problem menghafal juz’ama dan...
TRANSCRIPT
i
PROBLEM MENGHAFAL JUZ’AMA DAN STRATEGINYA
PADA SISWA MTS MA’ARIF ANDONG
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Oleh:
UMI KHARISAH
NIM : 111-13-174
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
ه وسلم القران صلى الله عل ب كان خلق الن
“Akhlaq Nabi SAW. adalah Al-Qur’an” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud)
Diambil dari buku Halim dengan judul menghias diri dengan akhlaq terpuji (2000: 1)
vi
PERSEMBAHAN
Teriring Do’a rasa syukur kepada Allah SWT yang teramat
dalam
kupersembakan
karya ini buat orang-orang yang telah banyak berjasa dalam
hidupku, yang tanpa mereka aku tidak mungkin bisa
merasakan hidup seperti saat ini.
Skripsi ini bukanlah akhir dari tugas, namun awal aku
berkarya.
Terimakasih
buat…
Wanita terindah penuh kasih sayang (Ibunda tercinta)
“You are the light that shines mylife
Thank you for all you have given to me
Withouth you,
I can’t do anything”
Dan tidak terlupakan ayahanda terkasih serta kakak dan
adik, yang selalu memberikan motivasi dan semangat di
setiap hari.
Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. yang dengan ketelatenan dan
kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini sampai membuahkan hasil
maksimal sebagaimana impian penulis.
Untuk semua keluarga MTs Ma’arif Andong
Kabupaten Boyolali yang telah
membantu tersusunnya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam dan
selaku pembimbing akademik (PA) yang dengan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.
4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.
viii
6. Bapak Amri S.Pd.I., selaku kepala MTsMa‟arif Andong Kabupaten Boyolali
dan para guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
7. Terkhusus orang tua tercinta: Ayahanda Sodik dan IbundaMujiyatmi serta
adikku Mohammad Amin Sya‟roni, terima kasih sedalam-dalamnya penulis
ucapkan atas doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti
mereka curahkan kepada penulis.Dan juga membantu dalam bentuk materi
untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
8. Terimakasih kepada para sahabat: khususnya Joko Supriyanto yang tiada henti
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis serta seluruh sahabat PAI
yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu angkatan 2013. Dan kepada
Puji Rohmatinyang selalu menemani penulis. Semoga tali silaturahhim
diantara kita akan selalu terjaga selamanya. Amin.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah
meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil
hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari.
ix
x
ABSTRAK
Kharisah, Umi. 2017.Problem Menghafal Juz’ama Dan Strateginya Pada Siswa
Mts Ma’arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.
Kata kunci: Problem, Strategi, Juz‟ama
MTs Ma‟arif Andong Boyolali merupakan sekolah yang memadukan
antara pendidikan umum dengan pendidikan keagamaan. Pendidikan yang
diterapkan di MTs Ma‟arif Andong Boyolali dapat dijadikan contoh bagi sekolah
lain untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apa problem yang dialami
dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Tahun 2017?, Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam
mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017?
Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data
dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi.
Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan
menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: problem yang dialami sekolah dalam
pelaksanaan program tahfidz Juz‟ama yaitu pada latar belakangsiswa. Siswa baru
yang masuk MTs yang berasal dari lulusan SD murni sama sekali tidak bisa
membaca Al-Qur‟an. Problem yang dialami siswa saat hafalan yaitu faktor
lingkungan, kurangnya waktu hafalan, dan Gangguan dari teman. Itu sangat
berpengaruh pada proses hafalan siswa,Siswa jadi tidak konsentrasi untuk
menghafal.
Faktor dari dalam diri siswa yaitu salah satunya karena malas, ngantuk,
tidak niat. Strategi hafalan yang digunakan siswa yaitu dengan metode (thariqah
wahdah)yaitu menghafal secara berulang-ulang atau dengan cara membaca setiap
ayat 10-20 kali, sampai hafal diluar kepala. Begitu seterusnya pada ayat-ayat
berikutnya. Untuk program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong Boyolali sekolah
mengadakan wisuda tahfidz untuk setiap tahunnya, tujuannya agar siswa lebih
bersemangat dalam hafalan juga sekolah memberikan reward yang berupa piagam
atau sertifikat tahfidz Juz‟ama.
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Nota Pembimbing ............................................................................. ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Deklarasi .......................................................................................................... iv
Motto ............................................................................................................... v
Persembahan .................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Abstrak ............................................................................................................ x
Daftar Isi .......................................................................................................... Xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... Xiv
Daftar lampiran ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
D. Definisi Operasional ............................................................... 6
E. Metode Penelitian ................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Menghafal Al-Qur‟an.............................................................. 19
B. Problem Menghafal Juz‟ama .................................................. 19
C. Strategi Menghafal ................................................................ 23
xii
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017 .......................... 30
1. Sejarah Berdirinya…………........................................... 30
2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz...................................... 32
3. Letak Geografis .............................................................. 33
4. Visi, Misi dan Tujuan ...................................................... 34
5. Struktur Organisasi .......................................................... 34
6. Sarana dan Prasarana ....................................................... 36
B. Temuan Data Penelitian ........................................................ 37
1. Kondisi MTs Ma‟arif Andong ........................................ 37
2. Problem-problem yang dialami ....................................... 40
3. Strategi Yang Digunakan Guru …................................... 42
4. Strategi Yang Digunakan Siswa ...................................... 43
5. Faktor Penghambat .......................................................... 43
6. Jumlah Kelulusan ............................................................ 44
BAB IV ANALISIS DATA
1. Problem Menghafal Juz‟ama Pada Siswa di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ............................ 45
a. Latar Belakang Siswa 45
b. Gangguan Lingkungan 46
c. Kurangnya Waktu 46
2. Strategi Menghafal Juz‟ama di MTs Ma‟arif Andong 47
xiii
Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ..........................................
BAB V PENUTUP 55
A. Kesimpulan ........................................................................... 55
B. Saran ..................................................................................... 56
C. Penutup.................................................................................. 58
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
xiv
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan3.1 Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Andong Boyolali
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana MTs Ma‟arif Andong Boyolali
xv
Daftar Lampiran
1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Pernyataan Telah Meneliti
4. Lembar Konsultasi
5. Laporan SKK
6. Pedoman Wawancara
7. TranskipWawancara
8. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyikapi perkembangan pada era globalisasi ini yang semakin
pesat, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan ulet,
serta mempunyai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt. Dalam
mempersiapkan hal itu, maka dibutuhkan upaya pembentukan mental-
mental yang tangguh melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi
peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-
kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun
dalam bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Pendidikan merupakan pengalaman belajar seseorang sepanjang hidup,
dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu dapat
dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Artinya pendidikan
dapat dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang, dan waktu. Setiap
warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pemerintah
wajib untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang
menunjang berlangsungnya proses pendidikan, maka dari itu perlu adanya
peran guru.
2
Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan
manusia dimasa depan. Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu
mencetak sumber daya manusia yang lebih siap untuk terjun dan berperan
aktif dalam kehidupan nyata. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu
menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya sendiri
dan orang lain serta dapat mengisi dan berperan aktif diberbagai sendi
kehidupan serta kompetitif.
Peran guru dalam pendidikan Agama Islam dan fungsi belajar dalam
mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah agar peserta didik
mampu berperilaku positif, misalnya guru menjelaskan tentang bagaimana
tata cara membaca Al-Qur‟an, peserta didik mampu membaca dengan
benar, peserta didik mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an serta
mengamalkannya.
Di era sekarang ini sekolah-sekolah yang bertaraf pendidikan Islam
banyak sekali yang mengadakan program-program hafalan ayat-ayat Al-
Qur‟an. Dengan tujuan agar menghasilkan generasi yang berkualitas
tinggi. Tidak hanya mendapatkan ilmu-ilmu umum saja namun juga
mendapatkan nilai-nilai tersendiri dari hafalan-hafalannya tersebut sebagai
kehidupan yang akan datang.
Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia,
baik di hadapan manusia terutama di hadapan Allah SWT. Banyak
keutamaan maupun manfaat yang dapat diperoleh oleh sang penghafal.
3
Baik keutamaan yang akan diperolehnya di dunia maupun di akhirat kelak.
(Sugianto, 2004: 31)
Namun tidak mudah bagi guru, terutama guru Al-Qur‟an Hadist
dalam mendorong peserta didik untuk bisa belajar menghafal ayat-ayat Al-
Qur‟an dengan cepat. Tentu prosesnya lebih lama dibandingkan dengan
menyampaikan ilmu pengetahuan umum yang disajikan berupa teori,
pratek, dan lain sebagainya. Tidak lepas pula dari adanya hambatan dalam
membimbing anak didik dalam hafalan. Guru Al-Qur‟an Hadist harus
mempunyai ide kreatif sebagai kelancaran proses bimbingan hafalan.
bagaimana strategi yang tepat agar peserta didik itu tidak mengalami
kesulitan saat menghafal.
Terdapat studi kasus di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
peserta didik kesulitan dalam belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an.
Dimana ada yang cepat dalam hafalan dan ada pula yang lambat sekali
dalam hafalan karena kecepatan belajar tiap siswa itu berbeda-beda. Selain
hambatan dari dalam diri siswa, ada pula faktor dari luar yang
mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam menghafal. Disini guru Al-
Qur‟an Hadist juga sangat berperan dalam mengatasi kesulitan peserta
didik dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an terutama dalam program
sekolah yaitu hafalan Al-Qur‟an juz ke 30 (Juz‟ama).
Untuk memecahkan sejumlah problematika itu, maka guru
diharapkan dapat lebih kreatif untuk dapat memberikan masukan sebagai
terapi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh para penghafal Al-
4
Qur‟an pada umumnya dengan beberapa pendekatan. (Al-Hafidz, 2000:
41)
Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Juz‟ama, dan bisa
memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan
dalam menghafal Juz‟ama. Setiap penghafal dapat memilih satu atau
beberapa metode yang sesuai dengan kemampuannya, atau dipakai semua
sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan. (Al-Hafidz, 2000: 63)
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
peran guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem mengahafal
Juz‟ama di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali. Peneliti bermaksud
mengangkatnya ke dalam penulisan skripsi dengan judul “Problem
Menghafal Juz’ama Dan Strateginya pada Siswa MTs Ma’arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017” .
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya
adalah:
1. Apa problem yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?
2. Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam
mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka penelitian merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problem apa yang dialami dalam menghafal
Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun
2017.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Al-Qur‟an Hadist yang
digunakan dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama pada siswa
kelas MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat bagi
para guru dan seluruh anggota sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pendidikan dan dapat memperkaya khasanah
keilmuan khususnya tentang problem dan strategi guru Al-Qur‟an
Hadist dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
2. Manfaat praktis
Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan
masukan bagi pembaca mengenai problem dan strategi guru Al-Qur‟an
Hadist dalam menghafal Juz‟ama di Sekolah. Sebagai bahan referensi
6
riset dan kajian dalam bidang pendidikan khususnya mengenai strategi
guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama.
Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dan
bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya dalam mengatasi
kesulitan belajar bagi para pelajar.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan
pembaca dalam memahami judul skripsi ini penelitian merasa perlu untuk
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. adapun
istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Problem
Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu
pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang
diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan
suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau
lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. (Vardiansyah,
2008: 70)
2. Menghafal Al-Qur‟an
Menurut etimologi menghafal merupakan bahasa indonesia yang
berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali
tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.
Mengahfal dalam bahasa arab berasal dari kata hafidzo-yahfazhu-
hifzhon. Sedangkan Al-Qur‟an juga merupakan bahasa arab yang
7
artinya bacaan atau yang dibaca. Hifzh Al-Qur’an merupakan susunan
bentuk idlofah (mudlof dan mudlof ilaih) yang terdiri dari hifzh
(mudlof) dan Al-Qur‟an (mudlof ilaih). Hifzh sendiri merupakan
bentuk isim mashdar dari fi’il madli hafizho yang artinya memelihara,
menjaga, dan menghafal.
Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur’an adalah
menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam
mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas
dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang
merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir
dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf
yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir
(Munjahid, 2007: 73-74).
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,
2011: 29).
3. Strategi
Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “Strategy” yang
oleh As Hornby dalam Oxford Advance Leaners Dictionary (Oxford
University Press, 1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning
operations in war, expecially of the movements of armies and navies
into favourable position for fighting” yang artinya “seni dalam
8
gerakan-gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi-posisi
yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal dari
bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general”
seninya seorang jenderal/panglima (Darwis dkk, 1998: 195).
Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam
berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai
tujuan pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).
4. Juz‟ama
Juz ke-30 atau lebih dikenal dengan sebutan JUZ AMMA, terdiri atas
37 surat yaitu dari surat ke-78 (an-Naba) hingga surat ke-114 (an-
Naas) (Saksono, 1992: 58).
E. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena
merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat
diperoleh secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 2009: 90).
