problem pendidikan umat islam

20
PROBLEM PENDIDIKAN UMAT ISLAM A. Pendahuluan Sebelum menemukan paradigma baru untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Islam, sekiranya perlu menengok kembali bagaimana kondisi pendidikan nasional selama ini. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui apa dan bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan nasional. Untuk itu dapat diketahui langkah apa yang harus dilakukan sebagai tindak lanjut penyelesaian masalah tersebut. Fakta berbicara, pendidikan nasional berada di ujung tanduk – tidak tentu arah dan nasibnya. Semua kondisi menggambarkan betapa muramnya wajah pendidikan nasional. Dimulai dari minimnya kualitas pembelajaran, rendahnya profesionalisme guru, minat belajar siswa yang cenderung menurun, terbatasnya sarana dan prasarana dan kurikulum yang tidak menentu yang secara representatif tidak memenuhi kebutuhan siswa. Tentu implikasi logis yang harus diterima adalah rendahnya kualitas output yang dihasilkan. Tilaar (2004:66) menggambarkan bahwa; Pendidikan nasional terseok-seok dilanda krisis. Mungkin krisis itu sendiri disebabkan kualitas output pendidikan nasional itu sendiri. Krisis yang menimpa pendidikan nasional bukan hanya semata-mata karena krisis dana, tetapi mungkin pula karena kekaburan arah dan kehilangan kemudi. Oleh karena itu, pembenahan pendidikan nasional merupakan syarat mutlak untuk membenahi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang ditimpa krisis yang berkepanjangan.

Upload: agus-susilo

Post on 26-Jun-2015

264 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Problem Pendidikan Umat Islam

PROBLEM PENDIDIKAN UMAT ISLAM

A. Pendahuluan

Sebelum menemukan paradigma baru untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi oleh pendidikan Islam, sekiranya perlu menengok kembali bagaimana kondisi

pendidikan nasional selama ini. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui apa dan bagaimana

permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan nasional. Untuk itu dapat diketahui langkah apa

yang harus dilakukan sebagai tindak lanjut penyelesaian masalah tersebut. Fakta berbicara,

pendidikan nasional berada di ujung tanduk – tidak tentu arah dan nasibnya. Semua kondisi

menggambarkan betapa muramnya wajah pendidikan nasional. Dimulai dari minimnya

kualitas pembelajaran, rendahnya profesionalisme guru, minat belajar siswa yang cenderung

menurun, terbatasnya sarana dan prasarana dan kurikulum yang tidak menentu yang secara

representatif tidak memenuhi kebutuhan siswa. Tentu implikasi logis yang harus diterima

adalah rendahnya kualitas output yang dihasilkan. Tilaar (2004:66) menggambarkan bahwa;

Pendidikan nasional terseok-seok dilanda krisis. Mungkin krisis itu sendiri disebabkan

kualitas output pendidikan nasional itu sendiri. Krisis yang menimpa pendidikan nasional

bukan hanya semata-mata karena krisis dana, tetapi mungkin pula karena kekaburan arah dan

kehilangan kemudi. Oleh karena itu, pembenahan pendidikan nasional merupakan syarat

mutlak untuk membenahi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang ditimpa krisis

yang berkepanjangan.

Yang tidak kalah menarik juga, pendidikan nasional selalu dihebohkan dengan

tersedianya dana yang minim untuk membenahi pendidikan nasional. Sebenarnya masalah

bukan hanya sekedar dana yang kecil, tetapi pemerintah mulai kehilangan komitmen dalam

bagaimana mengembangkan pendidikan nasional untuk membangun kembali bangsa

Indonesia dan untuk mewujudkan cita-cita reformasi yaitu membangun masyarakat baru yang

demokratis dan sejahtera. Melihat realita tersebut, patut dipertanyakan di mana letak

relevansi janji manis pemerintah seperti saat kampanye calon atau tujuan pembagunan

nasional yaitu membangun rakyat Indonesia secara keseluruhan dan mencerdaskan kehidupan

bangsa dengan realita pendidikan yang ada, semuanya omong kosong.

