produksi rekaman karawitan rri yogyakarta sebagai …
TRANSCRIPT
Urip Wahyono
95 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
PRODUKSI REKAMAN KARAWITAN RRI YOGYAKARTA
SEBAGAI BENTUK PELESTARIAN BUDAYA
Urip Wahyono
Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
ABSTRAK
RRI sebagai radio milik pemerintah mempunyai kewajiban ikut serta
menunjang pengembangan seni dan budaya dengan berperan aktif
dalam pengembangan seni karawitan melalui proses produksi rekaman
uyon-uyon. Di dalam upaya untuk dapat melaksanakan kegiatan proses
produksi rekaman karawitan, diperlukan sebuah proses panjang untuk
menjadi sebuah siaran karawitan yang berbobot dan menjadi acuan
sebagian masyarakat pendengarnya. Proses tersebut dimulai dengan pra
produksi sampai dengan pasca produksi siaran. Oleh karena itu
hadirnya siaran uyon-uyon menjadi sebuah jawaban dari persoalan
pelestarian dan pengembangan seni budaya.
Kata kunci: RRI Yogyakarta, uyon-uyon, proses produksi rekaman
A. Pendahuluan
Karawitan merupakan bentuk seni pertunjukan yang telah
berkembang dan membudaya di wilayah nusantara khususnya di Jawa.
Kesenian ini sudah dikenal lama oleh masyarakat Jawa, namun kapan
diciptakannya dan siapa yang menciptakan belum diketahui secara
pasti. Hal tersebut tidak mengherankan dikarenakan pewarisannya
dilakukan secara turun-temurun (Sumanto, Nartosabdho:
Kehadirannya dalam Dunia Pedalangan 2002, 15). Data tulis yang ada
juga sangat terbatas untuk menerangkan adanya siapa pencipta-
Urip Wahyono
96 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
pencipta pada masa terdahulu. Atas dasar pertimbangan tersebut,
hadirnya sebuah pendokumentasian untuk karawitan sangat diperlukan
di masa yang akan datang agar seni karawitan tidak hilang begitu saja.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan dan
mengembangkan seni karawitan, di antaranya lewat teknologi
penyiaran radio maupun lewat rekaman kaset pita maupun VCD.
Dalam sejarah perkembangan karawitan, kehadiran teknologi
memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan seni karawitan
di lingkungan masyarakat, salah satunya adalah melalui teknologi
radio. Sebagaimana koran, majalah, dan televisi, radio merupakan
media komunikasi massa yang dapat digunakan setiap orang untuk
tujuan tertentu. Di Indonesia radio dibagi menjadi dua kategori yaitu
radio milik pemerintah yang disebut Radio Republik Indonesia (RRI)
dan radio swasta niaga. Salah satu stasiun radio pemerintah yang
membantu dalam penyiaran gending-gending adalah RRI Yogyakarta
yang dibentuk tanggal 11 September 1945. Pada masa pemerintahan
orde baru, RRI Yogyakarta berstatus Nusantara II yang bernaung di
bawah Departemen Penerangan dengan sebutan RRI Stasiun Nusantara
II Yogyakarta. Setelah reformasi berstatus Perusahaan Jawatan (Perjan)
dan berganti nama menjadi RRI Cabang Madya Yogyakarta yang
bernaung di bawah Departemen Keuangan, kemudian sekarang menjadi
Lembaga Penyiaran Publik dengan mengacu Badan Hukum UU No. 37
tahun 2005 dan PP No. 11 dan PP No. 12 Tahun 2005.
