problematika institusionalisasi dan kodifikasi hukum keluarga islam di mesir

Download problematika institusionalisasi dan kodifikasi hukum keluarga islam di MESIR

If you can't read please download the document

Upload: ratna

Post on 16-Jun-2015

382 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

PROBLEMATIKA INSTITUSIONALISASI DAN KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM ( MESIR, INDONESIA, DA

Disusun Oleh : Ratna Khuzaimah Lhutfi Kamali M. Akhfas al-Munir

KOSENTRASI PERADILAN AGAMA PRODI AHWAL AL-SAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009M/1430H BAB I PENDAHULUAN

Mesir dan Indonesia adalah dua Negara yang mengalami pengalaman sejarah yang kuat mengenai Institusionalisasi merupakan sebuah proses menjadikan hukum Islam yang hidup di masyarakat Sejalan dengan penguatan institusionalisasi hukum, pemerintah Mesir dan Indonesia melakukan Sementara di Indonesia, meski dibarengi oleh perdebatan sengit antara kubu nasionalis dan I BAB II PROBLEMATIKA INSTITUSIONALISASI DAN KODIFIKASI HUKUM KELUARGA ISLAM ( FIKIH, MESIR, DAN IN

A. BATASAN UMUR 1. Perspektif Fikih Dalam fikih tidak ditemukan penjelasan secara langsung tentang batasan minimal usia untuk m Dasar pemikiran tidak adanya batas umur pasangan yang akan kawin itu kiranya sesuai dengan Meskipun secara terang-terangan tidak ada petunjuk al- Quran atau hadits Nabi tentang batas Adapun al-Quran dalam firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 6 yang artinya : Ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa kawin itu mempunyai batas umur dan batas umur itu adala Adapun hadits Nabi adalah hadits dari Abdullah ibn Masud muttafaq alaih yang artinya: Wahai para pemuda siapa diantaramu telah mempunyai kemampuan dalam persiapan perkawinan, ma

Ada seperti persyaratan dalam hadits Nabi ini untuk melangsungkan perkawinan, yaitu kemampu

2. Perspektif Hukum Keluarga di Mesir Hukum keluarga islam di Mesir menjelaskan bahwa perkawinan hanya dapat di izinkan jika laki

3. Perspektif Hukum Keluarga di Indonesia Di Indonesia batas usia dewasa diatur dalam Undangundang Perkawinan pada pasal 7 sebagai b a. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas b. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada c. Ketentuanketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tersebut dalam KHI mempertegas persyaratan yang terdapat dalam Undang-undang Perkawinan dengan rumusan se Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempe B. PENCATATAN PERKAWINAN 1.Perspektif fikih Ada beberapa analisis yang dapat dikemukakan mengapa pencatatan perkawinan

Dengan alasan-alasan yang telah disebut di atas, dapatlah dikatakan bahwa p Dengan demikian salah satu bentuk pembaharuan hukum keluarga islam adalah dimuatnya

2. Perspektif Hukum Keluarga Mesir Usaha untuk menetapkan pencatatan perkawinan di Mesir di mulai dengan terbitnya Ord

3. Perspektif Hukum keluarga di Indonesia Undang-undang perkawinan menempatkan pencatatan perkawinan sebagai sesuatu yang penting, te Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 merupakan era baru bagi kepentingan umat Islam khusunya da Berdasarkan kendala di atas, sebagai akibat adanya pemahaman fikih Imam Syafii yan Di dalam UU No.1/1974 pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut Di dalam PP No.9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Perkawinan pasal 3 ada dinyat 1. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan memberitahukan kehendaknya kepada p 2. Pemberitahuan tersebut dalam ayat (1) di lakukan sekurang-kurangnya 10 hari kerja s 3. Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut dalam ayat 2 disebabkan sesuatu alasan

Dengan demikian, pencatatan perkawinan ini walaupun di dalam UUP hanya diatur oleh satu aya Perspektif KHI KHI memuat masalah pencatatan perkawinan ini pada pasal 5 sebagai berikut: 1. agar terjaminya ketertiban perkawinan bagi masyarakat islam, setiap perkawinan haru 2. Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh pegawai pencatat nikah Selanjutnya pada pasal 6 dijelaskan : (1). Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadap (2). Perkawinan yang dilakukakan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak mempunyai k C. POLIGAMI

Poligami merupakan salah satu persoalan dalam perkawinan yang palin Kajian berikut ini sebisanya akan melihat persoalan poligami ini lebih jern