Page 2: Problem Pendidikan Umat Islam

Pendidikan nasional yang sedang terpuruk sangat membutuhkan paradigma baru –

paradigma pencerahan – yang dapat mendukung terselenggaranya pendidikan yang

berkualitas, sebagaimana idealnya. Dengan kata lain, perlu dilakukan rekonstruksi paradigma

baru yang dapat menjamin lahirnya era baru dalam pendikan nasional. Hal ini dilakukan

untuk mereposisi pendidikan sebagaimana mestinya yang nota bene sebagai ikon utama

dalam pembentukan manusia Indonesia secara keseluruhan.

Akan tetapi, berbicara tentang permasalahan pendidikan di Indonesia, termasuk

pendidikan Islam di dalamnya sungguh kompleks sekali, tidak ubahnya seperti

menyelesaikan benang kusut, harus hati-hati dan juga dipertanyakan dari mana dimulai.

Mungkin tulisan singkat ini hanya dapat merangkum sebagaian kecil saja dari permasalahan

yang muncul di permukaan yang dapat dilihat secara nyata dalam keseharian kita.

B. Pendidikan Islam di Indonesia

Barangkali dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan penolong utama bagi

manusia untuk menjalani kehidupan ini. Tanpa pendidikan, maka manusia sekarang tidak

akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada masa purbakala. Asumsi ini melahirkan

suatu teori ekstrim, bahwa maju mundur atau baik buruknya suatu bangsa akan ditentukan

oleh keadaan pendidikan yang dijalani bangsa itu.

Memang sangat rasional apabila pendidikan menjadi indikator maju mundurnya

sebuah bangsa. Indonesia yang saat ini sedang mengalami keterpurukan dalam segala aspek

kehidupan merupakan imbas dari kegagalan pelaksanaan pendidikan, termasuk pendidikan

Islam di dalamnya. Kegagalan pendidikan di Indonesia telah berakibat pada kemerosotan

moral bangsa yang ditandai dengan munculnya tindakan kriminal di mana-mana. KKN

meraja lela di semua instansi, pembantaian, pembunuhan, tawuran antar pelajar bahkan antar

kampung dan konplik antar golongan kerapkali mewarnai sejarah bangsa ini.

Dengan demikian, tanggung jawab pendidikan untuk membangun kembali bangsa

yang telah lama rusak, semakin berat dan membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang

ekstra maksimal. Jadi, berdasarkan asumsi di atas bahwa baik buruknya negara ini di masa

yang akan datang tergantung pada pendidikan yang diselengarakan oleh negara ini.

Page 3: Problem Pendidikan Umat Islam

Untuk menyikapi permasalahan tersebut, sebagian tanggung jawab menurut asumsi di

atas, terletak di pundak lembaga pendidikan Islam yang sekaligus sebagai bagian dari sistem

pendidikan nasional. Secara ideal, pendidikan Islam akan berusaha mengantarkan manusia

mencapai keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Dengan kata lain, manusia yang

berkualitas unggul baik lahiriah maupun batiniah serta berbobot dalam prilaku, sehingga

survive dalam arus dinamika perubahan sosial budaya pada masa hidupnya (Arifin,

2003:204).

Betapa besar tanggung jawab pendidikan Islam, di samping mencetak manusia yang

mempunyai ketajaman intelektual tetapi juga harus melahirkan manusia yang mempunyai

kedalaman spiritual dan keluhuran budi pekerti. Tetapi, sungguh disayangkan dalam

pembangunan aspek moral, hanya dalam porsi yang kecil saja menjadi tanggung jawab

pendidikan Islam.

Memang terasa janggal, dalam suatu komunitas masyarakat Muslim, pendidikan

Islam tidak diberikan kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang

besar ini. Perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah kecil

porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran

masyarakat sosialistis religius. Dan bahkan tidaklah salah jika dikatakan, bahwa pendidikan

Islam di Indonesia justru menempati kelas dua dalam masyarakat yang mayoritas Muslim.