9
Ruslan (2010: 133) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih
menekankan kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan
angka-angka. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat
data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama
pengambil data. Peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat
penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses
penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai
penjelasan alat-alat ukur yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
dan atau informasi (Leo, 2013: 97).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali. Yang beralamat di Jl. Pesantren no 4, Karang Joho Mojo
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Menurut Lofland dalam
Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
10
dokumen dan lain-lain. Data yang akan terkumpul melalui penelitian
ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai
problem dan strategi menghafal Juz‟ama pada siswa di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil
observasi pada tempat penelitian, dan hasil wawancara terhadap
responden dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian. Pada
penelitian ini yang dijadikan subjek adalah guru.
Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang
diambil yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli
atau data baru. Sumber baru diperoleh dengan cara observasi dan
mewawancarai guru MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Tahun 2017.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut
11
juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari sumber
buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi, arsip, dan
lain-lain. data tersebut berguna untuk melengkapi data primer.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) dikenal pula dengan istilah
Wawancara Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2014: 317).
Sedangkan menurut Asmani (2011: 122) metode wawancara
(interview) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dilakukan
melalui pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum
wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan
tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009: 187).
Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang strategi guru PAI dalam
mengatasi kesulitan menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
12
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002: 145).
Metode observasi juga dapat diartikan sebagai suatu
pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 1995: 136). Sedangkan observasi sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi
terus terang dan tersamar, yaitu peneliti dalam pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data
yang masih dirahasiakan. Ketiga, observasi tidak berstruktur yaitu
observasi dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus
penelitian belum jelas, observasi tidak dipersiapkan secara
sitemastis tentang apa yang akan diobservasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus
terang. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
13
problem menghafal juz‟ama dan strateginya pada siswa MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya 9
(Arikunto, 2002: 234).
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data
tentang keadaan siswa, guru, sekolah dan sebagainya di MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
6. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan
ke dalam unit-unit menyusun kedalam suatu pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014: 334).
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
14
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis
data adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,
menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian
mengolah dan menafsirkan atau memaknai (Imam dan Tobroni, 2003:
134).
Metode analisi data yang penulis gunakan adalah metode
analisis data kualitatif, yaitu data yang terbentuk uraian kemudian
penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung. Dengan
menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh
penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau
penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian.
Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka
pikiran pada penelitian adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).
Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara
ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai dengan tipologi
data tesebut. Hasil data ataupun informasi yang diperoleh disusun
secara sistematis dan diidentifikasi secara sederhana agar
memperoleh gambar yang sesuai dengan tujuan penelitian.
15
b. Menyusun Kategorisasi
Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan ke
dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009:
288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah
berdasarkan kategorisasi masing-masing menurut fokus masalah.
c. Sintesisasi
Mensistesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori
dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan
penanganan suatu obyek tertentu dengan cara menggabung-
gabungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga
menghasilkan pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis
dilakukan dengan pendekatan deskriptif.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis
menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data dari
informan primer dengan informan lain, sehingga data benar-benar
dapat diuji kebenarannya. Ada dua macam triangulasi yang digunakan
yaitu:
16
a. Triangulasi Sumber data
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,
2014: 241).
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik
pengumpulan data dengan metode yang sama (Moleong, 2009:
331).
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati
dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan. Penulis harus mengadakan
pendekatan secara terbuka kepada responden dengan tujuan untuk
memperoleh informasi atau data awal.
Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk
mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan pengamatan,
setelah data-data sudah terkumpul kemudian dianalisis dan diikuti
dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.
Tahap ketiga selanjutnya pengecekkan dan memeriksa
keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data
yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika dapat ketidaksesuaian
maka perlu diadakan perbaikan.
17
Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini hendaknya
dijelaskan pada rancangan penulisan walupun tidak dilakukan secara
rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan secara tepat karena
akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan secara keseluruhan
penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahap-
tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan
surat perizinan penulisan kepada MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017. Setelah melewati proses tadi barulah penulis
bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan
responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang
telah direncanakan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
1. Bagian muka, yang berisi tentang: Halaman Judul, nota pembimbing,
pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi tentang Latar
Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Dan Manfaat
Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Dan
Sistematika Penulisan Skripsi.
18
BAB II : LANDASAN TEORI, yang berisi tentang pengertian
problem, strategi, dan mengenai pengertian menghafal
Juz‟ama.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,
merupakan gambaran umum tentang gambaran umum MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali yang meliputi profil
MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali, Visi, Misi, dan
Tujuan, Struktur organisasi MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali, Program kegiatan MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali, Sarana dan Prasarana,
keadaan guru, karyawan, Pembina asrama dan siswa MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali dan temuan data
penelitian.
BAB IV : ANALISIS, kemudian dalam bab IV membahas mengenai
analisis data yang meliputi : problem dan strategi dalam
menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
BAB V : PENUTUP, di dalam bab V ini akan diuraikan mengenai
kesimpulan dan saran. Sedangkan bagian akhir skripsi ini
berisi tentang lampiran-lampiran yang mendukung isi dari
skripsi, kemudian daftar pustaka.
3. Bagian Akhir, terdiri dari : Daftar pustaka, daftar riwayat
pendidikan penulis dan lampiran-lampiran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Menghafal al-Qur’an
1. Pengertian menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,
2011: 29).
2. Menghafal al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur‟an adalah menghafal sesuai dengan urutan
yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan
memelihara kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang
ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita
dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007: 74).
B. Problem menghafal Juz’ama
Problema yang dihadapi oleh orang yang sedang dalam proses
menghafal Juz‟ama itu banyak dan bermacam-macam, mulai dari
pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu sampai
kepada metode menghafal Juz‟ama itu sendiri. Problematika yang dihadapi
oleh para penghafal Juz‟ama atu secara garis besarnya antara lain:
20
a. Menghafal itu susah.
b. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi.
c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa.
d. Gangguan-gangguan kejiwaan.
e. Gangguan-gangguan lingkungan.
f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain.
Ada beberapa problem mengahafal Al-Qur‟an diantaranya yaitu:
1. Cepat Hafal Cepat Pula Lupa
Problem lupa adalah hal biasa karena sifat lupa itu sudah
bawaan lahir. Lupa adalah hal yang wajar terjadi pada siapapun.
Karena itulah, jangan bersedih dan berputus asa hanya karena lupa
beberapa ayat atau surat yang telah dihafalkan. Ada beberapa hikmah
dan faedah yang terkandung dalam sifat lupa, diantaranya yaitu:
a. Menguji kapasitas iman seseorang hamba, apakah ia benar-benar
ingin mendapatkan kemuliaan dengan menghafal Al-Qur‟an atau
Al-Qur‟an yang hanya untuk sampingan dalam hidupnya.
b. Menambah semangat seorang penghafal Al-Qur‟an, karena ia
akan semakin banyak mengulang dan membaca Al-Qur‟an.
Dengan demikian, tabungan pahala akan bertambah pada setiap
hurufnya. Andai saja seseorang tidak pernah lupa, orang akan
bermalas-malasan dalam muraja‟ah,sehingga pahala besar tidak
akan mungkin didapatkan.
21
Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah tidak berdosa bila
seseorang telah hafal kemudian lupa? Lupa ada dua macam yaitu:
a. Lupa yang manusiawi bukan karena kelalaian dan kesengajaan.
Bila seseorang mengalami ini maka ia dimaafkan dan tidak
berdosa.
b. Lupa yang merupakan akibat dari kelalaian dan malas untuk
muraja‟ah. Inilah lupa yang tercela dan seseoarang akan dihukum
karenanya. Perlu anda ketahui bahwa penyebab utama malas,
lalai, dan lupa hafalan adalah maksiat. Maka jika anda tergelincir
dalam lembah maksiat bersegeralah iringi dengan tobat dan
mengerjakan amal kebaikan. (Abdul Aziz, 2015: 139)
Untuk melestarikan hafalan Al-Qur‟an dari kelupaan adalah
dengan menciptakan kreativitas takrir secara teratur. Upaya ini
merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat Al-Qur‟an
yang telah dihafalnya agar tidak hilanga. (Al-Hafidz, 2000: 85)
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
) ذهبت اطلقها ن ا و امسكها علها هد عا ن إ المعقلة بل الا كمثل القران حب صا مثل
( ومسلم ري البخا رواه
“Perumpamaan orang yang hafal Al-Qur’an adalah bagaikan
unta yang diikat lehernya, apabila mengikatnya kuat dan tepat
maka terpeliharalah dan manakala mengikatnya tidak kuat,
maka ia akan lepas dan lari”( HR. Bukhari, Muslim dan An-
nasa’i).
22
2. Sudah Tua Dan Tidak Mungkin Hafal Al-Qur‟an
Masyarakat awam sering berkata, “belajar diwaktu kecil bagai
mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah dewasa bagai
mengukir di atas air.” Kata-kata ini sekalipun ada benarnya, tetapi
sebaiknya jangan dipakai. Hafalan tidak terkait umur tertentu. Hafalan
seseorang masa kecil tanpa pemahman, sedangkan saat dewasa
hafalan dibarengi pemahaman. Hasilnya dimulai kesempurnaan, dan
menjadikan seseorang lebih memahami Al-Qur‟an. Dengan demikian,
hafalan lebih kuat.
3. Menghafal Al-Qur‟an Dari Awal Atau Akhir
Banyak penghafal Al-Qur‟an yang bingung dalam hal ini,
padahal sebenarnya tidak perlu bingung. Menghafal dari depan
maupun belakang itu sama saja, yang penting tujuannya hafal 30 juz.
Karena setiap orang berbeda-beda cara dalam menghafal, ada yang
menurut mereka lebih baik dari depan, ada pula yang lebih mudah dari
belakang, dan seterusnya.
4. Menghafal Sampai Khatam, Baru Muraja‟ah
Metode yang baik adalah sedikit menghafal, tetapi banyak
mengulang atau banyak menghafal tapi lebih banyak lagi
muraja‟ahnya. Muraja‟ah harus lebih banyak bahkan jangan
menambah hafalan sebelum hafalan yang ada benar-benar kuat.
Dengan langkah tersebut ,Insya Allah hafalan seseorang menancap
kuat di dalam ingatan. Sungguh memalukan jika ada seseorang yang
23
berani memanjang gelar Al-Hafidz di belakang namanya, namun
ketika diuji dengan melanjutkan bacaan suatu ayat dijawab dengan
geleng-geleng kepala.
5. Tidak Bisa Membaca Al-Qur‟an Pelan-Pelan
Kasus seperti ini banyak dialami oleh penghafal Al-Qur‟an.
Maksudnya, hafalan bagus dan tidak salah bila dibaca cepat, namun
banyak keliru bila dibaca pelan-pelan (Abdul Aziz, 2015: 140-152).
C. Strategi Menghafal
Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam
berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan
pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).
Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bisa
memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan
dalam menghafal Al-Qur‟an. Metode-metode sebagaimana yang akan
diuraikan di bawah ini, bisa dipilih salah satu diantaranya yang dianggap
sesuai, atau dipakai semua sebagai variasi untuk menghilangkan
kejenuhan. Metode-metode itu diantara lain ialah:
1) Metode (Thariqah) Wahdah
Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu per satu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan
awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh
kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam
24
bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu
mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam
bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks
pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-
ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah
dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu
muka.
Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah
membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar
lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara
alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak
diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. . (Al-Hafidz,
2000: 63)
2) Metode (Thariqah) Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut
dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali
menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat
sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati.
25
Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan
penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin
sampai sepuluh kali atau lebih sehingga dia benar-benar hafal terhadap
ayat yang dihafalkannya. Tentang berapa banyak jumlah ayat yang
ditulis, sangat tergantung pada kondisi ayat-ayat itu sendiri. Mungkin
cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus
dihafalnya itu termasuk kelompok ayat-ayat yang panjang
sebagaimana terdapat pada surah-surah as-saba’ut-thiwal, atau bisa
juga lima sampai sepuluh ayat ,bila ternyata giliran ayat-ayat yang
akan dihafalkanya itu termasuk ayat-ayat yang pendek sebagaimana
terdapat pada surah-surah yang pendek, dan seterusnya. Pada
prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi baik waktu
yang disediakan untuknya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena
disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan
dalam bayangannya. . (Al-Hafidz, 2000: 63-64)
3) Metode (Thariqah) Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini
ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih
dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an. Metode ini
dapat dilakukan dengan dua alternatif:
26
a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini,
instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam
membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga
penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru kemudian
dilanjutkan dengan ayat berikutnya.
b. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke
dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil
mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan
diulang lagi dan seterusnya menurut kebutuhansehungga ayat-ayat
tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap
cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya
dengan cara yang sama, dan demikian seterusnya. Metode ini akan
sangat efektif untuk penghafal tunanetra, anak-anak atau penghafal
mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang
sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode
ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti tape-
recorder, pita kaset, dan lain-lain. . (Al-Hafidz, 2000: 64-65)
4) Metode (Thariqah) Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan
metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja
kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba
27
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Maka dalam hal ini,
setelah penghafal sedelai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia
mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya
dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu memproduksi kembali ayat-
ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan
kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal
belum mampu memproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik,
maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai
nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni
berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan
hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali,
karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. .
