profil anggota panitia 9 (ppki) by toro

87
Soekarno Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Akura si Terperi ksa Langsung ke: navigasi , cari Artikel atau bagian ini memiliki beberapa masalah. Bantulah kami memperbaiki artikel ini atau mendiskusikannya di halaman pembicaraan . Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian . Artikel ini mungkin mengandung riset asli atau pernyataan yang belum dipastikan . Artikel atau sebagian dari artikel ini membutuhkan perhatian dari ahli subyek terkait. Ir. Soekarno Presiden Indonesia ke-1 Masa jabatan 17 Agustus 1945 12 Maret 1967 (21 tahun) Wakil Presi den Mohammad Hatta (1945)

Upload: er-hamid-albadri

Post on 10-Aug-2015

14.537 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

SoekarnoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akurasi TerperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Artikel atau bagian ini memiliki beberapa masalah. Bantulah kami memperbaiki artikel ini atau mendiskusikannya di halaman pembicaraan.

Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Artikel ini mungkin mengandung riset asli atau pernyataan yang belum dipastikan. Artikel atau sebagian dari artikel ini membutuhkan perhatian dari ahli subyek

terkait.

Ir. Soekarno

Presiden Indonesia ke-1Masa jabatan

17 Agustus 1945–12 Maret 1967 (21 tahun)Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945)

Pendahulu Tidak ada, jabatan baruPengganti Soeharto

Lahir6 Juni 1901

Blitar, Jawa Timur, Hindia Belanda

Meninggal21 Juni 1970 (umur 69)

Jakarta, IndonesiaKebangsaan IndonesiaPartai politik PNISuami/Istri Oetari (1921–1923)

Inggit Garnasih (1923–1943)Fatmawati (1943–1956)

Page 2: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Hartini (1952–1970)Kartini Manoppo (1959–1968)Ratna Sari Dewi (1962–1970)Haryati (1963–1966)Yurike Sanger (1964–1968)Heldy Djafar (1966–1969)

Anak

Guntur SoekarnoputraMegawati SoekarnoputriRachmawati SoekarnoputriSukmawati SoekarnoputriGuruh Soekarnoputra (dari Fatmawati)Taufan SoekarnoputraBayu Soekarnoputra (dari Hartini)Totok Suryawan (dari Kartini Manoppo)Kartika Sari Dewi Soekarno (dari Ratna Sari Dewi)

ProfesiInsinyurPolitikus

Agama Islam

Tanda tangan

Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno) (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966.[1] Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.[2] Soekarno adalah penggali Pancasila karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia sendiri yang menamainya Pancasila.[2] Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya - berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat - menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.[2] Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.[2] Setelah pertanggung jawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.[2]

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Nama o 1.1 Achmed Soekarno

2 Kehidupan

Page 3: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

o 2.1 Masa kecil dan remaja o 2.2 Keluarga Soekarno

3 Kiprah politik o 3.1 Masa pergerakan nasional o 3.2 Masa penjajahan Jepang o 3.3 Masa Perang Revolusi o 3.4 Masa kemerdekaan o 3.5 Kejatuhan

4 Sakit hingga meninggal 5 Peninggalan 6 Penghargaan 7 Lihat pula 8 Rujukan 9 Daftar pustaka 10 Pranala luar

[sunting] Nama

Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Kusno Sosrodihardjo oleh orangtuanya.[1] Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya.[1][3] Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[1][3] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".[3]

Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda)[rujukan?]. Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah[rujukan?]. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.

[sunting] Achmed Soekarno

Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.

Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[4] Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri

Page 4: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.

[sunting] Kehidupan

[sunting] Masa kecil dan remaja

Rumah masa kecil Bung Karno

Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[1] Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[1] Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.[1] Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.[5] Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.[1]

Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut.[1] Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.[5] Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS).[1] Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur.[1] Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[1] Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya.[1] Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.[1] Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo.[1] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.[1] Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto.[5]

Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925.[6] Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.[1] Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Page 5: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

[sunting] Keluarga Soekarno

  

Raden Soekemi Sosrodihardjo

 

Ida Ayu Nyoman Rai

 

   

                  

      

Soekarno (1901-1970)

   

          

       

Oetari (menikah 1921;berpisah 1923)

       

                    

          

       

Inggit   Garnasih  (menikah 1923)

       

                    

          

       

Fatmawati (menikah 1943)

         

                

                                

                                         

            

Guntur (l.1944)

 

Megawati (l.1947)

 

_Rachmawati

_ (l.1950)

 

_Sukmawati_ (l.1952)

 

___Guruh___ 

(l.1953)

                    

          

        Hartini (menikah 1952)         

                

         

 

         

                          

Page 6: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Taufan (1951-1981)

Bayu (l.1958)

                    

          

        Ratna (menikah 1962)         

                      

            

Kartika (l.1967)

   

                    

          

        Haryati (menikah 1963)         

                      

             Ayu    

                    

          

        Yurike Sanger (menikah

1964)       

                    

          

       

Kartini Manoppo         

                      

            

Totok (l.1967)

   

                    

        

          Heldy Djafar (menikah

1966)       

[sunting] Kiprah politik

[sunting] Masa pergerakan nasional

Page 7: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo.[1] Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.[6] Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.

Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.

Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.

Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

[sunting] Masa penjajahan Jepang

Soekarno bersama Fatmawati dan Guntur

Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.

Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Page 8: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Soekarno diantara Pemimpin Dunia

Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.

Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.

Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.

Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.

[sunting] Masa Perang Revolusi

Page 9: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.

Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.

Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.

Page 10: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.

[sunting] Masa kemerdekaan

Soekarno dan Joseph Broz Tito

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.

Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.

Page 11: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Soekarno dan John F Kennedy

Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu" yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.

Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).

[sunting] Kejatuhan

Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S pada 1965.[7][6] Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya.[6] Kemudian massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.[7] Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[2][7] Sikap Soekarno yang menolak membuabarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik.[6][2]

Page 12: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.[7] Isi dari surat tersebut merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.[7] Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.[7] Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden berhalangan.[8]

Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS.[7] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966.[2] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut.[7] Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.[7]

Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.[8] Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.[8] Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.[8]

[sunting] Sakit hingga meninggal

foto terakhir presiden Soekarno.

Page 13: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur.

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.[8] Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[8] Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional.[8] Ia masih bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.[8][1] Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.[8] Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter kepresidenan.[8] Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI AD) Rubiono Kertopati.[8]

Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut:[8]

1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30 keadaan kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk dan kesadaran berangsur-angsur menurun.

2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Ir. Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.

3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha mengatasi keadaan kritis Ir. Soekarno hingga saat meninggalnya.

Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintah memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno.[8] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI No. 44 tahun 1970.[8] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam ibunya.[8] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean sebagai inspektur upacara.[8] Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.[8]

[sunting] Peninggalan

Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan perangko "100 Tahun Bung Karno".[5] Perangko yang diterbitkan merupakan empat buah perangko berlatarbelakang bendera Merah Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi Presiden Republik Indonesia.[5] Perangko

Page 14: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920an terpampang di atasnya. Sementara itu, perangko yang ketiga memiliki nominal Rp. 900 serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Perangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp. 1000. Keempat perangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh Perum Peruri.[5] Selain perangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia menerbitkan juga lima macam kemasan perangko, album koleksi perangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno.[5]

Perangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Perangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.[9] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.

Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962.

Nama Soekarno pernah diabadikan sebagai nama sebuah gelanggang olahraga pada tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, komplek olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno.[10]

Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua diantaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ketiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[11]

Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun non-seni kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[12] Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra

Page 15: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[12] Di tahun 2003, Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[5] Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden.[5] Selain memperlihatkan video dan foto, berbagai cinderamata Soekarno dijual di stan tersebut.[5] Diantaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato Soekarno serta kartu pos Soekarno.[5]

Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda warisan Soekarno.[5] Soenuso mengaku merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang.[5] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di rumahnya di Cileungsi, Bogor.[5] Benda-benda tersebut antara lain adalah sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.[5] Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[5] Meskipun emas yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang memastikan keaslian dari emas tersebut.[13]

[sunting] Penghargaan

Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.[14] Perguruan tinggi dalam negeri yang memberikan gelar kehormatan kepada Soekarno antara lain adalah Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin dan Institut Agama Islam Negeri Jakarta.[14] Sementara itu, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir) merupakan beberapa universitas luar negeri yang menganugerahi Soekarno dengan gelar Doktor Honoris Causa.[14]

Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 104 tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki.[5] Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.[5] Soekarno mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari apartheid.[5] Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan.[5]

[sunting] Lihat pula

Daftar Presiden Indonesia De-Soekarnoisasi Vivere pericoloso Nawaksara

Page 16: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Gerakan 30 September Surat Perintah Sebelas Maret

[sunting] Rujukan

1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Kasenda, Peter (2010). Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933. Komunitas Bambu, Jakarta. ISBN 979-3731-77. Halaman 11, 81.

