prinsip keterbukaan dalam penerbitan ijin …

17
PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN SEBAGAI SARANA PERLINDUNGAN HUKUM DAN MENCEGAH KONFLIK TERHADAP WARGA MASYARAKAT 1 Abd. Rachman A. Latif 2 Imam Ropii 3 Hb. Sudjiantoro 4 Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Abstraksi Prinsip keterbukaan merupakan salah satu landasan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini selain merupakan asas bagi para penyelenggara negara secara normatif merupakan ketentuan hukum yang harus dipedomani dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai landasan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berlakuannya telah memiliki kekuatan hukum yakni Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Melalui ke dua instrumen hukum tersebut keterbukaan harus menjadi dasar para penyelenggara pemerintahan dalam mengeluarkan kebijakan berupa ijin mendirikan bangunan (IMB) yang diajukan oleh warga negara baik untuk perorangan maupun kelompok. Melalui instrumen ijin legalitas kegiatan rakyat dapat dikendalikan dan dipertanggungjawabkan. Melalui penerapan prinsip keterbukaan dalam menerbitkan ijin perlindungan hukum kepada rakyat yang berpotensi kena dampak sekitar diadakannya bangunan itu. Hal ini mengingat adanya dampak sosial dan juga lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pengadaan bangunan yang telah dilegalkan oleh pemerintah melalui ijin. Kata kunci: Keterbukaan, Ijin Mendirikan Bangunan, Perlindungan Hukum, Masyarakat Abstract The principle of openness is one of the important foundation in governance. This principle is a principle in addition to the normative state administrators are legal requirements that must be followed in governance. As the basis of governance that already have the legal force of Act No. 28 of 1999 on State Officials Clean and Free from Corruption, Collusion and Nepotism (KKN) and Law No. 14 of 2008 on Public Information. Through two legal instruments that openness should be the basis of government actors in the form of a policy issued building permits (IMB) filed by citizens of both individuals and groups. Through the activities of folk instruments legality license can be controlled and accounted for. Through the application of the principle of transparency in issuing permits legal protection to people who are potentially affected around the holding of the building. This is because their social and environmental impacts arising from procurement activities building which has been legalized by the government through a permit. Keywords: Openness, Building Permit, Legal Protection, Community 1 Tulisan ini merupakan ringkasan hasil Penelitian Fundamental 2013 2 Alamat Korespondesi (ketua Peneliti) : [email protected] 3 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota) : [email protected] 4 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota): [email protected]

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN

BANGUNAN SEBAGAI SARANA PERLINDUNGAN HUKUM DAN MENCEGAH

KONFLIK

TERHADAP WARGA MASYARAKAT1

Abd. Rachman A. Latif2 Imam Ropii3 Hb. Sudjiantoro4

Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang

Abstraksi

Prinsip keterbukaan merupakan salah satu landasan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip ini

selain merupakan asas bagi para penyelenggara negara secara normatif merupakan ketentuan hukum yang

harus dipedomani dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai landasan dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang berlakuannya telah memiliki kekuatan hukum yakni Undang-undang Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Melalui ke dua instrumen

hukum tersebut keterbukaan harus menjadi dasar para penyelenggara pemerintahan dalam mengeluarkan

kebijakan berupa ijin mendirikan bangunan (IMB) yang diajukan oleh warga negara baik untuk perorangan

maupun kelompok. Melalui instrumen ijin legalitas kegiatan rakyat dapat dikendalikan dan

dipertanggungjawabkan. Melalui penerapan prinsip keterbukaan dalam menerbitkan ijin perlindungan hukum

kepada rakyat yang berpotensi kena dampak sekitar diadakannya bangunan itu. Hal ini mengingat adanya

dampak sosial dan juga lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pengadaan bangunan yang telah dilegalkan

oleh pemerintah melalui ijin.

Kata kunci: Keterbukaan, Ijin Mendirikan Bangunan, Perlindungan Hukum, Masyarakat

Abstract The principle of openness is one of the important foundation in governance. This principle is a principle in

addition to the normative state administrators are legal requirements that must be followed in governance. As

the basis of governance that already have the legal force of Act No. 28 of 1999 on State Officials Clean and Free

from Corruption, Collusion and Nepotism (KKN) and Law No. 14 of 2008 on Public Information. Through two

legal instruments that openness should be the basis of government actors in the form of a policy issued building

permits (IMB) filed by citizens of both individuals and groups. Through the activities of folk instruments

legality license can be controlled and accounted for. Through the application of the principle of transparency in

issuing permits legal protection to people who are potentially affected around the holding of the building. This is

because their social and environmental impacts arising from procurement activities building which has been

legalized by the government through a permit.

Keywords: Openness, Building Permit, Legal Protection, Community

1 Tulisan ini merupakan ringkasan hasil Penelitian Fundamental 2013 2 Alamat Korespondesi (ketua Peneliti) : [email protected] 3 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota) : [email protected] 4 Alamat Korespondesi (Peneliti anggota): [email protected]

Page 2: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 71

A. Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan

Upaya mewujudkan kepemerintahan

yang baik dan bersih (Good and Clean Go

vernment) terus digagas dan dikembangkan

melalui berbagai kajian dan pembentukan

instrumen hukum serta kelembagaan. Gaga

san dan pengem bangan terhadap prinsip-

prinsip umum kepe merintahan yang baik

(General Principles of Good Government)

merupakan wujud kesadaran atas penting

nya penyelenggaraan pemerintahan yang

sesuai dengan kaidah-kaidah dan prinsip

kepemerintahan yang baik.

Selain dalam praktek yang dilakukan

oleh pemerintah para akademisi dan pemer

hati juga melakukan kajian dalam rangka

pengembangan ilmu hukum adminitrasi

negara yang hasilnya akan disumbangkan

kepada para pengambil kebijakan dalam

penyelenggaraan pemerintahan baik sebagai

bahan baku ataupun bahan perbaikan dalam

mempersiapkan rancangan peraturan perun

dang-undangan maupun kebijakan yang

akan diambil.5

Terbentuknya kepemerintahan yang

baik diharapkan dapat memperkuat perlin

dungan hukum kepada pemerintah selaku

penyelenggara dan warga masyarakat mela

lui pembentukan instrumen hukum dan

kelembagaan. Bentuk penguatan dan perlin

dungan warga masyarakat salah satunya

adalah melalui pembentukan instrumen

hukum berupa pembatasan dan pengawasan

dalam penyelenggara pemerintahan (admi

nistrasi negara) dan instrumen kelembagaan

yang berfungsi untuk menampung dan

mengawasi pelaksanaan pemerintahan serta

memulihkan keadaan yang dapat me nimbul

5 Himpunan berbagai pemikiran para akademisi

terkait dengan upaya membangun pemerintahan yang

baik dapat ditemukan dalam bukunya Paulus Effendi

Lotulung, Himpunan Makalah Azaz-Azaz Umum

Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), Lembaga

Penelitian dan Pengembangan Hukum Administrasi

Negara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994.

kan kerugian bagi warga negara akibat dari

tindakan pemerintahan.6

Keberadaan norma hukum dengan

karak tersaksinya yang tegas dalam kehidu

pan masyarakat diperuntukkan bagi upaya

untuk menciptakan ketertiban, kepastian dan

keadilan warga masyarakat.7 Salah satu wu

jud perlindungan penyelenggara negara dan

hak masyarakat terkait dengan informasi

publik (hak infor masi) datur dalam UU No.

14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Infor

masi Publik (UU-KIP) yang diundangkan

pada tanggal 30 April 2008.8 Dalam Pasal

64 ayat (1) dinyatakan : Undang-undang ini

mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal

diundangkan. Dengan demikian UU tersebut

berlaku efektif 1 Mei 2010, ma ka sejak itu

hak publik warga negara terhadap penye

lenggaraan negara dapat diakses kecuali hal-

hal yang membahayakan negara dan harus

dirahasiakan sebagaimana yang diatur da

lam undang-undang.9

Pembentukan UU-KIP adalah sejalan

dengan tuntutan reformasi dan demokra

tisasi setelah selama masa orde baru hak

politik warga negara terbatasi kebebasan

nya. Karena itu tepat sekali landasan (kon

sideran) diundang kannya UU-KIP , bahwa

hak memperoleh informasi merupakan hak

asasi manusia dan keterbukaan informasi

publik merupakan salah satu ciri penting

negara demokratis yang menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat untuk mewujud kan penye

lenggaraan negara yang baik.10

6 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, Pokok-

Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,

Yogyakarta, 1987, hlm. 57. 7 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,

Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan

Pelayanan Publik, Cetakan I, Nuansa, Bandung,

2010, hlm. 99. 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik LN RI Tahun

2008 Nomor 61, TLN No. 4846. 9 Ketentuan tentang informasi yang

dikecualikan untuk disampaikan kepada publik diatur

pada Pasal 17 UU No. 14 Tahun 2008. 10 Ibid, konsederan huruf a,

Page 3: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

72 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

Salah satu fungsi hukum adalah untuk

mengatur (regelen) perbuatan hukum dan hu

bungan hukum para subjek hukum agar ma

sing-masing dalam menjalankan aktifitas

dan menunaikan hak dan kewajiban secara

legal pula.11 Terhadap fungsi hukum yang

demikian diharapkan terdapat keseimbang

an dalam penu aian hak dan kewajibannya.