Urip Wahyono
97 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
Di samping berfungsi sebagai sarana informasi muktahir, RRI
Yogyakarta juga pernah menyiarkan hiburan-hiburan segar yang
mampu merebut hati para penggemarnya, antara lain adalah musik pop,
wayang orang, wayang kulit, ketoprak, pembacaan puisi dan
sebagainya (Amin Rais, 1985: 37-41). Sebagai radio milik pemerintah
RRI Yogyakarta dituntut untuk melakukan siaran yang membuat
sebuah sajian acara radio menarik untuk didengar. Untuk
penyelenggaraan sebuah radio sangat diperlukan format siaran, tujuan
penentuan format siaran untuk memenuhi sasaran khalayak secara
spesifik dan untuk kesiapan berkompetensi dengan radio guna merebut
pangsa pendengar. Salah satu format siaran budaya yang dikemas oleh
RRI Yogyakarta adalah siaran uyon-uyon sebagai materi siaran penting
untuk mengembangkan seni karawitan di wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya. Sebagai salah satu materi utama siaran tentunya banyak
pertimbangan agar siaran uyon-uyon dapat dinikmati oleh para
pendengarnya.
Format siaran uyon-uyon yang dipakai oleh LPP RRI Yogyakarta
meliputi dua proses yaitu secara langsung (live) dan siaran tunda. Siaran
langsung yaitu semua hal yang mengenai program siaran dilakukan
secara langsung dalam hal ini adalah ketelitian dalam mengolah siaran
sangat diperlukan, kesalahan dalam penyiaran akan berakibat fatal,
karena materi yang disajikan tidak dapat diulang akan tetapi didengar
langsung oleh para pendengar dan tidak melalui tahap-tahap pengeditan
Urip Wahyono
98 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
di ruang siaran. Adapun dalam proses siaran tunda, produksi dilakukan
di dalam ruang produksi meliputi tahap pengeditan dan penggabungan
materi secara mekanis sampai sebuah paket siap disiarkan. Pada proses
rekaman ini lebih ditekankan pada kesempurnaan auditif untuk hasil
yang maksimal, maka kualitas produksi rekaman gending merupakan
suatu unsur penting dalam mewujudkan materi siaran karawitan yang
baik. Hal ini mengingat bahwa radio merupakan media siaran yang
menggunakan materi audio sebagai media utama dalam memberikan
informasi dan apresiasi bagi khalayak pendengar.
Radio sebagai institusi sosial yang sedang berkembang secara
dinamis, banyak harapan dari masyarakat agar materi yang disiarkan
sesuai dengan dinamika hati para pendengar yang sekarang ini makin
kritis dengan siaran yang disajikan dan dinamika kehidupan yang
sangat kompleks. Radio tidak hanya menghibur dan menjauhkan
pendengar dari realitas yang harus dipecahkan secepatnya. Untuk itu,
dianjurkan tidak mengakses wacana yang anti sosial, tidak membentuk
masyarakat yang acuh tak acuh akan tetapi masyarakat yang berbudaya,
kreatif dan optimis.
B. Proses rekaman uyon-uyon di RRI Yogyakarta
Proses rekaman karawitan di RRI Yogyakarta yang dilaksanakan
oleh Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta atau grup pembantu
siaran ditempuh melalui berbagai proses tahapan produksi untuk
menghasilkan suatu produk rekaman yang baik dengan hasil maksimal.
Urip Wahyono
99 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
1. Perencanaan
Mencari dan menemukan ide acara merupakan proses yang
sangat penting, sebab suatu acara akan dapat diterima oleh
pendengarnya jika ide yang dipilih sesuai dengan pilihan para
pendengar. Oleh sebab itu, pentingnya merencanakan suatu produksi
acara merupakan hal utama dalam proses suatu produksi. Pada tahap
perencanaan ini produser acara mengadakan rapat dan menentukan
acara yang akan dibuat bersama anggota lainnya termasuk tim kreatif.
Pembahasan yang penting dalam proses perencanaan ini terdiri dari
nama acara, penempatan siaran, materi gending yang akan disajikan,
durasi, operator, maupun pengarah acara.
Berikut adalah contoh jadwal perencanaan program siaran uyon-uyon
malam yang disiapkan sebelum proses acara rekaman berlangsung oleh
Keluarga Kesenian RRI Yogyakarta.
Uyon-uyon Malam
Oleh : Karawitan RRI Yogyakarta
Pimpinan : Ki Murwanto
Waranggana : Ny. Kasilah, Ny. Mugini, Ny. Mamik Wiratmi,
Ny. Jimah Poniji, Ny. Sunarni, Ny. Wahyu.
