presentasi teks anekdot; dialog anekdot

10
KELOMPOK VI Cintantya Hesaputri Gusti Ayu Putu Ajeng Pratiwi M. Fajar Alfarizy Nanda Farhan Angga Laksono Takbir Ramadhan Haqi P.

Upload: gusti-ayu-putu-ajeng

Post on 07-Aug-2015

309 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

KELOMPOK VI Cintantya Hesaputri Gusti Ayu Putu Ajeng Pratiwi M. Fajar Alfarizy Nanda Farhan Angga Laksono Takbir Ramadhan Haqi P.

Page 2: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

ANEKDOT HUKUM PERADILAN

Page 3: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

SALAM TEMPEL DI JALAN TOL

Suatu hari setelah pulang sekolah ada 3 remaja yang mengendarai sebuah mobil di jalan tol. Kebetulan pada sore itu suasana jalanan padat merayap. Karena ketidaksabaran si pengemudi, akhirnya mereka menggunakan bahu jalan. Salah seorang temannya mengingatkan si pengemudi untuk tidak menggunakan bahu jalan, “Nanda, kenapa kita menggunakan bahu jalan? Bukankah kita dilarang menggunakannya?”. Cintantya menyahuti komentar Ajeng, “Tenang saja, paling tidak ada polisi”.

Tanpa disadari, pada jarak beberapa meter ada mobil polisi yang sedang berpatroli. Akhirnya mereka bertiga berhenti, seorang polisi pun menghampiri mereka dan bertanya “Selamat sore, Dik. Kamu tau kesalahan kamu apa?”.

Page 4: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

Nanda pun berpura-pura tidak tahu apa kesalahannya, ia pun berkata “Sore Pak. Maaf saya tidak tahu apa kesalahan saya”. Dengan tegas polisi itu menjelaskan pelanggaran si pengemudi, “Kamu tahu tidak? Kamu telah melanggar dua pelanggaran, yang pertama kamu mengemudi dibawah umur dan belum memiliki SIM, yang kedua kamu menggunakan bahu jalan. Maaf kamu terpaksa saya tilang dan harus mengikuti sidang pengadilan”.

Nanda dan kedua temannya pun panik, tiba-tiba salah seorang rekan polisi tersebut menghampiri mereka dan berkata, “Begini saja Dik, daripada kalian repot mengikuti peradilan bagaimana jika saya bantu saja. Lewat jalur damai”. Dengan wajah berat hati Nanda mengikuti saran polisi tersebut. Nanda dengan kedua temannya mengumpulkan uang untuk memberi salam tempel, mereka pun akhirnya dibebaskan dari surat tilang.

Cintantya pun berkata pada Ajeng “Mudahkan? Jadi orang Indonesia. Uanglah yang berbicara apapun bisa menjadi mudah dengan uang”. Mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak sambil melanjutkan perjalanan.

Page 5: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

ABSTRAKSISuatu hari setelah pulang sekolah ada tiga orang remaja mengendarai mobil

dijalan tol.

ORIENTASI Suasana dijalan tol padat merayap.

Saat mereka ditilang polisiKRISIS

Page 6: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

REAKSIPolisi dengan tegas menjalankan

tugasnya dan ketiga remaja itu panik.

KODAMereka terbebas dari surat tilang dan

melanjut kan perjalanan.

Page 7: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

Isi sindiran dari teks anekdot tersebut:Polisi yang menawarkan kepada

remaja yang melanggar lalulintas dengan memberikan sejumlah uang (menyogok) kepada polisi.Partisipan yang disindir pada anekdot tersebut:

Aparat Kepolisian.

Page 8: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

Nanda (pengemudi) : Kita lewat bahu jalan ya supaya cepat.

Ajeng : Nanda, kenapa kita menggunakan bahu jalan? Bukankah kita dilarangmenggunakannya?

Nanda : Loh kok di depan ada polisi? Bagaimana nih kita? Mau tidak mau kita harus berhenti.

Polisi : Sore, dik. Kamu tahu kesalahan kamu apa? Nanda : Sore, pak. Maaf saya tidak tahu apa salah saya.

Polisi : Kamu sudah melanggar 2 pelanggaran. Kamu telah mengemudi di bawah umur dan

belum memiliki SIM dan juga kamu menggunakan bahu jalan.

DIALOG ANEKDOT

Page 9: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

Nanda : Jangan di tangkap dong, pak. Memangnya tidak ada cara

lain selain ke pengadilan? Rekan Polisi : Yasudah, begini saja dik.

Bagaimana kalau saya bantu kalian lewat jalan damai?

Nanda : Eh, Cinta, Ajeng ayo kita kumpulin uang daripada kita ke pengadilan.

Rekan Polisi : Oke, kalian telah di bebaskan, lain kali jangan mengulangi

kesalahan yang sama ya! Cintantya : Mudahkan? Jadi orang Indonesia, uang lah yang berbicara, apapun bisa menjadi mudah.

Ajeng, Cintantya, Nanda : Hahaha....

Page 10: Presentasi Teks Anekdot; Dialog Anekdot

KUHP Dalam Anekdot. Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir

ketegasan hukum di Indonesia, yang masih dapat dicampur tangani oleh uang.

Anekdot Hukum Peradilan.Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir

peradilan Indonesia yang masih tidak adil secara hukum.

Politisi Blusukan Banjir.Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir

Politisi-Politisi yang hanya ingin mencari citra baik dihadapan masyarakat dan tidak menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati.

Puntung Rokok.Secara luas anekdot tersebut bermaksud untuk menyindir

kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak taat peraturan.