profil

9
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2009 PEMBANGUNAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggaraan pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia; baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten / kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan, baik yang telah lama ada maupun yang baru diadakan, baik manual maupun elektronis. KEADAAN GEOGRAFI Kabupaten Banyuasin terletak antara 1,3 o - 4 o Lintang Selatan dan 104 o 40' - 105 o 15' Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sira Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir; Kota Palembang; Kecamatan Gelumbang dan Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lais, Kecamatan Sungai Lilin dan Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Sugihan dan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Luas wilayah Kabupaten Banyuasin 11.832,99 km2 (sekitar 12,18% dari luas Provinsi Sumatera Selatan). Sebagian kecil (20%) berupa daratan yang datar ataupun berbukit dengan ketinggian tanah 20-140 m dpl (dari permukaan laut). Sebagian besar (80%) merupakan dataran rendah perairan berupa pesisir pantai, lebak

Upload: kiswanto911kiss

Post on 25-Jul-2015

193 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil

PROFIL  KESEHATAN  KABUPATEN  BANYUASINTAHUN  2009

PEMBANGUNAN KESEHATAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggaraan pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia; baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten / kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.

Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan, baik yang telah lama ada maupun yang baru diadakan, baik manual maupun elektronis.

KEADAAN GEOGRAFIKabupaten Banyuasin terletak antara 1,3o - 4o Lintang Selatan dan 104o 40' - 105o 15' Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka,

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sira Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir; Kota Palembang; Kecamatan Gelumbang dan Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim,

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lais, Kecamatan Sungai Lilin dan Kecamatan Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin,

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Air Sugihan dan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Luas wilayah Kabupaten Banyuasin 11.832,99 km2 (sekitar 12,18% dari luas Provinsi Sumatera Selatan). Sebagian kecil (20%) berupa daratan yang datar ataupun berbukit dengan ketinggian tanah 20-140 m dpl (dari permukaan laut). Sebagian besar (80%) merupakan dataran rendah perairan berupa pesisir pantai, lebak dan daerah rawa pasang surut yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Wilayah ini dilalui oleh aliran sungai-sungai besar dan kecil, seperti Sungai Musi, Sungai Batanghari Leko, Air Banyuasin, Air Sugihan, Air Salek. Di wilayah ini, transportasi air sangat dominan.

Jarak terjauh Ibukota Kecamatan dan Ibukota Kabupaten sekitar183 km dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 5 jam dengan transportasi air + darat. Sedangkan jarak antara Ibukota Kabup aten (Pangkalan Balai) dengan ibukota Propinsi (Palembang) adalah 45 km yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil). Pangkalan Balai, ibukota Kabupaten Banyuasin, terletak di Jalur Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Kota Palembang dan Kota Jambi. Kabupaten Banyuasin mempunyai iklim tropis basah dengan dua musim (hujan dan kemarau). Variasi curah hujan antara 1,07-13,32 mm sepanjang tahun. Di sektor pertanian, lahan basah itu dikembangkan sebagai sentra pertanian tanaman pangan (berupa persawahan pasang surut - Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu daerah Lumbung Padi) dan juga perkebunan. Tanaman perkebunan yang terbukti potensial dikembangkan antara lain karet dan kelapa sawit (di lahan kering), kelapa, kopi (varietas tertentu) dan kelapa sawit (di lahan pasang

Page 2: Profil

surut). Wilayah pesisir Kabupaten Banyuasin dikenal sejak lama sebagai sentra perikanan laut, seperti di Sungsang dan Sembilang.

Di sektor industri dan perdagangan, Kabupaten Banyuasin memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi sentra industri kecil dan menengah. Sektor pertambangan Kabupaten Banyuasin merupakan sektor yang dapat diunggulkan, namun potensinya belum banyak dikelola dan diolah untuk kesejahteraan masyarakat. Potensi deposit mineral yang ada diantaranya : Batubara (Bentayan), Kaolin (Air Batu), Liat (Talang Kelapa, Air Batu), pasir silica / pasir putih (Talang betutu), gambut (Air Sugihan), minyak dan gas bumi (Pulau Rimau), yang kesemuanya masih memerlukan pendayagunaan yang optimal.

