presentation 1

41
LAPORAN KASUS Endometriosis Pembimbing: dr. Helwi Nofira Sp.OG ( K ) dr. Dody Faisal Sp.OG dr. Novendra Sp. OG Penyusun : Fifil Rizki Suitri 1010070100197 KEPANITRAAN KLINIK OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK 2015

Upload: fifil-rizki-swetry-ii

Post on 13-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation 1

LAPORAN KASUSEndometriosis

 Pembimbing:

dr. Helwi Nofira Sp.OG ( K )dr. Dody Faisal Sp.OGdr. Novendra Sp. OG 

Penyusun :Fifil Rizki Suitri1010070100197

 KEPANITRAAN KLINIK OBSTETRI DAN

GYNEKOLOGIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK

2015

Page 2: Presentation 1

DEFINISI ENDOMETRIOSIS

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut endometriosis.

Page 3: Presentation 1

Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori,antara lain:

1. Teori Implantasi dan Regurgitasi.Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri melalui tuba Falopii.

2. Teori Metaplasia.Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah menjadi endometrium. Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.

ETIOLOGI

Page 4: Presentation 1

3. Teori Hormonal.Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH. Pendapat yang sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.

4. Teori Imunologik.Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun karena memiliki kriteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.

Page 5: Presentation 1

Faktor-faktor resikoFactor-faktor resiko untuk endometriosis

:NuliparitasInfertilitasUsia 20-40 tahun

Page 6: Presentation 1

Jenis- jenis endometriosis

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

1. Endometriosis Interna (adenomiosis uteri) Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

Nyeri saat haid. Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

2. Endometriosis Tuba.Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:

Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas. Resiko terjadinya kehamilan ektopik. Hematosalping

Page 7: Presentation 1

3. Edometriosis Ovarium Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan

terbentuk kista coklat. Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.

 4. Endometriosis Retroservikalis.

Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglasi. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:

Nyeri pada saat haid. Nyeri pada saat senggama.

5. Endometriosis Ekstragenital. Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu

bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

Page 8: Presentation 1

PATOLOGI

Dimanapun lokasinya, endometrium ektopik, yang dikelilingi stroma , mengadakan implantasi dan membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen dan progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium uteri. Selama menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan endometrium dan cairan jaringan terperangkap di dalam kista tersebut. Pada siklus berikutnya , cairan jaringan dan plasma darah diabsorpsi, sehingga meninggalkan darah kental berwarna coklat. Ukuran maksimal kista tergantung lokasinya. Kista kecil mungkin tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi luka fibrotic kecil. Kista cenderung lebih besar dari pada kista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih besar daripada jeruk berukuran sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungkin merusak dinding endometrium yang aktif, sehingga kista tidak berfungsi lagi. Tidak jarang terjadi rupture dari kista yang kecil. Darah kental yang keluar sangat iritatif dan mengakibatkan perlengketan multiple disekeliling kista.

Page 9: Presentation 1

GEJALAAdapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

1. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenore)Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan di dalam kista endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-beda.

Page 10: Presentation 1

2. DispareuniaMerupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya endometriosis di kavum douglasi.

 3. Nyeri pada saat defekasi

Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

 4. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.

Page 11: Presentation 1

5. Infertilitas

Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi.

Page 12: Presentation 1

Diagnosis

Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis.

Page 13: Presentation 1

Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :

1. LaparoskopiBila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks.

Page 14: Presentation 1

2. Pemeriksaan UltrasonografiSecara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.

Page 15: Presentation 1

PENATALAKSANAAN

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.

1. PencegahanBila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan. kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahim bikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat. dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.

Page 16: Presentation 1

Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupakan profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul.

Page 17: Presentation 1

d.PembedahanAdanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada endometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.