Perbuatan dan hubungan hukum pemerintah

maupun warga negara dapat dikendalikan

untuk memberikan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum terhadap warga

negara merupakan konsep yang universal

yang menjadi salah satu tujuan dari diben

tuknya organisasi negara.12 Meskipun per

lindungan hukum merupakan konsep univer

sal tetapi di setiap negara memiliki konsep

dan mekanisme, serta filosofi sendiri-sendiri

dalam implemen tasinya.

Penguatan perlindungan hukum terha

dap rakyat terdapat beberapa alasan yang

mendasarinya. H.D van Wijk/Willem Konij

nenbelt misalnya, yang menyatakan: 13

Pertama, da lam berbagai hal warga negara

(termasuk badan hukum perdata) bergan

tung pada keputusan pemerintah (kebutuhan

izin misalnya); kedua, hubungan antara

pemerintah dan warga negara tidak berjalan

pada posisi sejajar (warga negara pada

posisi yang lemah); ketiga, berba gai

perselisihan atau sengketa berkenaan de

ngan keputusan yang bersifat sepihak dalam

melakukan intervensi terhadap kehidupan

war ga negara, terlebih pada ketetapan yang

didasar kan pada kewenangan bebas.

Dalam perspektif hukum administrasi

per lindungan hukum dilakukan dalam dua

cara, yakni melalui perlindungan hukum

11 Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum

Administrasi dan Peradilan Administrasi, UII Press,

Yogyakarta, 2009,hlm.118-119. 12 Perlindungan hukum sebagai salah satu aspek

yang wajib dilakukan oleh negara melalui lembaga

dan aparatnya terhadap rakyat. Perlindungan seluruh

rakyat Indonesia (bangsa) merupakan salah satu

tujuan dibentuknya negara ini sebagaimana

dinyatakan dalam Pembukaan UUDNRI 1945 alinea

IV “... melindungi segenap bangsa Indonesia...” 13 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,

UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.228.

secara preventif dan secara represif.14 Per

lindungan hukum preventif (preventieve

rechtsbescherming) merupakan upaya-

upaya yang dilakukan untuk mencegah ter

jadinya perbuatan menyimpang atau kegia

tan antisipasi terhadap langkah-langkah

yang akan dilakukan oleh pemerintah.15

Perlindungan hukum ini dilaksanakan se

belum adanya akibat hukum yang menimpa

warga negara. Beberapa bentuk perlindung

an hukum preventif yang dikenal dan lazim

diper gunakan dalam rangka melindungi

warga negara terdiri dari pengawasan, penge

sahan atau persetujuan, keterbukaan peme

rintahan dan peran serta warga negara.16

Sedangkan perlindungan secara represif

merupakan perlindungan hukum yang dite

rapkan ketika telah ada tindakan hukum

yang merugikan dan atau melanggar hak-

hak warga negara.17 Bentuk dan mekanisme

perlindungan hukum represif ini disesuai

kan dengan bentuk perbuatan dan instrumen

yang digunakan oleh pemerintah. Bentuk

perlin dungan hukum represif dapat berben

tuk judi cial review, upaya administratif (ad

ministratief beroep), dan gugatan hukum ke

Pengadilan Tata Usaha Negara/Administra

si.

Dalam negara hukum, pemerintah

dibeka li dengan kewenangan (bevoegdheid)

atau kekuasaan hukum (Rechts Macht/Legal

Power) untuk menyelenggarakan pemerinta

han. Jenis kewenangan yang dipunyai oleh

pemerintah berwujud dalam tiga bentuk,

yakni kewenang an atribusi, delegasi dan

mandat.18 Untuk mengimbangi dan manjaga

akibat dari pemberian kewenangan kepada

pemerintah harus juga dibarengi dengan kon

trol melalui instrumen hukum dan kelemba

gaan baik oleh lembaga yang diberi kewe

nangan melakukan pengawasan dan peninda

14 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum

Bagi Rakyat di Indonesia. PT. Bina Ilmu, Surabaya,

1987, hlm. 3-5. 15 Ridwan HR, op. cit, hlm. 124. 16 Ibid, hlm. 125. 17 Ibid, hal.141. 18 Philipus M. Hadjon (et.al). Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press, 1994, hal. 130.

Page 4: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 73

kan maupun kontrol yang dilakukan oleh

rakyat baik perorangan maupun secara ber

kelompok.

Indonesia sebagai negara hukum mo

dern/ negara kesejahteraan atau Welfare

State,19 tugas pemerintah adalah mengupaya

kan terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh

rakyat (bestuur zorg).20 Upaya mewujudkan

kesejahteraan rakyat dengan melakukan ber

bagai tindakan hukum dengan menggunakan

berbagai intrumen hukum yang tersedia.

Salah satu intrumen hukum yang sering

digunakan untuk mengendali kan kegiatan

serta mencegah dan memberikan perlindung

an hukum kepada rakyat yang lebih luas

adalah melalui ijin yang diwadahi dalam

bentuk keputusan.

Penerbitan ijin bangunan merupakan

sa lah satu bentuk tindakan hukum dari

pejabat tata usaha negara yang diwadahi

dalam bentuk Keputusan. Keputusan (TUN)

merupakan ins trumen hukum pemerintah

yang dimaksudkan untuk mengendalikan

aktivitas rakyat dan me lindungi kepenting

an rakyat lainnya. Secara yuridis dalam rang

kaian norma hukum keputusan merupakan

norma penutup,21 Artinya tidak ada bentuk

norma hukum yang lain setelah kepu tusan

itu yang lebih konkrit.

2. Permasalahan dan Tujuan Penelitian

19 Dalam konsep negara moderen welfare State

tugas pemerintah bukan lagi sebagai penjaga malam

dan tidak boleh pasif tetapi harus aktif turut serta

dalam kegiatan masyarakat sehingga kesejahteraan

bagi semua orang tetap terjamin. SF. Marbun dan

Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum

Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta,1987, hal.

45. 20 Secara ekplisit tujuan bangsa Indonesia

melalui pembentukan pemerintah negara Indonesia

dapat ditemukan dalam Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada

alinea IV yakni 1) melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan

2) memajukan kesejahteraan umum, 3)

mencerdaskan kehidupan bangsa dan 4) ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 21 Philipus M. Hadjon (et.al). Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia, op.cit, hal. 125.

Permasalahan dalam penulisan ini

dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana

perkembangan pengaturan hukum prinsip

keterbukaan dalam peraturan perundang-

undangan? 2. Bagaimana implementasi

prinsip keterbukaan dalam penerbitan ijin

bangunan rumah sakit aka demik universitas

Brawijaya Malang?

Penulisan ini bertujuan 1. Mendes

kripsi kan dan menganalisis perkembangan

pengaturan prinsip keterbukaan dalam pera

turan perundang-undangan baik peraturan

pusat maupun daerah. 2) Menelaah dan

mendeskripsikan implementasi prinsip keter

bukaan dalam penerbitan ijin mendirikan

bangunan untuk pembang unan rumah sakit

akademik universitas Brawijaya Malang.

3. Tinjauan Pustaka

Prinsip keterbukaan sebagai salah satu

asas dalam penyelenggaraan negara (peme

rintahan) lahir mengemukan sejalan dengan

tun tutan demokratisasi dalam penyeleng

garaan pemerintahan setelah sekian waktu

kehidupan sosial politik dan kenegaraan

Indonesia berada di bawah pengawasan dan

tekanan rejim orde baru yang cenderung

otoriter. Diundangkannya Undang-Undang

tentang Penyelenggara Negara merupakan

sebuah langkah yang sangat monumental

bagi penyelenggaraan negara di Indonesia.

Hal ini dikarenakan melalui penguatan hu

kum terhadap prinsip penyelenggaraan nega

ra merupakan langkah nyata menuju ter wu

judnya cita-cita bangsa.22 Secara normatif

asas-asas penyelenggaraan negara telah

22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 pada

Konsideran menimbang huruf b. bahwa untuk

mewujudkan Penyelenggaraan Negara yang mampu

menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-

sungguh dan penuh tanggungjawab, perlu diletakkan

asas-asas penyelenggaraan negara; c. bahwa praktek

korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan

antar-Penyelenggara Negara melainkan juga antara

Penyelenggaraan Negara dan pihak lain yang dapat

merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara serta membahayakan

eksistensi negara, sehingga diperlukan landasan

hukum untuk pencegahannya.

