prodi studi agama-agama fakultas ushuluddin...
TRANSCRIPT
AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA DALAM
KEHIDUPAN PERSPEKTIF JEMAAT GEREJA KATHOLIK SANTO
NIKODEMUS DAN PURA MERTA SARI CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh:
Muhammad Soleh
NIM :11150321000063
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Soleh
NIM : 11150321000069
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan/prodi : Studi Agama-Agama
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul, “Ajaran
Ketuhanan Dan Makna Fungsionalnya Dalam Kehidupan Perspektif
Jemaat Gereja Katholik Santo Nikodemus Dan Pura Merta Sari Ciputat”,
adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses
yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika
ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan akan merupakan plagiat dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan dengan semestinya.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA DALAM
KEHIDUPAN PERSPEKTIF JEMAAT GEREJA KATHOLIK SANTO
NIKODEMUS DAN PURA MERTA SARI CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
MUHAMMAD SOLEH
NIM : 11150321000069
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul, “Ajaran Ketuhanan dan Makna Fungsionalnya Dalam
Kehidupan Perspektif Jemaat Gereja Katholik Santo Nikodemus dan Pura
Merta Sari Ciputat”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Januari 2020. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag) pada program Studi Agama-Agama.
Jakarta, 29 Januari 2020
Sidang Munaqosyah
v
ABSTRAK
Muhammad Soleh, 2020. Skripsi ini berjudul : Ajaran Ketuhanan dan Makna
Fungsionalnya Dalam Kehidupan Perspektif Jemaat Gereja Katholik Santo
Nikodemus dan Pura Merta Sari Ciputat. Prodi Studi Agama-Agama,
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sejak dulu hingga kini keingintahuan manusia tentang Tuhan tidak pernah
berhenti. Tuhan masih menjadi misteri terbesar dalam kehidupan manusia yang
belum pernah terpecahkan, sehingga konsep ketuhanan merupakan bagian paling
penting dalam setiap agama, termasuk ajaran ketuhanan dalam agama Katolik dan
Hindu yang penulis angkat menjadi skripsi ini.
Dalam agama Katolik Trinitas berarti kesatuan dari tiga, yakni Tuhan Allah,
Tuhan Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu. Tuhan Bapak
sebagai pencipta, anak (Yesus Kristus) sebagai juru selamat, yang berinkarnasi
kedalam tubuh manusia dan Ruhul Kudus atau roh suci. Sedangkan dalam agama
Hindu Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi) yang terdiri
dari tiga Tuhan yaitu Brahma yang berfungsi sebagai pencipta, Wisnu yaitu sebagai
pemelihara dan Siwa adalah sebagai pelebur.
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian dengan jenis penelitian
lapangan yang didukung oleh studi kepustakaan dengan pendekatan Sosiologis.
Dalam mengumpulkan data data, penulis menggunakan beberapa tehnik
pengumpulan data, seperti, studi pustaka, wawancara, dan observasi, dimana data
yang di dapat tersebut diamati secara deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap tujuh responden dari
umat Hindu dan tujuh responden dari jemaat Katolik di Pura Mertasari dan Gereja
Santo Nikodemus Ciputat, akhirnya diketahuilah bahwa dari masing-masing
konsep ketuhanan yang ada dalam agama Katolik dan Hindu memiliki konsep
ajaran ketuhanan dan makna fungsional dengan ciri masing-masing dan memiliki
ajaran tentang keyakinan tehadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda-beda dalam
ajaran dan pemahaman pengikut agamanya dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata Kunci: Trinitas, Trimurti, Ketuhanan.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas
segala rahmat dan ridha-Nya yang telah memberikan ketabahan, kekuatan dan
kemudahan berfikir dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Ajaran
Ketuhanan dan Makna Fungsionalnya Dalam Kehidupan Perspektif Jemaat
Gereja Katholik Santo Nikodemus dan Pura Merta Sari Ciputat”, dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar
Sarjana S-1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak lupa Shalawat beriring salam pun semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Agung Muhammad SAW yang telah dianugerahkan agama rahmatan li-al-
‘alamin ini. Sebagai penutup para nabi dan sebagai penyempurna semua ajaran
yang ada di muka bumi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini memerlukan
perjuangan yang panjang dan mengalami banyak kendala dan hambatan, namum
berkat bantuan, motivasi serta bimbingan berbagai pihak, maka kesulitan maupun
hambatan tersebut dapat dilewati. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada:
1. Kedua orangtua penulis yaitu Ibunda Sumiyati dan Ayahanda Sholihin serta
kaka penulis abangda Rahmat Baidowi dan adik adik penulis Masnun,
Emput, dan Laras yang selalu mendoakan penulis, yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan, yang selalu mendampingi penulis dengan rasa
ketulusan dan kesabaran, kasih dan penulisng yang tiada pernah berujung,
vii
doa yang setiap hari mereka panjatkan, dukungan moral dan material yang
tak pernah putus memberikan semangat ketika penulis putus asa, sehingga
penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Semoga gusti Allah selalu
memberikan kesehatan, kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat.
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Syaiful Azmi, S.Ag, MA., selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama,
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Studi Agama-agama,
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus dosen pembimbing skripsi.
6. Dra. Halimah SM, M.Ag., selaku dosen penasehat akademik penulis selama
ini.
7. Drs. Moh. Nuh HS., M.Ag., selauku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
memberikan kontribusi yang besar dalam penyempurnaan Skripsi penulis,
dengan arahan, kritik dan saran, terutama kesediaan waktunya dalam
membimbing, sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Seluruh dosen diprogram Studi Agama-agama yang telah mendidik penulis
dan mencurahkan segala ilmunya, penulis doakan semoga selalu diberikan
kesehatan. Aaaminn
viii
9. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ushuluddin, Para karyawan/karyawati
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Para
karyawan/karyawati Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang telah
memberikan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi ini.
10. Seluruh Narasumber di pura Mertasari yang sangat baik dan meluangkan
waktunya sebagai narasumber penulis: Bapak Wayan Pinda Asmara selaku
Pemangku Pura Mertasari, bapak I Made Seroja Yudhantara selaku ketua
Pasraman Pura Mertasari, bapak Gede Sidarta selaku ketua Banjar
Mertasari, bapak Gede Supindra selaku Kreatif Design Pura Mertasari,
bapak Putu Caniyasa selaku pasraman pura Mertas Sari, bapak Komang
Hartana selaku Pecalang Pura Mertasari, Ibu Heny dan seluruh umat Hindu
yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.
11. Seluruh Narasumber di Gereja Santo Nikodemus yang sangat baik dan
meluangkan waktunya sebagai narasumber penulis: Bapak Reynaldo
Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja Santo Nikodemus, bapak Heru
selaku katekis di Gereja Santo Nikodemus, saudara Vestra Iswari selaku
katekis di Gereja Santo Nikodemus, Saudara Hieronimus Kia Suban selaku
katekis di Gereja Santo Nikodemus, Saudara Marcellinus Dibya, saudara
kevin Chrisvalliando, saudari Nadya Kirana dan seluruh umat Hindu yang
tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.
12. Terimakasih juga kepada keluarga besar PRAMUKA Racana UIN Jakarta
yang sudah memberikan pengalaman yang luar biasa dan rasa kekeluargaan
yang tinggi, terutama ankatan ASEM sebagai temen satu perjuangan yang
ix
memberikan pengalaman yang sangat berharga sebagai kenangan terindah
di masa depan kelak, semoga kita sukses dunia akhirat.Aamiin.
13. Terimakasih kepada seluruh keluarga Prodi Studi Agama-Agama angkatan
2015, wabil khusus Ima Salamah, Nurotun Aini, Ani Fatun Fatimah,
Ikhwatun Muamalah dan Novi yang telah membantu, berjuang dan saling
mendukung serta mendoakan untuk selalu semangat menyelesaikan skripsi
ini.
14. Terimakasih kepada teman-teman komunitas pencinta Gunung dan pendaki
Indonesia, wabil khusus Komunitas Secoli Adventure Nadia, Robik, Mulya,
Ikhsan, dan Mega yang telah memberikan pengalaman dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
15. Terimakasih kepada seluruh keluarga Himpunan Mahasiswa Islam Cabang
Ciputat.
16. Terimakasih kepada seluruh keluarga Himpunan Silaturahmi Mahasiswa
Sumatra Selatan.
17. Terimakasih kepada seluruh keluarga Teman-teman di kelompok Kuliah
Kerja Nyata (KKN) SAVAGE 2018 yang sudah memberikan pengalaman
yang luar biasa dan rasa kekeluargaan yang tinggi selama hidup
bermasyarakat di Desa Cariu.
18. Terimakasih kepada Bapak H. Effendi, Bapak H.Busro, dan Bapak Rahmat
yang telah memberi pelayanan tempat tinggal selama penulis kuliah. Dan
Mushola Daarul Falah yang telah menerima penulis tinggal di tempat
selama penulis kuliah.
x
19. Terimakasih juga kepada orang-orang baik yang pernah membantu penulis
baik moril maupun materil, Om Jiman, Asmawati, Ardi Wijaya, Alm. Mbah
Sukarmin, Mbak Dian, Mbak Fina, wak Siti, Bibik Solikha, Uwok Parman,
mbah Jum, Pak Ngabid, Ibu Eka Zwesthy Pembina Pramuka, pa’de Masrur
Al Kadiri, dan saudara penulis Dery Giwang Febrianto, semoga bermanfaat
untuk penulis.
20. Terimakasih juga kepada Guru-guru penulis di SD N 3 Way Tuba, SMP N
3 Way Tuba, SMK Tunas Wiyata Way Tuba, Guru Ngaji sewaktu penulis
kecil dulu Pade Maun, Mbah Jum, sehingga penulis mampu sampai titik
yang di cita citakan kuliah di UIN Jakarta, mudah mudahan ilmu yang
diberikan bisa bermanfaat untuk penulis. Aaamminn
21. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta, 15 Januari 2020
Muhammad Soleh
NIM : 11150321000069
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan .................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15
BAB II AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA
DALAM JEMAAT GEREJA KATOLIK SANTO NIKODEMUS ................ 16
A. Gereja Katolik Santo Nikodemus............................................................... 16
B. Dogma Ketuhanan dalam agama Katolik .................................................. 23
C. Pemahaman Jemaat Katholik Tentang Dogma Ketuhanan ........................ 41
D. Makna Fungsional Ketuhanan Khatolik Menurut Jemaat Gereja .............. 45
xii
BAB III AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA
DALAM UMAT HINDU DI PURA MERTASARI .......................................... 53
A. Pura Mertasari ............................................................................................ 53
B. Dogma Ketuhanan Dalam Agama Hindu .................................................. 58
C. Pemahaman Umat Hindu Tentang Dogma Ketuhanan .............................. 75
D. Makna Fungsional Ketuhanan Menurut Umat Hindu ................................ 80
BAB IV ANALISA PERBANDINGAN ............................................................. 87
A. Ajaran dogma Ketuhanan ........................................................................... 87
B. Pemahaman Ketuhanan .............................................................................. 91
C. Makna Fungsional Tuhan Dalam Kehidupan ............................................ 94
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 97
A. Kesimpulan ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut
oleh sekelompok manusia yang selalu mengadakan interaksi dengan
Tuhan. Inti semua agama berpangkal dari keyakinan adanya Tuhan atau
yang diyakini sebagai Tuhan, yaitu zat yang supranatural, paling tinggi,
yang agung, yang suci, yang menciptakan dan menghidupi manusia,
tempat bergantung, yang dikagumi sekaligus ditakuti, dan sebagainya.
Setiap ajaran agama pasti memiliki ajaran tentang keyakinan
tehadap Tuhan Yang Maha Esa, namun ajaran agama-agama tentang
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki konsep yang
berbeda-beda.
Konsep ketuhanan setiap agama mempunyai ciri masing-masing
mengenai ketuhanan dan memiliki banyak persamaan dalam memandang
Tuhan. Tuhan adalah sesuatu yang tidak terbatas dan manusia merupakan
makhluk ciptaan Tuhan yang memilik batasan, jadi sulit untuk memikirkan
sesuatu yang tidak terbatas dengan daya akal manusia yang terbatas, maka
dari itu pandangan mengenai konsep ketuhanan selalu berubah-ubah.
Umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinubuatkan dalam Perjanjian Lama atau Taurat kitab suci Yahudi. Agama
Kristen percaya akan adanya tiga pribadi Tuhan yang tunggal atau yang
disebut dengan Tritunggal atau Trinitas yang terdiri dari: Allah Bapa,
2
Allah Putra (Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus. Trinitas dipertegas
pertama kali pada Konsili Nicea Pertama (325 M) oleh Kaisar Romawi
Konstantin 1.1
Alkitab (Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru) tidak secara
eksplisit menuliskan istilah “Allah Tritunggal” tetapi keberadaan Bapa
Putra dan Roh Kudus tersirat dalam banyak ayat, baik secara terpisah
maupun bersama-sama. Ucapan Yesus: “Aku di dalam Bapa dan Bapa
dalam Aku” dianggap sebagai dasar dari konsep Trinitas.
Sebagian kalangan berpendapat konsep Trinitas sebenarnya sudah
terjerat dalam teologi Yahudi. Menurut Zohar, Kitab mistik Yahudi, suatu
hari Rabbi Simeon ben Jochai sedang mengajar putranya Rabbi Eliezer
mengenai misteri hakikat ketritunggalan Allah. Ia berkata: “Datang dan
lihat misteri kata YHWH (Yahweh) yang ada tiga tingkatan, masing-
masing ada sendiri-sendiri, namun mereka adalah satu, dan begitu
menjadi satu yg tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.”. dalam
agama Yahudi, selain disebut dengan nama Yahweh (tunggal), Tuhan juga
disebut dengan nama Elohim yang mengandung arti jamak.
Umat Kristen sendiri seringkali menjelaskan Trinitas dalam sebuah
analogi sederhana tentang api yang digambarkan memiliki tiga unsur,
yaitu: Panas, Cahaya, Dan Daya Bakar. (Konsep Trimurti juga ada dalam
agama Hindu dengan Tuhan bermanifestasi sebagai: Sang Pencipta, Sang
1Mohammad Zazuli, “Sejarah Agama Manusia”, (Yogyakarta: Narasi, 2018), h.126
3
Pemelihara, Dan Sang Penghancur)2. Tuhan dalam agama Kristen
digambarkan memiliki 3 pribadi namun hakikatnya adalah satu dimana
Allah Bapa sebagai Tuhan yang memerintah di surga, Allah Putra sebagai
Tuhan yang menjelma sebagai manusia dan Allah Roh Kudus memberi
inspirasi dan pengertian rohani.3
Dalam agama Hindu Trimurti adalah gabungan dari Tuhan
Brahma, Wisnu dan Siwa. Tuhan dalam Hinduisme adalah Sang Pencipta,
namun, Dia menciptakan segenap alam semesta dan dunia ini bukan dari
ketiadaan yang tak logis, tetapi berasal dari Diri-Nya sendiri setelah
menciptakan, Dia memelihara, memusnahkan dan melebur kembali
kepada yang asal. Trimurti inilah yang menjadi awal dari timbulnya
konsep Dewa-Dewi Hindu. Konsep Dewa-dewi Hindu merupakan hasil
dari pengembangan konsep Trimurti, dan jika ditelusuri semua Dewa-dewi
ini mempunyai hubungan dengan tiga Dewa utama ini (Trimurti).4
Menurut penafsiran di dalam agama Hindu itu bahwa itu adalah
wujud Azali dalam keadaan diam (unmoving). Pada saat kodratnya
bergerak menciptakan alam semesta maka Brahman itu menjelma dalam
wujud Brahma. Kodratnya yang memelihara dan memperkembang alam
semesta itu menyebabkannya menjelma dalam wujud Visnhu. Kodratnya
2Dalam Theologi agama hindu Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang
Widhi) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya, yang terdiri dari tiga Tuhan
yaitu Brahma yang berfungsi sebagai pencipta /utpathi, Wisnu yaitu sebagai pemelihara/sthiti dan
dewa Siwa adalah sebagai pelebur/praline. 3Mohammad Zazuli, “Sejarah Agama Manusia”, h.148-149 4Wawancara langsung dengan Bapak Komang Hartana selaku pecalang di banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
4
yang mengembalikan setiap sesuatunya di dalam alam semesta itu kepada
asalnya yang semula, melalui pembinasaan dan pemusnahan,
menyebabkannya menjelma dalam wujud Shiva. Itulah tiga oknum dari
Brahman itu yaitu Brahma, Vishnu dan Shiva dan itulah yang disebut
dengan ajaran Trimurti. 5
Dalam bukunya Brahma Sutra / Pengetahuan tentang Ketuhanan,
Batasan mengenai Brahman adalah Janmadyasya Yatah. Brahman adalah
Yang Maha Tahu dan penyebab Yang Maha Kuasa dari mana munculnya,
asal mula dan lain-lain, yaitu : Pemeliharaan dan Peleburan dari dunia ini.
Brahman bisa berwujud dan tidak berwujud. Yang berwujud disebut
dengan Saguna atau Sakara, bisa juga disebut Personal God. Sedangkan
Brahman tanpa wujud (abstrak,kekal abadi) kita kenal dengan nama
Nirguna atau Nirkara.6
Karena itu Upanisad mengajarkan: Tat twam asi yang berarti: Itu
(Brahman) adalah kamu (atman), artinya bahwa tuhan manifestasi dalam
jiwa setiap individu. Oleh karena atman setiap orang adalah sama-sama
5Saguna artinya memiliki atribut sehingga Saguna Brahman adalah Tuhan yang
mempunyai nama, bentuk dan atribut lainnya. Sedangkan Nirguna artinya tanpa atribut
sehingga Nirguna Brahman adalah Tuhan merupakan jiwa suci yang tidak mempunyai bentuk,
tidak punya nama, ataupun atribut lainnya. Untuk lebih mudahnya, seseorang yang memuja Tuhan
sebagai Saguna Brahman akan cenderung untuk melakukan pemujaan kepada Dewa-Dewi dan
memusatkan pikiran pada pribadi Dewa yang disembah. Sedangkan seseorang yang memuja
Tuhan sebagai Nirguna Brahman tidak akan mempersonifikasikan lagi pribadi Beliau karena sudah
mencapai tahap pencerahan tertinggi untuk bisa mamahami dan merasakan kehadiran Brahman.
Lihat Joesoef Sou’yb, Agama-agama Besar Di Dunia, (Jakarta : Al Husna Zikra, 1996),
h.50 6Harun hadiwijono, Agama Hindu dan budha, (Jakarta: BPK Gunung mulia, 1987), h.25
5
merupakan percikan-percikan kecil dari Brahman, maka Tat Twam Asi
dapat diartikan : saya adalah kamu. 7
Memang dalam memahami ketuhanan agama Hindu itu agak sulit
untuk mengetahui secara pastinya apakah ia percaya akan Monoteisme
atau Politeisme dan sebagainya. Ini harus menggunakan pengkajian
langgsung terhadap orang Hindu itu sendiri supaya kita mendapatkan
informasi yang lebih jelas.
Harus disadari bahwa aspek personal dari kenyataan dalam agama
Hindu, seperti yang ditulis dalam nama Sanskerta, adalah konsep yang
sama dengan konsep Tuhan dalam agama Kristen terkecuali pada satu
perbedaan yang dapat dilihat: Tuhan dalam agama Hindu bukanlah
pencipta dari jiwa manusia (Atman). Atman adalah suci dan abadi. Dalam
agama Kristen, Tuhan adalah pencipta dari jiwa manusia.8
Maka dari itu peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian,
melalui Skripsi yang berjudul, “Ajaran Ketuhanan dan Makna
Fungsionalnya Dalam Kehidupan Perspektif Jemaat Gereja Katholik
Santo Nikodemus dan Pura Merta Sari Ciputat”
7Ardhana Suparta, Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia, (Surabaya:
Paramita, 2002), h. 15 8Bansi Pandit, “Pemikiran Hindu”, (Surabaya:Paramita, 2003), h. 41
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang ini, dapat penulis merumuskan
beberapa masalah :
1. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama Hindu dan agama
Khatolik?
2. Bagaimana pemahaman dan makna fungsionnal umat Hindu dan
jemaat Khatolik tentang ketuhanannya ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang
telah di uraikan di atas, dapat diketahui manfaat penulisan.
Adapun manfaat dari penulisan ini antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dalam agama Hindu tentang Ajaran dan makna ketuhanan
terhadap umat Hindu dan Katolik dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai
sumbangan pemikiran bagi dunia akademis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam studi agama-
agama yang khususnya berkaitan dengan agama Hindu dan
Khatolik tentang Ajaran ketuhanan dan makna fungsional
ketuhanan dalam kehidupan bermasyarakat.
7
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan
kualitas sumber keilmuan yang ada, termasuk untuk para
pelajar dan pendidik yang ada didalamnya.
3. Manfaat Akdemis
Dengan manfaat akademis ini, yaitu sebagai prasyarat
untuk meraih gelar sarjana strata satu (S1) atau sarjana agama
(S.Ag) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Tujuan adanya tinjauan pustaka yaitu untuk membuktikan
orisinalitas penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang
memiliki objek penelitian dan kajian yang relevan dengan penelitian ini.
Sebagaimana telah disebutkan dalam pokok permasalahan bahwa
penelitian ini menitik beratkan kajiannya pada penafsiran Tuhan dalam
Kristen dan dalam Hindu dalam sudut pandang Gereja dan Pura yang ada
di Ciputat. Sepengetahuan penulis belum ada yang menelitinya.
Adapun karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini, di
antaranya yaitu sebagai berikut:
Prof. Dr. Ahmad Shalaby9, dalam bukunya yang berjudul
Perbandingan Agama Kristen mengatakan bahwa kepercayaan kepada tiga
ketuhanan itu sebagai kelompok yang muncul pertama kali di kalangan
9Ahmad Syalaby, Perbandingan Agama-agama Kristen, (Bandung: PT.Alma’ Arif,
2000), h .76
8
orang Kristen yang diambil mereka dari kebudayaan-kebudayaan yang ada
di sekeliling mereka. Kebudayaan-kebudayaan itu mempengaruhi agama
Kristen dan beralih sebagai akan dijelaskan nanti menjadi ibadat
penyembahan tiga yang suci. Maka, hakikat yang demikian diterima, dan
tujuan umum, terutama sekali di antara orang banyak, ialah keimanan
kepada tiga yang suci mendekati i’tikad kepada tiga Tuhan yang menjadi
kepercayaan mereka sebelum memasuki agama Kristen.
Gede Pudja, MA SH10, dalam bukunya yang berjudul Theologi
Hindu (Brahma Widya) menyatakan bahwa Brahma dalam hubungan
pengertian ini yaitu Tuhan sebagai unsur SABDA atau AKSARA (Yang
Maha Kuasa). Widya atau jnana, kedu-duanya artinya sama yaitu ilmu,
sedangkan kata tattwa berarti hakekat tentang TAT (itu, yaitu Tuhan
dalam bentuk Nirguna Brahman). Penggunaan kata TAT sebagai kata yang
artinya TUHAN, adalah untuk menunjuk kepada Tuhan yang ada jauh dari
manusia.
