presentasi kasus letlin
DESCRIPTION
lTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klnik ilmu Kebidanan dan Kandungan di RSUD Kota
Cilegon yang berjudul Kehamilan dengan Letak Lintang. Tujuan dari penyusunan laporan kasus
ini adalah untuk memenuhi tugas yang didapat saat kepaniteraan di RSUD Cilegon. Dari laporan
kasus ini saya mendapat banyak hal dan dapat lebih memahami terapi dan keadaan pasien.
Dalam menyusun laporan kasus ini tentunya tidak lepas dari pihak-pihak yang
membantu saya. Saya mengucapkan terima kasih pada dr. Ida Winarti, Sp.OG atas bimbingan,
saran, kritik dan masukan dalam menyusun laporan kasus ini. Saya juga mengucapkan terima
kasih pada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman dan pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk membuat laporan kasus ini lebih baik. Terima kasih.
Cilegon, 28 Agustus 2015
Penulis
1
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
LAPORAN KASUS 3
IDENTITAS 3
ANAMNESIS 3
PEMERIKSAAN FISIK 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG……………………………………………………………... 6
DIAGNOSIS…………………………………………………………………………………... 7
RENCANA PENATALAKSAAN……………………………………………………………..7
PROGNOSIS……………………………………………………………………………………7
FOLLOW UP………………………………………………………………………………….. 7
LAPORAN PEMBEDAHAN SECTIO CESAREA………………………………………….. 12
DISKUSI 13
IDENTIFIKASI 13
PERMASALAHAN 13
ANALISA KASUS 13
TINJAUAN PUSTAKA 17
DEFINISI DAN KLASIFIKASI 17
ETIOLOGI 17
PATOFISIOLOGI 18
DIAGNOSIS 19
MEKANISME PERSALINAN 20
TATALAKSANA 24
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS 27
DAFTAR PUSTAKA 28
2
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
Tanggal masuk RSUD : 11 Agustus 2015
Jam : 14.00 WIB
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama Ny. S
Umur 40 tahun
Agama Islam
Pendidikan terakhir SMA
Pekerjaan Karyawan Swasta
Status Menikah
Alamat Kp. Pejaten, Kramat Watu
Nama Suami Tn. S
Umur 42 tahun
Pendidikan Suami SMA
Pekerjaan Suami Buruh
No CM 712***
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Pusing, posisi bayi sungsang
Keluhan Tambahan :
Demam dan kaki bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny.S G3P2A0 usia 40 tahun hamil aterm datang ke Poli Kandungan RSUD Cilegon pada
tanggal 11 Agustus 2015 dengan keluhan pusing dan posisi bayi sungsang setelah dilakukan
pemeriksaan USG sebelum masuk rumah sakit. Selama hamil Ny.S mengaku sering
3
memeriksa kehamilannya ke Klinik tiap bulannya. USG pada usia kehamilan 3 bulan, 7 bulan
dan 9 bulan. Pasien juga mengeluh kaki bengkak. Adanya demam dirasakan pasien sejak 2
hari sebelum datang ke Poli Kandungan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, maupun alergi
obat dan asma bronkial.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi pada ibu pasien, namun riwayat diabetes melitus, penyakit jantung,
gangguan ginjal, asma, maupun pada anggota keluarga yang lain disangkal oleh pasien.
Riwayat Haid :
Pasien menarche pada usia 15 tahun , teratur , terkadang merasa sakit, siklus 30 hari , lama 5-
7 hari , HPHT tanggal 3 November 2014, taksiran partus tanggal 20 Agustus 2015
Riwayat Pernikahan :
Pernikahan pertama dan telah berlangsung selama 20 tahun
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengaku menggunakan KB suntik jangka waktu 3 bulan
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS TANDA VITAL
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tek. Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ˚C
TB/BB : 155cm/73kg
4
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, rambut hitam, rontok(-)
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung(-)
THT : Dalam batas normal
Leher : Tidak ada pembesaran KGB. Tiroid tidak teraba membesar
Dada : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi(-).
Paru : Suara nafas dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.
Jantung : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-).
Abdomen : buncit tidak simetris, supel, bising usus(+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, Edema tungkai +/+, Varises -/-
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Adanya warna kehitaman pada daerah wajah (cloasma gravidarum).