Page 5: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

74 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

memiliki kekuatan yuridis sehingga mela

hirkan kewa jiban dan sanksi jika ketentuan

tersebut tidak dijalankan. Hanya saja bagai

mana implentasi ketentuan tersebut dalam

prakteknya. Jika secara normatif telah berla

ku bagaimana penjabaran ketentuan tersebut

diimplementasikan dalam pembentukan pera

turan perundang-undangan di daerah.

Keterbukaan merupakan wujud dari

asas demokrasi, dimana keterbukaan sebagai

bentuk pemenuhan prinsip pemerintahan

demorkasi yang dipraktekkan oleh negara-

negara moderen. Keterbukaan yang konsis

ten selanjutnya akan dapat melahirkan parti

sipasi (peranserta) warga masyarakat yang

dapat memberikan dukungan atau pengawa

san terkait dengan berbagai kebijakan peme

rintah. Keberadaan asas keterbukaan secara

normatif diharapkan mampu memandu dan

membentuk perilaku penyelenggara negara

yang semakin efektif dan efisien dalam pe

nyelenggaraan pemerintahan yang di bareng

i dengan pemenuhan hak-hak masyarakat

dalam bentuk layanan publik.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis hu

kum penelitian normatif, yaitu penelitian

yang berusaha untuk meneliti bahan pustaka

atau data sekunder belaka atau penelitian

hukum kepustakaan.23 Penelitian hukum

normatif mengkaji hukum yang dikonsep

sikan sebagai norma atau kaidah yang

berlaku dalam masyarakat yang menjadi

acuan perilaku setiap orang.24 Fokus kajian

penelitian hukum normatif adalah inven

tarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin

hukum, penemuan hukum dalam perkara in

con creto, sistematik hukum, taraf sinkroni

sasi hukum, perbandingan hukum, dan

sejarah hukum.25

23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2007,hlm. 14. 24 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan

Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

2004,hlm.52. 25 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian

Hukum. Rajawali Press, Jakarta, 1998,hlm. 83-96.

Pendekatan penelitian menggunakan

pendekatan hukum formal (Statutory) , kon

sep (Conceptual), dan kasus (Case). Pende

katan kasus memilih Keputusan Kepala

BPPT Kota Malang No. 640/0232/35.73.

407/2010 tanggal 29 Januari 2010 tentang

Ijin Mendirikan Bangunan Rumah Sakit

Akademik Universitas Brawijaya (RSAUB)

Putusan PTUN No.15/G/ 2010/PTUN.SBY

dan Putusan PTTUN No. 161/B/2010/PT.

TUN SBY. Penggunaan beberapa pende

katan sekaligus dimaksudkan agar bisa men

dapatkan informasi dari berbagai aspek

mengenai isu atau permasalahan yang

hendak diteliti.26

Bahan hukum menggunakan data

sekunder berupa bahan-bahan pustaka 27

yang mencakup bahan hukum primer, se

kunder dan tertier.28 Pengumpulan bahan

hukum menggunakan teknik dokumenter/

kepustakaan, telaah literatur, serta telaah

kasus. Sedangkan analisis dan penyajian

hasil penelitian dilakukan secara deskriptif

kualitatif.29 Karena penelitian ini penelitian

hukum normatif maka akan diikuti dengan

telaah yuridis analitis dengan cara inte

pretasi.30

C. Hasil dan Pembahasan

1. Istilah dan Perkembangan Prinsip Ke

terbukaan.

Kata prinsip berarti dasar; asas (ke

benaran yang menjadi pokok dasar berpikir,

bertin dak dsb).31 Daryanto mengartikan

prinsip (n) dengan kebenaran yang yang

menjadi pokok dasar pemikiran seseorang.32

26 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,

Prenada Media, Jakarta, 2005,hlm. 93. 27 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op. cit,

hlm. 12. 28 Ibid, hlm. 13. 29 Abdul Kadir Muhammad, Op.cit. hlm. 127. 30 Sunaryati Hartono CFG, Penelitian Hukum di

Indonesia pada Abad ke-20. Alumni, Bandung, 1994.

hlm. 22. 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Balai

Pustaka, Jakarta. 1990, hlm. 701. 32 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap

(EYD dan Pengetahuan Umum), Apolo, Surabaya,

1997, hlm. 489-490.

Page 6: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 75

Kamus Inggris – Indonesia memberikan arti

principle (prinsip-Indonesia) sebagai: 1.

Asas, dasar, 2. Prinsip, 3. Pendirian.33 Se

dangkan keterbukaan berasal dari kata ter

buka mendapat awalan ke dan akhiran an.

Keterbukaan berarti hal terbuka.34 Dalam

bahasa Belanda openbaar (bw =bijwoor

delijk - kata tambah) berarti terbuka (untuk

umum) dan openbaarheid berarti keadaan/

hal terbuka (untuk umum).35

Sikap terbuka yang dimiliki oleh

badan dan pejabat publik adalah sikap untuk

bersedia memberitahukan dan sikap untuk

bersedia menerima pengetahuan atau infor

masi dari pihak lain. Sedangkan keterbu

kaan dapat dimaknai keadaan yang me

mungkinkan tersedianya informasi yang

dapat diberikan dan didapatkan oleh masya

rakat luas oleh penyedia informasi. Pada

akhirnya dengan adanya prinsip keterbu

kaan dalam penyelenggaraan pemerintahan

ma syarakat akan dapat mengakses dan

mendapatkan berbagai informasi melalui

cara dan ter hadap hal yang dapat diketahui

oleh publik sesuai dengan peraturan perun

dang-undang yang mengatur tentang hal itu.

Berdasarkan UU Keterbukaan Infor

masi Publik (UU-KIP), bahwa penye

lenggara pemerintahan memiliki legalitas

hukum berupa kewajiban dan juga perlin

dungan untuk memberi dan tidak memberi

informasi tentang penyelenggara dan penye

lenggaraan badan publik dan sebaliknya ma

syarakat memiliki legalitas dan perlindung

an hukum yang kuat untuk berperanserta

dalam melakukan pengawasan berupa hak

untuk mendapat informasi terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan terse but.

Dengan demikian keterbukaan merupakan

suatu kondisi yang memungkinkan masya

33 Jhon M Echols, Hassan Shadilly, Kamus

Inggris – Indonesia, (PT. Gramedia, Jakarta, 1984,

hal. 447. 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

KKBI, op.cit, hlm. 132. 35 Wojowasito,S. Kamus Umum Belanda

Indonesia. PT. Lestari Perkasa, Jakarta, 2006, hlm.

462.

rakat untuk berpartisipasi dalam penyeleng

garaan kehidupan bernegara.

Keterbukaan sebagai prinsip penting

dalam penyelenggaraan pemerintahan seba

gai mana diatur dalam Undang-undang

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyeleng

gara Negara Yang Bersih Bebas dari Korup

si, Kolusi dan Nepotisme. Sebagai negara

hukum demokratis penyelenggaraan peme

rintahan dicirikan adanya keterbukaan/

transparansi. Melalui keterbukaan ini menja

di bukti bahwa pemerintah harus sanggup

bertanggung jawab atas semua kegiatan

pemerintahan yang dilakukannya terhadap

rakyat.

2. Pengaturan Hukum Prinsip Keterbu

kaan

Keterbukaan pemerintahan sebagai

prinsip dasar penyelenggaraan pemerinta

han telah lama dikenal.36 Perkembangan

konsepsi keterbukaan di Indonesia tidak

terlepas dari gagasan ahli hukum adminis

trasi Belanda Crince Le Roy saat penyam

paian rangkuman kuliah pada penataran

lanjutan Hukum Tata Usaha Nega ra/Hukum

Tata Pemerintahan di Fakultas Hu kum

Universitas Airlangga Surabaya pada ta hun

1978 melalui pengenalan Azas-azas U mum

Pemerintahan yang Baik (Algemene Be

ginselen van Behoorlijk Bestuur/ABBB).37

Gagasan dilahirkannya azas-azas

umum pemerintahan yang baik pada

awalnya dimun culkan sebagai bentuk upaya

lain untuk membe rikan perlindungan

hukum yang lebih baik bagi rakyat Belanda

disamping telah dilakukan me lalui berbagai

peraturan undang-undangan yang telah ada

dari kemungkinan perbuatan menyim pang

oleh pemerintah/administrasi negara yang

36 SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, op. cit,

hlm.

37 Ateng Syafrudin, Asas-Asas Pemerintahan

Yang Layak Pegangan Bagi Pengabdian Kepala

Daerah, dalam Paulus Effendie Lotulung. Himpunan

Makalah Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik

(AAUPB) seri II, LPPHN, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung. 1994, hlm.38.