Ahmad Fauzi, dalam skripsinya yang berjudul : Peran Pemangku
Umat Hindu Dalam Kehidupan Bermasyarakat: Studi Kasus Pura
Mertasari Rengas Tangerang Selatan, Perbedaan dengan penelitian ini
terletak pada jenis pembahasannya yaitu Peran Pemangku, yaitu penelitan
ini hanya membahas peran Pemangku dalam hal keagamaan, sedangkan
penulis akan membahas peran Tuhan dalam agama, terutama peran dalam
kehidupan bermasyarakat.
10Gede Pudja,Theologi Hindu (Brahma Widya), (Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi,
1992), h.8
9
Mochammad Agus Khoerul Ikhsan, dalam skripsinya yang
berjudul : Perbandingan Konsep Ketuhanan Kristen Dengan Ketuhanan
Sapta Darma, skripsi ini membahas konsep Tuhan dalam agama Kristen
dalam memberikan kontribusi dan kegiatannya untuk membentuk perilaku
umat, yang tidak hanya menyangkut aspek keimanan, dan ritual yang
diatur secara khusus, melainkan menyangkut aspek sosial-ekonomi seperti
memberikan sedekah dengan bakti sosial, dan aspek kemanusiaan seperti
membantu dan membahagiakan orang lain. Perbedaan dengan penelitian
ini yaitu perbandingan konsep ketuhanan dengan sapta dharma, sedangkan
penulis membahas makna fungsional Tuhan dalam agama Hindu dan
agama Kristen.
Abas Sambas, dalam skripsinya yang berjudul “Konsepsi Wahyu
dalam Ajaran Sapta Darma” dan Rolly Rahman, yang berjudul “Konsepsi
Sujud dalam Ajaran Sapta Dharma”. Dari skripsi tersebut, penulis dapat
mengambil beberapa hasil dari penelitian yang mereka lakukan dan
mengolahnya kembali, serta lebih memfokuskan pembahasan kepada
konsep dan makna ketuhanan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari beberapa penelitian diatas walaupun judulnya mendekati
kesamaan atau berkaitan tetapi menjadi objek kajian utamanya berbeda.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan yang bersifat
Kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh Bog dan Taylor yang
10
berpendapat bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari prilaku seseorang yang di amati.11
Penelitian ini juga mengarahkan pada gejala-gejala yang terjadi
pada masyarakat Katolik dan Hindu. Sumber data utama adalah
observasi dan wawancara langsung ke Gereja dan Pura di Ciputat yang
berkaitan dengan skripsi ini. Sedangkan data pendukung adalah data
yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh seorang atau
instansi diluar dari peneliti sendiri. Data ini diperoleh dari instansi-
instansi dan perpustakaan. Seperti: Buku-buku yang terkait, skripsi,
dokumentasi, jurmal, majalah, dan laporan-laporan lainnya.
Sehingga hasil dari penelitian ini, penulis dapat menggambarkan,
menjelaskan, menginterpretasi, dan dapat memperdalam pengertian
secara kualitatif melalui realitas sosial masyarakat yang ditelti.
2. Sumber Data
Data diproleh melalui Data Primer dan Data Sekunder.
a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau
seseorang atau suatu organisasi langsung dari objeknya.12 Data
primer diambil dengan melakukan wawancara langsung dengan
beberapa pemangku pura serta beberapa umat Hindu dan pendeta
gereja serta beberapa jemaat gereja yang ada di Ciputat.
11Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1990), h.3 12Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 1999), h.65
11
b. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
orang lain yang sudah diolah menjadi data. Dalam penelitian ini
yang menjadi data sekunder adalah artikel jurnal, Buku-buku yang
terkait, skripsi, dokumentasi, serta situs internet yang berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan.13
3. Teknik Pengumpulan Data
Agar dapat memperoleh data yang diharapkan, maka diperlukan
metode-metode yang relevan. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah :
a. Studi Kepustakaan
Data ini diperoleh dari instansi-instansi dan perpustakaan.
Seperti: Buku-buku yang terkait, skripsi, dokumentasi, jurmal,
majalah, dan laporan-laporan lainnya
b. Observasi
Observasi adalah suatu pengamatan yang khusus dan
pencatatan yang sistematis ditujukan pada satu atau beberapa fase
masalah dalam rangka penelitian, dengan maksud mendapatkan
data yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang dihadapi.14
Observasi ini dilakukan ketika proposal telah diterima
hingga selesai melakukan penelitian agar data yang didapat sesuai
dengan data yang ada dilapangan yang menjadi pembahasan yaitu
13Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 225 14Sapari Imam Asyari, Metodologi Penelitian Sosial Suatu Ptunjuk Ringkas, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1981), h. 82
12
data penelitian masyarakat Hindu dan Kristen di Ciputat yang
terkait dengan objek peneliti.
c. Wawancara
Disamping observasi lapangan, langkah yang ditempuh
oleh peneliti untuk mengumpulkan data, juga menggunakan
metode wawancara. Menurut Esterbeg, wawancara adalah
pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.15
Wawancara ini akan dilakukan dengan beberapa umat
Hindu dan Katolik dari beberapa gereja dan pura di Ciputat. Point
terpenting dalam wawancara ini adalah untuk mengetahui validitas
dan kebenaran dari hasil observasi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya
metode ini adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis sehingga dengan demikian pada penelitian, dokumentasi
memegang peranan penting.16
Disamping itu, dokumentasi ini digunakan juga untuk
menambah data peneliti dan bertujuan untuk membuktikan bahwa
15Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABET, 2005), h. 72 16Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), h. 121
13
data yang diambil mempunyai fakta yang benar-benar ada dan
terjadi.
4. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ini peneliti akan menggunakan pendekatan
Sosiologis.
Pendekatan Sosiologis adalah pendekatan yang diangkat dari
expresiensi atau pengalaman konkrit sekitar agama yang dikumpulkan
dari sana-sini, baik sejarah (masa lampau) maupun dari kejadian-
kejadian sekarang.17
Demikian pendapat ini digunakan penulis karena berdasarkan
penelitian yang dikaji yaitu berhubungan langsung atau berinteraksi
sosial dengan tokoh umat Hindu dan jemaat Khatolik di Ciputat.
Dengan menggunkan 2 variabel hubungan paradigma sosial ini,
peneliti di dalam penelitiannya lebih memusatkan pada tindakan,
interaksi, dan konstruksi dari realitas kehidupan. Peneliti juga berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa
dalam situasi tertentu.18
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
deskriptif (gambaran) secara jelas mengenai subjek penelitian
berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti
17Adeng Muchtar Ghazali, “Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi
Studi Agama-Agama”, (Bandung: pustaka Setia, 2000), h.49-50 18Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet 13, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 4-8
14
dan telah dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Metode ini
bertujuan untuk memberikan deskripsi lapangan. Metode ini juga
bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan suatu peristiwa yang
ada.
Analisis data ini adalah data yang diperoleh oleh peneliti yang
dilakukan sejak awal penelitian, yaitu sejak peneliti mulai melakukan
pertanyaan-pertanyaan dan catatan lapangan. Analisis data ini
dilakukan dalam dua tahap, yaitu selama proses pengumpulan data dan
pada akhir pengumpulan data.19
Dalam mengolah data, penulis menggunakan metode analisa
deskriptif kualitatif. Metode ini dijalankan dengan mengklarifkasi data
yang telah terkumpul, dirangkai, dijelaskan dan digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
mendapatkan kesimpulan. Adapun tujuan dari metode ini adalah untuk
melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-
faktor, sifat serta hubungan atas fenomena yang diselidiki.20
Maka langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini
berlangsung menurut pola pengumpulan data, analisis data, penafsiran
data, dan pengambilan kesimpulan. Adapun data yang telah terkumpul
akan dianalisis dengan mempergunakan metode deskriptif Komperatif
analitis yakni menggambarkan tentang penafsiran Tuhan dalam
19Fauzan Al-Manshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
h.247 20Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000). h. 20
15
Kristen dan Tuhan dalam Hindu dalam sudut pandang beberapa Gereja
dan Pura di Ciputat.
F. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan penguraian untuk penulisan skripsi ini maka
skripsi ini disusun secara sistematis dalam bab-bab yang semunya terbagi
menjadi Lima bab. Adapun lima bab yang dimaksud adalah sebagai
berikut
BAB I: Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II: Menjelaskan tentang gambaran umum Gereja Santo
Nikodemus, Dogma ketuhanan dalam Gereja Katolik, Pemahaman jemaat
gereja tentang dogma ketuhanannya, dan Makna fungsional ketuhanan
menurut jemaat gereja dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III: Menjelaskan tentang gambaran umum Pura Mertasari,
Dogma ketuhanan dalam Agama Hindu, Pemahaman umat Hindu tentang
dogma ketuhanannya, dan Makna fungsional ketuhanan menurut umat
Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
BAB IV: Analisis perbandingan dan persamaan dari sumber data
penelitian yang dilakukan dari Gereja Santo Nikodemus dan Pura
Mertasari Rempoa Ciputat.
BAB V: Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah berhasil
peneliti lakukan
16
BAB II
AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA DALAM
JEMAAT GEREJA KATOLIK SANTO NIKODEMUS
A. Gereja Katolik Santo Nikodemus
1. Sejarah
Paroki Ciputat pada awalnya merupakan bagian dari rencana
pemekaran dari Paroki Cilandak, Santo Stefanus. Paroki Cilandak
pada saat itu meliputi Cilandak, Pondok Pinang, Cinere dan Ciputat.
Karena daerah-daerah tersebut merupakan area pemukiman baru di
Jakarta Selatan dan sekitarnya, maka umat Katolik berkembang pesat.
Pada tahun 1987 umat sudah mencapai 13.000 orang sehingga
pelayanan terhadap umat dan daya tampung gereja telah melampaui
batas kemampuan. Sejak saat itu dimulai wacana untuk memekarkan
Paroki Cilandak.1
‘Gagasan’ pendirian Paroki Ciputat sudah mulai tercetus sejak
tahun 1987. Tim pelaksana mulai dibentuk sebagai perintis persiapan
pendirian Paroki Ciputat. Sebagai perwujudan dari wacana pemekaran
Paroki Cilandak, maka pada tanggal 16 April 1989 mulai diadakan
Perayaan Ekaristi di Wisma Kompas dan Perayaan Ekaristi secara
berkala setiap bulan sekali. Tetapi kegiatan peribadatan ini tidak
berlangsung lama karena adanya masalah politis pada saat itu sehingga
sejak tahun 1992 peribadatan dialihkan ke SD Mater Dei, Pamulang.
1Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
17
Pupus sudah dambaan umat Ciputat untuk memiliki Paroki sendiri.
Walaupun Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) telah menyiapkan
sebidang tanah di dekat Wisma Kompas tetapi sampai saat ini tidak
dapat dibangun sebagai tempat peribadatan.
Beruntung bagi umat Ciputat yang berdiam di sekitar Rempoa,
telah tersedia sebuah Kapel Santo Ignatius Loyola, yang sejak tahun
1982 telah dibangun oleh umat Katolik Kompleks MABAD, Rempoa.
Kegiatan peribadatan dilayani oleh Pusrohkat TNI-AD sebulan sekali
pada hari Minggu akhir bulan. Sejak tahun 1992 peribadatan
dilakukan dua kali sebulan. Selang setahun dengan bertambahnya
pastor yang melayani pelayanan ibadat dapat dilakukan pada setiap
hari Minggu pukul 07.00. Kapel lambat laun beralih fungsi menjadi
Stasi.
Pada tanggal 17 Juli 1993 Paroki Pamulang - Rasul Barnabas,
diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Leo Sukoto, SJ (alm).
Impian pendirian Paroki Ciputat menjadi tertunda sampai batas waktu
yang tidak dapat ditentukan. Sebagai pelipur lara paroki baru tersebut
ditetapkan sebagai “Paroki Pamulang - Ciputat”. Sempat timbul
keraguan apakah ‘gagasan’ mendirikan Paroki akan pupus? Namun
sejak pendirian Paroki, Dewan Paroki telah menyatakan gagasan
persiapan pendirian Paroki Ciputat.
Umat Ciputat memulai upaya kembali untuk merintis pendirian
Paroki Ciputat. Teguhnya iman dan kuatnya hasrat tidak memudarkan
18
semangat. Dalam pertemuan tanggal 9 Maret 1997, wakil-wakil umat
Ciputat mulai merencanakan pendirian Stasi Ciputat dan menetapkan
Kapel Santo Ignatius Loyola di Komplek MABAD Rempoa sebagai
Stasi Ciputat, Paroki Rasul Barnabas Pamulang.
Sebagai tanggapan atas keinginan perkembangan umat di stasi
Ciputat, pada tanggal 2 Agustus 1999, Julius Kardinal Darmaatmadja
SJ Uskup Agung Jakarta mengangkat RD Alexius Widianto sebagai
gembala umat di Stasi Ciputat dengan tugas utama mempersiapkan
umat dalam mendirikan Paroki Ciputat. Dengan hadirnya gembala
umat itu, cita-cita pendirian Paroki Ciputat semakin mendekati
kenyataan.
Langkah persiapan pun dilakukan, mulai dengan pembentukan
Organisasi dan Susunan Pengurus Dewan Stasi dilanjutkan dengan
penyusunan job description, pembuatan peta teritorial Paroki,
pendataan umat dan penetapan Nama Pelindung Paroki. Nama
pelindung Paroki yang dipilih adalah Santo Nikodemus. Paroki yang
dilahirkan kembali dan juga sebagai tanda kemenangan umat Ciputat
(Nike = menang dan Demos = rakyat atau umat). Santo Nikodemus
diperingati setiap tanggal 27 Maret.
Pelayanan umat telah berlangsung sejak September 1999
namun pembaptisan pertama baru dilakukan tanggal 2 Januari 2000
terhadap 21 bayi. Perlahan tapi pasti pelayanan dari dan untuk umat
mulai mewarnai stasi, termasuk gerakan persekutuan umat Ciputat
19
untuk ‘pulang kandang’ dan juga mempersiapkan fasilitas penunjang
paroki dan Pastoran.
Masa penantian selama 16 tahun berakhir sudah. Setelah
melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya peresmian
Pendirian Paroki Ciputat, Santo Nikodemus dilaksanakan tanggal 26
April 2003 oleh Bapak Uskup Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ
menjadi Paroki ke 55 di KAJ.
Setelah melalui babak perjuangan yang panjang kini umat
memasuki babak baru perjalanan sejarah paroki. Dengan
meningkatnya jumlah umat, maka dinamika pembangunan iman umat
pun semakin memerlukan perhatian. Dalam kaitan itulah maka pada
bulan Januari 2005 Bapak Uskup Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ
mengangkat RD Alphonsus Setya Gunawan sebagai gembala umat
Paroki Ciputat, Santo Nikodemus.
Pembangunan rohani umat dan pembangunan fisik gereja terus
berkembang, secara berkesinambungan saling mengisi. Hal pertama
yang dirasa perlu adalah kesadaran bahwa Kapel Santo Ignatius
Loyola sebagai gedung gereja Paroki berdiri di atas tanah yang bukan
milik Keuskupan Agung Jakarta. Sehingga Paroki perlu memperluas
lahan untuk dapat memfasilitasi pelayanan umat. Secara bertahap
upaya pengurus dan umat paroki terus membuahkan hasil, pada
Desember 2010 Paroki Ciputat telah memiliki tanah seluas 6.200 m2.
20
Satu-persatu fasilitas Paroki mulai dilengkapi seperti pengadaan
tempat parkir, Taman Doa, dan Lapangan Futsal bagi OMK.
Paroki Ciputat baru saja merayakan lustrum yang kedua.
Berbagai pengalaman dari penziarahan umat paroki telah membuat
umat memiliki kesadaran baru. Dengan jumlah umat yang telah
mencapai lebih dari 4.000 jiwa, mulai dirasakan kebutuhan baik untuk
beribadat maupun untuk melakukan interaksi sosial serta
melaksanakan berbagai kegiatan. Selain pembenahan Ruang
Peribadatan yang memadai juga perlu dilengkapi sarana dan gedung
untuk Penunjang Kegiatan. RD Aloysius Yus Noron diangkat Bapak
Uskup, Mgr Ignatius Suharyo pada tahun 2013 untuk menjadi gembala
dan melanjutkan penziarahan umat Paroki Ciputat. Membangun
Paroki untuk dapat memberikan pelayanan terhadap seluruh umatnya,
dengan mengembangkan karya gereja terutama dalam usaha
pemberdayaan komunitas basis.2
2. Letak Geografis
Gereja Santo Nikodemus terletak di kompleks Markas Besar
Angkatan Darat, Jl. Wijayakusuma II/V.388, RT.1/RW.11, Kompleks
(MABAD), kelurahan Rempoa, Ciputat Timur. Awalnya merupakan
Kapel Santo Ignatius Loyola yang diperuntukkan untuk umat Katolik
yang berasal dari keluarga Angkatan Darat dan wilayah sekitarnya.3
2Sumber artikel dari Romo Aldo selaku pastor di Gereja Santo Nikodemus Ciputat,
diakses Via Email pada tanggal 23 November 2019 3Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
21
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur terbentuk
berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Tangerang No.05 Tgl. 19
September 2005 tentang perubahan 77 Desa menjadi kelurahan.
Kemudian berdasarkan UU No. 51 Tahun 2008 tgl. 26 November 2008
tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten,
Kelurahan Rempoa dengan luas wilayah 219.50 ha, yang teridiri dari
73 RT, 12 RW dan 4 Dusun.
Kelurahan Rempoa adalah bagian dari kecamatan Ciputat
Timur dan berada 15 Km dari pusat Kota Tangerang Selatan dan
berjarak 2 Km dari pusat kecamatan dan 100 Km dari pusat
pemerintahan Provinsi Banten.
• Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan : ± 2 KM
• Jarak dengan Ibu Kota Tangerang Selatan : ± 15 KM
• Jarak dengan Desa Terdekat : ± 1 KM
• Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan : ± 10 Menit
• Waktu tempuh ke Ibu Kota Tangerang Selatan : ± 30 Menit.
• Waktu tempuh ke Desa – desa terdekat : ± 5 Menit.
• Waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat : ± 30 Menit
Kelurahan Rempoa berada di Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Republik Indonesia.
Kelurahan ini secara administrasi berbatasan dengan :
22
• Utara : Kelurahan Bintaro (DKI Jakarta)
• Timur : Kelurahan Cirendeu
• Selatan : Kelurahan CempakaPutih
• Barat : Kelurahan Rengas4
3. Populasi jemaat gereja
Gereja Paroki St. Nikodemus tetap bernama Santo Ignatius
Loyola. Semula paroki ini akan diberi nama Ignatius Loyola, tetapi
berhubung di KAJ sudah ada paroki Ignatius Loyola di Jl. Malang,
maka diputuskan, gedung gereja bernama Ignatius Loyola, Parokinya
bernama Santo Nikodemus. Pastor Paroki saat itu : Alexius Widianto
pr dan Aloysius Hadi Nugroho pr. Paroki Nikodemus saat itu memiliki
22 lingkungan yang tergabung dalam 7 wilayah dengan jumlah umat
sekitar 4000 jiwa.
Sementara untuk saat ini kebanyakan umat di parokinya adalah
anggota militer yang sudah pensiun. Sementara anak-anak mereka
rata-rata sudah berkeluarga dan pindah keluar kompleks. Jumlah
Kepala Keluarga (KK) di kompleks militer ini kurang dari 20 KK.
Mereka cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan. Ada yang
menjadi ketua lingkungan, warakawuri, ketua seksi PSE, dan bidang
keimanan.5
4http://kel-rempoa.blogspot.com/2014/11/profil-singkat-kelurahan-rempoa.html,
tentang Monografi Kelurahan Rempoa tahun 2013, diakses pada tanggal 13 januari 2020 5Wawancara langsung dengan bapak Vestra Iswari selaku Katekis di Gereja Santo
Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
23
B. Dogma Ketuhanan dalam agama Katolik
1. Definisi Katolik
Katolik berasal dari kata sifat yunani yaitu Katolikhos yang
berarti umum, menyeluruh, atau universal. Istilah itu pertama kali
digunakan oleh Ignatius dari Antiokhia sekitar tahun satu ratus lima
belas. Ignatius dari Antiokhia menyatakan: "dimana uskup berada,
disana umat harus berada, seperti dimana yesus berada, disana gereja
Katolik berada".6
Selain itu di dalam buku Drs. Mudjahid Abdul Manaf,
menyatakan Katolik berasal dari bahasa yunani kathalikos yang berarti
ajaran yang terbesar keseluruh dunia atau dapat diterima diseluruh
dunia. Bisa juga berarti nama dari ajaran-ajaran yang benar atau
kepercayaan ortodoks sebagai lawan dari ajaran-ajaran bidat (bid’ah).
Bila dikaitkan dengan gereja bisa berarti am maksudnya,
perkembangan gereja itu merupakan petanda kebenaran ajaran para
rasul selain bahawa gereja bersifat universal.7
2. Dogma Tuhan dalam Katolik
Ajaran Kristen mainstream meyakini Tritunggal secara
dogmatis. Dogma Tritunggal mengimani ketuhanan Allah, Yesus
Kristus, dan Roh Kudus sekaligus sebagaimana tercantum dalam
6Jacobus Tarigan,Pr. Religiositas Agama & Gereja Katolik. (Jakarta: Pt. Gramedia
Wisiasarana Indonesia, 2007), h.81 7Drs.Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama. (Jakarta: Manajemen Pt.
Raja Grafindo Persada, 1996), h. 95.
24
kredo iman rasuli. Ketiga pribadi itu adalah pribadi Allah dan ketiga
pribadi tersebut adalah Allah. Allah adalah Tuhan, Yesus adalah
Tuhan, dan Roh Kudus juga Tuhan.
Adapun kedua belas kepercayaan Kristen Katolik yang disebut
credo dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Aku percaya akan Allah,Bapa yang mahakuasa,pencipta langit
dan bumi.
2. Dan akan Yesus Kristus,Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
3. yang dikandung dari Roh Kudus,dilahirkan oleh Perawan
Maria.
4. Yang menderita sengsaradalam pemerintahan Pontius
Pilatus,disalibkan, wafat dan dimakamkan,
5. Yang turun ke tempat penantian,pada hari ketiga bangkitdari
antara orang mati,
6. Yang naik ke surga,duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang
mahakuasa,
7. Dari situ Ia akan datang mengadili orang yang hidup dan yang
mati.
8. Aku percaya akan Roh Kudus,
9. Gereja Katolik yang kudus,Persekutuan para kudus,
10. Pengampunan dosa,
11. Kebangkitan badan
12. Kehidupan kekal. Amin
25
Dalam beberapa literatur dikatakan bahwa Kristen memiliki
ajaran monoteistik yang bermula dari pengajaran Yesus Kristus
sebagai tokoh utamanya serta pusat keimanannya.8 Keyakinan akan
kemonoteisan agama Kristen adalah mutlak bagi para pengikutnya.
Terbukti dari ucapan pertama yang harus dilontarkan seorang Kristiani
dalam pertaubatan adalah mengakui serta mengimani bahwa Tuhan itu
satu.9 Namun, mendiskusikan konsep monoteisme dalam agama
Kristen itu sendiri akan tidak valid tanpa merujuk kepada pernyataan
langsung dari dalam kitab sucinya. Salah satu pendapat yang
mengindikasikan adanya keyakinan monoteisme Kristen yaitu
ungkapan; “The Lord our God, the Lord is one” (Deut. 6:4)
sebagaimana terkutip dalam ensiklopedia Kristen.10 Dari ungkapan
inilah umat Kristiani menganggap agama mereka adalah agama
monoteis.
