press release road show bedah buku pkhi forest watch indonesia

3
BEDAH BUKU PKHI: PEMERINTAH HARUS MEMBUKA RUANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI PUBLIK TERKAIT PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN Makassar, 12 Februari 2015. Forest Watch Indonesia (FWI) meminta pemerintah agar memberi kepastian bagi terbukanya informasi mengenai sumberdaya hutan di Indonesia, serta menjamin tersedianya ruang bagi parapihak untuk berpartisipasi memantau pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Pernyataan tersebut merupakan pesan utama dari penerbitan buku “Potret Keadaan Hutan Indonesia (PKHI) Periode 2009-2013”. Buku ini diluncurkan pertama kali pada akhir tahun 2014 di Jakarta, diikuti dengan serangkaian acara bedah buku di beberapa perguruan tinggi di Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Hari ini, Forest Watch Indonesia (FWI) kembali melakukan bedah buku di Universitas Hasanuddin, Makassar – Sulawesi Selatan. Dalam penyelenggaraan seluruh rangkaian acara bedah buku ini, FWI bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia (SILVA Indonesia). Benang merah tanggapan para narasumber dalam rangkaian bedah buku ini adalah, bahwa buku Potret Keadaan Hutan Indonesia merupakan simbol perlawanan organisasi masyarakat sipil bagi keterbukaan informasi. Informasi yang disajikan di dalam buku ini seharusnya digunakan untuk melengkapi informasi publik yang disediakan pemerintah. Situasi saat ini, gambaran komprehensif atas kondisi dan kejadian aktual kehutanan masih sulit diakses oleh publik. Di samping itu, penerbitan buku ini telah memberikan inspirasi bagi gerakan keterbukaan informasi ke arah perbaikan tata kelola hutan yang lebih baik. Pada periode 2009-2013, Pulau Sulawesi telah kehilangan hutan alam (deforestasi) mencapai 191 ribu hektare. Lebih dari sepertiganya merupakan dampak dari aktivitas pertambangan. Kehilangan hutan alam di Pulau Sulawesi diperkirakan akan terus meningkat, bila dilihat dari kecenderungan bentuk-bentuk eksploitasi sumberdaya hutan di Sulawesi. Sampai tahun 2013, tidak kurang dari 3 juta hektare daerah berhutan berpeluang rusak atau hilang karena sudah dialokasikan untuk areal HPH, HTI, Perkebunan Kelapa Sawit dan Pertambangan. Yang luar biasa adalah bahwa dari seluruh daerah berhutan alam di Sulawesi tersebut, telah dialokasikan 2,2 juta hektare untuk areal pertambangan. Tanpa upaya perbaikan kebijakan yang memprioritaskan perlindungan terhadap hutan alam tersisa, maka Pulau Sulawesi terancam mengalami krisis lingkungan yang luar biasa.

Upload: antonius-marhenanto

Post on 08-Aug-2015

50 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Press release road show bedah buku pkhi forest watch indonesia

BEDAH BUKU PKHI:PEMERINTAH HARUS MEMBUKA RUANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI PUBLIK TERKAIT PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN

Makassar, 12 Februari 2015. Forest Watch Indonesia (FWI) meminta pemerintah agar memberi kepastian bagi terbukanya informasi mengenai sumberdaya hutan di Indonesia, serta menjamin tersedianya ruang bagi parapihak untuk berpartisipasi memantau pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan.

Pernyataan tersebut merupakan pesan utama dari penerbitan buku “Potret Keadaan Hutan Indonesia (PKHI) Periode 2009-2013”. Buku ini diluncurkan pertama kali pada akhir tahun 2014 di Jakarta, diikuti dengan serangkaian acara bedah buku di beberapa perguruan tinggi di Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Hari ini, Forest Watch Indonesia (FWI) kembali melakukan bedah buku di Universitas Hasanuddin, Makassar – Sulawesi Selatan. Dalam penyelenggaraan seluruh rangkaian acara bedah buku ini, FWI bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia (SILVA Indonesia).

Benang merah tanggapan para narasumber dalam rangkaian bedah buku ini adalah, bahwa buku Potret Keadaan Hutan Indonesia merupakan simbol perlawanan organisasi masyarakat sipil bagi keterbukaan informasi. Informasi yang disajikan di dalam buku ini seharusnya digunakan untuk melengkapi informasi publik yang disediakan pemerintah. Situasi saat ini, gambaran komprehensif atas kondisi dan kejadian aktual kehutanan masih sulit diakses oleh publik. Di samping itu, penerbitan buku ini telah memberikan inspirasi bagi gerakan keterbukaan informasi ke arah perbaikan tata kelola hutan yang lebih baik.

