prinsip farmakologis
DESCRIPTION
FarmakodinamikTRANSCRIPT
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 1/10
Anestesia umum tidak terbatas hanya pada penggunaan agen inhalasi. Sejumlah obat-
obatan yang digunakan melalui melalui oral, intramuskular dan intravena memenambah atau
menghasilkan suatu keadaan anestetik dalam tingkat dosis terapinya. Sedasi preoperatif, topik
kasus penelitian di bab ini secara trdisional dilakukan melalui jalur oral atau intravena.
Induksi anestesi pada pasien dewasa biasanya melalui intravena dan pemberian krim E!A
"eutectic #easily melted $ mixture of lochal anesthetic%, krim !& "'rim sederhana lidokain
() dan *)% dan jeli lidokain +) secara signifikan meningkatkan popularitas induksi
intravena pada anak-anak. ahkan, pemeliharaan anestesia umum bisa berhasil dengan teknik
anestesi intravena total. ab ini memulai dengan tinjauan dari prinsip farmakologis yaitu,
farmakodinamik, farmakokinetik dan bagaimana penggunaan obat-obat yang termasuk dalam
kelas ini. armakologis klinik dari beberapa agen anestesi yang yang diperkenalkan yaitu,
barbiturat, benodiaepin, opioid, ketamin, etomidate, propofol, droperidol.
Prinsip Farmakologis
A. Farmakokinetik
armakokinetik merupakan studi tentang dosis obat, konsentrasinya dalam jaringan, dan
waktu sejak obat dimasukkan. Secara sederhana, menjelaskan bagaimana tubuh
mempengaruhi obat. armakokinetik dibagi menjadi empat parameter/ absorpsi, distribusi,
biotransformasi, dan ekskresi. Eliminasi obat melalui biotransformasi dan ekskresi. 'lirens
adalah perhitungan kecepatan eliminasi.
0. Absorpsi
anyak rute yang memungkinkan dari absorpsi obat sistemik/ oral, sublingual, rektal,
inhalasi, transdermal, subkutan, intramuskular, dan intravena. Absorpsi adalah proses dimana
obat meninggalkan tempat masuknya untuk masuk ke dalam aliran darah, dipengaruhi oleh
karakteristik fisik obat "solubilitas, p'a, dan konsentrasi% dan tempat absorpsi "sirkulasi, p1,
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 2/10
dan area permukaan%. Absorpsi berbeda dengan bioavaibilitas dimana fraksi dari obat yang
tidak berubah yang masuk ke sirkulasi sistemik. 2ontohnya nitrogliserin diabsorpsi dengan
baik di traktus gastrointestinal. 3itrogliserin memiliki bioavaibilitas rendah ketika
dimasukkan secara oral, dimetabolisme secara ekstensif di hepar sebelum mencapai sirkulasi
sistemik dan miokardium "metabolisme pertama di hepar%.
Administrasi peroral mudah, murah, dan relative toleran terhadap kesalahan dosis.
3amun tidak dapat dipercaya karena tergantung pada kerjasama pasien, obat melalui
metabolisme pertama di hepar, dan gangguan oleh p1 gaster, enim, motilitas makanan, dan
obat lain.
entuk obat yang tidak terionisasi lebih mudah diabsorbsi. Sehingga, lingkungan yang
asam mudah mengabsorpsi obat yang mengandung asam "A- 4 14 A1%, sedangkan
lingkungan yang basa mudah mengabsorpsi obat basa "14 14 4 %. Selain pertimbangan
ionisasi, permukaan yang besar dari usus halus memberikan keuntungan untuk absorpsi pada
sebagian obat dibandingkan dengan lambung.
'arena vena pada mulut bermuara ke vena cava superior, absorpsi obat sublingual atau
buccal melalui hepar dan mengalami metabolisme pertama. Administrasi secara perrektal
merupakan alternatif dari medikasi peroral pada pasien yang tidak kooperatif "contohnya
pasien anak% atau tidak dapat mentoleransi ingesti oral. 'arena pengaliran vena rectum
melalui hepar, metabolisme pertama kurang signifikan dibandingkan dengan absorpsi usus
halus. Absorpsi rektal dapat tidak menentu dan beberapa obat menyebabkan iritasi dari
mukosa rektum.
Administrasi melalui transdermal memiliki keuntungan jangka panjang dan absorpsi yang
berlanjut dengan dosis minimal. Stratum korneum berfungsi sebagai barrier yang efektif
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 3/10
untuk semua obat kecuali obat yang kecil dan dapat larut dalam lemak "contoh clonidine,
nitrogliserin, scopolamine%.