Bentuk monoteisme Kristen tergambar dari doktrin Trinitas
yang mereka ajukan. Trinitas merupakan salah satu dari tiga konsep
penting agama Kristen selain inkarnasi (incarnation), dan penebusan
dosa (atonement). Di mana terdapat keyakinan bahwa ada tiga unsur di
dalam konsep keimanan mereka, yaitu Tuhan Bapa (Father), Anak
(Son), dan Roh Kudus (Spirit). Ketiga unsur ini pada hakikatnya
8Michael Keene, Alkitab Sejarah Proses Terbentuknya dan Pengaruhnya, Terj. Y. Dwi
Kuranto, (Yogyakarta: Kanisius, Cet. V, 2010), h. 28 9Franz Dunzl, A Brief History of the Doctrine the Trinity in the Early Church, Terj. John
Bowden, (London: A Continuum Imprint, 2007), h. 1. 10Hasbi Arijal, “Problem Konsep Monoteisme dalam Agama-Agama Semit”, jurnal
KALIMAH Vol. 13, No. 1, Maret 2015, h.112
26
adalah satu. Konsep ini mengajarkan bahwa walaupun Tuhan itu Esa,
ia juga tiga. Atau secara umum menyebutnya sebagai Three in one or
one in three. Konsep Trinitas jugalah yang pada akhirnya membedakan
monoteisme Kristen dari dua agama monoteis lainnya.11
Bagi agama Kristen ini, paham trinitas yang ada di dalamnya
mempunyai dua aliran yaitu trinitas di dalam Katolik dan trinitas di
dalam Kristen Protestan. Walaupun dalam pernyataan teoretis, antara
Katolik dan Protestan tampak sama, namun sesungguhnya interpretasi,
perihal ketuhanan trinitas mengandung perbedaan yang menyolok
antara Katolik disatu pihak dengan Protestan sebagai pihak
reformasi.12
Katolik meyakini trinitas, kahidupan abadi (dari manusia),
penyucian dosa, kebangkitan kembali jasad, pemujaan kepada orang-
orang suci, dan pengankatan dara maria sebagai ibu Tuhan (Allah).
Namun aspek-aspek ajaran Katolik yang paling pokok terletak pada
doktrinya tentang gereja sebagai penguasa yang tidak mungkin berbuat
salah dan tentang system sakramennya yang merupakan sarana untuk
menyampaikan rahmat Tuhan kepada manusia.
Trinitas atau tritunggal, keesaan dari tiga bentuk ketuhanan
(Bapa, Putra, dan Roh Kudus ).13 Trinitas berarti kesatuan dari tiga.
11Huston Smith, Agama-agama Manusia, Terj. Saafroedin Bahar, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, Cet. VIII, 2008), h. 389. 12Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA. MA. Agama dalam ilmu perbandingan,
(Jakarta: NUANSA AULIA, 2001), h. 217 13Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Department Pendidikan
Agama, Jakarta 2008, h. 713.
27
Trinitas dalam Kristen adalah Tiga Tuhan yakni Tuhan Allah, Tuhan
Yesus dan Tuhan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu.
Katolik (Katolik Roma) agama Kristen yang pimpinan
tertingginya ialah Paus, berkedudukan di Roma.14 istilah "Katolik" ini
berasal dari kata sifat (Yunani) yaitu Katolikhos yang berarti "umum",
"menyeluruh" atau "universal". Istilah itu pertama kali digunakan oleh
Ignatius dari Antiokhia sekitar tahun satu ratus lima belas.15
Katolik meyakini doktrin-doktrin trinitas, kahidupan abadi
(dari manusia), penyucian dosa, kebangkitan kembali jasad, pemujaan
kepada orang –orang suci, dan pengankatan dara Maria sebagai ibu
Tuhan (Allah). Namun aspek-aspek ajaran Katolik yang paling pokok
terletak pada doktrinya tentang gereja sebagai penguasa yang tidak
mungkin berbuat salah dan tetntang system sakramennya yang
merupakan sarana untuk menyampaikan rahmat Tuhan kepada
manusia.16
Di dalam Khatolik, dipahami trinitasnya dengan pemahaman
secara biologis, dimana Allah Bapak, Putra dan Roh Kudus, pada
hakikatnya satu tapi mempunyai tiga penyata diri, merupakan satu
kesatuan wujud tunggal. Yesus Kristus pada dasarnya adalah Allah
Bapak yang menjelma dalam wujud manusia, untuk membebaskan
dosa umat manusia dan sebagai Tuhan. Melalui santapan suci
14Ibid, h. 1749.
15Jacobus Tarigan,Pr. Religiositas Agama & Gereja Katolik. (Jakarta: Pt Gramedia
Wisiasarana Indonesia, 2007), h. 81
16Donald Eugene Smith, Agama Dan Modernisasi Politik Suatu Kajian Analitis.
(Jakarta : Penerbit Cv. Rajawali, 1985), h. 78.
28
(sakramen ekaristi) terjadilah inkarnasi ketuhanan, dimana roti dan
anggur sebagai wujud perjamuan dianggap sebagai manifestasi dari
tubuh (daging dan darah yesus. Sehingga dengan demikian, umat
manuasia yang percaya berarti telah bersatu dengan Tuhan.17
Secara Etimologis, Trinitas berasal dari bahasa Yunani, yaitu
tres artinya tiga, yang diterjemahkan menjadi “three” dalam bahasa
Inggris. Dan unitas, artinya kesatuan yang dalam bahasa Inggris
menjadi “unity”. Jadi, apabila digabung ia bermakna tritunggal.
Sedangkan, dalam ajaran Katolik, untuk oknum ketiga, yaitu
Roh Kudus (the holy spirit). Mereka meyakini itu adalah jelmaan dari
Bunda Maria, ibu dari Yesus Kristus. Tidak heran kemudian di tradisi
Katolik Maria mendapat peran sentral dibandingkan dalam Kristen
Protestan.
Trinitas dalam Kristen disebut kata nama Allah yaitu
”keagungan”, berasal dari kata Latin, yang berarti kebesaran. Ketika
kita mengenakan istilah keagungan pada seseorang, berarti kita
mengakui kebesaran orang itu dan menyatakan rasa hormat. Dalam
bahasa Ibrani, frasa ”keagungan” melakukan tugas untuk ”Allah” dua
kali.
Mengingat latar belakang historisnya, paham trinitas ini tidak
bisa dipisahkan dari pengaruh ajaran paulus sebagai figure yang
banyak memberikan inspirasi bagi gereja dalam melahirkan dogma-
17Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA. Agama dalam ilmu perbandingan, (Jakarta: Nuansa
Aulia, 2001), h.219
29
dogma ketuhanan. Ini dapat di kutip dari karangan Hasbullah Bakry,
1968:78 yang berbunyi: "Segala surat-surat paulus dan ayat-ayat dari
injil-injil paulinitas (yahya, Lukas, markus) yang sangat miring pada
ketuhanan nabi isa itu, merupakan bahan utama untuk ulama-ulama
patristik Kristen dalam pembahasan mereka hingga dirumuskannya
dengan resmi konsepsi trinitas pada tahun 381 masehi”.18
Dalam perjanjian lama pula rahasia satu Allah tiga diri secara
terselubung sudah diwahyukan penciptaannya di dalam sabda, hikmah
itu ada pada Allah, dalam roh diatas lautan kuno, nabi menerima
penglihatan penglihatan dalam roh. Sedangkan dalam perjanjian baru
Yesus berbicara pada dirinya sendiri, putra Allah adanya. Ia berbicara
pada bapak yang mengutusnya. Ia berbicara tentang roh penghibur,
Roh Kudus yang diutusnya ke kita setelah kembali kerumah bapak. Ini
dapat dibuktikan didalam alkitab:
“Tetapi penghibur, yaitu roh kudus, yang akan diutus oleh bapa
dalam nama-Ku dialah yang akan mengajarkan segala sesuatau
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah ku
katakana kepadamu.”19
Yesus mengakui dirinya putra Allah. putra dan bapa adalah
satu dari selama-lamanya. Aku datang dari bapak, keluar dari dan pergi
ke tuhan. Barang siapa telah melihat aku, berarti ia telah melihat
bapak. Ini dapat di buktikan didalam alkitab:
18Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA. Agama dalam ilmu perbandingan, h.137 19Alkitab, yohanes 14:26, h. 153
30
“ya bapa, aku mau supaya , diman pun aku berada, mereka juga
berada bersama-sama dengan aku, mereka yang telah engkau berikan
kepada-ku agar mereka memandang kemuliaan-ku yang telah engkau
berikan kepada-ku, sebab engkau telah mengasihi aku sebelum dunia
dijadikan”.20
Didalam kehidupan Yesus, ketiga pribadi ini telah pernah
tampil bersama. Ketika Yesus dibabtis disungai Yordan, Roh Kudus
turun keatasnya dan terdengar suara bapak, "engkaulah anak yang aku
kasihi. Kepadamulah aku berkenan".21
Kesamaan bapak, putra dan roh adalah kesamaan dalam adanya
dari kekal dan berkuasa bersama, tetapi dengan identitas sendiri-
sendiri. Bapa dan putra dan roh, tiga dari satu Allah. Tiga diri ilahi
memiliki satu ke-Allahan yang sama, bukan identitas yang sama. Tiap
diri memiliki kepribadiannya. Ke-Allahan yang sama dan ke-
peribadiaan tiga diri itu adalah dari kekal.22
a. Sejarah Kepercayaan Trinitas dalam Katolik
Agama Katolik bermula dari pengajaran Yesus Kristus
sebagai tokoh utama agama ini. Yesus lahir pada tahun sebelum
masehi di kota Betlehem yang terletak di Palestina sekitar tahun 4-
8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus lahir dari rahim
seorang wanita perawan, Maria, yang dikandung oleh Roh Kudus.
20Alkitab, yohanes 17:24, h. 157 21Alkitab, Markus 1:10-11, h. 48 22A.Bakker Svd. Dalam Bukunya Ajaran Iman Katolik 2 Untuk Mahasiswa. (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1988), h.151
31
Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus berkhotbah
dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama kedua belas
rasulnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh orang-orang
Farisi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus.
Yesus wafat di salib pada usia 33 tahun dan bangkit dari kubur
pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah
kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat puluh
hari lamanya, sebelum kemudian naik ke surga.23
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai
menyebarkan ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya,
jemaat pertama Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis.
Namun, pada masa-masa awal berdirinya, agama Kristen
cenderung dianggap sebagai ancaman hingga terusmenerus dikejar
dan dianiaya oleh pemerintah Romawi saat itu. Banyak bapa
Gereja yang menjadi korban kekejaman kekaisaran Romawi
dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati
demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah
Ignatius dari Antiokia yang dihukum mati dengan dijadikan
makanan singa.
Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah
paganisme, dimana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun
23Google web http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan. Diakses pada tanggal 5 September
2019.
32
dengan gencarnya para rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan
agama ini mulai berkembang jumlahnya, sehingga pemerintah
Romawi semakin terancam oleh keberadaan agama Kristen.
Romawi pun berusaha menekan, dan bahkan melarang agama
Kristen, karena umat Kristen saat itu tidak mau menyembah
Kaisar, dan hal ini menyulitkan kekuasaan Romawi. Selain itu,
paganisme dan ramalan-ramalan yang sejak zaman sudah dipakai
sebagai alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku
penguasa atau alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi
dengan keberadaan agama Kristen. Maka, di masa-masa ini,
banyak umat Kristen yang dibunuh sebagai usaha pemerintah
Romawi untuk menumpas agama Kristen. Penyebar utama agama
Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang paling gencar
menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.
Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284),
mulai dari Kaisar Commodus hingga Kaisar Diocletian. Pada masa
inilah orang-orang masa itu kehilangan kepercayaan terhadap
konsep balas jasa langsung yang dianut di Paganisme, sehingga
agama Kristen pun semakin diminati. Hingga akhirnya pada tahun
313, Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen dan bahkan
minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya, Kaisar
33
Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan
agama Kristen sebagai agama negara.24
Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan
sangat cepat. Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan
munculnya berbagai aliran (bidaah). Salah satu upaya untuk
menekan bidaah adalah dengan diadakannya Konsili Nicea yang
pertama pada tahun 325 M. pada masa ini jugalah doktrin
kepercayaan Katolik dirumuskan melalui kredo dari Konsili necea
yang berbunyi : “aku percaya kepada gereja yang suci, am
rasuli”.25
Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman umat Kristen
keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen
universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah.
Salah satu contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan
salah satu krisis bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama
diadakannya Konsili Nicea yang pertama. Dari tahun 313 M,
gereja mengalami suatu peperangan hebat akibat tindakan kejam
dari Roma dan pada tahun 380 M, Katholik secara resmi menjadi
24Google web http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan. Diakses pada tanggal 5 September
2019. 25Kata “am” berarti "umum". Dalam Kredo Rasuli versi Inggris, kata yang dipakai adalah
“Khatolik” (catholic). Istilah “Katholik” dalam konteks ini tidak merujuk pada Gereja Roma
Katholik (sebagai pembeda dengan Gereja Protestan). Istilah “Katholik” sudah lama digunakan,
jauh sebelum terjadi reformasi gereja pada abad ke-16 yang membedakan Kristen Katholik dan
Kristen Protestan. Katholik berarti “am” atau “esa”.
34
agama kekaisaran Roma. sampai tahun 1054 M, gereja tetap
merupakan “satu lembaga”.26
b. Kedudukan Oknum Trinitas dalam Katolik
Pertama-tama memang Katolik dan Protestan adalah sama,
dan disamping itu dalam hubungannya masing-masing akan saling
memperkuat, daripada mengingkarinya. Keduanya mempercayai
Allah yang sama, Pencipta alam semesta dan Penebus manusia,
yang sudah menyatakan Diri dan alam semesta dan Penebus
manusia, yang sudah menyatakan Diri dan kehendak Nya melalui
kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Keduanya
menekankan tanggungjawab manusia kepada Allah sebagai
jawaban atas tuntutan Nya untuk menciptakan sebuah hubungan
yang” trustful” dengan Nya, serta hubungan yang bertanggung jawab
dan murah hati dengan sesama manusia.27 Secara ringkas, sistem
kepercayaan umat Kristen tersebut akan diuraikan berikut ini:
1. Allah Bapa
Allah Bapa adalah Pencipta langit dan bumi serta segala
yang terdapat di dalamnya. Allah Bapa ada di dalam surga. Allah
adalah Mahakasih terhadap segala ciptaan-Nya terutama kepada
manusia. Oleh karena itu Allah senantiasa menampakkan Diri Nya
26Drs.Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama. (Jakarta: Manajemen Pt
Rajagrafindo Persada,1996), h. 95 27Wawancara langsung dengan Bapak Heru selaku katekis di Paroki Santo Nikodemus,
pada tanggal 07 Januari 2020
35
kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukannya kepada Nabi
Musa ( Kel.3:1-3) :
a. Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba
Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring
kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke
gunung Allah, yakni Gunung Horeb.
b. Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam
nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu Ia melihat, dan
tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak di makan api.
c. Musa berkata ” baiklah aku menyimpang ke sana untuk
memeriksa penglihatan yang hebat itu.28
Allah selalu bersabda kepada manusia sebagaimana
digambarkan dalam Perjanjian Lama, yaitu bahwa Allah bersabda
melalui bangsa-bangsa dan para nabi. Tujuan Allah menampakkan
Diri dan bersabda melalui para nabi itu adalah untuk menunjukkan
kepada manusia siapa Dia dan apa yang dilakukan-Nya. Namun
penampakan Allah dengan cara-cara seperti itu masih
memungkinkan manusia jatuh ke dalam kesalahan dalam
memandang Diri-Nya. Puncak penampakan Allah kepada manusia
itu ialah kedatangan-Nya ke dunia ini dalam diri Yesus Kristus
sebagai tanda Kasih Nya.29
28 Perjanjian Lama, Kel 3:1-3, h. 69 29Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
36
Allah Bapa adalah kekal adanya. Tiada berpemulaan dan
tidak berpenghabisan. Senantiasa ada dan akan selalu ada. Allah
tidak berubah seperti ciptaan–Nya. Allah Bapa juga selalu
memelihara umat manusia dan segala ciptaan lainnya. Allah tidak
menghendaki kesengsaraan bagi manusia dan tidak menginginkan
manusia terkena mati. Sengsara dan maut datang di dunia karena
dosa. Dosa manusia itulah yang mendatangkan sengsara bagi
dirinya sendiri dan bagi sesama manusia. Jika Tuhan
mendatangkan kesengsaraan kepada manusia maka itu adalah tidak
lain untuk keselamatannya sendiri. Sengsara dapat merupakan
hukuman yang bermanfaat di samping juga dapat merupakan cara
untuk memurnikan manusia.
Oleh karena itu Allah tidak saja berada di Surga tetapi juga
di dunia ini (immanent), bahkan jiwa manusia dapat menjadi
tempat kediaman-Nya. Demikianlah keadaannya sehingga Allah
mendengar doa manusia, melihat mata hati manusia dan
menangkap getaran jiwanya. Allah juga mengetahui pikiran dan
harapan manusia. Manusia tidak dapat mengenal dan memandang
Allah seandainya Dia tidak menampakkan dan mendekatkan Diri
kepada manusia. Tidak ada yang dapat mendekati Allah jika Allah
tidak mengangkat manusia ke arah Diri-Nya.30
30Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
37
2. Tuhan Anak (Yesus)
Dalam kredo disebutkan: ”Dan akan Yesus Kristus Putra-
Nya yang tunggal, Tuhan kita”. Umat Kristiani pada umumnya
yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Ia adalah Putra Allah yang
dijanjikan dalam Perjanjian Lama.Tuhan yang mahakasih telah
berjanji akan mengutus seorang Penebus ke dunia. Penebus
tersebut tidak lain adalah Yesus Kristus yang di dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru digambarkan lahir di Betlehem dari
seorang anak dara perawan, dan mampu memperbuat mukjizat. Ia
adalah Imam yang banyak menderita dan akan wafat demi
kecintaannya kepada manusia. Menurut Perjanjian Lama, Sang
Penebus itu akan diurapi sehingga di gelari dengan Messiah, al-
Masih atau Kristus.
Yesus Kristus diutus ke dunia untuk melawan kejahatan
dan untuk mendirikan kerajaan Allah. Sekalipun manusia telah
jatuh ke dalam dosa sehingga terbuang dari taman firdaus dan
tercampak di dunia, namun Allah yang Maha kasih datang ke dunia
untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dan
membebaskannya dari dosa asal.
3. Roh Kudus
Roh kudus keluar dari Allah Bapa dan Allah Putra. Roh
Kudus diutus oleh Yesus Kristus, dari Bapa, kepada manusia,
karena Yesus tidak menghendaki manusia itu sendirian. Roh kudus
38
turun ke dunia, yaitu kepada para rasul dan murid-murid Yesus dan
selanjutnya pada geraja di hari pantekosta, hari kelima puluh
sesudah Paskah atau pada hari kesepuluh sesudah kenaikan Yesus
ke surga. Dapat dikatakan bahwa yang bekerja di dunia sekarang
ini adalah Roh Kudus. Mula pertama Roh Kudus turun kepada para
rasul dan murid-muridnya sehingga dalam seketika mereka
menjadi memiliki keberanian, menjadi orang-orang yang sabar dan
gembira dalam penderitaan hidup karena iman mereka. Roh Kudus
menjadi pendorong yang menyebabkan mereka giat bekerja karena
keimanan mereka terhadap apa yang pernah diberitakan oleh Yesus
Kristus.
Apabila seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka ia akan
memiliki apa yang dalam gereja Roma Katolik disebut dengan
”Kehidupan Berahmat”, yaitu sebagai orang yang termasuk suci
tanpa dosa-dosa kecil sekalipun. Orang tersebut telah memiliki
suatu kehidupan adikodrati karena Roh Kudus sudah ada dalam
dirinya, bahkan Bapa dan Putra pun ada dalam diri orang tersebut.
Inilah yang dimaksud oleh Paulus dengan perkataannya:
”Tidakkah kamu tahu bahwa kamu itu bait Allah dan bahwa Roh
Kudus tinggal di dalam hatimu”.
Adapun Roh Kudus sebagai bagian dari tri tunggal,
merupakan wujud rohani Allah bapa yang secara inkarnasi masuk
kedalam tubuh maria, untuk kemudian lahir menjadi manusia
39
Yesus. Kelahiran Yesus dalam perawan maria, dimaksudkkan
untuk membawa misi pengampunan dosa dan keselamatan manusia
dengan pengorbanan putranya yang tunggal itu ditiang salib
sebagai penebus dosa. Atas dasar inilah maka sesungguhnya inti
iman Kristen Katolik ini terletak pada kepercayaannya terhadap
penyaliban diri Yesus, dimana setelah wafat, Yesus kemudian
bangkit dari kubur-NYA, dan kembali naik ke surga ketempat asal
mula dia datang, berada disinggahsana-Nya dengan posisi sebagai
Allah bapa.31
c. Keesaan Trinitas dalam Katolik
Keesaan Tuhan dalam Khatolik, hanya ada satu Allah yang
maha esa itu dapat dilihat dalam alkitab: "dengarlah hai orang
Israel: TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu esa".32
Pertama-tama Allah yang wajib dilayani itu berdaulat atas
diri Nya dan semua pembicaraan manusia tentang Allah harus
bertitik tolak dari sudut bagaimana Allah sendiri ingin diketahui
Nya. Dalam kedaulatan Nya Dia menyatakan diri Nya sebagai tiga
Pribadi, Bapa, Anak dan Roh yang berbedabeda. ”Jika kita tidak
berpegang pada Yang Tiga itu, maka di dalam benak kita hanya
akan mengambang nama Allah yang hampa tidak berisi”. Memang
Calvin tidak puas dengan istilah ”Pribadi” itu, tetapi dia merasa
diri terikat pada Firman yang menyaksikan Allah yang Esa sambil
31Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA. Agama dalam ilmu perbandingan, (Jakarta: NUANSA
AULIA, 2001), h. 137 32Alkitab, Ulangan 6 Ayat 4, h. 231
40
menyatakan betapa mulia dan kaya Keesaan itu. Calvin menulis
bahwa jangan sampai membayangkan ke tritunggal-an Pribadi–
pribadi yang sedemikian rupa, hingga pikiran terbagi serta
bimbang dan tidak segera dibawa kembali kepada kesatuan itu.
Bapa, Anak dan Roh kudus.
Allah yang satu dan esa itu memperkenalkan diri-NYA
sebagai Allah di atas umat (Allah bapa), sebagai Allah di tengah-
tengah umat (Yesus Kristus), dan sebagai Allah di dalam umat (roh
kudus) yang mana sesiapa yang menyakini ajaran kristen dan
trinitas ini adalah kerana didalam dirinya itu mengandungi roh
kudus.33
Ketiganya tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya,
namun dibeda-bedakan juga, bapa mengutus putra dan roh yang ku
utus dari bapak ini dapat dilihat dalam alkitab:
"jikalau penghibur yang akan kuutus dari bapak datang, yaitu
roh kebenaran yang keluar dari Bapa, ia akan bersaksi tentang
aku".34
Disisni dapat dijelaskan, Allah di atas umat (Allah bapa),
sebagai Allah di tengah-tengah umat (Yesus Kristus), dan sebagai
Allah di dalam umat (roh kudus) adalah menunjukkan ketiga-tiga
keadaan itu adalah datangnya dari allah yang esa dan disitu lah
33A.Bakker Svd. Dalam Bukunya Ajaran Iman Katolik 2 Untuk Mahasiswa. (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1988), h. 151 34Alkitab, yohanes 15:26, h. 155.