Pada periode 2009-2013, Pulau Sulawesi telah kehilangan hutan alam (deforestasi) mencapai 191 ribu hektare. Lebih dari sepertiganya merupakan dampak dari aktivitas pertambangan. Kehilangan hutan alam di Pulau Sulawesi diperkirakan akan terus meningkat, bila dilihat dari kecenderungan bentuk-bentuk eksploitasi sumberdaya hutan di Sulawesi. Sampai tahun 2013, tidak kurang dari 3 juta hektare daerah berhutan berpeluang rusak atau hilang karena sudah dialokasikan untuk areal HPH, HTI, Perkebunan Kelapa Sawit dan Pertambangan. Yang luar biasa adalah bahwa dari seluruh daerah berhutan alam di Sulawesi tersebut, telah dialokasikan 2,2 juta hektare untuk areal pertambangan. Tanpa upaya perbaikan kebijakan yang memprioritaskan perlindungan terhadap hutan alam tersisa, maka Pulau Sulawesi terancam mengalami krisis lingkungan yang luar biasa.

Buku ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi alternatif kehutanan bagi masyarakat luas, melengkapi informasi resmi yang diterbitkan pemerintah. Linda Rosalina, pengkampanye FWI, menuturkan, “Partisipasi masyarakat untuk turut memantau pengelolaan sumberdaya hutan, sekaligus memberikan informasi lebih lanjut mengenai kondisi lapangan, sangat dibutuhkan untuk menghasilkan data kehutanan yang akurat dan terkini. Dengan proses seperti ini, perencanaan kehutanan ke depan juga diyakini akan lebih baik karena menggunakan basis informasi yang baik.”

Forest Watch Indonesia berharap, buku Potret Keadaan Hutan Indonesia dan terbitan sejenis yang dihasilkan oleh kalangan masyarakat sipil, termasuk akademisi, dijadikan referensi bagi parapihak, terutama pemerintah, untuk merumuskan kebijakan dan program pengelolaan hutan secara lestari. “Langkah perbaikan yang harus segera dilakukan pemerintah adalah menjamin iklim keterbukaan, membuka lebar ruang partisipasi, dan mempercepat upaya pemulihan dan perlindungan hutan dengan menghentikan segala bentuk konversi hutan alam,” tutup Linda Rosalina.

Page 2: Press release road show bedah buku pkhi forest watch indonesia

____________________________________________Catatan Editor:

Forest Watch Indonesia (FWI) merupakan jaringan pemantau hutan independen yang terdiri dari individu-individu yang memiliki komitmen untuk mewujudkan proses pengelolaan informasi kehutanan di Indonesia yang terbuka sehingga dapat menjamin pengelolaan sumberdaya hutan yang adil dan berkelanjutan. Organisasi ini berbasis di Bogor. Informasi lebih jauh mengenai organisasi ini dapat dijumpai pada website www.fwi.or.id.

Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia (SILVA Indonesia) adalah organisasi kemahasiswaan yang mewadahi mahasiswa kehutanan seluruh Indonesia dalam mengaktualisasikan dirinya untuk berkontribusi terhadap dunia kehutanan dalam mewujudkan tatanan hutan yang lestari, masyarakat sejahtera. Berdiri pada tanggal 30 Januari 1959 di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bedah buku di region Sumatera diselenggarakan di Universitas Sumatera Utara – Medan, region Jawa diselenggarakan di Institut Pertanian Bogor – Bogor, dan region Kalimantan diselenggarakan di Universitas Tanjungpura – Pontianak.

Buku Potret Kondisi Hutan Indonesia merupakan terbitan berkala Forest Watch Indonesia, memuat informasi alternatif mengenai kondisi dan perubahan tutupan hutan alam di Indonesia, laju dan proyeksi kehilangan hutan di masa depan. Buku Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2009-2013 merupakan buku ketiga, setelah yang kedua diterbitkan pada tahun 2011, dan yang pertama pada tahun 2001. Versi elektronik ketiga buku ini bisa diunduh di tautan berikut:o Potret Keadaan Hutan Indonesia http://fwi.or.id/publikasi/potret-keadaan-hutan-

indonesia/o Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009

http://fwi.or.id/publikasi/potret-keadaan-hutan-indonesia-periode-tahun-2000-2009/

o Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2009-2013 http://fwi.or.id/publikasi/potret-keadaan-hutan-indonesia-periode-2009-2013/

_____________________________________________

Kontak Untuk Wawancara:

Linda Rosalina – Pengkampanye FWI: +62 8571 088 6024; email: [email protected]

Kontak untuk Kebutuhan Data dan Peta:

Soelthon Gussetya – Manajer Data FWI: +62 856 496 38037; email: [email protected]