Injeksi parenteral termasuk subkutan, intramuskular, dan intravena. Absorpsi subkutan
dan intramuskular bergantung kepada difusi dari tempat penyuntikan ke sirkulasi. 'ecepatan
difusi bergantung kepada aliran darah ke area tersebut dan pengangkutnya "cairan diabsorbsi
lebih cepat disbanding suspense%. Injeksi intravena melalui proses absorpsi secara komplit
karena obat dimasukkan langsung ke aliran darah.
+. 5istribusi
5istribusi memegang peranan penting pada farmakologi karena merupakan determinan
mayor dari konsentrasi obat pada organ target. 5istribusi obat tergantung pada perfusi organ,
ikatan protein, dan kelarutan dalam lemak.
Setelah absorbsi obat didistribusikan oleh aliran darah ke seluruh tubuh. 6rgan dengan
perfusi tinggi "memiliki banyak pembuluh darah% lebih banyak obat yang masuk
dibandingkan dengan organ dengan perfusi kurang "otot, lemak, dan yang memiliki sedikit
pembuluh darah%.
Selama obat berikatan dengan protein plasma, tidak dapat diambil oleh organ tanpa
memperhatikan perfusi ke organ tersebut. Albumin seringkali berikatan dengan obat yang
mengandung asam "barbiturate%, dimana 70-acid glycoprotein "AA8% berikatan dengan obat
dasar "anestesi lokal%. 9ika protein hilang atau tempat berikatan protein telah digunakan "oleh
obat lain%, jumlah obat bebas yang diambil oleh jaringan meningkat. :enyakit ginjal, hepar,
gagal jantung kongestif, dan keganasan menurunkan produksi albumin. ;rauma "termasuk
operasi%, infeksi, infark miokardium, dan penyakit kronis meningkatkan kadar AA8.
Availabilitas obat pada organ spesifik tidak menjadi pengambilan oleh organ tersebut.
2ontohnya, penyebaran obat terionisasi pada system saraf pusat terbatas oleh sel glia
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 4/10
perikapiler dan ikatan sel endotel yang kuat, yang membentuk sawar darah otak. 'elarutan
dalam lemak, molekul nonion dapat melalui membran lemak secara bebas. aktor lain,
seperti ukuran molekul, dan ikatan jaringan terutama pada paru-paru juga dapat
mempengaruhi distribusi obat.
Setelah organ dengan perfusi tinggi terpenuhi selama distribusi awal, organ dengan
perfusi rendah kemudian mengambil obat dari aliran darah. 'etika konsentrasi plasma
rendah, beberapa obat meninggalkan organ dengan perfusi tinggi untuk menjaga
keseimbangan. <edistribusi ini dari organ dengan pembuluh darah banyak bertanggung jawab
terhadap efek terminasi beberapa obat anestesi. Sebagai contoh, terbangun dari efek
thiopental bukan dikarenakan metabolisme atau ekskresi namun redistribusi obat dari otak ke
otot. 6bat dengan kerja cepat seperti thiopental dan fentanyl dapat menjadi kerja lama setelah
administrasi diulang atau ketika dosis tunggal yang tinggi diberikan. =olume ketika obat telah
didistribusikan disebut dengan volume distribusi "=d% dan didapatkan dengan membagi dosis
obat yang dimasukan dengan konsentrasinya dalam plasma.
:erhitungan ini dipersulit dengan kebutuhan untuk menyesuaikan efek dari eliminasi obat
dan redistribusi secara berkelanjutan. =olume distribusi yang kecil menunjukkan pembatasan
relatif dari obat ke ruang intravascular, mengarah pada konsentrasi plasma yang tinggi.
:enyebab kecilnya =d termasuk tingginya ikatan protein atau ionisasi. :ada sisi lain, =d yang
sebetulnya dapat melebihi total cairan tubuh "sekitar (> !%. :enjelasan ini termasuk kelarutan
tinggi atau ikatan obat dalam jaringan selain plasma. Sehingga, =d tidak menunjukkan
volume sebenarnya melainkan refleksi dari volume plasma yang dihitung untuk observasi
konsentrasi plasma.