Turgor kulit baik
Mata cekung (-), bibir kering (-), mukosa mulut kering (-)
Tampak abdomen buncit tidak simetris
(Abdomen)
Plapis TFU : 34 cm,
Letak punggung: Lintang
Presentasi : lintang, kepala di sebelah kanan
TBJ : 3394 gram
Auskultasi : DJJ 145x/menit teratur
His : - menit
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT) : tidak dilakukan
5
V. DIAGNOSIS
Awal
masuk
RS
:
G3P2A0
hamil
aterm
dengan
letak
lintang
Pulang
dari RS
: P3A0
Post SC
atas
indikasi
letak
lintang
7
Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hb : 10.7 g/dl 12-16
Ht : 33.6 % 37-43
Leukosit : 11.36 10^3 /ul 5-10
Trombosit : 252 10^3 /ul 150-450
Masa perdarahan : 2’ menit 1-6
Masa pembekuan : 9’ menit 5-15
Golongan darah : B RH +
Imunoserologi
HbsAg Elisa : negative
Anti HIV : non reaktif
Glukosa darah
Sewaktu : 107 mg/dl <200
Fungsi liver
SGOT : 14 u/L <31
SGPT : 10 u/L <31
Fungsi ginjal
Ureum : 10 mg/dl 17-43
Kreatinin : 0.7 mg/dl 0.6-0.9
Urin
Warna : Kuning
Kekeruhan : agak keruh
Berat Jenis : 1.025 g/ml 1016-1030
Ph : 6 4.5-8.5
Protein : negatif
Glucosa Urine : negatif
Bilirubine : negatif
Keton : negatif
Bakteri : negatif
Jamur : negatif
VI. RENCANA PENATALAKSANAAN
1.Observasi tanda vital dan detak jantung janin
2.Melakukan inform consent
3.Memberikan support mental
4.Mempersiapkan ibu untuk SC
VII.PROGNOSIS
Ibu : Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Janin : ad bonam
VIII. FOLLOW UP
11 Agustus 2015
Jam 14.50
Jam 15.00
S/ : Ibu datang ke poli kangdungan. Ibu mengeluh pusing, kaki
bengkak, tidak keluar air-air, tidak ada lender darah, tidak mules
O/ : Keadaan Umum : baik Kesadaran : Composmentis
TD : 160/100 mmHg R : 22 x/menit
S : 36,3 ˚C N : 80 x/menit
L1 : TFU : 34 minggu
L2 : Puka
L3 : lintang
L4 : belum masiuk PAP
A/ : G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang
P/ : - Observasi tanda vital dan detak jantung janin (142x/menit)
- Memberikan support mental
-Melakukan inform consent
S/ : ibu mengatakan pusing dan cemas karena akan dilakukan SC
O/ : Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 150/100 mmHg R :20 x/menit
S : 36,5 ˚C N : 80 x/menit
8
Jam 20:00
Jam 21.00
12 Agustus 2015
Jam 05.30
Jam 08:00
Edema tungkai +/+ HBsAg / HIV “non-reaktif”
Hb 10,7 g/dl Trombosit 252 /ul
Leukosit 11,36 /ul DJJ : 137 x/menit
A/ : G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang
P/ : - Observasi tanda-tanda vital dan detak jantung janin
- Memberi support mental
Konsul dr. Evita
S/ os mengeluh cemas karena akan dioperasi
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 72x/menit R: 24x/menit
TD : 120/80 mmHg S: 36,5 C
DJJ : 146 x/menit
A/ G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang
P/ - mengobservasi TTV, his dan djj
- Memberikan support mental
- Menjelaskan prosedur tindakan
Rencana SC hari ini
S / os merasa tidak ada keluhan dan cemas
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 72x/menit R: 24x/menit
TD : 140/100 mmHg S: 36,5 C
A/ G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang
P/ - mengobservasi TTV
- Memasang infus dan DC +
S / os merasa cemas karena hari ini akan dilakukan operasi
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
9
Jam 12.00
Jam 14.00
Jam 21.00
N : 72x/menit R: 24x/menit
TD : 140/100 mmHg S: 36,5 C
DJJ : 146 x/menit Hb pre op 10,7 g/dl
HBsAg/HIV “NR” Albumin urin (-)
A/ G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang, pro SC
P/ - Menjelaskan hasil pemeriksaan
- Menganjurkan untuk berdoa dan tetap puasa
- SETELAH DILAKUKAN TINDAKAN SC -
S / os datang dari OK, telah selesai dilakukan tindakan sc. Ibu masih
merasa lemas
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 72x/menit R: 24x/menit
TD : 130/80 mmHg S: 35 C
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang
P/ - Ceftriaxone 2x1 gr
- Tramadol 3x1 gr
S / os mengatakan luka op mulai terasa nyeri, ASI belum keluar
