Penanaman pohon dilakukan disela-sela tanaman

sayur milik petani yang berada di dalam kawasan TNGGP. Semakin tinggi pohon

maka akan semakin besar naungan yang ada, sehingga memaksa petani mulai

keluar dari kawasan Taman Nasional dengan sendirinya. Dari program ini

diharapkan petani akan antusias untuk menanam pohon, dikarenakan adanya

hadiah atau penghargaan kepada petani yang telah mencapai targetan tertentu.

Hadiah yang diberikan kepada petani ini diambil dari bagian dana pemberdayaan

masyarakat.

Page 23: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

11

Pemberian Dana Kompensasi

Menteri Kehutanan dalam kunjungannya ke Kampung Sarongge

memberikan beberapa instruksi kepada pengelola TNGGP untuk segera

menyelesaikan relokasi masyarakat Sarongge dari area Taman Nasional. Salah

satu bentuk instruksi yang disampaikan ini adalah untuk memberikan dana

kompensasi ke 110 penggarap lahan. Dana kompensasi yang diberikan dari

pemerintah ini sebesar Rp 650 000. Selain itu terdapat juga dana kompensasi yang

diperoleh dari Kebun Bibit Rakyat BPDAS Citarum-Cisadane. Masing-masing

dana kompensasi ini diberikan setiap bulannya selama 8 bulan.

Pemberian Hewan Ternak

Pemberian hewan ternak merupakan salah satu permintaan masyarakat yang

mencoba beralih dari bertani menjadi beternak. Hewan ternak yang diminati

masyarakat adalah kambing dan kelinci. Berdasarkan data awal diketahui terdapat

91 masyarakat penerima bantuan kambing dan 29 masyarakat penerima bantuan

kelinci. Jumlah hewan ternak kambing yang dibagikan ke masyarakat sebanyak

1187 ekor, sedangkan jumlah hewan ternak kelinci yang dibagikan sebanyak 2000

ekor. Hewan ternak ini diperoleh dari kegiatan adopsi pohon, bantuan presiden

dan bantuan-bantuan lain dari donatur.

Pemberdayaan Masyarakat Kampung Sarongge

Pemberdayaan masyarakat Kampung Sarongge ini masih dikelola secara

langsung oleh Green Radio. Dana untuk pemberdayaan ini diperoleh dari hasil

adopsi pohon, pemerintah, TNGGP, dan donator lainnya. Kegiatan pemberdayaan

masyarakat Kampung Sarongge ditampung dari keinginan dan kemauan

masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhannya.

Radio Komunitas Edelweis

Radio Komunitas Edelweiss adalah sebuah radio komunitas yang dibangun

di Kampung Sarongge pada tanggal 24 Agustus 2009 dan diresmikan pada 24

Oktober 2009. Pembentukan radio komunitas ini adalah salah satu permintaan dari

masyarakat yang mengaku kurangnya sarana hiburan saat itu. Radio komunitas ini

juga berfungsi untuk menyampaikan pesan-pesan tentang konservasi kepada para

pendengarnya. Selain itu radio ini juga digunakan sebagai sarana belajar berbicara

untuk pemuda-pemuda Kampung Sarongge.

(5a) (5b)

Gambar 5 (5a) lokasi Radio Komunitas Edelweiss, (5b) kegiatan siaran di Radio

Komunitas Edelweiss

Page 24: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

12

Kantor radio komunitas ini adalah Resort PTN Sarongge yang sudah tidak

terpakai. Mayarakat Sarongge secara sukarela mengelola sepenuhnya radio ini.

Kebutuhan listriknya ditanggung pihak Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

dan sarana untuk siarannya dibantu dari Green Radio.

Koperasi Sugih Makmur

Koperasi Sugih Makmur adalah sebuah badan koperasi yang berada di

Kampung Sarongge Girang, RT 001, RW 09. Awal mula berdirinya koperasi ini

karena adanya kebingungan sekelompok masyarakat peternak kelinci dalam

memasarkan hewan ternaknya. Menurut beberapa orang pengurus inti dan pendiri

awalnya, koperasi ini berdiri sejak tahun 2010. Pengurus koperasi yang secara

umum hanya mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Dasar ini mengaku

kesulitan untuk mendapatkan badan hukum yang resmi. Dengan adanya

kunjungan beberapa pejabat pemerintahan, pada 4 Desember 2012 koperasi ini

baru mendapatkan badan hukum yang resmi Nomor 1378/BH-DK/XIII.7/BID.