SEJARAH

Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan, merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI pada tanggal 2 Juli 2002 sesuai dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin, dengan ibukota Pangkalan Balai.

Setelah mengalami beberapa kali pemekaran wilayah kecamatan dan desa / kelurahan, jumlah Kecamatan yang ada pada tahun 2009 adalah sebanyak 15 Kecamatan dengan 287 Desa dan 16 Kelurahan.

KEPENDUDUKAN

Penduduk Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009 berjumlah 818.280 jiwa dengan kepadatan rata-rata 69,2 jiwa per km2. Kepadatan penduduk antar Kecamatan sangat bervariasi.

Yang tertinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Talang Kelapa yang merupakan daerah pinggiran kota, berbatasan langsung dengan kota Palembang (Ibukota Propinsi). Banyak dari penduduknya adalah orang-orang yang setiap hari bekerja / beraktivitas di kota Palembang.

Sedangkan yang rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah pesisir, sebagian wilayahnya merupakan eks pemukiman Transmigrasi.

Penduduk Laki-laki 412.200 jiwa, sedangkan penduduk perempuan 406.080 jiwa. Rasio Jenis kelamin (Sex Ratio)-nya sebesar 101,51, sedikit di atas angka 100. Artinya, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif sama (seimbang), secara rata-rata terdapat sekitar 101 penduduk laki-laki dalam 100 penduduk perempuan.

Penduduk suatu wilayah dianggap berstruktur penduduk muda apabila penduduk usia di bawah 15 tahun mencapai sebesar 40% atau lebih dari jumlah seluruh penduduk; sebaliknya, disebut berstruktur penduduk tua apabila jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas melebihi 10% dari total penduduk (Demografi, www.data statistik-indonesia.com).

Penduduk Kabupaten Banyuasin usia kurang dari 15 tahun sebesar 28,26%, sedangkan yang lebih dari 65 tahun sebesar 2,9%. Dengan demikian, penduduk Kabupaten Banyuasin tidak berstruktur penduduk muda, tetapi juga tidak berstruktur penduduk tua.

Adapun Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Banyuasin sebesar 45,27; terdiri atas rasio beban tanggungan muda sebesar 41,05 dan rasio beban tanggungan tua sebesar 4,22. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) mempunyai beban tanggungan sebanyak 41 orang penduduk belum produktif (<15 tahun) dan 4 orang penduduk yang sudah dianggap tidak produktif (65+ tahun).

Page 3: Profil

Angka rasio beban tanggungan yang tinggi ini berarti sebagian besar penghasilan yang diperoleh golongan penduduk usia produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk yang non produktif. Hal ini dapat memperlambat tercapainya kesejahteraan masyarakat.

KEADAAN LINGKUNGAN

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu bangunan yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Menurut laporan yang terkumpul dari Puskesmas se-Kabupaten Banyuasin pada tahun 2009, persentase rumah sehat sebesar 54,5%. Angka ini masih di bawah target Indonesia  sehat 2010 yaitu sebesar 80%, sehingga perlu upaya program terkait untuk meningkatkan jumlah rumah sehat. Rendahnya persentase rumah sehat di Kabupaten Banyuasin dapat disebabkan antara lain, karena kurangnya pemahaman sektor-sektor terkait terhadap konsep pembangunan berwawasan kesehatan.

Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi terminal, pasar, tempat ibadah, stasiun, tempat rekreasi, dan lain-lain, sedangkan TPM meliputi hotel, restoran, depot, dan lain-lain. TTU dan TPM yang sehat adalah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL), ventilasi yang baik, luas lantai/ruangan yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Dari 866 TUPM yang ada di Kabupaten Banyuasin, 722 (83,4%) diantaranya diperiksa. Dari yang diperiksa tersebut, yang memenuhi syarat TUPM sehat sebanyak 483 (66,9%).

Akses Terhadap Air Bersih, Keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah keluarga yang mempunyai kemudahan dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan.