41
membawa tentang pengertian tritunggal itu sendiri mengikut
keyakinan yang dianuti oleh kristen katolik.
Selain itu, Gereja Katolik mengakui kepercayaannya akan
misteri tritunggal Maha kudus dalam kidung (prefasi) pada pesta
Allah tri tunggal. Bersama putra-Mu dan Roh Kudus engkaulah
Allah yang maha esa, bukan karena kepribadian esa melainkan
karena berhakikat esa dalam tritunggal Mahakudus. Putra dan Roh
Kudus sama-sama mulia dengan tidak bedanya. Engkaulah Allah
yang kekal dan benar, khusus dalam pribadi-pribadi, satu dalam
hakikat, sama dalam keagungan. Kesamaan bapak, putra dan roh
adalah kesamaan dalam adanya dari kekal dan berkuasa bersama,
tetapi dengan identitas sendiri-sendiri. Bapa dan putra dan roh, tiga
dari satu Allah. Tiga diri ilahi memiliki satu ke- Allahan yang
sama, bukan identitas yang sama. Tiap diri memiliki
kepribadiannya. Ke-Allahan yang sama dan ke-peribadiaan tiga
diri itu adalah dari kekal.35
C. Pemahaman Jemaat Gereja Tentang Dogma Ketuhanan
Bagi agama Kristen, paham trinitas yang ada di dalamnya
mempunyai dua aliran yaitu trinitas di dalam Khatolik dan trinitas di
dalam Kristen Protestan. Walaupun dalam pernyataan teoretis, antara
Katolik dan Protestan tampak sama, namun sesungguhnya interpretasi,
35A.Bakker Svd. Dalam Bukunya Ajaran Iman Katolik 2 Untuk Mahasiswa. (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1988, h. 151
42
perihal ketuhanan trinitas mengandung perbedaan yang menyolok antara
Katolik disatu pihak dengan Protestan sebagai pihak reformasi.36
Menurut Romo Aldo di dalam Kristen Katolik, kami memahami
trinitas dengan pemahaman dimana Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus,
pada hakikatnya satu tapi mempunyai tiga pengatadiri, merupakan satu
kesatuan wujud tunggal. Yesus Kristus pada dasarnya adalah Allah Bapak
yang menjelma dalam wujud manusia, untuk membebaskan dosa umat
manusia dan sebagai Tuhan. Melalui santapan suci (sakramen ekaristi37)
terjadilah inkarnasi ketuhanan, dimana roti dan anggur sebagai wujud
perjamuan dianggap sebagai manifestasi dari tubuh (daging dan darah
yesus. Sehingga dengan demikian, umat manuasia yang percaya berarti
telah bersatu dengan Tuhan. 38
Katolik meyakini trinitas, kahidupan abadi (dari manusia),
penyucian dosa, kebangkitan kembali jasad, pemujaan kepada orang-orang
suci, dan pengankatan dara maria sebagai ibu Tuhan (Allah). Namun
aspek-aspek ajaran Katolik yang paling pokok terletak pada doktrinya
tentang gereja sebagai penguasa yang tidak mungkin berbuat salah dan
tetntang system sakramennya yang merupakan sarana untuk
menyampaikan rahmat Tuhan kepada manusia.
36Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA. MA. Agama dalam ilmu perbandingan,
(Jakarta: NUANSA AULIA, 2001), h. 217.
37Ekaristi dalam Gereja Katolik adalah perayaan Misa, liturgi ekaristis.
Istilah Ekaristi juga digunakan untuk menyebut roti dan anggur
setelah ditransubstansiasikan (substansinya telah diubah), berdasarkan ajaran Katolik,
menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Menurut Katekismus Gereja Katolik, "Pada Perjamuan
Terakhir, pada malam waktu Ia diserahkan, Penyelamat kita menetapkan kurban Ekaristi Tubuh
dan Darah-Nya. 38Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
43
Selain itu, umat Khatolikini juga begitu yakin terhadap bonda
Maria yang mana mereka mengangkat kedudukan Maria bahkan setara
dengan tuhan Yesus. Dari jajaran orang-orang suci, ibu yesus menepati
kedudukan yang paling utama bahkan sentral. Semula ibadat mengenai
maria timbul dari penghormatan sebagai ibu yesus yang melahirkan yesus,
tetapi berkembang ajaran-ajaran yang makin meluas yang tidak dijumpai
datanya dari alkitab, tetapi dari tradisi.
Berikut ini adalah Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut
Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari jaman jemaat awal:
1. Tritunggal adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-
Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka
adalah sepenuhnya dan seluruhnya. Bapa adalah yang sama seperti
Putera, Putera yang sama seperti Bapa, dan Bapa dan Putera adalah
yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang
sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera,
seluruhnya ada dalam Roh Kudus, Putera seluruhnya ada di dalam
Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus, Roh Kudus ada
seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.
2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam
hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah
Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan.
3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah
44
menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa
dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus
dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu
Allah.
Pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional
tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia
tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak
dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab
menyatakannya maka kita menerimanya. Allah yang hanya mau dikenal
dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa,
tetapi mengenak keesaanNya saja tidaklah menyelamatkan.
Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami dan
diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diri-
Nya yang progresif, rencana dan cara kerja-Nya. Allah ingin kita
mempercayai dan mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa,
yang mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan
yang diperkenan-Nya, tetapi ia menginginkan kita mengenal-Nya
sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikan-
Nya masing-masing. 39
39Wawancara langsung dengan Vestra iswari di gereja Paroki Santo Nikodemus, pada
tanggal 07 Januari 2020
45
D. Makna Fungsional Ketuhanan Khatolik Menurut Jemaat Gereja
Dari data yang sudah dikumpulkan, maka penulis sampaikan
mengenai makna fungsional ketuhanan menurut jemaat Gereja di Paroki
Santo Nikodemus secara garis besar, yaitu:
1. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Pribadi
Dalam kehidupan jemaat Katolik, kehidupan dikaitkan dengan
Tuhan. Artinya bahwa Tuhanlah yang memanggil manusia agar
manusia hidup sesuai kehendak-Nya. Panggilan hidup, baik religius
maupun awam senantiasa menuntun seseorang untuk hidup secara
bertanggungjawab. Dengan kata lain, bertujuan untuk membangun
kehidupan beriman kristiani. Artinya, membangun kesetiaan pada Injil
Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya
Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan
situasi dan peristiwa penyelamatan, yaitu situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan.40
Tujuan utama atau tujuan puncak manusia diciptakan Tuhan
adalah untuk menikmati Tuhan, untuk dirinya bersekutu dengan
Tuhan, dan menikmati-Nya. Semua ciptaan, diciptakan Tuhan melalui
perkataan-Nya, tapi hanya satu ciptaan yang diciptakan dengan tangan
Tuhan yaitu manusia. Alkitab mencatat hal itu untuk menunjukkan
betapa khususnya manusia, sehingga Tuhan perlu mendisainnya
40Wawancara langsung dengan Bapak Heru selaku katekis di Paroki Santo Nikodemus,
pada tanggal 07 Januari 2020
46
dengan tanganNya sendiri dan Tuhan yang menghembuskan nafas
kehidupan ke dalam manusia itulah yang menghidupkan manusia.
Sehingga dengan ini manusia akan sadar bahwa tanpa Tuhan tidaklah
aka nada dirinya dan alam semesta ini. 41
Mampu menginternalisasi nilai-nilai iman dan moral Katolik
dalam membangun hidupnya sebagai seorang Katolik yang dewasa
dengan berpolakan Pribadi Yesus Kristus sehingga jemaat kelak
menjadi jemaat Katolik yang mencintai Tuhannya, agar kita juga dapat
meresapkan makna kebahagiaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus,
dengan demikian dapat menemukan makna kehidupan kita yang
sesungguhnya di dunia ini. Bahwa sebenarnya, Tuhan menghendaki
agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu sebenarnya
diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia oleh
Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik.42
Tuhan dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk
mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menuntun sesuai dengan
perintah atau larangan Tuhan Allah yang harus dijalankan dan
dipatuhi, agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan
selalu berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan
kepercayaan masing masing. Selain itu berfungsi sebagai jalan teebaik
bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon
41Wawancara langsung dengan Saudara Kevin Chrisvalliando selaku mahasiswa di jemaat
gereja Paroki Santo Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020 42Wawancara langsung dengan Saudara Nadya Kirana di gereja Paroki Santo Nikodemus,
pada tanggal 07 Januari 2020
47
dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun
yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat
dosa dosa dimasa lalu, serta memiliki untuk tempat berdoa,
mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselamatan dunia akhirat,
dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang dan mendekatkan diri
kepada sang pencipta merupakan cara agar hati tenang.
Oleh sebab itu seseorang yang tidak mempunyai kepercayaan
kepada sang tuhan apapun maka kehidupannya akan dipenuhi dengan
keraguan, cenderung suka dengan jalan kemaksiatan dan perbuatan
perbuatan yang merugikan orang lain. tanpa agama seseorang tidak
akan mempunyai sesuatu yang selalu mengajaknya untuk berdoa,
bersyukur, menyesali perbuatan dan memohon pengampunan pada
tuhan yang diyakininya dapat menolongnya merubah jalannya menjadi
lebih baik.43
Memiliki agama berarti memiliki kebangaan karena
mempunyai tuhan tempat kita berserah diri, memohon bantuan dan
sarana untuk beribadah agar menjadi manusia bisa lebih dekat dengan
yang maha kuasa dan menjadi pribadi yang lebih baik. agama sebagai
kebanggaan diri secara pribadi tetapi bukan untuk dipertunjukan dalam
bentuk keangkuhan, pamer atau kesombongan. karena keangkuhan
hanya akan membuat jarak kita dengan orang lain menjadi menpunyai
dinding batas untuk saling berinteraksi. hal ini disebabkan pada
43Wawancara langsung dengan Saudara Marcellinus Dibya di gereja Paroki Santo
Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020
48
dasarnya manusia tidak menyukai seseorang yang pamer dan bangga
dengan tujuan untuk menyombongkan diri.44
2. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Keluarga
Memahami makna Tuhan didalam keluarga, sebenarnya
mempunyai fungsi untuk membangun keluarga yang ideal atau yang
dicita-citaka, membina cinta dalam keluarga, membina kehidupan
yang lebih harmonis, membina keluarga yang saling mengasihi.45
Harus diakui bahwa tuhan Yesus memliki pengaruh konstruktif
bagi Keluarga Katolik sebagai paguyuban-paguyuban terkecil dalam
Gereja. Dengan mengikuti perintahnya, mengiternalisir dan
merealisasikannya dalam hidup berkeluarga, keluarga akan semakin
kukuh dan bersamaan dengan itu Gereja akan menjadi semakin
tangguh. Keluarga yang kukuh adalah keluarga yang berlaku dan
bertindak sesuai dengan pesan-pesan injil. Ciri-ciri keluarga yang
selalu berlaku dan bertindak sesuai dengan pesan injil adalah sebagai
berikut. Pertama, saling tunduk, yaitu saling berlaku dengan cara
menerima pertanggung-jawaban penuh atas peran mereka yang
berbeda. Selalu bersikap rendah hati dalam membangun mahligai
perkawinan. Kedua, saling membangun dalam iman Kristus. Ketiga,
mengajar anak-anak mereka dan orang lain yang tinggal di rumah agar
mereka dapat mengenal Kristus. Keempat, memelihara kelakuan di
44Wawancara langsung dengan Vestra iswari di gereja Paroki Santo Nikodemus, pada
tanggal 07 Januari 2020 45Wawancara langsung dengan Saudara Kevin Chrisvalliando selaku mahasiswa di jemaat
gereja Paroki Santo Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020
49
rumah tangga yang sesuai dengan kesalehan dan ukuran yang diterima
pada umumnya.46
3. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Sosial
Dalam keyakinan jemaat khatolik, setiap manusia yang percaya
dengan Tuhan Yesus, maka kehidupan akan dibantu dan dibimbing
untuk semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai
ajaran agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan
penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antarumat beragama yang
harmonis masyarakat Indonesia yang plural demi terwujudnya
persatuan nasional. 47
Dalam kehidupan masyarakat kita menemukan banyak praktek
ketidakadilan, entah dari segi ekonomi, politik, hukum, sosial dan
budaya. Semua tindakan ini menunjukkan bahwa masyarakat kita,
sadar atau tidak sadar, sering tidak menghormati hak milik orang lain.
Sebagai orang Kristen, kita yakin bahwa Allah adalah penguasa
tertinggi dan pemilik segala sesuatu. Ia menganugerahkan kepada
manusia hak milik. Apa yang diperoleh atau dicapai dengan usahanya
sendiri dapat juga ia gunakan bagi kepentingan pribadi. Sehingga lebih
cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah
masalah sosial di masyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan,
46Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019 47Wawancara langsung dengan Saudara Marcellinus Dibya di gereja Paroki Santo
Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020
50
kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas
yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan
dimusnakan agar prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya
dan tidak lagi menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh
dosa.48
Jemaat akan semakin mengenal dirinya sebagai Citra Allah
sehingga kepekaan dan kepeduliaan terhadap sesama dan
lingkungannya semakin bertumbuh. Mampu mengintegrasikan nilai-
nilai iman dan moral Katolik sesuai dengan profesinya dalam
kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat, semakin menyadari diri
sebagai anggota Gereja dan terlibat aktif dalam kehidupan menggereja
dan memasyarakat. Kepekaan tersebut dapat merangsang dan
menyemangati orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja
menyaksikan hal hal yang tidak baik antara lain tentang ketidakadilan
ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau
tentang kezoliman yang berkembang pada sistem kehidupan
dimasyarakat.49
Pada dasarnya ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua
agama apapun di dunia. Agama mengajarkan manusia untuk saling
bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama
Lain). Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan
48Wawancara langsung dengan Saudara Hieronimus Kia Suban selaku katekis di gereja
Paroki Santo Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020 49Wawancara langsung dengan Saudara Nadya Kirana di gereja Paroki Santo Nikodemus,
pada tanggal 07 Januari 2020
51
segala bentuk usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus
agamawi selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan
ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam
masyarakat.50
Dalam kehidupan bermasyarakat Tuhan mempunyai peranan
sosial sebagai faktor integratif bagi masyarakat, yang berarti factor
peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-
kewajiban sosial yang membantu mempersatukan masyarakat. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial
didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga
agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.51
4. Makna Fungsional Dalam Dunia Pendidikan
Makna yang dimaksudkan dalam jemaat gereja adalah untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan
potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-
nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif
masyarakat. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya
50Wawancara langsung dengan Bapak Vestra iswari selaku katekis di Paroki Santo
Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020 51Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
52
bertujuan untuk optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia
yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan.52
Dalam pendidikan Agama Katolik diarahkan untuk
memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memerhatikan
penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan
antarumat beragama untuk mewujudkan persatuan nasional. Selain itu
fungsi lain yakni memilik Pengetahuan dan pemahaman akan ajaran
Agama Katolik yang semakin meningkat sehingga keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan semakin bertumbuh. Jemaat akan semakin
motivasinya sebagai umat beragama dan mampu berdialog dan
bekerjasama dengan agama-agama non-Kristiani. Dapat membentuk
jiwa yang ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
tuhan-Nya maupun lingkungannya. Semua agama sudah sangat
sempurna dengan ilmu pengetahuannya, dikarnakan dapat menuntun
umat-Nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan
cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidak
pahaman tujuan daripada agama-nya. 53
52Wawancara langsung dengan Bapak Vestra iswari selaku katekis di Paroki Santo
Nikodemus, pada tanggal 07 Januari 2020 53Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di Gereja
Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
53
BAB III
AJARAN KETUHANAN DAN MAKNA FUNGSIONALNYA DALAM
UMAT HINDU DI PURA MERTASARI
A. Pura Mertasari
1. Sejarah
Tidak sembarangan tempat dapat dijadikan kawasan untuk
membangun Pura, dalam tradisi Bali (termuat dalam beberapa Lontar)
menyatakan tanah yang layak dipakai adalah tanah yang berbau harum,
yang “gingsih” dan tidak berbau busuk, sedangkan tempat-tempat
yang ideal untuk membangun Pura adalah seperti disebutkan pada
kutipan dari Bhavisya Purana dan Brhat Samhita, yang secara
sederhana disebut sebagai “Hyang-Hyangning Sagara Giri” atau
“Sagara-Giri Adumukha”, tempatnya tentu sangat indah di samping
vibrasi kesucian memancarkan pada lokasi yang ideal tersebut.1
Adapaun awal sejarahnya, Pura yang terletak di Jl. Teratai
Putih, Rempoa Permai, RT 4 RW 11, Rengas Ciputat Timur,
Tangerang Selatan Banten ini dirintis sejak tahun 1983 atas dasar surat
perintah dari satuan Batalyon ini bahwa Batalyon menginginkan
Kompleks ini menjadi Kompleks Pancasila sehingga dalam kawasan
ini terdapat Pura, Gereja, Vihara, Serta Masjid. Dan memang jika
dilihat sekarang ini, di area wilayah Komplek betul-betul dianggap
menjadi Kompleks Pancasila.
1I Made Titib, Theologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, (Surabaya : Paramitha,
2009), h.91
54
Jika sore kita dapat melihat umat Hindu datang ke Pura terlebih
pada hari minggu di Pura Mertasari sangat ramai di penuhi para
pemeluk umat Hindu yang berkumpul untuk melakukan ibadah, untuk
belajar agama Hindu dan berkumpul dalam kegiatan lainya, masjid
ramai dengan orang yang ingin menunaikan shalat, warga sangat
rukun, ini menjadi pemandangan yang positif bagi kerukunan
beragama, sangat luar biasa. maka atas dasar itulah Batalyon ini
mengeluarkan surat perintah pada tahun 1984 yang silam agar bisa
berdiri Pura.
Dan berdirilah Pura Mertasari ini pada bulan Agustus tepatnya
pada tahun 1984 baru bisa peletakkan batu pertama untuk
pembangunan Pura, yang ketika itu umat Hindu baru berjumlah 40
KK. Lambat laun seiring bertambahnya pengikut Hindu di daerah ini
yang datang dari daerah lain, maka ada keinginan pengurus untuk
memperluas sarana peribadatan. Maka disepakatilah renovasi sebagai
jalan yang paling mungkin untuk dilakukan.
Pura ini sudah mengalami 3 (tiga) kali renovasi. Alasan
renovasi ini muncul karena ketika itu di wilayah ini sudah terdapat
lebih dari 40 KK, dan akhirnya pada tahun 1986 di lakukanlah
renovasi karena umat Hindu sudah banyak yang pindah dari berbagai
daerah seperti, Depok, dan daerah sekitar Ciputat. Maka semakin
banyaklah umat Hindu yang pindah ke daerah ini. Bahkan dalam
beberapa tahun yang lalu Pura Mertasari berencana membangun lebih
55
besar lagi ke atas karena sudah tidak memungkinkan untuk
memperlebar maka harus membangun ke atas tetapi ada masalah
perijinan yang pada akhirnya menghalangi pembangunan Pura
Mertasari. Pada awal berdiri Pura Mertasari hanya satu lantai,
sekarang kita dapat melihat Pura yang dua lantai, yang lantai atas
digunakan khusus untuk kegiatan pasraman (sekolah agama Hindu),
munkin jika telat mendapat ijin Pura ini sekarang menjadi tiga atau
empat lantai ke atas.2
Pada tahun 1982 mulai banyak penganut agama hindu yang
berkumpul di Jakarta, mereka berasal dari bali dan jawa pada
umumnya, dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah pura
sebagai sarana tempat beribadah umat hindu, akhirnya membeli tanah
dan mendirikan pura di lalu pada tanggal 13 Januari 1982 dilaksanakan
upacara Nganteg Linggih (semacam upacara peresmian Pura) yang
dipimpin Pedande Istri Wayan Sidemen, upacara Nganteg Linggih
pada Umumnya dilakukan oleh setiap pura pada tiga puluh tahun
sekali, tetapi dengan alasan peresmian dan pelengkapan administrasi di
pura mertasari ini upacara Nganteg Linggih dilakukan sebelium tiga
puluh tahun dan akhirnya pada tanggal 15 Juni 2014 dilaksanakan
upacara Nganteg Linggih yang ke-2 yang di pimpin oleh Ide Pedande
2Wawancara pribadi dengan Bapak Warsad selaku Sekretaris RT 06 pada 20 November
2019
56
Made Putra Sidemen sekaligus diresmikan kembali oleh ibu Hj. Airin
Rachmi Diany, SH, MH selaku Walikota Tangerang Selatan.3
2. Letak geografis
Pura Mertasari sebagai tempat peribadatan umat Hindu teletak
di Jalan Teratai Putih, Rempoa Permai, RT 4 RW 11, Kelurahan
Rengas, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Ditengah kepadatan
penduduk Rengas yang sebagian besar adalah umat muslim.
Kelurahan Rengas adalah daerah kelurahan yang terletak di
Kecamatan Ciputat Timur, berjarak 2 Km dari pusat pemerintahan
kecamatan, dan 8 Km dari pusat pemerintahan Kota, serta berjarak 86
Km dari pusat pemerintahan Provinsi. Kelurahan Rengas berada di
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten,
Republik Indonesia. Kelurahan ini secara administrasi berbatasan
dengan,
1. Utara: Kecamatan Pondok Aren dan DKI Jakarta.
2. Selatan: Kelurahan Cempaka Putih.
3. Barat: Kelurahan Pondok Ranji.
4. Timur: Kelurahan Rempoa dan DKI Jakarta.
Di Ciputat Timur hanya kelurahan Rengas yang memiliki
bangunan tempat ibadah umat Hindu, bangunan Pura ini dibangun
berdasarkan kesepakatan umat Hindu yang ternyata sudah cukup
3Wawancara pribadi dengan Bapak Made Seroja selaku kepala pasraman pura mertasari
pada 17 November 2019
57
banyak tinggal di daerah Rengas dan sekitarnya, bangunan Pura juga
sudah memiliki izin yang resmi dari pemerintah dan warga sekitar.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 24.046 jiwa yang terdiri
dari laki-laki 12.205 jiwa, perempuan 11.841 jiwa, yang tersebar
dalam 11 RW dan 75 RT, dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah
penduduk kelurahan rengas laki-laki lebih banyak daripda jumlah
penduduk perempuan.
3. Populasi Umat Hindu di Pura Mertasari
Rengas adalah sebuah Kelurahan yang ada di Ciputat Timur
dimana mayoritas masyarakatnya beragama Islam, terbukti dengan
banyaknya tempat ibadah umat Islam yang ada di daerah Rengas,
terdata ada 23 mushola dan 6 masjid.4 Namun demikian terdapat
masyarakat penganut agama Hindu ditengah-tengah padatnya pemeluk
agama Islam, dengan adanya satu bangunan yang beridiri tegak
sebagai tempat peibadatan umat Hindu.