KOP/2012. Selain mendapatkan kepastian badan hukum, koperasi ini juga

mendapatkan banyak bantuan dari kementerian koperasi setelah adanya

kunjungan presiden ke Kampung Sarongge.

Anggota Koperasi Sugih Makmur berjumlah 162 orang yang berasal dari

Kampung Sarongge. Masyarakat yang menjadi anggota koperasi ini adalah

masyarakat yang dahulunya ikut menggarap lahan di taman asional dan sebagian

adalah masyarakat sekitar. Pengurus inti koperasi ini dari awal kepengurusan

hingga bulan Desember 2014 mayoritas adalah masyarakat penggarap lahan yang

secara sukarela mengelola koperasi. Seluruh kegiatan dalam koperasi dikelola

langsung oleh masyarakat Kampung Sarongge. Usaha yang berada dibawah

naungan koperasi ini adalah ternak kambing dan kelinci, industri rumah tangga,

UKM Mart, dan ekowisata.

Usaha ternak kambing dan kelinci ini adalah sebuah bentuk pengalihan dari

masyarakat yang sebelumnya bertani di kawasan Taman Nasional menjadi

peternak. Hewan ternak diperoleh dari bantuan. Dalam usaha ternak ini koperasi

berfungsi sebagai penyalur untuk penjualan hewan ternak kepada pengepul. Saat

ini usaha ternak kambing sudah mulai vakum dan usaha ternak kelinci masih terus

berjalan.

Industri Rumah Tangga di Kampung Sarongge ini dikelola oleh kelompok

ibu-ibu Kampung Sarongge. Kelompok ibu-ibu ini membuat kerajinan sabun sirih

wangi, kerajinan tangan dari bahan bekas dan makanan ringan dari sayur–sayuran

atau buah-buahan yang banyak didapatkan di kampung ini. Hasil kerajinan rumah

tangga ini dipasarkan di Saung Sarongge yang konsumennya adalah wisatawan

yang berkunjung ke Kampung Sarongge. Selain itu hasil kerajinan ini juga

dipasarkan di Cave Sarongge yang dibangun oleh Green Radio di Jakarta.

UKM Mart adalah sebuah tempat yang menyediakan barang-barang

kebutuhan masyarakat. UKM Mart ini dikelola oleh pengurus koperasi Sugih

Makmur secara sukarela. UKM Mart biasanya buka setiap hari pukul 14.00

sampai 21.00 WIB atau disesuaikan dengan kegiatan pengurus yang berjaga.

Petugas yang berjaga di UKM Mart ini bekerja secara sukarela dan mendapatkan

upah sebesar Rp 50 000 setiap bulannya. UKM ini bisa juga disebut sebagai toko

kecil yang dikelola oleh Koperasi Sugih Makmur. Barang-barang yang ditawarkan

disini secara umum harganya lebih murah dibandingkan toko semacamnya di

Page 25: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

13

Kampung Sarongge. Murahnya barang yang ditawarkan disini dikarenakan

pengelolaannya dibawah koperasi yang nantinya keuntungannya untuk anggota

koperasi.

Keunikan dan keasrian Kampung Sarongge menjadikan potensi ekowisata

untuk masyarakat umum. Ekowisata Sarongge sepenuhnya dikelola oleh

masyarakat Sarongge yang berada dibawah naungan Koperasi Sugih Makmur.

Selain Ekowisata, Kampung Sarongge juga menawarkan sebuah Camping Ground

yang dibangun disamping Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Untuk

menunjang ekowisata ini, dibangun sebuah saung yang bernama Saung Sarongge.

Di dalam Saung Sarongge ini terdapat berbagai kegiatan ibu-ibu mengolah

kerajinan rumah tangga, pemuda-pemudi berkebun sayuran organik dan terdapat

beberapa kamar yang disewakan untuk wisatawan yang datang. Selain menginap

di Saung Sarongge, wisatawan juga bisa menginap di rumah-rumah masyarakat.