Beberapa bukti tentang kecilnya perhatian pemerintah dalam pengembangan

pendidikan Islam terlihat dari minimnya anggaran untuk lembaga-lembaga pendidikan Islam

dan lembaga pendidikan Islam tidak diberikan kewenangan secara otonom oleh pemerintah

dalam berpastisipasi membangun bangsa yang besar ini. Selain minimmya dana yang

dikucurkan pemerintah untuk anggaran pendidikan nasional, menurut Daulay (2004:156)

bahwa secara struktural lembaga-lembaga pendidikan Islam berada di bawah kontrol dan

kendali Departemen Agama, termasuk pendanaannya. Problema yang timbul adalah alokasi

dana yang dikelola oleh Departemen Agama selain kecil juga dipergunakan untuk membiayai

berbagai sektor di lingkungan Departemen Agama termasuk pembiayan pendidikan.

Page 4: Problem Pendidikan Umat Islam

Akibatnya alokasi pendanaan bagi lembaga pendidikan yang berada di bawah

Departemen Agama sangat terbatas. Dampaknya kekurangan fasilitas dan peralatan dan juga

terbatasnya upaya-upaya pengembangan dan peningkatan kegiatan-kegiatan nonfisik.

Idealnya pendanaan pendidikan ini tidak melihat kepada struktural, tetapi melihat kepada

biaya per siswa atau mahasiswa

Di samping masalah-masalah di atas terdapat dua permasalahn yang sangat krusial

yang turut mempengaruhi kemunduran pendidikan Islam, yaitu sistem pendidikan nasional

yang bercorak sentralistik dan adanya pemahaman dikotonomi ilmu pengetahuan umum dan

ilmu agama di tengah masyarakat sehingga lahir dua sistem pendidikan yaitu pendidikan dan

pendidikan umum.

Sistem pendidikan nasional selama ini bercorak sentralistik, di mana manajemen

pendidikan berasal dari struktur kekuasaan dari Pemerintah Pusat dan menjalar ke lembaga-

lembaga pendidikan. Dengan sendirinya lembaga-lembaga pendidikan tersebut tidak

mempunyai otonomi karena segala sesuatu telah ditentukan oleh suatu sistem yang ketat dari

atas.

Dengan pola sentralistis yang demikian, lembaga-lembaga pendidikan tidak

mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri, sebab segala sesuatu telah ditentukan

prosedurnya. Masyarakat tidak mempunyai hak di dalam menentukan arah dan jalannya

proses pendidikan itu sendiri. Masyarakat hanya menjadi penonton dan tidak mempunyai

tanggung jawab di dalam terjadinya proses pendidikan. Output pendidikan bukan saja

menjadi masalah bahkan menjadi beban masyarakat. Pendidikan Islam sejak lahirnya yang

tumbuh dari masyarakat, tumbuh dari bawah, oleh sebab itu, mengenal manajemen yang

tumbuh dari bawah.

Page 5: Problem Pendidikan Umat Islam

C.Pendidikan Islam Masa Depan

Prospek pendidikan  Islam  pada masa mendatang, harus pula dikaji dan diteropong

melalui lensa realitas pendidikan islam di Indonesia yang ada pada hari ini. Melihat kendala

yang dihadapi oleh pendidikan nasional, minimal telah terpantul sinar yang juga

menggambarkan tentang kondisi pendidikan  Islam di Indonesia pada masa kini. Adapun

kendala tersebut berupa:

a.      Kurikulum yang belum mantap, terlihat dari beragamnya jumlah presentasi untuk

pelajaran umum dan agama pada berbagai sekolah yang berlogo Islam.

b.     Kurang berkualitasnya guru, yang dimaksud disini adalah kurang kesadaran

professional, kurang inofatif, kurang berperan dalam pengembangan pendidikan,

kurang terpantau.

c.      Belum adanya sentralisasi dan disentralisasi.

d.     Dualisme pengelolaan pendidikan yaitu antara Depag dan Depdikbud.

e.      Sisa-sisa pendidikan penjajahan yang masih ditiru seperti penjurusan dan pemberian

gelar.

f.       Kendali yang terlalu ketat pada pendidikan tinggi.

g.      Minimnya persamaan hak dengan pendidikan umum

h.      Minimnya peminat sekolah agama karena dipandang prospeknya tidak jelas.

Beberapa strategi yang perlu dicanangkan untuk memprediksi pendidikan Islam masa

depan adalah sebagai berikut.

