pro dengan pernikahan beda agama dilarang di indonesia

4
PRO DENGAN PERNIKAHAN BEDA AGAMA DILARANG DI INDONESIA QS. AL-BAQARAH: 221 “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebeelum mereka beriman sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan oran-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman ssungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedangkan alah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinnnya”. QS. AL-BAQARAH: 120 “orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka katakanlah sesungguhnya petunjuk allah itulah yang petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pngetahuan datang kepada kamu, maka allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”. Dari dua ayat diatas Allah SWT dengan tegas melarang umat islam untuk menikah dengan orang musyrik. Sudah jadi rahasia umum bahwa salah satu modus kristenisasi adalah dengan menikahi wanita atau laki-laki muslim. Dan ini sudah tegas dijelaskan oleh Allah dalam qs. Albaqarah 120. Bahkan dalam beberapa kasus mereka menghalalkan berbagai cara seperti menyelingkuhi wanita muslim yang sudah memiliki suami muslim hinga memiliki anak, atau dengan berpura-pura masuk islam kemudian setelah menikah mereka riddah/murtad kembali ke agamanya. Jika sudah demikian maka tentu wanita pada posisi yang lemah dan lebih baik ikut agama suaminya karena jika tidak maka konsekueensinya ia harus bercerai karena perikahan mereka sudah batal demi hukum (fasakh). Selain itu menikah dengan orang yang beda agama tentu tidak akan menimbulkan ketentraman dan dan pada suatu hari nanti tentu menjadi sumber perselisihan terutama dalam penentuan agama sang buah hati. Salah satu tujan utama sebuah pernikahan yaitu membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Jangankan beda agama perbedaan dalam bermadzhab terkadang menimbulkan perselisihan dalam berkeluarga bahkan tidak sedikit berujung pada perceraian. Oleh karena itu jika pernikahan beda agama hanya menimbulkan kemadharatan maka harus dihindari.

Upload: alvhanz-freezy

Post on 06-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

nikah beda agama

TRANSCRIPT

PRO DENGAN PERNIKAHAN BEDA AGAMA DILARANG DI INDONESIA

QS. AL-BAQARAH: 221 Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebeelum mereka beriman sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan oran-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman ssungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedangkan alah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinnnya.QS. AL-BAQARAH: 120 orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka katakanlah sesungguhnya petunjuk allah itulah yang petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pngetahuan datang kepada kamu, maka allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.Dari dua ayat diatas Allah SWT dengan tegas melarang umat islam untuk menikah dengan orang musyrik. Sudah jadi rahasia umum bahwa salah satu modus kristenisasi adalah dengan menikahi wanita atau laki-laki muslim. Dan ini sudah tegas dijelaskan oleh Allah dalam qs. Albaqarah 120. Bahkan dalam beberapa kasus mereka menghalalkan berbagai cara seperti menyelingkuhi wanita muslim yang sudah memiliki suami muslim hinga memiliki anak, atau dengan berpura-pura masuk islam kemudian setelah menikah mereka riddah/murtad kembali ke agamanya. Jika sudah demikian maka tentu wanita pada posisi yang lemah dan lebih baik ikut agama suaminya karena jika tidak maka konsekueensinya ia harus bercerai karena perikahan mereka sudah batal demi hukum (fasakh).

Selain itu menikah dengan orang yang beda agama tentu tidak akan menimbulkan ketentraman dan dan pada suatu hari nanti tentu menjadi sumber perselisihan terutama dalam penentuan agama sang buah hati. Salah satu tujan utama sebuah pernikahan yaitu membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Jangankan beda agama perbedaan dalam bermadzhab terkadang menimbulkan perselisihan dalam berkeluarga bahkan tidak sedikit berujung pada perceraian. Oleh karena itu jika pernikahan beda agama hanya menimbulkan kemadharatan maka harus dihindari.

Selain itu pandangan agama lain tentang pernikahan beda agama:Bagi umat non-Muslim juga diatur seperti dari aliran kristen: 2Korintus 6:14: Janganlah kamu merupakan pasangan yg tdk seimbang dgn orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dpt bersatu dgn gelap?Lain halnya dengan aliran budhist, Dalam hal ini calon mempelai yang tidak bergama Budha, diharuskan untuk masuk agama Budha terlebih dahulu. Dan dalam upacara ritual perkawinan, kedua mempelai diwajidkan mengucapkan atas nama Sang Budha, Dharma dan Sangka yang merupakan dewa-dewa umat Budha.Dalam agama Hindu di Bali istilah perkawinan biasa disebut Pawiwahan. Pengertian Pawiwahan itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata pawiwahan berasal dari kata dasar wiwaha. Wiwaha atau perkawinan dalam masyarakat hindu memiliki kedudukan dan arti yang sangat penting, dalam catur asrama wiwaha termasuk kedalam Grenhastha Asrama. Disamping itu dalam agama Hindu, wiwaha dipandang sebagai sesuatu yang maha mulia, seperti dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmasastra bahwa wiwaha tersebut bersifat sakral yang hukumnya wajib, dalam artian harus dilakukan oleh seseorang yang normal sebagai suatu kewajiban dalam hidupnya. Adapun syarat-syarat wiwaha dalam agama Hindu adalah Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut ketentuan hukum hindu, keduanya mempelai baik pria maupun wanita