Budidaya Sayuran Organik

Setelah melalui proses PRA (Partisipatory Rural Appraisal) dan Pelatihan

Pertanian Organik, sebanyak 15 orang pemuda dan pemudi Sarongge kini

tergabung dalam Organisasi Pemuda Putra Giri Kencana. Organisasi ini mencoba

untuk mengembangkan berbagai jenis sayur organik seperti wortel, kol, pakcoy,

daun bawang, tomat, dan lain-lain. Lokasi kebun sayuran organik Kampung

Sarongngge dan kegiatan pengepakan sayuran organik tersaji dalam Gambar 6

(6a) (6b)

Gambar 6 (6a) Lokasi kebun budidaya sayuran organik, (6b) kegiatan pengepakan

sayuran organik

Festival Sarongge

Festival Sarongge adalah sebuah acara seni budaya yang bertujuan untuk

mengenalkan Kampung Sarongge sebagai kampung wisata. Dalam acara ini

ditampilkan berbagai kebudayaan lokal masyarakat Sarongge. Selain itu disini

diadakan tradisi masyarakat Sarongge berupa “Ngaruat Cai”. “Ngaruat Cai”

adalah sebuah tradisi masyarakat untuk menjaga air. Sampai saat ini Festival

Sarongge sudah berlangsung dua kali yaitu pada bulan Juni 2013 dan bulan

September 2014. Dalam Festival Sarongge yang pertama dihadiri dan dibuka

langsung oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan.

Rencana Adopsi Pohon Lanjutan

Berdasarkan data bulan November 2013 telah ditanam sebanyak 24 337

pohon selama tahun 2009 hingga tahun 2013. Jumlah itu terdiri dari 19 227 pohon

Page 26: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

14

adopsi lama, 3000 pohon adopsi baru, dan 2150 pohon penyulaman. Pada bulan

ini juga sudah tidak ada petani penggarap di dalam kawasan taman nasional

dengan disepakatinya perjanjian antara taman nasional dengan petani penggarap.

Pada bulan November 2014 kontrak perjanjian Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango dengan Green Radio telah berakhir. Green Radio menganggap

masyarakat Sarongge masih perlu didampingi karena dari beberapa hewan ternak

yang diberikan banyak yang gagal dan terdapat beberapa masyarakat yang

menjadi pengangguran. Dengan melihat kondisi itu Green Radio mencoba

melanjutkan program adopsi pohon yang akan dilaksanakan di lahan-lahan desa

yang terlantar. Program Adopsi Pohon yang diberikan akan menampung petani-

petani yang dahulunya menggarap lahan di taman nasional.

Aktor Relokasi Masyarakat Dari Kawasan TNGGP

Aktor yang terlibat langsung dalam kegiatan relokasi dan pemberdayaan

masyarakat di Kampung Sarongge ini terdiri dari Resort Pengelola Taman

Nasional (RPTN) Sarongge, Green Radio, dan Petugas Pengaman Lapang. Setiap

aktor dalam kegiatan ini mempunyai peran dan tugas masing-masing seperti yang

tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Aktor yang telibat langsung dalam relokasi dan pemberdayaan

masyarakat

Aktor Peran

Resort PTN Sarongge Sebagai pengelola area yang menjadi lahan garapan masyarakat

Mengawasi kegiatan yang dilakukan dalam area Taman Nasional

Mengawasi kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar Taman

Nasional

Memberi arahan langsung ke petugas pengaman lapang

Green Radio Pelaksana utama adopsi pohon

Pelaksana dan pembimbing untuk pemberdayaan masyarakat

Petugas Pengaman

Lapang Melakukan pendekatan ke masyarakat penggarap

Membantu polisi hutan dalam mengamankan Area Taman

Nasional

Memberikan pengetahuan konservasi kepada masyarakat

Menjalankan instruksi dari TNGGP

Resort PTN Sarongge

Resort Sarongge TNGGP yang memiliki luas wilayah 534 ha termasuk

perluasan kawasan berdasarkan SK Menhut No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni

2003. Resort Sarongge terbagi dari tiga lokasi, yaitu Pasir Sarongge, Pasir

Malang, dan Pasir Galudra. Perluasan kawasan TNGGP meninggalkan beberapa

masyarakat yang masih menggarap lahan di dalam kawasan TNGGP, seperti yang

tersaji dalam Tabel 7.