Page 7: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

76 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

akan menimbulkan kerugian bagi warga ma

syarakat.38 Perwujudan gagasan di Belanda

pa da tahun 1950 telah dilakukan perintisan

oleh sebuah komisi yang dikenal dengan

Komisi de Monchy yang kemudian disusul

Komisi van der Grinten yang dibentuk

dengan tugas untuk melakukan penelitian,

pengkajian dan perumusan tentang asas-

asas umum pemerintahan yang baik (alge

mene beginselen van behoorlijk bestuur

atau the general principles of good admini

stration).39 Saat diperkenalkan di Indone sia

terdapat 11 asas yang kemudian oleh Koen

tjoro Poerbopranoto ditambah dua asas lagi

sehingga menjadi 13 asas yakni asas yang

no mor 12 dan 13.40 Penambahan dua asas

tersebut dimaksudkan untuk disesuaikan

dengan kondisi sosioal dan budaya bangsa

Indonesia waktu itu.

Permasalahan selanjutnya, bagaima

na pengaturan asas-asas umum pemerinta

han yang baik dalam peraturan perunang-

undangan di Indonesia? Pengkajian dan in

ventarisasi asas-asas umum pemerintahan

yang baik di Indonesia tidak dapat dilepas

kan dengan sejarah pembentukan peradilan

TUN sebagai pera dilan khusus yang menga

dili sengketa yang timbul dalam bidang Tata

38 Marbun SF dan Moh. Mahfud MD, op. cit,

hlm. 58.

39 Philipus M. Hadjon, Asas-Asas Umum

pemerintahan Yang Baik (algemene beginselen van

behoorlijk bestuur) dalam Paulus Effendie Lotulung,

Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan

Yang baik (AAUPB) seri II, LPPHN, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 105.

40 Koentjoro Poerbopranoto, Beberapa Catatan

Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan

Administrasi Negara, Alumni, Bandung, 1978. Hal.

29-30. Asas-asas umum pemerintahan yang baik

tersebut terdiri atas : 1. Asas kepastian hukum; 2.

Asas keseimbangan; 3. Asas kesamaan; 4. Asas

bertindak cermat; 5. Asas motivasi; 6. Asas jangan

mencampuradukkan kewenangan; 7. Asas fair play;

8. Asas keadilan atau kewajaran; 9. Asas menggapi

pengharapan yang wajar;10. Asas meniadakan

akibat-akibat suatu keputusan yang batal; 11. Asas

perlindungan atau pandangan hidup; 12. Asas

kebijaksanaan; 13. Asas penyelenggaraan

kepentingan umum. Asas ke 12 dan 13 merupakan

penambahan dari Koetjoro Poerbopranoto yang

menurutnya merupakan asas yang khas Indonesia.

Usaha Negara antara orang atau badan hu

kum perdata dengan Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara baik di pusat maupun di

daerah sebagai akibat dikeluarkannya

KTUN termasuk sengketa kepegawaian ber

dasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.41

Sistem Peradilan di Indonesia berda

sarkan UU No. 14 Tahun 1970, bahwa

lingkup kekuasaan pengadilan di Indonesia

ada 4 yakni Pengadilan Umum, Pengadilan

Agama, Pengadilan Militer dan Pengadilan

Tata Usaha Negara (PTUN).42 Amanat un

dang-undang tersebut pada tahun 1986 telah

diundangkan UU No.No. 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU

PTUN). Sebagaimana diketahui bahwa pada

awal kelahiran UU PTUN43 alasan untuk

menggugat seseorang atau badan hukum

masih belum menggunakan asas-asas umum

pemerintahan yang baik sebagai salah satu

tolok ukur pengujian dan dasar dalam me

ngajukan gugatan ke pengadilan.

Perkembangan perpolitikan di tanah

air maka pada tahun 1998 telah terjadi per

gantian kekuasaan dari rejim orde baru yang

dipimpin oleh HM. Soeharto oleh rejim

Reformasi. Pergantian tersebut telah membu

ka kran demokratisasi dalam segala aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya

untuk merubah dan memperbaharui dasar

dan praktek penyelenggaraan negara mulai

dilakukan melalui perubahan UUD 1945

dan diikuti penataan dan pembentukan ke

lembagaan baru sebagai dampak dan amanat

dari perubahan Konstitusi. Hasil perubahan

korelatif UUD 1945 dengan penataan kelem

bagaan negara adalah dalam proses legis lasi

yakni pemberian kewenangan (hak) kepada

41 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986

Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka

4.

42 Pasal 10 ayat (1). UU No. 14 Tahun 1970

Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman

43. Peradilan Tata Usaha Negara yang

dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun

1986 efektif berlakunya dimulai pada bulan Januari

tahun 1991. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal

114 Peradilan Tata Usaha Negara disebut juga

sebagai Peradilan Administrasi.

Page 8: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 77

DPR untuk membentuk UU dari yang sebe

lum nya hak itu ada pada Presiden.44

Salah satu instrumen hukum untuk

mencegah, mengoreksi penyimpangan pe

nyelenggaraan negara saat ini undang-un

dang tentang penyelenggaraan negara yang

bebas dari ko rupsi, kolusi dan nepotisme

(UU No. 28 Th 1999). Dalam undang-

undang tersebut,45 dimuat asas-asas penye

lenggaraan negara (pemerintahan) yang

wajib dijadikan pegangan untuk diwujudkan

oleh semua lembaga yang memiliki fungsi

sebagai penyelenggara negara.46 Dalam

undang-undang tersebut diatur asas-asas

penyelenggaraan pemerintahan yang salah

satunya adalah asas keterbukaan.47

Secara fungsional penyelenggaraan

pemerintahan merupakan cabang penye

lenggara negara sebagaimana konsepsi trias

politikanya. Dalam perspektif fungsional

44. Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia memberikan kekuasaan pada

DPR untuk membentuk undang-undang dimana

sebelum dilakukannya perubahan kekuasaan ini

berada pada lembaga Presiden.

45. Pada Bab III Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,

dan Nepotisme (selanjutnya di tulis UU No. 28

Tahun 1999) dimuat asas-asas umum penyeleng

garaan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan

negara tersebut meliputi :1. Asas Kepastian Hukum;

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara; 3. Asas

Kepentingan Umum; 4. Asas Keterbu kaan; 5. Asas

Proporsionalitas; 6. Asas Profesionalitas; dan 7. Asas

Akuntabilitas.

46. Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999

menegaskan, Penyelenggara Negara meliputi:1. Peja

bat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara; 2. Peja

bat Negara pada Lembaga Tinggi Negara; 3. Menteri;

4. Gubernur; 5. Hakim; 6. Pejabat negara yang lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan 7. Pejabat lain yang

memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

47 Dalam penjelasannya, yang dimaksud

dengan "Asas Keterbukaan" adalah asas yang

membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

diskrirninatif tentang penyeienggaraan negara dengan

tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi, golongan, dan rahasia negara.

penyelenggaraan pemerintahan antara

pemerintah pusat dan pemerintahan daerah

hampir tidak ada perbeda an. Karena itu

tepat sekali jika asas-asas penye lenggara

pemerintahan diterapkan diseluruh lini dan

jenjang penyelenggara pemerintahan. Pen

tingnya asas-asas umum dalam penyeleng

gara pemerintahan di daerah ditegaskan

dalam Undang-Undang Tentang Pemerinta

han Daerah, yakni UU No. 32 Tahun 2004. 48

Penerapan asas-asas penyelenggara

pe merintahan sebagai salah satu tolok ukur

untuk menguji tindakan pemerintahan diper

tegas UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peruba

han atas UU No.5 Tahun 1986. Perubahan

tersebut dipandang sebagai hasil koreksi

atas kelemahan undang-undang sebelumnya

sekaligus sebagai wujud responsibilitas atas

dinamika keilmuan hukum adminitrasi. UU

No. 9 Tahun 2009 Pa sal 53 ayat (2) secara

tegas menyatakan, Alasan-alasan yang da

48 Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

daerah dimuat dalam Pasal 20 ayat (1) UU No.

32Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Asas-

asas penyelenggaraan pemerintahan termasuk juga

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah ada 9

asas sebagai berikut :

(1) Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman

pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang

terdiri atas: a. asas kepastian hukum; b. asas tertib.

penyelenggara negara;c. asas kepentingan umum; d.

asas keterbukaan; e. asas proporsionalitas; f. asas profesio

nalitas;g. asas akuntabilitas; h. asas efisiensi; dan i.

asas efektivitas .(2) Dalam menyelenggarakan pemerintahan,

Pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas

pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai dengan pera

turan perundang-undangan. (3) Dalam menyelenggarakan pemerintahan

daerah, pemerintahan daerah menggunakan asas

otonomi dan tugas pembantuan.

Asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

diatur dalam Pasal 20 tersebut merupakan deri

vasi/turunan dari Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dari

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang ditambah

dengan dua asas, yakni asas efisiensi dan asas

efektivitas.

Page 9: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

78 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

pat digunakan dalam gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah:

a) Keputusan Tata Usaha Negara yang

digugat itu bertentangan dengan pera

turan perundang-undangan yang ber

laku;

b) Keputusan Tata Usaha Negara yang

digu gat itu bertentangan dengan asas-

asas umum pemerintahan yang baik.