2. ^ a b c d e f g h Adam, Asvi Warman (2009). Membongkar Manipulasi Sejarah. Kompas Media Nusantara. ISBN 979-709-404-1. Halaman 26-32.

3. ^ a b c Adams, Cindy (1984). Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Gunung Agung, Jakarta. ISBN 979-96573-2-6. Halaman 35-36.

4. ̂ Adams, Cindy. 1965. Sukarno, an autobiography as told to Cindy Adams. New York:The Bobs Merryl Company Inc.

5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Kisah Istimewa Bung Karno. Kompas Media Nusantara. 20 Maret 2011. ISBN 978-979-709-503-1. Halaman 4-6, 247-251.

6. ^ a b c d e (Inggris) Brown, Colin (2007). Sukarno. Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation.

7. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Aji, Achmad Wisnu (2010). Kudeta Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?. Garasi House of Book. ISBN 978-979-25-4689-7. Halaman 36, 145.

8. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Huda M., Nurul (2010). Benarkah Soeharto Membunuh Soekarno?. Starbooks. ISBN 978-979-25-4724-5. Halaman 5, 57, 84-89.

9. ̂ Roy. "Kuba Terbitkan Perangko Bung Karno dan Fidel Castro", Kompas Cyber Media, 3 Juni 2008. Diakses pada 3 Juni 2008.

10. ̂ Nurdin Saleh. "Gelora Senayan Siap Berubah Menjadi Gelora Bung Karno", Tempo Interaktif, 15 Januari 2001. Diakses pada 5 Juni 2011.

11. ̂ Info UBK, Universitas Bung Karno. Diakses pada 5 Juni 2010.12. ^ a b Profil Yayasan, Yayasan Bung Karno. Diakses pada 3 Agustus 2010.13. ̂ "Satria Piningit Mengaku Temukan Harta Karun Bung Karno ", Suara Merdeka, 17

Mei 2003. Diakses pada 3 Agustus 2010.14. ^ a b c Apa dan Siapa Ir. Sukarno, Yayasan Bung Karno. Diakses pada 3 Agustus 2010.

[sunting] Daftar pustaka

(Indonesia) Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung, Pemikir Islam Radikal. PT. Bina Ilmu, 1994, pp 110-111.

(Inggris) Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. Pacific Affairs, vol. 30, No, 2 (Jun. 1957), pp 101-119.

(Inggris) Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a nation, 1901-1970, KIT Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-510-8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-1

(Belanda) Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno. Nederlandsch onderdaan. Biografie 1901-1950. Deel I, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7

(Belanda) Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno. President, 1950-1970, Deel II, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.

Page 17: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

(Belanda) Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide: de fatale gebeurtenissen rond de val van de Indonesische president Soekarno, ISBN 90-351-2871-0

[sunting] Pranala luar

Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Soekarno

Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan Soekarno

Kepustakaan Presiden-presiden Republik Indonesia - Naskah pidato - Soekarno Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat Wanita - Edisi Khusus Gatra Nomor 29

Beredar 4 Juni 2001 oleh Dewi Sri Utami Garis Waktu Soekarno tahun 1950 - 1965 Video Soekarno Ketika Berpidato di Depan Rakyat Jakarta Video Pelantikan Soekarno sebagai Presiden

Jabatan politik

Didahului oleh:tidak ada (Presiden pertama)

lihat: Daftar Penguasa Hindia-Belanda

Presiden Republik Indonesia1945–1967

Digantikan oleh:Soeharto

l • b • s

SoekarnoPresiden Indonesia ke-1

Keluarga

Orang tuaRaden Soekemi Sosrodihardjo (ayah) dan Ida Ayu Nyoman Rai (ibu)

Pasangan dan saudara

Oetari (istri) • Inggit Garnasih (istri) • Fatmawati Soekarno (istri) • Hartini (istri) • Ratna (istri) • Haryati (istri) • Yurike Sanger (istri) • Kartini Manoppo (istri) • Heldy Djafar (istri)

Generasi ke 2

Guntur (anak) • Megawati (anak) • Kiemas (mantu) • Rachmawati (anak) • Sukmawati (anak) • Guruh (anak) • Bina (mantu) • Taufan (anak) • Bayu (anak) • Totok (anak) • Kartika (anak) • Frits (mantu)

Generasi ke 3Puan (cucu) • Hendra Rahtomo (cucu) • Donna (cucu mantu)

Generasi ke 4 Ricky (cicit)

AlmameterTechnische Hoge School (ITB)

Page 18: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Didahului: Tidak ada,Jabatan baruDigantikan: Soeharto, Presiden Indonesia ke-2l • b • s

Presiden Indonesia

Soekarno1945–1967

Soeharto1967–1998

B. J. Habibie1998–1999

Abdurrahman Wahid

1999–2001

Megawati Soekarnoputri

2001–2004

Susilo Bambang YudhoyonoSejak 2004

Lihat pula: Syafruddin Prawiranegara (Ketua Pemerintahan Darurat RI) · Assaat (Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI pada masa RIS)l • b • s

Pahlawan nasional Indonesia

Politik

Abdul Halim · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adenan Kapau Gani · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumbantobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Ida Anak Agung Gde Agung · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Djatikoesoemo · J. Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kusumah Atmaja · Mangkunagara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Syahrir · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Wahid Hasjim · Zainul Arifin

Militer

Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Tengku Rizal Nurdin · Soedirman · Suprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin · Yos Sudarso · Moestopo

KemerdekaanAdisucipto · Abdul Rahman Saleh · Andi Djemma · Bagindo Azizchan · Halim Perdanakusuma · Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Robert Wolter Monginsidi · Sam Ratulangi · Supeno · Ario Soerjo · Sutomo (Bung Tomo)

RevolusiAhmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Opu Daeng Risadju · D.I. Pandjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiono · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo

Pergerakan dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo

SastraAbdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Seni Ismail Marzuki

Pendidikan Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Maria Walanda Maramis

IntegrasiPajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak

Pers Tirto Adhi Soerjo

Page 19: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

PembangunanMoestopo · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes

AgamaAhmad Dahlan · Albertus Soegijapranata · Fakhruddin · Hasyim Asyari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Mas Mansoer · Muhammad Natsir · Muhammad Isa Anshary · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati

Perjuangan

Abdul Kadir · Achmad Ri'fai · Ageng Tirtayasa dari Banten · Andi Mappanyukki · Pangeran Antasari · Sultan Agung dari Mataram · Teungku Chik di Tiro · Tjoet Nyak Dhien · Tjoet Nyak Meutia · Pangeran Diponegoro · Raja Haji Fisabilillah · Hamengkubuwana I · Sultan Hasanuddin · Tuanku Imam Bonjol · Iskandar Muda dari Aceh · I Gusti Ketut Jelantik · Kiras Bangun · La Madukelleng · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyi Ageng Serang · Pakubuwana VI · Pattimura · Pong Tiku · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Sisingamangaraja XII · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Untung Suropati

Portal Indonesia

Wikiquote Wikisource

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno"Kategori: Kelahiran 1901 | Kematian 1970 | Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan Maret 2011 | Pahlawan nasional Indonesia | Meninggal usia 69 | Arsitek Indonesia | Soekarno | Tokoh dari BlitarKategori tersembunyi: Artikel yang tidak memiliki referensi | Semua artikel yang tidak memiliki referensi | Artikel yang mungkin mengandung riset asli | Artikel yang membutuhkan perhatian ahli | Artikel dengan pernyataan yang tidak disertai rujukan