Tabel 7 Masyarakat penggarap di wilayah Resort PTN Sarongge

Lokasi Luas (ha) Jumlah Penggarap (KK)

Ps.Sarongge 38 155

Ps.Malang 28 43

Ps.Galudra 159 116

Page 27: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

15

Lokasi Pasir Sarongge atau yang disebut juga Blok Sarongge Girang

merupakan fokus utama dari pihak pengelola TNGGP untuk merelokasi

masyarakat yang masih ada di dalamnya. Pada tahun 2008 terdapat 155 Kepala

Keluarga (KK) yang ikut menggarap di wilayah blok Sarongge dengan luasan 38

ha.

Green Radio

Green Radio merupakan salah satu media massa yang bergerak dibidang

lingkungan. Green Radio merasa tergerak untuk membantu penghijauan di daerah

hulu agar banjir di DKI Jakarta bisa berkurang dengan bantuan dan dorongan dari

para pendengarnya. Green Radio mencoba masuk dan membantu permasalahan

yang di hadapi masyarakat Kampung Sarongge sesuai dengan Perjanjian

kerjasama BBTNGGP dan GR No.1378/11-TU/2/2009-No.010/Mou/Green Radio/

08/2009 tanggal 2 September 2009 tentang Kerjasama Program Pemberdayaan

Masyarakat, Adopsi Pohon dan Ekowisata di Resort Sarongge dan sekitarnya.

Dalam pelaksanaan kegiatan adopsi pohon ini awal mulanya pihak Green

Radio melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan pola pendekatan

komunitas, yaitu pendekatan yang mencoba memahami sebuah komunitas dengan

cara langsung ke seluruh komunitas, sehingga didapatkan permasalahan

sebenarnya tentang kondisi sebuah wilayah (Baehaqie et al. 2004). Tim dari

Green Radio ini ikut tinggal di Kampung Sarongge selama enam bulan. Green

Radio rutin mengadakan diskusi dengan masyarakat setiap seminggu sekali dari

tahun 2009 hingga tahun 2012.

Petugas Pengaman Lapang

Petugas Pengaman Lapang adalah sebuah tim yang dibentuk berdasarkan

instruksi bapak Menteri pada kunjungan ke Kampung Sarongge. Anggota tim ini

adalah masyarakat lokal yang mau bekerja sama dengan pihak pengelola TNGGP.

Masyarakat yang tergabung disini adalah masyarakat yang dianggap mempunyai

pengaruh kepada petani penggarap di wilayah blok Sarongge. Petugas

mendapatkan honor langsung dari pihak pengelola TNGGP sebesar Rp 1 000 000

setiap orangnya setiap bulan selama masa kontrak.

Petugas Pengaman Lapang bekerja sama dengan Green Radio dalam

pekerjaannya. Anggota tim ini adalah sebagian masyarakat yang sebelumnya

sudah menjadi mitra Green Radio untuk merelokasi petani penggarap dari

kawasan TNGGP. Tim ini terdiri dari 7 orang yang masing-masing orang menjadi

ketua kelompok dari 13 21 petani berdasarkan petak garapannya.

Analisis Dampak yang Muncul dari kegiatan Relokasi dan

Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan relokasi dan pemberdayaan masyarakat di Kampung Sarongge

menimbulkan beberapa dampak, baik dampak yang positif maupun dampak

negatif seperti pada Tabel 8.

Page 28: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

16

Tabel 8 Dampak yang terjadi setelah relokasi dan pemberdayaan masyarakat

Kegiatan Dampak Positif Dampak Negatif

Adopsi pohon Area hutan yang gundul menjadi

tertutup naungan kembali

Berkurangnya banjir (limpasan)