Penjelasan pasal tersebut, bahwa asas-asas

umum pemerintahan yang baik adalah seba

gaimana dimuat dalam UU No. 28 Tahun

1999. Pencantuman prinsip penyelenggara

pemerin tahan merupakan sebuah langkah

yang sangat strategis dan kemajuan yang

luar biasa. Selain panjangnya jalan yang

ditempuh juga beratnya tantangan untuk

meyakinkan kepada para pihak yang

berwenang membentuk undang-undang ter

sebut. Dengan telah dicantumkannya prin

sip-prinsip penyelenggara pemerintahan ke

da lam tata hukum Indonesia maka prinsip

keter bukaan secara berangsur-angsur akan

dapat diwujudkan sebagai norma atau kai

dah yang akan memiliki daya paksa dan da

ya laku untuk diwujudkan.

Dengan demikian keberlakuan prin

sip keterbukaan memiliki kekuatan yuridis

sebagai alat ukur dan menilai tindakan pe

merintah serta sebagai dasar untuk menggu

gat oleh subjek hukum yang dirugikan oleh

tindakan hukum pemerintah. Sebagai tindak

lanjut penormaan asas keterbukaan ke da

lam tata hukum Indonesia, pada tanggal 30

April 2008 telah disahkan berlakunya UU

No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik.49

Ijin mendirikan bangunan merupa

kan salah satu instrumen pemerintah daerah

dalam mengendalikan dan melindungi hak-

49 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008,

Pasal 64 ayat (1) akan berlaku efektif 2 (dua) tahun

setelah disahkannya undang-undang tersebut.

Undang-undang tersebut diundangkan pada tanggal

30 April 2008 sehingga berlaku efektif mulai pada

tanggal 30 April 2010 dimana dalam rentang waktu

tersebut juga dijadikan tenggang waktu

mempersiapkan peraturan pelaksananya.

hak warga negara agar tidak menyimpang

dari ketentu an peraturan perundangan yang

ada sekaligus untuk membatasi aktivitas

warga negara agar tidak merugikan hak

warga lain.50 Ijin bangu nan yang dikeluar

kan oleh pemerintah daerah merupakan

bentuk legalitas dan perlindungan hukum

dari perbuatan yang dilakukan untuk penga

daan bangunan. Dengan demikian dalam

kontek kegiatan yang memerlukan ijin maka

semua kegiatan yang dilakukan oleh warga

negara yang bermaksud mengadakan suatu

ba ngunan dilarang oleh aturan hukum

kecuali telah mendapatkan ijin. Melalui

pengendalian dan pengaturan kegiatan ma

syarakat dimaksudkan untuk memberi per

lindungan yang lebih luas dari hak masyara

kat.

3.Ijin Mendirikan Bangunan sebagai Ins

trumen Pengaturan dan Perlindungan

Hukum.

Izin(vergunningBelanda),(permissio

n-inggris) dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KKBI) diartikan sebagai pernya

taan mengabul kan (tidak melarang dsb);

persetujuan yang membolehkan.51 Izin men

dirikan bangunan gedung adalah perizinan

yang diberikan oleh Pemerintah Kabupa

ten/Kota kepada pemilik bangunan gedung

untuk membangun baru, mengubah, mem

perluas, mengurangi, dan/atau merawat

bangunan gedung sesuai dengan persyaratan

administratif dan persyaratan teknis yang

berlaku.52

Dengan demikian maka substansi da

lam sebuah ijin mendirikan bangunan meru

pakan pernyataan (penetapan) dari pejabat

yang memiliki kewenangan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang membo

lehkan pemohon untuk mendirikan bangu

50 Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Ijin Usaha di

Indonesia, (Disertasi) Program Pascasarjana

Universitas Airlangga Surabaya, 2004, hlm. 2. 51 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit, hlm. 189. 52 Pasal 1 angka 6, Peraturan Pemerintah

Republik indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28

tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Page 10: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 79

nan. Kebolehan yang diberikan oleh peme

rintah melalui pejabat yang berwewenang

didasarkan atas kajian dari ber bagai aspek

dan pemenuhan syarat melalui me kanisme

yang telah ditentukan.

Mencermati pengertian izin mendiri

kan bangunan yang ada dalam PP No. 36

Tahun 2005 dapat ditarik simpulan, bahwa

izin yang diatur dalam PP tersebut di da

lamnya terkan dung bentuk kegiatan yang

sangat luas terkait dengan izin bangunan.

Berkenaan dengan itu maka izin bangunan

yang dimaksud dalam kaji an ini dibatasi

pada izin mendirikan bangunan bagi penga

daan bangunan yang baru yang belum ada

sebelumnya. Pengadaan bangunan baru

beserta pemanfaatannya akan memberikan

pengaruh (dampak) baik terhadap lingkung

an sosial maupun alam sekitar jika kelak

keberadaan bangunan itu sudah dimanfaat

kan. Untuk itu harus dikendalikan melalui

instrumen hukum berupa izin dalam penga

daan bangunan.

Setiap orang sebelum memulai ke

giatan mendirikan bangunan wajib memili

ki ijin sebagai bentuk kepastian hukum atas

kelaya kan, kenyamanan, keamanan sesuai

dengan fungsinya.53 Dalam realitasnya, IMB

tidak ha nya diperlukan untuk mendirikan

bangunan baru saja, tetapi juga dibutuhkan

untuk membongkar, merenovasi, menam

bah, mengubah, atau memperbaiki yang

mengubah bentuk atau struktur bangunan.

Tujuan diterbitkanya IMB adalah

untuk menjaga ketertiban, keselarasan,

kenyamanan, dan keamanan dari bangunan

itu sendiri terhadap penghuninya maupun

53 UU Nomor 28 Tahun 2002 Tentang

Bangunan pada Pasal 3 dninyatakan : Pengaturan

bangunan gedung bertujuan untuk :

1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional

dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang

serasi dan selaras dengan lingkungannya;

2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan

gedung yang menjamin keandalan teknis

bangunan gedung dari segi keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

3. mewujudkan kepastian hukum dalam

penyelenggaraan bangunan gedung.

lingkunan sekitarnya. Pada sisi lain terhadap

gedung yang telah dibangun, bukti legalitas

atas keberadaan gedung yang bersangkutan

IMB juga diper lukan sebagai pelengkap

dalam permohonan pengajuan kreidit pada

suatu bank. Hal ini di karenakan tidak

semua bangunan ada dan atau dapat di

mohonkan IMB yang secara ekonomis akan

dapat mempengaruhi nilai jual dari bangu

nan tersebut. IMB sebagai instrumen

pengatur dan pengendali serta pelindung

terhadap warga negara (pemohon dan juga

masyarakat sekitar) dikeluarkan oleh peme

rintah daerah setempat (kota/kabupaten).

Permohonan dan pengurusan IMB

membutuhkan pemahaman yang benar ter

kait dengan aturan dan syarat yang diper

lukan sehingga dalam mengajukan IMB ti

dak akan mengalami kendala. Oleh karena

itu informasi mengenai peraturan tersebut

lebih awal seharusnya sudah didapatkan.

Pemahaman terhadap syarat dan aturan

tentang IMB oleh warga negara merupakan

bagian penting sebagai wujud kesadaran

mereka terhadap kegiatan yang menimbul

kan akibat hukum.

Pada umumnya tindakan atau perbua

tan yang dilakukan oleh pemerintah di

kelompokkan menjadi dua, yakni tindakan

hukum (rechtshandelingen) dan perbuatan

nyata (feitelijke handeling). Pembedaan ter

hadap kedua perbuatan pemerintah itu dida

sarkan ada atau tidaknya akibat hukum

(rechtsgevolg) perbuatan tersebut.54 Tin

dakan nyata merupakan tindakan-tindakan

yang tidak ada relevansinya dengan hukum

karena tidak menimbulkan akibat hukum.

Sedangkan tindakan hukum merupakan tin

dakan yang dimaksudkan untuk melahirkan

suatu akibat hukum (menciptakan hak dan

kewajiban).

Terkait dengan hal ini Ridwan me

nyatakan,55 tindakan pemerintahan itu

sebagai pernyataan kehendak sepihak dari

organ pemerin tahan dan membawa akibat

54 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia, op.cit, hlm. 177. 55 Ridwan HR, op.cit, hlm. 81-82.

Page 11: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

80 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

pada hubungan hukum atau keadaan hukum,

maka tindakan tersebut tidak boleh mengan

dung cacat (misalnya kekhilafan/dwaling,

penipuan/bedrog/,paksaan/dwang) yang bera

kibat hukum tidak sah. Setiap tindakan hu

kum selalu didasarkan pada peratu ran pe

rundangan, tidak boleh menyimpang atau

bertentangan dengan hukum yang berakibat

batal (nietig) atau dapat dibatalkan (nietig

baar).