(Al-Hafidz, 2000: 65)
5) Metode (Thariqah) Jama’
Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.
Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan
siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur
membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan
baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur
28
dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa
melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang
sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
bayangannya.
Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada
ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode
yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan
kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya
ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.
Pada prinsipnya metode di atas itu baik sekali untuk dijadikan
pedoman menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai
semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan
yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan
kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. (Al-Hafidz, 2000: 66)
Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal membuat target
harian. Target bukanlah merupakan aturan yang di paksakan tetapi hanya
sebuah kerangka yang dibuat sesuai dengan kemampuan dan alokasi waktu
yang tersedia. Bagi penghafal yang memiliki waktu sekitar empat jam setiap
harinya, maka penghafal dapat membuat target hafalan satu muka setiap
hari. Komposisi waktu empat jam untuk tambahan hafalan satu muka
dengan takrirnya adalah ukuran yang ideal. Alokasi waktu tersebut dapat
dikomposisikan sebagai berikut:
29
1. Menghafal pada waktu pagi selama satu jam dengan target hafalan satu
halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan pemantapan
pada sore hari.
Abu Nadlrah berkata:
و لعش با ت ا ا خمس و ة لغدا با ت اا خمس القران علمنا ري لخد ا سعد بو ا ن كا
ت اا خمس ت ا ا خمس لقران با نزل ل جبر ان خبر
“Abu Sa’id al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami lima ayat
di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan
bahwa Jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat - lima ayat”
2. Mengulang (takrir) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang
pada waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang untuk takrir, atau
pelekatan hafalan-hafalan yang masih baru, sedang pada malam hari
untuk mengulang dari juzu‟ pertama sampai pada bagian akhir yang
dihafalnya secara terjadwal dan tertib, seperti setiap hari takrir satu, dua
atau tiga juzu‟ dan seterusnya. (Al-Hafidz, 2000: 77-78)
30
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017
1. Sejarah berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong Boyolali merupakan
sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh yayasan Pondok
Pesantren Zumrotut Tholibien (Kacangan) Andong Boyolali, yang
mengelola lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Roudlatut Tholibin
dan Madrasah Aliyah Al Azhar Andong. Kemudian karena melihat
santri yang belajar di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibien terdiri dari
berbagai kelompok usia dan melihat banyaknya santri yang belajar di
luar Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Podok Pesantren
Zumrotut Tholibien terutama pada usia sekolah SMP maka para
pengurus Yayasan berinisiatif untuk mendirikan sekolah setingkat
yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Karena di lingkungan pondok, maka disepakati pendirian MTs
dengan nama Ma‟arif yaitu pada tahun 1988, dan sebagai kepala
Madrasah yang pertama dijabat oleh Djamhari BA. Ia menjabat
sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif selama 7 tahun yaitu
mulai tahun 1988 sampai 1995. Pada masa kepemimpinanya
pembangunan dalam bentuk fisik belum nampak karena pada saat itu
pembangunan dititik beratkan pada pembangunan sumber daya
31
pengajar sebagai motor penggerak laju jalannya pendidikan dan
pengenalan tentang eksistensi Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif secara
luas kepada masyarakat.
Pada tahun 1995 Djamhari, BA pindah tugas mengajar di MTs
N Andong pada saat itulah MTs Ma‟arif Andong mengalami masa
transisi, melihat kondisi semacam itu yayasan Pondok Pesantren
Zumrotut Tholibien mengangkat Sudarji sebagai Kepala Madrasah.
Masa kepemimpinannya berlangsung sangat singkat yaitu pada tahun
1996 sampai pada tahun 1997. Kepala MTs Ma‟arif yang ketiga adalah
H. Djamal BA. Pada masa kepemimpinannya selain meneruskan
program yang telah dilaksanakan H. Djamhari, S.Ag, juga mulai ada
peningkatan pada pembangunan fisik dan peningkatan
sarana/prasarana dengan di bangunnya gedung – gedung kelas baru,
peningkatan perlengkapan kantor dan sarana penunjang lainnya seperti
komputer, perpustakaan dan lain – lain.
Pada tahun 2003 diganti oleh bapak Drs. Ali Imron, M. Pd.I
pada masa kepemimpinannya selain peingkatan pembangunan fisik
juga mulai di lengkapi fasilitas – fasilitas lain seperti Laboratorium
Komputer dan loker – loker untuk guru. Pada tahun 2005 Drs. Ali
Imron, M. Pd.I pindah tugas sebagai kepala MTsN Teras Boyolali dan
digantikan oleh Drs. Ichwani, S.PdI, beliau menjabat selama 2 periode
yaitu tahun 2005 – 2014. Kemudian pada tahun ajaran 2014 / 2015
diganti oleh bapak Amri, S.PdI.
32
Masa kepemimpinan Drs. Ichwani, S.PdI ini banyak sekali
mengalami kemajuan baik dibidang sarana/prasarana, sistem
pengajaran, jumlah siswa maupun prestasi. Pada masa kepemimpinan
beliau dibentuk team pengembang yang dipimpin oleh Drs. Suwardi
M.Pd. ia adalah salah satu unsur pimpinan yayasan Pondok Pesantren
Zumrotut Tholibin dan salah satu pengajar di IAIN Salatiga. Tugas
dari tim pengembang adalah membantu merumuskan program,
membantu merencanakan program pendidikan, mengawasi
pelaksanaan program-program dan mengevaluasi hasil yang telah
dicapai agar target program terlaksana dengan baik, salah satunya
dengan menanamkan slogan “SIP” Sholeh Ilmu Prestasi.
Pada tahun pelajaran 2014/2015 kepemimpinan Drs. Ichwani
berakhir. Digantikan oleh Amri, S.Pd.I. Pada masa kepemimpinannya
belum banyak perubahan dan masih meneruskan program yang telah
dilaksanakan oleh Drs. Ichwani, S.Pd.I.
2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz
Pelaksaan pembelajaran tahfidz di MTs Ma‟arif itu dilaksanakan
setiap pagi sebelum KBM berlangsung. Jam 07.00 semua siswa
melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu di masjid. Kemudian
setelah selesai dholat dhuha, semua siswa cheking di halaman sekolah
terlebih dahulu sebelum memasuki kelas masing-masing. Jam 07.30
baru mulai pembelajaran tahfidz di kelas. Waktunya hanya 30 menit
untuk setiap pertemuan. Kegiatan setoran hafalan hanya di lakukan
33
tiga hari dalam seminggu. Yaitu hari selasa, kamis dan juga sabtu.
Untuk hari rabu digunakan untuk fasholatan, sedangkan hari jum‟at
untuk program BTA.
Yang membimbing tahfidz tidak hanya guru-guru Agama Islam,
akan tetapi semua guru yang ada di MTs Ma‟arif ikut serta dalam
membimbing program tahfidz itu.
Setiap minggunya ada target hafalan yang di harus di selesaikan
oleh seluruh siswa, kira-kira 5-10 surat. Tujuannya agar target hafalan
Juz‟ama itu dapat selesai dengan tepat waktu dan dapat selesai dengan
bersama.
3. Letak Geografis
Letak Geografis MTs Ma‟arif Andong yaitu di Dukuh Karang
Joho Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sedangkan
keadaan lokasinya sebagai berikut :
a. Di sebelah barat : Persawahan/ perkebunan (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
b. Di sebelah selatan : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
c. Di sebelah timur : Ponpes Zumrotut Tholibien. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
d. Di sebelah utara : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
Demikian sekilas letak geografis MTs Ma‟arif Andong Boyolali.
34
4. Visi, Misi dan Tujuan
Visi MTs Ma‟arif Andong kabupaten Boyolali yaitu:
“Terwujudnya lulusan yang Sholeh/hah, berIlmu, dan berPrestasi
(SIP)”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh MTs
adalah sebagai berikut:
1) Mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran islam.
2) Membiasakan rajin beribadah dan berakhlakul karimah.
3) Melaksanakan pendidikan yang berkualitas agar menguasai ilmu
agama, sains, dan teknologi.
4) Melaksanakan pembinaan prestasi siswa sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya.
Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT.
2) Menyiapkan sumber daya pembangunan yang berkualitas.
3) Menyiapkan lulusan yang mampu bersaing dalam kehidupan lokal
maupun global.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sekolah MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
adalah sebagai berikut:
35
Bagan 3.1
Struktur Organisasi
Mts Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Tahun 2014/2017
KEPALA YAYASAN
ZUMROTUT THOLIBIN
K.H Drs. SUPARMAN ARS, M.Pd.I
KEPALA MTS MA’ARIF
AMRI, S.PD.I
KOMITE MADRASAH
K.H DJAMHARI, S.Ag
KEPALA TATA USAHA
NURMILA
STAF TU
MAHMUD FAUZIE
TUTIK ALAWIYAH
THATIN AMBARKATI
BENDAHARA BOS
NOUR MUTIA LINDA K.U
WAKA SARPRAS
MUNAJAD, S.Pd
NURMILA
WAKA HUMAS
YUSUF EFENDI
WAKA KURIKULUM
MUHAMMAD MUTTAQIN, S.Pd.I
WAKA KESISWAAN
FAISAL ZAINI, S.Pd.I
NURMILA
DEWAN GURU
WALI KELAS
KEPALA LAB
PEMBINA PRAMUKA
PUSTAKAWAN
SISWA
BP/BK
ANI SATUZ ZUHIDIYAH, S.Pd
NURMILA
36
Adapun program kegiatan unggulan di MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali di antaranya:
a. Sholat dhuha berjama‟ah
b. Sholat dhuhur berjama‟ah
c. Bimbingan Tahfidz juz „amma
d. Bimbingan fasholatan
e. Bimbingan BTA
f. Bimbingan prestasi akademik (IPA, MTK, B. Inggris, B. Arab)
g. Pengembangan bakat dan minat (olahraga dan seni)
h. Kajian putrid
i. Peringatan Hari Besar Islam
j. Kegiatan ekstra (pramuka, drumband, dll)
6. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang pelaksana pendidikan yang
berada di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali terdiri dari ruang
kelas dan ruang aktifitas lainnya. Sebagaimana dilihat dalam tabel 3.1
berikut:
37
Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana
MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Tahun 2017
No Jenis Jumlah
1 Ruang Kelas 10
2 Ruang Kepala Madrasah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Ruang Laboratorium IPA (Sains) 1
9 Ruang Perpustakaan 1
10 Ruang UKS 1
13 Ruang WC 6
14 Ruang Lab Bahasa 1
16 Ruang Lab Komputer 1
17 Ruang Osis 1
19 Masjid/Mushola 1
21 Ruang Dapur 1
22 Ruang Garasi 1
23 Pos satpam 1
B. Temuan Data Penelitian
1. Kondisi MTs Ma‟arif Andong
Pada awalnya sekolahan MTs Ma‟arif tidak begitu banyak
memiliki siswa. Namun setelah muncul ide dari salah satu seorang
guru di sekolahan yang mengusulkan untuk diadakan program tahfidz,
siswa yang masuk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk
38
proses diadakannya program tahfidz di MTs ini tidak mudah bagi
guru-guru. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani seorang guru
di MTs (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor Guru:
“Ya aslinya, itu saya yang punya ide seperti itu. keluar dari MTs
M‟arif diharapkan anak itu pandai membaca al-qur‟an dengan benar
dan pas sesuai dengan ilmu yang ada. Artinya dari teman-teman
menambahi kalau begitu anu pak, lulus MTs itu harus mampu
menghafal sekian, nyatanya yang lain nambahi lagi, kalau begitu kita
program saja, untuk anak-anak bisa membaca al-qur‟an dengan baik,
lulus Tsanawi harus sudah hafal satu juz, Juz 30. Artinya sepakat-
sepakat, mau letakkan jam apa? Repot, lama sekali mbak, 2 tahun baru
bisa berjalan dengan baik seperti ini. Dua tahun lo. Dulunya mau
diletakkan jam proses pembelajaran, tidak jadi. Kemudian diserahkan
anak sendiri, tiap anak setor, tidak berjalan juga. Tidak bisa berjalan.
Artinya didesain diwaktu luar pembelajaran. Kemudian, setelah
disusun masuk sekolah kurikulum regular jam 7, kemudian tahfid nya
diikutkan itu tapi mengambil bentuk mengambil jam kurikuler di awal
pembelajaran kemudian kira-kira setengah jam, baru masuk
kuriukulum regular. Kemudian ada yang usul, anu pak pergantian mata
pelajaran harus diadakan tahfidz. Membaca al-qur‟an dibimbing pak
guru mapelnya masing-masing. Artinya, berjalan. Jadi untuk tahfidz
khusus disediakan jam luar KBM, kemudian untuk memberikan anak
bisa membaca al-qur‟an pergantian mata pelajaran dibimbing guru
masing-masing. Itu bisa berjalan mbak. Kemudian ada rewardnya.