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Perubahan tertunda Sunting

Page 20: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

العربية Bikol Central Беларуская

Istimew a:Pencarian

Page 21: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Български Català Česky Cymraeg Dansk Deutsch English Esperanto Español Eesti فارسی Suomi Français Frysk हि�न्दी� Hrvatski Magyar Ido Italiano 日本語 Basa Jawa 한국어 Basa Banyumasan Македонски मराठी� Bahasa Melayu Nederlands Norsk (bokmål) Polski Português Română Русский सं स्कृ� त Scots Simple English Slovenčina Slovenščina Српски / Srpski Basa Sunda Svenska ไทย Türkçe Українська Tiếng Việt Winaray 中文

Page 22: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Bân-lâm-gú

Halaman ini terakhir diubah pada 09:24, 20 Maret 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Mohammad HattaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari Moh. Hatta)

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Dr.(H.C.). Drs. H. Mohammad Hatta

Wakil Presiden Indonesia ke-1Masa jabatan

18 Agustus 1945–1 Desember 1956Presiden Soekarno

Pendahulu Tidak ada, jabatan baruPengganti Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Page 23: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Perdana Menteri Indonesia ke-3Masa jabatan

29 Januari 1948–5 September 1950Presiden Soekarno

Pendahulu Amir SjarifuddinPengganti Muhammad Natsir

Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-4Masa jabatan

29 Januari 1948–4 Agustus 1949Presiden Soekarno

Pendahulu Amir SjarifuddinPengganti Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Lahir12 Agustus 1902

Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda

Meninggal14 Maret 1980 (umur 77)

Jakarta, IndonesiaKebangsaan IndonesiaPartai politik Non partaiSuami/Istri Rahmi Rachim

AnakMeutia HattaGemala HattaHalida Hatta

Agama Islam

Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Fort de Kock, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.

Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan adalah Muhammad Athar. Anak perempuannya bernama Meutia Hatta menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Latar belakang dan pendidikan 2 Perjuangan

Page 24: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

3 Kehidupan pribadi o 3.1 Bung Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik

4 Perpustakaan 5 Bacaan rujukan 6 Lihat pula 7 Pranala luar

[sunting] Latar belakang dan pendidikan

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.

Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul "Lampau dan Datang".

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ketika di Belanda ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah berkembang iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Ernest Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan akibat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di media massa.

[sunting] Perjuangan

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Page 25: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. “Aku kagum melihat cara Abdul Moeis berpidato, aku asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat,” aku Hatta dalam Memoir-nya. Itulah Abdul Moeis: pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan pegiat dalam majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

Pada usia 17 tahun, Hatta lulus dari sekolah tingkat menengah (MULO). Lantas ia bertolak ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Di sini, Hatta mulai aktif menulis. Karangannya dimuat dalam majalah Jong Sumatera, "Namaku Hindania!" begitulah judulnya. Berkisah perihal janda cantik dan kaya yang terbujuk kawin lagi. Setelah ditinggal mati suaminya, Brahmana dari Hindustan, datanglah musafir dari Barat bernama Wolandia, yang kemudian meminangnya. “Tapi Wolandia terlalu miskin sehingga lebih mencintai hartaku daripada diriku dan menyia-nyiakan anak-anakku,” rutuk Hatta lewat Hindania.

Pemuda Hatta makin tajam pemikirannya karena diasah dengan beragam bacaan, pengalaman sebagai Bendahara JSB Pusat, perbincangan dengan tokoh-tokoh pergerakan asal Minangkabau yang mukim di Batavia, serta diskusi dengan temannya sesama anggota JSB: Bahder Djohan. Saban Sabtu, ia dan Bahder Djohan punya kebiasaan keliling kota. Selama berkeliling kota, mereka bertukar pikiran tentang berbagai hal mengenai tanah air. Pokok soal yang kerap pula mereka perbincangkan ialah perihal memajukan bahasa Melayu. Untuk itu, menurut Bahder Djohan perlu diadakan suatu majalah. Majalah dalam rencana Bahder Djohan itupun sudah ia beri nama Malaya. Antara mereka berdua sempat ada pembagian pekerjaan. Bahder Djohan akan mengutamakan perhatiannya pada persiapan redaksi majalah, sedangkan Hatta pada soal organisasi dan pembiayaan penerbitan. Namun, “Karena berbagai hal cita-cita kami itu tak dapat diteruskan,” kenang Hatta lagi dalam Memoir-nya.

Selama menjabat Bendahara JSB Pusat, Hatta menjalin kerjasama dengan percetakan surat kabar Neratja. Hubungan itu terus berlanjut meski Hatta berada di Rotterdam, ia dipercaya sebagai koresponden. Suatu ketika pada medio tahun 1922, terjadi peristiwa yang mengemparkan Eropa, Turki yang dipandang sebagai kerajaan yang sedang runtuh (the sick man of Europe) memukul mundur tentara Yunani yang dijagokan oleh Inggris. Rentetan peristiwa itu Hatta pantau lalu ia tulis menjadi serial tulisan untuk Neratja di Batavia. Serial tulisan Hatta itu menyedot perhatian khalayak pembaca, bahkan banyak surat kabar di tanah air yang mengutip tulisan-tulisan Hatta.

Page 26: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Perangko Satu Abad Bung Hatta diterbitkan oleh PT Pos Indonesia tahun 2002

Hatta mulai menetap di Belanda semenjak September 1921. Ia segera bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah tersedia iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai eksterniran akibat kritik mereka lewat tulisan di koran De Expres. Kondisi itu tercipta, tak lepas karena Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) menginisiasi penerbitan majalah Hindia Poetra oleh Indische Vereeniging mulai 1916. Hindia Poetra bersemboyan “Ma’moerlah Tanah Hindia! Kekallah Anak-Rakjatnya!” berisi informasi bagi para pelajar asal tanah air perihal kondisi di Nusantara, tak ketinggalan pula tersisip kritik terhadap sikap kolonial Belanda.

Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama Indische –meski masih bermasalah– sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua berasal.

Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.

Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free.

Page 27: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.

Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.

[sunting] Kehidupan pribadi

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar WikipediaMerapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

[sunting] Bung Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik

Bung Hatta adalah nama salah seorang dari beribu pahlawan yang pernah memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Sosok Bung Hatta telah menjadi begitu dekat dengan hati rakyat Indonesia karena perjuangan dan sifatnya yang begitu merakyat. Besarnya peran beliau dalam perjuangan negeri ini sehingga ai disebut sebagai salah seorang “The Founding Father’s of Indonesia”.

Berbagai tulisan dan kisah perjuangan Muhammad Hatta telah ditulis dan dibukukan, mulai dari masa kecil, remaja, dewasa dan perjuangan beliau untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Namun ada hal yang rasanya perlu sedikit digali dan dipahami yaitu melihat Bung Hatta sebagai tokoh organisasi dan partai politik, hal ini dikaitkan dengan usaha melihat perkembangan kegiatan politik dan ketokohan politik di dunia politik Indonesia sekarang maka pantas rasanya kita ikut melihat perjuangan dan perjalanan kegiatan politik Bung Hatta.

Setelah perang dunia I berakhir generasi muda Indonesia yang berprestasi makin banyak yang mendapat kesempatan mengenyam pendidikan luar negeri seperti di Belanda, Kairo (Mesir). Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya politik balas budi oleh Belanda. Bung Hatta adalah salah seorang pemuda yang beruntung, beliau mendapat kesempatan belajar di Belanda. Kalau kita memperhatikan semangat berorganisasi Bung Hatta, sebenarnya telah tumbuh sewaktu beliau berada di Indonesia. Beliau pernah menjadi ketua Jong Sematera (1918-1921) dan semangat ini

Page 28: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

makin membara dengan asahan dari kultur pendidikan Belanda / Eropa yang bernafas demokrasi dan keterbukaan.

Keinginan dan semangat berorganisasi Bung Hatta makin terlihat sewaktu beliau mulai aktif di kelompok Indonesische Vereeniging yang merupakan perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia yang memikirkan dan berusaha memajukan Indonesia, bahkan dalam organisasi ini dinyatakan bahwa tujuan mereka adalah : “ kemerdekaan bagi Indonesia “. Dalam organisasi yang keras dan anti penjajahan ini Bung Hatta makin “tahan banting” karena banyaknya rintangan dan hambatan yang mereka hadapi.

