presentasi seminar proposal

Upload: hari-ocho-santosa

Post on 16-Jul-2015

197 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PARATE EKSEKUSI OBYEK HAK TANGGUNGAN ATAS JAMINAN HUTANG DEBITUR MELALUI KPKNL BENGKULUProposal Penelitian Tesis

Latar BelakangO

Pembiayaan merupakan sarana yang mutlak diperlukan dalam rangka pelaksanakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi, yang pelakunya meliputi semua unsur kehidupan ekonomi, baik pemerintah maupun swasta, badan hukum ataupun perseorangan,

O

Dana perkreditan merupakan sarana yang mutlak diperlukan dan untuk itu perlu diatur kelembagaan jaminan kredit yang mampu memberikan kepastian hukum dan perlindungan baik kepada penyedia kredit maupun kepada penerima kredit.

O Penyaluran kredit kepada para debitur bukanlah merupakan

suatu tindakan yang tanpa risiko. Risiko terbesar yang banyak terjadi dalam dunia perekonomian saat ini adalah banyaknya debitur yang tidak mampu membayar kembali/melunasi kembali kredit yang disalurkan sehingga terjadinya kredit macet.O Dalam hal terjadi kredit macet, barang yang dijadikan

jaminan akan dijual guna menutupi kewajiban debitur, oleh karena itulah dibutuhkan adanya perjanjian penjaminan.O Jaminan yang digunakan oleh perbankan adalah jaminan

yang bersifat kebendaan.

O Barang yang lazim digunakan sebagai jaminan dalam suatu

perjanjian kredit adalah tanah. Pasal 25 jo Pasal 33 jo Pasal 39 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria menentukan, bahwa hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani Hak Tanggungan.O Tanah jaminan tersebut diikat dengan Hak Tanggungan. O Tanah

yang dijadikan jaminan dalam setiap proses perkreditan dengan dibebani Hak Tanggungan ternyata juga banyak menimbulkan masalah dalam upaya melunasi kewajiban debitur. munculnya Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) yang sudah dipersiapkan dan dibahas cukup lama, maka berbagai masalah yang dihadapi dalam kegiatan usaha perbankan diharapkan dapat diatasi

O Dengan

O UUHT mengatur suatu lembaga hak jaminan atas

tanah yang kuat dengan ciri-ciri antara lain : a. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya; b. Selalu mengikuti obyek yang dijaminkan dalam tangan siapa pun obyek itu berada; c. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan; d. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.O salah satu kendala dalam praktik adalah kelemahan

hipotik dan creditverband yang kurang memberikan jaminan kepastian dalam hal eksekusi barang jaminan.

O Eksekusi Hak Tanggungan yang diatur dalam Pasal 20 jis

Pasal 6 dan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, belum sepenuhnya diterapkan oleh pihak kreditur dalam melaksanakan eksekusi yang seharusnya dilakukan.O Keragu-raguan masih nampak, mengingat eksekusi yang

diatur dalam UUHT sesungguhnya merupakan peningkatan dari sarana hukum yang diatur dalam Pasal 1178 KUHPerdata tentang "beding van eigematige verkoop pada lembaga hypotik dan creditverbandO Eksekusi hak tanggungan melalui penjualan umum (lelang)

sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan memberikan hak kepada kreditur pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri apabila debitur pemberi hak tanggungan cidera janji (wanprestasi).

O Penjualan objek hak tanggungan tersebut pada dasarnya

dilakukan dengan cara lelang dan tidak memerlukan fiat eksekusi dari pengadilan mengingat penjualan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan ini merupakan tindakan pelaksanaan perjanjan seperti yang tercantum di dalam Akta .O pelaksanaan penjualan umum (lelang) berdasarkan Pasal 6

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan tersebut dilakukan melalui perantaraan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bengkulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pelaksanaan Parate Eksekusi Hak tanggungan atas obyek jaminan perbankan yang dilakukan melalui KPKNL Bengkulu.O Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul tesis

: "PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN ATAS JAMINAN HUTANG DEBITUR MELALUI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) BENGKULU

1.

Apakah yang menjadi dasar pihak Kreditor untuk memutuskan dilaksanakannya Parate Eksekusi melalui mekanisme pelelangan umum ?Bagaimanakah pelaksanaan Parate Eksekusi Jaminan Hutang Debitur melalui mekanisme Pelelangan Umum ?

2.

1.