yang terjadi saat hujan

Kurang transparansinya dana

Pemberian dana

kompensasi

Masyarakat Penggarap Blok

Sarongge meninggalkan semua

lahan garapan dari TNGGP

Masyarakat bergantung pada

bantuan dari pihak lain

Terjadi kecemburuan sosial dari

masyarakat penggarap blok Pasir

Galudra dan blok Pasir Malang

Pemberian

hewan ternak Ada pengalihan mata pencaharian

dari bertani menjadi berternak

Masyarakat mendapat penghasilan

tambahan

Masyarakat bergantung pada

bantuan dari pihak lain

Terjadi kecemburuan sosial dari

masyarakat penggarap blok Pasir

Galudra dan blok Pasir Malang

Radio komunitas Ada penyaluran hobi masyarakat

Sarongge

Beberapa Masyarakat Sarongge

menjadi terampil dalam berbicara

di depan umum

Adanya hiburan untuk

masyarakat

Masyarakat lebih sadar akan

pentingnya konservasi

Kurang adanya insentif/honor untuk

pengelola

Koperasi Sugih

Makmur Kemudahan mendapatkan barang

kebutuhan pokok untuk

masyarakat kampung Sarongge

Ada penghasilan tambahan untuk

masyarakat Sarongge

Melatih keterampilan masyarakat

untuk berorganisasi

Terbantunya masyarakat untuk

memasarkan hasil ternak dan

kerajinan rumah tangganya

Terjadi kecemburuan sosial dari

masyarakat penggarap blok Pasir

Galudra dan blok Pasir Malang

Terjadi kecemburuan sosial dari

masyarakat penggarap blok Pasir

Galudra dan blok Pasir Malang

Pengembangan

sayuran organik Menambah keterampilan

masyarakat Kampung Sarongge

untuk bertani pertanian organik

Berkembangnya pertanian yang

ramah lingkungan

Minimnya lahan

Masyarakat masih bergantung pada

Green Radio untuk pemasarannya

Festifal

Sarongge Terbantunya masyarakat untuk

mengenalkan Sarongge sebagai

Kampung Wisata

Berkembangnya budaya dan

kesenian masyarakat

Masyarakat tergantung dengan

Green Radio untuk publikasi

Terpeliharanya kearifan lokal

masyarakat

Pembentukan

petugas

pengaman

lapang

TNGGP terbantu untuk merelokasi

masyarakat dari taman nasional

TNGGP terbantu untuk

menyampaikan konservasi kepada

Masyarakat

Anggota petugas pengaman lapang

bergantung dari honor yang

diberikan dari TNGGP

Terjadi kecemburuan sosial dari

masyarakat

Page 29: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

17

Tabel 8 menunjukan adanya beberapa dampak positif yang mempengaruhi

masyarakat Kampung Sarongge untuk tidak kembali menggarap lahan taman

nasional antara lain:

1. Area bekas garapan masyarakat yang dahulunya gundul kini sudah dipenuhi

oleh pohon-pohon seperti area taman nasional yang lain.

2. Banjir (limpasan) yang terjadi saat hujan di Kampung Sarongge lebih kecil jika

dibanding sebelum adanya program Adopsi Pohon.

3. Petani penggarap lahan dari taman nasional mendapatkan mata pencaharian

baru yaitu menjadi peternak. Selain itu masyarakat juga mendapatkan

penghasilan tambahan dari koperasi, sayuran organik dan ekowisata Kampung

Sarongge.

4. Masyarakat lebih mengerti pentingnya konservasi dari radio komunitas dan

kearifan lokal yang dimunculkan dari Festifal Sarongge.

Program-program pemberdayaan masyarakat di Kampung Sarongge ini

berjalan dengan lancar. Kelancaran ini dikarenakan sebagian besar program

pemberdayaan masyarakat di Kampung Sarongge adalah permintaan dari

masyarakat sendiri. Akan tetapi dari semua kegiatan yang telah berjalan masih

menimbulkan beberapa dampak negatif. Dampak negatif ini berpeluang untuk

menimbulkan masalah baru dalam masyarakat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan:

1. Masyarakat Kampung Sarongge menggarap area hutan sejak tahun 1990

ketika kawasan hutan tersebut berada dibawah pengelolaan Perum Perhutani.

2. Terdapat 3 program yang mendorong masyarakat untuk meninggalkan lokasi

garapannya di blok Sarongge. Tiga program tersebut yaitu adopsi pohon,

pemberian dana kompensasi, dan pemberian hewan ternak untuk masyarakat.

3. Kecil kemungkinan masyarakat untuk kembali menggarap hutan blok

Sarongge karena banyaknya dampak positif yang dirasakan masyarakat

secara langsung dari kegiatan yang sudah berjalan.

Saran

Perlunya penanganan dari dampak negatif yang belum terselesaikan dari

program relokasi dan program pemberdayaan masyarakat untuk mencegah

timbulnya masalah baru dalam masyarakat.

