presentasi kasus (p. rinaldi)

16
1 PRESENTASI KASUS PSIKIATRI GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK Pembimbing: Kolonel (purn.) CKM dr. Erlina Sutiadi! SpK" (K) Disusun oleh: "e##r$ %artanto FK UP% NIM& ' *+ * ', Diujikan pada tanggal: 27 Februari 2015 KEPANITERAAN K-INIK EPARTEMEN I-MU KESE%ATAN "I/A FAKU-TAS KE OKTERAN UNI0ERSITAS PE-ITA %ARAPAN RUMA% SAKIT PUSAT ANGKATAN ARAT GATOT SOE1ROTO PERIO E 2 FE1RUARI ' , 3 4 MARET ' ,

Upload: anastasiapinta

Post on 04-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

preskas

TRANSCRIPT

[Type text]

PRESENTASI KASUS PSIKIATRIGANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Pembimbing:Kolonel (purn.) CKM dr. Erlina Sutjiadi, SpKJ (K)

Disusun oleh:Jeffry HartantoFK UPHNIM: 2011-071-0025

Diujikan pada tanggal: 27 Februari 2015

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOPERIODE 9 FEBRUARI 2015 14 MARET 2015

A. Identitas PasienNama pasien: Tn. RUmur/ tanggal lahir: 24 tahun / 04 Maret 1991Agama : IslamPekerjaan: MahasiswaStatus pernikahan: Belum menikahSuku bangsa: PadangPendidikan: S1Alamat: Kp. Rumput RT 07/01 Cimanggis, DepokTanggal masuk: 23 Februari 2015, Jam 12.00 WIB, Paviliun AminoB. Riwayat psikiatri Alloanamnesis pada tanggal 23 Februari 2015 bersama Tn. B, Ayah pasien, Jam 15:00 WIB di Paviliun Amino Autoanamnesis pada tanggal 23 Februari 2015, di Paviliun AminoA. Keluhan utama :Pasien marah-marah dan mengancam ayahnya sejak 3 jam SMRSB. Keluhan tambahan :Gaduh dan gelisah (Gaduh-Gelisah)C. Riwayat Gangguan Sekarang: AllonamnesisAyah pasien mengaku sejak 1 hari yang lalu, pasien marah-marah yang semakin parah dan berperilaku aneh. Menurut keterangan dari ayah pasien, pasien mengaku melihat hantu sambil menunjuk-nunjuk ke segala arah. Keadaan pasien yang selalu gelisah tersebut menyebabkan pasien tidak bisa tidur semalaman. Ayah pasien mengatakan bahwa konsumsi obat yang dikonsumsi pasien secara rutin sengaja dikurangi setengah tablet oleh ayahnya kurang lebih 1 minggu terakhir karena ayah pasien mengatakan bahwa gejala pasien telah jauh membaik sehingga dosis dapat dikurangi. AutoanamnesisSaat dibawa oleh ayahnya ke RSPAD, Tn. R marah-marah dan gelisah. Tn. R juga mengancam akan memakan ayahnya apabila pasien berhasil keluar dari rumah sakit. Pasien merasa ditipu oleh ayahnya karena ayah pasien mengatakan kepada pasien bahwa ayahnya sedang sakit dan minta diantar ke rumah sakit, tetapi sampai di rumah sakit ternyata pasien yang dibawa masuk ke bangsal jiwa RSPAD. Saat ditanya-tanya, pasien mengaku bahwa dirinya adalah ketua geng motor di Bandung. Pasien juga mengatakan bahwa ia memiliki banyak villa di sana dan mengajak untuk melihat-lihat villanya di Bandung. Selain itu, pasien juga mengaku memiliki banyak harta dan tanah, serta orang paling kaya di daerahnya. Pasien juga mengaku bahwa ia adalah orang paling tampan sehingga ada wanita cantik yang menyukai dirinya. Pasien mengaku bahwa dirinya memiliki banyak gelar seperti Haji dan Profesor. Saat hari kedua perawatan di bangsal Paviliun Amino, pasien mengatakan bahwa ia melihat ada tukang santet di sekitarnya, tetapi ketika ditanya dimana, Tn. R mengatakan tidak tahu. Riwayat Gangguan PsikiatriMenurut ayah pasien, perubahan yang terjadi pada Tn. R ini telah terjadi sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk ke panti rehabilitasi. Ayah pasien mengaku bahwa pasien dibawa ke panti rehabilitasi karena melihat tetangganya yang memiliki perilaku aneh seperti anaknya juga direhabilitasi di panti tersebut dan hasilnya sembuh menurut ayah pasien, sehingga ayah pasien percaya bahwa anaknya dapat disembuhkan di panti tersebut itu juga, tetapi ternyata payah pasien mengatakan bahwa panti rehabilitasi tersebut telah tutup, sehingga ayah pasien dengan terpaksa mengambil anaknya kembali pulang ke rumah. Ayah pasien mengatakan bahwa Tn. R pernah menjalani ujian masuk kepolisian dan TNI, tetapi keduanya tidak diterima sedangkan adiknya langsung diterima. Begitu pula dengan teman-teman pasien yang dapat diterima di akademi militer. Ayah pasien menduga bahwa hal tersebut yang menyebabkan pasien menderita stress. Sebelumnya, ayah pasien mengaku bahwa Tn. R adalah seorang anak yang cerdas di bidang akademik dan memiliki banyak teman.Menurut ayah pasien, Tn. R mengalami perubahan perilaku sejak ia ditolak di akademi militer 3 tahun lalu. Tn. R menjadi murung dan menyendiri selama kurang lebih 1 minggu. Lalu setelah itu, Tn. R mulai menjadi agresif dan tidak terkontrol, hingga ada suatu hari Tn. R membuang baju-baju dirumahnya kedalam bak mandi rumahnya dengan alasan seluruh baju dirumahnya kotor dan harus dicuci.Tn. R pernah dibawa ke RSPAD 3 tahun lalu dengan berobat jalan dan telah diberikan obat, yaitu Seroquel dan Depakote. Menurut ayah pasien, setelah obatnya habis, ayah pasien hanya datang kembali ke RSPAD untuk membeli obat yang sama berulang-ulang selama 3 tahun. Setelah kurang lebih 1 minggu terakhir ini gejala sudah sangat berkurang dan pasien terlihat sudah cukup normal, dosis obat yang dikonsumsi pasien sengaja dikurangi oleh ayahnya.