Untuk menjelaskan dan menganalisis tentang dasar bagi pihak Kreditor untuk memutuskan dilaksanakannya Parate Eksekusi dengan menggunakan mekanisme pelelangan umum. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan Parate Eksekusi Jaminan Hutang melalui mekanisme Pelelangan Umum.

2.

1.

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan untuk mengambil kebijakan dalam upaya penyelesaian kredit bermasalah bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti bank, pelaku usaha, maupun Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Secara praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal guna mengetahui lebih lanjut tentang bentuk-bentuk atau cara penjualan barang jaminan sebagai upaya penyelesaian kredit bermasalah. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak termasuk para pihak yang terkait, perbankan, Kantor Lelang dan pejabat lelang dalam menerapkan parate eksekusi melalui KPKNL Bengkulu dengan cara pelelangan umum.

2.

KERANGKA TEORI

1. Teori PerjanjianMenurut Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa : Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dalam KUHPerdata terdapat beberapa asas penting dalam hukum perjanjian pada umumnya yang harus dipahami, antara lain yaitu: asas kebebasan berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme (concsensualism), asas kepastian hukum (pacta sunt servanda), asas itikad baik (good faith) dan asas kepribadian (personality).

KERANGKA TEORI (LANJUTAN) .Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya suatu Perjanjian para pihak harus memenuhi persyaratan : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri. (2) Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian. (3) Suatu hal tertentu. (4) Suatu sebab yang halal

(2) Perjanjian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan disebutkan dalam Pasal 1 angka 11, yang selengkapnya berbunyi : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Di dalam KUHPerdata tidak diatur secara khusus tentang perjanjian kredit. KUHPerdata hanya mengatur tentang utang yang terjadi karena peminjaman yang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1756 yang selengkapnya berbunyi : Utang yang terjadi karena peminjaman uang hanyalah terdiri atas jumlah uang yang disebutkan dalam perjanjian. Jika, sebelum saat pelunasan, terjadi suatu kenaikan atau kemunduran harga atau ada perubahan mengenai berlakunya mata uang, maka pengembalian jumlah yang dipinjam harus dilakukan dalam mata uang yang berlaku pada waktu pelunasan, dihitung menurut harganya yang berlaku pada saat itu. Salah satu dasar yang cukup jelas bagi bank mengenai keharusan adanya suatu perjanjian kredit adalah ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, di mana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Fungsi perjanjian kredit adalah sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya.

Jaminan dapat dibedakan dalam jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan perorangan selalu merupakan suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditor) dengan seorang ketiga, hal ini diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata.Pada dasarnya harta kekayaan seseorang merupakan jaminan dari utang-utangnya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang berbunyi: Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan.

Pengertian eksekusi secara umum, adalah menjalankan putusan pengadilan, yaitu melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. Adapun yang memberi kekuatan eksekutorial terhadap suatu putusan hakim atau putusan pengadilan adalah adanya suatu kata-kata atau kalimat pada kepala putusan itu yang berbunyi DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

2 (dua) bentuk eksekusi ditinjau dari segi sasaran yang hendak dicapai oleh hubungan hukum yang tercantum dalam putusan pengadilan, yaitu :1.

2.

Eksekusi riil, yaitu eksekusi yang hanya mungkin terjadi berdasarkan putusan pengadilan untuk melakukan suatu tindakan nyata atau tindakan riil. Eksekusi pembayaran sejumlah uang tidak hanya didasarkan atas putusan pengadilan, tetapi dapat juga didasarkan atas bentuk akta tertentu yang oleh undang-undang disamakan nilainya dengan putusan yang memperoleh kekuatan hukum tetap untuk pembayaran sejumlah uang, antara lain berupa : a. Grosse akta pengakuan utang; b. Grosse akta hipotik; dan c. Credit verband; d. Hak Tanggungan (HT); e. Jaminan Fiducia (F)

Pengaturan tentang parate eksekusi khususnya yang diberikan kepada pemegang hipotik diatur didalam Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata, yang selengkapnya berbunyi :Namun diperkenankanlah kepada si berpiutang hipotik pertama untuk, pada waktu diberikannya hipotik, dengan tegas minta diperjanjikan bahwa, jika uang pokok tidak dilunasi semestinya, atau jika bunga yang terutang tidak dibayar, ia secara mutlak akan dikuasakan menjual persil yang diperikatkan dimuka umum, untuk mengambil pelunasan uang pokok, maupun bunga serta biaya, dari pendapatan penjualan itu.