Pemerintah dalam menyelenggara

kan urusan pemerintahan memerlukan ber

bagai dukungan dan sarana (instrumen).

Salah satu instrumen yang diperlukan oleh

pemerintah adalah instrumen hukum. Ins

trumen hukum sebagai dasar dan mengatur

cara bertindak merupakan salah satu dianta

ra instrumen pemerintahan lainnya, yakni

intrumen sumber daya yang tergabung da

lam kepegawaian negara, dan instrumen

sarana dan prasarana yang tergabung dalam

publik domein (kepunyaan publik).

Instrumen hukum berfungsi sebagai

dasar legalitas atas tindakan yang dilakukan

oleh pemerintah sekaligus sebagai tolok

ukur dan sarana perlindungan bagi aparat

administrasi yang bersangkutan. Sedangkan

bagi warga negara instrumen hukum sebagai

sarana melindungi hak-haknya dari kemung

kinan kerugian yang ditimbulkan atau seba

gai akibat dari tindakan pemerintah.

Salah satu instrumen hukum yang se

ring digunakan pemerintah adalah instru

men hukum berupa ijin. Menurut Sjachran

Basah tidaklah mudah memberikan definisi

ijin. Hal ini disebabkan tidak adanya perse

suaian paham para pakar, dimana masing-

masing melihat dari sisi yang berlainan ter

hadap objek yang didefinisikan.56

Sebagai pegangan, ijin merupakan

suatu keputusan administrasi negara yang

dikeluar kan oleh pejabat atau badan yang

berwenang yang memperkenankan suatu

perbuatan yang pada umumnya dilarang.57

Lebih lanjut Kusnu Goesniadhie mengemu

56 Ibid, hlm. 157. 57 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,

op.cit, hlm. 90.

kakan,58 ijin (vergu nning) merupakan suatu

penetapan yang merupakan dispensasi dari

pada larangan oleh un dang-undang. Dije

laskan oleh kusnu, pada umumnya pasal un

dang-undang bersangkutan berbunyi ‘dila

rang tanpa ijin’ .... (melakukan).... dan sete

rusnya. Intinya undang-undang melarang

suatu tindakan tertentu atau tindakan-

tindakan tertentu yang saling berhubungan,

namun untuk dapat bertindak dan mengenda

likan masyarakat dengan cara mengeluarkan

izin.59

Keberadaan ijin dimaksudkan untuk

menciptakan kegiatan positif terhadap aktivi

tas pembangunan. Ijin merupakan sarana

hukum administrasi yang berfungsi untuk

mengendalikan kegiatan warga negara agar

teratur, terarah sesuai dengan tujuan dan

peruntukan yang telah ditetapkan. Sebagai

sarana pengendalian warga negara, sistem

perizinan ditujukan antara lain untuk :60

a. Menjamin adanya kepastian hukum;

b. Memberikan perlindungan kepenting

an umum;

c. Pencegahan kerusakan atau pencema

ran lingkungan; dan

d. Pemerataan distribusi barang tertentu.

Ijin sebagai instrumen pemerintahan

ditelaah dari bentuk hukumnya merupakan

sebuah keputusan tata usaha negara(KTUN)

sehingga selalu dibuat secara tertulis. Seba

gai bagian dari KTUN, ijin memiliki karak

ter yang khas yakni : konkrit, individual,

final, dan menimbulkan akibat hukum.61 Se

bagai ketetapan tertulis, ijin memuat hal-hal

sebagai berikut :62

a. Organ yang berwenang (organ yang

ber wenang memberikan);

58 Kusnu Goesniadhie S, Hukum Perizinan

dalam Hukum Administrasi Negara, Unidha Press,

Malang, 2010, hlm. 41 59 Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia, op.cit. hlm. 126. 60 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik

Sudrajat, op. cit, hlm.94. 61 Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986. 62 Ridwan HR II, op.cit, hlm. 167-170.

Page 12: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 81

b. Yang dialamatkan (ijin ditujukan

kepada pihak yang berkepentingan/

pemohon ijin);

c. Diktum (isi) berisi uraian jelas untuk

apa ijin diberikan, akibat-akibat hu

kum, hak dan kewajiban dan lalin-lain;

d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-

pembatasan, dan syarat;

e. Pemberian alasan. (penyebutan uu,

pertim bangan hukum dan lain-lain);

f. Pemberitahuan tambahan.(informasi

terkait dengan akibat pelanggaran,

sanksi-sanksi dan lain-lain).

Ijin sebagai instrumen hukum peme

rintah bertujuan untuk mengatur dan me

ngendalikan serta memberikan perlindung

an hukum bagi kepentingan umum. Pener

bitan ijin merupakan salah satu wujud dari

pelayanan publik, yakni pelayanan admini

stratif.63 Pelaya nan administratif akan meng

hasilkan berbagai produk dokumen resmi

yang dibutuhkan masyarakat berwujud fisik

yakni berbagai dokumen, antara lain : Surat

Ijin Usaha Penerbitan (SIUP), Ijin Mendi

rikan Bangunan (IMB), Ijin Usaha, Ijin Tra

yek, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Sertifikat Tanah dan lain-lain.64 Se

bagai bentuk pelayanan publik dan tinda

kan hukum oleh pemerintah, maka proses

penerbitan ijin mendirikan bangunan (per

mohonan dan penerbitannya) harus diarah

kan pada pemenuhan terhadap kaidah-kai

dah yang telah ditentukan dalam undang-

undang pelayanan publik dan undang-un

dang keterbukaan informasi publik serta

penyelenggaraan negara.

Perlindungan hukum merupakan kon

sep dalam pergulatan kehidupan bernegara.

63 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik Pasal 5 (1) Ruang

lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan

barang publik, jasa publik serta pelayanan

administratif yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan 64 Agus Prianto, Menakar Kualitas

Pelayanan Publik, In-TRANS, Malang, 2006,

hlm.2.

Kelahiran beberapa sistem hukum di ma

sing-masing negara merupakan hasil perju

angan rakyat un tuk membatasi kekuasaan

penguasa dari tinda kan sewenang-wenang

dan penyalahgunaan wewenang dan melin

dungi rakyat. Perlindungan hukum merupa

kan perlindungan terhadap rakyat dari tinda

kan/perbuatan hukum yang di lakukan oleh

pemerintah berdasarkan hukum positif.65

Perlindungan hukum merupakan kon

sep universal, namun filosofi, bentuk serta

implementasinya sangat beragam dari ma

sing-masing negara. Perlindungan hukum

(aspek hukum administrasi) difokuskan pa

da perlindungan hukum berkenaan dengan

tindakan hukum yang dilakukan oleh peme

rintah. Salah satu bentuk tindakan hukum

pemerintah adalah perbuatan hukum berupa

membuat keputusan (beschikking).

Keberadaan hukum sebagai bagian

yang tidak terpisahkan dari komunitas manu

sia (ubi societas ibi ius). Hukum dalam

perspektif legal istik merupakan produk dari

sebuah sistem ke kuasaanan yang diramu

melalui proses dan kesepakatan para elit

politik di lembaga legis latif yang ditujukan

untuk menciptakan ketertiban bagi masyara

kat.66

Perlindungan hukum merupakan sua

tu jaminan yang diberikan oleh hukum bagi

su bjek hukum yang terlanggar haknya oleh

subjek hukum lain untuk memperoleh

haknya kembali secara legal.67 Perbedaan

sistem hukum akan melahirkan perbedaan

dalam hal bentuk dan jenis sarana perlin

dungan hukum yang digunakan.68 Perlin

dungan hukum dalam hu kum administrasi

menurut Philipus M. Hadjon dibedakan

menjadi dua macam, yaitu perlin dungan hu

kum preventif dan represif.

65 Ridwan, HR. Hukum Administrasi Negara,

UII Press, Yogyakarta,2002, hlm. 221.

66 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep

Hukum dalam Pembangunan. Alumni, Bandung,

2006, hlm. 3.

67 Ridwan HR, op. cit., hlm. 119.

68 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum

Bagi Rakyat di Indonesia, op. cit., hlm. 5.