Page 30: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

18

DAFTAR PUSTAKA

Baehaqie A, Indriyo D, Ahmad W, Novriyanto, Bernaputra R. 2004. Mencari

jalan. Jakarta [ID]: Yayasan Bina Usaha Lingkungan.

Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2009. Revisi zonasi

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Cipanas-Cianjur [ID]:

Departemen Kehutanan.

[Dephutbun] Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-undang

nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Jakarta [ID]: Departeman

Kehutanan dan Perkebunan.

Fajrin M. 2011. Dinamika gerakan petani : kemunculan dan kelangsungannya

(Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) [skripsi].

Bogor [ID]: Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Kartodirdjo S. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial Ekonomi.

Yogyakarta: Aditya Media.

Pemerintah Desa Ciputri. 2013. Profil Desa Ciputri Kecamatan Pacet Kabupaten

Cianjur.

Sugiono. 2007. Memahami penelitian kualitatif. Bandung [ID]: Alfabeta.

Surakhmad W. 1994. Pengantar penelitian ilmiah dan dasar. Jakarta [ID]: Pustaka

Sinar Harapan.

Page 31: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 13 Maret 1992 dari ayah Sri

Hartono (Alm) dan ibu Sri Purnaningsih. Penulis adalah putra ke-empat dari

empat bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar tahun 2004 di SDN 3

Mrentul Bonorowo, dan lulus SMP Negeri 1 Prembun Kebumen tahun 2007. Pada

tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purworejo dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi internal

dan eksternal kampus yakni, Wakil ketua divisi Pengembangan Sumber Daya

Mahasiswa Forest Managemen Sudents Club (FMSC) 20112012, Anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Divisi Kajian dan Strategi

20112012, Anggota OMDA Keluarga Mahasiswa Purworejo di IPB

(GAMAPURI) 20102015, Anggota Forest Managemen Sudent Club (FMSC)

Divisi Keprofesian 20122013. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitian

kegiatan mahasiswa diantaranya: panitia Bina Corps Rimbawan (BCR) 2012

sebagai anggota divisi logistik dan transportasi. Kegiatan Ecological Social

Mapping FMSC 2012 dan 2013 sebagai wakil ketua dan ketua pelaksana.

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di

Indramayu dan Ciremai pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) tahun

2013 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Cianjur dan

Bandung. Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT Inhutani 1 Unit

Manajemen Hutan Meraang Berau pada bulan Februari s.d April tahun 2014 dan

melaksanakan Kegiatan Penelitian pada bulan SeptemberDesember 2014 di

Kampung Sarongge, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dibawah

bimbingan Handian Purwawangsa, Shut MSi.

Page 32: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data informan beserta pendidikan terakhir dan peranannya