Adapun sumber air bersih yang biasa digunakan oleh rumah tangga dibedakan sebagai berikut : Air Ledeng, SPT (Sumur Pompa Tangan), SGL (Sumur Gali), PAH (Penampungan Air Hujan), Air kemasan, dan lainnya.

Berdasarkan data laporan yang masuk dari Puskesmas, rumah tangga di Kabupaten Banyuasin yang mendapatkan akses air bersih sebanyak 57,9%. Ini masih di bawah target Indonesia Sehat 2010 (yaitu 85%).

Sarana Sanitasi Dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat sampah, dan saluran pembuangan air limbah (SPAL). Dari 199.908 KK yang ada, tidak semuanya bisa diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Pada beberapa Puskesmas, jumlah KK yang diperiksa berbeda untuk setiap jenis pemeriksaan. Semestinya, pemeriksaan dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar. Data yang diterima Seksi Penyehatan Lingkungan melaporkan bahwa, pada tahun 2009, jumlah KK yang memilik Jamban Keluarga sebesar 64,4%, dan seluruhnya jamban sehat, KK yang memiliki Tempat Pembuangan Sampah sebesar 57,7%, namun tidak ada yangmemenuhi syarat kesehatan. Sedangkan KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga sebesar 38,8% dari rumah tangga yang diperiksa, namun tidak ada yang memenuhi syarat kesehatan. Rumah tangga yang diperiksa sebanyak 63% dari seluruh rumah tangga yang ada.

KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Page 4: Profil

Rumah Tangga Sehat (PHBS) Yang dimaksud Rumah tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan sepuluh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai berikut :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,2. Memberi bayi ASI eksklusif,3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan,4. Menggunakan air bersih,5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,6. Menggunakan jamban sehat,7. Memberantas jentik di rumah,8. Makan buah dan sayur setiap hari,9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan10. Tidak merokok di dalam rumah.

Data yang diterima melaporkan bahwa dari 118.502 rumah tangga yang dipantau (59,3% dari yang ada), baru 52,7% Rumah tangga di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2008 yang menerapkan PHBS termaksud. Ini masih di bawah target Indonesia Sehat 2010, yaitu 65%.

ASI Eksklusif, Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi; baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik, aspek kecerdasan, aspek neurologik, aspek ekonomik maupun aspek penundaan kehamilan. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapatkan ASI saja sampai mencapai usia 6 bulan. Di Kabupaten Banyuasin, dari seluruh bayi yang ada (18.420 bayi), yang diberi ASI eksklusif sebanyak 11.786 bayi atau 64%. Ini masih di bawah target pencapaian SPM, yaitu sebesar 80%.

Posyandu, Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal masyarakat untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal lima program prioritas, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 terdapat 653 posyandu yang terdiri dari : Posyandu Pratama 50 buah (7,7%), Madya 218 buah (33,4%), Purnama 327 buah (50,1%) dan Mandiri 58 buah (8,9%). Adapun yang dimaksud Posyandu Aktif adalah Posyandu strata Purnama dan Mandiri. Di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 terdapat Posyandu Aktif sebanyak 385 buah (59%). Ini sudah di atas target Indonesia Sehat 2010, yaitu 40%. Perkembangan posyandu sangat dipengaruhi oleh upaya kader dalam mengelola posyandu, ditambah dukungan dari perangkat desa dan dinas terkait seperti Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Sosial, Dinas Kesehatan, Badan Keluarga Berencana, dll. Adapun kegiatan revitalisasi posyandu sendiri lebih diarahkan untuk meningkatkan jumlah dan mutu posyandu dengan cara peningkatan ketrampilan petugas kesehatan dalam membina posyandu.