Setiap semesteran, ganjil atau genap diadakan wisuda tahfidz. Biar
agak keren, tujuannya agar memberikan motivasi kepada ada agar
semangat dalam menghafal. Program ini hanya untuk kelas VII dan
kelas VIII. Naik kelas IX dianggap sudah selesai. Kelas VIII harus
hafal. Semua guru membimbing. Kemudian setiap hari itu ada
pengampu untuk guru tahfidnya. Jadi semua tenaga diberdayakan
untuk itu, sehingga anak menjadi agak takut, dan hafalan betul-betul.
Untuk reward saat wisuda, yang nashkeh untuk orang-orang yang
benar-benar pandai dalam bidang itu. Karena makhraj dan tajwid itu
harus benar semua. Guru-gurunya saja masih banyak yang belum
benar dalam tajwid dan makhrajnya. Untuk yang kedua, dulu niatnya
disamping untuk siswa juga memberikan sedikit masukan untuk guru
supaya bisa baca alqur‟an. Mau tidak mau guru semua harus bisa.
Tujuan ketiga, apabila sekolah itu ada pelajaran Al-Qur‟an khusus itu
sekolahan akan barokah dan menjadi tenang. Kalau orang pernah ngaji
tentang tasawuf itu akan mengerti. Jadi yang diajarkan disini tidak
hanya dunia saja. Saya yakin allah akan mendampingi kami semua.”
39
Setelah muncul ide dari Bapak Ikhwani itu, baru program
Tahfidz itu di jalankan. Seluruh tenaga pendidik di sekolahan MTs
Ma‟arif di kerahkan untuk bekerja sama menjalankan program usulan
dari Bapak Ikhwani. Program ini baru berjalan dengan lancar sejak
tahun 2013, seperti yang dituturkan Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57)
di Kantor Guru:
“2007/2008 itu baru ide2 nya, kemudian 2009/2010 itu baru sip
berjalan. Memang sulit sekali prosesnya dulu itu mbak.”
Minat masyarakat semakin banyak dengan adanya program plus
di MTs Ma‟arif Andong ini. Jumlah siswanya semakin meningkat, dari
tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Yang dulunya hanya 183
sekarang siswanya menjadi 483 siswa, seperti yang dituturkan oleh
Waka Kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor Guru:
“Tanggapan dari siswa bagus sekali, sangat bagus sekali. Sangat
mendukung. Buktinya dari 2011 sampai 2017 semakin meningkat.
Dulu Cuma 183 2010/2011. Sekarang sudah menjadi 483. Naiknya
sudah signifikan sekali.”
Jawaban hampir serupa dari Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57-
10.23) di Kantor guru:
“Luar biasa, saya menjadi kepala sekolah, jumlah seluruh siswa itu
152. Saya punya program itu menjadi tambah sampai sekarang. Orang
tua yang paling suka pelajaran itu pelajaran agama. Dari pihak
pengelola kualahan dalam bidang sarprasnya. Kadang cukup, kadang
kurang lagi. Kalau pagi ya mbak, itu kan diadakan sholat dhuha dulu.
Anak-anak kan diantar orang orang tua, orang tuanya sampai
menunggu anaknya keluar dari masjid. Itu disini. Untuk tahun ajaran
besok itu sekarang sudah ada yang daftar. Tidak hanya pelajaran lisan
saja, tapi dibentuk dari segi perbuatan, akhwaliyah nya. Kemudian dari
sini juga menjaga kualitas, akan menantang wali murid, kalau tidak
percaya putra jenengan bisa dites dirumah . seperti itu benar sehingga
MTs swasta disini kami mampu menyedot siswa yang sekian banyak
40
siswa sampai sekarang 486 dengan model pembelajaran yang seperti
itu dan didesain seperti ini juga sehingga MTs Ma‟arif menjadi MTs
swasta paling subur paling baik se Boyolali. Padahal se Boyolali ada
85, 14 negri. Tapi ya tidak datang serta merta, kami bersama-sama
kerja keras tidak mengenal lelah.”
untuk pelaksanaan program tahfidz ini sekarang dilaksanakan
waktu pagi hari setelah sholat dhuha. Seluruh siswa diwajibkan untuk
melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu sebelum pelajaran di mulai.
Ini jawaban saat wawancara dari Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57-
10.23) di Kantor guru:
“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai
cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-
masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya
rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada
absensinya juga.”
2. Problem-problem yang dialami
Dalam menjalankan program tahfidz ini, tidaklah mudah bagi
semua guru yang ada di MTs Ma‟arif. Banyak sekali problem dalam
pelaksaannya. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Ikhwani
(29/08/2017:09.57-10.27) di Kantor Guru:
“Problemnya luar biasa itu, baru saja tadi dibilang. Kami itu
membimbing tahfidz Juz‟ama, begitu juga fasholatan, juga BTA, kalau
siswa baru murni dari SD. Disuruh bunyiin kho aja susah gak bisa,
kalau dari MI disini masih mudah, fasolatan BTA itu lebih mudah.
Kalau yang dari SD murni itu nanti disini mulai dari Iqro dulu.
Pengampu ya harus bawa dua macam satu bawa Juz‟ama satu bawa
Iqro. Yang belum bisa ya dari awaal. Yang lain udah sampai Ad-
Dhuha, dia masih terlambat jauh. Padahal kita dikejar waktu.
Kemudian melafalkan huruf-huruf hijaiyah, tajwidnya, kalau anak-
anak yang di pesantren udah beda lagi. Di pondok mereka juga sudah
belajar dengan guru agama, dan masuk diniyah.”
41
Oleh karena itu, pembimbing tahfidz ini tidak hanya guru-guru
Agama Islam saja, namun semua guru di tuntut untuk membimbing
seluruh siswa. Jadi bagi guru-guru umum juga mau tidak mau di
haruskan hafal Juz 30 . Selain problem itu, masih banyak problem
terberat yang lainnya, seperti yang di tuturkan Kepala Sekolah
(31/08/2017:08.50-09.02) di Kantor Kepala Sekolah:
“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita
menguasai. Dari umum bisanya sedikit. Yang kedua dari SDM anak,
terkadang anak itu masuk sini Iqro 1 saja belum bisa. Sulit untuk
menyesuaikan. Baca saja belum bisa. Sampai kelas VIII ada yang
belum bisa baca juga ada. Makanya menjadi lambat kalau seperti itu.
Untuk tahun banyak yang belum bisa baca. Karena merek paling
banyak lulusan dari SD. SD pelosok-pelosok guru agamanya kan
kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan,
makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”
Waka kurikulum juga menuturkan kalau problem terberat dalam
program tahfidz Juz‟ama ini yaitu pada siswa yang belum bisa baca
Al-Qur‟an sama sekali. Ini yang dititurkan waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu
problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi
susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk
menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas
yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal.
Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”
Selain problem pada SDM nya, ada pula problem-prolem lain
pada waktu pelaksanaannya. Seperti yang dituturkan oleh guru Aqidah
Akhlaq (29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:
“Biasanya kan setiap siswa harus punya buku hafalannya, ada siswa
yang susah untuk bawa, ada juga yang gak punya apa gimana, karena
setiap anak beda. Terutama itu pada siswa yang belum bisa baca Al-
42
Qur‟an. Karena yang berasal dari SD murni itu pelajaran agamanya
hanya sedikit sekali.”
3. Strategi yang digunakan guru
Proses pelaksaaan setoran hafalan pada siswa itu di laksanakan
setiap seminggu tiga kali, dengan strategi yang berbeda-beda dari
setiap pembimbing. Seperti yang di tuturkan oleh guru Aqidah Akhlaq
(29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:
“Di kasih waktu mbak, setiap mau masuk kelas ada lembar tahfidz,
seminggu berapa surat gitu. Trik itu tergantung dari anak sendiri. Misal
kalau dirumah habis sholat suruh baca lagi.ada yang satu surat ada
yang 2 kali belum hafal, satu akali ada yang hafal.”
Jawaban lain mengenai strategi membimbing siswa agar cepat
hafal, dari hasil wawancara itu juga di tuturkan oleh waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Untuk saat ini yang saya lakukan, setiap anak-anak harus punya
juz‟ama dulu. Kemudian ketika setoran saya tandai, jadi besoknya
tinggal melanjutkan maju dari yang ditandai tadi, Seperti itu.”
Untuk selanjutnya tidak hanya hafalan kemudian selesai dengan
wisuda tahfidz yang dilakukan setiap tahunnya, akan tetapi guru juga
dituntut bagaimana caranya agar hafalan siswa tidak mudah hilang
begitu saja. Ini jawaban dari kepala sekolah MTs Ma‟arif
(31/08/2017:08.50-09.02) di Ruang Kepala Sekolah:
“Kadangkala dengan cara di tes oleh penguji. Untuk yang sudah selesai
hafalan juz‟amanya nanti di kelas 8 disuruh untuk mengulang lagi dari
awal. Dengan mengulang-ulang lagi hafalan yang sudah dihafal itu.
Kalau yang benar-benar sudah lancar hafal biasanya ikut nyemak
teman-teman yang lain yang belum selesai.”
43
Jawaban yang hampir sama juga di tuturkan oleh waka
kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Ya diulang-ulang. Nanti setelah selesai, Tiap ganti semester
mengulang hafalannnya lagi, Dari awal lagi. Kalau sudah lancar
langsung lanjut surat-surat pilihan. Juga siswa itu di iming-imingi
wisuda tahfidz tiap tahunnnya itu mbak.”
4. Strategi yang di gunakan siswa
Siswa yang tinggal di pondok maupun tidak, mereka
menggunakan metode yang mudah yaitu metode Thariqah, metode ini
dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang untuk ayat pertama
sepuluh sampai dua puluh kali sampai benar-benar hafal, baru
kemudian pada ayat berikutnya, seperti yang siswa sampaikan saat
wawancara (31/08/2017:07.52-07.57) di Ruang kelas VII A:
“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama
sampai hafal sendiri di luar kepala.”
Jawaban yang sama juga disampaikan oleh siswa yang tidak
tinggal di pondok (31/08/2017:07.47-07.52) di ruang kelas VII A:
“Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”
5. Faktor penghambat
Seiring berjalannya program tahfidz di sekolah MTs Ma‟arif ini,
pasti ada hambatan-hambatan yang siswa-siswi alami. Terutama ketika
proses hafalan di rumah dan juga saat setoran kepada pembimbing.
Faktor itu bisa dari luar diri individu, bisa juga dari dalam individu itu.
Seperti yang di sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok
(31/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:
44
“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”
6. Jumlah Kelulusan
Jumlah lulusan setiap tahunnya belum pernah mencapai 100%,
di karenakan problem-problem dari SDM nya tersebut. Siswa yang
berasal dari SD murni, banyak sekali yang belum bisa baca Al-Qur‟an
sama sekali. Jadi, pembimbing harus memulai dari awal yaitu dengan
program BTA. Setelah itu barulah bisa lanjut ke program tahfidz bagi
siswa yang tertingga. Persentase setiap tahunnya kira-kira hanya
sekitar 40-60% yang lulus Tahfidz Juz‟ama. Seperti yang di tuturkan
oleh (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:
“Sekitar 40-45% atau 110 siswa setiap semester. Wisuda tahfidz
diadakan dua kali dalam satu tahun. semester ganjil dan genap. Bareng
wisuda kelas IX.”
Kalau siswa di kelas VII dan VIII belum bisa khatam, terpaksa
di kelas IX harus di selesaikan. Karena memang benar-benar susah
untuk menggerakkan siswa-siswa yang malas untuk hafalan. Biasa itu
siswa laki-laki yang paling susah dan lama untuk selesai. Ini jawaban
dari waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Terpaksa di kelas IX harus hafalan lagi sampai dia bisa hafal,
biasanya mencapai 50- 60 % untuk setiap tahunnnya.”
45
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Problem Menghafal Juz’ama Pada Siswa Di Mts Ma’arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017
Berdasarkan temuan penelitian, problem yang di alami dalam
membimbing hafalan pada siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017 adalah:
a. Latar Belakang Siswa
Problem terberat di MTs Ma‟arif Andong untuk pelaksanaan
program tahfidz itu adalah karena Siswanya. Siswa yang berasal dari
SD murni itu tidak bisa sama sekali membaca Al-Qur‟an, maka jika
mereka di tuntut untuk menghafal Juz‟ama tentu tidak bisa. Mereka
harus diajari terlebih dahulu membaca huruf hijaiyah/iqro dengan
benar terlebih dahulu, baru mereka di tuntuk untuk menghafal. Tidak
hanya siswa, akan tetapi juga pembimbingnya, tidak sedikit guru MTs
Ma‟arif yang belum hafal Juz‟ama. Seperti yang dituturkan oleh kepala
sekolah (31/08/2017:08.50-09.02) di ruang kepala sekolah:
“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita
menguasai. Dari umum bisanya sedikit. Yang kedua dari SDM anak,
terkadang anak itu masuk sini Iqro 1 saja belum bisa. Sulit untuk
menyesuaikan. Baca saja belum bisa. Sampai kelas VIII ada yang
belum bisa baca juga ada. Makanya menjadi lambat kalau seperti itu.