1.      Strategi sosial politik

Menekankan  diperlukannya merinci butir-butir pokok formalisasi ajaran Islam di

lembaga-lembaga negara melalui upaya legal formalitas yang terus menerus oleh

gerakan Islam terutama melalui sebuah partai secara eklusif khusus bagi umat Islam

termasuk kontrol terhadap aparatur pemerintah. Umat Islam sendiri harus mendidik

dengan moralitas Islam yang benar dan menjalankan kehidupan islami baik secara

individu maupun masyarakat.

2.      Strategi Kultural

Dirancang untuk kematangan kepribadian kaum muslimin dengan memperluas

cakrawala pemikiran, cakupan komitmen dan kesadaran mereka tentang

kompleksnya lingkungan manusia.

Page 6: Problem Pendidikan Umat Islam

3.      Strategi Sosio cultural

Diperlukan upaya untuk mengembangkan kerangka kemasyarakatan yang

menggunakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.

    

D. PEMETAAN MASALAH PENDIDIKAN

Dalam memetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan realitas pendidikan

itu sendiri yaitu pendidikan sebagai sebuah subsistem yang sekaligus juga merupakan suatu

sistem yang kompleks. Gambaran pendidikan sebagai sebuah subsistem adalah kenyataan

bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi

oleh berbagai aspek eksternal yang saling terkait satu sama lain. Aspek politik, ekonomi,

sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan ideologi sangat erat pengaruhnya terhadap

keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, begitupun sebaliknya.

Sedangkan pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks menunjukan bahwa

pendidikan di dalamnya terdiri dari berbagai perangkat yang saling mempengaruhi secara

internal, sehingga dalam rangkaian input-proses-output pendidikan, berbagai perangkat yang

mempengaruhinya tersebut perlu mendapatkan jaminan kualitas yang layak oleh berbagai

stakeholder yang terkait.

A. Permasalahan Pendidikan Sebagai Suatu Sub-Sistem

Sebagai salah satu sub-sistem di dalam sistem negara/ pemerintahan, maka

keterkaitan pendidikan dengan sub-sistem lainnya diantaranya ditunjukan sebagai berikut:

Pertama, berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di tengah-tengah kehidupan telah

membentuk paradigma pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk

pelayanan negara kepada rakyatnya yang harus disertai dengan adanya sejumlah pengorbanan

ekonomis (biaya) oleh rakyat kepada negara. Pendidikan dijadikan sebagai jasa komoditas,

yang dapat diakses oleh masyarakat (para pemilik modal) yang memiliki dana dalam jumlah

besar saja.

Kedua, berlangsungnya kehidupan sosial yang berlandasakan sekulerisme telah menyuburkan

paradigma hedonisme (hura-hura), permisivisme (serba boleh), materialistik (money

oriented), dan lainnya di dalam kehidupan masyarakat. Motif untuk menyelenggarakan dan

mengenyam pendidikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat saat ini lebih kepada

tujuan untuk mendapatkan hasil-hasil materi ataupun keterampilan hidup belaka (yang tidak

Page 7: Problem Pendidikan Umat Islam

dikaitkan dengan tujuan membentuk kepribadian (shaksiyah) yang utuh berdasarkan

pandangan syari’at islam

Ketiga, berlangsungnya kehidupan politik yang oportunistik telah membentuk karakter

politikus machiavelis (melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan) di kalangan

eksekutif dan legislatif termasuk dalam perumusan kebijakan pendidikan Indonesia.

B. Permasalahan Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem Kompleks

Dalam kaitan pendidikan sebagai suatu sistem, maka permasalahan pendidikan yang

saat ini tengah berkembang diantaranya tergambar dengan pemetaan sebagai berikut:

A. Pemerataan Pendidikan

1. Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung

2. Kerusakan Sarana/ Prasarana Ruang Kelas

3. Kekurangan Jumlah Tenaga Guru

B. Pengelolaan dan Efisiensi

Masalah pengelolaan dan efisiensi pendidikan diantaranya dikelompokan berdasarkan

tiga hal yaitu:

1. Kinerja dan Kesejahteraan Guru Belum Optimal

2. Proses Pembelajaran Yang Konvensional

3. Jumlah dan Kualitas Buku Yang Belum Memadai

4. Mutu SDM Pengelola pendidikan

5. Life skill yang dihasilkan tidak sesuai kebutuhan

E. Upaya Mendinamisasikan Pendidikan Islam

Untuk menaggulangi permasalahan-permasalahan yang muncul dibutuhkan ide-ide

kreatif untuk membangun kembali pendidikan Islam guna mereposisi eksistensi dan

peranannya di tengah bangsa yang besar ini. Ada beberapa terobosan kreatif yang dapat

digalakkan dalam membangun kembali pendidikan Islam sesuai dengan cita-cita reformasi

yang sering diteriakkan oleh elit-elit politik negara ini, yaitu membangun Indonesia Baru

dalam lingkaran demokrasi dan Pancasila.