Sementara untuk saat ini kebanyakan umat di banjar Mertasari
adalah anggota karyawan swasta dan profesi lainnya. Jumlah Kepala
Keluarga (KK) yang tercatat di sebagai umat pura di mertasari sampai
saat ini kurang lebih 250 KK. Mereka cukup aktif dalam kegiatan-
kegiatan lingkungan. Ada yang menjadi ketua lingkungan, ketua Rt,
dan sekretaris di wilayah setempat.5
4Buku data Monografi Kelurahan Rengas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan provinsi Banten tahun 2016, h.3 5Wawancara langsung dengan bapak Putu Caniyasa selaku pasraman di Putra Mertasari,
pada tanggal 09 Januari 2020
58
B. Dogma Ketuhanan Dalam Agama Hindu
Secara umum dalam agama Hindu bahwa konsep Tuhan, dapat
dipahami sebagai Tuhan yang Transenden dan Tuhan yang Imanen, yang
secara jelas kita temukan dalam pemikiran Advaita dari Sankara. Sankara
mengatakan bahwa ada dua Brahman, yaitu Nirguna Brahman (Tuhan
yang Transenden) dan Saguna Brahman (Tuhan yang Imanen). Menurut
Sankara Tuhan yang Transenden adalah Tuhan yang tanpa sifat, sehingga
Tuhan terbebas dari perbedaan-perbedaan, sehingga tidak dapat dibedakan
oleh manusia yang pada dasarnya memiliki pemikiran yang terbatas.
Upanisad menyatakan bahwa Brahman itu Neti-Neti, artinya bukan
ini dan bukan itu (Madrasuta, 2002:78). Tidak seorangpun manusia
mampu memikirkan dan mengenalinya. Namun Brahman yang Saguna,
yang Imanen adalah Tuhan dengan segala atributnya yang dapat didekati
dan dikenal oleh manusia. Oleh karena kemampuan manusia mengenalnya
dengan tingkat serta kapasitas yang berbeda beda dan atribut Tuhan yang
tak terbatas maka Saguna Brahman (Tuhan) dikenal dengan tingkat
keragaman yang tinggi, oleh karena kemampuan pengenalan manusia yang
satu, berbeda dengan pengenalan manusia yang lainnya. Dengan demikian
sangat mudah kita yang awam akan menarik kesimpulan bahwa seolah
olah ada banyak Tuhan dalam Hindu, atau Hindu adalah Agama yang
Politeistis. Tentu saja pernyataan seperti ini keliru, Tuhan yang
Transenden (Nirguna Brahman) dan Imanen (Saguna Brahman) adalah
satu (Advaita), dalam Chandogya-Upanisad, IV.2.1 disebutkan “Ekam Eva
59
Adityam Brahman”, yang artinya Tuhan hanya satu, tidak ada yang kedua.
Namun Tuhan yang Imanen (Saguna), oleh orang-orang bijaksana
menyebutNya dengan banyak nama, “Ekam Sat Wipra Bahuda Wadanti”
(Rg. Weda. 1.164.46.). Sekaligus dalam hal ini terkandung konsep tentang
Istadewata, yaitu pemahaman dan penghayatan tentang Tuhan dan
manifestasinya, yang memungkinkan manusia untuk memiliki konsep
tentang Tuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya
dan kebebasan pada setiap manusia untuk untuk memuliakan
Istadewatanya masing-masing dengan perbedaan-perbedaan yang ada,
tanpa harus dipertentangkan satu dengan yang lainnya.
Dalam Filsafat Nyaya meyakini kebenaran weda, maka dalam
Nyaya ada kepercayaan tentang adanya Tuhan.6 Dalam Weda, Tuhan itu
ada, maha kuasa, esa dan segalanya. Tuhan adalah penyebab tertinggi
penciptaan, segala pencipta, pemelihara dan sebagai pelebur alam semesta.
Tuhan adalah sumber awal dan akhir dari segala yang ada.7
Menurut agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam
semesta atas cinta kasih-Nya yang disebut Yajna. Nama ini erat sekali
hubungannya dengan fungsi atau tugas. Demikian pula Tuhan atau Sang
Hyang Widhi Wasa. Beliau disebut Brahma pada waktu menciptakan alam
semesta dengan segala isinya. Beliau juga disebut Wisnu pada waktu
memelihara semua ciptaannya dengan penuh cinta kasih. Beliau disebut
6I Gede Rudia Adiputra dkk, Tattwa Darsana, (Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi,
1990), h.26 7Drs. Anak Agung Gde. Oka Netra, Tuntunan Dasar Agama Hindu, (Jakarta: Hanuman
Sakti, 1994), h. 20.
60
Siwa pada waktu mengembalikan ciptaannya ke asalnya. Begitulah Tuhan,
bila diumpamakan bagaikan matahari. Sinar-sinarnya adalah dewa.8
1. Sejarah dan Kepercayaan Trimurti dalam Hindu
Agama Hindu dalam Bahasa Sansekerta disebut Sanatana Dharma
yang artinya kebenaran abadi, dan Vaidika Dharma yang artinya
pengetahuan kebenaran (Agama Weda). Dengan ungkapan ini dinyatakan,
bahwa Kitab Weda menjadi kitab dasar agama Hindu. Agama ini berasal
dari anak benua India dari agama Weda yang merupakan kepercayaan
bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini merupakan agama tertua dan terbesar
ketiga di dunia setelah Agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat
terbanyak. Sebenarnya agama Hindu bukanlah agama dalam arti biasa.
Agama Hindu adalah suatu bidang keagamaan dan kebudayaan yang
meliputi zaman kira-kira 1500 SM hingga zaman sekarang.
Perkembangan agama Hindu dapat di ketahui dari kitab-kitab suci
agama Hindu yang terhimpun dan Veda Sruti, Veda Smrti, Itihasa,
Upanisad dan sebagainya. Zaman Upanisad terjadi di antara tahun 600 dan
300 sebelum Masehi. Istilah Upanishad berasal dari tiga kata yaitu upa, ni,
dan shad: upa= dekat, ni= dibawah, dan shad= duduk. Dengan demikian
kata Upanishad berarti “duduk di bawah dekat” (dengan Dang Acarya).9
Namun pada dasarnya dari keseluruan atau inti sari kepercayaan
agama Hindu ialah meng-Esa-kan Tuhan-Nya yang dimana mereka itu
8Ketut Wiana, Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, (Jakarta : Pustaka Manikgeni,
1993), h. 1 9I Gede Rudia Adiputra, Tattwa Darsana, (Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990), h. 1
61
berkeyakinan bahwa Tuhan itu hanya satu tidak ada yang lain. Akan tetapi
mereka menamakannya berbeda beda. Memang kita mengenal bahwa
orang hindu itu memiliki tiga tuhan atau yang di sebut dengan Trimurti
yaitu Dewa Brahman, Dewa Wisnu, Dewa Siwa.
Kemudian pada zaman Trethyuga, Dharmasastra lah yang menjadi
pegangan utama. Kitab-kitab yang tergolong dalam agama ini memuat
banyak aturan yang mencakup sistem atau cara pemujaan Tuhan, tentang
falsafah agama dan tuntunan tentang penggunaan mantra. Rasa dekat
dengan Tuhan, merupakan kebutuhan manusia yang sangat mutlak untuk
mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Satya, Dharma, Santi,
Primadan Ahimsa (kejujuran, kebenaran, perdamaian, kasih sayang dan
kemanusiaan) hanya akan dapat terwujud apabila setiap manusia selalu
merasa dekat dengan Tuhan. Demikianlah untuk menghayati Sang Hyang
Widhi di samping meyakini kemahakuasaan Nya, juga meyakini
kebenaran ajaran yang diturunkan berupa Weda.10
Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi oleh
akulturasi kebudayaan antara suku Arya dan suku Dravida. Suku Arya
sebagai bangsa pendatang dari Iran sedangkan suku Dravida sebagai
penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira 1500 SM.
Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi. Telah
menjadi thesa disatu pihak dan kepercayaan bangsa Dravida yang animist
10Ketut Wiana, Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, (Jakarta : Pustaka
Manikgeni, 1993), h. 37
62
telah menjadi antitesa di lain pihak, dari sinkritisme antara keduanya.
Maka lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa.11
Pada waktu bangsa Arya menyerbu ke India, di sana tinggal
penduduk India yang asli. Termasuk bangsa Dravida. Bangsa ini berbadan
kecil kulitnya kehitam-hitaman bahkan ada juga yang hitam hidungnya
pipih dan rambutnya ikal. Mula-mula bangsa asli tersebut tersebar
diseluruh India Selatan saja, bangsa Dravida itu tinggal di kota-kota.
Bercocok tanam dan pandai berlayar menyusuri pantai. Bangsa Arya yang
menduduki India itu berasal dari Utara. Tempat kediaman mereka yang
asli ialah di daerah laut Kaspia. Kira-kira tahun 2000 SM .mereka
meninggalkan tempat mereka yang asli. Gelombang yang satu lagi menuju
ke arah Barat Eropa. Gelombang yang satu menuju ke arah Tenggara yaitu
ke Persia dan India. Kira-kira 1500 SM berakhirlah penyerbuan bangsa
Arya ke India itu. Sifat bangsa Arya berlainan dengan bangsa Dravida.
Mereka menggunakan bahasa Sansekerta.
2. Kedudukan dan Manifestasi Trimurti
a. Brahma
Dalam agama Hindu, Dewa Brahma dianggap sebagai
manifestasi tuhan dalam hal penciptaan semesta. Dewa Brahma sering
disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita. Kata Brahma
memiliki arti: yang tumbuh, berkembang, berevolusi, yang bertambah
besar, yang meluap dari dirinya.
11Abdullah Ali, Agama dalam ilmu Perbandingan, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), h.
159
63
Dengan demikian Brahma merupakan sumber, benih dari
semua yang ada. Seperti yang dinyatakan oleh namanya, Dia
merupakan ketakterhinggaan tanpa batas, sebagai sumber dari ruang,
waktu dan penyebab, yang memunculkan nama dan wujud. Secara
filosofis, Dia merupakan tahap pertama dari manifestasi tentang
pernyataan keberadaan individual (ahankara). Secara theologis, Dia
adalah pencipta yang tak terciptakan (svayambhu), pribadi awal yang
ada dengan sendirinya dan melambangkan sifat rajas.12
Dia memiliki beberapa julukan yang merupakan petunjuk akan
keberadaannya yang menarik. Dari titik pandang kosmologi, Dia
adalah Janin keemasan (hiranyagarbha), bola api, sebagai sumber asal
mulanya alam semesta raya ini. Karena segala mahluk yang tercipta ini
adalah keturunannya, maka Dia disebut Prajapati, penguasa anak
keturunan atau juga disebut Pitamaha, sang kakek moyang. Dia juga
disebut Visvakarma, arsitek alam semesta. Literatur mithologi Hindu
melukiskan Brahma dari kembang Padma yang berasal dari pusar
Wisnu, sehingga Dia juga disebut sebagai Nabhija (yang lahir dari
pusar), Kanja (yang lahir dari air) dan lain sebagainya. Cukup aneh
juga bahwasanya nama Narayana (yang bertempat tinggal di dalam air
penyebab’ atau ’ tempat tinggal manusia’) telah dikenakan kepada Nya
dan baru kemudian dikenakan kepada Wisnu. Brahma sang pencipta
dan Sarasvati, sebagai pendampingnya merupakan pokok dari
12Yakni kemampuan keberadaan yang berasal dari pertemuan yang saling berlawanan
antara Siwa dan Wisnu.
64
beberapa cerita dalam literatur mithologi kita, yang secara singkat
dapat di ringkas sebagai berikut:
1. Brahma lahir dari telur keemasan yang berasal dari air penyebab
tanpa batas. Pendampingnya, yaitu Vac atau Sarasvati diwujudkan
dari padanya. Dari penyatuannya lahirlah segenap mahluk-mahluk
di dunia ini.
2. Brahma menyatakan kitab-kitab Veda dan Sarasvati sebagai roh
dan artinya. Oleh karena itu, seluruh ilmu pengetahuan, baik yang
sakral maupun sekuler, berasal dari padanya.
3. Dahulu Brahma menjadi seekor babi hutan jantan dan mengangkat
bumi dari arah bawah air dan menciptakan dunia, para bijak dan
prajapati. (cerita ini kemudian dialihkan kepada Wisnu).
4. Wujud kura-kura (penyu) dan ikan (kemudian dianggap sebagai
avatara Wisnu), juga telah dikenakan kepada Brahma.
5. Orang-orang bijak agung seperti Marici, Atri, Angira dan yang
lain-lainnya merupakan anak-anak yang ”lahir dari pikirannya”.
Manu, sebagai Adam dari bangsa Arya, merupakan kakek
moyangnya.
6. Dia sangat mudah disenangkan dengan ostiriti (tapah) dan
memberi anugerah kepada para pemohon, baik itu para deva,
Raksasa maupun manusia.
7. Dia merupakan penemu seni panggung dan musik, tari-tarian dan
seni panggung diperlihatkan olehnya.
65
Dia merupakan pendeta utama yang melaksanakan upacara
pernikahan Siwa dengan Parvati. Walaupun dalam kenyataanya
Brahma merupakan Tuhan Tertinggi dalam aspek kreatif dan
merupakan anggota yang sama-sama pentingnya dalam Trimurti,
anehnya tak ada kuil yang khusus diperuntukkan baginya, kecuali satu
di Puskar. Meskipun alasan mentah diberikan dalam beberapa kitab
Purana tentang lenyapnya prestise Brahma, beberapa orang sarjana
berpendapat bahwa kepercayaan Brahma telah mendominasi dalam
Hinduisme sebelum Weda dan selanjutnya digantikan dan tersisih oleh
kepercayaan Siva – Wisnu.
Dalam kenyataannya, evolusi dari konsep Sakti – masing-
masing devata memiliki Sakti atau kekuasaan sebagai pendampingnya
dan penjelasan bahwa penciptaan berasal dari kombinasi (penyatuan)
para deva dengan Sakti Nya telah membuat Brahma menjadi
berlebihan. Gambaran Brahma memiliki empat kepala yang
menghadap empat penjuru (arah), yang menyatakan empat Weda,
empat Yuga (siklus waktu), dan empat Varna (pembagian masyarakat
yang didasarkan pada sifat, kecenderungan dan ketrampilan).
Biasanya, wajahnya memiliki janggut dan mata tertutup dalam
meditasi. Keempat lengannya memegang benda-benda berbeda dalam
sikap yang berbeda pula. Lengan itu menyatakan empat arah. Benda
yang dipegangnya biasanya berupa: Aksamala (tasbih), Kurca (kwas
dari rumput kusa), Sruk (sendok besar), Sruva (sendok biasa),
66
Kamandalu (kendi) dan Pustaka (buku). Kombinasi dan susunannya
beragam dari gambaran yang satu dengan yang lainnya. Tasbih
menyatakan waktu, dan kendi sebagai air penyebab, sumber segala
penciptaan.
Dengan demikian, Brahma mengendalikan waktu dan juga
prinsip penciptaan. Rumput kusa, sendok besar dan sendok biasa
sebagai pelengkap upacara kurban, menyatakan sistem kurban yang
maksudnya dipergunakan oleh berbagai mahluk untuk saling
memelihara. Buku menyatakan pengetahuan suci dan sekuler. Dia
adalah penganugerah pengetahuan, seni ilmiah dan kebijaksanaan.
Sikap tangan (mudra) adalah Abhaya (memberikan perlindungan) dan
Varada (memberikan berkah). Gambarannya mungkin dalam sikap
berdiri (pada kembang Padma) atau dalam sikap duduk (pada atau
mengendarai angsa). Hamsa atau angsa disini menyatakan kemampuan
membedakan dan kebijaksanaan. Kadang-kadang Brahma tampak
mengendarai sebuah kereta yang ditarik oleh tujuh ekor angsa, yang
menyatakan tujuh dunia.13
b. Wisnu
Dewa tertinggi dalam agama Hindu selanjutnya adalah Dewa
Wisnu. Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa pemelihara semesta dan
segala ciptaan Dewa Brahma. Dewa Wisnu akan turun ke dunia bila
kejahatan merajarela. Dewa Wisnu adalah dewa berkulit hitam-
13Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, (Surabaya: Penerbit Pāramita, 2007), h. 21
67
kebiruan, mempunyai sakti Dewi Sri, beraksara Ung, bersenjatakan
Cakra dan berwahanakan Burung Garuda.
Wisnu yang juga dikenal sebagai Mahavisnu, merupakan
devata kedua dari trimurti Hindu, yang menyatakan sattvaguna,14 dan
merupakan kekuatan (gaya) sentripetal yang bertanggungjawab
terhadap pemeliharaan, perlindungan dan merawat alam semesta yang
diciptakan ini.15
Pengertian ethimologis, kata ”Wisnu” berarti yang meliputi,
atau yang menyusupi segalanya. Oleh karena itu, Dia merupakan
realitas alam semesta yang melampaui dan juga immanen. Dia
merupakan penyebab dan kekuatan bathin yang menimbulkan
keberadaan ini. Nama lain Wisnu yang sangat umum dan terkenal
adalah Narayana yang berikut :
a. Yang membuat air penyebab sebagai tempat tinggalnya
b. Yang merupakan tempat kediaman seluruh mahluk manusia
c. Yang membuat hati manusia sebagai tempat kedudukannya
d. Yang merupakan tujuan akhir segenap mahluk manusia
Penafsiran pertama telah memunculkan uraian tentang
Narayana yang umum dan terkenal sebagai berikut:
Setelah peleburan alam semesta dari siklus sebelumnya dan
sebelum penciptaan berikutnya, Narayana Tuhan Tertinggi, jatuh
tertidur pada alas tidur ular Śesa (yang juga disebut Ananta), yang
14Yakni sebagai daya keberadaan dan pemeliharaan 15Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, (Surabaya: Penerbit Pāramita, 2007), h. 23
68
mengapung pada air lautan Ksirasamudra (lautan susu). Salah satu
kaki Nya berada dipangkuan Devi Laksmi, pendamping Nya yang
dengan lembut memijati Nya. Ketika Dia bermimpi akan
penciptaan berikutnya, sekuntum kembang Padma muncul dari
pusarnya bersama-sama dengan deva Brahma yang duduk disana.
Setelah bangun, Dia menyuruh Brahma untuk mulai dengan
kegiatan penciptaan. Ini merupakan gambaran yang sangat
alegoris, dimana lautan menyatakan air penyebab sebagai sumber
segala kehidupan yang tampaknya juga merupakan konsep yang
tidak umum dijumpai dalam agama lainnya. Atau, karena itu
merupakan Ksirasamudra lautan susu menyatakan wujud Prakrti
atau alam yang paling murni dalam keadaannya yang tak
terbedakan, dimana putihnya itu menandakan kemurnian. Dari
beberapa kesamaan kata Apas (air), adalah kata Amrta (nektar,
yang juga menyatakan kebahagiaan).16
Wisnu senantiasa dilukiskan sebagai Nilameghasyama,
warna biru gelap bagaikan awan yang mengandung air hujan.
Karena ruang kosong takterbatas itu tampak sebagai berwarna biru
gelap, maka wajarlah apabila Wisnu sebagai kekuatan kosmis yang
meliputi segalanya itu dilukiskan berwarna biru. Wujud gambaran
Wisnu yang paling umum memiliki satu wajah, empat lengan yang
memegang Sankha (kulit kerang), Cakra (jenter), Gada
16Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, h. 24
69
(pentungan), Padma (kembang seroja) dan mengenakan kalung
dengan permata terkenal Kaustubha yang berayun-ayun pada
gelung rambut Srivatsa pada dada kiri. Dia juga mengenakan
rangkaian bunga atau permata yang bernama Vaijayanti.
Empat lengan menyatakan empat arah mata angin, sehingga
merupakan kekuasaan mutlak Nya pada segala arah. Sankha
menyatakan lima unsur dasar, Cakra menyatakan pikiran kosmis,
Gada menyatakan kecerdasan kosmis dan kembang padma
menyatakan dunia yang berkembang ini. Seperti halnya kembang
teratai yang muncul dari dalam air dan kuncup perlahan-lahan
mengembang dalam segala kemegahannya, demikian juga dunia ini
berasal dari air penyebab dan secara bertahap berkembang dalam
segala kesemarakannya. Dengan demikian, kembang Padma disini
melambangkan dunia yang berkembang ini. Dunia hanya dapat
tercipta melalui kombinasi lima unsur, pikiran dan kecerdasan.
Karena itu makna keseluruhan dari perlambang ini akan menjadi
bahwa Wisnu merupakan pencipta dan penguasa dunia ini.
Gelung rambut, Srivatsa menyatakan segala obyek
kenikmatan, sebagai hasil dari alam. Permata Kausthubha yang
bertengger di sana menyatakan si penikmat. Dengan demikian,
dunia dualitas ini terdiri dari si penikmat dan yang dinikmati,
seperti perhiasan yang dikenakan Wisnu. Rangkaian bunga
Vaijayanti melambangkan unsur-unsur halus (bhuta-tanmatra).
70
Kadang-kadang dua buah senjata lagi, yaitu pedang Nandaka (yang
menyatakan kebijaksanaan) dan busur Śarnga (yang menyatakan
indraindra kosmis) ditambahkan pada kasanah persenjataan
Wisnu.17
c. Siwa
Siwa adalah devata terakhir dari Trimurti ini, yang
bertanggung jawab terhadap penyerapan alam semesta. Ia merupakan
perwujudan dari sifat Tamas,18 kelembaman sentrifugal,
kecenderungan menuju pembubaran dan pelenyapan. Arti sebenarnya
dari Siwa adalah pada siapa Alam semesta ini ”tertidur” setelah
pemusnahan dan sebelum siklus penciptaan berikutnya. Semua yang
lahir harus mati. Segala yang dihasilkan harus dipisahkan dan
dihancurkan. Ini merupakan hukum yang tak dapat dilanggar. Prinsip
yang menyebabkan keterpisahan ini, daya dibalik penghancuran ini
adalah Siwa.
Siwa jauh lebih banyak daripada itu. Keterpisahan alam
semesta berakhir pada pengurangan tertinggi, menjadi kekosongan
tanpa batas. Kekosongan tanpa batas, substratum dari segala
keberadaan, dari mana berulang-ulang muncul alam semesta yang
tampaknya tanpa batas ini, adalah Siwa. Dengan demikian, walaupun
Siwa dilukiskan sebagai yang bertanggungjawab terhadap
penghancuran, dia juga bertanggungjawab terhadap penciptaan dan
17Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, h. 26 18Yakni sebagai daya penyerapan
71
pemeliharaan keberadaan ini. Dalam pengertian ini, Brahma dan wisnu
juga adalah Siwa.19
Walaupun Siwa sering disebut Rudra, khususnya dalam
aspeknya yang mengerikan, apakah keduanya sama atau tidak, telah
menjadi masalah perdebatan dan bahkan pertentangan. Banyak sarjana
cenderung berpikir bahwa Rudra dari kitab-kitab Weda dan Siwa dari
kitab-kitab Purana dan Agama merupakan dua devata berbeda yang
dilebur jadi satu pada periode berikutnya sebagai penyatuan budaya
dari dua ras yang menerimanya secara lebih maju. Menurut para
sarjana ini, Siwa devata tentram merupakan dewa non-Aryan, ”lebih
kuno ketimbang” Rudra weda. Walaupun ”para penakluk Arya”
memandang rendah dan mengejek para pemuja Siwa dan Siwa sendiri
(tampak dari beberapa ritual dan perlaksanaan misteriusnya), karena
kedua ras bangsa tersebut harus hidup berdampingan, maka saling
pendekatan dan akibat rekonsiliasi budaya menjadi tak terhindarkan.