Gerong : Sdr. Tumidjan, Sdr. Ponijo, Pratiwi Wibawa
Penata Gending : Ki Murwanto
Operator Produksi : Subarjo
Urip Wahyono
100 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
Pengarah Acara : Sutardjo
NO Gending Durasi
1. Gending Pambuka 2’30”
2. Gending Merak Kesimpir Pelog Patet Nem ndawah
Ladrang Gleyong Kasusul lagu Gotong Royong
17’59”
3. Bawa Sekar tengahan Sri Martana Dening
Tumidjan Katampen Gending Maduwaras Slendro
Sanga ketuk kalih kerep minggah ketuk sekawan
Kasusul Ladrang Gecul Sura Wangen
33’43”
4. Gending Lempung Gunung Pelog Patet Barang,
ketuk kalih kerep minggah Gandrung Manis dipun
pungkasi Pangkur Palaran Tuwin Jenggleng
Dening Sedherek Yuningsih Saha Harto Basiyo
49’55”
Sumber: Produksi RRI Yogyakarta
2. Menentukan kelompok pengisi acara
Menghubungi kelompok pengisi acara dibagi menjadi dua yaitu
dari kelompok pengisi dari Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta
dan kelompok pembantu siaran yaitu dari grup yang ditunjuk oleh RRI
atau melalui proses pengajuan.
Urip Wahyono
101 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
a. Keluarga kesenian Jawa RRI
Keluarga Kesenian Jawa RRI Yogyakarta adalah kelompok yang
dibentuk oleh RRI untuk membantu siaran budaya terutama dalam
bidang kesenian Jawa seperti uyon-uyon, iringan wayang kulit,
ketoprak, tari, maupun untuk seni drama. Anggota kesenian ini
merupakan kelompok seniman karawitan yang mempunyai rasa
kebanggaan diri yang besar terhadap seni karawitan khususnya.
Kebanggaan akan kesenian karawitan dalam diri mereka menjadi
motivasi untuk menekuni dunia mereka, untuk mengabdi dan
menyelenggarakan siaran karawitan di RRI Yogyakarta.
Anggota kesenian Jawa RRI terdiri dari staf karyawan atau
pegawai tetap yang mendapatkan gaji dari lembaga RRI Yogyakarta
karena berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai
tidak tetap terdiri dari sebagian pegawai RRI yang sudah purna tugas
dari jabatannya.
Tugas utama dari Keluarga Kesenian Jawa RRI atau yang lebih
dikenal dengan grup Uyon-uyon Manasuka adalah membantu siaran
karawitan yang disiarkan oleh RRI Yogyakarta. Dengan adanya
kelompok karawitan yang dibentuk oleh RRI sendiri secara tidak
langsung menghemat biaya produksi, agar setiap kali siaran tidak hanya
mengundang kelompok dari luar saja. Selain itu juga untuk
menghindari siaran yang sifatnya mendadak agar tidak kesulitan
mencari kelompok karawitan untuk mengisi acara tersebut.
Urip Wahyono
102 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
b. Kelompok karawitan dari luar RRI
Selain dilakukan oleh grup karawitan dari RRI sendiri, dalam
melaksanakan program siaran karawitan pihak RRI juga meminta
bantuan grup dari luar sebagai kelompok pembantu siaran, baik
kelompok pembantu siaran yang ditunjuk maupun yang mengajukan
secara langsung kepada pihak RRI. Bagi grup karawitan dari luar yang
berperan sebagai pengisi program rekaman karawitan di RRI harus
memenuhi standar kelayakan dalam rekaman. Oleh karena itu, RRI
melakukan uji kelayakan siaran sebelum proses rekaman dilakukan,
dengan cara mendatangi langsung ke tempat proses latihan.
Kelompok yang membantu siaran karawitan lebih banyak berasal
dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kodya Yogyakarta
yang jumlahnya sekitar 50 kelompok pengisi acara. Adapun dari
Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo hanya berkisar
1-4 kelompok karawitan, disebabkan tempatnya yang cukup jauh
dengan studio RRI. Jumlah kelompok karawitan yang ada sekitar 59,
terdiri dari bapak-bapak dan campuran kelompok ibu-ibu.