Riwayat Medik UmumPasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asma, kolestrol, jantung dan ginjal. Riwayat trauma, penyakit saraf, riwayat kejang, tumor otak, nyeri kepala disangkal oleh pasien. Penggunaan Zat Psikoaktif dan AlkoholPasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, bukan perokok, maupun menggunakan obat obatan terlarang yang rutin maupun penggunaan jangka panjang. Penggunaan narkoba disangkal.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi : Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien mengaku dilahirkan secara normal oleh bidan. Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien tumbuh dengan normal seusianya. Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien bersekolah di SD Negeri di Bandung. Hubungan pasien dengan saudaranya cukup harmonis. Pasien merupakan murid yang cukup aktif dalam kegiatan sekolah. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)Pasien menjalani pendidikan di salah satu SMP Negeri di Bandung. Pasien mengaku prestasinya sangat baik sama seperti saat pasien Sekolah Dasar. Pasien juga melanjutkan pendidikan SMA di Bandung agar pasien dapat tetap tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Menurut kedua orang tuanya pasien merupakan orang yang pendiam dan cerdas. Pasien bukan merupakan orang yang terbuka kepada semua orang.

Masa dewasa1. Riwayat PendidikanPasien belum menikah.2. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama Islam. Pasien rajin sholat lima waktu sesuai dengan waktunya. 3. Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah terlibat masalah hingga terlibat dalam proses pengadilan.

4. Riwayat PsikoseksualPasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu heteroseksual. F. Riwayat Keluarga GENOGRAM

Keterangan : Pasien Perempuan

G. Riwayat Sosial Ekonomi SekarangPasien tinggal satu rumah dengan orang tua dan saudaranya. Pasien merupakan mahasiswa semester akhir. Ayah pasien berkerja sebagai TNI AD dengan gaji mencukupi untuk membiayai seluruh keluarganya.H. Persepsi a. Persepsi pasien tentang diri dan lingkunganPasien tidak menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan hanya mengetahui bahwa ayahnya yang mengaku sakit, bukan dirinya. Pasien merasa tidak nyaman berada di rumah sakit sehingga pasien ingin segera pulang ke rumahnya agar dapat melanjutkan skripsi kuliahnya.b. Persepsi Keluarga terhadap pasienKeluarga pasien mengetahui bahwa pasien memiliki gangguan jiwa. Hal ini tentunya dikarenakan pasien sering marah marah dan berperilaku aneh tanpa sebab kepada ayah dan ibunya. Keluarga pasien sudah pasrah dan pernah berpikir untuk membuang pasien ke Papua dan tidak lagi menganggapnya sebagai anak.