Walau mendapat tekanan, organisasi Indonesische Vereeniging tetap berkembang bahkan Januari 1925 organisasi ini dinyatakan sebagai sebuah organisasi politik yang kemudian dinamai Perhimpunan Indonesia (PI). Dan dalam organisasi ini Bung Hatta bertindak sebagai Pemimpinnya. Keterlibatan Bung Hatta dalam organisasi dan partai poltik bukan hanya di luar negeri tapi sekembalinya dari Belanda beliau juga aktif di PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan Soekarno tahun 1927. Dalam organisasi PNI, Bung Hatta menitik beratkan kegiatannya dibidang pendidikan. Beliau melihat bahwa melalui pendidikanlah rakyat akan mampu mencapai kemerdekaan. Karena PNI dinilai sebagai partai yang radikal dan membahayakan bagi kedudukan Belanda, maka banyak tekanan dan upaya untuk mengurangi pengaruhnya pada rakyat. Hal ini dilihat dari propaganda dan profokasi PNI tehadap penduduk untuk mengusakan kemerdekaan. Hingga akhirnya Bunga Karno di tangkap dan demi keamanan organisasi ini membubarkan diri.

Tak lama setetah PNI (Partai Nasional Indonesia) bubar, berdirilah organisasi pengganti yang dinamanakan Partindo (Partai Indonesia). Mereka memiliki sifat organisasi yang radikal dan nyata-nyata menentang Belanda. Hal ini tak di senangi oleh Bung Hatta. Karena tak sependapat dengan Partindo beliau mendirikan PNI Pendidikan (Partai Nasional Indonesia Pendidikan) atau disebut juga PNI Baru. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta bulan Agustus 1932, dan Bung Hatta diangkat sebagai pemimpi. Organisasi ini memperhatikan “ kemajuan pendidikan bagi rakyat Indonesia, menyiapkan dan menganjurkan rakyat dalam bidang kebathinan dan mengorganisasikannya sehingga bisa dijadakan suatu aksi rakyat dengan landasan demokrasi untuk kemerdekaan “.

Organisasi ini berkembang dengan pesat, bayangkan pada kongres I di Bandung 1932 anggotanya baru 2000 orang dan setahun kemudian telah memiliki 65 cabang di Indonesia. Organisasi ini mendapat pengikut dari penduduk desa yang ingin mendapat dan mengenyam pendidikan. Di PNI Pendidikan Bung Hatta bekerjasama dengan Syahrir yang merupakan teman akrabnya sejak di Belanda. Hal ini makin memajukan organisasi ini di dunia pendidikan Indonesia waktu itu. Kemajuan, kegiatan dan aksi dari PNI Pendidikan dilihat Belanda sebagai ancaman baru tehadap kedudukan mereka sebagai penjajah di Indonesia dan mereka pun mengeluarkan beberapa ketetapan ditahun 1933 diantaranya:

Polisi diperintahkan bertindak keras terhadap rapat-rapat PNI Pendidikan. 27 Juni 1933, pegawai negeri dilarang menjadi anggota PNI Pendidikan. 1 Agustus 1933, diadakan pelarangan rapat-rapat PNI Pendidikan di seluruh Indonesia.

Page 29: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Akhirnya ditahun 1934 Partai Nasional Indonesia Pendidikan dinyatakan Pemerintahan Kolonial Belanda di bubarkan dan dilarang keras bersama beberapa organisasi lain yang dianggap membahayakan seperti : Partindo dan PSII. Ide-ide PNI Pendidikan yang dituangkan dalam surat kabar ikut di hancurkan dan surat kabar yang menerbitkan ikut di bredel. Namun secara keorganisasian, Hatta sebagai pemimpin tak mau menyatakan organisasinya telah bubar. Ia tetap aktif dan berjuang untuk kemajuan pendidikan Indonesia.

Soekarno yang aktif di Partindo dibuang ke Flores diikuti dengan pengasingan Hatta dan Syahrir. Walau para pemimpin di asingkan namun para pengikut mereka tetap konsisten melanjutkan perjuangan partai. PNI Pendidikan tetap memberikan kursus-kursus, pelatihan-pelatuhan baik melalui tulisan maupun dengan kunjungan kerumah-rumah penduduk.

Dalam sidang masalah PNI Pendidikan M.Hatta, Syahrir, Maskun, Burhanuddin ,Bondan dan Murwoto dinyatakan bersalah dan dibuang ke Boven Digul (Papua). Demi harapan terciptanya ketenangan di daerah jajahan. Walau telah mendapat hambatan yang begitu besar namun perjuangan Hatta tak hanya sampai disitu, beliau terus berjuang dan salah satu hasil perjuangan Hatta dan para pahlawan lain tersebut adalah kemerdekaan yang telah kita raih dan kita rasakan sekarang.

Sebagai tulisan singkat mengenai sejarah ketokohan Muhammad Hatta di organisasi dan partai politik yang pernah beliau geluti, kita haruslah dapat mengambil pelajaran dari hal ini. Karena sejarah tak berarti apa-apa bila kita tak mampu mengambil manfaat dan nilai-nilai positif didalamnya. Dari kehidupan Hatta di dunia politik kita bisa melihat bahwa : Munculnya seorang tokoh penting dan memiliki jiwa patriot yang tangguh dan memikirkan kehidupan orang banyak serta memajukan bangsa dan negara “bukan hanya muncul dalam satu malam” atau bukanlah tokoh kambuhan yang muncul begitu saja, dan bukanlah sosok yang mengambil kesempatan untuk tampil sebagai pahlawan dan sosok pemerhati masyarakat. Tapi tokoh yang dapat kita jadikan contoh dan panutan dalam organisasi, partai, dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesunguhnya adalah seorang sosok yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan masyarakat, ia terlatih untuk mampu memahami keinginan dan cita-cita masyarakat, serta bertindak dengan menggunakan ilmu dan iman.

Seiring dengan meruaknya wacana demokrasi, terutama di era reformasi kita bisa melihat bahwa di Indonesia berkembang berbagai partai baru yang jumlahnya telah puluhan. Dalam kenyataanya memunculkan nama-nama baru sebagai tokoh, elit partai, elit politik yang berpengaruh di berbagai partai tersebut. Ada juga tokoh politik yang merupakan wajah-wajah lama yang konsisten di partainya atau beralih membentuk partai baru. Apakah mereka sudah pantas dikatakan sebagai tokoh, elite politik / elite partai?. Sebagai salah satu sosok tokoh ideal, dengan mencontoh ketokohan Bung Hatta kita harus mampu melihat berapa persen diantara tokoh-tokoh, orang-orang penting, elite politik / elite partai di Indonesia sekarang yang telah memperhatikan kehidupan masyarakat, berapa persen diantara mereka yang sudah melakukan usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan lain-lain.

Dalam kenyataannya, kebanyakan kita melihat tokoh politik, elite politik dan tokoh-tokoh partai di Indonesia dewasa ini kurang memperhatikan kehidupan dan kemajuan masyarakat. Mereka

Page 30: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

hanya mengambil simpati masyarakat disaat-saat mereka membutuhkan suara dan partisipasi penduduk, seperti saat-saat akan diadakannnya pemilihan umum (nasional), saat diadakannya pemilihan kepala daerah (Pilkada), setelah kegiatan itu berlangsung mereka mulai meninggalkan dan melupakan masyarakat. Namun ada beberapa partai dan tokoh yang sering terlihat dalam berbagai kegiatan social dan memperhatikan masyarakat.

Apakah kita masih menganggap bahwa seorang penjahat, pemaling (koruptor) yang lolos dari sergapan hukum sebagai tokoh panutan kita di organisasi, partai politik, pemerintahan, atau kehidupan sehari-hari?. Jadi pantaslah kita belajar dari ketokohan Muhammad Hatta dalam kehidupan politiknya yang selalu bertindak demi kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia.

[sunting] Perpustakaan

Perpustakaan Bung Hatta memiliki lebih dari 8.000 buku, terdiri dari Sejarah, Budaya, Politik, Bahasa dan lain-lain. Hal inilah yang turut menyumbang kemampuan Beliau dalam berdiplomasi utnuk memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia

[sunting] Bacaan rujukan

Deliar Noer. 1990. Mohammad Hatta, Biografi Politik. Jakarta: LP3ES. Greta O. Wilson (ed.). 1978. Regents, reformers, and revolutionaries: Indonesian Voices

of Colonial Days. Asian Studies at Hawaii, no 21. The University Press of Hawaii. George McTurnan Kahin . 1952. Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornell

University Press.