Berikut sebagian dari nama kelompok pengisi pembantu siaran
di RRI Yogyakarta :
1. Kelompok Karawitan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta
2. Kelompok Karawitan Horeg Tan Horeg, Yogyakarta
3. Kelompok Karawitan Suka Rini, Bantul
4. Kelompok Karawitan Sekar Puri, Sleman Timur
Urip Wahyono
103 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
5. Kelompok Karawitan Melathi Rinonce, Mlati, Sleman
6. Kelompok Karawitan Karawitan PKK Kasihan, Bantul
7. Kelompok Karawitan Praba Baskara, Munggur
8. Kelompok Karawitan Langen Setyo Rini, Bantul
9. Kelompok Karawitan SMKI, Yogyakarta
10. Kelompok Karawitan Condong Raras, Gedong Tengen,
Yogyakarta
11. Kelompok Karawitan Kirana Budaya, Gamping, Sleman
12. Kelompok Karawitan Langen Laras Rini, Prenggan
13. Kelompok Karawitan Madya Laras, Jl Kaliurang, Sleman
14. Kelompok Karawitan laras Madu Rejodani
15. Kelompok Karawitan KORPRI UGM, Yogyakarta
16. Kelompok Karawitan Sekar Sapta Laras
17. Kelompok Karawitan Puji Rahayu, Sentolo, Kulon Progo
18. Kelompok Karawitan Lindu Laras, Yogyakarta
19. Kelompok Karawitan Marga Laras, Marga Luwih
20. Kelompok Karawitan Setyo Rini, Srandakan, Bantul
21. Kelompok Karawitan Retna Budaya, Kricak, Yogyakarta
22. Kelompok Karawitan Puspitasari, Tembi, Bantul
23. Kelompok Karawitan Sekar Laras, Kepanjen, Sleman
24. Kelompok Karawitan Sekar Arum, Wonolelo, Sleman
25. Kelompok Karawitan Ngudi Wiromo, Siluk, Imogiri, Bantul
26. Kelompok Karawitan Dwijo Wiromo, Imogiri, Bantul
Urip Wahyono
104 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
27. Kelompok Karawitan Cahya Laras, Sawungsari, Hargo
Binangun, Pakem, Sleman
28. Kelompok Karawitan Ibu-ibu PKK Kecamatan Kraton,
Yogyakarta
29. Kelompok Karawitan Santi Laras, Bantul
30. Kelompok Karawitan Ibu-ibu Budaya Rini, Kricak Jati Mulya,
Yogyakarta
Menentukan kelompok pengisi acara yang memenuhi kriteria
kelayakan rekaman dilakukan dengan cara memberikan undangan
kepada pimpinan kelompok yang akan mengisi dan kemudian
dikoordinasikan kepada anggotanya masing-masing. Setelah itu,
diadakan peninjauan ke tempat latihan oleh tim yang telah ditunjuk
untuk memantau latihan. Tim yang ditunjuk untuk memantau adalah
orang yang sudah mengusai karawitan atau mengetahui seni karawitan,
hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam memilih
grup yang sudah layak atau belum untuk disiarkan di RRI. Setelah
dinilai layak dan masuk dalam daftar untuk siaran, maka dilakukan
rekaman uji coba di studio RRI yang dilaksanakan pada hari Senin dan
Rabu dengan jadwal yang telah ditentukan. Seandainya kelompok
tersebut layak untuk rekaman, maka pada waktu itu juga dilakukan
rekaman, adapun kelompok yang kurang memenuhi syarat dan kurang
memenuhi kriteria standar rekaman akan diberi kesempatan lagi sesuai
kesepakatan dan jadwal yang telah ditentukan dari pihak RRI. Proses
Urip Wahyono
105 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
ini menunjukkan bahwa RRI Yogyakarta memiliki konsistensi untuk
menjaga mutu dan kualitas materi siaran yang hendak disajikan.
