presentasi kasus skabies_rostikawaty azizah_g4a013051

32
1 I. PRESENTASI KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 9 bulan Alamat : Cilongok 2/2 Agama : Islam Tanggal pemeriksaan : 23 Maret 2015 No CM : 00755379 Anamnesis : Pada tanggal 23 Maret 2015 (alloanamnesis) B. ANAMNESIS Keluhan Utama : timbul bercak-bercak kemerahan di seluruh badan Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan ibunya dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan di seluruh badan. Bercak-bercak kemerahan tersebut awalnya muncul di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, kemudian menyebar ke seluruh badan. Selain timbul bercak-bercak kemerahan, pasien juga lebih rewel dan tampak gatal sehingga mengusap-ngusap badannya dengan tangan sejak 3 bulan yang lalu. Menurut ibu pasien, pasien terlihat rewel dan gatal ketika malam hari. Untuk mengurangi keluhan, ibu

Upload: rostikawaty-azizah

Post on 17-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

presus skabies,

TRANSCRIPT

1

I. PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIENNama: An. AJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 9 bulanAlamat: Cilongok 2/2Agama: IslamTanggal pemeriksaan: 23 Maret 2015No CM: 00755379Anamnesis: Pada tanggal 23 Maret 2015 (alloanamnesis)

B. ANAMNESISKeluhan Utama: timbul bercak-bercak kemerahan di seluruh badanRiwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang ke poli kulit dan kelamin dengan ibunya dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan di seluruh badan. Bercak-bercak kemerahan tersebut awalnya muncul di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, kemudian menyebar ke seluruh badan. Selain timbul bercak-bercak kemerahan, pasien juga lebih rewel dan tampak gatal sehingga mengusap-ngusap badannya dengan tangan sejak 3 bulan yang lalu. Menurut ibu pasien, pasien terlihat rewel dan gatal ketika malam hari. Untuk mengurangi keluhan, ibu pasien biasanya menaburi tubuh pasien dengan bedak salisil tetapi keluhan tidak berkurang.Pasien tinggal bersama orangtuanya serta kakaknya di rumah. Ibu pasien mengaku jika rumah pasien memiliki sirkulasi udara yang baik. Pasien sering diajak bermain dan kadang tidur bersama dengan kakaknya yang juga memiliki keluhan yang sama dengan pasien.Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat keluhan sama diakui, riwayat alergi disangkal oleh pasienRiwayat Penyakit Keluarga: kakak dan ibu pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien

C. PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALISKeadaaan umum: BaikKesadaran: Compos mentisKeadaan gizi: BaikVital Sign: Tensi : -Nadi : 108 x/menitRR: 28x/menitSuhu : 36.5 CBB: 5 kgKepala: Normochepal, rambut hitam, distribusi merataMata: Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)Hidung: Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)Telinga: Bentuk daun telinga normal, sekret (-)Mulut: Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis(-)Tenggorokan: Tidak dilakukanThorax: Jantung: tidak dilakuakn Paru: tidak dilakukanAbdomen: tidak dilakukanKelenjar Getah Bening: Tidak teraba pembesaran.Ekstremitas: Akral hangat, edema STATUS DERMATOLOGISLokasi: Wajah, Sela jari tangan kanan dan kiri, perut, leher punggung, kaki kanan dan kiriRegio : Fascialis, Intertriginosa, torakalis posterior, cervicali, abdominalis, pedis dextra et sinistraEffloresensi: Papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas, penyebaran diskrit, terdapat erosi terutama di intertriginosa.

Gambar 1. Effloresensi yang muncul pada pasien.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan pemeriksaan penunjang

E. RESUME1. Anamnesisa. Pasien datang diantar oleh keluarga dengan keluhan gatal di tangan, perut, leher dan punggung.b. Keluhan berawal dari gatal kemudian timbul bercak-bercak kemerahan yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.c. Awalnya merasa gatal hanya di tangan kemudian menyebar sampai ke punggung.d. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari.e. Pasien tinggal dalam 1 rumah yang padatf. Kakak dan Ibu pasien mengalami keluhan serupa.g. Pasien sudah berobat, namun belum ada perbaikan.2. Pemeriksaan Fisik (Status Dermatologik)Lokasi: Sela jari tangan kanan dan kiri, perut, leher, dan punggung, kaki kanan dan kiriRegio :Intertriginosa, torakalis posterior, cervicalis dan abdominalis, pedis dextra et sinistraEffloresensi: Papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas, penyebaran diskrit, erosi terutama diintertriginosa

F. DIAGNOSIS KERJASkabies

G. DIAGNOSIS BANDINGDermatitis Kontak IritanDermatitis atopiPrurigo

H. PENATALAKSANAAN1. Non farmakologis.a. Pakaian dan barang-barang yang berbahan kain dianjurkan untuk disetrika sebelum digunakan b. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus dipisah dan direndam dengan air panas terlebih dahulu sebelum dicucic. Seprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekalid. Mengurangi kontak langsung dengan penderita lain seperti berjabat tangan dan tidur bersama.e. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) dijemur di bawah sinar mataharif. Edukasi kakak dan ibu untuk berobat

2. Farmakologisa. Permetrin (Scabimite) cream 5% (sebelum dioles ke permukaan kulit seluruh tubuh kecuali wajah, kemudian didiamkan minimal 8 jam jangan sampai terkena air, setelah itu mandi seperti biasa. Pemakaian hanya 1 kali dalam seminggu. Jika keluhan masih ada, kontrol pada hari yang sama.b. Loratadine 10mg tab 2x1

I. PROGNOSISQuo ad vitam: bonamQuo ad functionam: bonamQuo ad sanationam: bonam

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Nama lain skabies adalah the itch, kudis, budukan dan gatal agogo(Handoko, 2013).

B. EtiologiSarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat (Wardhana, 2009).

Gambar 2. Sarcoptes scabiei var. Hominis Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari (Handoko, 2013).

Gambar 3. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei

C. EpidemiologiSkabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah endemik skabies adalah daerah tropis dan subtropis seperti Mesir, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Kepulauan Karibia, India dan asia Tenggara. Diperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit tungau skabies (Chosidow, 2007).Studi epidemiologi memperlihatkan bahwa prevalensi skabies cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin,ras, umur, maupun kondisi sosial ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup didaerah padat penghuni, sehingga penyakit ini lebih sering di daerah perkotaan (Milton, 2008).Di beberapa negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronik pada beberapa kelompok. Sebagai contoh, survey di sepanjang sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua anak penduduk asli telah mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985 menemukan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar 100%. Hasil survey di Kuna tahun 1986 menemukan 61% dari 756 penderita skabies berusia 1-10 tahun dan 84% pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah Malawi, suatu penelitian memperlihatkan bahwa insidens tertinggi terdapat pada usia 0-9 tahun (Walton, 2007).

D. Faktor Resiko1. Penularana. Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual dengan penderita skabies.b. Kontak tidak langsung (benda dengan benda), misalnya pemakaian handuk, pakaian, sprei, bantal secara bersama-sama dengan penderita scabies.2. LingkunganPopulasi yang padat pada suatu tempat mempermudah penularan penyakit.3. DaerahDaerah yang kumuh, dengan kebersihan dan higienitas yang buruk mempermudah penularan penyakit.4. Sosial ekonomiStatus sosialekonomi rendah.(Siregar, 2005 dan Handoko, 2013).

E. PenularanPenularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung (Kulit dengan kulit) maupun kontak tak langsung dengan penderita. Kontak langsung misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual sedangkan secara tidak langsung seperti melalui pakaian, handuk, sprai dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita. Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi adalah sekitar lima sampai sepuluh ekor. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit (Handoko, 2013).

F. PatogenesisKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Handoko, 2013).

G. Manifestasi KlinisDiagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut (Handoko, 2007 ; Ammirudin, 2003):1. Pruritus nokturnalGatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gejala ini adalah yang sangat menonjol. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.2. Sekelompok OrangPenyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Pemukiman yang pada penduduknya, meningkatkan risiko penularan scabies dan dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Dapat ditemukan individu yang hiposensitisasi, yaitu keadaan dimana walaupun terinfestasi oleh parasit tidak menimbulkan keluhan klinis dan menjadi pembawa (carrier).

3. Terowongan (kunikulus)Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat tergantung kepada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Tempat predileksi yang sering ditemukan kunikulus adalah di daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain).4. Menemukan tungauApabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita dapat menemukan satu atau lebih stadium hidup tungau, antara lain tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Kriteria ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.

H. Pemeriksaan PenunjangBila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu (Handoyo, 2013):1. Kerokan kulitPapul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.2. Mengambil tungau dengan jarumBila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.3. Tes TintaIdentifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam. Papul scabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. setelah tinta dibersihkan dengan kapas alcohol, terowongan tersebut akan terlihat lebih gelap dibandingan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinda didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila berbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.4. Membuat biopsy irisanDiagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara mikrokkopik. ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, kerokan tersebut diletakkan diatas objek glass dan diperiksa di bawah mikroskop

I. Diagnosis BandingDKAeritema numular sampai plakat, papula dan vesikel berkelompok disertai erosi numular hingga plakat.Dermatitis atopiEritema batas tegas, dengan papula dan vesikel miliar disertai erosi, eksudasi, serta krusta.Prurigo : biasanya berupa papula-papula yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstrimitas. (Siregar, 2005).

J. TatalaksanaPenatalaksanaan secara umum pada pasien scabies berupa edukasi pada pasien, diantaranya :1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan2. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya pada malam hari sebelum tidur.3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan direndam dengan air panas. Untuk barang yang tidak bisa dicuci dapat dijemur di bawah sinar matahari5. Pisahkan pakaian dan alat yang digunakan pasien dengan anggota keluarga lain6. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul dalam beberapa hari.7. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut untuk menjaga kebersihan,Pengobatan scabies mempunyai syarat harus efektif terhadap semua stadium tungau, tidak mengiritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan terjangkau biayanya.Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah (Handoko, 2013):1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Kekurangannya ialah tidak efektif terhadap stadium telur sehingga penggunaan tidak boleh kurang dari 3 hari, berbau, mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika. Untuk rasagatal dapatdiberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima pengobatan (Handoko, 2013; Siregar, 2005).

K. PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik (Siregar, 2005).

III. PEMBAHASAN

Pasien diantar bapaknya ke poli kulit dan dengan keluhan gatal di kedua tangan ,perut,leher, dan punggung. Keluhan berawal dari gatal kemudian timbul bercak-bercak kemerahan yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya merasa gatal hanya di tangan kemudian menyebar sampai ke punggung. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal dalam 1 rumah yang padat. Kakak dan Ibu pasien mengalami keluhan serupa. Pasien sudah berobat tapi belum ada perubahan berarti.Pasien didiagnosis menderita penyakit skabies, dikarenakan terdapat 2 dari 4 tanda kardinal skabies, yaitu pruritus nokturnal dan menyerang sekelompok orang (kakak dan ibu pasien) sehingga diagnosis klinis dapat ditegakkan.Status dermatologi menunjukkan terdapat lesi didaerah punggung tangan kanan-kiri, punggung berupa papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas, penyebaran diskrit, dan erosi terutama didaerah intertriginosa. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana didalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis. Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin (Scabimite) cream 5% yang dioleskan sebelum tidur ke seluruh permukaan kulit tubuh dari leher sampai kaki sekali dalam seminggu dibiarkan minimal 8 jam. Menurut teori, obat topikal yang paling baik diberikan berupa permetrin 5% karena obat ini efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah. Obat sistemik yang diberikan adalah Loratadine tablet 10mg 2x1 setelah makan sebagai antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei.IV. KESIMPULAN

1. Berdasarkan kriteria diagnosis yang ada, tanda dan gejala yang ada pada pada pasien, dapatditegakkan diagnosis skabies.2. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya.3. Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal yaitu pruritus nokturna, menyerang sekelompok orang, terowongan, menemukan tungau.4. Penatalaksanaan skabies harus melibatkan higienitas seluruh keluarga agar tidak terjadi episode pengulangan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin. Chosidow O. 2007. Scabies. New England J Med. Vol. 354. Hal. 1718-27.Handoko, R. P. 2013. Skabies. Dalam: A. Djuanda, A. Kosasih, B. E. Wiryadi, E. C. Natahusada et al, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima (Hal. 122-125). Jakarta: FK UI.Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. 2008. Scabies And Pedicuosis. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine, 7th. USA:Mcgrawhill. Siregar, R.S. 2005. Penyakit Kulit Karena Parasit Dan Insecta. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.Walton SF, Currie BJ. 2007. Problems In Diagnosing Scabies, A Global Disease In Human And Animal Ppulations. Clin Microbiol Rev. Hal. 268-79.Wardhana AH, Manurung J, Iskandar T. 2009. Skabies: Tantangan Penyakit Zoonosis Masa Kini dan Masa Datang. Balai Penelitian Veteriner..

PRESENTASI KASUSSKABIES

Pembimbing :dr.Ismiralda Oke, Sp.KK

Disusun oleh :Rostikawaty AzizahG4A013051

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO

2015

HALAMAN PENGESAHAN

SKABIES

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin RS Margono Soekarjo Purwokerto.

Disusun Oleh :Rostikawaty AzizahG4A013051

Purwokerto, Maret 2015

Menyetujui

dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan presentasi kasus yang berjudul Scabies tepat pada waktunya. Penulisan presentasi kasus merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Ismiralda Oke, Sp. KK. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan presentasi kasus.1. Rekan-rekan FK Unsoed dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan presentasi kasus.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Purwokerto, Maret 2015Penyusun

DAFTAR ISIHal

BAB IPresentasi Kasus1

A. Identitas pasien.....................................................................B. Anamnesis............................................................................C. Pemeriksaan Fisik ................................................................D. Pemeriksaan Penunjang........................................................E. Resume.................................................................................F. Diagnosa Banding.................................................................G. Diagnosis Kerja.....................................................................H. Terapi....................................................................................I. Prognosis...................................................................................112344445

BAB IIA. Definisi.....................................................................................B. Etiologi.....................................................................................C. Epidemiologi..............................................................................D. Faktor Risiko.............................................................................E. Penularan...................................................................................F. Patogenesis.................................................................................G. Manifestasi Klinis......................................................................H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................I. Diagnosis Banding.....................................................................J. Tatalaksana................................................................................K. Prognosis....................................................................................6678891010111113

BAB IIIPEMBAHASAN.............................................................................14

BAB IVKESIMPULAN..............................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16