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 5/10
?. iotransfromasi
iotransformasi adalah perubahan substansi karena proses metabolisme. 1epar
merupakan organ utama untuk biotransformasi. :roduk akhir dari biotransformasi biasanya
inaktif dan larut dalam air. Sehingga akan dapat diekskresikan oleh ginjal.
iotransformasi metabolic dibagi menjadi reaksi fase I dan fase II. <eaksi fase I
mengubah obat menjadi metabolit yang lebih polar melalui oksidasi, reduksi, atau hidrolisis.
<eaksi fase II konjugasi obat atau metabolit fase I dengan substrat endogen "asam
glukoronat% untuk membentuk produk akhir dengan polaritas tinggi yang dapat dieliminasi di
urine. eskipun ini merupakan proses percontohan, metabolit fase I dapat diekskresikan
tanpa melalui biotransformasi fase II dan reaksi fase II dapat mendahului reaksi fase I.
'lirens hepar adalah nilai dari eliminasi obat sebagai hasil biotransformasi hepar. 'lirens
adalah volume pembersihan plasma dari obat per unit waktu dan digambarkan sebagai
millimeter per menit. 'lirens hepar bergantung pada aliran darah hepar dan fraksi obat yang
dikeluarkan oleh darah hepar "rasio ekstraksi hepar%. 6bat yang efisien dikeluarkan oleh
hepar memiliki rasio ekstraksi hepar yang tinggi dan klirensnya sebanding dengan aliran
darah hepar. 5engan kata lain, obat dengan rasio ekstraksi hepar rendah kurang dikeluarkan
oleh hepar dan klirensnya terbatas pada kapasitas system enim hepar. Sehingga, efek dari
penyakit hepar pada farmakokinetik obat bergantung pada rasio ekstraksi hepar dan gangguan
pada aliran darah hepar atau fungsi hepatoselular oleh penyakit tersebut.
(. Ekskresi
8injal merupakan organ utama untuk ekskresi. 6bat yang tidak berikatan dengan protein
dapat melalui filtrasi glomerulus dari plasma. 6bat fraksi nonionisasi direabsorbsi di tubulus
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 6/10
renalis dimana bagian yang terionisasi diekskresikan di urine. 8angguan pada p1 urine dapat
mengganggu ekskresi ginjal. 8injal juga aktif mensekresi beberapa obat. 'lirens ginjal
adalah nilai eliminasi obat dari ekskresi ginjal. 8agal ginjal merubah farmakokinetik
beberapa obat dengan mengganggu pengikatan protein, distribusi volume, dan nilai klirens. @
Sebagian obat relative bergantung pada ekskresi bilier, dimana biasanya mengalami
reabsorbsi di usus dan diekskresikan di urine. Efek toksik dari beberapa obat "fentanyl% dapat
dikarenakan resirkulasi enterohepatik ini. :aru-paru bertanggung jawab untuk ekskresi dari
agen volatile, seperti anestesi inhalasi.
*. 'ompartemen model
'ompartemen model menawarkan cara sederhana untuk karakterisasi distribusi dan
eliminasi obat dari tubuh. 'ompartemen dapat diartikan sebagai kumpulan jaringan yang
memiliki farmakokinetik serupa. Sebagai contoh, plasma dan jaringan dengan pembuluh
darah banyak dapat menggambarkan kompartemen sentral, seperti otot, lemak, dan kulit
dapat menggambarkan kompartemen perifer. eskipun begitu, harus ditegaskan bahwa
kompartemen bersifat konseptual dan tidak menggambarkan jaringan sebenarnya.
5ua model kompartemen terhubung baik dengan fase distribusi dan eliminasi beberapa
obat. Setelah bolus intravena, konsentrasi obat dalam plasma meningkat. :enurunan awal
konsentrasi plasma disebut dengan fase distribusi atau fase alfa "7%, kesesuaian redistribusi
obat dari plasma dan jaringan kaya akan pembuluh darah pada kompartemen sentral ke
jaringan dengan perfusi rendah pada kompartemen perifer. 5istribusi melambat, eliminasi
obat dari kompartemen sentral bertanggung jawab terhadap konsentrasi dalam plasma yang
menurun, disebut dengan fase eliminasi atau fase beta "%. 'onsentrasi plasma beberapa obat
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 7/10
lebih baik digambarkan dengan tiga kompartemen model terdiri dari satu kompartemen
sentral dan dua kompartemen perifer.
8ambar 0. odel dua kompartemen menunjukkan fase distribusi "fase 7% dan fase
eliminasi "fase %. Selama fase distribusi obat bergerak dari kompartemen central ke
kompartemen perifer. ase eliminasi terdiri dari metabolisme dan ekskresi.