3. Persiapan Peralatan Rekaman
Ada dua perkembangan penting teknologi radio pasca tahun
1990-an : (1) di bidang produksi siaran, sistem editing manual
(menggunakan audio mixer yang dirancang khusus) kini berpindah ke
sistem editing digital menggunakan perangkat personal komputer
dengan software bernama cool edit Pro, Raduga, Sound Force, Adobe
Audition, dan lain sebagainya. (2) di bidang distribusi transmisi siaran,
dari perangkat pemancaran di jalur terrestrial (AM/FM) berpindah ke
jalur online (jalur bebas Frekuensi).
Perkembangan yang ada di RRI Yogyakarta di bagian teknik
terutama untuk program siaran dan rekaman juga mengalami hal yang
sama. Sebelum ada teknologi komputerisasi untuk melakukan rekaman
masih menggunakan peralatan manual sederhana atau biasa disebut
dengan sistem analog. Ketika mulai awal tahun 2004 dengan
berkembangnya komputer untuk program rekaman audio maka RRI
beralih dari semula sistem analog menjadi sistem digital dengan
menggunakan teknologi komputerisasi. Program yang dipakai untuk
mengedit audio menggunakan softwareAdobe Audition 1.0 dan
software untuk menyimpan ke VCD menggunakan Nero 6.0.
Urip Wahyono
106 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
Peralatan yang lama tidak semuanya diganti menggunakan
komputer, sebagian alatnya juga masih dipergunakan untuk menunjang
rekaman auditif, contohnya untuk proses mixing masih menggunakan
mixer manual.
Studio dan peralatan yang dipergunakan untuk produksi siaran
dan rekaman terdiri dari :
a. Studio Contiunity I, dipergunakan untuk menyelenggarakan siaran
Programa 1 (daerah) dengan 2 ruangan penyiar
b. Studio Contiunity II, dipergunakan untuk menyelenggarakan siaran
Programa 2 (Kota) dengan 2 ruangan penyiar
c. Studio I, dipergunakan untuk memproduksi musik non tradisional
dengan 1 buah studio, 1 ruang penyiar
d. Studio 2, dipergunakan untuk memproduksi musik tradisional
dengan peralatan 1 buah studio, 1 ruang penyiar
e. Studio 3, dipergunakan untuk memproduksi drama, siaran kota
dengan 1 buah studio, 1 ruang penyiar
f. Studio Editing, dipergunakan untuk memproduksi siaran kota,
wawancara dengan 1 buah ruangan penyiar
g. Post Production, dipergunakan untuk memproduksi acara yang
mempunyai tingkat kesukaran tinggi.
Studio yang dipergunakan untuk rekaman karawitan adalah
studio II, terdiri dari dua jenis peralatan yaitu gamelan perunggu satu
Urip Wahyono
107 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
perangkat, dan peralatan teknik studio yang digunakan untuk rekaman
siaran budaya.
Pertama, gamelan yang digunakan untuk rekaman di studio 2
yaitu gamelan gaya Yogyakarta laras pelog dan slendro. Gamelan itu
bernama Kyai Sadad Pengasih dan Kyai Kuntul Wilanten, merupakan
bantuan dari kraton Yogyakarta untuk menunjang siaran karawitan di
RRI. Sampai sekarang gamelan tersebut masih terawat dengan baik dan
menjadi gamelan yang diandalkan untuk rekaman karawitan dan jadi
ciri khas RRI Yogyakarta.
Kedua, peralatan teknik studio yang digunakan untuk siaran dan
rekaman yang dihasilkan dari proses rekaman karawitan di studio 2.
Peralatan yang digunakan berupa hardware (perangkat keras) Mixing
Console (SIEMENS C4P 16 CHANNEL), Tape Recorder (AEG 21 R),
Time Delay (AKG TDU 8000), Microphone (AKG D 1000, 2 buah,
AKG D 222, 5 buah, AKG D 12 E, 2 buah, AKG D, 2 buah, AKG 321,
4 buah, SUR CM 581, 1 buah, AKG C58, 2 buah), Monitor Komputer
merk LG Flatron 17 in 730 5 Hk, 1 buah, CPU Pentium IV ( Processor
Intel Pentium 4-530 3Ghz l2 chace 1 Mb LGA 775, RAM 512 Mb/2700
Isp, Hardisk 80 dan 120 Gb/ Seagate 7200 rpm, CD Room, UPS pro
links 600 VA, Sound Card Lynx Audio Ls 22/Echomia. Wall box, 2 buah.