Siwa adalah penguasa agung tari-tarian. Segala macam tarian
yang berjumlah 108, yang dikenal pada risalah mengenai tari-tarian
berasal darinya. Dikatakan bahwa ia menari setiap malam untuk
mengurangi penderitaan mahluk-mahluk dan memelihara para deva
yang berkumpul Kailasa dalam kekuatan penuh. (karena itu ia disebut
Sabhapati, ketua Devan).20
19Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, h. 32 20 Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, h. 36
72
3. Keesaan Trimurti
Trimurti yaitu sistem ketuhanan Hindu mendekati paham
materialisme yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada
peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala gejala dan gerak
alamiah merupakan manifestasi dari lambang kekuatan.21 Trimurti
adalah tiga perwujudan daru Tuhan Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa.22
Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi)
(sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara,
melebur alam beserta isinya. Trimurti terdiri dari tiga Tuhan yaitu
Brahma yang berfungsi sebagai pencipta /utpathi yang memegang
simbol sebagai ” A”, Wisnu yaitu sebagai pemelihara/sthiti yang
bersimbol ”U” dan dewa Siwa adalah sebagai pelebur/pralina dan
bersimbol ”M”. Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan,
maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" (ॐ) yang merupakan
simbol suci agama Hindu.
Secara luas, Hindu dapat dikatakan dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu: Kelompok Siwa atau mereka yang memuja
Siwa, kelompok Sakta atau mereka yang memuja Sakti (pendamping
Śiwa ) dan Vaisnava atau mereka yang memuja Wisnu. Namun,
theologi Hindu popular yang berakar dalam kitab suci kuno,
21Abdullah Ali, Agama dalam ilmu Perbandingan, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), h.
161 22I mede Surada Widya Dharma, Kamus Sansskerta Indonesia,( Denpasar, 2007), h. 151
73
menambahkan devata penting lainnya, yaitu Brahma. Ketiganya ini
Brahma, Wisnu dan Siwa bersama-sama membentuk Trimurti Hindu.
Brahma menciptakan dunia, Wisnu memeliharanya dan Siwa
memusnahkannya. Proses penciptaan (srsti), pemeliharaan (sthiti) dan
pemusnahan (pralaya) selamanya berlanjut dalam aturan siklus. Bila
dunia merupakan suatu mithos seperti pernyataan dari beberapa bentuk
ekstrim dari filsafat Advaita Vedanta, maka tak akan ada theologi
sehingga masalah theologis juga tidak akan ada. Tetapi, dunia ini
menjadi suatu kenyataan pengalaman sehari-hari kita, yang tak dapat
dijelaskan ataupun diabaikan begitu saja. Sekali kita menerimanya
sebagai nyata, betapa pun derajat realitas yang kita nyatakan
tentangnya pertanyaan theologis tentang penciptaan dan sang
penciptanya akan senantiasa harus dihadapi dan dijawab dengan jujur.
Inilah yang telah diusahakan oleh berbagai kitab suci Hindu selama
ini.
Tiga macam kecenderungan atau karakteristik tampaknya
tumbuh pada setiap obyek ciptaan. Tiga devata trimurti berhubungan
dengan tiga guna dalam permainan kosmis penciptaan, pemeliharaan
dan pemusnahan. Wisnu melambangkan sattvaguna, sebagai daya
keberadaan dan pemeliharaan. Śiwa melambangkan sifat tamas,
sebagai daya penyerapan. Brahma berdiri di antara keduanya ini dan
74
melambangkan sifat rajas. Ia melambangkan kemampuan keberadaan
yang berasal dari pertemuan yang saling berlawanan tadi.23
Tuhan Yang Maha Esa adalah Brahman merupakan asal dari
segala yang ada, yang pernah ada dan yang akan ada, baik yang
bersifat nyata (sekala) maupun yang tidak nyata (niskala). Alam
semesta jagad raya ini adalah ciptaan Tuhan, sebagai wujud nyata akan
kemaha beradaan Tuhan. Alam semesta jagad raya ini sangat luas
bahkan tiada ujung akhir dan pangkalnya, namun ada didalam Tuhan.
Sejauh-jauh kita memandang, sejauh apapun kita menghayalkan
tentang luasnya alam semesta ini, masih tetap tak terbayangkan. Di
langit kita melihat bintang dengan gugusannya, diatas bintang masih
ada langit dengan gugusan bintang-bintangnya. Alam semesta yang
penuh rahasia dengan luas yang tiada batasnya ini mengandung rahasia
Ilahi yang tak terjangkau oleh alam pikir manusia, walau dibantu
dengan teknologi secanggih apapun. Demikian maha agung dan maha
luasnya alam semesta jagad raya ini sebagai wujud nyata adanya Sang
Pencipta Yang Maha Agung yang menciptakan segala yang ada di
alam semesta ini.
Tat atau Sat adalah nama lain untuk menyebutkan istilah
Brahman atau Sang Hyang Widhi dalam weda. Beliau adalah Tuhan
Yang Maha Agung, Maha Besar, dan beliau diwujudkan sebagai
sumber kekuasaan atau sumber energi. Alam semesta beserta dengan
23Svami Harshananda, Deva Devi Hindu, h. 16
75
segala isinya bersumber pada beliau. Beliau meresap di dalam segala
bentuk yang ada dan beliau merupakan sumber kebahagiaan. Sang
Hyang Widhi Maha Tahu. Ia adalah Maha Suci. Kepada Nya lah
manusia melakukan persembahan dan segala puji-pujian. Segala
persembahan yang ditujukan kepada Nya beliau tetap menerima
dengan penuh kasih sayang. Sehingga setiap persembahan yang
ditujukan kepada nya dapat dilakukan dimana saja karena beliau selalu
berada di mana-mana. Sang Hyang Widhi adalah Tuhan setiap
manusia dan setiap manusia dapat datang ke dalam diri Nya dan dapat
menyentuh kesucian yang dimiliki Nya.
C. Pemahaman Umat Hindu Tentang Dogma Ketuhanan
Menurut keyakinan ketuhanan umat Hindu dalam ketuhanan
terdapat konsep Dewa yaitu sebagai perwujudan keesaan Sang Hyang
Widhi. Mereka itu bukan tuhan akan tetapi reprensentasi dari Tuhan.
Maksudnya, umat Hindu itu percaya akan Tuhan Yang Maha Esa yang
dimana ia itu tidak bisa digambarkan, dinamai, dikasih jenis kelamin dan
lain sebagainya akan tetapi manusia juga harus mengenalnya dengan dekat
akan tuhan tersebut maka diambilah beberapa kekuatan yang dimiliki oleh
Tuhan tersebut misal Sang Pencipta, Sang Pemelihara dan Sang Pelebur.24
Umat Hindu memahami konsep Tuhan dan Dewa dapat
dianalogikan seperti Matahari dan Sinarnya. Matahari hanya ada satu tapi
dia memberikan banyak sinar dengan fungsi yang berbeda-beda. Seperti
24Wawancara langsung dengan Bapak Komang Hartana selaku Pecalang di Banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
76
itulah Tuhan yang menciptakan banyak sinar (Para Dewa) yang memiliki
fungsi berbeda-beda atau yang mempunyai tugas berbeda-beda. Itulah
mengapa dikatakan para Dewa adalah manifestasi dari Tuhan dan
bukanlah Tuhan, dalam artian para Dewa tidak setingkat dengan
Tuhan. Dalam kitab-kitab Weda dijelaskan bahwa para Dewa tidak dapat
bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat
menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa, sama
seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak
Tuhan.25
Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah
monoteisme. Konsep tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta
yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama
monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan
merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama
Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang
tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta
sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan
mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala
sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta
tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut, posisi para
dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan
25Wawancara langsung dengan Bapak Made Seroja selaku ketua Pasraman, pada tanggal
20 November 2020
77
tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan
kepada umatnya. Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang
setara dengan Brahman, Sang pencipta alam semesta.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada
duanya, namun orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai
nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran
Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi,
seperti misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan
lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma 112 (khususnya di Bali), konsep
Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli
orang Bali.
Umat agama Hindu sering juga melakukan pemujaan kepada Sang
Hyang Widhi Wasa dengan sebuah wujud patung, karena Patung
merupakan lambang eksternal Tuhan untuk dipuja dan itu merupakan
bantuan pencarian dalam cara ibadah spiritualnya. Tidak mungkin bagi
semua orang untuk memusatkan pikirannya pada yang mutlak. Suatu
bentuk konkrit sangat diperlukan bagi kebanyakan orang untuk
melakukan konsentrasi. Sangat sulit bagi orang-orang biasa untuk melihat
Tuhan ada di mana-mana dan belajar merasakan kehadiran Nya. Pemujaan
patung merupakan cara pemujaan termudah bagi orang-orang modern.
Oleh karena itu, meditasi atau konsentrasi tidak mungkin dilakukan tanpa
bantuan simbol itu.
78
Dalam teologi agama Hindu juga dikenal banyak aliran, seperti
halnya dalam agama-agama lain, termasuk agama Islam. Dari mazhab
sangat konservatif sampai kepada mazhab yang sangat rasional, bahkan
ada mazhab yang dalam Islam sudah disebut kafir, tetapi masih
diakomodasi sebagai bagian dari kepercayaan agama Hindu. Misalnya
mazhab atau aliran Samkhya dan Mimamsa yang menyatakan keberadaan
Tuhan (Iswara) tidak dapat dibuktikan, sehingga keberadaan-Nya tidak
bisa diakui. Dalam doktrin Samkhya ditegaskan Tuhan yang abadi tidak
mungkin jadi sumber bagi alam dan dunia yang selalu berubah. 26
Tuhan merupakan prima causa yang adanya bersifat mutlak karena
harus ada sebagai asal atau sumber atas semua yang ada. Tanpa ada Tuhan
tidak ada ciptaan ini. Kita ini juga mencakup pengertian materi dan non
materi. Kata Jānmādhi juga diartikan asal sebagai sumber yang
memelihara dan memralaya (melebur kembali) pada saatnya. Karena itu
kata itu berarti penciptaan. Kata melebur juga diartikan sama dengan
penciptaan karena melebur berarti menciptakan yang baru. Kata Yatah
berarti dari mana.
JANMADHYASYA YATAH
Tuhan ialah dari mana mula ( asal ) semua ini.27
26Wawancara langsung dengan Bapak Gede Supindra selaku kreatif design Pura
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
27Svami Viresvarananda, Brahma sūtra 1.1.2 (Surabaya : Pāramita 2009), h. 71
79
Semacam definisi yang kita jumpai adalah adagium yang kita
jumpai di dalam kitab Suci mengemukakan bahwa sifat sebenarnya dari
pada Tuhan adalah ”SATYA” pengetahuan, Tidak Terbatas.28
Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme karena
disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam, sehingga hampir segala
gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dari lambang kekuatan.
Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap kekuatan yang
majemuk itu, menggiring Ketuhanan Hindu ke arah Tuhan yang Esa
walaupun memuja banyak dewa. Di antara sekian banyak dewa yang
dipuji sebagai sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam
Ketuhanan Trimurti.
Dalam keyakinan penganut agama Hindu, manusia tidak mungkin
melukis sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa, karena Ia merupakan
perwujudan sepi, suci murni, kekal abadi, dan tanpa aktivitas. Apapun
yang terlintas di dalam pikiran tentang Tuhan pasti itu bukan Tuhan.
Untuk memahami Keesaan Tuhan dalam agama Hindu, tak ada jalan lain
kecuali terus mendalami ajaran agama dan memohon penjelasan para guru
yang ahli di bidangnya yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan
dalam kehidupan pribadinya. Mereka disarankan untuk mendalami
sejumlah buku-buku agama Hindu, seperti kitab Veda, dengan bagian-
bagiannya seperti kitab Vedanta (Upanisad), yang keduanya menjadi
28G.Pudja, Pengantar Agama Hindu II Sraddha, (Jakarta :Pen Mayasari 1984), h.18
80
sumber paling otoritatif dalam mendalami kedalaman ajaran agama
Hindu.29
D. Makna Fungsional Ketuhanan Menurut Umat Hindu
Dari data yang sudah dikumpulkan, maka penulis sampaikan
mengenai makna fungsional ketuhanan menurut umat Hindu secara garis
besar, yaitu :
1. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Pribadi
Secara individu, manusia sesungguhnya tidak hanya sekedar
dilahirkan begitu saja seperti kura-kura atau buaya, dan kemudian
harus mempertaruhkan hidupnya hanya berdasarkan instingnya saja.
Tetapi manusia lahir dan berkembang dengan dinamis. Seiring dengan
pengalaman hidupnya berkembang pula sikap mental dan penyesuaian
dirinya, baik pedoman atau tuntuntunan memaknai hidup di dunia ini.
Dalam pribadi manusia itu sendiri merupakan proses dari sifat yang
buruk ke sifat baik dengan agama yang dianutnya, sehingga Tuhan
dapat bermakna sebagai tempat Umat Hindu untuk menghubungkan
diri dan atau memuliakan serta memuja kebesaran Ida Sanghyang
Whidi. 30
Tiap agama tentunya membawa pengaruh yang amat besar pada
kehidupan manusia. Keterikatan manusia dan mulainya manusia
memilih agama adalah karena manusia mempunyai keinginan yang
29 Wawancara langsung dengan Bapak Putu Caniyasa selaku anggota pasraman banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019 30 Wawancara langsung dengan Bapak Gede Sidarta selaku ketua banjar Mertasari, pada
tanggal 20 November 2019
81
menyebabkan mereka mampu menentukan sikap hidupnya. Di dalam
menentukan sikap hidup itu, manusia menetukan apa yang menjadi
pilihan hidupnya. Penentuan tersebut didasarkan pada nilai-nilai
keesaan Tuhan tentang apa yang menjadi tujuan hidup mereka.
Pertimbangan tata nilai yang ikut menentukan sikapnya terutama
dilihat dari segi baik atau buruk, bermanfaat atau tidak, benar atau
salah, patut atau tidak, etis atau tidak, berguna atau tidak, dan
sebagainya. Semua ini menjadi salah satu fungsi Tuhan untuk
membatasi prilaku manusia tersebut.31
Kita sudah seyogyanya bahwa kita ini harus percaya dengan
Tuhan, karena tanpa Tuhan kita tidak ada, karna itu sejatinya
keyanikan terhadap Tuhan itu sendiri adalah keyakinan dalam diri
sendiri. Oleh sebab itu ajaran suci yang diturunkan oleh Sang Hyang
Widhi, Tuhan Yang Maha Esa merupakan pegangan hidup dalam
kehidupan umat manusia sebagai alat ukur untuk menentukan baik dan
buruk. Seseorang yang memiliki keyakinan terhadap keesaan
Tuhannya dan pegangan yang kuat terhadap ajarannya, tidak akan
khawatir dalam meniti kehidupan. Karena mereka akan yakin Tuhan
akan membimbing manusia bagaimana seharusnya hidup, bagaimana
meniti hidup, apa tujuan hidup kita, bagaimana merealisasikannya dan
31Wawancara langsung dengan Bapak Gede Supindra selaku kreatif design banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
82
berbagai bimbingan yang mengarahkan umat manusia menuju
kesempurnaan hidup.32
2. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Keluarga
Secara umum fungsi Tuhan dalam kehidupan keluarga adalah
menciptakan keluarga yang harmonis, dapat saling menghargai
pendapat yang berbeda, dapat sebagai alat ukur rasa syukur dalam
rezeki keluarga, dapat menjadi pedoman utama memecahkan masalah
dalam keluarga.33
Dalam ajaran Weda, yaitu "Moksartham Jagathitaya Ca Iti
Dharma", artinya bahwa agama atau dharma itu bertujuan membina
kehidupan yang sejahtera dan bahagia, atau bahagia secara lahir dan
bathin. Dalam hubungan ini, ajaran agama tidak cukup hanya diketahui
dan dipahami saja, akan tetapi harus diamalkan oleh setiap anggota
keluarga, sehingga kehidupan dalam keluarga benar-benar dapat
mencerminkan suatu kehidupan yang penuh dengan ketentraman,
keamanan dan kedamaian, yang dijiwai oleh ajaran dan tuntunan
agama.
Tuhan juga akan menciptakan rasa yang aman di dalam keluarga.
Rasa aman itu akan timbul dengan sendirinya jika kita selalu
mengingat Tuhan. Apabila sudah merasa nyaman dan tenang, maka
kebahagiaan akan keharmonisan suatu keluarga akan tercapai. Intinya
32Wawancara langsung dengan Bapak Komang Hartana selaku Pecalang banjar Mertasari,
pada tanggal 20 November 2019 33Wawancara langsung dengan Bapak Komang Hartana selaku pecalang di banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
83
seberapa besar masalahnya, semua akan kembali kepada Tuhan Sang
Hyang Widhi, dapat membangun keluarga atas dasar cinta dan kasih
sayang, menumbuhkan Rasa empati antar keluarga.34
3. Makna Fungsional Dalam Kehidupan Sosial
Menurut Emile Durkheim sebagai sosiolog besar telah memberikan
gambaran tentang fungsi agama dalam masyarakat. Dia berkesimpulan
bahwa sarana-sarana keaga- maan adalah lambang-lambang
masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan
berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya,
dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa
solidaritas dan kewajiban sosial.35
Dalam meyakini adanya Tuhan, agama juga dapat membimbing
umat beragama agar semakin meningkat keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Sang Hyang Widhi dalam suasana rukun, baik intern
maupun antar umat beragama. Dalam hal ini kesadaran umat
beragama akan didorong untuk lebih menghayati esensi ajaran setiap
agama, yakni: pertama, agama tidak diturunkan untuk menganjurkan
kekerasan bagi pemeluk agama lainnya. kedua, esensi setiap agama
diturunkan kedunia adalah untuk memberi manfaat dan kebaikan
sebesar-besarnya bagi kehidupan sosial bersama umat manusia.36
34Wawancara langsung dengan Bapak Gede Supindra selaku kreatif design banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019 35JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014 (diakses
pada tanggal 09 Januari 2020) 36Wawancara langsung dengan Bapak Ibu Henny di pasraman banjar Mertasari, pada
tanggal 20 November 2019
84
Secara sosial manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih
tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial
dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan
rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas yang berjalan
pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar
prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi
menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang
agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak baik
antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku
menyimpang atau tentang kezoliman yang berkembang pada sistem
kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama (walaupun
berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas
untuk menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.37
Jadi Setiap umat atau kelompok yang benar- benar hidup sesuai
dengan ajaran keyakinan Tuhannya masing-masing, maka dengan
sendirinya akan terwujud kerukunan, persaudaraan, kedamaian dan
kenyamanan dalam kehidupan bermayarakat. Karena agama telah
mengajarkan kebenaran dan kebaikan dan menjauhkan dari segala
keburukan, pertikaian, diskriminasi dan lain sebagainya. Karena
keyakinan bahwa Tuhan akan mengasihi setiap manusia dan seluruh
umat manusia tanpa diskriminasi, maka dia pun wajib dan tak punya
37Wawancara langsung dengan Bapak Putu Caniyasa selaku pasraman banjar Mertasari,
pada tanggal 20 November 2019
85
pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa adanya dis- kriminasi,
baik berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan
tertentu yang berbeda. Seseorang yang tulus dalam beragama, akan
menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi dan merahmati
sesamanya.38
4. Makna Fungsional Dalam Dunia Pendidikan
Fungsi Tuhan dalam dunia pendidikan agama Hindu memiliki
fungsi sebagai motivator dan dinamisator yang dapat mendorong
kreativitas umat yang lain untuk berbuat baik dan benar dalam
mencapai tujuan hidup, sebagaimana dirumuskan di dalam kita Veda
yaitu “moksartham jagadhitaya ca iti dharma”, yang artinya bahwa
dengan memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Hindu,
maka tujuan hidup yaitu sejahtera lahir dan batin, dunia dan akhirat
akan tercapai. Karena dengan demikian maka esensi dan urgensi peran
pendidikan agama Hindu di dunia pendidikan dapat dikatakan bahwa
betapa besar fungsi agama Hindu ini dalam membangun karakter anak
bangsa, terutama dari segi etika, moral dan spiritualnya, yang
dikembangkan dalam sikap hidup kesehariannya, sehingga tujuan
hidupnya tercapai. Pembelajaran pendidikan dalam agama Hindu juga
perlu didorong untuk selalu meningkatkan pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan ajaran agamanya, sehingga mereka mampu
38Wawancara langsung dengan Bapak Gede Sidarta selaku ketua banjar Mertasari, pada
tanggal 20 November 2019
86
mewujudkan tujuan hidupnya, yaitu hidup sejahtera, rukun, damai dan
bahagia.39
Dalam agama Hindu, jika umat percaya akan adanya Tuhan dalam
proses belajar pasti ia akan terbentuk karakter sebagai umat yang
berperadaban, menuju sumber daya manusia yang memiliki
kepribadian berkualitas dan berdaya saing yang unggul. Pembentukan
karakter ke arah itu menuju ke arah kepribadian yang kerja keras,
berani memikul resiko, berdisiplin, berhati lembut, berinisiatif,
berpikir matang, berwawasan jauh ke depan. Tuhan juga dapat
berfungsi sebagai sarana untuk berdoa memohon agar semua yang
dipelajari baik ilmu yang di dapat dari sekolah atau banjar dapat
bermanfaat dengan baik, selain itu adanya Tuhan juga dapat membantu
melatih konsentrasi dalam proses belajar mengajar.40
Pendidikan menurut ajaran suci Weda tidak hanya mengajarkan
anak gemar membaca buku-buku pengetahuan, tetapi mendorong
secara simultan anak-anak belajar tentang pandangan hidup spiritual,
bersamaan dengan ajaran yang tercakup dalam kitab-kitab suci Weda
dan susastra Hindu.41
39PENDIDIKAN AGAMA HINDU untuk Perguruan Tinggi, Cetakan ke-1: 2016, diakses pada
tanggal 16 Desember 2019 40Wawancara langsung dengan Bapak Made Seroja selaku ketua pasraman banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019 41Wawancara langsung dengan Bapak Gede Supindra di banjar Mertasari, pada tanggal
20 November 2019
87
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN
A. Ajaran Ketuhanan
Sebagaimana penulis mengkaji dengan teliti, dalam sumber yang
berkaitan dengan agama tersebut seperti wawancara, kitab, dan buku-buku
yang berkaitan, terdapat perbedaan dan persamaan tentang ajaran ketuhanan
antar penganut agama Khatolik dan agama Hindu, yaitu :
1. Analisa Perbedaan
a. Dalam kepercayaan Trimurti bagi Agama Hindu, Wisnu dikenali
sebagai tuhan yang baik, dan Siwa adalah tuhan perusak. Kemudian
kedua sekte yang menyembah Tuhan yang berbeda ini mencoba
mengidentifikasikan tuhan masing-masing dengan Tuhan yang
absolut1, yang disebut Brahma. Dan kemudian berkembang menjadi
Brahma sebagai sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan Siwa
sang perusak. Sedangkan dalam konsep Trinitas dalam Katolik,
dimana Allah Bapa adalah pencipta, Allah Putera adalah penebus,
dan penyatuan Allah Bapa dan Allah Putera adalah pengudusan.