Page 13: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

82 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

Perlindungan hukum preventif (pre

ventieve rechtsbescherming) merupakan ca

ra mencegah terjadinya perbuatan menyim

pang atau kegiatan antisipasi terhadap lang

kah-langkah yang akan dilakukan oleh

pemerintah termasuk dalam hal ini tindakan

pemerintahan yang didasarkan atas kebeba

san bertindak dari pemerintah yang berpeng

aruh besar berupa sikap kehati-hatian dalam

mengambil suatu keputusan. Munculnya

Perlindungan hukum preventif da lam hu

kum administrasi negara tidak lepas dari hak

warga negara untuk mengajukan keberatan

atau dimintai pendapatnya mengenai renca

na keputusan yang akan dikeluarkan atau

berbentuk difinitif.69

Terdapat empat bentuk perlindungan

hukum preventif, yakni pengawasan, penge

sahan atau persetujuan, keterbukaan peme

rintahan, dan peran serta warga negara.70

Pengawasan terhadap administrasi merupa

kan proses pemantauan, pemeriksaan, dan

penilaian yang di lakukan oleh badan atau

lembaga yang berwenang terhadap tindakan

hukum yang dilakukan oleh administrasi

dengan maksud untuk mencegah terjadinya

pelanggaran hukum dan/atau hak-hak warga

negara. Pengawasan terhadap administrasi

dapat dilakukan oleh lembaga interen, eks

teren, serta oleh masyarakat.71

Pengesahan atau persetujuan merupa

kan bagian dari pengawasan preventif yang

dilaku kan oleh organ pemerintahan yang

lebih tinggi kepada organ pemerintahan

yang lebih rendah tingkatannya. Prosedur

pengesahan misalnya dalam pemberlakuan

Rancangan Peraturan Daerah dan Rancang

an Peraturan Kepala Daerah tentang

APBD.72 Menurut Ridwan73 Pengesahan,

69 Ibid, hlm.3.

70 Ridwan HR, Op.Cit, hlm. 125.

71 Ibid, hlm. 127-128.

72 Pasal 185-186 UU No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD. Pasal 185 (1) Raperda Provinsi tentang

APBD yang telah disetujui bersama dan Rancangan

Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD

sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3

(tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam

persetujuan, penundaan, atau pembatalan

oleh organ satuan pemerintahan yang lebih

tinggi bukan dimaksudkan untuk mengurang

i atau meniadakan kewenangan legislasi pe

merintahan, akan tetapi dimaksudkan untuk

ketertiban norma-norma hukum dan membe

rikan perlindungan hukum bagi warga nega

ra. Per lindungan hukum preventif lainnya

adalah ke terbukaan pemerintahan. P.M.B

Schrijvers en H.C.M. Smeets sebagaimana

dikutif Ridwan74 keterbukaan pemerintahan

sebagai metode perlindungan hukum pre

ventif memiliki keterkaitan dengan gagasan

negara hukum demokratis (democratische

rechtsstaat) dan dianggap sebagai suatu prin

sip demokrasi (democratishe beginsel). Da

lam konsepsi negara hukum demokratis,

pemerintah tidak semata-mata dipo sisikan

sebagai pihak yang memiliki kewajiban un

tuk mengupayakan terselelenggaranya kese

jahteraan bagi warga negaranya (bestuur

zorg) tetapi juga dibebani kewajiban untuk

memperhatikan, mewadahi dan mewujud

kan aspirasi rakyat yang berkembang secara

dinamis. Tugas dan peranan pemerintah wa

jib memperhatikan tiga hal, yakni peraturan

perundang-undangan, aspirasi rakyat, dan

kesejahteraan warga negara. Untuk mewu

judkan itu peranan keterbukaan pemerinta

han menjadi sangat penting dalam membang

un hubungan antara organ pemerintahan

dengan warga negara.

Perlindungan hukum preventif yang

terakhir adalah peranserta warga negara.

Keter bukaan pemerintahan dan peran serta

warga negara (inspraak) sebagai jaminan

pemerintahan (bestuurwaarborgen) merupa

kan satu kesatuan yang sama pentingnya.

Keterbukaan merupakan sebuah prinsip da

lam negara hukum demokratis yang harus

Negeri untuk dievaluasi. Kemudian Pasal 186 (1)

Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD

yang telah disetujui bersama dan Rancangan

peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran

APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota

paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada

Gubernur untuk dievaluasi. 73 Ridwan HR, Op. cit, hlm. 130. 74 Ibid, hlm. 131.

Page 14: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 83

diperankan oleh pemerintah dengan cara

membuka diri terhadap berbagai rencana,

kegiatan, dan kebijakan yang dikeluarkan.

Sedangkan peran serta warga negara merupa

kan aktivitas dinamik yang menjadi hak dari

warga negara untuk mempengaruhi kebija

kan dan tindakan yang akan diambil peme

rintah. Dalam negara hukum demokratis

peranserta warga negara merupakan bentuk

lain yang harus diapresiasi oleh pemerintah

di luar lembaga perwakilan.

Inspraak merupakan kelanjutan dari

bentuk keterbukaan pemerintahan. Terdapat

tiga unsur yang terkandung dalam konsep

inspraak.75 Pertama, terdapat kesempatan

yang diatur dan dipersiapkan bagi rakyat

untuk menyatakan pendapat dan pikiran

terkait denga kebijakan penting pemerintah.

Kedua, pelibatan secara aktif dalam pemba

hasan atau diskusi dengan pemerintah dan

para pengambil kebijakan. Ketiga, adanya

harapan bahwa dari peran serta yang dila

kukan hasil dari pembahasan dalam batas-

batas rasional akan mempengaruhi pada

keputusan yang diambil.

Inspraak sebagai hak warga negara da

lam pemerintahan dilakukan dengan keten

tuan sebagai berikut,76 bahwa sebelum peme

rintah menetapkan suatu perencanaan, pera

turan, kebijakan atau keputusan terlebih

dahulu diumumkan secara terbuka dalam

rentang waktu tertentu untuk memberikan

kesempatan warga negara mengajukan kebe

ratan. Jika dalam waktu tersebut tidak ada

pengajuan keberatan, maka akan ditindak

lanjuti dengan penetapan secara definitif dan

sebaliknya jika dalam waktu tersebut ada

keberatan yang diajukan, maka peme rintah

akan mempertimbangkan untuk merevisi

perencanaan, peraturan, kebijakan, atau

keputusan jika keberatan yang diajukan

dapat dipertanggungjawabkan secara rasio

nal dan dalam tertib hukum.

Perlindungan hukum administrasi

yang berikutnya adalah perlindungan hukum

75 Ibid, hlm. 139. 76 Ibid, hlm. 140-141.

represif. Perlindungan hukum represif meru

pakan perlindungan hukum yang ditujukan

untuk menyelesaikan sengketa, yakni seng

keta antara warga negara dan pemerintah.

Dengan demikian perlindungan hukum

represif merupakan penanganan perlindung

an hukum bagi rakyat oleh peradilan admini

strasi termasuk oleh pera dilan umum dikate

gorikan perlindungan hukum yang repre

sif.77 Perlindungan hukum represif dalam

hukum adminisrasi dapat ditempuh de ngan

dua jalan, yakni dengan upaya adminis tratif

(administratief beroep) dan peradilan ad

ministrasi (administratieve rechtspraak) khu

susnya terkait dengan tindakan hukum peme

rintahan yang dituangkan dalam bentuk

keputu san.78

Bertolak dari bentuk-bentuk perlin

dungan hukum kepada rakyat yang diurai

kan di atas, perlindungan hukum preventif

merupakan bentuk perlindungan hukum

yang khas dalam hukum administrasi nega

ra. Terhadap keputusan pemerintahan yang

hendak dikeluarkan, secara preventif warga

negara berhak untuk dilindungi dengan

instrumen hukum berupa keterbukaan peme

rintahan, yakni memberikan akses infor

masi kepada warga negara terhadap rencana

tindakan pemerintahan.

Telaah Kasus

Penerbitan Keputusan Kepala BPPT

Kota Malang No. 640/0232/35.73.407/2010

tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

RSAUB Malang telah menimbulkan guga

tan hukum di pengadilan TUN oleh sebagi

an warga yang dekat dengan tempat diba

ngunnya bangunan tersebut. Telaah kasus

dalam tulisan ini dila kukan terhadap Putu

san Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

No. 161/B/2010/PT-TUN. SBY yang telah

memiliki kekuatan hukum mengikat. Telaah

terhadap tindak pemerintahan dilakukan

dengan menggunakan tiga aspek sebagai

77 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum

Bagi Rakyat di Indonesia, op.cit, hlm. 2-3. 78 Ridwan HR, op.cit, hlm. 143.

Page 15: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

84 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

tolok ukurnya. Tiga aspek tersebut meliputi

: aspek wewenang, prosedur, dan substan

si.79

Dari aspek wewenang, penerbitan

IMB pembangunan RSAUB yang dikeluar

kan oleh Kepala BPPT Kota Malang (selaku

delegetaris) adalah berdasarkan delegasi ke

wenangan bertindak yang diterima dari Wa

likota Malang (selaku delegans) berdasar

kan Keputusan Walikota Malang No.

188.45/35.73.112/2009, tanggal 5 Januari

2009 tentang Pendelegasian Sebagian Kewe

nangan Pemrosesan, Penandatanganan dan

Pencabutan di Bidang Perijinan Kepada

Kepala BPPT Kota Malang secara yuridis

sesuai dengan prinsip dasar yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan baik

sumber maupun caranya dalam memperoleh

kewenang an.