Dasar hukum eksekusi menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah diatur di dalam Pasal 6 yang berbunyi :Hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan Pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh pemberi Hak Tanggungan bahwaapabila debitor cidera janji, pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu lebih dahulu dari pada kreditor-kreditor yang lain. Sisa hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi Hak Tanggungan.

Sertifikat Hak Tanggungan, yang merupakan tanda bukti adanya Hak Tanggungan yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan dan yang memuat irah-irah dengan kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA, mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlakusebagai pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah. Dengan demikian untuk melakukan eksekusi terhadap Hak Tanggungan yang telah dibebankan atas tanah dapat dilakukan tanpa harus melalui proses gugat-menggugat apabila debitor cidera janji. Pada prinsipnya penjualan obyek Hak Tanggungan harus dilakukan melalui pelelangan umum, hal tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan penjualan itu dapat dilakukan secara jujur (fair), dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk obyek Hak Tanggungan, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan.

Penjualan umum atau lelang merupakan istilah hukum yang dijelaskan dalam Pasal 1 Peraturan Lelang (Vendu Reglement) Ordonansi 28 Februari 1908 LN 08-189, pelelangan adalah penjualan barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat atau dengan persetujuan harga yang makin menurun atau dengan pendaftaran harga, dimana orang-orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberitahukan tentang pelelangan itu, diberikan kesempatan kepadanya untuk membeli dengan jalan menawar harga, menyetujui harga atau dengan jalan pendaftaran. Dalam Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang juga memberikan definisi tentang lelang yaitu : penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis daniatau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang"

Kementerian KeuanganRepublik IndonesiaDirektorat Jenderal Kekayaan Negara

Kantor Wilayah V Bandar LampungKantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu

Piutang

Lelang

Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian Hukum Empiris, dengan menggunakan metode pendekatan Kualitatif, yaitu suatu penelitian yang langsung mengarah kepada keadaan dan pelaku yang sebenarnya tanpa mengurangi unsur-unsur yang ada di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan akan mengungkap kenyataan yang terjadi dalam pelaksanaan lelang parate eksekusi Hak Tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu.Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan tempat diperolehnya data menyangkut pelaksanaan lelang parate eksekusi pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan.

Penentuan Populasi

yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Yaitu Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu, dan Pemohon lelang parate eksekusi pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan.

Penentuan Sampel Responden

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu. 2. Pejabat Lelang pada KPKNL Bengkulu. 3. Tiga (3) Perbankan (Kreditor) Pemohon Parate Eksekusi.

1). Data primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya mengenai masalah-masalah yang menjadi pokok bahasan, melalui pengamatan dan wawancara dengan narasumber. Data ini diperoleh dari Kepala Kantor Pelayanan kekayaan Negara dan Lelang Bengkulu, dan para pemohon lelang.2). Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui library research atau penelitian kepustakaan, dengan ini penulis berusaha meneliti dan pengumpulkan dari buku-buku, peraturanperaturan perundangan dan publikasi lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan materi ini.

a.

Pengamatan Metode Pengamatan yang digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti. Wawancara Mendalam Penulis akan menggunakan metode Interview atau wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan-keterangan serta penjelasan secara lisan sehingga diperoleh keterangan secara langsung dari responden yang termasuk dalam objek penelitian. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan cara mengadakan penelitian kepustakaan (Library research) terhadap sumber-sumber pustaka yang ada hubungannya dengan permasalahan seperti undang-undang dan peraturan-peraturan yang membahas tentang pelaksanaan lelang parate eksekusi hak tanggungan , pendapat ahli, buku-buku ilmiah, berita dan jurnal karangan ilmiah.

b.

c.

Dalam penelitian ini pengolahan data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

a. Coding data. Adalah penyesuaian data yang diperoleh dalam penelitian, baik melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan dengan pokok pangkal bahasan masalah yang diteliti dengan cara memberi kode-kode tertentu pada data-data tersebut.b. Editing data. Editing data dilakukan setelah selesai melakukan coding data yakni pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengaetahui relevansi dan kesalahan data yang akan diditesiskan dalam menemukan jawaban permasalahan.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mendetesiskan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dan kepustalcaan dalam bentuk uraian-uraian sehingga pada akhirnya dapat menjawab dari permasalahan yang telah diangkat dan selanjutnya disusun dalam bentuk yang sistematis dalam bentuk karya ilmiah yang dinamakan tesis.

TERIMA KASIH Bapak Bapak TIM PENGUJI atas kesempatan yang telah diberikan