[sunting] Lihat pula

Daftar Wakil Presiden Indonesia

[sunting] Pranala luar

(id) Profil Resmi dari Deplu (id) Bung Hatta di TokohIndonesia.com (id) Menteri Luar Negeri Drs. Muhamad Hatta (id) Turun Gunung: Bung Hatta 11 Tahun di Belanda (20 September 1921 - 20 Juli

1932)

Jabatan politik

Didahului oleh:tidak ada

Wakil Presiden Republik Indonesia1945-1956

Digantikan oleh:Sri Sultan

Hamengkubuwono IX

Didahului oleh: Perdana Menteri Indonesia Digantikan oleh:

Page 31: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Amir Sjarifoeddin 1948–1950 Abdul Halim

Didahului oleh:Agus Salim

Menteri Luar Negeri Indonesia1949 - 1950

Digantikan oleh:Mohammad Roem

[tampilkan] l • b • s

Wakil Presiden Indonesia

Hatta1945–1956

HB IX1973–1978

Adam Malik1978–1983

Umar W.

1983–1988

Soedharmono

1988–1993

Try Sutrisn

o1993–1998

B. J. Habibie

1998

Megawati

1999–2001

Hamzah Haz2001–2004

Jusuf Kalla2004–2009

Boediono

Sejak 2009

[tampilkan] l • b • s

Perdana Menteri Indonesia

Syahrir1945–1947

Syarifuddin1947–1948

Hatta1948–1950

Halim1950

Natsir1950–1951

Sukiman1951–1952

Wilopo1952–1953

Ali1953–19551956–1957

Burhanuddin1955–1956

Juanda1957–1959

[tampilkan] l • b • s

Pahlawan nasional Indonesia

 Artikel bertopik biografi tokoh Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta"Kategori: Kelahiran 1902 | Kematian 1980 | Artikel yang belum dirapikan Maret 2011 | Pahlawan nasional Indonesia | Meninggal usia 78 | Tokoh Indonesia | Wakil Presiden Indonesia | Menteri Kabinet Hatta I | Menteri Kabinet Republik Indonesia Serikat | Perdana Menteri Indonesia | Tokoh Sosial Demokrat Indonesia | BPUPKI | Tokoh dari Bukittinggi | Tokoh PNI | Menteri Luar Negeri Indonesia | Menteri Pertahanan IndonesiaKategori tersembunyi: Rintisan biografi Indonesia

Peralatan pribadi

Page 32: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF

Istimew a:Pencarian

Page 33: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

Deutsch English Español Suomi Français 日本語 Basa Jawa Bahasa Melayu Nederlands Norsk (bokmål) Русский Basa Sunda

Halaman ini terakhir diubah pada 13:33, 9 Maret 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Achmad SoebardjoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari Mr. Ahmad Subardjo)

Akurasi TerperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Page 34: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Achmad Soebardjo

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-1Masa jabatan

2 September 1945–14 November 1945Presiden Soekarno

Pendahulu Tidak Ada.Jabatan BaruPengganti Sutan Syahrir

Masa jabatan4 Agustus 1949–20 Desember 1949

Presiden SoekarnoPendahulu Mohammad RoemPengganti Wilopo

Lahir23 Maret 1896

Karawang, Jawa Barat, Hindia BelandaMeninggal 15 Desember 1978 (umur 82)

Kebangsaan IndonesiaProfesi DiplomatAgama Islam

Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (lahir di Karawang, Jawa Barat, 23 Maret 1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Achmad Soebardjo memiliki gelar Meester in de Rechten, yang diperoleh di Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.

Daftar isi

[sembunyikan]

Page 35: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

1 Awal mula 2 Riwayat perjuangan 3 Wafat 4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting] Awal mula

Achmad Soebardjo dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, tanggal 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf,[1] masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Ahmad Soebardjo dari pihak ayah adalah ulama di wilayah tersebut, sedangkan Teuku Yusuf adalah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang.[2] Ibu Ahmad Soebardjo bernama Wardinah.[2] Ia keturunan Jawa-Bugis,[1] dan merupakan anak dari Camat di Telukagung, Cirebon.[2]

Ayahnya mulanya memberinya nama Teuku Abdul Manaf, sedangkan ibunya memberinya nama Ahmad Subardjo.[1] Nama Djojoadisoerjo ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo karena "Peristiwa 3 Juli 1946".[3]

Ia bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933.

[sunting] Riwayat perjuangan

Semasa masih menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi seperti Jong Jawa dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada bulan Februari 1927, ia pun menjadi wakil Indonesia bersama dengan Mohammad Hatta dan para ahli gerakan-gerakan Indonesia pada persidangan antarbangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman. Pada persidangan pertama itu juga ada Jawaharlal Nehru dan pemimpin-pemimpin nasionalis yang terkenal dari Asia dan Afrika [4] . Sewaktu kembalinya ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Dan pada tanggal 17 Agustus 1945, Soebardjo dilantik sebagai Menteri Luar Negeri pada Kabinet Presidensial, kabinet Indonesia yang pertama, dan kembali menjabat menjadi Menteri Luar Negeri sekali lagi pada tahun 1951 - 1952. Selain itu, ia juga menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Switzerland antara tahun-tahun 1957 - 1961.

Dalam bidang pendidikan, Sebardjo merupakan profesor dalam bidang Sejarah Perlembagaan dan Diplomasi Republik Indonesia di Fakultas Kesusasteraan, Universitas Indonesia.

Page 36: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

[sunting] Wafat

Ahmad Subardjo Djoyoadisuryo meninggal dunia dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pertamina, Kebayoran Baru, akibat flu yang menimbulkan komplikasi. Ia dimakamkan di rumah peristirahatnya di Cipayung, Bogor.[3] Pemerintah mengangkat almarhum sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009.[5].

[sunting] Referensi

1. ^ a b c Bersama Bung Hatta, Copyright 2011 TEMPOinteraktif, 26 April 1975. Diakses 7 Februari 2011.

2. ^ a b c Ahmad Soebardjo Djoyoadisuryo, SH., sumber: Otobiografi Ahmad Soebardjo, Seputar Proklamasi Mohammad Hatta, data di Internet, dalam Catatan 'Seorang' Ikbal, 19 April 2010. Diakses 7 Februari 2011.

3. ^ a b Ahmad Subardjo (1896-1978), Copyright 2011 TEMPOinteraktif, 23 Desember 1978. Diakses 7 Februari 2011.

4. ̂ Gerakan Nasionalis5. ̂ Yudi, Jandi, John Lie Mendapat Gelar Pahlawan Nasional, Sinergi, edisi Nopember

2009, dalam Situs Perhimpunan INTI, Senin, 09 November 2009 18:14. Diakses 2 Februari 2011.

[sunting] Pranala luar

(id) Profil Resmi dari Deplu (id) Menteri Luar negeri Mr. Ahmad Soebardjo Djojoadisurjo

Didahului oleh:tidak ada

Menteri Luar Negeri Indonesia1945

Digantikan oleh:Sutan Sjahrir

Didahului oleh:Mohammad Roem

Menteri Luar Negeri Indonesia1951 - 1952

Digantikan oleh:Wilopo

[sembunyikan] l • b • s

Pahlawan nasional IndonesiaPolitik Abdul Halim · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adenan Kapau Gani ·

Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumbantobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Ida Anak Agung Gde Agung · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Djatikoesoemo · J. Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kusumah Atmaja · Mangkunagara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Syahrir · Tan

Page 37: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Wahid Hasjim · Zainul Arifin

Militer

Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Tengku Rizal Nurdin · Soedirman · Suprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin · Yos Sudarso · Moestopo

KemerdekaanAdisucipto · Abdul Rahman Saleh · Andi Djemma · Bagindo Azizchan · Halim Perdanakusuma · Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Robert Wolter Monginsidi · Sam Ratulangi · Supeno · Ario Soerjo · Sutomo (Bung Tomo)

RevolusiAhmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Opu Daeng Risadju · D.I. Pandjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiono · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo

Pergerakan dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo

SastraAbdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Seni Ismail Marzuki

Pendidikan Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Maria Walanda Maramis

IntegrasiPajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak

Pers Tirto Adhi Soerjo

PembangunanMoestopo · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes

AgamaAhmad Dahlan · Albertus Soegijapranata · Fakhruddin · Hasyim Asyari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Mas Mansoer · Muhammad Natsir · Muhammad Isa Anshary · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati

Perjuangan

Abdul Kadir · Achmad Ri'fai · Ageng Tirtayasa dari Banten · Andi Mappanyukki · Pangeran Antasari · Sultan Agung dari Mataram · Teungku Chik di Tiro · Tjoet Nyak Dhien · Tjoet Nyak Meutia · Pangeran Diponegoro · Raja Haji Fisabilillah · Hamengkubuwana I · Sultan Hasanuddin · Tuanku Imam Bonjol · Iskandar Muda dari Aceh · I Gusti Ketut Jelantik · Kiras Bangun · La Madukelleng · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyi Ageng Serang · Pakubuwana VI · Pattimura · Pong Tiku · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Sisingamangaraja XII · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Untung Suropati

Portal Indonesia

 Artikel bertopik biografi politikus ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Achmad_Soebardjo"

Page 38: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Kategori: Kelahiran 1896 | Kematian 1978 | Pahlawan nasional Indonesia | Menteri Kabinet Presidensial | BPUPKI | Duta Besar Indonesia | Tokoh dari Karawang | Menteri Luar Negeri IndonesiaKategori tersembunyi: Rintisan biografi politikus

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Perubahan tertunda Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia

Istimew a:Pencarian

Page 39: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

Bahasa Melayu

Halaman ini terakhir diubah pada 04:27, 8 Februari 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Agus SalimDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari H. Agus Salim)

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Agus Salim

Page 40: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia ke-3Masa jabatan

3 Juli 1947–20 Desember 1949Presiden Soekarno

Pendahulu Sutan SyahrirPengganti Mohammad Roem

Lahir8 Oktober 1884

Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda

Meninggal4 November 1954 (umur 70)

Jakarta, IndonesiaKebangsaan Indonesia

Profesi Jurnalis, DiplomatAgama Islam

Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq (berarti "pembela kebenaran"); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Latar belakang 2 Karya tulis

o 2.1 Karya terjemahan 3 Karier politik 4 Lihat pula

Page 41: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

5 Pranala luar

[sunting] Latar belakang

Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.

Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda.

Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.

Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.

[sunting] Karya tulis

Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia Dari Hal Ilmu Quran Muhammad voor en na de Hijrah Gods Laatste Boodschap Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi

koleganya, Oktober 1954)

[sunting] Karya terjemahan

Menjinakkan Perempuan Garang (dari The Taming of the Shrew karya Shakespeare) Cerita Mowgli Anak Didikan Rimba (dari The Jungle Book karya Rudyard Kipling) Sejarah Dunia (karya E. Molt)

[sunting] Karier politik

Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI), dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto.

Page 42: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:

anggota Volksraad (1921-1924) anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945 Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947 pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutama Mesir

pada tahun 1947 Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947 Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949

Presiden Sukarno dan Agus Salim dalam tahanan Belanda, 1949.

Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.

Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim dikenal masih menghormati batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.

Setelah mengundurkan diri dari dunia politik, pada tahun 1953 ia mengarang buku dengan judul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid harus dipahamkan? yang lalu diperbaiki menjadi Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal.

Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

[sunting] Lihat pula

Tokoh Indonesia

[sunting] Pranala luar

(id) Profil Resmi dari Deplu (id) Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim (id) "Haji Agus Salim (1884-1954): tentang perang, jihad, dan pluralisme" -

Googlebooks (en) New York Times: Best Story; The Book That Killed Colonialism

Didahului oleh:Sutan Syahrir

Menteri Luar Negeri Indonesia1947 - 1949

Digantikan oleh:Alexander Andries Maramis

Didahului oleh: Menteri Luar Negeri Indonesia Digantikan oleh:

Page 43: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Alexander Andries Maramis 1949 Mohammad Hatta

l • b • s

Pahlawan nasional Indonesia

Politik

Abdul Halim · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adenan Kapau Gani · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumbantobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Ida Anak Agung Gde Agung · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Djatikoesoemo · J. Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kusumah Atmaja · Mangkunagara VIII · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Syahrir · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Wahid Hasjim · Zainul Arifin

Militer

Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Soedirman · Suprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin · Yos Sudarso · Moestopo

KemerdekaanAdisucipto · Abdul Rahman Saleh · Andi Djemma · Bagindo Azizchan · Halim Perdanakusuma · Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Robert Wolter Monginsidi · Sam Ratulangi · Supeno · Ario Soerjo · Sutomo (Bung Tomo)

RevolusiAhmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Opu Daeng Risadju · D.I. Pandjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiono · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo

Pergerakan dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo

SastraAbdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Seni Ismail Marzuki

Pendidikan Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Maria Walanda Maramis

IntegrasiPajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak

Pers Tirto Adhi Soerjo

PembangunanMoestopo · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes

AgamaAhmad Dahlan · Albertus Soegijapranata · Fakhruddin · Hasyim Asyari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Mas Mansoer · Muhammad Isa Anshary · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati

Perjuangan Abdul Kadir · Achmad Ri'fai · Ageng Tirtayasa dari Banten · Andi Mappanyukki · Pangeran Antasari · Sultan Agung dari Mataram · Teungku Chik di Tiro · Tjoet Nyak Dhien · Tjoet Nyak Meutia · Pangeran Diponegoro · Raja Haji Fisabilillah · Hamengkubuwana I · Sultan Hasanuddin · Tuanku Imam Bonjol · Iskandar Muda dari Aceh · I Gusti Ketut Jelantik · Kiras Bangun · La Madukelleng · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Martha Christina

Page 44: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyi Ageng Serang · Pakubuwana VI · Pattimura · Pong Tiku · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Sisingamangaraja XII · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Untung Suropati

Portal IndonesiaDiperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Salim"Kategori: Kelahiran 1884 | Kematian 1954 | Pahlawan nasional Indonesia | Meninggal usia 70 | Tokoh dari Bukittinggi | Menteri Kabinet Sjahrir II | Menteri Kabinet Sjahrir III | Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin I | Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II | Menteri Kabinet Hatta I | Menteri Kabinet Hatta II | BPUPKI | Menteri Luar Negeri Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Istimew a:Pencarian

Page 45: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

Deutsch English Bahasa Melayu Українська

Halaman ini terakhir diubah pada 13:46, 2 Maret 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Wahid HasjimDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari K.H. Wahid Hasyim)

Page 46: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Wahid Hasjim

Menteri Agama Republik Indonesia ke-1Masa jabatan

2 September 1945–14 November 1945Presiden Soekarno

Pendahulu Tidak ada, jabatan baruPengganti Rasjidi

Masa jabatan6 September 1950–3 April 1952

Presiden SoekarnoPendahulu MasjkurPengganti Fakih Usman

Lahir1 Juni 1914

Jombang, Jawa Timur, Hindia Belanda

Meninggal19 April 1953 (umur 38)

Cimahi, Jawa Barat, IndonesiaKebangsaan IndonesiaSuami/Istri Solehah binti KH Bisri Syansuri

Anak

KH. Abdurrahman WahidAisyah Hamid BaidlowiKH Solahuddin Wahiddr. Umar Wahid, Sp.PLily Chodijah WahidHasyim Wahid

Agama Islam

Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan

Page 47: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy'arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.

Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.

Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

Catatan: Masyumi akhirnya menjadi partai politik setelah Indonesia merdeka. Lihat Masyumi

Didahului oleh:tidak ada

Menteri Agama Indonesia1945

Digantikan oleh:Rasjidi

Didahului oleh:Masjkur

Menteri Agama Indonesia1949–1952

Digantikan oleh:Fakih Usman

[sembunyikan] l • b • s

Pahlawan nasional Indonesia

Politik

Abdul Halim · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adenan Kapau Gani · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumbantobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Ida Anak Agung Gde Agung · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Djatikoesoemo · J. Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kusumah Atmaja · Mangkunagara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Syahrir · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Wahid Hasjim · Zainul Arifin

Militer

Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Tengku Rizal Nurdin · Soedirman · Suprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin · Yos Sudarso · Moestopo

KemerdekaanAdisucipto · Abdul Rahman Saleh · Andi Djemma · Bagindo Azizchan · Halim Perdanakusuma · Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Robert Wolter Monginsidi · Sam Ratulangi · Supeno · Ario Soerjo · Sutomo (Bung Tomo)

Revolusi Ahmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso

Page 48: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Darmokusumo · Opu Daeng Risadju · D.I. Pandjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiono · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo

Pergerakan dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo

SastraAbdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Seni Ismail Marzuki

Pendidikan Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Maria Walanda Maramis

IntegrasiPajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak

Pers Tirto Adhi Soerjo

PembangunanMoestopo · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes

AgamaAhmad Dahlan · Albertus Soegijapranata · Fakhruddin · Hasyim Asyari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Mas Mansoer · Muhammad Natsir · Muhammad Isa Anshary · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati

Perjuangan

Abdul Kadir · Achmad Ri'fai · Ageng Tirtayasa dari Banten · Andi Mappanyukki · Pangeran Antasari · Sultan Agung dari Mataram · Teungku Chik di Tiro · Tjoet Nyak Dhien · Tjoet Nyak Meutia · Pangeran Diponegoro · Raja Haji Fisabilillah · Hamengkubuwana I · Sultan Hasanuddin · Tuanku Imam Bonjol · Iskandar Muda dari Aceh · I Gusti Ketut Jelantik · Kiras Bangun · La Madukelleng · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyi Ageng Serang · Pakubuwana VI · Pattimura · Pong Tiku · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Sisingamangaraja XII · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Untung Suropati

Portal Indonesia

 Artikel bertopik biografi tokoh Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Wahid_Hasjim"Kategori: Kelahiran 1914 | Kematian 1953 | Pahlawan nasional Indonesia | Meninggal usia 39 | Tokoh Indonesia | Menteri Kabinet Presidensial | Menteri Kabinet Sjahrir III | Menteri Kabinet Republik Indonesia Serikat | Tokoh Islam Indonesia | Tokoh Nahdlatul Ulama | BPUPKI | Tokoh dari Jombang | Keluarga Abdurrahman WahidKategori tersembunyi: Rintisan biografi Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Page 49: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa

Istimew a:Pencarian

Page 50: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

Deutsch English Bahasa Melayu

Halaman ini terakhir diubah pada 07:06, 16 Februari 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Abikoesno TjokrosoejosoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari Abikusno Tjokrosujono)

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Abikoesno Tjokrosoejoso

Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia ke-1

Page 51: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Masa jabatan2 September 1945–14 November 1945

Presiden SoekarnoPendahulu Tidak ada',Jabatan baruPengganti Martinus Putuhena

Menteri Perhubungan Republik Indonesia ke-1Masa jabatan

2 September 1945–14 November 1945Pendahulu Tidak ada',Jabatan baruPengganti Abdulkarim

Masa jabatan30 Juli 1953–12 Agustus 1955

Presiden SoekarnoPendahulu Djoeanda KartawidjajaPengganti F. Laoh

Lahir 1897

Meninggal1968

Jakarta, IndonesiaKebangsaan Indonesia

Abikoesno Tjokrosoejoso (1897 - 1968), sering dieja Abikusno Tjokrosujoso, adalah Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum pertama Indonesia. Ia merupakan tokoh Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan merupakan salah satu penandatangan Piagam Jakarta (1945).

Didahului oleh:-

Menteri Pekerjaan Umum1945

Digantikan oleh:M. Putuhena

 Artikel bertopik biografi tokoh Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Abikoesno_Tjokrosoejoso"Kategori: Tokoh Indonesia | Kelahiran 1897 | Kematian 1968 | Meninggal usia 71 | Menteri Kabinet Presidensial | BPUPKIKategori tersembunyi: Rintisan biografi Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Page 52: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Istimew a:Pencarian

Page 53: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Bahasa lain

English Bahasa Melayu

Halaman ini terakhir diubah pada 07:04, 20 September 2010. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

A.A. MaramisDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

A.A. Maramis

Menteri Keuangan Republik Indonesia ke-2Masa jabatan

14 November 1945–12 Maret 1946Presiden Soekarno

Pendahulu SamsiPengganti Sunarjo Kolopaking

Page 54: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Masa jabatan3 Juli 1947–4 Agustus 1949

Presiden SoekarnoPendahulu Syafruddin PrawiranegaraPengganti Lukman Hakim

Lahir1897

Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda

Meninggal1977

IndonesiaAlmamater Universitas Leiden, Belanda

Agama Kristen

Mr. Alexander Andries Maramis (1897 - 1977) adalah anggota KNIP, anggota BPUPKI dan Menteri Keuangan pertama Republik Indonesia dan merupakan orang yang menandatangani Oeang Republik Indonesia pada tahun 1945. Adik kandung Maria Walanda Maramis ini menyelesaikan pendidikannya dalam bidang hukum pada tahun 1924 di Belanda.

Pada waktu Agresi Militer Belanda II, AA Maramis berada di New Delhi, India dan ditugasi untuk memimpin Pemerintah RI dalam pengasingan. Ia kemudian menjadi Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Darurat yang diketuai oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Pendidikan 2 Riwayat jabatan 3 Pranala luar 4 Pranala luar

[sunting] Pendidikan

Semasa remaja beliau bersekolah di ELS (European Elementary School), pada tahun 1911. Pada tahun 1918, beliau melanjutkan sekolah ke HBS dan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Leiden, Belanda, lulus dengan gelar "Meester in de Rechten" (Mr) pada tahun 1924.

[sunting] Riwayat jabatan

Di awal jabatan politiknya, Mr. A.A. Maramis menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun 1945, bersama rekan seperjuangan lainnya antara lain Ir. Soekarno dan Mr. Ahmad Subardjo.

Page 55: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Mr. A.A. Maramis adalah salah satu orang yang merumuskan dan menandatangani Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Dia mengusulkan perubahan butir pertama Pancasila kepada Drs. Mohammad Hatta setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. A.A. Maramis juga adalah salah satu orang yang menandatangani Piagam tersebut bersama dengan Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Pada saat Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II, Mr. A.A. Maramis ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri Pemerintah Darurat RI (PDRI) yang berkedudukan di New Delhi, India. Semasa hidupnya Beliau pernah juga menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Filipina, Jerman Barat dan Rusia.

Pada tahun 1974 Bersama Dr. Mohammad Hatta, Mr. Sunario Sastrowardoyo, Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. AA Maramis termasuk dalam "Panitia Lima" yang ditugaskan Pemerintah untuk mendokumentasikan perumusan Pancasila.

[sunting] Pranala luar

Biografi Mr. AA Maramis di Indopolitik.com

[sunting] Pranala luar

(Indonesia) Profil Resmi dari Deplu (Indonesia) Menteri Luar Negeri Mr. Alexander Andries Maramis

Didahului oleh:Samsi

Menteri Keuangan1945

Digantikan oleh:Sunarjo Kolopaking

Didahului oleh:Syafruddin Prawiranegara

Menteri Keuangan1947 - 1949

Digantikan oleh:Lukman Hakim

Didahului oleh:Agus Salim

Menteri Luar Negeri Indonesia1949

Digantikan oleh:Agus Salim

 Artikel bertopik biografi tokoh Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/A.A._Maramis"Kategori: Tokoh Indonesia | Kelahiran 1897 | Kematian 1977 | Meninggal usia 80 | Menteri Kabinet Presidensial | Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin I | Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II | Menteri Kabinet Hatta I | Menteri Kabinet Darurat | BPUPKI | Duta Besar Indonesia | Menteri

Page 56: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Keuangan Indonesia | Menteri Luar Negeri Indonesia | Tokoh Kristen Indonesia | Tokoh Minahasa | Marga MaramisKategori tersembunyi: Rintisan biografi Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan

Istimew a:Pencarian

Page 57: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

Bahasa Melayu

Halaman ini terakhir diubah pada 06:54, 8 Maret 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Mohammad YaminDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Mohammad Yamin

Page 58: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Menteri Penerangan ke-14Masa jabatan

6 Maret 1962–13 November 1963Presiden Soekarno

Pendahulu MaladiPengganti Roeslan Abdulgani

Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-8

Masa jabatan30 Juli 1953–12 Agustus 1955

Presiden SoekarnoPendahulu Bahder DjohanPengganti R.M. Suwandi

Menteri Kehakiman Republik Indonesia ke-6Masa jabatan

27 April 1951–3 April 1952Presiden Soekarno

Pendahulu WongsonegoroPengganti Lukman Wiriadinata

Lahir24 Agustus 1903

Sawahlunto, Sumatera Barat, Hindia Belanda

Meninggal17 Oktober 1962 (umur 59)

Jakarta, IndonesiaKebangsaan Indonesia

Agama Islam

Page 59: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Mr. Prof. Muhammad Yamin, SH (lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia dimakamkan di Talawi, Sawahlunto

Beliau merupakan salah satu perintis puisi modern di Indonesia, serta juga 'pencipta mitos' yang utama kepada Presiden Sukarno.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Biografi o 1.1 Kesusasteraan o 1.2 Politik

2 Karya-karyanya 3 Lihat pula 4 Pranala luar

[sunting] Biografi

[sunting] Kesusasteraan

Dilahirkan di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis dalam bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera,  sebuah jurnal berbahasa Belanda, pada tahun 1920. Karya-karyanya yang awal masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.