Perbedaan ini dilihat, bahwa ketiga pribadi dari Trinitas, namun
penciptaan, penebusan dan pengudusan dilakukan bersama-sama
oleh ketiga pribadi Trinitas. Lebih lanjut di dalam Trinitas tidak ada
elemen Shiwa atau perusak, namun sebaliknya pengudusan, yaitu
Roh Kudus.
1Absolut bermaksud tidak terbatas, mutlak. Sumber : https://kbbi.web.id/absolut, di akses
pada tanggal 14 Januari 2020
88
b. Trimurti merupakan dari buatan manusia, yang mendukung teori
siklus penciptaan, Dia menyerap segenap tatanan dunia kedalam
Diri Nya. Kitab suci Hindu demikian lancar dalam melukiskan sifat-
sifat Tuhan. Bagi istilah Tuhan yang lain dan nama apapun yang
diberikan menurut agama lain atau daerah tertentu adalah simbol
atau lambang untuk menamai bentuk pikiran karena abstraknya.
Ekspresi yang muncul adalah berdasarkan dari perasaan cinta.
Sedangkan Trinitas atau satu Allah dalam tiga pribadi adalah
merupakan wahyu Allah, yang gambarannya dapat dilihat di dalam
Perjanjian Lama, dan mencapai puncaknya dengan Inkarnasi,
dimana pribadi ke dua (Allah Putera) masuk ke dalam sejarah
manusia, yaitu Yesus Kristus.
c. Umat Hindu, meyakini Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam
semesta atas cinta kasih-Nya yang disebut Yajna. Nama ini erat
sekali hubungannya dengan fungsi atau tugas. Demikian pula Tuhan
atau Sang Hyang Widhi Wasa. Beliau disebut Brahma pada waktu
menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Beliau juga disebut
Wisnu pada waktu memelihara semua ciptaannya dengan penuh
cinta kasih. Beliau disebut Siwa pada waktu mengembalikan
ciptaannya ke asalnya. Begitulah Tuhan, bila diumpamakan
bagaikan matahari. Sinar-sinarnya adalah dewa. Sedangkan Katolik
meyakini trinitas, kahidupan abadi (dari manusia), penyucian dosa,
kebangkitan kembali jasad, pemujaan kepada orang-orang suci, dan
pengankatan dara maria sebagai ibu Tuhan (Allah). Namun aspek-
89
aspek ajaran Katolik yang paling pokok terletak pada doktrinya
tentang gereja sebagai penguasa yang tidak mungkin berbuat salah
dan tetntang system sakramennya yang merupakan sarana untuk
menyampaikan rahmat Tuhan kepada manusia.
d. Dalam ajaran Katolik, untuk oknum ketiga, yaitu Roh Kudus (the
holy spirit). Mereka meyakini itu adalah jelmaan dari Bunda Maria,
ibu dari Yesus Kristus. Sedangkan dalam agama Hindu tidak ada
ajaran yang menggambarkan oknum ketiga sebagai Bunda (Ibu)
Sang Hyang Widhi.
e. Di dalam Khatolik, di pahami trinitasnya dengan pemahaman secara
biologis, dimana Allah Bapak , Putra dan Roh Kudus, di gambarkan
sebagai perwujudan yang ada dalam diri seorang manusia yaitu
Yesus. Sedangkan dalam agama Hindu mereka hanya memahami
Tri Murti sebagai konsep yaitu Brahman, Siwa, dan Hindu
merupakan perwujudan dari seorang manusia.
f. Dalam agama Hindu dikenal istilah Trimurti yang berarti 3 dewa
tertinggi agama Hindu yang memegang kendali terhadap kehidupan
semesta, sedangkan dalam agama Budha, konsep ke-dewa-an lebih
dipinggirkan. Sedangkan penganut agama Katolik mengakui Yesus
adalah jelmaan dari 3 pribadi Tuhan yang dapat membimbing
mereka pada kesempurnaan. Dalam agama Hindu, dikenal pula
Sistem Kasta bagi para pemeluknya. Sedangkan dalam agama
Katolik sistem ekskulivitas masyarakat pemeluknya tidak berlaku.
90
Ajaran agama Katolik menganggap jika semua manusia
berkedudukan dan memiliki hak kewajiban yang sama.
2. Analisa Persamaan
a. Agama Hindu dengan penyembahan patung anak sapinya, Kristen
dengan penyembahan manusianya (Yessus). Dan kedua agama ini
sama sama lahir atas peran kaum Yahudi.
b. Bagi Agama Hindu, walaupun kelihatan Tuhan Politeisme Nya
jelas, tetapi masih merupakan dan bergantung pada Tuhan yang
Maha Esa. Ada tiga aspek Trimurti yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa
yang digambarkan mempunyai peran masing-masing dari
manifestasi tersebut, namun dari segi metafisika menunjukkan
bahwa Brahman (pencipta) sebagai yang mutlak dan merupakan
Tuhan yang tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan agama Khatolik
mengakui bahwa Allah itu esa, namun ditambahkan bahwa keesaan
Tuhan itu mempunyai tiga oknum, yang Disebut juga dengan
pengata diri, cara berada dan pribadi. Ketiga oknum itu disebut
Trinitas yaitu tiga dalam satu, Allah Bapa, Allah Anak dan Roh
kudus. Allah Bapa adalah Tuhan, Anak Allah adalah Tuhan dan Roh
Kudus adalah juga Tuhan namun ketiga Nya adalah hakikat dan satu
zat. Dari sudut persamaan bahwa agama Hindu dan Katolik
mempunyai ajaran berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa
(monoteisme) murni, walaupun kedua agama ini mengambarkan
tentang ”Tri” yaitu tiga, namun hakikatnya ia adalah satu. Satu
dalam tiga dan tiga dalam satu.
91
c. Dalam Agama Hindu, dari sekian banyak dewa yang dipuji sebagai
sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam Ketuhanan
Trimurti sebagaimana mengikut Tuhan Brahmana yang berfungsi
sebagai pencipta alam, yang telah mewujudkan alam ini dengan
segala isinya.Wisnu adalah sebagai pemeliharaan alam dengan
kekuasaan mendamaikan, mententeramkan manusia, memelihara
ketertiban serta mewujudkan kedamaian. Tuhan Siwa adalah
sebagai dewa perusak atau pelebur alam berhubungan dengan
kejahatan manusia tetapi akhirnya ia akan bersatu kembali dengan
alam. Sedangkan Trinitas dalam Khatolik sebagai dogma yaitu
Allah Bapa dalam fungsinya sebagai Tuhan pencipta dan
pemelihara, Putra dalam fungsinya sebagai Tuhan yang menjadi
manusia Yesus Kristus, Roh Kudus dalam fungsinya sebagai Tuhan
penghubung antara Bapa dengan Putra, berada dalam diri manusia.
B. Pemahaman Ketuhanan
Sebagaimana penulis mengkaji dengan teliti, dalam sumber yang
berkaitan dengan agama tersebut seperti wawancara, kitab, dan buku-buku
yang berkaitan, terdapat perbedaan dan persamaan tentang pemahaman
ketuhanan antar penganut agama Khatolik dan agama Hindu, yaitu :
1. Analisa Perbedaan
a. Dalam pemahaman penganut agama Hindu, sebenarnya lebih mirip
dengan ajaran Pantheism, dimana umat Hindu mempercayai bahwa
semua ciptaan adalah mempunyai percikan Ilahi. Kita juga melihat
bahwa ada begitu banyak dewa-dewi lain yang disembah selain
92
Trimurti di dalam Hindu. Sedangkan menurut penganut Khatolik,
tidak menganggap manusia sebagai percikan Ilahi, namun
berpartisipasi dalam Allah. Dan tidak ada dewa-dewi yang
disembah, kecuali Allah Trinitas. Dan dari prinsip dasar ini
sebenarnya telah membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara
pemahaman umat Hindu dan Khatolik.
b. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang
tidak berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan
pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-
mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal
mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada
di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam
konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan
enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas
jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya. Sedangkan
dalam keyakinan umat Khatolik, Yesus merupakan Anak yang
tunggal Ia adalah Allah, ia sudah ada sejak dahulu kala dan akan
tetap ada sampai selama-lamanya. Pekerjaan-Nya ialah pekerjaan
ilahi, wajib berbakti kepadanya bagi kaum-Nya karena Ia adalah
Allah.
c. Menurut keyakinan ketuhanan umat Hindu dalam ketuhanan
terdapat konsep Dewa yaitu sebagai perwujudan keesaan Sang
Hyang Widhi. Mereka itu bukan tuhan akan tetapi reprensentasi dari
Tuhan. Maksudnya, umat Hindu itu percaya akan Tuhan Yang Maha
93
Esa yang dimana ia itu tidak bisa digambarkan, dinamai, dikasih
jenis kelamin. Sedangkan dalam pemahaman jemaat Katolik Tuhan
Yang Maha Esa yang dimana Ia itu bisa digambarkan, dinamai,
dikasih jenis kelamin yaitu Tuhan Yesus.
2. Analisa Persamaan
a. Kedua agama ini juga punya kesamaan lain, juru selamat. jika umat
Hindu percaya akan juru selamat bernama Krisna yg merupakan
penjelmaan dewa wisnu, begitu pula umat kristen yang percaya pada
yesus yg merupakan penjelmaan allah bapa sbg juru selamat.
b. Dalam kepercayaan Hindu mereka menyembah banyak Dewa.
Mereka percaya bahwa Krishna dilahirkan sulung sebagai dewa
Wisnu yang tidak berpangkal permulaan dan tidak berujung
kesudahan, telah rindu untuk membebaskan bumi dari beban yang
dipikulnya. Dia datang dan menampilkan dirinya sebagai korban
penyembelihan penebus manusia. Digambarkan olehnya, disalib
dengan dilobangi kedua tangan dan kakinya. Mereka menyifatkan
Krishna sebagai seorang pahlawan yang tenang, yang penuh
perasaan ketuhanan karena ia menampilkan dirinya sebagai korban
penyembelihan. Sedangkan dalam agama Khatolik, Tuhan itu
jelaslah bahwa asas dan pendahuluannya yang lazim, yaitu bahwa
Roh kudus adalah roh Tuhan, Roh Kudus itu diciptakan oleh Allah
dan diambil untuk dijadikan rasul antara Dia dengan siapa yang
dikehendaki Nya di antara mahluk Nya untuk menyampaikan wahyu
dari satu keadaan alam. Dia (Roh) dengan Bapak dan Anak
94
disembah dan dimuliakan. Ditegaskan bahwa Bapak, Anak, dan Roh
kudus adalah tiga oknum, tiga muka dan tiga tujuan, tunggal dalam
tiga, tiga dalam tunggal, wujudnya satu dalam tiga oknum, Tuhan
Yang Esa, jauharnya satu, dan tabiat Nya satu. Demikian pula fikiran
penyaliban untuk menebus dosa tidaklah dari agama Kristen. Soal
itu muncul dalam agama Kristen sebagai pengaruh dari
kepercayaan-kepercayaan lain.
C. Makna Fungsional Tuhan Dalam Kehidupan
Sebagaimana penulis mengkaji dengan teliti, dalam sumber yang
berkaitan dengan agama tersebut seperti wawancara, terdapat perbedaan dan
persamaan makna fungsional ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari
menurut penganut agama Khatolik dan agama Hindu, yaitu :
1. Perbedaan
a. Dalam agama Hindu secara individu, manusia sesungguhnya tidak
hanya sekedar dilahirkan begitu saja seperti kura-kura atau buaya,
dan kemudian harus mempertaruhkan hidupnya hanya berdasarkan
instingnya saja. Tetapi manusia lahir dan berkembang dengan
dinamis. Seiring dengan pengalaman hidupnya berkembang pula
sikap mental dan penyesuaian dirinya, baik pedoman atau
tuntuntunan memaknai hidup di dunia ini. Sedangkan jemaat
Katolik, kehidupan dikaitkan dengan Tuhan. Artinya bahwa
Tuhanlah yang memanggil manusia agar manusia hidup sesuai
kehendak-Nya. Panggilan hidup, baik religius maupun awam
senantiasa menuntun seseorang untuk hidup secara
95
bertanggungjawab. Dengan kata lain, bertujuan untuk membangun
kehidupan beriman kristiani. Artinya, membangun kesetiaan pada
Injil Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya
Kerajaan Allah dalam hidup manusia.
2. Persamaan
a. Dalam fungsi social umat Hindu dengan meyakini adanya Tuhan,
dapat membimbing umat beragama agar semakin meningkat
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Sang Hyang Widhi dalam
suasana rukun, baik intern maupun antar umat beragama. Dalam hal
ini kesadaran umat beragama akan didorong untuk lebih menghayati
esensi ajaran setiap agama, yakni: pertama, agama tidak diturunkan
untuk menganjurkan kekerasan bagi pemeluk agama lainnya.
kedua, esensi setiap agama diturunkan kedunia adalah untuk
memberi manfaat dan kebaikan sebesar-besarnya bagi kehidupan
sosial bersama umat manusia. Sedangkan umat Hindu dalam
kehidupan bermasyarakat Tuhan mempunyai peranan sosial sebagai
faktor integratif bagi masyarakat, yang berarti factor peran agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-
anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban
sosial yang membantu mempersatukan masyarakat. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban
sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan
sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.
96
b. Dalam fungsi dunia Pendidikan dalam agama Hindu, jika umat
percaya akan adanya Tuhan dalam proses belajar pasti ia akan
terbentuk karakter sebagai umat yang berperadaban, menuju sumber
daya manusia yang memiliki kepribadian berkualitas dan berdaya
saing yang unggul. Pembentukan karakter ke arah itu menuju ke arah
kepribadian yang kerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin,
berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berwawasan jauh ke
depan. Tuhan juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk berdoa
memohon agar semua yang dipelajari baik ilmu yang di dapat dari
sekolah atau banjar dapat bermanfaat dengan baik, selain itu adanya
Tuhan juga dapat membantu melatih konsentrasi dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan agama Katolik yang memiliki
persamaan bahwa Makna yang dimaksudkan dalam jemaat gereja
adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak
mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan individual ataupun kolektif masyarakat. Peningkatan
potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
97
BAB V
KESIMPULAN
1. Ajaran Dogma Ketuhanan
Dalam keyakinan umat Khatolik, Yesus merupakan Anak yang
tunggal Ia adalah Allah, ia sudah ada sejak dahulu kala dan akan tetap
ada sampai selama-lamanya. Pekerjaan-Nya ialah pekerjaan ilahi, wajib
berbakti kepadanya bagi kaum-Nya karena Ia adalah Allah.
Istilah Trinitas dalam Khatolik (Tritunggal) dipakai dalam
konsep ketuhanan dalam Kristen, bahwasanya Tuhan Bapa adalah
Tuhan yang mutlak dan Maha Esa walaupun ketiga-tiga oknum itu
dibedakan dengan mengikut fungsi dan peran masing-masing dalam
kitab suci. Tuhan Kristen yang Maha Esa menjadi ketuhanan Tritunggal,
kedudukan Yesus sebagai rasul untuk bani Israel dirubah menjadi Tuhan
Yesus yang datang ke Dunia untuk menebus dosa manusia dengan
penyaliban karena dosa waris yang telah dilakukan Adam dan Hawa di
dalam surga. Dengan ini, gerakan yang dibawa oleh Martin Lutherin
mendapat simpatisan yang luar biasa, yang pada akhirnya semakin
berkembang dan pengikut yang banyak.
Secara umum dalam pemikiran Hindu bahwa konsep Tuhan,
dapat dipahami sebagai Tuhan yang Transenden dan Tuhan yang
Imanen, yang secara jelas kita temukan dalam pemikiran Advaita dari
Sankara. Sankara mengatakan bahwa ada dua Brahman, yaitu Nirguna
Brahman (Tuhan yang Transenden) dan Saguna Brahman (Tuhan yang
98
Imanen). Menurut Sankara Tuhan yang Transenden adalah Tuhan yang
tanpa sifat, sehingga Tuhan terbebas dari perbedaan-perbedaan,
sehingga tidak dapat dibedakan oleh manusia yang pada dasarnya
memiliki pemikiran yang terbatas. Trimurti sendiri merupakan tiga
perwujudan dari Tuhan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Selain itu juga, ada
yang memberi arti Trimurti adalah tiga wujud Tuhan Sang Hyang
Widhi.
Upanisad menyatakan bahwa Brahman itu Neti-Neti, artinya
bukan ini dan bukan itu (Madrasuta, 2002:78). Tidak seorangpun
manusia mampu memikirkan dan mengenalinya. Namun Brahman yang
Saguna, yang Imanen adalah Tuhan dengan segala atributnya yang dapat
didekati dan dikenal oleh manusia. Oleh karena kemampuan manusia
mengenalnya dengan tingkat serta kapasitas yang berbeda beda dan
atribut Tuhan yang tak terbatas maka Saguna Brahman (Tuhan) dikenal
dengan tingkat keragaman yang tinggi, oleh karena kemampuan
pengenalan manusia yang satu, berbeda dengan pengenalan manusia
yang lainnya. Dengan demikian sangat mudah kita yang awam akan
menarik kesimpulan bahwa seolah olah ada banyak Tuhan dalam Hindu,
atau Hindu adalah Agama yang Politeistis. Tentu saja pernyataan seperti
ini keliru, Tuhan yang Transenden (Nirguna Brahman) dan Imanen
(Saguna Brahman) adalah satu (Advaita), dalam Chandogya-Upanisad,
IV.2.1 disebutkan “Ekam Eva Adityam Brahman”, yang artinya Tuhan
hanya satu, tidak ada yang kedua. Namun Tuhan yang Imanen (Saguna),
99
oleh orang-orang bijaksana menyebutNya dengan banyak nama, “Ekam
Sat Wipra Bahuda Wadanti” (Rg. Weda. 1.164.46.). Sekaligus dalam
hal ini terkandung konsep tentang Istadewata, yaitu pemahaman dan
penghayatan tentang Tuhan dan manifestasinya, yang memungkinkan
manusia untuk memiliki konsep tentang Tuhan yang berbeda-beda
sesuai dengan kemampuannya dan kebebasan pada setiap manusia
untuk untuk memuliakan Istadewatanya masing-masing dengan
perbedaan-perbedaan yang ada, tanpa harus dipertentangkan satu
dengan yang lainnya.
2. Pemahaman Ketuhanan
Dalam pemahaman penganut agama Hindu, sebenarnya lebih
mirip dengan ajaran Pantheism, dimana umat Hindu mempercayai
bahwa semua ciptaan adalah mempunyai percikan Ilahi. Kita juga
melihat bahwa ada begitu banyak dewa-dewi lain yang disembah selain
Trimurti di dalam Hindu. Dewa Brahman merupakan sesuatu yang tidak
berawal namun juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta
sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-mana dan
mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari
segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep tersebut,
posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja
sebagai Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai
perantara Tuhan kepada umatnya.
100
Umat Khatolik tidak menganggap manusia sebagai percikan
Ilahi, namun berpartisipasi dalam Allah. Dan tidak ada dewa-dewi yang
disembah, kecuali Allah Trinitas. Dan dari prinsip dasar ini sebenarnya
telah membuktikan bahwa tidak ada kemiripan antara Agama Hindu dan
Khatolik. Namun dalam keyakinan umat khatolik Yesus merupakan
Anak yang tunggal Ia adalah Allah, ia sudah ada sejak dahulu kala dan
akan tetap ada sampai selama-lamanya. Pekerjaan-Nya ialah pekerjaan
ilahi, wajib berbakti kepadanya bagi kaum-Nya karena Ia adalah Allah.
“tidak seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi anak tunggal
Allah, yang ada dipangkuan bapa, dialah yang menyatukannya”.
3. Makna Fungsional Tuhan Dalam Kehidupan
Namun dengan meyakini adanya Tuhan, umat Hindu dan Jemaat
Katolik merasakan bahwa Tuhan dapat membimbing umat beragama
agar semakin meningkat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang
maha esa dalam suasana rukun, baik intern maupun antar umat
beragama. Dalam hal ini kesadaran umat beragama akan didorong
untuk lebih menghayati esensi ajaran setiap agama, yakni: pertama,
agama tidak diturunkan untuk menganjurkan kekerasan bagi pemeluk
agama lainnya. kedua, esensi setiap agama diturunkan kedunia adalah
untuk memberi manfaat dan kebaikan sebesar-besarnya bagi kehidupan
sosial bersama umat manusia.
101
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Abdul Manaf, Mudjahid. Sejarah Agama-Agama. Jakarta : Manajemen Pt. Raja
Grafindo Persada, 1996
A.Bakker Svd. Dalam Bukunya Ajaran Iman Katolik 2 Untuk Mahasiswa.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1988
Ali, Abdullah.H, Agama Dalam Ilmu Perbandingan, Bandung: Penerbit Nuansa
Aulia, 2007
Al-Manshur, Fauzan, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012
Al-Kitab, Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, Jakarta: Lembaga Al-Kitab
Indonesia, 1986
Al Kitab Perjanjian Baru, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2008
Bhagawad Gita, Surabaya: Penerbit Paramita, 2005
Buku data Monografi Kelurahan Rengas Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten tahun 2016
Burhan, Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Grup, 2007
Connol, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama. Penerjemah Imam Khoiri,
Jogjakarta: LKiS, 2002
Dharma, I mede Surada Widya, Kamus Sansskerta Indonesia, Denpasar, 2007
Eugene Smith, Donald, Agama Dan Modernisasi Politik Suatu Kajian Analitis.
Jakarta : Penerbit Cv. Rajawali, 1985
Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan budha, Jakarta: BPK Gunung mulia, 1987
Imam Asyari, Sapari, Metodologi Penelitian Sosial Suatu Ptunjuk Ringkas,
Surabaya Usaha Nasional, 1981
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara, 1999
102
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000
Keene, Michael, Alkitab Sejarah Proses Terbentuknya dan Pengaruhnya, Terj. Y.