Adapun Software (perangkat lunak) untuk proses editing audio adalah
Adobe Audition 1,0. dan Nero 6,0. yang dipergunakan untuk Burning
(membakar/menyimpan) dalam bentuk Compact Disc (CD).
Urip Wahyono
108 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
4. Persiapan Akustik Studio Rekaman RRI
Proses terpenting dalam rekaman audio adalah suara yang
dihasilkan dari rekaman tersebut dapat maksimal, dalam arti suara yang
dihasilkan dari rekaman itu bersih dari kebisingan, mendesis, gangguan
suara yang tidak diperlukan seperti suara ribut kendaraan bermotor,
kebisingan bengkel, percakapan di dekat ruang rekaman, maupun suara
lain yang pada intinya mengganggu proses rekaman. Oleh karena itu,
pelaksanaan proses rekaman audio diutamakan di dalam ruang tertutup
agar suara yang dihasilkan baik dan terhindar dari gangguan suara dari
luar. Standar studio rekaman yang baik adalah suara dari luar studio
tidak dapat masuk ke dalam studio, hal tersebut tentunya berpengaruh
besar pada sistem penataan akustik studio rekaman.
Berikut ini adalah bentuk gambar dan penataan instrumen studio
II RRI Yogyakarta yang digunakan untuk proses rekaman karawitan :
Gambar 1. Denah ruang Studio II digunakan untuk rekaman karawitan
Keterangan:
Urip Wahyono
109 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
1. Kendang
2. Slentem
3. Gender Barung
4. Gender Penerus
5. Gambang
6. Rebab
7. Vokal
8. Siter
9. Bonang Barung dan Penerus
10. Demung
11. Peking
12. Saron
13. Gong dan Kempul
14. Kenong
15. Ruang rekaman sandiwara
16. Ruang operator
17. Pintu masuk studio
Adapun spesifikasi akustik yang ada di ruang studio rekaman
RRI adalah sebagai berikut :
a) Ukuran yang dipakai adalah 8 x 12 m², ukuran tersebut sudah
memenuhi standar yang digunakan untuk rekaman karawitan,
sebab studio itu mampu menampung semua instrumen gamelan
lengkap, wayang kulit, 1 kotak wayang kulit, kelir untuk
wayang, dan sound control.
b) Bahan berpori yang digunakan untuk papan dalam tembok,
yaitu glass wolls dan rami bulu. Bahan tersebut berguna sekali
untuk menyerap bunyi yang dihasilkan dari suara gamelan agar
bunyi tidak mendengung atau suaranya memantul sehingga
bunyinya menjadi tidak bagus.
Urip Wahyono
110 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
c) Bahan berpori yang digunakan untuk papan luar tembok ruang
rekaman terbuat dari triplek dan gypsum yang berpori. Hal ini
dimaksudkan agar pantulan dari suara yang dihasilkan gamelan
dapat dikembalikan ke dalam tembok dan diserap oleh bahan
dalam tembok yaitu glass wolls dan rami bulu sehingga tidak
menimbulkan pantulan bunyi.
d) Penyerap ruang yang dibuat dari lembaran-lembaran berlubang
dalam bentuk panel, prisma, kubis dan diisi dengan bahan
berpori.
5. Persiapan Operator Rekaman
Memproduksi rekaman auditif mungkin tidak dapat terlepas dari
operator rekaman, yaitu orang yang secara teknis langsung menangani
dan mengendalikan segala perangkat rekaman serta bertanggung jawab
terhadap semua alat sebelum dan sesudah proses produksi.