Telaah dari aspek formal prosedu

ral penerbitan IMB pembangunan RSAUB

telah melanggar prinsip keterbukaan, dima

na penyelenggara bangunan dalam proses

pengurusan IMB tidak melakukan proses

dan prosedur secara terbuka dan apa adanya

kepada warga sekitar tempat bangunan. Be

gitu juga badan atau pejabat yang berwe

nang menerbitkan ijin tidak menerapkan

prinsip keterbukaan untuk melahirkan pe

ranserta (persetujuan) warga sekitar dibang

unnya RSAUB melalui mekanisme dan

syarat-syarat yang ditentukan.80 Pengelola

RSAUB dan Pejabat yang mengeluarkan

IMB tidak menenerapkan prinsip dan pro

sedur keterbukaan secara konsisten akibat

nya menimbulkan konflik dengan warga

sekitarnya berupa penolakan dan atau kebe

ratan terhadap cara-cara (prosedur) dalam

pengurusan IMB oleh pihak pengelola

RSAUB yang kemudian diikuti dengan gu

gatan hukum ke Pengadilan Tata Usaha

79 Philipus M. Hadjon dkk, Hukum

Administrasi Negara dan Tindak Pidana Korupsi.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2011,

hlm. 17. 80 Peraturan Walikota Malang Nomor 8 Tahun

2009 Tentang Tata Cara Pelayanan Perizinan Pada

Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Malang.

Negara (PTUN) Surabaya. Para warga yang

menolak dan atau keberatan tersebut me

minta perlindungan hukum terhadap hak-

haknya sebagai warga masyarakat sekitar

dibangunnya RSAUB kepada negara

melalui sarana PTUN. Pelanggaran aspek

prosedural yang nyata adalah dilakukannya

pembangunan gedung RSAUB terlebih da

hulu sebelum IMB untuk itu dikeluarkan

oleh pejabat yang berwenang. Sebagai ben

tuk protes dan penolakan warga pernah me

lakukan blokade akses jalan menuju lokasi

bangunan RSAUB dan bahkan melapor kan

kepada Kepolisian Sektor setempat. Tinda

kan administratif juga pernah dilakukan oleh

Satpol PP kota Malang dengan menghenti

kan kegiatan pembangunan RSAUB mela

lui Surat Nomor : 100/034/35.73.501/2010

tanggal 15 Januari 2010.

Dari aspek substansial, penerbitan

IMB RSAUB adalah sesuai dengan pera

turan perundang-undangan dan asas-asas

umum pemerintahan yang baik. Hal ini

dikarenakan peruntukan lokasi untuk kepen

tingan pembangunan RSAUB sesuai jenis

nya (perdagangan dan jasa) dengan peruntu

kan yang diajukan sebelumnya yaitu Plaza

Griyashanta. Berpin dahnya kepemilikan

tanah dari sebelumnya kepada Universitas

Brawijaya secara yuridis tidak menimbulkan

akibat hukum selama peruntukannya sesuai

ketentuan substantif peraturan perundang-

undangan (dalam hal ini Perda Kota Malang

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah/RT

RW). Berkenaan dengan keberadaan bangu

nan selama tidak melakukan pelanggaran

substansial81 akan tetapi pelanggaran prose

dural maka keberadaan bangunan dapat dila

81 Menurut Perda Kota Malang No. 4 Tahun

2011 tentang RTRW tempat dibangunnya RSAUB

dibolehkan untuk didirikan bangunan karena

sebelumnya akan dibangun fasilitas bisnis dan jasa

yaitu Plaza Griya Shanta, sehingga keberadaan

bangunan RSAUB juga sebagai fasilitas bisnis dan

jasa. Pelanggaran yang dilakukan oleh Pengelola dan

Kepala BPPT Kota Malang bukan merupakan

pelanggaran substansial Perda akan tetapi hanya

pelanggaran prosedural Perda.

Page 16: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

Prinsip Keterbukaan Dalam Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan Sebagai Sarana

Perlindungan Hukum Dan Mencegah Konflik Terhadap Warga Masyarakat1, Ropii , Imam 85

kukan pelegalan dengan cara mengajukan

ijin bangunan baru.

D. Kesimpulan

Hakekat prinsip keterbukaan sebagai

mana diatur dalam peraturan perundang-un

dangan adalah : 1. Untuk mencegah tinda

kan sewenang-wenang oleh pemerintah; 2.

Memberikan perlindungan hukum baik ke

pada pemerintah maupun kepada rakyat; 3.

sebagai dasar dan tolok ukur untuk mengu

kur legalitas tindakan pemerintah tersebut.

Sedangkan pelayanan publik berupa pener

bitan ijin berfungsi sebagai sarana untuk

mengatur, mengendalikan serta merelokasi

kegiatan rakyat.

Kegiatan warga masyarakat dalam

bentuk mendirikan bangunan wajib diproses

legalitasnya dengan cara mengajukan permo

honan untuk mendapatkan ijin mendirikan

bangunan. Melalui pengurusan dan pener

bitan instrumen ijin secara benar (substan

sial dan prosedural) dapat dijadikan sebagai

sarana untuk memberikan perlindungan

hukum baik kepada pelaku, pemerintah dan

juga masyarakat sekitar bangu nan. Penga

baian aspek prosedural dalam pengu rusan

dan penerbitan ijin mendirikan bangunan

berpotensi menimbulkan konflik (gugatan

hu kum) baik konflik fisik maupun gugatan

hu kum dipengadilan dengan warga sekitar

dilaku kannya kegiatan pembangunan. Mela

lui penerapan prinsip keterbukaan dalam

penerbitan IMB secara konsisten akan dapat

menjadi ins trumen perlindungan hukum

baik pada pelaku kegiatan, warga dan juga

pejabat yang bersang kutan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Goesniadhie S, Kusnu. Hukum Perizinan da

lam Hukum Administrasi Negara,

Uni dha Press, Malang, 2010.

Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum

Ba gi Rakyat di Indonesia, PT. Bina

Ilmu, Surabaya, 1987.

Hadjon, Philipus M. (et.al). Pengantar

Hukum Administrasi Indonesia, Yo

gyakarta, Gadjah Mada University

Press, 1994.

Hadjon, Philipus M. Asas-Asas Umum peme

rintahan Yang Baik (algemene begin

selen van behoorlijk bestuur) (dalam

Paulus Effendie Lotulung), Himpu

nan Makalah Asas-Asas Umum Pe

merintahan Yang baik (AAUPB) seri

II, LPPHN, PT. Citra Aditya Bakti,

Ban dung, 1994.

Jhon M. Echols dan Hassan Shadilly,

Kamus Inggris – Indonesia, (PT.

Gramedia, Jakarta, 1984.

Kusumaatmadja, Mochtar. Konsep-Konsep

Hukum dalam Pembangunan. Alum

ni, Bandung, 2006.

Marbun SF dan Mahfud, Moh. MD. Pokok-

Pokok Hukum Administrasi Negara,

Liberty, Yogyakarta, 1987.

Poerbopranoto, Koentjoro. Beberapa Cata

tan Hukum Tata Pemerintahan dan

Peradilan Administrasi Negara, A

lumni, Bandung, 1978.

Prianto, Agus. Menakar Kualitas Pelayanan

Publik, In-TRANS, Malang, 2006.

Ridwan, Juniarso dan Sudrajat, Achmad

Sodik. Hukum Administrasi Negara

dan Kebi jakan Pelayanan Publik,

Cetakan I, Nuansa, Bandung, 2010.

Ridwan HR, Tiga Dimensi Hukum Adminis

trasi dan Peradilan Administrasi,

FH. UII Press, Yogyakarta, 2009.

Ridwan HR, Hukum Adminiistrasi Negara,

UII Press, Yogyakarta. 2002.

Syafrudin, Ateng. Asas-Asas Pemerintahan

Yang Layak Pegangan Bagi Pengab

dian Kepala Daerah, (dalam Paulus

Effendie Lotulung). Himpunan Ma

kalah Azas-Azas Umum Pemerin

tahan Yang Baik (AAUPB) seri II,

LPP HN, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung. 1994

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999

Tentang Penyelenggara Negara

Page 17: PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENERBITAN IJIN …

86 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM, Volume 10 Nomor 2 Periode Nov 2016 Hal 70 -86

Yang Bersih Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986

Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986

Tentan Peradilan Tata Usaha

Negara.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun

2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-undang Nomor 28 tahun

2002 Tentang Bangunan Gedung.

C. Kamus

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia

Lengkap (EYD dan Pengetahuan

Umum), Apolo, Surabaya, 1997.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Ka mus Besar Bahasa Indonesia

(KKBI), Balai Pustaka, Jakarta.

1990,

Wojowasito,S. Kamus Umum Belanda -

Indonesia. PT. Lestari Perkasa,

Jakarta, 2006

D. Karya Ilmiah

Djatmiati, Tatiek Sri. Prinsip Ijin Usaha di

Indonesia, (Disertasi) Program Pasca

sarjana Universitas Airlangga

Surabaya, 2004.