Untuk tahun banyak yang belum bisa baca. Karena mereka paling
banyak lulusan dari SD. SD pelosok-pelosok guru agamanya kan
kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan,
makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”
46
jawaban hampir sama juga dituturkan oleh waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di kantor guru:
“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu
problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi
susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk
menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas
yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal.
Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”
b. Gangguan lingkungan
Berdasarkan temuan penelitian, Siswa mengalami
hambatan/gangguan pada saat menghafal yaitu gangguan dari
lingkungannya juga gangguan dari dalam diri siswa itu. Seperti yang di
sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok (31/08/2017:07.52-
07.57) di ruang kelas VII A:
“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”
Jadi, menurut peneliti yang menyebabkan siswa tidak lulus
tahfidz 100% dalam setiap tahunnya itu mayoritas karena problem
yang ada dalam diri siswa yaitu malas. Dari hasil wawancara dengan
siswa, ketika siswa di tanya apakah ada kesulitan saat kamu menghafal
kan juz‟ama ini? Mereka menjawab “tidak sulit bagi saya”.
c. Kurangnya waktu
Waktu yang digunakan setoran hafalan hanya tiga hari dalam
seminggu. Pelaksaannya hanya di waktu pagi setelah sholat dhuha.
Waktunya hanya 30 menit setiap kali jadwal setoran hafalan. Seperti
yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani wawancara (29/08/2017: 09.57-
10.23) di kantor guru:
47
“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai
cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-
masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya
rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada
absensinya juga.”
2. Strategi Menghafal Juz’ama Di Mts Ma’arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017
Berdasarkan temuan penelitian, problem dan strategi menghafal
Juz‟ama di Mts Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah
dengan menggunakan metode (Thariqah) Wahdah yaitu menghafal dengan
cara mengulang-ulang, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat
yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa
dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga
proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.
Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-
ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi
hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan
cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah
ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal
urutan-urutan ayat dalam satu muka. Untuk menghafal yang demikian
maka langkah selanjutnhya ialah membaca dan mengulang-ulang lembar
tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam
satu muka tersebut secara alami, atau refleks. Demikian selanjutnya,
sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin
48
representatif. Seperti yang di sampaikan siswa pada saat wawancara
(29/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:
“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama
sampai hafal sendiri di luar kepala.”
Metode yang dilakukan oleh siswa yang tinggal di pondok maupun
tidak tinggal di pondok ternyata sama, karena bagi mereka metode
Wahdah itu metode yang paling mudah. Tidak memerlukan waktu yang
terlalu lama dan tidak memerlukan media yang banyak. Karena hanya
dengan cara membaca berulang-ulang untuk setiap satu ayatnya, ini
jawaban dari siswa yang laju/tidak tinggal di pondok (29/08/2017:07.47-
07.54) di ruang kelas VII A:
“Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”
Peneliti berpendapat bahwa, sekolah hendaknya memberikan tips-
tips khusus kepada siswa agar mereka dapat menghafal dengan mudah dan
cepat. Dengan pemberian tips atau cara cepat menghafal kepada siswa,
siswa dapat memilih mana cara yang mudah untuk dapat mereka gunakan
dalam menghafal. Terutama bagi siswa yang sulit sekali untuk menghafal.
Sekolah dapat memberikan tips ini kepada siswa:
1) Metode (Thariqah) Wahdah
Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu per satu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan
awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh
kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam
bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu
49
mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam
bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks
pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-
ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah
dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu
muka.
Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah
membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar
lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara
alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak
diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. . (Al-Hafidz,
2000: 63)
2) Metode (Thariqah) Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut
dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali
menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat
sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati.
50
Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan
penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin
sampai sepuluh kali atau lebih sehingga dia benar-benar hafal terhadap
ayat yang dihafalkannya. Tentang berapa banyak jumlah ayat yang
ditulis, sangat tergantung pada kondisi ayat-ayat itu sendiri. Mungkin
cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus
dihafalnya itu termasuk kelompok ayat-ayat yang panjang
sebagaimana terdapat pada surah-surah as-saba’ut-thiwal, atau bisa
juga lima sampai sepuluh ayat ,bila ternyata giliran ayat-ayat yang
akan dihafalkanya itu termasuk ayat-ayat yang pendek sebagaimana
terdapat pada surah-surah yang pendek, dan seterusnya. Pada
prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi baik waktu
yang disediakan untuknya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena
disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan
dalam bayangannya. . (Al-Hafidz, 2000: 63-64)
3) Metode (Thariqah) Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini
ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih
dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an. Metode ini
dapat dilakukan dengan dua alternatif:
51
c. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini,
instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam
membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga
penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru kemudian
dilanjutkan dengan ayat berikutnya.
d. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke
dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil
mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan
diulang lagi dan seterusnya menurut kebutuhansehungga ayat-ayat
tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap
cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya
dengan cara yang sama, dan demikian seterusnya. Metode ini akan
sangat efektif untuk penghafal tunanetra, anak-anak atau penghafal
mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang
sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode
ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti tape-
recorder, pita kaset, dan lain-lain. . (Al-Hafidz, 2000: 64-65)
4) Metode (Thariqah) Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan
metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja
kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba
52
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Maka dalam hal ini,
setelah penghafal sedelai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia
mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya
dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu memproduksi kembali ayat-
ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan
kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal
belum mampu memproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik,
maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai
nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni
berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan
hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali,
karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. .
(Al-Hafidz, 2000: 65)
5) Metode (Thariqah) Jama’
Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.
Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan
siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur
membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan
baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur
53
dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa
melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang
sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
bayangannya.
Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada
ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode
yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan
kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya
ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.
Pada prinsipnya metode di atas itu baik sekali untuk dijadikan
pedoman menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai
semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan
yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan
kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. (Al-Hafidz, 2000: 66)
Peneliti memberikan solusi kepada sekolahan agar program tahfidz
dapat lebih berjalan dengan baik lagi. Berikut saran dan solusi dari peneliti
kepada MTs Ma‟arif Andong:
a. Hendaknya semua tenaga pendidik yang ada di sekolah MTs Ma‟arif
itu hafal terlebih dahulu minimal juz 30/ Juz‟ama. Karena kalau tenaga
pendidiknya belum hafal, maka siswanya pun akan susah semangat
untuk menghafal. Karena mereka tahu kalau gurunya sendiri belum
hafal.
54
b. Hendaknya pelaksanaan setoran hafalan itu waktunya di tambahkan,.
jadi tidak hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan. Paling tidak 60
menit dalam setiap pertemuan. Tujuannya agar jumlah setoran dapat
lebih maksimal lagi. Karena kalau hanya 30 menit dalam setiap kali
pertemuan, pasti tidak semua siswa di kelas itu dapat maju untuk
setoran hafalan mereka. Mungkin hanya 5-10 siswa saja.
c. Hendaknya untuk pemberian hukuman, lebih ditegaskan lagi bagi
siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam hafalan. Contohnya pada
siswa yang hafalannya terlambat jauh atau siswa yang malas untuk
setoran, itu tenaga pendidik harus tegas untuk memberikan hukuman
kepada siswa tersebut. Agar siswa itu menjadi sungguh-sungguh untuk
setoran hafalan juz‟ama.
d. Hendaknya seluruh tenaga pendidik selalu memberikan motivasi
kepada siswa, agar siswa itu bersemangat dalam melaksanakan
program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong ini. Mungkin dengan cara
memberikan reward tersendiri untuk siswa yang di ampunya. Atau
dengan sering-sering memberikan pujian kepada siswa.
e. Untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa, hendaknya di lakukan
murajaah setiap hari. Setiap mulai pelajaran hendaknya paling tidak
satu atau dua surat. Agar siswa benar-benar hafal di luar kepala. Jadi
tidak hanya hafal saat setoran saja. Itu cara agar lebih meningkatkan
hafalan pada siswa.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian
yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:
1. Problem terberat yang dialami dalam program tahfidz di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali yaitu:
a. Latar belakang siswa. Siswa yang berasal dari lulusan SD murni
tidak bisa sama sekali baca Al-Qur‟an. Oleh sebab itu para guru
harus mengajarkan dari dasar yaitu mulai dengan membaca iqro‟.
Baru bisa untuk dituntut untuk menghafal juz‟ama. Problem
lainnya yaitu karena gangguan lingkungan dari siswa itu sendiri.
b. Kurangnya waktu hafalan. Waktu setoran hafalan hanya dilakukan
tiga hari dalam satu minggu. Setiap pertemuan hanya 30 menit.
c. Pada tenaga pendidiknya. Tidak sedikit guru-guru di MTs Ma‟arif
yang belum hafal Juz‟ama.
d. Faktor internal. Problem dari dalam diri siswa itu seperti malas,
suka mengantuk, tidak niat.
e. Faktor eksternal. Problem yang berasal dari luar diri siswa yaitu
gangguan lingkungannya, diganggu teman.
56
2. Strategi yang digunakan guru dalam proses mengahafal juz‟ama yaitu:
a. Hafalan dilakukan tiga hari dalam satu minggu. Pelaksaanya waktu
pagi setelah sholat dhuha, sebelum pembelajaran KBM dimulai.
Waktunya hanya 30 menit.
b. Guru dituntut untuk bisa hafal juz‟ama.
c. Metode yang digunakan dengan thariqah wahdah yaitu, menghafal
satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk
mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh
kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu
membentuk pola dalam bayangannya.
B. SARAN
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini
yaitu mengenai pembinaan akhlaq siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai
berikut:
1. Hendaknya semua tenaga pendidik yang ada di sekolah MTs Ma‟arif
itu hafal terlebih dahulu minimal juz 30/ Juz‟ama. Karena kalau tenaga
pendidiknya belum hafal, maka siswanya pun akan susah semangat
untuk menghafal. Karena mereka tahu kalau gurunya sendiri belum
hafal.
2. Hendaknya pelaksanaan setoran hafalan itu waktunya di tambahkan,.
jadi tidak hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan. Paling tidak 60
menit dalam setiap pertemuan. Tujuannya agar jumlah setoran dapat
57
lebih maksimal lagi. Karena kalau hanya 30 menit dalam setiap kali
pertemuan, pasti tidak semua siswa di kelas itu dapat maju untuk
setoran hafalan mereka. Mungkin hanya 5-10 siswa saja.
3. Hendaknya untuk pemberian hukuman, lebih ditegaskan lagi bagi
siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam hafalan. Contohnya pada
siswa yang hafalannya terlambat jauh atau siswa yang malas untuk
setoran, itu tenaga pendidik harus tegas untuk memberikan hukuman
kepada siswa tersebut. Agar siswa itu menjadi sungguh-sungguh untuk
setoran hafalan juz‟ama.
4. Hendaknya seluruh tenaga pendidik selalu memberikan motivasi
kepada siswa, agar siswa itu bersemangat dalam melaksanakan
program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong ini. Mungkin dengan cara
memberikan reward tersendiri untuk siswa yang di ampunya. Atau
dengan sering-sering memberikan pujian kepada siswa.
5. Untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa, hendaknya di lakukan
murajaah setiap hari. Setiap mulai pelajaran hendaknya paling tidak
satu atau dua surat. Agar siswa benar-benar hafal di luar kepala. Jadi
tidak hanya hafal saat setoran saja. Itu cara agar lebih meningkatkan
hafalan pada siswa.
6. Sekolah hendaknya memberikan tips-tips khusus kepada siswa agar
mereka dapat menghafal dengan mudah dan cepat. Dengan pemberian
tips atau cara cepat menghafal kepada siswa, siswa dapat memilih
58
mana cara yang mudah untuk dapat mereka gunakan dalam menghafal,
Terutama bagi siswa yang sulit sekali untuk menghafal.
C. PENUTUP
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu. Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan:
العلمن رب الحمدلله
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdul aziz, Amanu. 2015. Hafal Al-Qur’an dalam Hitungan Hari. Depok: CV
HILAL MEDIA GROUP.
Al-Hafidz, Ahsin W. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-qur’an. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah. 2010. Revolusi Menghafal Al-Qur’an.
Surakarta: Insan Kamil.
Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan
Rahasia-rahasia Keajaibannya. Yogyakarta: DIVA press.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Sutresno. 1995. Metodologi Research Untuk Penulis Paper, Skripsi, Thesis,
Dan Desertasi. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.
Imam, Suprayogo dan Tobrani. 2003. Metodologi Sosial Agama. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Kouchak, Don dan Paul Aggen. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta:
Indeks.
Leo, Sutanto. 2013. Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, Dan Disertasi. Jakarta:
Erlangga.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bukan Khatam. Yogyakarta:
IDEA press.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saksono, Lukman dan Anharudin. 1992. Pengantar Psikologi Al-Qur’an. ISBN:
Grafitakama Jaya.
Subini, Nini. 2013. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Yogyakarta:
JAVALITERA.