Seorang operator rekaman harus dapat bekerja dengan baik
bersama pengarah acara demi menciptakan hasil produksi yang baik
dan sempurna. Untuk menjalankan produksi rekaman maka seorang
operator harus diberi pengarahan kerja oleh pengarah acara dan dituntut
untuk berkreasi secara teknis guna mencapai hasil produksi yang efisien
dan sempurna dengan kemampuan bakat yang ada. Untuk mencapai
hasil tersebut diperlukan pengetahuan dasar mengenai studio rekaman
serta pengalaman dalam pengoperasian peralatan yang ada.
Urip Wahyono
111 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
Di RRI Yogyakarta, operator yang bertugas untuk menjalankan
rekaman di studio II salah satunya adalah Subarjo (48 tahun), bertugas
sebagai operator untuk siaran budaya khususnya seni karawitan dan
dibantu oleh pengarah acara yaitu Sumbada dan Murjono. Untuk
menjadi seorang operator yang baik, dibutuhkan bakat, hobi, dan
kreativitas. Di samping ketiga aspek tersebut diperlukan juga
kepribadian yang tabah dan tenang serta dibekali dengan pengetahuan
dasar elektronika.
Produksi rekaman merupakan hal yang penting dalam rekaman
karawitan di studio RRI Yogyakarta. Untuk proses itu sendiri juga
melalui berbagai tahapan-tahapan yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya, agar produksi rekaman yang dihasilkan dapat semaksimal
mungkin.
Gambar 2. Bagan proses rekaman di studio II R.R.I. Yogyakarta
Keterangan:
1. Sumber Suara
Urip Wahyono
112 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
2. Microphone
3. Wall Box
4. Mixer
5. Komputer studio rekaman
6. Komputer siaran
7. Pemancar
8. VCD/DVD
Penataan Studio Rekaman
Proses Mixing menggunakan mixer
Penggabungan semua materi suara
Pengambilan suara dari kelompok
pengisi acara
Proses Mixing menggunakan mixer
Pengeditan suara dari mixer ke
software Adobe Audition 1.0
Penggabungan semua materi suara
hasil pengeditan, dikombinasikan
dengan suara penyiar
Urip Wahyono
113 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
1. Teknik penataan Gamelan
Penataan gamelan sebelum proses rekaman sangatlah penting,
karena akan sangat berpengaruh terhadap suara yang akan direkam.
Penataan itu sendiri bisa dari penataan gamelan yaitu :
a. Mempersiapkan alat yang akan dipakai seperti tabuh gamelan,
walaupun kelihatan sepele tapi kalau tidak dipersiapkan akan sangat
berpengaruh terhadap kelancaran rekaman
b. Mengatur tata letak gamelan pada posisi yang benar. Misalkan untuk
instrumen siter dijauhkan dengan rebab karena secara musikalitas
teknik tabuhan siter akan mempengaruhi irama pada rebab, begitu
juga sebaliknya.
2. Teknik penataan microphone
Namun yang paling utama dalam proses itu adalah pengaturan
penempatan microphone, sebab penempatan microphone untuk
rekaman karawitan sangat berbeda dengan yang lainnya. Rekaman
karawitan membutuhkan banyak microphone sebab alat yang dipakai
berjumlah cukup banyak dibandingkan dengan rekaman untuk musik
biasa seperti band, campursari, atau rekaman ketoprak. Masing-masing
dari instrumen hampir semuanya membutuhkan microphone. Oleh
karena itu, penempatannya untuk rekaman karawitan sangat penting.
Microphone merupakan salah satu sumber pokok dan merupakan
input untuk studio rekaman. Microphone sangat peka menerima
getaran suara, maka perletakannya memerlukan pengaturan tata letak
yang khusus, agar suara-suara yang tidak diperlukan itu tidak ikut
Urip Wahyono
114 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
masuk ke dalam rekaman, khususnya rekaman suara gamelan yang
memiliki berbagai jenis sumber suara.
Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, untuk siaran radio dan
studio rekaman, penggunaan microphone dibutuhkan yang terbaik
kalau itu mungkin. Dengan cara ini didapat mutu suara yang terbaik dan
bagus, tapi akustik dalam studio juga sangat berpengaruh sekali untuk
hasil yang sempurna. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
menempatkan microphone agar mendapatkan suara yang maksimal,
cara tersebut dilakukan berdasarkan perambatan akustik suara dan juga
ditambah dari pengalaman operator. Untuk mendapatkan suara yang
baik tidak saja dari microphone yang dipergunakan (memilih yang
tepat). Sering sekali terjadi orang yang menggunakan microphone
untuk merekam suara yang diinginkan tidak memperhatikan
karakteristik dari alat itu sendiri.