Page 8: Problem Pendidikan Umat Islam

Adapun terobosan-terobosan tersebut di antaranya;

1. Desentralisasi pengelolaan pendidikan nasional.

Desentralisasi pendidikan adalah ide utama apabila pendidikan dikaitkan dengan

otonomi daerah. Di dalamnya ada otonomi pendidikan, di mana daerah berhak menentukan

arah pendidikannya sesuai dengan kebutuhan daerah, namun tetap berkoordinasi dengan

pemerintah pusat secara proporsional. Dengan kata lain, pemerintah memberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proposional yang

diwujudkan dalam peraturan yang berkeadilan serta perimbangan antara keuangan pusat dan

daerah. Dengan demikian, bangsa Indonesia mampu membangun pendidikannya dengan

kebhinekaan yang dimiliki.

2. Menerapkan manajemen pendidikan Islam dengan pola simbiotik (pendidikan yang

tumbuh dari bawah).

Manajemen pendidikan dalam pola simbiotik diakui adanya berbagai jenis lembaga

pendidikan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini berarti pendidikan yang diselenggarakan

oleh negara, yang diselenggarakan oleh masyarakat sendiri (pendidikan swasta) termasuk

pendidikan Islam di dalam bentuk pesantren, madrasah dan pendidikan tinggi Islam

mempunyai hak hidup dan bereksplorasi untuk kemajuan pendidikannya.

3. Mengadakan kerja sama dengan pihak luar negeri dan meminta pinjaman dana pendidikan

untuk membangun kembali pendidikan di negara ini.

Tambahan dana merupakan salah satu solusi yang sangat mendukung terlaksananya

pendidikan nasional secara maksimal, termasuk pendidikan Islam di dalamnya. Dana dapat

dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan pendidikan. Dengan dana yang cukup,

fasilitas pendidikan akan tersedia dan tenaga pendidik yang berkualitas mampu direkrut oleh

lembaga pendidikan yang kekurangan tenaga pendidik profesional seperti lembaga

pendidikan Islam.

4. Lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya mendirikan dan mengembangkan sentral-

sentral ekonomi seperti koperasi, mini market, toko dan lain-lain sebagai salah satu

penunjang dana pendidikan.

5. Mensiasati kekurangan jam pengajaran agama dengan merubah orientasi dan fokus

pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented menjadi pengajaran yang

Page 9: Problem Pendidikan Umat Islam

berorientasi pada pengalaman belajar dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan

hidup dan menambah jam belajar di luar jam sekolah

F. PEMECAHAN MASALAH

Solusi masalah mendasar itu adalah dengan melakukan pendekatan sistemik yaitu

secara bersamaan melakukan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan sistem ekonomi

yang kapitalistik menjadi islami, tatanan sosial yang permisif dan hedonis menjadi islami,

tatanan politik yang oportunistik menjadi islami, dan ideologi kapitalisme-sekuler menjadi

mabda islam, sehingga perubahan sistem pendidikan yang materialistik juga dapat diubah

menjadi pendidikan yang dilandasi oleh aqidah dan syariah islam sesuai dengan

karakteristiknya. Perbaikan ini pun perlu dilanjutkan dalam perbaikan aspek formalitas, yaitu

dengan dibuatnya regulasi tentang pendidikan yang berbasiskan pada konsep syari’ah islam.

Upaya perbaikan secara tambal sulam dan parsial, semisal perbaikan kurikulum,

kualitas pengajar, sarana-prasarana dan sebagainya tidak akan dapat berjalan dengan optimal

sepanjang permasalahan mendasarnya belum diperbaiki.