Page 18: Presentation 1

e.RadiasiPengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

Page 19: Presentation 1

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nn. SUsia: 21 tahunPekerjaan : MahasiswiStatus : Belum menikahAgama : IslamAlamat : Tanjung AlaiRM : 107834MRS: 25 Juni 2015

Page 20: Presentation 1

ANAMNESIS

Keluhan Utama Seorang pasien wanita umur 21 tahun datang ke nifas kebidanan RSUD solok pada tanggal 25 Juni 2015 pukul 20.45 dengan keluhan utama: nyeri perut bagian bawah sejak 3 bulan yang lalu.

 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin tidak tertahankan, dirasakan berkurang bila berbaring dan bertambah parah bila tertekan. Pasien mengeluh nyeri saat haid. Nyeri dirasakan pada waktu haid yang makin lama semakin hebat bahkan sampai pingsan, riwayat keluar keputihan (-), perut terasa makin besar tidak ada, demam (-), nafsu makan menurun ( - ), BAB/BAK normal, keluhan mual (-), muntah (-).Pasien pernah berobat 1 bulan yang lalu di salah satu RS Swasta dipadang, pasien dianjurkan untuk operasi.

Page 21: Presentation 1

Riwayat menstruasi : Menarche usia 12 tahun. Siklus haid biasanya 28 hari

dan lamanya haid 6 hari dengan hari banyak haid 4-5 hari dan menghabiskan hingga 1-2 pembalut sehari. Riwayat nyeri berlebihan saat menstruasi ( + ).

Riwayat Penyakit dahulu Riwayat penyakit yang sama ( - ) Riwayat Hipertensi ( - ) Riwayat DM ( - ) Riwayat penyakit jantung ( - ) Riwayat penyakit ginjal ( - ) Riwayat penyakit paru ( - ) Riwayat penyakit hati ( - )

Page 22: Presentation 1

 Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, kejiwaan tidak

ada. Riwayat KebiasaanRiwayat merokok, konsumsi Alkohol dan obat terlarang ( - ) Riwayat Pemeriksaan LaboratoriumPernah melakukan pemeriksaan laboratorium di padang tapi pasien tidak

mengetahui hasilnyaRiwayat PerkawinanPasien belumm menikahRiwayat persalinan

(-)Riwayat Sosial ekonomi

Pasien tidak bekerja , saat ini pasien sebagai salah satu mahasiswi kepeawatan di salah satu universitas dan mengikuti olahraga silat, hal ini sering dilakukan pasien termasuk jika sedang haid.

Riwayat Gizi Pasien makan teratur dengan porsi makanan dan komposisi gizi yang cukupRiwayat Alergi Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

Page 23: Presentation 1

STATUS GENERALIS Keadaan umum : baikKesadaran : compos mentisTanda VitalTekanan darah : 120/70 mmHg Frekuensi nadi : 80 x/menit Frekuensi napas : 20 x/menit Suhu : 36,6 oC BB : 56 kgTB : 161 cm

Page 24: Presentation 1

Status Internus

Kepala : NormosephalusMata :Konjungtiva tidak

anemis , sklera tidak ikterik Hidung :Tidak ada deformitas dan

krepitasi, tidak ada peradanganTelinga :Tidak ada kelainan

kongenital, tidak ada tanda peradangan

Leher : JVP 5-2 Cm2H2O , KGB tidak teraba

Page 25: Presentation 1

THORAKPARU Inspeksi : simetris pada keadaan

statis dan dinamisPalpasi : fremitus kanan = kiriPerkusi :sonor dikedua lapangan

paruAuskultasi : Vesikuler, ronki ( - ),

wheezing ( - ), ekspirasi memanjang ( - )

Page 26: Presentation 1

JANTUNG Inspeksi : ictus cordis tidak

terlihatPalpasi : ictus cordis teraba 2

jari medial Linea midklavikula sinistra RIC V

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, bising -, gallop –

Page 27: Presentation 1

ABDOMEN : Status GynekologiGENITALIA : Status GynekologiEKSTREMITAS : oedema (-), refleks fisiologis +/+,

refleks patologis -/-

STATUS GINEKOLOGI Abdomen : Inspeksi : abdomen tidak tampak mengalami

pembesaran, tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-), sikatrik ( - )

