presentasi kasus perempuan usia 51 tahun dengan diabetes melitus, hipertensi, cystitis kronis...
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
1/48
LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN RSUD KUDUS
SEORANG PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS,
HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK), ANEMIA, STRUMA DAN DISPEPSIA
Disusun oleh:
Kristian Wijaya
406117072
Pembimbing:
dr. Idil Fitri, Sp.PD
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 28 JANUARI 20137 APRIL 2013
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
2/48
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
SEORANG PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS,
HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK), ANEMIA, STRUMA DAN DISPEPSIA
Telah didiskusikan pada tanggal:
16 Maret 2013
Pembimbing
dr. Idil Fitri, Sp.PD
Penyusun Mengetahui,
Kristian Wijaya dr. Amrita, Sp.PD
406117072
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 28 JANUARI 20137 APRIL 2013
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
3/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 1
Daftar Masalah
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1 Hipertensi Gr. II 28 Februari 2013
2 Diabetes Mellitus 28 Februari 2013
3 Gastritis 28 Februari 2013
4 Anemia 28 Februari 2013
5 Cystitis Kronis 2 Maret 2013
6 Struma 28 Februari 2013
7 Diare Akut 7 Maret 2013
8 hidroureter, kinking
dan hidronefrosis
8 Maret 2013
9 Sinus Takikardi 28 Februari 2013
10 Struma non-toksik 28 Februari 2013
11 Kadar TSHs 2 Maret 2013
12 Hipoalbumin 2 Maret 2013
1 Identitas Penderita Nama : Suharti Umur : 51 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Buruh harian lepas Alamat : Pandurenan 2/3 Gebogg Nomor RM : 432137 Dirawat di ruang : Bougenville 2 Masuk Bangsal : 28 Februari 2013 Keluar Bangsal : - Dikasuskan : 4 Maret 2013 Status : Kelas IIIJAMKESMAS
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
4/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 2
2 Data DasarI. Data Subjektif
a. AnamnesaAutoanamnesa dilakukan pada tanggal 4 Maret 2013 di Bangsal Bougenville 2
pada pukul 14.00 WIB
Keluhan Utama: Panas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh badannya terasa panas sudah 7 hari yang lalu. Panas
dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan badan pasien terasa menggigil.
Panas berkurang dengan menggunakan obat-obatan dan disertai gejala nyeri perut,
dan gangguan berkemih. Nyeri perut dirasakan di kuadran kiri bawah, kanan
bawah dan ulu hati. Nyeri dirasakan mules seperti ada yang melilit di dalam
perutnya pada bagian bawah dan rasa panas seperti terbakar pada bagian ulu hati.
Nyeri perut dirasakan hilang timbul sejak 7 hari yang lalu, perut menjadi tambah
nyeri apabila pasien batuk, pasien mengaku sering meminum obat untuk pegal-
pegal dan BAB berwarna hitam sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluh buang
air kecil sedikit-sedikit dan terasa seperti tidak tuntas. Air kencing berwarna
seperti teh dan terasa panas ketika berkemih. Keluhan dirasakan hilang timbul
sejak 1 bulan yang lalu, namun seminggu terakhir dirasakan setiap kali pasien
berkemih.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan seperti saat ini disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit paru disangkal Riwayat penyakit ginjal disangkal Riwayat penyakit hati disangkal Riwayat sakit gondok disangkal Riwayat darah tinggi disangkal Riwayat penyakit kencing manis diakui Riwayat asma disangkal Riwayat alergi disangkal
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
5/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 3
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat keluhan seperti ini disangkal Riwayat penyakit gondok disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal Riwayat penyakit kencing manis diakui (nenek) Riwayat alergi disangkal
Riwayat status gizi:
Nafsu makan pasien baik, pasien sehari-hari hanya memakan bubur dengan
frekuensi makan 3 x/hari. Berat badan pasien stabil tidak mengalami kenaikan
ataupun penurunan berat badan.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai seorang buruh harian lepas dengan tingkat pendidikan
tamat SD. Memiliki seorang suami dan 2 orang anak yang semua juga bekerja
sebagai buruh harian lepas dengan tingkat pendidikan yang juga hanya tamat SD.
Pasien mendapatkan bantuan biaya pengobatann dari JAMKESMAS.
Kesan: Kondisi ekonomi lemah
Riwayat Perawatan dan Pengobatan:
Perawatan sejak tanggal 28 Februari 2013 sampai 4 Maret 2013 di Bougenville 2
RSUD kudus dengan Problem sebagai berikut:
Cystitis Kronis Anemia Diabetes Mellitus Hipertensi Grade IIPengobatan yang telah diberikan:
Infus RL 30 tpm Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab As. Folat 1 mg 3 x 1 tab Pamol (paracetamol) 500 mg 3 x 1 tab Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam) Ceftriaxone 1 gr 1 x 2 gr.Inj. IV
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
6/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 4
Ranitidin 50 mg 2 x 1 amp. Inj. IV Sotatik 10 mg 2 x amp. Inj. IV Humulin R 888 Unit Inj. SC
II. Data Objektifa. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Lemas
Tekanan Darah : 180/100 mmHg
Denyut Nadi : 88 x/menit
Laju Napas : 16 x/menit reguler
Suhu : 36.8 C (aksila)
SpO2 : 97%
GDS : 440 mg/dL
Kulit : Turgor kulit baik, pucat (+), Ikterik (-)
Kepala : Normochepal, benjoalan (-), rambut hitam beruban
terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor,
diameter pupil 3mm, reflek cahaya +/+
Hidung : Bentuk hidung normal, rinorrhea (-), epistaksis (-)
Telinga : Normotia, ottorhea (-), nyeri tekan tragus (-)
Mulut : Sulcus nasolabialis simetris, lidah normal, fasikulasi (-),
deviasi lidah (-), faring hiperemis (-), Tonsil T1T1
Leher : Pembesaran KGB Submandibula, cervical, supraclavikula dan
infraclavicula (-), Pembesaran Kelenjar Tiroid (+): benjolan
pada coli anterior, ukuran 4 x 6 cm, tepi rata, konsistensi
lunak, ikut bergerak waktu menelan, tidak terfiksir terhadap
jaringan di sekitarnya, nyeri tekan (-), Bruit (+), Trakea
ditengah, JVP Normal
Thorax : Dinding Thorax simetris saat statis dan dinamis, benjolan (-),
retraksi otot pernapasan (-), Nyeri tekan (-), tidak ada bekas
luka.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
7/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 5
Paru depan :
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Stem Fremitus kiri dan kanan sama kuat, pergerakan dada kiri
dan kanan simetrisPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar absolut pada
ICS V MCLD
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki basah halus (+/+) pada kedua bagian
basal paru, Wheezing (-/-)
Paru belakang :
Inspeksi : Dinding dada simetris
Palpasi : Stem Fremitus kiri dan kanan sama kuat, pergerakan dada kiri
dan kanan simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki basah halus (+/+) pada kedua bagian
basal paru, Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tampak pulsasi Ictus Cordis pada ICS IV MCLS
Palpasi : Teraba pulsasi Ictus Cordis pada ICS IV MCLS kuat angkat.
Perkusi : RedupBatas kanan jantung pada ICS IV SLD
Batas atas jantung pada ICS III PSLS
Batas kiri jantung pada ICS IV MCLS
Auskultasi : BJ I & II murni reguler, gallop (-), murmur (-),
HR: 88 x/menit, pulsus defisit (-)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut datar, simetris, pulsasi epigastrium (-), bekas
luka (-), striae (-), venektasi (-), benjolan (-)
Auskultasi : Peristaltis usus (+) normal 28 x/menit, bruit aorta (-), bruit
arteri renalis (-)
Perkusi : Timpani, shiffting dullness (-), nyeri ketok CVA (-), liver
span 10 cm pada MCLD dan 6 cm pada midsteral.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
8/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 6
Palpasi : Supel, tidak teraba adanya massa, nyeri tekan (+) pada
epigastrium, LLQ dan RLQ, nyeri lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar.
Ekstremitas : Sianosis (-) pada kedua sisi superior dan inferior;Edema (-) pada kedua sisi superior dan inferior;
Anemis (+) pada kedua sisi supeerior dan inferior;
Tremor (-) pada kedua sisi superior dan inferior
Saraf, genitalia, anus dan rectum tidak diperiksa.
Index Wayne
- Struma Toxic apabila index wayne 20Gejala Skor Tanda Ada Tidak
Dypsnoea de effort + 1 Tiroid teraba + 3 - 3
Berdebar + 2 Bruit pada tiroid + 2 - 2
Cepat lelah + 2 Exoptalmus + 2
Suka panas - 5 Retraksi kelopak mata + 2
Suka dingin + 5 Kelopak mata kaku + 1
Keringat Berlebih + 3 Hiperkinesia + 4 - 2
Nervousness + 2 Atrial Fibrilasi + 4
Nafsu makan:
meningkat
Menurun
+ 3
- 3
Tangan:
panas
lembab
+ 2
+1
- 2
- 1
Berat badan:
Meningkat
Menurun
- 3
+ 3
Nadi
> 80 x/m
> 90 x/m
+ 3
+ 4
Kesan: Struma Non toxic (skor 12)
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
9/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 7
b. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Darah rutin tanggal 1 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
WBC 15.7 3.510 10 /mmRBC 3.39 3.85.8 10 /mm
HGB 7.6 1116.5 g/dl
HCT 32 3550 %
PLT 175 150390 10 /mm
PCT .124 .100.500 %
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
MCV 94
8097 mMCHC 23.9 31.535 L g/dL
Kesan: Leukositosis dan anemia normositik dan hipokromatik
Pemeriksaan Kimia darah tanggal 1 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
Ureum 57.5 1155 mg/dl
Creatinin 0.9 0.61.36 mg/dl
Cholesterol 122 s/d 200 mg/dl
Trigliserida 108 40165 mg/dl
S.G.O.T. 13 < 37 U/l
S.G.P.T. 12 < 41 U/l
Uric acid 7.0 2.67.2 mg/dl
Kesan: dalam batas normal
Pemeriksaan Kimia darah tanggal 2 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
GDP 170 70105 mg/dl
GD2PP 260 s/d 150 mg/dl
Albumin 2.6 3.85.4 gr/dl
Kesan: Hiperglikemi dan hipoalbumin
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
10/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 8
Pemeriksaan Endokrin tanggal 2 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
TSHs 0.126 0.5504.780 IU/ml
Kesan: kadar TSH serum rendah
Pemeriksaan Kimia darah tanggal 4 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
GDP 245 70105 mg/dl
GD2PP 375 s/d 150 mg/dl
Kesan Hiperglikemi
Pemeriksaan EKG tanggal 28 Februari 2013
Interpretasi EKG:
1. Rhythm : Sinus2. Heart Rate : 107 x/menit3. Regularity : Reguler4. Axis : Normoaxis5. P wave : Normal P wave6. PR interval : Normal PR interval
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
11/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 9
7. QRS complex: Q pathologis : - R wave progession : Baik
QRS interval : Normal R bifasik : -
8. ST segment : Normal9. T wave : Normal10.Kesan : Sinus takikardi
X-foto torax dan USG abdomen
Kesan:
USG: Cystitis Kronis dan hidronefrosisX-foto torax: Cor dan paru dalam batas normal
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
12/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 10
3 Daftar abnormalitas1. Demam2. Nyeri perut bagian bawah3. Nyeri perut ulu hati4. Gangguan berkemih5. BAB hitam6. Benjolan pada coli anterior7. Hipertensi8. Leukositosis9. Hiperglikemi
10. Hipoalbumin11. Anemis12. Struma13. Anemia normositik hipokromatik14. Sinus Takikardi dengan aritmia15. Cystitis Kronis, hidroureter dan hidronefrosis16. Kadar TSHs menurun
4 Problem aktif1. Diabetes Mellitus2. Hipertensi Grade II3. Cystitis Kronis4. Anemia normositik dan hipokromatik5. Gastritis Kronis6. Struma
5 Rencana Pemecahan Masalah1. Diabetes Mellitus
o Initial Assessment : - Mencari komplikasi makroangiopathty danmikroangiopathy
- Prediksi gula darah 3 bulan terakhir
oPlan diagnosa : Funduskopi, HbA1C
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
13/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 11
o Plan Terapi : Humulin R 888 Unit Inj. SCDiet Diabetes Mellitus 1700 kkal
o Plan Monitoring : GDP, GD2PPo
Plan Edukasi : - Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentangpenyakit dan pemeriksaan yang harus dilakukan serta
terapi yang akan diberikan;
-Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang ketepatan
dan kepatuhan dalam meminum obat;
- Menjelaskan tentang Pemantauan gula darah mandiri
dan tanda gejala hipoglikemi beserta penanganannya;
- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan
asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan
dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
- Menyarankan untuk berolahraga minimal selama 30
menit/kali sebanyak 3 x/minggu.
2. Hipertensi Grade IIo Initial Assessment : - Mencari komplikasi
- Menentukan faktor resiko
o Plan diagnosa : Funduskopio Plan Terapi : Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab
Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)
Diet rendah garam 1700 kkal
o Plan Monitoring : Tekanan Daraho Plan Edukasi : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi
yang diberikan;
- Mengurangi garam dalam makanan
- Menyarankan untuk berolahraga minimal selama 30
menit/kali sebanyak 3 x/minggu.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
14/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 12
3. Cystitis Kroniso Initial Assessment : - Mencari komplikasi -
- Mencari etiologi
oPlan diagnosa : BNO IVP
o Plan Terapi : Paracetamol 500 mg 3 x 1 tabCeftriaxone 1 x 2 gr Inj. IV
o Plan Monitoring : Keluhan Berkemiho Plan Edukasi : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi
yang diberikan.
4. Anemia normositik dan hipokromatiko Initial Assessment : Menentukan etiologio Plan diagnosa : Pemeriksaan Telur cacing dalam feces, pemeriksaan
hematologi (hitung jenis), retikulosit.
o Plan Terapi : as.folat 1 mg 3 x 1 tabTransfusiPacked Red cell 2 kantong/hari
Premedikasi Furosemid 10 mg 1 x 1 amp. Inj IV
o Plan Monitoring : Pemeriksaan darah rutin (Hb) 6 jam post tranfusio Plan Edukasi :- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi
yang diberikan.
5. Dispepsiao Initial Assessment : - Komplikasi Diabetes Mellitus
- Mencari etiologi
o Plan diagnosa : Gastroskopi, OMDo Plan Terapi : Ranitidin 50 mg 2 x 1 amp. Inj. IV
Metoclorpropramid 10 mg 3 x amp. Inj. IV
o Plan Monitoring : Keluhan Subjektifo Plan Edukasi :- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi
yang diberikan.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
15/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 13
- menjelaskan pasien untuk tidak meminum obat-
obatan, makanan dan minuman yang dapat
menyebabkan timbulnya kekambuhan
6. Strumao Initial Assessment : Menentukan jenis struma (Hipertiroid, Normotiroid,
Hipotiroid)
o Plan diagnosa : FT4, USG tiroido Plan Terapi : -o Plan Monitoring : -o Plan Edukasi : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi
yang diberikan.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
16/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 14
6 RingkasanTelah diperiksa seorang perempuan usia 51 tahun datang keluhan badannya terasa
panas sudah 7 hari yang lalu. Panas dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan badan
pasien terasa menggigil. Panas berkurang dengan menggunakan obat-obatan dan disertaigejala nyeri perut, dan gangguan berkemih. Nyeri perut dirasakan di kuadran kiri bawah,
kanan bawah dan ulu hati. Nyeri dirasakan mules seperti ada yang melilit di dalam
perutnya pada bagian bawah dan rasa panas seperti terbakar pada bagian ulu hati. Nyeri
perut dirasakan hilang timbul sejak 5 hari yang lalu, perut menjadi tambah nyeri apabila
pasien batuk, pasien mengaku sering meminum obat untuk pegal-pegal dan BAB
berwarna hitam sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit
dan terasa seperti tidak tuntas. Air kencing berwarna seperti teh dan terasa panas ketika
berkemih. Keluhan dirasakan hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, namun seminggu
terakhir dirasakan setiap kali pasien berkemih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Hipertensi, Konjungtica dan kulit anemis,
Benjolan pada bagian anterior leher, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan dan kiri
bawah, Index wayne dalam batas normal.
Pada pemeriksaan Penunjang didapatkan: Anemia normositik hipokromatik,
leukositosis, hipoalbumin, hiperglikemi, kadar TSH dalam serum menurun, sinus
takikardi dengan aritmia, cystitis kronis, hidroureter dan hidronefrosis.
7 Permasalahan Bagaimana bisa terjadi hidroureter dan hidronefrosis pada pasien ini? Bagaimana membedakan gejala klinis reaksi imflamasi dengan gejala pada
hipertiroid?
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
17/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 15
8 Catatan Kemajuan1. Problem 1 Diabetes Mellitus Tanggal 7 Maret 2013
S : -
O : Pemeriksaan Kimia darah tanggal 7 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
GDP 258 70105 mg/dl
Kesan: Hiperglikemia
A : DM belum teratasi
P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya
Monitor : GDP, GD2PPEdukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
Tanggal 13 Maret 2013S : -
O : Pemeriksaan Kimia darah 12 maret 2013
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan
GDS 341 s/d 200 mg/dl
Kesan: Hiperglikemi
A : DM belum teratasi
P : Terapi : Humulin R Stop
Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:
Glimepirid 2 mg 100 15 menit sebelum makan
Metformin 500 mg 3 x 1 tab bersama makan
Monitor : GDP, GD2PP
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
18/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 16
2. Problem 2 Hipertensi Grade II Tanggal 8 Maret 2013
S : Pusing
O : TD: 150/100 mmHgA : Hipertensi belum teratasi
P : Terapi : Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab
Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)
Monitoring : Tekanan Darah
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
Tanggal 13 Maret 2013S : -
O : TD 130/80 mmHg
A : Hipertensi sudah teratasi
P : Terapi : Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:
Captopril 12.5 mg STOP
Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)
Monitoring : Tekanan Darah
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
3. Problem 3 Cystitis Kronis Tanggal 7 Maret 2013
S : Pusing, mules, mencret > 5x/hari.
O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah
A : Cystitis belum teratasi
Diare akut Problem 7
P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya
Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
19/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 17
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
Tanggal 8 Maret 2013S : Pusing, perut sakit
O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah
Pemeriksaan Urin rutin tanggal 7 Maret 2013
Pemeriksaan Nilai Pemeriksaan Nilai
Urine
Warna
Kekeruhan
pH (4.68)
BD (1.0011.030)
Albumin
Reduksi
Bilirubin
Urobilin
Kuning
Jernih
6.5
1.015
3 +
-
-
-
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Bakteri
Kristal
810
1015
+
-
-
-
Kesan : Albuminuria, leukoturia, hematuria
BNOIVP tanggal 7 Maret 2013
Kesan : Fungsi ekskresi kedua ginjal normal
Hidronefrosis duplex ( kanan Gr.I & kiri Gr. IIIII)
Hidroureter duplex
Kinkin ureter proximal duplexCystitis kronis dengan divertikel
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
20/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 18
A : Cystitis belum teratasi dengan komplikasi
hidroureter, kinking dan hidronefrosis Problem 8
P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya
Metronidazole 500 mg 3 x 1 tabMonitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
Tanggal 13 Maret 2013S : BAK dan BAB normal
O : Abdomen: Nyeri tekan (-)
A : Cystitis sudah teratasi
P : Terapi : Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:
Levofloksasin 500 mg 2 x 1 tab
Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
4. Problem 4 Anemia normositik dan hipokromatik Tanggal 9 Maret 2013
S : Pusing
O : Konjungtiva anemis
A : Anemia belum teratasi
P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya
TransfusiPacked Red Cell 2 Fl s/d Hb 9 mg/dL
Furosemid 10 mg 1 x 1 Inj. IV
Monitor : Darah rutin (Hb)
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
21/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 19
Tanggal 11 Maret 2013S : -
O : Pemeriksaan darah rutin tanggal 10 Maret 2013 (post Tranfusi)
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal SatuanHb 10,9 1116.5 g/dl
Kesan: Dalam batas normal
A : Anemia sudah teratasi
P : Terapi : Asam folat 1 mg 1 x 1 tab
Monitor : Darah rutin (Hb)
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
5. Problem 5 Dispepsia Tanggal 11 Maret 2013
S : BAB normal berwarna coklat
O : Abdomen: Nyeri tekan (-)
A : Keluhan Dispepsia berkurang
P : Terapi : Melanjutkan Terapi sebelumnya
Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
6. Problem Struma Tanggal 13 Maret 2013
S : -
O : Kel. Tiroid terapa membesar
A : Struma belum teratasi
P : Terapi : -
Monitor : -
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
22/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 20
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
7. Problem 7 Diare akut Tanggal 7 Maret 2013
S : Mencret > 5 x/hari
O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah
A : Diare akut
P : Terapi : Neo Diaform 3 x 1 tab bila diare
Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
8. Problem 8 hidroureter, kinking dan hidronefrosis Tanggal 8 Maret 2013
S : -
O : BNOIVP tanggal 7 Maret 2013
Kesan : Fungsi ekskresi kedua ginjal normal
Hidronefrosis duplex ( kanan Gr.I & kiri Gr. IIIII)
Hidroureter duplex
Kinkin ureter proximal duplex
Cystitis kronis dengan divertikel
A : hidroureter, kinking dan hidronefrosis
P : Terapi : Konsul dokter spesialis bedah umum/urologi
Monitor : -
Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan
pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan
diberikan.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
23/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 21
9 Alur PikirSeorang perempuan usia 51 tahun datang keluhan demam, nyeri perut dan
gangguan berkemih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Hipertensi, Konjungtica dan kulit anemis,
Benjolan pada bagian anterior leher, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan
dan kiri bawah, Index wayne dalam batas normal.
Pada pemeriksaan Penunjang didapatkan: Anemia normositik hipokromatik,
leukositosis, hipoalbumin, hiperglikemi, kadar TSH dalam serum menurun,
sinus takikardi, cystitis kronis dan hidronefrosis
Keringat Berlebih Tiroid teraba Bruit pada tiroid Lembab Nadi > 80 x/m
Struma Non-Toxic
Index Waynes : 12
Demam Nyeri perut bagian
bawah
Gangguan berkemih Leukositosis Leukosit dalam Urin
Kimia Darah :
Glukosa Darah Puasa
Glukosa Darah 2 Jam pp
Glukosa Darah Sewaktu
Diabetes Mellitus
Infeksi Sal. Kemih
Neurogenic Bladder (?)
Retensio Urin ISK Kronik
Radiologi BNOIVP &USG ABD:
Cystitis Kronis dgn
divertikel
Hidronefrosis &
Hidroureter
TD 180/100 mmHg
Hipertensi Gr. II
Hipoalbminuria
Urin rutin albuniuria
Darah Rutin:
Hb
MCHC
Anemia
NormositikHipokromatik
Imunitas
Higiene Buruk (?)
BAB Hitam
Nyeri Ulu hati Gastritis Kronis
EKGSinus Takikardi
dengan aritmia
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
24/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 22
DIABETES MELLITUS
1. DefinisiMenurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
2. KlasifikasiTipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut :
Autoimun Idiopatik
Tipe II Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin
Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta Defek genetik kerja insulin Penyakit eksokrin pancreas Endokrinopati Karena obat atau zat kimia Infeksi Sebab imunologi yang jarang Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes Mellitus Gestasional
3. DiagnosaBerbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
o Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan beratbadan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
o Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dandisfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
25/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 23
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200mg/dL sudah cukup untuk menegak-kan diagnosis DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.3.
Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosalebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,
namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena
membutuhkan persiapan khusus.
4. Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salahsatu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang
telah terstandardisasi dengan baik
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada
hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkanglukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7,8-11,0
mmol/L).
2.
GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasmapuasa didapatkan antara 100 125 mg/dL(5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan
TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
o Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukankegiatan jasmani seperti
biasa
o Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minumair putih tanpa gula tetap diperbolehkan
o Diperiksa kadar glukosa darah puasao Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
o Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2jamsetelah minum larutan glukosa selesai
o Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa. Selama prosespemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dantidak merokok
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
26/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 24
Bukan DM Belum pasti DM DM
GDS (mg/dL) Plasma Vena < 100 100199 200
Darah Kapiler < 90 90199 200
GDP (mg/dL) Plasma Vena < 100 100125 126
Darah Kapiler < 90 9099 100
4. Faktor Resikoi. Usia 45 tahun
ii. BBR > 110 % BB idaman atau IMT >23 kg/m2iii. Hipertensi (140/90)iv. Riwayat DM dalam garis keturunanv. Riwayat abortus berulang atau Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi
>4000 gram, atau riwayat DM gestasional
vi. Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250 mg/dl
5. Pilar Penatalaksanaan DM1. Edukasi
Edukasi diberikan kepada penderita DM dan keluarga mengenai penyakitnya dan
perubahan prilaku menuju prilaku sehat. Lalu diberikan pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien
2. Terapi gizi medisKarbohidrat
oKarbohidrat yang dianjurkan sebesar 4565% total asupan energi.
o Pembatasan karbohidrat total
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
27/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 25
o Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.o Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.o Anjuran konsumsi kolesterol
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
28/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 26
5. DPPIV inhibitor2. Suntikan
1. InsulinInsulin diperlukan pada keadaan:o Penurunan berat badan yang cepato Hiperglikemia berat yang disertai ketosiso Ketoasidosis diabetiko Hiperglikemia hiperosmolar non ketotiko Hiperglikemia dengan asidosis laktato Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimalo Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)o Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
o Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berato Kontraindikasidan atau alergi terhadap OHOBerdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
o Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)o
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
o Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)o Insulin kerja panjang (long acting insulin)o Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed
insulin).
2. Agonis GLP1o Dapat bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin yang tidak
menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang
biasanya terjadi pada pengobatan dengan insulin ataupun
sulfonilurea.
o menurunkan berat badan.o menghambat penglepasan glukagon yang diketahui berperan pada
proses glukoneogenesis. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti
memperbaiki cadangan sel beta pankreas.
Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa
sebah dan muntah.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
29/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 27
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
30/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 28
6. Komplikasia. Akut
i. Ketoasidosis diebatesii.
Status Hiperglikemi Hiperosmolar
iii. Hipoglikemiab. Kronis
i. Makroangiopati1. Pembuluh darah jantung2. Pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes.
Biasanya terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudicatio,
meskipun sering tanpa gejala.
Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama
muncul.
3. Pembuluh darah otakii. Mikroangiopati:
1. Retinopati diabetikKendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
dan memberatnya retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya
retinopati.
2. Nefropati diabetikKendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko
nefropati.Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kgBB) juga akan
mengurangi risiko terjadinya nefropati.
3. Neuropati4. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,
berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus
kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan
bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis
DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk
mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi
sederhana, dengan monofilamen 10 gram sedikitnya setiap tahun.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
31/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 29
Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang
memadai akan menurunkan risiko amputasi.Untuk mengurangi rasa sakit
dapat diberikan duloxetine, antidepresan trisiklik, atau gabapentin.
Semua penyandang diabetes yang disertai neuropati perifer harusdiberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.
Untuk penatalaksanaan penyulit ini seringkali diperlukan kerja sama
dengan bidang/disiplin ilmu lain.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
32/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 30
HIPERTENSI
1) DefinisiPeningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah seperti
penyakit cerebeovaskular, penyakit jantung iskemik, dan penyakit pembuluh perifer.
Hipertensi dapat dikatagorikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau
tekanan darah sistolik 90 mmHg.
2) KlasifikasiBerdasarkan nilai tekanan darah Menurut JNC 7:
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120139 dan/atau 8089
Hipertensi Gr. I 140159 dan/atau 9099
Hipertensi Gr. II 160179 dan/atau 100109
Hipertensi Emergensi/Urgensi 180 dan/atau 110
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan < 90
Berdasarkan etiologi:
a. Hipertensi Esensial/Primeri. Genetic
ii. Faktor fetal BBLRiii. Lingkungan obese, alkohol, intake sodium, stressiv. Mekanisme Humoralv. Insulin sindroma metabolik
b. Hipertensi Sekunderi. Gangguan ginjalretensin sodium dan air & renin
ii. Endokriniii. PJKiv. Obat NSAID, steroidv. Kehamilan
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
33/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 31
3) Pengobatan
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
34/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 32
Pemilihan obat pada pasien dengan compell ing indication:
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
35/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 33
Pemilihan obat pada pasien yang baru didiagnosis hipertensi
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
36/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 34
ANEMIA
1) DefinisiPenurunan total jumlah dari eritrosit yang berada dalam sirkulasi darah atau
penurunan kuantitas atau kualitas dari hemoglobin yang disebabkan gangguan
pembentukan eritrosit, Kehilangan darah akut atau menahun, peningkatan destruksi
eritrosit.
2) KlasifikasiKlasifikasi berdasarkan etiologi
Penurunan produksi eritrosito Gangguan sintesis eritrosit
Defisiensi zar besi
Thalasemia
Anemia karena imflamasi kroik
o Gangguan sintesis DNAo Anemia pernisiosa ( Defisiensi asam folat dan Vit B12)o Infitrasi sumsum tulang
Keganasan
Metastase
o Aplasia sel darah merah murni Peningkatan destruksi eritrosit
o Kehilangan darahAkut
Kronik
o HemolisisIntracorpuskular
Ekstracorpuskular
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
37/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 35
Klasifikasi berdasarkan morfologi:
Anemia makrositik-normokromatik ( MCH)o Anemia Pernisiosa (defisiensi Vit B12)o
Defisiensi asam folat Anemia Mikrositik-hipokromatik ( MCH dan MCHC)
o Anemia Defisiensi Besio Anemia sideroblastiko Thalasemia
Anemia normositik-normokromatiko Aplastik anemiao Anemia post-hemoragiko Anemia hemolitiko Anemia sel sabito Anemia karena proses kronik
3) PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada anemia tergantung dari etiologinya:
Anemia def. Besi ferrous sulphate 200 mg 3 x 1 Anemia penisiosa Vit B12 2g/hari atau 1000 g/hari IM selama 3 minggu Anemia def. Asam folat asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan Transfusi sel darah merah
Pada kehilangan darah akut (vol < 15%)
Pada kehilangan darah Kronis (Hb < 10 g/dl)
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
38/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 36
INFEKSI SALURAN KEMIH
1) DefinisiInfeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun
jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa
adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran
kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria
tanpa gejala.
Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan::
a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karenainfeksi hematogen.
b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.
2) KlasifikasiInfeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi Cystitis dan Pielonefritis.
Cystitis adalah infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya
infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra
kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat
terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi
prostat dan striktura uretra.
Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis
Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut
atau kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih
asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen.Pielonefritis
kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
39/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 37
yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada pielonefritis
kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas.
Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus-
tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena, hal ini dapat menimbulkan gagal ginjalkronik.
3) EtiologiBakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob.
Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi
uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya
makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih
sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat
terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi
jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :
A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :
1.Escherichia coli
2.Klebsiellapneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
B. Pseudomonas aeruginosa
C. Acinetobacter
D. Enterokokus faecalis
E. Stafilokokus sarophyticus
4) Gambaran KlinisGejalagejala dari cystitis sering meliputi:
Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
40/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 38
Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis Rasa sakit pada daerah di atas pubis Perasaan tertekan pada perut bagian bawah Demam Anakanak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang
nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat
berkemih.
Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiukelelahan, hilangnya kekuatan, demam
Sering berkemih pada malam hariSetiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tandatanda dan gejala yang spesifik,
tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:
1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelahmeluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat
menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar
akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkanrasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit
pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saaturinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.
5) DiagnosaPemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
1. Analisa Urin (urinalisis)Pemeriksaan urinalisis meliputi:
Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per
lapangan pandang dalam sedimen urin.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
41/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 39
Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan
eritrosit (sel darah merah) 5-10per lapangan pandang sedimen urin.
Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnyabatu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
Mikroskopis.Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
Biakan bakteri.Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3. Pemeriksaan kimiaTes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh,
tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:
ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai 90 %
dengan spesifisitas 99%.
4. Tes Dip slide (tes plat-celup)Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak
mampu mengetahui jenis bakteri.
5. Pemeriksaan penunjang lainMeliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan
Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya batu atau kelainan lainnya.
6) PengobatanPrinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri
dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan :
Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih. Menanggulangi keluhan (gejala). Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal)
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
42/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 40
Tata cara pengobatan :
Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari. Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu. Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah. Menggunakan pengobatan supresif, yaitu pengobatan lanjutan jika pemberantasan
(eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua,
yaitu antibiotika oral dan parenteral.
I.
Antibiotika Orala. Sulfonamida
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida
umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat
resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah.
b. Trimetoprim-sulfametoksazolKombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri
aerob, kecualiPseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati
infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi
berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
c. Penicillin Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum
luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis
ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.
Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping.Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk
mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan
interval pemberiannya tiap 8 jam.
d. CephaloporinCephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika
lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini
juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten
terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
43/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 41
e. TetrasiklinAntibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat
resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas.Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan
oleh chlamydial.
f. QuinolonAsam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk
mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteriE. coli dan
Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadapPseudomonas aeruginosa.
Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk
ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis
ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
g. NitrofurantoiAntibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi
saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi
walaupun dalam terapi jangka panjang.
h. AzithromycinBerguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial.
i. Methanamin Hippurat dan Methanamin MandalatAntibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap
infeksi.
II. Antibiotika Parenteral.a. Amynoglycosida
Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi
gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar
terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi
sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang
multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval
pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian
tiap 8 jam.
b. Penicillin
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
44/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 42
Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi
akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan
pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan
amynoglycosida harus dihindari.c. Cephalosporin
Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri
gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa.
Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis
karena infeksi pathogen.
d. Imipenem/silastatiObat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif,
negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan
enterococci danPseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan
infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg ddengan interval
pemberian tiap 6-8 jam.
e. AztreonamObat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas
aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika
aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin.
Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
45/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 43
GASTRITIS
1. DefinisiGastritis adalah sebuah gangguan reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa
lambung. Hal tersebut dapat besifat akut atau kronis dan pada bagian fundus atau
corpus atau antrum atau gabungan. Pada gastritis akut biasanya erosi yang terjadi hanya
superfisial pada lapisan epital
2. KlasifikasiBerdasarkan waktunya dibedakan menjadi:
a. Gastritis akutBiasa terjadi akibat dari kerusakan barier mukosa oleh obat-obatan
atau bahan kimia. Obat-obatan seperti NSAID bekerja menghambat
prostaglandin yang berperan dalam proses sekresi mukus. Gejalanya biasanya
berupa perut tidak nyaman, nyeri ulu hari, dan perdarahan. Penyebuhan
biasanya terjadi beberapa hari dengan menghentikan penggunaan obat-obatan
dan mengurangi sekresi asam lambung.
b. Gastritis Kronisi. Tipe A (immune)
Biasa terjadi pada bagian fundus atau corpus dari lambung. Hal ini
disebabkan karena terjadinya reaksi autoimun pada sel parietal dan chief cell
sehingga selain menyebabkan gastritis juga menyebabkkan berkurangnya
sekresi asam lambung dan faktor intriksik yang dapat mengakibatkan anemia
pernisiosa akibat kekurangan Vit. B12.
ii. Tipe B (Non-Immune)Tipe ini biasa terjadi di bagian antrum. disebabkan akibat adanya
infeksi dariH.Pylori yang dapat menyebabkan reaksi peradangan lokal akibat
toksik yang dihasilkan dan meningkatkan sekresi dari asam lambung.
Berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi
a. GastritisH.Pylorib. Gastritis autoimunc. Gastritis reaktif
Terjadi akibat NSAID, refluk garam empedu, atau bahan kimia
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
46/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 44
d. Gastritis eosinofilikBiasa terjadi pada bagian antrum dan pilorus yang terjadi akibat dari reaksi
alergi. (misal: pada alergi susu sapi atau susu kacanv kedelai)e. Gastritis limfositikf. Gastritis granulomatosus
3. Patogenesis
4. PenatalaksanaanPenatalaksanaan biasa dilakukan dengan tujuan meningkatkan faktor perlindungan dan
menurunkan faktor yang merusak. Misal: menghentikan penggunaan NSAID.
Pengobatan yang biasa diberikan adalah:
a. Antasidb. Dopamine antagonist prokinetic agent(metoklopramid, domperidone)c. H2-reseptor antagonis (ranitidin, famotodin, cimetidine)d. Pompa proton inhibitor (omeprazol, lansoprazole)e. Apabila disertai infeksiH. Pylori maka diberikan terapi eradikasi:
Lini I diberikan selama 7 hari (2 x 1)
Omeprazole 20 mg + Klaritomisin 500 mg + Amoxicilin 1 g atau
Omeprazole 20 mg + Klaritomisin 500 mg + Metronidazol 400 mg
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
47/48
Laporan Kasus
Kristian Wijaya (406117072) 45
Lini II diberikan selama 14 hari
Bismuth chelate 120 mg (4 x 1) + Metronidazole 400 mg (3 x 1) +
tetrasiklin 500 mg (4 x 1) + PPI 20 - 40 mg (2 x 1)
atau selama 10 hariLevofloksasin 500 mg/hari + amoxicilin 1 g/hari + PPI 2040 mg (2 x 1)
-
7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA
48/48
Laporan Kasus
DAFTAR PUSTAKA
1. PERKENI. Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 diIndonesia. 2011.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribrata M, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakitdalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, 2009.1873-915.
3. NHLBI. JNC 7 the seventh report of the joint national committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Desember 2003; USA:
NIH Publication No. 03-5233.3-16.
4. Kumar P, Clark M. Kumar & Clarks clinical medicine. 7th ed. Spain: Saunders Elevier,2009. 800-7.
5. Jawetz E et al. Medical Microbiology. 19th ed , California:Appleton and Lange, 1991.6. McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology the biologic basis
for diseases in adults and children. 6th ed, Canada: Mosby Elsevier, 2010.
7. Liumbruno G, Bennardelo F, Lattanzzio A, Piccoli P, Rossetti G. Recomendation fortransfusion of red blood cell. Januari 2009