presentation 1

Upload: taufik-ali-zaen

Post on 15-Jul-2015

192 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Fisiologis dan Gangguan tidurSyamsudduha

PENGERTIAN Tidur adalah suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (guyton)

FISIOLOGI TIDUR

Mesensefalon dan pons

1. Reticular Activating System (RAS). berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan melepaskan katekolamin 2. Bulbar Synchronizing Region(BSR). tidur melepaskan serotonin

TAHAP-TAHAP TIDUR 1. Tahap non REM (rapid eye movement) 2. Tahap REM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR Penyakit Lingkungan Kelelahan gaya hidup (alcohol, diet, merokok) stress emosional, stimulan motivasi

GANGGUAN TIDUR NON ORGANIK MENURUT PPDGJ-III (F51):

F51.0 insomnia non organik F51.1 hipersomnia non-organik F51.2 gangguan tidur-jaga non-organik F51.3 somnabulisme (sleep walking) F51.4 teror tidur (night terror) F51.5 mimpi buruk (night mare) F51.8 gangguan tidur non-organik lainya F51.9 gangguan tidur non-organik YTT

F50 GANGGUAN TIDUR NON-ORGANIK Kelompok gangguan ini termasuk: a. Dyssomnia= kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional, misalnya: insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal tidur jaga; dan b. Parasomnia=peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur; (pada kanak-kanak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedamgkan pada dewasa terutama pengaruh psikogenik) misalnya: somnabulisme, teror tidur, mimpi buruk

F51.0 insomnia non-organik Pedoman diagnostik Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti: 1. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk; 2. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan; 3. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari; 4. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat daj mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan. Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri. Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada transient insomnia ) tidak di diagnosis disini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian (F43.2)

F51.1 hiperinsomnia non-organik Pedoman diagnostik Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti: 1. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/ sleep attack (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya; 2. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan; 3. Tidak ada gejala tambahan narcolepsi atau bukti klinis untuk sleep apnea ; 4. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada siang hari. Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasari nya. Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainya.

F51.2 gangguan jadwal tidur jaga non-organik Pedoman diagnostik Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti: 1. Pola tidur jaga dari individu tidak seirama dengan pola tidurjaga yang normal bagi masyarakat setempat; 2. Insomnia pada waktu orang-orang tidur dan hipersomnia pada waktu kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari untuk sedikitnya 1 bulan atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek 3. Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan Adanya gejala gangguan jiwa lain, seperti anxietas, depresi, hipomania, tidak menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinis ganggguan ini pada penderita. Apabila gejala gangguan jiwa lain cukup jelas dan menetap harus dibuat diagnosis gangguan jiwa yang spesifik secara terpisah

F51.3 somnabulisme Pedoman diagnostik Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti: 1. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus jalan-jalan; 2. Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong, relatif tak memberi respons terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan atau untuk berkomunikasi dengan penderita, dan hanya dapat disadarkan/dibangunkan dari tidurnya dengan susah payah; 3. Pada waktu sadar/bangun (setelah satu episode atau besok paginya), individu tidak ingat apa yang terjadi; 4. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode tersebut, tidak ada gangguan aktifitas mental, walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu singkat. Somnabulisme harus dibedakan dengan serangan epilepsi psikomotor dan fugue disosiatif

F51.4 teror tidur Pedoman diagnostik Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti: 1. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai dengan berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktivitas otonomik seperti seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, pupil melebar, dan berkeringat; 2. Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 110 menit, dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam; 3. Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk mempengaruhi keadaan teror tidurnya, dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan yang berulang; 4. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal; 5. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk (F51.5), yang biasanya terjadi setiap saat dalam tidur, mudah dibangungkan, dan teringat dengan jelas kejadianya. Teror tidur dan somnabulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologis yang sama.

F51.5 mimpi buruk Pedoman diagnostik Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnostik pasti: 1. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci dan jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan, atau harga diri; terbangunya dapat terjadi kapan saja selama periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa tidur; 2. Setelah terbangung dari mimpi yang menakutkan, individu segera sadar penuh dan mampu mengenali lingkunganya; 3. Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu, menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu. Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur, dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masingmasing gangguan.

HPA axis