Poskesdes, Pada tahun 2009, seluruh desa / kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuasin telah menjadi Desa / Kelurahan Siaga. Di setiap desa / kelurahan tersebut telah pula dibentuk Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Ada Poskesdes yang benar-benar baru dibentuk dan ada pula Poskesdes yang merupakan pengembangan dari Polindes ataupun UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat) lainnya yang telah ada di desa / kelurahan tersebut. Poskesdes adalah suatu bentuk UKBM yang merupakan wahana kewaspadaan dini

Page 5: Profil

terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan yang dikelola oleh kader / forum masyarakat desa dengan bimbingan tenaga kesehatan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, Dalam rangka meningkatkan kepesertaan masyarakat dalam pembiayaank esehatan, berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan pra upaya, yaitu asuransi kesehatan, jamsostek atau asuransi tenaga kerja lainnya, Askeskin / Jamkesmas, dan asuransi kesehatan lainnya. Selama tahun 2009, penduduk Kabupaten Banyuasin yang menjadi peserta Askes sebanyak 16.392 orang, Jamsostek 13.874 orang, Jamkesmas 362.766 orang, Jamsoskes Sumsel Semesta 423.573 dan lainnya 1.675 orang. Pada tahun 2009, seluruh anggota Keluarga Miskin yang ada (362.766 jiwa) tercakup dalam program JPKM (yaitu Jamkesmas) dan 45,1% diantaranya (163.628 jiwa) telah memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada.

SITUASI DERAJAT KESEHATANIPM (Indeks Pembangunan Manusia), merupakan indeks yang mengukur pencapaian suatu wilayah yang direpresentasikan dalam tiga dimensi, yaitu : umur panjang dan sehat serta pengetahuan dan standar hidup yang layak. Dengan demikian IPM tersusun dari tiga komponen indeks, yaitu :1. Peluang umur (longevity) yang digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir

(Life expectency at birth). Angka ini mencerminkan rata-rata jumlah tahun yang akan dijalani oleh sekelompok orang yang dilahirkan pada suatu waktu tertentu dengan asumsi pola mortalitas untuk setiap kelompok umur pada masa yang akan datang tetap.

2. Pengetahuan (knowledge) yang digambarkan oleh Angka Melek Huruf (Literacy rate, Lit) dan Rata-rata Lama Sekolah / LS (Mean Years School, MYS).

3. Standar hidup layak (decent living) yang digambarkan oleh Daya Beli Riil (Real purchasing power parity, PPP).

Angka-angka tersebut dihasilkan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) melalui suatu survey yang diadakan setiap pertengahan tahun. Guna menggambarkan pencapaian pembangunan Banyuasin sejak berdirinya, berikut ini adalah IPM Kabupaten Banyuasin :

Pada awalnya, status pembangunan manusia di Kabupaten Banyuasin termasuk klasifikasi Menengah Bawah (50 ≤ IPM < 66). Sejak tahun 2004, sudah termasuk Menengah Atas (66 ≤ IPM < 80). Setiap tahun besar IPM, Angka Harapan Hidup dan komponen lainnya terus menunjukkan peningkatan.

MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian bayi yang terlaporkan pada tahun 2009 ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan yang terlaporkan pada tahun 2008. AKB 2008 adalah sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB pada tahun 2009 adalah sebesar 5 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB.

Page 6: Profil

Angka Kematian Ibu Maternal (AKI), Pada tahun 2009, dilaporkan adanya 19 kasus kematian maternal, yang terjadi karena perdarahan (9 kasus), infeksi (8 kasus) dan penyebab yang lain (2 kasus). Sedangkan bayi yang lahir hidup dilaporkan sejumlah 16.977 bayi. Dengan demikian, angka kematian ibu yang terlapor di Kabupaten Banyuasin sebesar 112 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dari yang terlaporkan pada tahun 2008, yaitu sebesar 122 per 100.000 kelahiran hidup.

MORBIDITAS

Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2009 :

Infeksi akut lain pada saluran nafas bagian atas, Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat, Diare (termasuk tersangka Kolera), Gastritis, Penyakit tekanan darah tinggi, Penyakit kulit alergi, Penyakit kulit infeksi, Kertas gigi, Penyakit lain pada saluran nafas bagian atas, dan Penyakit mata lainnya.

Yang Terbanyak adalah ISPA. Diantaranya ada penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan penyakit kulit infeksi.