I. Status MentalA. Deskripsi Umum1. PenampilanPasien berjenis kelamin laki-laki berusia 24 tahun tampak sesuai dengan usianya, kulit sawo matang dengan rambut pendek berwarna hitam lurus. Kerapihan dan perawatan diri pasien kurang baik, pasien mengenakan 1 pakaian dalam, 3 buah kaos, dan 1 jaket berwarna biru tua.2. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara, pasien duduk di lantai dan tampak gelisah. Pasien sesekali melakukan kontak mata saat berbicara. Pasien tidak menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa dengan benar dan lebih cenderung tidak nyambung. Dari gerakan tubuh pasien tampak gelisah. 3. Sikap terhadap pemeriksaPasien sangat tidak koorperatif dan tidak fokus saat proses wawancara berlangsung. Pasien cenderung tidak menjawab pertanyaan dari pemeriksa dengan benar dan mengatakan bahwa pemeriksa tidak perlu banyak bertanya karena pasien pusing dan ingin makan.B. Mood dan Afek 1. Mood: iritabel2. Afek : tidak sesuai / inappropriate C. BicaraPasien banyak bicara sekali (logorrhea). Artikulasi kurang jelas. Volume suara normal.D. Gangguan PersepsiTerdapat halusinasi visual (melihat hantu yang berterbangan dirumahnya dan menunjuk-nunjuk ke segala arah, serta berbicara sendiri) dan sudah dikonfirmasi secara alloanamnesisTerdapat waham kejar / persekutorik (pasien mengatakan pemeriksa sebagai tukang santet yang selalu mengganggu dirinya) pemeriksa telah mencoba menyangkal, tetapi pasien tetap yakin dan berbalik marah.

E. Pikiran1. Bentuk atau proses berpikirPasien ini memiliki gangguan berupa asosiasi longgar karena cenderung berbicara yang tidak nyambung dari 1 topik dengan topik pembicaraan lainnya. Ditemukan Flight of Ideas, dimana kata-katanya cepat dan terus menerus yang menghasilkan pergeseran terus-menerus dari satu ide ke ide lain.

2. Isi PikiranPasien memiliki waham kebesaran (grandiose), waham erotomania. Preokupasi ingin pulang.

F. Sensorium dan Kognisi1. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran Kesiagaan baik dan kesadaran Compos Mentis.2. Orientasi Waktu: Baik. Pasien dapat membedakan waktu baik pagi siang maupun malam. Pasien juga dapat mengetahui tanggal hari dan jam.Tempat: Baik, pasien tahu bahwa sekarang ia berada di rumah sakit Orang: Baik. Pasien dapat mengetahui nama pemeriksa, pasien juga ingat akan identitas dirinya, nama keluarga pasien. 3. Ingatan Jangka Panjang: Belum bisa dinilai, karena pasien menolak menjawabJangka Sedang: Belum bisa dinilai, karena pasien menolak menjawabJangka Pendek: Baik. Pasien dapat mengingat menu makan siang pasien.Jangka Segera: Belum bisa dinilai, karena pasien menolak menjawab4. Konsentrasi dan perhatianPasien tidak mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatian, pasien mudah terdistraksi oleh suara luar.5. Kemampuan Membaca dan MenulisBelum bisa dinilai, karena pasien menolak untuk membaca dan menulis6. Kemampuan Visuo spasialPasien dapat menyebutkan jam berapa dengan tepat dan benar namun menolak untuk menggambarkan. 7. Pikiran AbstrakPasien dapat mengerti istilah peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya8. Intelegensi dan Daya informasi Pasien dapat mengetahui dan menyebutkan nama presiden RI saat ini.

G. Pengendalian ImpulsPengendalian Impuls pasien kurang baik. Selama proses wawancara pasien tampak gelisah.

H. Daya nilai dan tilikan1. Daya nilai sosial Pasien bersikap tidak wajar terhadap pemeriksa, dokter, perawat, dan petugas Paviliun Amino2. Penilaian RealitaRTA terganggu. Pasien memiliki waham kebesaran (grandiose), waham erotomania, dan waham kejar (persekutorik).3. Tilikan Derajat I. Pasien merasa dirinya sehat dan menuduh ayahnya yang sedang sakit jiwa. Pasien juga meminta untuk dipulangkan.I. Taraf dapat dipercaya (Reliabilitas) Pasien tidak dapat dipercaya

II. Pemeriksaan FisikA. Status Interna- Keadaan Umum : Baik- Kesadaran : Compos Mentis- Status Gizi: Baik (BB: 60 kg; TB: 167 cm)- Tanda Vitala. Tekanan darah : 120/70 mmHgb. Nadi: 80x/menitc. Respiratory rate: 20x/menitd. Suhu: Afebris- Mata: Pasien menolak untuk diperiksa- THT: Pasien menolak untuk diperiksa- Mulut dan gigi : Pasien menolak untuk diperiksa- Thorax: Pasien menolak untuk diperiksa- Abdomen: Pasien menolak untuk diperiksa- Ekstremitas: Pasien menolak untuk diperiksa

B. Status Neurologis- GCS: E4M5V6 = 15- Tanda rangsang meningeal : Pasien menolak untuk diperiksa- Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ditemukan- Cara berjalan: Normal- Keseimbangan: Normal- Motorik : Normal- Sensorik: Pasien menolak untuk diperiksaB. Pemeriksaan Penunjang: -

III. Ikhtisar Penemuan Hasil BermaknaPemeriksaan dilakukan kepada Tn. R, usia 24 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir S1, merupakan anak dari seorang TNI AD masuk Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 23 Februari 2015. Pasien dibawa oleh ayah kandungnya dengan keluhan utama pasien marah-marah dan mengancam ayahnya sejak 3 jam yang lalu SMRS.Ayah pasien mengaku 3 tahun yang lalu, pasien mulai memiliki gejala menyendiri selama kurang lebih 1 minggu. Hal ini dikarenakan oleh kegagalan pasien dalam mengikuti tes akademi militer. Pasien juga mengaku melihat hantu-hantu berterbangan serta menunjuk-nunjuk ke segala arah. Setelah 1 minggu, pasien mulai menunjukkan gejala agresif dan marah-marah kepada semua orang, hingga akhirnya keluarga pasien sepakat untuk membawa pasien ke RSPAD untuk berobat jalan. Pasien mendapatkan obat Seroquel dan Depakote. Setelah obat habis, ayah pasien hanya membeli obatnya kembali selama 3 tahun. Sejak 1 bulan terakhir, pasien dibawa oleh ayahnya ke panti rehabilitasi sebelum akhirnya dibawa pulang kembali karena pantinya tutup. 1 hari sebelum pasien dibawa ke RSPAD tanggal 23 Februari 2015, pasien sempat marah-marah dan berbicara tidak nyambung. Tanggal 23 Februari 2015, pasien marah-marah dan mengancam ayahnya, sehingga dibawa ayahnya berobat ke RSPAD. Pada saat perawatan di bangsal Paviliun Amino RSPAD, pasien mengatakan melihat tukang santet yang tidak ia ketahui asal keberadaannya. Berdasarkan pemeriksaan status mental, aktivitas psikomotor pasien tampak gelisah, mood iritabel dan afek tidak sesuai. Proses pikirnya adalah asosiasi longgar, isi pikir waham kebesaran (grandiose) dan erotomania. Tampak bicara spontan, Orientasi tempat buruk dan bersikap tidak wajar dengan orang lain disekitarnya. Gangguan persepsi berupa halusinasi visual dengan Derajat tilikan 1. Pasien sangat tidak kooperatif dan banyak bicara yang tidak nyambung dan cenderung kasar.

IV. Formulasi diagnostik Aksis IBerdasarkan riwayat perjalanan penyakit pada pasien ditemukan adanya pola perilaku yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) dan hendaya (disability), sehingga pada pasien ini dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gangguan jiwa.Pada pasien ini diambil diagnosis Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0) karena memenuhi kriteria dari skizoafektif yaitu:Adanya gejala definitif skizofrenia dan gangguan afektif yang sama-sama menonjol atau ada gejala yang mendahului dalam beberapa hari saja.Pada pasien ini, ditemukan gejala skizofrenia sesuai dengan pedoman diagnostik skizofrenia ((a) - (d)), yaitu setidaknya ada satu gejala, yaitu :1. (d). Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat mustahil, misanya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) : Pada pasien ditemukan gejala berbicara dan menunjuk-nunjuk ke segala arah setelah pasien mengatakan bertemu dan melihat hantu berterbangan di rumahnya.2. Gangguan afek pada pasien yang cukup jelas, yaitu tidak sesuai / inappropriate disertai adanya gangguan mood, yaitu iritabel. Pasien mudah marah dan cenderung berbicara kasar kepada pemeriksa.

Aksis IIPada pasien ini diambil diagnosis aksis 2 berupa gangguan kepribadian yang khas, yaitu paranoid. Gangguan ini dipilih karena karena pasien cenderung mencurigai orang yang baru ia lihat. Pasien mengatakan bahwa ada tukang santet di sekitar pasien.Aksis IIITidak ada diagnosisAksis IVPada pasien ini ditemukan adanya masalah dengan primary support group (keluarga).

Aksis VPenilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari hari menggunakan skala Global Assessment of Functioning, GAF tertinggi 1 tahun terakhir adalah 60-51. Sedangkan nilai GAF pasien saat ini adalah 40-31 yaitu terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, seta disabilitas berat dalam beberapa fungsi. V. Evaluasi multiaksial Aksis I: Gangguan Skizoafektif tipe Manik (F25.0)Aksis II: Ciri kepribadian paranoidAksis III: Tidak ada diagnosisAksis IV: Masalah dengan primary support group dan lingkungan sosialAksis V: GAF HLPY (Highest Level past Year) adalah 70-61. Current GAF adalah 50-41.VI. Daftar Masalah Organobiologik : Tidak ditemukan PsikologikMood : IritabelAfek: Tidak sesuai / inappropriate Gangguan persepsi : Halusinasi visualProses/bentuk pikir : Assosiasi longgarIsi pikir: Waham kebesaran (grandiose), waham erotomania.Tilikan : Derajat 1 Lingkungan dan SosialPasien ini memiliki masalah dengan primary support group (keluarga).

VII. PrognosisA. Faktor faktor yang mendukung ke arah prognosis baik: Dukungan dari keluarga pasien Kepatuhan minum obat yang baik Tidak memiliki riwayat keluarga skizofrenia

B. Faktor faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk: Sudah relapse berkali-kali akibat pengobatan tidak adekuat Kepatuhan minum obat yang buruk Derajat Tilikan I

Jadi kesimpulan prognosisnya adalah: Quo ad vitam: Dubia ad Bonam Quo ad fungsionam: Dubia ad Bonam Quo ad sanationam: Dubia ad Bonam

VIII. Rencara Terapia. PsikofarmakaQuetiapine (SEROQUEL) 2 x 300 mg (PO)Inj. Aripiprazole (ABILIFY) 9,75 mg (IM) selama 3 hari berturut-turut As. Valproate (DEPAKOTE) 3 x 250 mg (PO)b. Psikoterapi 1. Terhadap pasien :- Terapi perilakuUntuk meningkatkan kemampuan sosial penderita mulai dari kemampuan memenuhi diri sendiri, mengajarkan perilaku adaptif, keteraturan minum obat.- Terapi OkupasiBertujuan untuk membantu pasien untuk bekerja dan beraktivitas seperti dulu.2. Terhadap Keluarga- Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang pasien miliki sehingga keluarga dapat lebih mengerti kondisi yang dialami oleh pasien saat ini dan dapat menerima pasien dengan keadaanya yang sekarang.- Menunjuk salah satu dari anggota keluarga untuk menjadi key person sehingga pasien dapat terkontrol untuk minum obat agar tidak terjadi kekambuhan pada pasien.