60
Sugianto, Ilham Bagus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung:
Mujahid PRESS.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: Indeks.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Umi Kharisah
2. NIM : 111-13-174
3. TTL : Grobogan, 09 Juli 1995
4. Usia : 22 Tahun
5. Agama : Islam
6. Alamat : Dusun Tuwung, RT/RW 04/06, Desa Suru Kecamatan
Geyer Kabupaten Grobogan.
7. Nama Orang Tua
Ayah : Sodik
Ibu : Mujiyatmi
8. Riwayat Pendidikan
a. SD N 3 Suru Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2000-2007
b. MTs Al-Islam Ngleses Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2007-
2010
c. SMK Muhammadiyah 2 Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2010-
2013
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Umi Kharisah Fakultas : FTIK
Nim : 111-13-174 Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Dosen PA : Siti Rukhayati, M. Pd.
No Kegiatan Waktu Keterangan Point
1
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) STAIN
Salatiga tahun 2013 “Rekontruksi
Paradikma Mahasiswa Yang Cerdas,
Peka dan Peduli”
26-27 Agustus 2013 Peserta 3
2
Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan
Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2013
“Menjunjung Tinggi Nilai-nilai
Kearifan Lokal Sebagai Identitas
Pendidikan Indonesia”
29 Agustus 2013 Peserta 3
3 Maasa Ta‟aruf (MASTA) “Making an
Incredible Ypoth Generation” 06 September 2013 Peserta 2
4
Library User Education (Pendidikan
Pemakaian Perpustakaan) UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga
16 September 2013 Peserta 2
5
“Training Pembuatan Makalah”
Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Darul Amal STAIN Salatiga
18 September 2013 Peserta 2
6
Seminar NASIONAL dengan tema
Inovasi Pembelajaran Bahasa: ”Upaya
Menjaga Eksistensi dan Masa Depan
Pembelajaran Bahasa Arab”
09 Oktober 2013 Peserta 8
7
KISMIS (Kajian Intensif Mahasiswa)
dengan tema “Agar Shalat Bukan
Sekedar Kewajiban, namun
Kebutuhan”
10 Oktober 2013 Peserta 2
8
TALK SHOW Spirit of Global
Enterpreneurship “How to be a
Successfull Creative Preneur to Face
ASEAN Economic Community 2015”
07 April 2014 Peserta 2
9 Talk Show Pra Nikah dengan tema
“Mejemput Jodoh Impian” 09 November 2014 Peserta 2
10 “Seminar Nasional Enterpreneurship” 16 November 2014 Peserta 8
11
Pendidikan Pers Mahasiswa Tingkat
Dasar (PPMTD) “Membangun
Profesionalitas Pers Mahasiswa”
16 November 2014 Peserta 2
12
“Perasaudaraan Setia Hati Terate
Komisariat IAIN (Institut Agama
Islam Negeri) Salatiga Periode
2015/2016”
2015/2016 Pelatih 4
13
Seminar NASIONAL dengan tema
“Peranan Technopreneur dalam
Mendukung Program Pemerintah
Melalui Ekonomi Kreatif”
15 April 2015 Peserta 8
14 Talkshow Sukses Kuliah Bersama
KAMMI Salatiga 16 September 2015 Peserta 2
15
“Kejuaraan Pencak Silat PSHT CUP
2015” Dalam Rangka Ulang Tahun
Persaudaraan Setia Hati Cabang Kota
Salatiga ke 14
26-27 September 2015 Panitia 3
16
Seminar NASIONAL kewirausahaan
Dinas perindutrian, perdagangan dan
koperasi (DISPERINDAGKOP)
Salatiga dengan tema “jiwa muda
berani berwirausaha”
30 Oktober 2015 Peserta 8
17
Swminar NASIONAL dengan tema
“Jenderal Sudirman Inspirasi Anak
Bangsa”
11 November 2015 Peserta 8
18 Seminar NASIONAL dengan tema
“MUSIK, ISLAM, & NUSANTARA” 05 Desember 2015 Peserta 8
19
“Perasaudaraan Setia Hati Terate
Komisariat IAIN (Institut Agama
Islam Negeri) Salatiga Periode
2015/2016”
2015/2016 Pelatih 4
20
Seminar NASIONAL dengan tema
“Penguatan Wawasan Kebangsaan
dan Nasionalisme”
28 April 2016 Peserta 8
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Telepon (0298) 6031364 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
A. Metode Dokumentasi
1. Sejarah MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan MTs Ma‟arif Andong Boyolali
3. Peraturan MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
4. Kurikulum, silabus, dan RPP MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
5. Jadwal pembelajaran MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
6. Struktur Organisasi
7. Keadaan guru, karyawan, pembina asrama, dan siswa
8. Kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler, dan keagamaan
9. Keadaan sarana dan prasarana sekolah dan asrama
10. Konsep sekolah Islam terpadu
B. Metode Observasi
1. Letak geografis MTs Ma‟arif Andong
2. Aktivitas atau pelaksanaan hafalan siswa di sekolah
3. Aktivitas siswa dan Pembina di sekolah
C. Metode Wawancara
1. Mengetahui problem apa yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada
siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
2. Mengetahui Apa strategi guru Al-Qur‟an Hadist yang digunakan dalam
mengatasi problem menghafal Juz‟ama pada siswa kelas MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Telepon (0298) 6031364 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Sekolah/Guru Pai
1. Apa tujuan sekolah mengadakan program tahfidz ini?
2. Sejak tahun berapa program hafalan Juz‟amma ini dilaksanakan?
3. Bagaiamana tanggapan wali siswa mengenai program hafalan Juz‟amma
ini di sekolah?
4. Kapan pelaksanaan hafalan Juz‟amma itu?
5. Bagaimana pelaksanaannya?
6. Apa problem yang dialami dalam membimbing hafalan Juz‟amma siswa?
7. Apa problem terberat yang bapak alami dalam membimbing hafalan
Juz‟amma siswa?
8. Kendala apa saja yang biasanya dialami siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana strategi yang tepat untuk digunakan siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
10. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan hafalan Juz‟amma pada siswa?
11. Bagaimana strategi guru untuk menjaga hafalan-hafalan siswa agar tidak
hilang?
12. Bagaimana cara agar target hafalan Juz‟amma bisa tercapai dengan tepat
waktu?
13. Bagaimana cara mengatasi ketika target hafalan Juz‟amma tidak selesai
tepat waktu?
14. Apakah ada tips khusus untuk siswa agar lebih bersemangat dalam
menghafal?
15. Apakah program hafalan Juz‟amma di sekolah ini berjalan dengan lancar?
16. Apakah hasilnya selalu mencapai 100% setiap tahunnya?
B. Waka Kurikulum
1. Apa tujuan sekolah mengadakan program tahfidz ini?
2. Sejak tahun berapa program hafalan Juz‟amma ini dilaksanakan?
3. Bagaiamana tanggapan wali siswa mengenai program hafalan Juz‟amma
ini di sekolah?
4. Kapan pelaksanaan hafalan Juz‟amma itu?
5. Bagaimana pelaksanaannya?
6. Apa problem yang dialami dalam membimbing hafalan Juz‟amma siswa?
7. Apa problem terberat yang bapak alami dalam membimbing hafalan
Juz‟amma siswa?
8. Kendala apa saja yang biasanya dialami siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana strategi yang tepat untuk digunakan siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
10. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan hafalan Juz‟amma pada siswa?
11. Bagaimana strategi guru untuk menjaga hafalan-hafalan siswa agar tidak
hilang?
12. Bagaimana cara agar target hafalan Juz‟amma bisa tercapai dengan tepat
waktu?
13. Bagaimana cara mengatasi ketika target hafalan Juz‟amma tidak selesai
tepat waktu?
14. Apakah ada tips khusus untuk siswa agar lebih bersemangat dalam
menghafal?
15. Apakah program hafalan Juz‟amma di sekolah ini berjalan dengan lancar?
16. Apakah hasilnya selalu mencapai 100% setiap tahunnya?
C. Guru Aqidah Akhlaq
1. Apa tujuan sekolah mengadakan program tahfidz ini?
2. Sejak tahun berapa program hafalan Juz‟amma ini dilaksanakan?
3. Bagaiamana tanggapan wali siswa mengenai program hafalan Juz‟amma
ini di sekolah?
4. Kapan pelaksanaan hafalan Juz‟amma itu?
5. Bagaimana pelaksanaannya?
6. Apa problem yang dialami dalam membimbing hafalan Juz‟amma siswa?
7. Apa problem terberat yang bapak alami dalam membimbing hafalan
Juz‟amma siswa?
8. Kendala apa saja yang biasanya dialami siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana strategi yang tepat untuk digunakan siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
10. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan hafalan Juz‟amma pada siswa?
11. Bagaimana strategi guru untuk menjaga hafalan-hafalan siswa agar tidak
hilang?
12. Bagaimana cara agar target hafalan Juz‟amma bisa tercapai dengan tepat
waktu?
13. Bagaimana cara mengatasi ketika target hafalan Juz‟amma tidak selesai
tepat waktu?
14. Apakah ada tips khusus untuk siswa agar lebih bersemangat dalam
menghafal?
15. Apakah program hafalan Juz‟amma di sekolah ini berjalan dengan lancar?
16. Apakah hasilnya selalu mencapai 100% setiap tahunnya?
D. Guru Al-Qur’an Hadist
1. Apa tujuan sekolah mengadakan program tahfidz ini?
2. Sejak tahun berapa program hafalan Juz‟amma ini dilaksanakan?
3. Bagaiamana tanggapan wali siswa mengenai program hafalan Juz‟amma
ini di sekolah?
4. Kapan pelaksanaan hafalan Juz‟amma itu?
5. Bagaimana pelaksanaannya?
6. Apa problem yang dialami dalam membimbing hafalan Juz‟amma siswa?
7. Apa problem terberat yang bapak alami dalam membimbing hafalan
Juz‟amma siswa?
8. Kendala apa saja yang biasanya dialami siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana strategi yang tepat untuk digunakan siswa dalam menghafal
Juz‟amma?
10. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan hafalan Juz‟amma pada siswa?
11. Bagaimana strategi guru untuk menjaga hafalan-hafalan siswa agar tidak
hilang?
12. Bagaimana cara agar target hafalan Juz‟amma bisa tercapai dengan tepat
waktu?
13. Bagaimana cara mengatasi ketika target hafalan Juz‟amma tidak selesai
tepat waktu?
14. Apakah ada tips khusus untuk siswa agar lebih bersemangat dalam
menghafal?
15. Apakah program hafalan Juz‟amma di sekolah ini berjalan dengan lancar?
16. Apakah hasilnya selalu mencapai 100% setiap tahunnya?
E. Siswa Tinggal Di Pondok
1. Apakah kamu mempunyai niat menghafal Juz‟amma?
2. Apakah ada motivasimu untuk menghafal Juz‟amma?
3. Apakah kamu menyukai program hafalan Juz‟amma di sekolah?
4. Apakah keluhanmu dalam mengahafal Juz‟amma?
5. Apa yang membuat kamu agar semangat untuk menghafal Juz‟amma?
6. Apa yang membuat kamu tidak bersemangat dalam menghafal Juz‟amma?
7. Bagaimana strategi yang kamu gunakan dalam mengahafal Juz‟amma?
8. Bagaimana cara meningkatkan kemampuanmu dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana cara menjaga hafalanmu agar tidak hilang?
10. Apa trik yang kamu gunakan agar cepat mengahafal Juz‟amma?
11. Apa trik yang paling cepat untuk bisa menghafal Juz‟amma dari beberapa
trik yang sudah kamu coba?
12. Apakah faktor lingkungan menghambat dalam menghafal Juz‟amma?
13. Apakah orang tua mendukung dalam program menghafal Juz‟amma di
sekolah?
14. Apakah teman-temanmu sekolah berpengaruh positif dalam proses
menghafalmu?
15. Apakah teman-temanmu di rumah berpengaruh positif dalam proses
menghafalmu?
16. Apakah kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menghambat proses
hafalan Juz‟amma?
F. Siswa Laju
1. Apakah kamu mempunyai niat menghafal Juz‟amma?
2. Apakah ada motivasimu untuk menghafal Juz‟amma?
3. Apakah kamu menyukai program hafalan Juz‟amma di sekolah?
4. Apakah keluhanmu dalam mengahafal Juz‟amma?
5. Apa yang membuat kamu agar semangat untuk menghafal Juz‟amma?
6. Apa yang membuat kamu tidak bersemangat dalam menghafal Juz‟amma?
7. Bagaimana strategi yang kamu gunakan dalam mengahafal Juz‟amma?
8. Bagaimana cara meningkatkan kemampuanmu dalam menghafal
Juz‟amma?
9. Bagaimana cara menjaga hafalanmu agar tidak hilang?
10. Apa trik yang kamu gunakan agar cepat mengahafal Juz‟amma?
11. Apa trik yang paling cepat untuk bisa menghafal Juz‟amma dari beberapa
trik yang sudah kamu coba?
12. Apakah faktor lingkungan menghambat dalam menghafal Juz‟amma?
13. Apakah orang tua mendukung dalam program menghafal Juz‟amma di
sekolah?