Pada tahun 1922, Yamin muncul buat pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah Air ; maksud "tanah air"-nya ialah Sumatera. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu yang pertama yang pernah diterbitkan. Sitti Nurbaya, novel modern pertama dalam bahasa Melayu juga muncul pada tahun yang sama, tetapi ditulis oleh Marah Rusli yang juga merupakan seorang Minangkabau. Karya-karya Rusli mengalami masa kepopuleran selama sepuluh tahun .

Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini amat penting dari segi sejarah karena pada waktu itulah, Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa muncul juga pada tahun yang sama. Antara akhir dekade 1920-an sehingga tahun 1933, Roestam Effendi, Sanusi Pane, dan Sutan Takdir Alisjahbana merupakan pionir-pionir utama bahasa Melayu-Indonesia dan kesusasteraannya.

Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, dia masih lebih menepati norma-norma klasik bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang

Page 60: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah dan puisi yang lain, serta juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.

[sunting] Politik

Pada tahun 1932, Yamin memperoleh ijazahnya dalam bidang hukum di Jakarta. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta sehingga tahun 1942. Karier politiknya dimulai dan beliau giat dalam gerakan-gerakan nasionalis. Pada tahun 1928, Kongres Pemuda II menetapkan bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa Melayu, sebagai bahasa gerakan nasionalis Indonesia. Melalui pertubuhan Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya bahasa Indonesia dijadikan asas untuk sebuah bahasa kebangsaan. Oleh itu, bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta alat utama dalam kesusasteraan inovatif.

Semasa pendudukan Jepang antara tahun 1942 dan 1945, Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, beliau mencadangkan bahwa sebuah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) diasaskan serta juga bahwa negara yang baru mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta juga kesemua wilayah Hindia Belanda. Sukarno yang juga merupakan anggota BPUPK menyokong Yamin. Sukarno menjadi presiden Republik Indonesia yang pertama pada tahun 1945, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya.

Yamin meninggal dunia di Jakarta dan dikebumikan di Talawi, sebuah kota kecamatan yang terletak 20 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.

[sunting] Karya-karyanya

Sampul Buku Muhammad Yamin dan cita cita persatuan

Tanah Air, 1922 Indonesia, Tumpah Darahku, 1928 Ken Arok dan Ken Dedes, 1934

Page 61: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Sedjarah Peperangan Dipanegara , 1945 Gadjah Mada, 1948 Revolusi Amerika, 1951

[sunting] Lihat pula

Tokoh Indonesia

[sunting] Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Mohammad Yamin

(Inggris) Muhammad Yamin

Didahului oleh:Wongsonegoro

Menteri Kehakiman1951–1952

Digantikan oleh:Lukman Wiriadinata

Didahului oleh:Bahder Djohan

Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan1953–1955

Digantikan oleh:RM Suwandi

Didahului oleh:Maladi

Menteri Penerangan1962–1963

Digantikan oleh:Roeslan Abdulgani

[sembunyikan] l • b • s

Pahlawan nasional Indonesia

Politik

Abdul Halim · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adenan Kapau Gani · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumbantobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Ida Anak Agung Gde Agung · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Djatikoesoemo · J. Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kusumah Atmaja · Mangkunagara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Syahrir · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Wahid Hasjim · Zainul Arifin

Militer

Abdul Haris Nasution · Andi Abdullah Bau Massepe · Basuki Rahmat · Tjilik Riwut · Gatot Soebroto · Harun Thohir · Hasan Basry · John Lie · R.E. Martadinata · Marthen Indey · Tengku Rizal Nurdin · Soedirman · Suprijadi · Oerip Soemohardjo · Usman Janatin · Yos Sudarso · Moestopo

Kemerdekaan Adisucipto · Abdul Rahman Saleh · Andi Djemma · Bagindo Azizchan · Halim

Page 62: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Perdanakusuma · Slamet Rijadi · Iswahyudi · I Gusti Ngurah Rai · Robert Wolter Monginsidi · Sam Ratulangi · Supeno · Ario Soerjo · Sutomo (Bung Tomo)

RevolusiAhmad Yani · Karel Satsuit Tubun · Mas Tirtodarmo Harjono · Katamso Darmokusumo · Opu Daeng Risadju · D.I. Pandjaitan · Pierre Tendean · Siswondo Parman · Sugiono · R. Suprapto · Sutoyo Siswomiharjo

Pergerakan dr. Soetomo · Wage Rudolf Soepratman · Wahidin Soedirohoesodo

SastraAbdoel Moeis · Agus Salim · Amir Hamzah · Mohammad Yamin · Ali Haji bin Raja Haji Ahmad

Seni Ismail Marzuki

Pendidikan Dewi Sartika · Kartini · Ki Hadjar Dewantara · Maria Walanda Maramis

IntegrasiPajonga Daeng Ngalie Karaeng Polongbangkeng · Silas Papare · Syarif Kasim II dari Siak

Pers Tirto Adhi Soerjo

PembangunanMoestopo · Suharso · Siti Hartinah · Teuku Mohammad Hasan · Wilhelmus Zakaria Johannes

AgamaAhmad Dahlan · Albertus Soegijapranata · Fakhruddin · Hasyim Asyari · Hazairin · Ilyas Yakoub · Mas Mansoer · Muhammad Natsir · Muhammad Isa Anshary · Noer Alie · Nyai Ahmad Dahlan · Syech Yusuf Tajul Khalwati

Perjuangan

Abdul Kadir · Achmad Ri'fai · Ageng Tirtayasa dari Banten · Andi Mappanyukki · Pangeran Antasari · Sultan Agung dari Mataram · Teungku Chik di Tiro · Tjoet Nyak Dhien · Tjoet Nyak Meutia · Pangeran Diponegoro · Raja Haji Fisabilillah · Hamengkubuwana I · Sultan Hasanuddin · Tuanku Imam Bonjol · Iskandar Muda dari Aceh · I Gusti Ketut Jelantik · Kiras Bangun · La Madukelleng · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyi Ageng Serang · Pakubuwana VI · Pattimura · Pong Tiku · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Sisingamangaraja XII · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Untung Suropati

Portal IndonesiaDiperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Yamin"Kategori: Kelahiran 1903 | Kematian 1962 | Pahlawan nasional Indonesia | Meninggal usia 59 | BPUPKI | Sastrawan Indonesia | Tokoh dari Sawahlunto | Menteri "Kehakiman", sekarang "Hukum dan Hak Asasi Manusia" Indonesia | Menteri "Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan", sekarang "Pendidikan Nasional" Indonesia | Menteri Penerangan Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Page 63: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa

Istimew a:Pencarian

Page 64: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Pranala permanen Kutip halaman ini

Bahasa lain

English Suomi Bahasa Melayu

Halaman ini terakhir diubah pada 15:45, 24 Januari 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

Panitia SembilanDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Panitia Sembilan adalah panitia yang beranggotakan 9 orang yang bertugas untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945. Adapun anggota Panitia Sembilan adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (ketua)2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)5. KH. Wachid Hasyim (anggota)6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)8. H. Agus Salim (anggota)9. Mr. A.A. Maramis (anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:

Page 65: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya2. Kemanusiaan yang adil dan beradab3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Piagam Jakarta inilah yang menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Sembilan"Kategori: Sejarah Indonesia

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Sunting Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi

Istimew a:Pencarian

Page 66: Profil Anggota Panitia 9 (PPKI) by Toro

Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Kutip halaman ini

Halaman ini terakhir diubah pada 02:47, 2 Februari 2011. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan

tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan