presentasi kronologi inul vizta vs ykci

5
1. PT Vizta Pratama, yaitu perusahaan pemegang merek dagang Inul Vizta Karaoke 2. YKCI adalah Sebuah wadah kolektif managemen yang berbadan hukum yayasan. Wadah ini sebagai pemegang hak cipta yang dikuasakan oleh Pencipta sebagai pemilik hak cipta sesuai Undang – Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Wadah ini juga biasa disebut di dunia internasional sebagai Collective Management Organisation (CMO) atau dalam bahasa Indonesia yaitu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). Kegiatan utama dari yayasan adalah melakukan collecting royalty atas pemakaian karya cipta lagu oleh pelaku usaha, yang selanjutnya mendistribusikan hasilnya kepada para Pencipta lagu yang telah memberikan kuasanya kepada KCI. YKCI adalah pemegang hak cipta dari 2.636 para pencipta lagu Indonesia dengan karya sebanyak 130 ribu lagu. Selain menjadi pemegang hak cipta para pencipta lagu Indonesia, YKCI juga mendapat Reciprocal Agreement oleh International Confederation of Societies of Authors and Composers (CISAC) yang berkedudukan di Paris. Atas hal tersebut, YKCI mendapat hak untuk mengelola sebanyak 10 juta lagu asing dari buah karya 2 juta pencipta lagu asing yang bergabung di CISAC. Dalam perjanjian pada 23 mei 2005, YKCI akan memberi izin lisensi penggunaan karya cipta lagu pada para tergugat apabila dibayarkan sebesar Rp 432.000 ditambah pajak 10%/kamar/tahun untuk setiap outlet. Inul Vizta mengatakan pada akhir tahun 2010, YKCI memberitahu Inul Vizta bahwa akan digunakannya tarif baru. Secara

Upload: tri-sulistyo-oktorizky

Post on 18-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

merunutkan kronologi permasalahan inul

TRANSCRIPT

1. PT Vizta Pratama, yaitu perusahaan pemegang merek dagang Inul Vizta Karaoke2. YKCI adalah Sebuah wadah kolektif managemen yang berbadan hukum yayasan. Wadah ini sebagai pemegang hak cipta yang dikuasakan oleh Pencipta sebagai pemilik hak cipta sesuai Undang Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Wadah ini juga biasa disebut di dunia internasional sebagai Collective Management Organisation (CMO) atau dalam bahasa Indonesia yaitu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). Kegiatan utama dari yayasan adalah melakukan collecting royalty atas pemakaian karya cipta lagu oleh pelaku usaha, yang selanjutnya mendistribusikan hasilnya kepada para Pencipta lagu yang telah memberikan kuasanya kepada KCI. YKCI adalah pemegang hak cipta dari 2.636 para pencipta lagu Indonesia dengan karya sebanyak 130 ribu lagu. Selain menjadi pemegang hak cipta para pencipta lagu Indonesia, YKCI juga mendapatReciprocal AgreementolehInternational Confederation of Societies of Authors and Composers(CISAC) yang berkedudukan di Paris. Atas hal tersebut, YKCI mendapat hak untuk mengelola sebanyak 10 juta lagu asing dari buah karya 2 juta pencipta lagu asing yang bergabung di CISAC.Dalam perjanjian pada 23 mei 2005, YKCI akan memberi izin lisensi penggunaan karya cipta lagu pada para tergugat apabila dibayarkan sebesar Rp 432.000 ditambah pajak 10%/kamar/tahun untuk setiap outlet. Inul Vizta mengatakan pada akhir tahun 2010, YKCI memberitahu Inul Vizta bahwa akan digunakannya tarif baru. Secara sepihak tanpa kesepakatan bersama YKCI menentukan Tariff baru menjadi Rp720 ribu/ruangan/tahun. Tarif itu baru akan diberlakukan mulai januari 2012 Inul Vizta melakukan penolakan melalui surat pada 11 januari 2012.3. Gugatan YKCIGugat menggugat ini berawal dari tudingan YKCI bahwa Vizta Pratama telah melanggar hak cipta para pencipta lagu. Sebagai pemegang hak cipta, YKCI mempunyai hak untuk memungut royalti terhadap para pengguna lagu yang menggunakan lagu-lagu para pencipta untuk tujuan komersial. Karaoke, termasuk yang dikelola Vizta Pratama, dankafeadalah tempat lagu-lagu penyanyi diperdengarkan. Tempat karaoke wajib membayar royalti sesuaiUU No 19 Tahun 2002.Dalam kasus ini, penggugat menuding Inul Vizta Karaoke hanya membayar royalti sebanyak Rp5,5 juta/outlet/tahun, bahkan kemudian turun menjadi Rp3,5 juta/outlet/tahun. Menurut YKCI, harga ini tidak layak. Padahal, bisnis tersebut menyuguhkan lagu-lagu ciptaan sebagai menu utama dalam menjalankan roda bisnis tersebut.Pasalnya, berdasarkan hitung-hitungan YKCI, Inul Vizta Karaoke hanya membayar Rp10 per lagu. Artinya, para pencipta lagu hanya mendapatkan royalti Rp10 atas satu ciptaan lagunya. Sementara itu, keuntungan minimal yang diperoleh Inul Vizta Karaoke per hari ditaksir mencapai Rp5,4 miliar.Atas hal tersebut, YKCI menuntut agar Inul Vizta membayar royalti sebanyak Rp720 ribu/ruangan/tahun. Tuntutan tersebut telah sesuai dengan aturan standard internasional yang diatur CISAC. Juga, dalam gugatannya, YKCI meminta majelis hakim untuk menghukum tergugat membayar sisa royalti Rp51 juta untuk periode 2012 dan membayar kerugian immaterial sejumlah Rp1 miliar.Inul vizta merespon dengan mengajukan eksepsi dan melakukan gugatan balik.Langkah Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) untuk memperjuangkan pembayaran royalti dari lokasi karaoke tak berjalan mulus. Hambatan muncul saat YKCImenggugatPT Vita Pratama, pemegang merek dagang Inul Vizta Karaoke.Gugatan YKCI kandas setelah majelis hakim Pengadilan Niaga pada PN Jakarta, Rabu (15/mei), menerima eksepsi Vizta Pratama tentangerror in persona (Error in Personadi ajukan oleh Tergugat/Terdakwa terhadap Gugatan/ Surat Dakwaan Penggugat/Penuntut Umum karena dakwaan/gugatan tersebut dialamatkan kepada orang yang salah)danobscuur libel (ketidakjelasan gugatan). Eksepsi lain tentang surat kuasa dan kompetensi absolut. Majelis menyatakan gugatan YKCI terhadap Vizta Pratama tidak dapat diterima.Meskipun gugatannya ditolak, ykci menegaskan akan mengajukan kasasi atas putusan ini dalam jangka waktu 14 hari, ykci kemungkinan akan mengajukan gugatan baru dengan materi yang senada setelah merevisi kesalahan-kesalahan gugatan lama.majelis menerima eksepsi PT Vizta Pratama karena gugatan penggugat yang menggugat PT Vizta Pratama sebagai pemilik usaha Inul Vizta Karaoke di seluruh Indonesia tidak tepat.Berdasarkan catatan hukumonline(sumber referensi kami), penggugat menarik empat outlet sebagai tergugat, yaitu PT Vizta Pratama, CV. Vizta Cibubur, CV Kosmos Melodi Indah, dan PT Sukses Nada Prima. Sementara itu, YKCI menarik 11 outlet Inul Vizta sebagai turut tergugat, di antaranya adalah PT Suka Nada Indah, PT Bintang Pratama Indah, CV Vizta Nada Tangerang, dan PT Pratama Sukses Gemilang.Berdasarkan bukti-bukti persidangan, PT Vizta Pratama hanyalah sebagai pemegang merek dagang Inul Vizta Karaoke. Sedangkan PT Vizta Pratama hanyalah pemberi waralaba saja kepada pengusaha karaoke lain yang menggunakan nama Inul Vizta Karaoke, bukan sebagai pemilik usaha karaoke tersebut.Hal ini terbukti dengan PT Vizta Pratama tidak sebagai pemilik usaha dari CV Vizta Cibubur, CV Kosmos Melodi Indah, dan PT Sukses Nada Prima. Terhadap outlet tersebut bisa saja dimiliki oleh perorangan atau badan hukum lain, dan jelas bukan PT Vizta Pratama.