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan

dengan sistem pendidikan, antara lain: sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, ideologi,

dan lainnya. Dengan demikian, penerapan ekonomi syari’ah sebagai pengganti ekonomi

kapitalis ataupun sosialis akan menyeleraskan paradigma pemerintah dan masyarakat tentang

penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk kewajiban negara kepada rakyatnya

dengan tanpa adanya pembebanan biaya yang memberatkan ataupun diskriminasi terhadap

masyarakat yang tidak memiliki sumber dana (capital).

Kedua, solusi teknis, yakni solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan internal dalam

penyelenggaraan sistem pendidikan. Diantaranya:

Secara tegas, pemerintah harus mempunyai komitmen untuk mengalokasikan dana

pendidikan nasional dalam jumlah yang memadai yang diperoleh dari hasil-hasil eksploitasi

sumber daya alam yang melimpah yang merupakan milik ummat. Dengan adanya

ketersediaan dana tersebut, maka pemerintahpun dapat menyelesaikan permasalahan

aksesibilitas pendidikan dengan memberikan pendidikan gratis kepada seluruh masyarakat

usia sekolah dan siapapun yang belum bersekolah baik untuk tingkat pendidikan dasar (SD-

Page 10: Problem Pendidikan Umat Islam

SMP) maupun menengah (SLTA), bahkan harus pula berlanjut pada jenjang perguruan

tinggi. merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan disertai dengan adanya

jaminan kesejahteraan dan penghargaan untuk mereka. Pembangunan sarana dan prasarana

yang layak dan berkualitas untuk menunjang proses belajar-mengajar. Penyusunan kurikulum

yang berlandaskan pada nilai-nilai syari’ah (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Melarang segala

bentuk kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat,

serta menjamin terlaksananya pendidikan yang berkualitas dengan menghasilkan lulusan

yang mampu menjalani kehidupan dunia dengan segala kemajuannya (setelah menguasai

ilmu pengetahuan dan keterampilan teknologi serta seni baik yang berasal dari islam maupun

hadharah ’am) dan mempersiapkan mereka untuk mendapatkan bagiannya dalam kehidupan

di akhirat kelak dengan adanya penguasaan terhadap tsaqofah islam dan ilmu-ilmu keislaman

lainnya.

Page 11: Problem Pendidikan Umat Islam

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung cukup lama. Di dalam perjalanannya

itu telah terjadi dinamika. Perubahan-perubahan itu pada dasarnya adalah ilmiah.

Perubahana-perubahan ke arah kemajuan pendidikan yang bersumber dari ajaran Islam

merupakan trend masa kini. Kendatipun kesadaran umat Islam Indonesia telah tumbuh sejak

hampir seratus tahun yang lalu bahwa pendidikan Islam bukanlah semata-mata pendidikan

yang mengarah kepada pendidikan ukhrawi saja, namun untuk meralisasaikannya dalam

bentuk nyata masih terasa banyak hambatan. Hambatan-hambatan itu bisa disebabkan faktor

intern dan bisa juga karena faktor ekstern. Namun, upaya untuk menanggulangi hambatan-

hambatan itu belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja.

Berkenaan dengan itu pengkajian-pengkajian pendidikan secara mendalam dan menukik

masih sangat dibutuhkan.

Dengan pengkajian yang mendalam akan dapat disatukan visi dalam menatap masa

depan dan sekaligus dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia, baik dari

teori maupun praktik. Inilah tanggung jawab generasi muda Muslim untuk membangun

kembali negara ini, dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam sistem pendidikan

yang aplicable dan compatible agar tetap survive dalam setiap perubahan konteks ruang dan

waktu.

Page 12: Problem Pendidikan Umat Islam

DAFTAR PUSTAKA

Arifi, Ahmad, 2009, Politik Pendidikan Islam; Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi

Pendidikan Islam Di Tengah Arus Globalisasi, Yogyakarta: Teras.

Arief, Armani, 2005, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Natsir, M., 1973, Kapita Selekta, Jakarta: Bulan Bintang,

Sanaky, Hujair AH., 2003. Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani

Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press,

Faisal, Jusuf Amir, 1995, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani,

Djohar, 2006, Pengembangang Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan,

Yogyakarta: Grafika Indah.