Jadi pernikahan lintas agama yang ditawarkan oleh para pengusung pluralisme, dan liberalisme, ternyata bertentangan dengan hukum perkawinan yang dimilki oleh tiap tiap agama dan undang undang yang berlaku di Indonesia. Ini terbukti dengan adanya hukum larangan melaksanakan perkawinan tiap agama.Kenyataan ini sangat logis, karena tiap agama memandang bahwa perkawinan bukan hanya sekedar hubungan sosial dan keperdataan semata, tetapi juga ada hubungan teologi yang diyakini oleh penganutnya masing-masing.

Menurut Prof Amin Suma tentang pernikahan beda agama. Beliau menjawab Barangkali kalau dari sisi hukum formal, perkawinan beda agama itu tidak bisa mudah serta merta dikatakan haram, dikatakan boleh, dikatakan apa, sangat bergantung kasusnya.Oleh karena itu, berangkat dari kenyataan itu, saya mencoba menganalisa terutama berangkat dari rukun nikah. Itu kan atau bahasa nikah, rukun nikah yang disepakati oleh seluruh ulama itu kan ijab dan kabul. Ijab dan kabul dilakukan oleh para pihak yang melakukan perkawinan atau pasangan calon suami istri. Nah, lalu bagaimana dengan perkawinan beda agama?Saya coba lihat dari sisi syarat sah nikah baik dari perspektif fiqih atau perskeptif Kompilasi Hukum Islam (KHI). Tidak ada hitam-putih mengatakan bahwa syarat sah nikah itu harus sama agama. Lalu kemudian kalau begitu tidak tercantum dalam syarat sah nikah, lalu kesamaan agama ini menjadi kajian apa? Ternyata menjadi kajian kafaah. Persesuaian atau kecocokan antara calon. Kafaah ada beberapa, ada perbedaan pendapat di kalangan ahli fiqh. Tetapi, lagi-lagi tidak semua kafaah itu disetujui. Yang disepakati hanya kafaah fiddin. Kesamaan agama.Dari situlah pintu masuknya. Kufu itu istilah fiqih. Calon mempelai itu seyogyanya sejatinya yang sesuai dari sisi pendidikan, dari sisi, bahkan ada yang menyebutkan dari sisi ketanah-airan, etnik, dan lain-lain. Tapi beda-beda pendapat, yang disepakati adalah sama agamanya. Itu yang namanya kafaah fiddin. Persesuaian atau kesamaan agama. Cuma kesamaan agama ini tidak dimasukan ke dalam syarat sah nikah. Apalagi di rukun nikah. Dari situ lah kira-kira kita melihat kenapa ini dikatakan sah.Kira-kira aturan turunannya lah. Kemudian saya menyimpulkan, perkawinan beda agama ini tidak serta merta menjadi boleh. Tidak serta merta menjadi haram. Tidak serta merta menjadi wajib, tidak serta merta menjadi sunnah. Sesuai dengan lima kaidah hukum itu. Bergantung sama kasusnya. Ya, kalau saya mengatakan boleh itu misalnya tidak ada pasangan nikahnya kalo tidak beda agama. Misalnya, dia cari muslim/muslimah ngga ketemu. Sulit kan, masa ngga boleh menikah dengan orang yang beda agama, padahal tidak ada di situ lawan jenisnya (yang seagama,-red). Dan ini pernah ketika di Australia, di Adelaide kalau ngga salah. Itu ada satu kawasan mayoritas muslim turunan Indonesia. Umumnya di sana cari perempuan itu sulit. Terutama perempuan muslimah itu. Maka dia yang mau menikah bagi yang mampu secara ekonomi ada yang banyak ke Indonesia, pulang. Setidaknya mencari perempuan yang sama agamanya, muslimah.Tapi, nggak semua berkemampuan seperti itu. Misalnya, kasus seperti itu kok kita paksakan dengan muslimah padahal tidak ada muslimahnya. Itu misalnya kasus yang real ya. Tinggal sekarang kalau orang di Indonesia, kan tidak kekurangan stok kan. Masih banyak. Kenapa mesti cari yang lain. Artinya situasional kan. Ngga bisa digebyar riah ngga boleh. Dan tidak pula juga lalu boleh, kapan saja siapa saja tidak. Kasuistis.