Dalam proses rekaman karawitan di RRI Yogyakarta, penataan
Microphone di studio 2 (studio khusus rekaman siaran budaya ) sangat
memperhatikan jarak antara Microphone dengan instrumen yang
direkam, hal tersebut dipengaruhi oleh jenis dan hasil suara yang
dikeluarkan oleh masing-masing instrumen berbeda. Di dalam studio 2
RRI Yogyakarta hampir semua jenis mic yang digunakan adalah
Dynamic Microphone yang mempunyai kepekaan atau sensitifitas
hanya kearah muka Microphone itu sendiri dan sudut-sudut kecil di
sekitarnya jenis ini dinamakan Directional Microphone.
Penataan microphone jauh dan dekatnya dengan instrumen
dipengaruhi oleh jenis suara yang dihasilkan dari instrumen itu sendiri,
Urip Wahyono
115 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
yaitu suara instrumen keras dan lembut. Berikut penataan jarak
microphone dengan masing-masing instrumen gamelan.
C. Penutup
Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia atau
disingkat dengan LPP RRI Yogyakarta merupakan lembaga pemerintah
yang mempunyai andil besar dalam pengembangan seni dan budaya
daerah khususnya seni karawitan di Yogyakarta dan sekitarnya. LPP
RRI dibentuk pada tanggal 11 September 1945 bertujuan memenuhi
kebutuhan publik menurut porsi yang memadai. Uyon-uyon Manasuka
merupakan salah satu produk RRI Yogyakarta yang kemudian dikenal
namanya dengan sebutan Uyon-uyon Manasuka RRI Yogyakarta.
Pembentukan dan perkembangan yang membutuhkan proses panjang
itu sudah selayaknya mendapatkan legitimasi penuh dari masyarakat
khususnya komunitas seni karawitan dan pendukungnya. Melalui
proses rekaman produksi seni karawitan setidaknya menjadi salah satu
pelopor eksistensi dan kelestarian budaya khususnya seni karawitan dan
menjadi salah satu acuan bagi masyarakat di sekitarnya.
Daftar Pustaka
Agus Ahyari, 1995.Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Agus Sudibyo, 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta:
LKIS.
Gazali, Effendi, 2002. Penyiaran Alternatif tapi Mutlak. Jakarta:
Departemen Komunikasi Universitas Indonesia.
Urip Wahyono
116 | J u r n a l W a r n a , V o l . 1 , N o . 1 , J u n i 2 0 1 7
Hidayat, Dedy N, 2000. Pers dalam Revolusi Mei. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Harley Prayudha, 2004.Radio Suatu Pengantar untuk Wacana dan
Praktik Penyiaran. Jawa Timur: Bayumedia Publishing.
Kitley, Philip, 2001.. Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca.
Jakarta: LSPP PT Media Lintas Inti Nusantara.
Masduki, 2004.Menjadi Broadcaster Profesional. Yogykarta: Pustaka
Populer LKIS Yogyakarta.
M.A, Moelong, Lexy J, Dr, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Masduki, 2003.Radio Siaran dan Demokratisasi. Yogyakarta: Jendela.
Darmanto, SS,1992.Manajemen Produksi Siaran. Yogyakarta: JICA-
MMTC.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2000.
Nawawi, Hadani, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1983.
Rais, Amin, 1985. “RRI dan Kehidupan Beragama” dalam Suryo
Sumarno, dkk. RRI Nusantara II Yogyakarta: Bergulat Dalam
Berkarya. Yogyakarta PT BP Kedaulatan Rakyat.
Sumanto, 2002.Nartosabdho: Kehadirannya dalam Dunia
Pedalangan. Surakarta: STSI Surakarta Press.
Wahyudi, J.B, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994.