Dwi Kuranto, Yogyakarta: Kanisius, Cet. V, 2010
Muchtar Ghazali, Adeng, Ilmu Perbandingan Agama: Pengantar Awal Metodologi
Studi Agama-Agama”, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet 13, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000
Pudja, gede, Theologi Hindu (Brahma Widya), Jakarta: Penerbit Yayasan Dharma
Sarathi, 1992
Pandit, Bansi, “Pemikiran Hindu”, Surabaya:Paramita, 2003
Rudia Adiputra, I Gede, Tattwa Darsana, Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi, 1990
Shadily, Hassan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1973
Suparta, Ardhana, Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia,
Surabaya: Paramita, 2002
Syalaby, Ahmad, Perbandingan Agama-Agama Kristen, Bandung, Penerbit Al
Ma’arif, 2000
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2010
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: ALFABET, 2005
Smith, Huston, Agama-agama Manusia, Terj. Saafroedin Bahar, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, Cet. VIII, 2008
Pudja, gede, Theologi Hindu (Brahma Widya), Jakarta: Penerbit Yayasan Dharma
Sarathi, 1992
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Department Pendidikan
Agama, Jakarta 2008
Tarigan,Pr Jacobus. Religiositas Agama & Gereja Katolik. Jakarta: Pt. Gramedia
Wisiasarana Indonesia, 2007
Titib, I Made, Theologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, Surabaya :
Paramitha, 2009
103
Viresvarananda, svami, Brahma Sutra, Surabaya: penerbit Paramita, 2004
Wiana, Ketut, Bagaimana Umat Hindu Menghayati Tuhan, Jakarta: Penerbit
Pustaka Manikgeni, 1993
Zazuli, Mohammad, “Sejarah Agama Manusia”, Yogyakarta: Narasi, 2018
SUMBER JURNAL :
Hasbi Arijal, “Problem Konsep Monoteisme dalam Agama-Agama Semit”,
jurnal KALIMAH Vol. 13, No. 1, Maret 2015
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014
SUMBER INTERNET :
Google web http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan. Diakses pada tanggal 5
September 2019.
http://kel-rempoa.blogspot.com/2014/11/profil-singkat-kelurahan-rempoa.html,
tentang Monografi Kelurahan Rempoa tahun 2013, diakses pada tanggal 13 januari
2020
PENDIDIKAN AGAMA HINDU untuk Perguruan Tinggi, Cetakan ke-1: 2016,
diakses pada tanggal 16 Desember 2019
SUMBER WAWANCARA :
Wawancara langsung dengan Bapak Gede Sidarta selaku ketua banjar Mertasari,
pada tanggal 20 November 2019
Wawancara langsung dengan Bapak Made Seroja selaku ketua pasraman banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
Wawancara langsung dengan Bapak Gede Supindra di banjar Mertasari, pada
tanggal 20 November 2019
104
Wawancara langsung dengan Bapak Komang Hartana selaku Pecalang di Banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
Wawancara langsung dengan Bapak Putu Caniyasa selaku anggota pasraman banjar
Mertasari, pada tanggal 20 November 2019
Wawancara langsung dengan Ibu Henny di Mertasari, pada tanggal 20 November
2019
Wawancara pribadi dengan Bapak Warsad selaku Sekretaris RT 06 pada 20
November 2019
Wawancara langsung dengan bapak Reynaldo Antoni Haryanto selaku Romo di
Gereja Santo Nikodemus pada tanggal 20 November 2019
Wawancara langsung dengan bapak Vestra Iswari selaku Katekis di Gereja Santo
Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
Wawancara langsung dengan bapak Heru selaku Katekis di Gereja Santo
Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
Wawancara langsung dengan saudara Hieronimus Kia Suban selaku Katekis di
Gereja Santo Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
Wawancara langsung dengan saudara Marcellinus Dibya di Gereja Santo
Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
Wawancara langsung dengan saudara Kevin Chrisvalliando di Gereja Santo
Nikodemus pada tanggal 7 Januari 2020
Wawancara langsung dengan saudara Nadya Kirana di Gereja Santo Nikodemus
pada tanggal 7 Januari 2020
105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
Surat Izin Penelitian Skripsi
106
Lampiran II
Surat Pernyataan Wawancara Jemaat Khatolik
107
108
109
110
111
112
113
Lampiran III
Surat Pernyataan Wawancara Umat Hindu
114
115
116
117
118
119
120
Lampiran IV
Pedoman Wawancara
Pedoman Pertanyaan Untuk Wawancara Skripsi
Jemaat Katolik di Gereja Santo Nikodemus Rempoa
1. Apakah anda aktif di sebuah organisasi di gereja ataupun di lingkungan
masyarakat?
2. Bagaimana latar belakang sejarah dan perkembangan Gereja Santo
Nikodemus ini?
3. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama katholik?
4. Bagaimana pemahaman trinitas menurut bapak ?
5. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pribadi bpk ?
6. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan keluarga bpk ?
7. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan sosial bpk ?
8. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pendidikan bpk ?
121
Pedoman Pertanyaan Untuk Wawancara Skripsi
Umat Hindu di Pura Mertasari Rengas
1. Apakah anda aktif di sebuah organisasi di gereja ataupun di lingkungan
masyarakat?
2. Bagaimana latar belakang sejarah dan perkembangan pura mertasari ?
3. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama Hindu?
4. Bagaimana pemahaman Trimurti menurut bapak ?
5. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan pribadi bpk ?
6. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan keluarga bpk ?
7. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan sosial bpk ?
8. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pendidikan bpk ?
122
Hasil Wawancara responden dengan Jemaat Khatolik di Gereja Santo
Nikodemus Ciputat :
a. Responden I
Nama : Reynaldo Antoni Haryanto
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Romo/pastur Umat Khatolik
1. Apakah anda aktif di sebuah organisasi di gereja ataupun di
lingkungan masyarakat?
Jawaban : iya saat ini saya aktif dalam sebuah organisasi di Gereja. Dalam
lingkumgan masyarakat pun saya sering sekali berjumpa dengan tokoh
masyarakat yang di sekitar gereja. Bahkan gereja pun sering kita gunakan
sebagai tempat bertemu para tokoh masyarakat yang ada di lingkungan
kompleks mabad ini.
2. Bagaimana latar belakang sejarah dan perkembangan Gereja Santo
Nikodemus ini?
Jawaban : Paroki Ciputat pada awalnya merupakan bagian dari rencana
pemekaran dari Paroki Cilandak, Santo Stefanus. Paroki Cilandak pada saat
itu meliputi Cilandak, Pondok Pinang, Cinere dan Ciputat. Karena daerah-
daerah tersebut merupakan area pemukiman baru di Jakarta Selatan dan
sekitarnya, maka umat Katolik berkembang pesat. Pada tahun 1987 umat
sudah mencapai 13.000 orang sehingga pelayanan terhadap umat dan daya
tampung gereja telah melampaui batas kemampuan. Sejak saat itu dimulai
wacana untuk memekarkan Paroki Cilandak. Gereja Santo Nikodemus
123
berdiri di kompleks Markas Besar Angkatan Darat, Kompleks (MABAD),
Rempoa, Ciputat. Awalnya merupakan Kapel Santo Ignatius Loyola yang
diperuntukkan untuk umat Katolik yang berasal dari keluarga Angkatan
Darat dan wilayah sekitarnya.
3. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama katholik?
Jawaban : Gereja Katolik senantiasa memiliki kepercayaan bahwa Roh
Kudus adalah sungguh-sungguh Allah. Pandangan ini tentunya berangkat
juga dari keyakinan bahwa Roh Kudus adalah salah satu dari ketiga Pribadi
dalam Tritunggal Mahakudus. Dengan kata lain, Roh Kudus itu sendiri
memiliki kodrat yang sama dengan Bapa dan Putera. Roh Kudus itu sendiri
adalah Tuhan.
4. Bagaimana pemahaman trinitas menurut bapak ?
Jawaban : kami memahami trinitas dengan pemahaman dimana Allah Bapak
, Putra dan Roh Kudus, pada hakikatnya satu tapi mempunyai tiga penyata
diri, merupakan satu kesatuan wujud tunggal. Yesus Kristus pada dasarnya
adalah Allah Bapak yang menjelma dalam wujud manusia, untuk
membebaskan dosa umat manusia dan sebagai Tuhan. Melalui santapan suci
(sakramen ekaristi1) terjadilah inkarnasi ketuhanan, dimana roti dan anggur
sebagai wujud perjamuan dianggap sebagai manifestasi dari tubuh (daging
dan darah yesus. Sehingga dengan demikian, umat manuasia yang percaya
berarti telah bersatu dengan Tuhan.
124
5. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan pribadi bpk ?
Jawaban : Memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,
maupun di kala duka. Disinilah letak fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu
membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari
kejahatan atau kemungkaran.
6. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan keluarga bpk ?
Jawaban : Harus diakui bahwa tuhan Yesus memliki pengaruh konstruktif
bagi Keluarga Katolik sebagai paguyuban-paguyuban terkecil dalam
Gereja. Dengan mengikuti perintahnya, mengiternalisir dan
merealisasikannya dalam hidup berkeluarga, keluarga akan semakin kukuh
dan bersamaan dengan itu Gereja akan menjadi semakin tangguh. Keluarga
yang kukuh adalah keluarga yang berlaku dan bertindak sesuai dengan
pesan-pesan injil.
7. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan sosial bpk ?
Jawaban : Dalam kehidupan bermasyarakat Tuhan mempunyai peranan
sosial sebagai faktor integratif bagi masyarakat, yang berarti factor peran
agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-
anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial
yang membantu mempersatukan masyarakat. Hal ini dikarenakan nilai-nilai
yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh
kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
125
8. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan pendidikan bpk ?
Jawaban : Dalam pendidikan Agama Katolik diarahkan untuk memperteguh
iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran
Gereja Katolik, dengan tetap memerhatikan penghormatan terhadap agama
lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama untuk mewujudkan
persatuan nasional. Selain itu fungsi lain yakni memilik Pengetahuan dan
pemahaman akan ajaran Agama Katolik yang semakin meningkat sehingga
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan semakin bertumbuh. Jemaat akan
semakin motivasinya sebagai umat beragama dan mampu berdialog dan
bekerjasama dengan agama-agama non-Kristiani.Dapat membentuk jiwa
yang ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-Nya
maupun lingkungannya. Semua agama sudah sangat sempurna dengan ilmu
pengetahuannya, dikarnakan dapat menuntun umat-Nya bersikap dengan
baik dan benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian
si pemeluk agama dikarnakan ketidak pahaman tujuan daripada agama-nya.
b. Responden 2
Nama :Vestra Iswari
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : katekis
1. Apakah anda aktif di sebuah organisasi di gereja ataupun di
lingkungan masyarakat?
Jawaban : iya saya aktif di organisasi kepumadaan yang di dalam gereja.
126
2. Bagaimana pemahaman trinitas menurut bapak ?
Jawaban : Pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan
rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran
manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula
logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab
menyatakannya maka kita menerimanya. Allah yang hanya mau dikenal
dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa,
tetapi mengenak keesaanNya saja tidaklah menyelamatkan. Seluruh
rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami dan diimani dalam
hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya yang
progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai dan
mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang
mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang
diperkenanNya, tetapi ia menginginkan kita mengenalNya sebagaimana
Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikanNya masing-
masing.
3. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pribadi
bpk ?
Jawaban : Dalam kehidupan jemaat Katolik, kehidupan dikaitkan
dengan Tuhan. Artinya bahwa Tuhanlah yang memanggil manusia agar
manusia hidup sesuai kehendak-Nya. Panggilan hidup, baik religius
maupun awam senantiasa menuntun seseorang untuk hidup secara
bertanggungjawab. Dengan kata lain, bertujuan untuk membangun
kehidupan beriman kristiani. Artinya, membangun kesetiaan pada Injil
127
Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya
Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan, yaitu situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan
4. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan sosial bpk
?
Jawaban : Pada dasarnya ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua
agama apapun di dunia. Agama mengajarkan manusia untuk saling
bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain). Semua
ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha
yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha
yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai
dengan norma norma yang ada dalam masyarakat
5. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan
pendidikan bpk ?
Jawaban : Makna yang dimaksudkan dalam jemaat gereja adalah untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan
potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif masyarakat.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan untuk
128
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
c. Responden 3
Nama : Heru
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Katekis
1. Apakah anda aktif di sebuah organisasi di gereja ataupun di
lingkungan masyarakat?
Jawaban : saya aktif di organisasi keamanan di lingkungan masyarakat.
2. Bagaimana pemahaman trinitas menurut bapak ?
Jawaban : Pertama-tama memang Katolik dan Protestan adalah sama
dalam memahami trinitas, dan disamping itu dalam hubungannya
masing-masing akan saling memperkuat, daripada mengingkarinya.
Keduanya mempercayai Allah yang sama, Pencipta alam semesta dan
Penebus manusia, yang sudah menyatakan Diri dan alam semesta dan
Penebus manusia, yang sudah menyatakan Diri dan kehendak Nya
melalui kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus
3. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pribadi
bpk ?
Jawaban : Dalam kehidupan jemaat Katolik, kehidupan dikaitkan
dengan Tuhan. Artinya bahwa Tuhanlah yang memanggil manusia agar
manusia hidup sesuai kehendak-Nya. Panggilan hidup, baik religius
maupun awam senantiasa menuntun seseorang untuk hidup secara
bertanggungjawab. Dengan kata lain, bertujuan untuk membangun
129
kehidupan beriman kristiani. Artinya, membangun kesetiaan pada Injil
Yesus Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya
Kerajaan Allah dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan, yaitu situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan.
d. Responden 4
Nama : Kevin
Umur : 21 tahun
1. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan pribadi
saudara ?
Jawaban : Tujuan utama atau tujuan puncak manusia diciptakan Tuhan
adalah untuk menikmati Tuhan, untuk dirinya bersekutu dengan Tuhan,
dan menikmati-Nya. Semua ciptaan, diciptakan Tuhan melalui
perkataan-Nya, tapi hanya satu ciptaan yang diciptakan dengan tangan
Tuhan yaitu manusia. Alkitab mencatat hal itu untuk menunjukkan
betapa khususnya manusia, sehingga Tuhan perlu mendisainnya dengan
tanganNya sendiri dan Tuhan yang menghembuskan nafas kehidupan ke
dalam manusia itulah yang menghidupkan manusia. Sehingga dengan
ini manusia akan sadar bahwa tanpa Tuhan tidaklah aka nada dirinya
dan alam semesta ini.
130
2. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan keluarga
saudara ?
Jawaban : Memahami makna Tuhan didalam keluarga, sebenarnya
mempunyai fungsi untuk membangun keluarga yang ideal atau yang
dicita-citaka, membina cinta dalam keluarga, membina kehidupan yang
lebih harmonis, membina keluarga yang saling mengasihi.
Hasil Wawancara responden dengan Umat Hindu di Pura Mertasari
Ciputat :
a. Responden 1
Nama : Komang Hartana
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Pecalang banjar Mertasari
1. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama Hindu?
Jawaban : Menurut keyakinan ketuhanan umat Hindu dalam ketuhanan
terdapat konsep Dewa yaitu sebagai perwujudan keesaan Sang Hyang
Widhi. Mereka itu bukan tuhan akan tetapi reprensentasi dari Tuhan.
Maksudnya, umat Hindu itu percaya akan Tuhan Yang Maha Esa yang
dimana ia itu tidak bisa digambarkan, dinamai, dikasih jenis kelamin
dan lain sebagainya akan tetapi manusia juga harus mengenalnya
dengan dekat akan tuhan tersebut maka diambilah beberapa kekuatan
yang dimiliki oleh Tuhan tersebut misal Sang Pencipta, Sang
Pemelihara dan Sang Pelebur.
131
2. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan pribadi bpk ?
Jawaban : Kita sudah seyogyanya bahwa kita ini harus percaya dengan
Tuhan, karena tanpa Tuhan kita tidak ada, karna itu sejatinya keyanikan
terhadap Tuhan itu sendiri adalah keyakinan dalam diri sendiri. Oleh
sebab itu ajaran suci yang diturunkan oleh Sang Hyang Widhi, Tuhan
Yang Maha Esa merupakan pegangan hidup dalam kehidupan umat
manusia sebagai alat ukur untuk menentukan baik dan buruk. Seseorang
yang memiliki keyakinan terhadap keesaan Tuhannya dan pegangan
yang kuat terhadap ajarannya, tidak akan khawatir dalam meniti
kehidupan. Karena mereka akan yakin Tuhan akan membimbing
manusia bagaimana seharusnya hidup, bagaimana meniti hidup, apa
tujuan hidup kita, bagaimana merealisasikannya dan berbagai
bimbingan yang mengarahkan umat manusia menuju kesempurnaan
hidup
3. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan keluarga bpk ?
Jawaban : Secara umum fungsi Tuhan dalam kehidupan keluarga adalah
menciptakan keluarga yang harmonis, dapat saling menghargai
pendapat yang berbeda, dapat sebagai alat ukur rasa syukur dalam rezeki
keluarga, dapat menjadi pedoman utama memecahkan masalah dalam
keluarga.
132
b. Responden 2
Nama : warsad
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Ketua RT
1. Bagaimana latar belakang sejarah dan perkembangan pura
mertasari ?
Jawaban : Pura ini sudah mengalami 3 (tiga) kali renovasi. Alasan
renovasi ini muncul karena ketika itu di wilayah ini sudah terdapat lebih
dari 40 KK, dan akhirnya pada tahun 1986 di lakukanlah renovasi
karena umat Hindu sudah banyak yang pindah dari berbagai daerah
seperti, Depok, dan daerah sekitar Ciputat. Maka semakin banyaklah
umat Hindu yang pindah ke daerah ini. Bahkan dalam beberapa tahun
yang lalu Pura Mertasari berencana membangun lebih besar lagi ke atas
karena sudah tidak memungkinkan untuk memperlebar maka harus
membangun ke atas tetapi ada masalah perijinan yang pada akhirnya
menghalangi pembangunan Pura Mertasari. Pada awal berdiri Pura
Mertasari hanya satu lantai, sekarang kita dapat melihat Pura yang dua
lantai, yang lantai atas digunakan khusus untuk kegiatan pasraman
(sekolah agama Hindu), munkin jika telat mendapat ijin Pura ini
sekarang menjadi tiga atau empat lantai ke atas.
133
c. Responden 3
Nama : Made Seroja
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : Ketua Pasraman
1. Bagaimana latar belakang sejarah dan perkembangan pura
mertasari ?
Jawaban : Pada tahun 1982 mulai banyak penganut agama hindu yang
berkumpul di Jakarta, mereka berasal dari bali dan jawa pada umumnya, dan
mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah pura sebagai sarana tempat
beribadah umat hindu, akhirnya membeli tanah dan mendirikan pura di lalu
pada tanggal 13 Januari 1982 dilaksanakan upacara Nganteg Linggih
(semacam upacara peresmian Pura) yang dipimpin Pedande Istri Wayan
Sidemen, upacara Nganteg Linggih pada Umumnya dilakukan oleh setiap pura
pada tiga puluh tahun sekali, tetapi dengan alasan peresmian dan pelengkapan
administrasi di pura mertasari ini upacara Nganteg Linggih dilakukan sebelium
tiga puluh tahun dan akhirnya pada tanggal 15 Juni 2014 dilaksanakan upacara
Nganteg Linggih yang ke-2 yang di pimpin oleh Ide Pedande Made Putra
Sidemen sekaligus diresmikan kembali oleh ibu Hj. Airin Rachmi Diany, SH,
MH selaku Walikota Tangerang Selatan
2. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama Hindu?
Jawaban : Umat Hindu memahami konsep Tuhan dan Dewa dapat
dianalogikan seperti Matahari dan Sinarnya. Matahari hanya ada satu
tapi dia memberikan banyak sinar dengan fungsi yang berbeda-beda.
Seperti itulah Tuhan yang menciptakan banyak sinar (Para Dewa) yang
memiliki fungsi berbeda-beda atau yang mempunyai tugas berbeda-
134
beda. Itulah mengapa dikatakan para Dewa adalah manifestasi dari
Tuhan dan bukanlah Tuhan, dalam artian para Dewa tidak setingkat
dengan Tuhan. Dalam kitab-kitab Weda dijelaskan bahwa para Dewa
tidak dapat bergerak bebas tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak
dapat menganugerahkan sesuatu tanpa kehendak Tuhan. Para Dewa,
sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung kepada kehendak
Tuhan.
3. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan
pendidikan bpk ?
Jawaban : Dalam agama Hindu, jika umat percaya akan adanya Tuhan
dalam proses belajar pasti ia akan terbentuk karakter sebagai umat yang
berperadaban, menuju sumber daya manusia yang memiliki kepribadian
berkualitas dan berdaya saing yang unggul. Pembentukan karakter ke
arah itu menuju ke arah kepribadian yang kerja keras, berani memikul
resiko, berdisiplin, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang,
berwawasan jauh ke depan. Tuhan juga dapat berfungsi sebagai sarana
untuk berdoa memohon agar semua yang dipelajari baik ilmu yang di
dapat dari sekolah atau banjar dapat bermanfaat dengan baik, selain itu
adanya Tuhan juga dapat membantu melatih konsentrasi dalam proses
belajar mengajar.
135
d. Responden 4
Nama : Gede Supindra
Umur : 50 tahun
1. Bagaimana dogma ketuhanan menurut agama Hindu?
Jawaban : Dalam teologi agama Hindu juga dikenal banyak aliran,
seperti halnya dalam agama-agama lain, termasuk agama Islam. Dari
mazhab sangat konservatif sampai kepada mazhab yang sangat rasional,
bahkan ada mazhab yang dalam Islam sudah disebut kafir, tetapi masih
diakomodasi sebagai bagian dari kepercayaan agama Hindu. Misalnya
mazhab atau aliran Samkhya dan Mimamsa yang menyatakan
keberadaan Tuhan (Iswara) tidak dapat dibuktikan, sehingga
keberadaan-Nya tidak bisa diakui. Dalam doktrin Samkhya ditegaskan
Tuhan yang abadi tidak mungkin jadi sumber bagi alam dan dunia yang
selalu berubah
2. Apa makna fungsional ketuhanan bagi kehidupan keluarga bpk ?
Jawaban : Tuhan juga akan menciptakan rasa yang aman di dalam
keluarga. Rasa aman itu akan timbul dengan sendirinya jika kita selalu
mengingat Tuhan. Apabila sudah merasa nyaman dan tenang, maka
kebahagiaan akan keharmonisan suatu keluarga akan tercapai. Intinya
seberapa besar masalahnya, semua akan kembali kepada Tuhan Sang
Hyang Widhi, dapat membangun keluarga atas dasar cinta dan kasih
sayang, menumbuhkan Rasa empati antar keluarga.
136
3. Apa makna fungsional ketuhanan gereja bagi kehidupan
pendidikan bpk ?
Jawaban : Pendidikan menurut ajaran suci Weda tidak hanya
mengajarkan anak gemar membaca buku-buku pengetahuan, tetapi
mendorong secara simultan anak-anak belajar tentang pandangan hidup
spiritual, bersamaan dengan ajaran yang tercakup dalam kitab-kitab suci
Weda dan susastra Hindu
137
Lampiran V
a. Lampiran Dokumentasi di Gereja Santo Nikodemus
(Gambar I: Halaman Parkir Gereja)
(Gambar II: Ruang Kebaktian)
138
(Gambar III: Patung Bunda Maria Di Dalam Gua Maria)
(Gambar IV : Foto Bersama Romo Aldo dan Katekis Vestra)
139
(Gambar V : Romo Aldo)
(Gambar VI : Narasumber wawancara dengan Romo Aldo)
140
(Gambar VII : Foto Bersama Narasumber)
b. Lampiran Dokumentasi di Gereja Santo Nikodemus
(Gambar I : Bersama Narasumber Bapak Gede Supindra)
141
(Gambar II : Bersama Narasumber Bapak Komang Hartana selaku Pecalang)
(Gambar III : Pelataran tempat sembahyang di malam hari )
142
(Gambar IV : Temple Kesucian di banjar Mertasari)
(Gambar V : pemakaian kain wastra yang bermakna kesejahteraan dan
kebahagiaan Dunia)
143
(Gambar VI : Aula Tepat berkumpulnya umat Hindu)
(Gambar VI : foto Bersama dengan semua Narasumber)