GUGAT BALIKInul vizta melalui kuasa hukumnya, menolak dikatakan kliennya membayar royalti secara tidak layak. Soalnya, angka Rp3,5 juta tersebut ditetapkan YKCI sendiri. Kala itu, YKCI mengatakan harga standar yang ditetapkan oleh CISAC sebesar Rp720 ribu/ruangan/tahun belum dapat diterapkan di Indonesia mengingat keadaan ekonomi pelaku usaha Indonesia berbeda dengan kemampuan pengusaha luar negeri. Juga, bisnis karaoke masih berkembang di Indonesia.Atas hal tersebut, para pihak sepakat menentukan royalti sebesar Rp720 ribu per/kamar/tahun dipotong 40% sehingga menjadi Rp3,5 juta per tahun. Apalagi, angka Rp3,5 juta yang sudah ditetapkan penggugat lebih besar daripada biaya royalti yang ditetapkan lembaga pemungut royalti lainnya, seperti Royal Musik Indonesia dan Wahana Musik Indonesia yang hanya berkisar Rp2,5 juta/tahun. Dengan mengubah pembayaran royalti menjadi Rp720 ribu/ruangan/tahun tanpa kesepakatan bersama, Anthony menilai tindakan YKCI adalah tindakan sewenang-wenang dan melanggar hukum.Selain menolak membayar royalti sejumlah Rp720 ribu tersebut, Anthony juga menolak membayar ganti kerugian immaterial yang mencapai angka Rp1 miliar. Soalnya, YKCI dalam positanya(Posita adalah dasar atau dalil atau alasan gugatan untuk menuntut hak dan kerugian seseorang melalui pengadilan) tidak menyinggung sedikit pun mengenai kerugian immaterial. Berdasarkan putusan MA No.117.K/Sip/1971 tertanggal 2 Juni 1971 menyatakan gugatan ganti rugi yang tidak dijelaskan dan dibuktikan dengan sempurna, tidak dapat dikabulkan. Begitu juga dengan Putusan MANo.598.K/Sip/1971 tertanggal 18 Desember 1971 dan No.550.K/Sip/1979 tertanggal 8 Mei 1980.Atas tindakan yang melawan hukum itu, Inul Vizta Karaoke menggugat balik dan meminta ganti kerugian material untuk jasa pengacara dan kerugian immaterial karena telah mencoreng nama baik Inul Vizta Karaoke. Total kerugian tersebut mencapai Rp1,5 miliar.