14. Apakah teman-temanmu sekolah berpengaruh positif dalam proses
menghafalmu?
15. Apakah teman-temanmu di rumah berpengaruh positif dalam proses
menghafalmu?
16. Apakah kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menghambat proses
hafalan Juz‟amma?
Transkip wawancara dengan kepala sekolah
Kode informan : M
Jabatan : Kepala Sekolah MTs Ma‟arif Andong Boyolali
Hari/Tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017
Tempat : Di Kantor Kepala Sekolah MTs Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 08:50-09:02 WIB
P Assalamu‟alaikum wr. Wb
M Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf pak, saya mengganggu waktu bapak, saya mahasiswi dari IAIN
Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi dari bapak berkaitan
dengan judul skripsi saya tentang Problem dan Strategi menghafal
juz‟ama
M Ya, silahkan
P Apa tujuan sekolahan mengadakan program tahfidz pak?
M Sekarang kan banyak anak-anak yang belajar Al-Qur‟an aja susah,
sehingga minimal juz‟ama pada tingkat SLTP harus bisa hafal.
Masalahnya banyak yang tidak hafal. Makanya nanti termotivasi dengan
adanya ini bisa baca, maka nanti di samping hafalan ada program BTA,
jadi kedua-duanya bisa berjalan. Maka siswa diharuskan sampai lulus
dari MTs Ma‟arif harus bisa hafal sampai An-Naba‟. Tujuannya seperti
itu. Intinya minimal bisa hafal juz‟ama. Nanti setelah itu baru ada
tambahan-tambahan surat-surat pilihan seperti Ar-Rahman, Al-Waqiah,
Yasiin, dan lain sebagainya. Tetapi itu tidak wajib.
P Program tahfidz ini berjalan sejak tahun berapa pak?
M Sejak tahun 2013, sekitar 4 tahunan itu sudah mulai berjalan lancar.
Sebelumnya 2012 ada tapi tidak berjalan. Lalu ada perubahan pada
tahun 2013. Untuk tahun kemarin baru lulusan tahfidz pertama.
P Bagaimana tanggapan wali siswa mengenai program tahfidz di
sekolahan pak?
M Yang jelas dengan adanya program itu, itu kan memang merupakan
program andalan. Jadi ekstra itu termasuk program andalan dari MTs.
Kenyataannya semakin hari murid kita semakin nambah. Artinya
peminatnya itu banyak. Dari dulu hanya murid kita hanya 34, kemudian
menjadi 90, kemudian sekaramg menjadi 183. Berarti kan banyak yang
suka. Program kita banyak ditiru oleh sekolah lain seperti MTs N.
orang tua banyak yang betul-betul melihat hasilnya sendiri.
P Apakah ada problem-problem terberat dalam membimbing siswa
menghafal juz‟ama itu pak?
M Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita
menguasai. Dari umum bisanya sedikit. Yang kedua dari SDM anak,
terkadang anak itu masuk sini Iqro 1 saja belum bisa. Sulit untuk
menyesuaikan. Baca saja belum bisa. Sampai kelas VIII ada yang belum
bisa baca juga ada. Makanya menjadi lambat kalau seperti itu. Untuk
tahun banyak yang belum bisa baca. Karena merek paling banyak
lulusan dari SD. SD pelosok-pelosok guru agamanya kan kurang, juga
dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan, makanya hanya
dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.
P Apakah ada strategi yang khusus untuk siswa dalam menghafal juz‟ama
itu pak?
M Strategi kita salah satu langkah kita kan, setiap pergantian jam itu kan
hafalan juz‟ama. Biasanya jamnya dilebihkan untuk yang belum atau
lama untuk menghafal. Kadang setelah jam sekolah itu ada jam
tambahan.
P Cara untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa itu bagaimana pak?
M Kadangkala dengan cara di tes oleh penguji. Untuk yang sudah selesai
hafalan juz‟amanya nanti di kelas 8 disuruh untuk mengulang lagi dari
awal. Dengan mengulang-ulang lagi hafalan yang sudah dihafal itu.
Kalau yang benar-benar sudah lancar hafal biasanya ikut nyemak
teman-teman yang lain yang belum selesai.
P Bagaimana agar target hafalan itu dapat tercapai dengan tepat waktu?
M Ada yang 2 bulan selesai, ada yang melebihi waktu target. Mayoritas
melebihi target. Tuntuntannya minimal satu minggu satu surat untuk
yang panjang.
P Berapa persen lulusan untuk setiap tahunnya pak?
M Persenannya kecil kalau untuk tiap tahunnya. Tetapi kadang-kadang
bisa mencapai 90 %. Semua itu tergantung SDM nya. Untuk setiap
tahunnya juga diadakan wisuda tahfidz.
Transkip wawancara dengan waka kurikulum
Kode informan : T
Jabatan : Guru/Waka kurikulum
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Di Kantor guru MTs Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 10:20-10:27 WIB
P Assalamu‟alaikum wr . Wb
T Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf pak, saya mengganggu waktu bapak, saya mahasiswi dari IAIN
Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi dari bapak berkaitan
dengan judul skripsi saya tentang Problem dan Strategi menghafal
juz‟ama
T Ya, silahkan
P Apa tujuan sekolah mengadakan program tahfidz ini pak?
T Pertama, memang anak-anak punya kemampuan untuk menghafalkan
paling tidak juz‟ama. Yang kedua, tujuannya biar beda dari sekoalahan
lain. Kalau sekolahan lain kan belum banyak yang mengadakan
program-program seperti ini, dan menarik masyarakat yang
menyekolahkan anak-anaknya disini.
P Sejak tahun berapa program ini diadakan pak?
T Sejak tahun 2011 sudah ada, kalau dahulu siang hari. Mulai 2012
dirubah menjadi di jam awal masuk jam pelajaran.
P Bagaimana tanggapan dari wali siswa pak?
T Tanggapan dari siswa bagus sekali, sangat bagus sekali. Sangat
mendukung. Buktinya dari 2011 sampai 2017 semakin meningkat. Dulu
Cuma 183 2010/2011. Sekarang sudah menjadi 483. Naiknya sudah
signifikan sekali.
P Kapan pelaksanaan hafalan dari siswa itu pak?
T Itu tadi setiap pagi setelah sholat dhuha, setiap hari rabu kamis dan
sabtu.
P Pelaksaaannya bagaimana pak?
T Pelaksanaanya,setoran setiap pagi. setiap minggu nya ada targetnya,
maksimal 2 tahun harus sudah hafal. Jadi naik kelas 9 sudah hafal
semua.
P Apa problem yang dialami pak?
T Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu
problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi
susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk
menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas
yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal.
Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.
P Apakah ada strategi untuk siswa agar cepat hafal?
T Untuk saat ini yang saya lakukan, setiap anak-anak harus punya juz‟ama
dulu. Kemudian ketika setoran saya tandai, jadi besoknya tinggal
melanjutkan maju dari yang ditandai tadi, Seperti itu.
P Bagaimana cara untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa itu pak?
T Ya diulang-ulang. Nanti setelah selesai, Tiap ganti semester mengulang
hafalannnya lagi, Dari awal lagi. Kalau sudah lancar langsung lanjut
surat-surat pilihan. Juga siswa itu di iming-imingi wisuda tahfidz tiap
tahunnnya itu mbak.
P Bagaimana caranya agar target hafalan itu selesai dengan tepat waktu?
T Kasih motivasi terus, di kasih reward juga, kalau cepat hafal nanti ada
hadiah dari sekolahan.
P Bagaimana kalau target tidak selesai dengan tepat waktu?
T Terpaksa di kelas IX harus hafalan lagi sampai dia bisa hafal, biasanya
mencapai 50- 60 % untuk setiap tahunnnya.
P Untuk akhirusanah tahfidz itu pelaksanaannya nya kapan pak?
T Setiap setahun sekali, bareng dengan akhirusanah kelulusan kelas IX.
Jadi dibarengi sama itu tujuannya juga agar hemat biaya, dan wali murid
bisa menyaksikan wisuda tahfidz di seolahan ini.
Transkip wawancara dengan guru
Kode informan : I
Jabatan : Guru
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Di Kantor Guru MTs Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 09:57-10:23 WIB
P Assalmu‟alaikum wr. Wb
I Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf pak, saya mengganggu waktu bapak, saya mahasiswi dari IAIN
Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi dari bapak berkaitan
dengan judul skripsi saya tentang Problem dan Strategi menghafal
juz‟ama
I Ya, silahkan
P Apa tujuan sekolah mengadakan progam hafalan ini pak?
I Ya aslinya, itu saya yang punya ide seperti itu. keluar dari MTs Ma‟arif
diharapkan anak itu pandai membaca al-qur‟an dengan benar dan pas
sesuai dengan ilmu yang ada. Artinya dari teman-teman menambahi
kalau begitu anu pak, lulus MTs itu harus mampu menghafal sekian,
nyatanya yang lain nambahi lagi, kalau begitu kita program saja, untuk
anak-anak bisa membaca al-qur‟an dengan baik, lulus Tsanawi harus
sudah hafal satu juz, Juz 30. Artinya sepakat-sepakat, mau letakkan jam
apa? Repot, lama sekali mbak, 2 tahun baru bisa berjalan dengan baik
seperti ini. Dua tahun lo. Dulunya mau diletakkan jam proses
pembelajaran, tidak jadi. Kemudian diserahkan anak sendiri, tiap anak
setor, tidak berjalan juga. Tidak bisa berjalan. Artinya didesain diwaktu
luar pembelajaran. Kemudian, setelah disusun masuk sekolah kurikulum
regular jam 7, kemudian tahfid nya diikutkan itu tapi mengambil
bentuk mengambil jam kurikuler di awal pembelajaran kemudian kira-
kira setengah jam, baru masuk kuriukulum regular. Kemudian ada yang
usul, anu pak pergantian mata pelajaran harus diadakan tahfidz.
Membaca al-qur‟an dibimbing pak guru mapelnya masing-masing.
Artinya, berjalan. Jadi untuk tahfidz khusus disediakan jam luar KBM,
kemudian untuk memberikan anak bisa membaca al-qur‟an pergantian
mata pelajaran dibimbing guru masing-masing. Itu bisa berjalan mbak.
Kemudian ada rewardnya. Setiap semesteran, ganjil atau genap
diadakan wisuda tahfidz. Biar agak keren, tujuannya agar memberikan
motivasi kepada ada agar semangat dalam menghafal. Program ini
hanya untuk kelas VII dan kelas VIII. Naik kelas IX dianggap sudah
selesai. Kelas VIII harus hafal. Semua guru membimbing. Kemudian
setiap hari itu ada pengampu untuk guru tahfidnya. Jadi semua tenaga
diberdayakan untuk itu, sehingga anak menjadi agak takut, dan hafalan
betul-betul. Untuk reward saat wisuda, yang nashkeh untuk orang-orang
yang benar-benar pandai dalam bidang itu. Karena makhraj dan tajwid
itu harus benar semua. Guru-gurunya saja masih banyak yang belum
benar dalam tajwid dan makhrajnya. Untuk yang kedua, dulu niatnya
disamping untuk siswa juga memberikan sedikit masukan untuk guru
supaya bisa baca alqur‟an. Mau tidak mau guru semua harus bisa.
Tujuan ketiga, apabila sekolah itu ada pelajaran Al-Qur‟an khusus itu
sekolahan akan barokah dan menjadi tenang. Kalau orang pernah ngaji
tentang tasawuf itu akan mengerti. Jadi yang diajarkan disini tidak
hanya dunia saja. Saya yakin allah akan mendampingi kami semua.
P Program ini diadakan sejak tahun berapa pak?
I 2007/2008 itu baru ide2 nya, kemudian 2009/2010 itu baru sip berjalan.
Memang sulit sekali prosesnya dulu itu mbak.
P Bagiamana tanggapan wali siswa mengenai program ini pak?
I Luar biasa, saya menjadi kepala sekolah, jumlah seluruh siswa itu 152.
Saya punya program itu menjadi tambah sampai sekarang. Orang tua
yang paling suka pelajaran itu pelajaran agama. Dari pihak pengelola
kualahan dalam bidang sarprasnya. Kadang cukup, kadang kurang lagi.
Kalau pagi ya mbak, itu kan diadakan sholat dhuha dulu. Anak-anak kan
diantar orang orang tua, orang tuanya sampai menunggu anaknya keluar
dari masjid. Itu disini. Untuk tahun ajaran besok itu sekarang sudah ada
yang daftar. Tidak hanya pelajaran lisan saja, tapi dibentuk dari segi
perbuatan, akhwaliyah nya. Kemudian dari sini juga menjaga kualitas,
akan menantang wali murid, kalau tidak percaya putra jenengan bisa
dites dirumah . seperti itu benar sehingga MTs swasta disini kami
mampu menyedot siswa yang sekian banyak siswa sampai sekarang 486
dengan model pembelajaran yang seperti itu dan didesain seperti ini
juga sehingga MTs Ma‟arif menjadi MTs swasta paling subur paling
baik se Boyolali. Padahal se Boyolali ada 85, 14 negri. Tapi ya tidak
datang serta merta, kami bersama-sama kerja keras tidak mengenal
lelah.