Palpasi : nyeri tekan ( + ) di supra pubis, massa sulit dinilai

Perkusi : TimpaniAuskultasi : Bising usus ( + ) normal

Page 28: Presentation 1

Genitalia Inspeksi : v/u tenang, PPV ( - )Inspekulo : Tidak dilakukanVT : Tidak diilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG Ultrasonografi (USG) Abdomen : Tampak massa hiperechoic

Page 29: Presentation 1

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :

Hb : 14,4 g/dL Hematokrit : 41,7 % Leukosit : 8050 mm3

Trombosit : 342.000 mm3

CT : 2’30”BT : 1’30”

Page 30: Presentation 1

DIAGNOSIS Susp. Endometriosis

SIKAP Observasi keadaan umum pasien

dan vital signInformed consentPasang infus

Page 31: Presentation 1

RENCANA TINDAKAN Laparatomi

LAPARATOMITindakan Operasi : Laparotomi dan kistektomiPenemuan Intra Operasi : Massa kistik di dextra uterus 6x4 cm berbentuk bulat

lonjong Terdapat perlekatan Perdarahan ± 300 cc

Instruksi Post Operasi : Pemeriksaan laboratorium post-operatif Injeksi Ceftriaxon 1 gram per 12 jam Observasi tanda vital dan keluhan pasien

Page 32: Presentation 1

2 JAM POST OPERATIF Keluhan : - nyeri bekas operasi ( + ), demam ( - ) , BAB ( + ), BAK ( + )

KU : baik TD : 110/70 mmHg Nadi : 89 x/menit Kes : CM E4V5M6 RR : 22 x/menit Suhu : 36,2 oC Perdarahan aktif : (-)  Assessment : 2 jam post laparotomiPlanning : Observasi tanda vital dan keluhan pasien Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi Anjurkan minum obat Th/ - Ceftriaxon 2x1 gram - Asam mefenamat 3x500 mg -Vit C 1 X 1

Page 33: Presentation 1

1 HARI POST OPERATIFSubyektif : Keluhan : - nyeri bekas operasi ( + ), demam ( - ) , BAB ( + ),

BAK ( + )Obyektif : KU : baik Kes : compos mentis TD : 100/70 mmHg Nadi : 82 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,4oC Perdarahan aktif : (-) Assessment : 1 hari post laparotomiPlanning : Observasi tanda vital dan keluhan pasien Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi Anjurkan minum obat

Page 34: Presentation 1

2 HARI POST OPERATIFSubyektif : Keluhan : - nyeri bekas operasi bekurang, demam ( - ), BAB ( + ),

BAK ( + ) Obyektif : KU : baik Kes : compos mentis TD : 100/70 mmHg Nadi : 90 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,4oC Perdarahan aktif : (-) Assessment : 2 hari post laparotomiPlanning : Observasi tanda vital dan keluhan pasien Anjurkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi Anjurkan minum obat

Page 35: Presentation 1

DISKUSI 

Pada kasus ini pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama semakin tidak tertahankan, dirasakan berkurang bila berbaring dan bertambah parah bila tertekan. Pasien mengeluh nyeri saat haid. Nyeri perut saat menstruasi merupakan salah satu gejala dari endometriosis. Gejala-gejala yang merupakan trias endometriosis adalah adanya dismenorea, dispareunia, dan infertilitas (Manuaba, 2001). Nyeri haid (dismenorea) yang terjadi disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritoneum, akibat pendarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul (Sarwono, 2011). Nyeri saat berhubungan (dispareunia) paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar Kavum Douglassi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus dalam posisi retrofleksi (Sarwono, 2011). Selain itu, akibat adanya perlengketan lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvik yang kronis. Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung, dan paha dan bahkan menjalar sampai ke rektum dan diare.