IX. Diskusi Kasus Diagnosis skizofrenia diambil apabila dapat menghilangkan penyebab gangguan mental organik dan gangguan mental akibat zat psikoaktif. Pada pasien ini sudah dapat disingkirkan yaitu dari alloanamnesis bahwa pasien tidak ada memiliki riwayat trauma pada kepalanya, pasien tidak ada merasakan nyeri kepala, pusing, mual, muntah sebelumnya. Pasien tidak mengkonsumsi zat zat psikoaktif yang dapat menjadikan etiologi dari gangguan jiwa pasien. Pada pasien ini, gangguan perasaan tampak sangat menonjol disertai adanya gejala skizofrenia. Sehingga diagnosis Skizoafektif dapat diambil pada pasien ini berdasarkan hal hal yang didapatkan dalam anamnesis dan pemeriksaan pada pasien ini yaitu :1. Gangguan Isi pikir berupa :a. Waham kejar: Pasien mengaku ada tukang santet yang selalu meng- ganggu dirinyab. Waham kebesaran : Pasien memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah ketua geng motor seluruh kota Bandung dan memiliki gelar Haji dan Profesor.c. Waham erotomania: Pasien merasa bahwa dirinya telah disukai oleh seorang wanita cantik yang menyebabkan wanita-wanita lainnya ikut mengejar-ngejar dirinya2. Gangguan proses pikir Pada pasien ini gangguan berupa Asosiasi Longgar yang menyebabkan pembicaraan yang tidak nyambung dari 1 topik ke topik lainnya.3. Gangguan mood dan afekPada pasien ini ditemukan mood yang iritabel ditunjukkan pada saat autoanamnesis, pasien terlihat sangat mudah tersinggung dan cenderung berbicara kasar kepada pemeriksa. Gangguan afek juga terlihat tidak sesuai. Ditunjukkan dari saat pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki banyak harta, tetapi pasien tampak marah.Menurut PPDGJ III DSM 5, pasien ini diambil diagnosis Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0) karena memenuhi kriteria dari skizoafektif yaitu:1. Adanya gangguan perasaan yang muncul hampir bersamaan dengan gangguan psikotik (hanya selang 6 hari)2. Gangguan mood yang menonjol pada pasien ini adalah manik (iritabel dan suka tertawa, serta berbicara banyak)3. Pada episode yang sama, terdapat juga gejala skizofrenia, yaitu adanya waham kebesaran, erotomania, dan kejar. Serta terdapat halusinasi visual, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gejala skizofrenia.Untuk terapi farmakologi, pasien ini diberikan obat golongan Benzodiazepine, yaitu Quetiapine (SEROQUEL) dan golongan Benzisoxazole, yaitu Aripiprazole (ABILIFY).Kedua obat yang diberikan ini merupakan jenis obat golongan Antipsikotik Atipikal. Obat golongan ini bekerja dengan berafinitas terhadap reseptor Dopamin D2 dan juga reseptor Serotonin 5 HT2 (Serotonin-Dopamine Antagonists) Tujuan pemberian obat antipsikotik golongan ini adalah untuk mengontrol gejala positif juga negatif pada pasien ini seperti banyak bicara tidak jelas, suka tertawa tanpa pencetus yang jelas, marah-marah dan cenderung berbicara kasar. Pemberian Aripiprazole (ABILIFY) secara injeksi ini lebih diarahkan untuk mengatasi gejala gaduh-gelisah pada pasien. Apabila keadaan pasien sudah stabil (tidak gelisah), pemberian Aripiprazole dapat dihentikan.Untuk terapi gangguan moodnya, dapat diberikan Lithium Carbonate sambil diobservasi keadaan pasien secara intersif. Hal ini dikarenakan oleh Lithium Carbonate memiliki batas aman (Margin of Safety) yang cukup sempit, sehingga dikhawatirkan terjadi gejala toksik pada pasien seperti tremor halus, mual-muntah, diare, mulut kering, dll. Apabila gejala toksik terjadi, Lithium Carbonate dapat diganti dengan obat anti mania yang lebih aman, yaitu Asam Valproat (DEPAKOTE)Tujuan dari pengobatan selama pasien dirawat adalah untuk menstabilkan mood yang iritabel pada pasien yaitu Manik. Setelah pasien dapat distabilkan moodnya, baru pengobatan diarahkan kepada mengatasi gangguan gejala skizofrenia nya. Pengobatannya dengan menggunakan obat anti psikotik golongan atipikal dengan tujuan lebih aman dan dapat mengatasi positive symptoms dan negative symptoms.Tujuan pengobatan non-farmakologis dari segala aspek ditujukan agar pasien dapat memiliki prognosis yang baik, karena pasien tidak memiliki riwayat keturunan gangguan jiwa. Lalu pasien juga disadarkan bahwa pengobatan jiwa dibutuhkan keteraturan minum obat agar gejala dapat benar-benar diatasi sampai hilang sama sekali. Selain itu, pertimbangan yang dilakukan ini dikarenakan oleh usia pasien yang masih muda, sehingga sangat diharapkan agar pasien dapat mencapai tilikan 6 dan dapat kembali beraktivitas dan bekerja seperti semula. Edukasi yang diberikan kepada keluarga pasien juga sangat penting agar keluarga pasien dapat memahami rencana terapi yang sedang dilakukan untuk pasien dan keluarga dianjurkan untuk berkooperatif membantu pengobatan dengan menjaga serta mengingatkan pasien untuk tetap patuh dan rutin minum obat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III dan DSM 5). Cetakan kedua. Jakarta, 20132. Dharmady, A. Psikopatologi : Dasar dalam Memahami Tanda Dan Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Jakarta, 20033. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Greb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7. Binarupa Aksara: Jakarta4. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi 2014. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.[Type the document title]14

[Type the date]

1