P Kapan pelaksanaan setoran hafalanya itu pak?
I Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai
cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-
masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya
rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada
absensinya juga.
P Apa problem yang dialami dalam proses membimbing siswa pak?
I Problemnya luar biasa itu, baru saja tadi dibilang. Kami itu
membimbing tahfidz Juz‟ama, begitu juga fasholatan, juga BTA, kalau
siswa baru murni dari SD. Disuruh bunyiin kho aja susah gak bisa,
kalau dari MI disini masih mudah, fasolatan BTA itu lebih mudah.
Kalau yang dari SD murni itu nanti disini mulai dari Iqro dulu.
Pengampu ya harus bawa dua macam satu bawa Juz‟ama satu bawa
Iqro. Yang belum bisa ya dari awaal. Yang lain udah sampai Ad-Dhuha,
dia masih terlambat jauh. Padahal kita dikejar waktu. Kemudian
melafalkan huruf-huruf hijaiyah, tajwidnya, kalau anak-anak yang di
pesantren udah beda lagi. Di pondok mereka juga sudah belajar dengan
guru agama, dan masuk diniyah.
P Apa kendala siswa saat setoran hafalan?
I Paling sulit ketika suruh mengikuti pembimbing. Untuk yang nashkeh
Pak Amri, saya sendiri dan Pak Nashoha. Keluar dari MTs dan tahu
ilmu Al-Qur‟an agar tidak sia-sia, outpout plusnya yang nemu SLTA.
Karena sudah bisa. Mereka pasti senang dapat lulusan dari sini. Kalau
dari SMP murni pasti bakal sulit saat naik di SLTA, baca Al-Qur‟an
pasti susah.
P Apakah ada tips khusus untuk siswa agar mudah dalam menghafal?
I Dengan megulang-ulang dalam baca. Satu ayat diulang-ulang, dan juga
difahamkan tulisan-tulisan dulu.
P Bagaiaman strategi untuk menjaga hafalan-hafalan itu agar tidak mudah
hilang pak?
I Setoran tiap hari, nanti kalau sudah selesai diulang dari depan lagi
sampai batas wisuda ada yang sampai dua tiga kali khatam. Agar betul-
betul hafal diluar kepala.
P Bagaimana cara agar target hafalan dapat selesai dengan tepat waktu?
I Tergantung dari siswa tapi kita tetap memberi batasan waktu. Ada 37
surat sekali maju hafal, ada yang maju setoran lima-lima setiap maju,
tergantung pada kemampuan anak. Anak yang berusaha sendri untuk
hafal.
P Bagaimana cara mengatasi apabila target hafalan tidak selesai dengan
tepat waktu?
I Lanjut di kelas dua, dan ganti pembimbing, anak akan dibimbing
khususs. Kebanyakan itu siswa putri yang cepat hafal. Kalau laki-laki
biasanya masa bodoh. Jadi mereka lama dan leda-lede kalu di suruh
untuk setoran hafalan.
P Apakah ada tips khusu untuk siswa agar mereka lebih bersemangat
dalam menghafal pak?
I Di kasih Reward. hadiah-hadiah tersendiri. ada Sertifikat piagamnya
dan saat wisuda orang tua dipanggil. Kan kalau dibuat seperti itu anak
merasa bangga dan orang tua pasti senang dengan kempuan dari
anaknya, Cuma itu, lain dengan prestasi akademik.
P Untuk lulusan setiap tahunnya itu kira-kira mencapai berapa persen ya
pak?
I Sekitar 40-45% atau 110 siswa setiap semester. Wisuda tahfidz
diadakan dua kali dalam satu tahun. semester ganjil dan genap. Bareng
wisuda kelas IX.
Transkip wawancara dengan guru Aqidah Akhlaq
Kode informan : B
Jabatan : Guru Aqidah Akhlaq
Hari/tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017
Tempat : Di Kantor Guru MTs Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 09:25-09:36 WIB
P Assalamu‟alaikum wr. Wb
B Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf bu, saya mengganggu waktu ibu, saya mahasiswi dari IAIN
Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi dari ibu berkaitan
dengan judul skripsi saya tentang Problem dan Strategi menghafal
juz‟ama
B Ya, silahkan
P Apa tujuan sekolah mengadakan progam tahfidz ini bu?
B Supaya anak-anak didik kita itu paling tidak bisa hafal juz 30 itu.
P Program tahfidz ini diadakan sejak tahun berapa ya bu?
B Kalau gak salah tahun 2014/2015 mbak.
P Bagaimana tanggapan wali siswa mengenai program hafalan di
sekolahan ini bu?
B Tanggapannya sangat baik, karena mungkin kalau dirumah kan
hafalannya terbatas. Jadi bisa dibantu dengan program hafalan ini.
P Untuk pelaksanaannya kapan bu?
B Satu minggu setiap hari selasa, rabu dan sabtu.
P Pelaksanannya bagaimana bu?
B Iya ada jam khusus, jam 7 itu kan kita sholat dhuha, kemudian baru
cheking, baru setelah itu ekstra. Setengah jam mbak, dari setengah 8
sampai jam 8.
P Apa problem yang dialami dalam membimbing proses hafalan tersebut
bu?
B Masalahnya dari setiap siswa beda, ada yang hafalan greget e ada, kalau
yang gak bisa yang udah seperti itu mbak. Itu menurut saya.
P Apa problem terberat dalam proses membimbing siswa dalam hafalan
itu bu?
B Biasanya kan setiap siswa harus punya buku hafalannya, ada siswa yang
susah untuk bawa, ada juga yang gak punya apa gimana, karena setiap
anak beda. Terutama itu pada siswa yang belum bisa baca Al-Qur‟an.
Karena yang berasal dari SD murni itu pelajaran agamanya hanya
sedikit sekali.
P Apakah ada Keluhan-keluhan dari siswa bu?
B Keluhan dalam hafalan, biasanya saat baca yang surat panjang itu agak
lama.
P Apakah ada strategi yang tepat digunakan proses hafalan pada siswa?
B Di kasih waktu mbak, setiap mau masuk kelas ada lembar tahfidz,
seminggu berapa surat gitu. Trik itu tergantung dari anak sendiri. Misal
kalau dirumah habis sholat suruh baca lagi.ada yang satu surat ada yang
2 kali belum hafal, satu akali ada yang hafal.
P Apa motivasi buat anak?
B Hanya nasihat-nasihat dari guru saja.
P Apakah ada reward dari sekolahan untyk siswa yang sudah tahfidz bu?
B Setiap tahun kan kita ada wisuda tahfidz, ada piagam/sertifikat nya juga
mbak.
P Bagaimana strategi untuk menjaga hafalan pada siswa bu?
B Ini kembali lagi, kelas VII kalau sudah selesai, nanti kelas VIII di ulangi
lagi. Kelas IX juga diulangi lagi. Setoran lagi satu-satu dari awal sampai
akhir.
p Bagaimana cara mengatasi apabila target hafalan tidak selesai dengan
tepat waktu?
B Biasanya tergantung guru mapelnya, kadang siswa dihukum disuruh
berdiri di depan papan tulis, di suruh menghafal di depan kelas, dan lain
sebagainya.
P Berapa persen tahfidz yang berasil untuk setiap tahunnya bu?
B Ada peningkatan untuk setiap tahun, kelas VII itu paling kira-kira 45%.
Sekitar 100 an siswa untuk setiap tahunnya. Itu sudah keseluruhan dari
kelas VII sampai kelas IX.
Transkip wawancara dengan siswa
Yang tinggal di pondok
Kode informan : SP
Status : Siswa kelas VII A
Hari/tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017
Tempat : Di Ruang Kelas VII A MTs Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 07:52-07:57 WIB
P Assalamu‟alaikum wr. Wb
SP Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf adik, saya mengganggu waktunya sebentar. saya mahasiswa dari
IAIN salatiga yang membutuhkan informasi dari adik yang berkaitan
dengan judul skripsi saya yaitu tentang problem dan strategi menghafal
juz‟ama.
Sp Iya kak, silahkan.
P Apakah kamu punya niat untuk hafalan juz‟ama ini?
Sp Iya saya punya niat sebelum masuk MTs sini.
P Apa motivasi kamu menghafal juz‟ama?
Sp Karena mendapat dukungan terus dari orang tua.
P Apakah kamu menyukai program hafalan di sekolah ini?
Sp Iya saya menyukainya, karena dengan adanya program ini saya bisa
hafal juz 30. Karena ini menjadi tuntutan. Mau tidak mau saya jadi
hafal.
P Apakah ada keluhanmu dalam menghafal Juz‟ama?
Sp Di pondok sudah disuruh menghafal, jadi gak begitu sulit buat saya
kak.
P Apa faktor yang buat kamu semangat dalam menghafal Juz‟ama?
Sp Karena niatku masuk di sekolah ini untuk mencari ilmu, juga karena
dorongan orang tua.
P Apa strategi yang kamu gunakan untuk menghafal Juz‟ama?
Sp Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama
sampai hafal sendiri di luar kepala.
P Bagaimana cara kamu menjaga hafalan-hafalan kamu agar tidak
hilang?
Sp Dideres tiap hari, habis sholat selalu deres. Karena kalau di pondok
juga ada setoran setiap hari, selain malam jum‟at.
P Apakah kamu pernah mencoba dengan cara lain untuk menghafal
Juz‟ama?
Sp Tidak ada, saya hanya menggunakan cara itu dengan membaca per ayat
berulang-ulang. Karena itu cara yang paling mudah bagi saya.
P Apakah faktor lingkungan mengganngu proses hafalanmu?
Sp Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.
P Apakah orang tua mu mendukung?
SP Iya sangat mendukung.
P Apakah kegiatan ekstra di sekolahan mengganggu proses hafalan
kamu?
SP Tidak menggangu. Karena saya hanya ikut ekstra pramuka.
Transkip wawancara dengan siswa
Yang laju
Kode informan : L
Status : Siswa Kelas VII A
Hari/tanggal : Kamis, 31 Agustus 2017
Tempat : Di Ruang Kelas VII A MTa Ma‟arif Andong
Waktu : Pukul 07:47-07:54 WIB
P Assalamu‟alaikum wr. Wb
L Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf adik, saya mengganggu waktunya sebentar. saya mahasiswa dari
IAIN salatiga yang membutuhkan informasi dari adik yang berkaitan
dengan judul skripsi saya yaitu tentang problem dan strategi menghafal
juz‟ama.
L Iya kak, silahkan.
P Apakah kamu mempunyai niat untuk hafal juz‟ama.
L Tidak, sebelum masuk di sekolah MTs Ma‟arif saya belum mempunyai
niat untuk menghafal Juz‟ama.
P Apakah ada motivasi mu untuk hafal juz‟ama?
L Iya ada, karena dorongan orang tua.
P Apakah kamu mneyukai program tahfidz di sekolah ini?
L Iya saya suka, karena biar bisa hafal juz 30.
P Apa keluhanmu dalam proses hafalan Juz‟ama ini?
L Nggak terlalu susah, karena sudah di deres dirumah.
P Apa yang membuat kamu semangat untuk menghafal?
L Karena bisa bahagiain orang tua.
P Strategi apa yang kamu gunakan untuk mengahfal Juz‟ama?
L Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.
P Bagaimana cara kamu menjaga hafalan agar tidak hilang?
L Kadang diulang kalau setiap ganti jam pelajaran.
P Apakah kamu pernah mencoba dengan cara lain untuk menghafal
Juz‟ama?
L Tidak pernah.
P Apakah faktor lingkungan mengganggu proses hafalan kamu?
L Tidak mengganggu.
P Kapan kamu menghafalkan Juz‟ama?
L Sore hari, setelah pulang sekolah, sebelum asar.
P Apakah orang tua kamu mendukung program di sekolah ini?
L Mendukung sekali, agar saya bisa hafal Juz‟ama.
P Apakah teman-temanmu mengganggu proses hafalan Juz‟ama?
L Tidak mengganggu.
P Kegiatan ekstra di sekolah selain ini mengganggu atau tidak?
L Tidak mengganggu.
Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bapak Amri, S.Pd.I)
Wawancara dengan Waka Kurikulum
Kegiatan atau proses setoran hafalan Juz‟ama
Wawancara dengan Bapak Ichwani
Wawancara dengan Guru Aqidah Akhlaq
Wawancara dengan siswa yang laju atau tidak tinggal di pondok
Wawancara dengan siswa yang tinggal di pondok
Piagam-piagam pengahargaan MTs Ma‟arif Andong
Diagram populasi siswa MTs Ma‟arif Andong Tahun 2010-2017
Visi, Misi dan Tujuan MTs Ma‟arif Andong
Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Andong Tahun 2014/2019
Kegiatan cheking di halaman sekolah sebelum masuk kelas
Setelah cheking di halaman sekolah, sebelum mulai KBM
Bersalaman dengan guru-guru sebelum mulai KBM
Kondisi Sekolah MTa Ma‟arif Andong Boyolali