1. Perspektif fikih Poligami memiliki akar sejarah yang cukup panjang sepanjang sejarah peradaban manus Kedatangan Islam dengan ayat-ayat poligaminya, kendatipun tidak menghapus praktik i Dalam penafsirannya, sebenarnya dua ayat di atas menjelaskan betapa al-Quran begit Berbeda dalam pandangan fikih, poligami yang di dalam kitab-kitab fikih disebut den Jika disederhanakan pandangan normatif al-Quran yang selanjutnya diadopsi oleh ula

2. Perspektif Hukum Keluarga di Mesir Banyak pendapat bermunculan menentang gejala poligami dan menganggapnya menimbulka Pemikiran fikih di Mesir pada tingkat yuridis memandang cukup ketentuan-ketentuan O Setelah beberapa waktu sesudah dibukanya perdebatan mengenai masalah poligami, pemi 1. Keadilan yang dituntut untuk dibolehkannya poligami dalam al-Quran adalah suatu sya 2. Kenyataan-kenyataan angka statistik yang riil belum sampai menunjukkan bahwa poliga 3. Pemecahan hukum yang dibenarkan bagi wanita yang suaminya kawin lagi adalah memberi Dan pada tahun 1979 terbitlah Undang-undang yang membawa ketentuan-ketentuan baru m 1. Pencatat nikah wajib memberitahu istri pertama tentang perkawinan kedua suaminya ap 2. Dianggap menyakiti istri adanya wanita lain yang mendampingi suaminya tanpa persetu

3. Perspektif Hukum Keluarga di Indonesia Kendatipun Undang-undang Perkawinan di Indonesia menganut asas monogami seperti yan Pengadilan Agama memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang a. Istri tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri ; b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Dengan adanya pasal-pasal yang membolehkan untuk berpoligami kendatipun dengan alas

D. PERCERAIAN 1. Perspektif Fikih Menurut kalangan Malikiyah pada umunya perceraian disebabkan oleh talak, khulu fas Dari kedelapan hal-hal yang dapat mengakibatkan putusnya perceraian di atas, hampir

2. Perspektif Hukum Keluarga di Mesir Pada umumnya muslim Mesir menganut madzhab Syafii dan Hanafi. Maka tidak mengheran Dibandingkan Indonesia, Mesir lebih awal melakukan pembaruan Perundang-Undangan Per Dalam Undang-undang No. 25 tahun 1929 alasan untuk menuntut talak diperluas. Dalam a. Apabila suami tidak mampu untuk memberikan nafkah; b. Apabila suami mempunyai penyakit menular atau membahayakan; c. Apabila ada perlakuan yang semena-mena dari suami; d. Apabila suami pergi meninggalkan istri dalam waktu yang cukup lama. Mesir lebih awal melakukan reformasi di bidang hukum keluarga, khususnya mengenai c 3.

Perspektif Hukum Keluarga di Indonesia Pasal 38 UU No. 1/1974 menyebutkan bahwa perkawinan dapat putus karena, 1) kematian Menurut UU.No. 1/1974 perceraian harus dilakukan di depan sidang Pengadilan, dan di Sedangkan di dalam KHI pasal 115 dinyatakan: bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang b Keterangan di atas menjelaskan bahwa dalam perundang-undangan yang berlaku, telah d Selanjutnya pasal 18 menyatakan bahwa perceraian itu dihitung pada saat perceraian itu diny Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa apa yang ditetapkan dalam undang-und Namun demikian pada umumnya perundang-undangan yang ada belum secara total menjunjung hak-h

BAB III KESIMPULAN

Munculnya ide pembaruan Perundang-Undangan Hukum Perkawinan di berbagai Negara muslim dewas Demikian adalah tabel ringkasan perbandingan hukum keluarga di Mesir, indonesia, dan fikih. Masalah Fikih Mesir Indonesia Batas umur dalam perkawinan Di dalam fikih tidak dijelaskan secara langsung, akan tetap Pencatatan Perkawinan Di dalam fikih tidak dijelaskan tentang adanya pencatatan perkawina Poligami Ulama sepakat membolehkan poligami. Dengan batasan empat orang istri. Pol Perceraian Di dalam fikih putusnya perkawinan masih dalam kendali suami, dan tidak ad

Dari tabel diatas kita bisa menyimpulakan bahwa Hukum keluarga di Mesir dan Indonesia telah

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul. Islam, Negara, dan Hukum . 1993. Jakarta; INIS Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. 2007. Jakarta ; Prenada Med Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. 2006. Jakarta ; Sinar grafika Nuruddin, Ahmad dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata islam di Indonesia. 2006. J http://mushthava.blogspot.com/2009/05/potret-perkembangan-hukum -talak-html Atho, Mudhar dan Khoiruddin Nasution . Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, 2003. http://pchuzaimahbb.com/journal/item/20/hukum-islam-keluarga-di-Mesir-dan-Indonesia