Page 36: Presentation 1

Kista endometriosis tidak selalu akan muncul pada setiap orang. Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan timbulnya kista endometriosis antaralain adalah usia reproduktif (20-40 tahun), adanya riwayat keluarga dengan endometriosis, nulipara, dan memiliki siklus mentruasi yang lebih pendek, periode yang lebih banyak, lebih lama, atau menarche pendek (de Ziegler et al, 2010). Pada pasien ini masih masuk dalam usia reproduktif yakni 20 tahun, menarche pertama usia 12 tahun, siklus menstruasi pasien teratur yakni 28 hari, sekali menstruasi ± 5 hari.

Page 37: Presentation 1

Riwayat Obstetri Pasien belum menikah dan hamil. Infertilitas merupakan salah satu gejala pada endometriosis. Pada daerah peritoneal penderita endometriosis terkandung makrofag dalam jumlah besar ditandai dengan kenaikan kadar berbagai jenis sitokin dan growth factors. Perubahan respon imun tersebut menyebabkan endometriosis semakin berkembang luas dan pada akhirnya menimbulkan infertilitas. Sitokin yang meningkat meliputi IL-1, TNFa, IL-6, dan IL-8 (Oepomo, 2012). Selain itu pada ovarium, dapat terbentuk apoptosis yang patologis dalam sel granulosa folikel ovarium. Banyaknya apoptosis yang patologis dalam sel granulosaa folikel ovarium pada penderita endometriosis menurunkan kesuburan ovarium yang berakhir dengan infertilitas (Oepomo, 2012).

Page 38: Presentation 1

Pada pemeriksaan fisik , hasil dari pemeriksaan palpasi abdomen teraba supel, nyeri tekan (-), massa sulit di nilai, tinggi fundus uteri tidak teraba, bising usus (+). Pemeriksaan vagina toucher tidak dilakukan. Endometrioma secara klinis bisa dikenali dengan perabaan pada palpasi bila massa berukuran besar atau hanya muncul sebagai nyeri pelvis kronik dan nyeri abdomen.Pemeriksaan abdominal dan bimanual tak dapat menemukan adanya lesi yang kecil. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan bimanual saat atau beberapa saat sesudah menstruasi agar dapat menemukan lesi pada cavum douglassi yang umumnya membesar saat menstruasi.Kista besar yang melekat erat sering ditemukan dengan mudah pada pemeriksaan bimanual.

Page 39: Presentation 1

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan USG dan Laparoskopi sebagai gold standar dasar diagnosis dari Endometriosis. USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometrium) >1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik maupun perlengketan endometriosis (Sarwono, 2011). Ultrasonografi transvagina biasanya digunakan untuk mendeteksi endometrioma ovarium, tetapi tidak dapat digunakan untuk pencitraan adhesi pelvik atau superficial peritoneal foci dari penyakit (Djuwantono, 2008). Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk diagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru bewarna merah terang, sedangkan lesi aktif yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi non aktif bewarna putih dengan jaringan parut. Biasanya isinya bewarna coklat yang disebut dengan kista coklat (Sarwono, 2011).

Page 40: Presentation 1

Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena adanya risiko kekambuhan. Tujuan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat endometriosis itu, seperti nyeri panggul dan infertilitas. Penanganan dapat berupa penanganan simptomatik, penanganan pembedahan radikal, dan penanganan pembedahan simptomatik. Untuk simptomatiknya pasien telah diberikan anti nyeri berupa analgetik oral. Selain itu pasien juga diusulkan kistektomi dan juga pada pasien ini direncanakan dilakukan laparotomi.

Page 41: Presentation 1

DAFTAR PUSTAKA

  Sarwono Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. American Society. Endometriosis a guide for patient.http://

www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf  Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media

Aesculapius Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan

ginekologi. jakarta. Hipokrates NHS Evidence. 2009.

Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology  andaetiology.http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?resID=258981&tabID=290&catID=11472

OepomoTD.2009. Concentration of TNFα in the peritoneal fluid and serum of. endometrioticpatients. http://www.unsjournals. com/DD0703D070302.pdf