No Nama responden Pendidikan Peran

1 Tosca Santoso Sarjana Pemilik Green Radio, Pembina Program

Relokasi dan pemberdayaan masyarakat

2 Syarif Sarjana

Ketua BPD Desa Ciputri, Pembina

Koperasi Sugih Makmur, Pembina Radio

Komunitas Edelwise dan Anggota Green

Inisiatif

3 Wawan SD

Petugas Pengaman Lapang, Ketua RT 09,

Ketua Ekowisata Kampung Sarongge, dan

mantan penggarap blok Sarongge

4 Dadan Karyo SD

Petani, Petugas Pengaman Lapang, Ketua

Radio Komunitas Edelwise, dan mantan

penggarap blok Sarongge

5 Dani Wardia SD

Buruh perusahaan, Ketua Koperasi Sugih

Makmur, anggota kelompok ternak

kelinci, dan mantan penggarap blok

Sarongge

6 Eten SD

Bendahara koperasi Sugih Makmur, ustad

Kampung Sarongge, anggota ternak

kelinci, dan mantan penggarap blok

Sarongge

7 Deni Diploma Kepala Resort PTN Sarongge

8 Deni SMK Petugas Pengaman Lapang, penyiar Radio

Komunitas

9 Atep SMK Polisi Hutan Resort PTN Sarongge

10 Boy SD Petani dan penyiar Radio Komunitas

Edelwise

Page 33: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

21

Lampiran 2 Data nama penggrapa Blok Sarongge dan tanggal keluar garapan Bulan

November 2013

NO NAMA

KELUAR

GARAPAN NO NAMA

KELUAR

GARAPAN NO NAMA

KELUAR

GARAPAN

Tgl/Bln/Thn Tgl/Bln/Thn Tgl/Bln/Thn

1 DEDI S 25/04/13 38 MAMAN 23/06/13 75 SUPARTO 06/09/13

2 ANENG 02/05/13 39 GUGUN S 28/07/13 76 APIH AMIN 27/06/13

3 SUPATMA 30/04/13 40 KAYAT 30/09/13 77 ECEP S 31/08/13

4 EENG 30/04/13 42 ENTIS 31/08/13 78 MUSLIH 07/02/13

5 ADE 24/03/13 42 ASEP OHAN 30/04/13 79 UJANG 14/07/13

6 AOS 09/06/13 43 CEPI HOLID 25/04/13 80 AYI KARYO 08/04/13

7 HERMAN 02/05/13 44 EMI 19/06/13 81 AYI GANYOL 07/01/13

8 DOMAN 03/04/13 45 JAENUDIN 28/07/13 82 RAHMAN 29/08/13

9 AHYAN 10/05/13 46 ECE 28/07/13 83 ENGKUS 15/08/13

10 IDAY 14/05/13 47 ADE 01/08/13 84 ABAS 07/07/13

11 BASUNI 30/05/13 48 IDIN TARSIAH 30/09/13 85 MAULANA B 30/06/13

12 NURANI P 04/06/13 49 DEDE KUBIL 15/08/13 86 AJUH 20/09/13

13 ASEP DIDIN 10/02/13 50 MAHMUD 24/08/13 87 J WAWAN 01/03/13

14 JAJANG E 23/05/13 51 JUHANI 28/07/13 88 AYI CUI 20/09/13

15 OO 08/06/13 52 DEDI KUSNADI 02/05/13 89 OJAK 20/09/13

16 ASEP P 16/06/13 53 WARDI 30/04/13 90 AMAY 08/05/13

17 APENDI 24/06/13 54 DANI W 10/09/13 91 DIDIN D 23/09/13

18 MUHIDIN 03/07/13 55 IBAS 24/05/13 92 NUNUH 31/10/13

19 UDIN T 25/03/13 56 UDAN 24/05/13 93 DENI M 06/10/13

20 CECEP S 27/08//13 57 DADANG 11/09/13 94 SAMAN 21/09/13

21 SAEP 13/07/13 58 OCIN 05/04/13 95 ODIN 20/09/13

22 PENDI 18/08/13 59 MAWI 25/04/13 96 SANDI 01/11/13

23 ABUN 24/07/13 60 MAMAT 26/09/13 97 HERI 20/09/13

24 DADUN 30/09/13 61 UJUM 19/06/13 98 UJANG S 18/09/13

25 SAHUDIN 25/08/13 62 DILI 01/08/13 99 BABAN

26 AMIN 05/06/13 63 TAJUDIN 26/09/13 100 SOLIHIN 01/07/13

27 WAWAN K 11/10/13 64 HAMZAH 28/07/13 101 HERMAN 20/07/13

28 EDIH 19/06/13 65 IDANG 26/09/13 102 RO'I FERI 30/09/13

29 HAER 28/07/13 66 YADIN 28/03/13 103 RUSMANA/ 23/08/13

30 UDIN ENAH 15/08/13 67 ROHMAT 14/08/13 104 MIPTAHUDIN 28/10/13

31 JAJANG 28/07/13 68 ENDI BASIR 05/09/13 105 KARIM 30/09/13

32 KOMAR 25/04/13 69 APID 20/06/13 106 JAJANG PSL 06/05/13

33 UDIN K 28/07/13 70 ETEN 03/08/13 107 DODO 16/09/13

34 HOBIR 23/06/13 71 EDIN 29/07/13 108 DADANG J 19/09/13

35 UPAH 26/09/13 72 CECENG 08/08/13 109 ALIYUDIN 12/10/13

10 SOLEHUDIN 05/09/13 73

NASIR

ABDULLAH 13/05/13 110 EMUH 30/12/12

37 ENGKOS 20/06/13 74 HALIMAH 23/05/13

Page 34: PROGRAM RELOKASI KEGIATAN MASYARAKAT DARI … · lagi masyarakat yang menggarap kawasan hutan wilayah blok Sarongge. ... Malang dan Pasir Galudra dapat menjadi pemicu masalah baru

22