'onsentrasi plasma "2p% melalui bolus dapat dihitung melalui rumus trieksponensial/
2p"t% B Ae-7t 4 e-t 42e-Ct
5imana 2p"t% sama dengan konsentrasi plasma dalam waktu t dan A, , 2 merupakan
koefisien fraksional yang menunjukkan kontribusi relatif dari ketiga nilai konstan "7
merupakan distribusi sebagian yang cepat, merupakan distribusi sebagian yang lambat, C
merupakan nilai sebagian eliminasi terminal%.
3ilai distribusi dan biotransformasi dapat dijelaskan melalui urutan awal kinetik, fraksi
konstan atau persentase obat didistribusikan atau metabolisme per unit waktu, tanpa
memperhatikan konsentrasi plasma. Sebagai contoh, 0>) obat dapat mengalami
biotransformasi perjamnya meskipun konsentrasi plasma 0> atau 0>> Dgm!.
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 8/10
B. Farmakodinamik
armakodinamik merupakan studi efek terapetik atau toksik obat pada sistem organ
"bagaimana obat mempengaruhi tubuh%. Efek ini menggambarkan efikasi obat, potensi, dan
rasio terapetik. armakodinamik juga meliputi mekanisme kerja, interaksi obat, dan
hubungan struktur dan aktivitas obat.
'urva respon dosis
'urva respon dosis menunjukkan hubungan antara dosis obat dan efek farmakologis.
5osis obat atau konsentrasi plasma diplotkan dalam abscissa "aksis F% dan digambarkan
dalam bentuk linear atau skala logaritmik. Efek farmakologis diplotkan pada ordinat "aksis y%
sebagai unit absolut atau fraksi efek maksimal. :osisi kurva respon dosis sepanjang abscissa
mengindikasikan potensi obat. Efek maksimal dari obat berhubungan dengan efikasi.
!engkungan pada kurva respon dosis menunjukkan gambaran ikatan reseptor. :engaruh
farmakokinetik pada kurva respon dosis dapat diperkecil dengan mempelajari hubungan
konsentrasi darah terhadap respon farmakologis.
7/21/2019 Prinsip Farmakologis
http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-farmakologis 9/10
8ambar +. entuk kurva respons dosis bergantung pada dosis atau konsentrasi plasma
yang menetap " steady-state% yang diplotkan pada skala linear "A% atau logaritmik "B)
5osis edian Efektif "E5*>% adalah dosis yang menghasilkan efek *>) pada rata-rata
populasi. E5*> pada obat anastesi inhalasi sama dengan alveolar konsertasi. edian !ethal
5ose "!5*>% adalah dosis mengahsilkan kematian pada *>) populasi.
<eseptor 6bat
<eseptor obat adalah makromolekul "biasanya protein yang tertanam dalam membran
sell% yang biasanya kontak dengan obat untuk menghasilkan perubahan karateristik pada sel.
ekanisme kerja dari beberapa obat bergantung pada interaksinya dengan suatu reseptor.
emiliki beberapa karateristik dalam aktifasinya, Substansi endogen "1ormon% atau
Substansi Eksogen "6bat% yang secara langsung merubah fungsi sel yang berikayan dengan
reseptor dikenal dengan agonis. Antagonis juga berikatan dengan reseptor tapi tidak langsung
menghasilkan efek terhadap sel. Efek farmakologis obat-obat antagonis bergantung pada
inabilitas subsekuen dari substansi agonis untuk mengaktivasi reseptor. Antagonis kompetitif
berikatan dengan reseptor secara reversibel dan bisa berpindah pada konsentrsi agonis yang
lebih tinggi. Antagonis nonkempetitif berikatan pada reseptor dengan afinitas yang bahkan
konsentrasi tinggi agonis pun tidak bisa mengembalikan blokade reseptor. 'ompetisi dua
obat pada reseptor yang sama merupakan suatu interaksi obat.
<eseptor mempengaruhi fungsi sel baik secara langsung "dengan perubahan fluksasi
ion transmembran% atau dengan mengontrol produksi dari molekul regulatori " the second-
messenger cyclic adenosine monophosphate%. =ariabilitas individual respons terhadap iktan
reseptor. Aktivasi yang berkelanjutan dari suatu reseptor menyebabkan hiporeaktivitas,
dimana rendahnya stimulasi mengakibatkan hipereaktivitas. Struktur kimia menentukan