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 82x/menit R: 20x/menit
TD : 150/100 mmHg S: 36,5 C
TFU : sepusat mob (-), ma/mi (+)
I : 750, O : 400
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang
P/ - Ceftriaxone 2x1/iv
- Ketorolac 3x1/iv
S / os mengatakan nyeri luka op dan ASI belum keluar
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 78x/menit R: 20x/menit
TD : 130/90 mmHg S: 36,8 C
10
13 Agustus 2015
Jam 05.30
Jam 08.00
Jam 16.00
Kontraksi uterus (+)
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang
P/ - Ceftriaxone 2x1/iv
- Ketorolac 3x1/iv
S / os mengatakan nyeri luka op dan ASI belum keluar
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 84x/menit R: 20x/menit
TD : 130/90 mmHg S: 36,4 C
Kontraksi uterus (+) PPV (+)
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang, H1
P/ - Ceftriaxone 2x1/iv
- Ketorolac 3x1/iv
S / os mengatakan nyeri luka op sudah berkurang dan ASI sudah
keluar sedikit
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 80 x/menit R: 20x/menit
TD : 140/90 mmHg S: 36,8 C
Hb post op 9,3 g/dl HBsAg/HIV “NR”
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang, anemia
P/ - memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
- Menganjurkan ASI eksklusif
- Ceftriaxone 2x1/iv
- Ketorolac 3x1/iv
- Nifedipine 2x10 mg
S / os mengatakan nyeri luka op sudah berkurang dan ASI keluar
sedikit
O/ Keadaan Umum : baik Kesadaran : composmentis
N : 80 x/menit R: 20x/menit
11
TD : 130/90 mmHg S: 36,2 C
Kontraksi uterus (+)
A/ P3A0 hamil aterm, post sc atas indikasi letak lintang,, H1
P/ - Ceftriaxone 2x1/iv
- Ketorolac 3x1/iv
- Nifedipine 2x10 mg
- Menganjurkan personal hygiene
Laporan Pembedahan
Teknik : Sectio Caesar
- Pasien terlentang dengan anastesi spinal
- Dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol kemudian betadin pada daerah operasi
- Daerah operasi kemudian dipersempit dengan duk steril
- Insisi kulit secara pfanenstiel sepanjang ±10cm kemudian perdalam secara tajam dan
tumpul sampai cavum peritoneum terbuka
- Insisi diperdalam secara tumpul lapis demi lapis hingga mencapai peritoneum dan
tampak uterus
- Plica vesica uterina disayat melintang
- Insisi diperlebar secara melintang ke lateral secara tumpul dengan jari
- Selaput ketuban dipecahkan dan lahir bayi didapat bokong dengan jenis kelamin laki-laki
pada pukul 10.25 BB 3500 gr PB 48 cm A/S 8/9
12
- Plasenta dikeluarkan secara manual
- Uterus dijahit jelujur, terkunci, kontrol perdarahan, dijahit plica vesica uterina
- Cavum abdomen dijahit lapis demi lapis
- Luka ditutup dengan kassa
DISKUSI
I. IDENTIFIKASI
Ny.S G3P2A0 usia 40 tahun hamil aterm datang ke Poli Kandungan RSUD Cilegon pada
tanggal 11 Agustus 2015 dengan keluhan pusing dan posisi bayi sungsang setelah dilakukan
pemeriksaan USG sebelum masuk rumah sakit. Selama hamil Ny.S mengaku sering
memeriksa kehamilannya ke Klinik tiap bulannya. USG pada usia kehamilan 3 bulan, 7 bulan
dan 9 bulan. Pasien juga mengeluh kaki bengkak. Adanya demam dirasakan pasien sejak 2
hari sebelum datang ke Poli Kandungan. Buang besar dan kecil tidak ada gangguan. Pasien
menyangkal adanya riwayat dahulu hipertensi.
II. PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
13
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
3. Apakah prognosis pada pasien ini ?
4. Apakah komplikasi dari kehamilan dengan letak lintang ?
5. Bagaimana terjadinya kehamilan dengan letak lintang ?
6. Apa penyebab kehamilan dengan letak lintang ?
7. Bagaimana cara persalinan letak lintang ?
III. ANALISIA KASUS
1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Ya
Anamnesis didapatkan tanda-tanda kehamilan yaitu HPHT pada tanggal 3 November
2015. Menurut penyataan pasien ini kehamilan yang ke-3. Anak pertama dan kedua lahir
dengan sehat dan belum pernah keguguran. Pusing sering dirasakan oleh pasien dan merasa
kaki bengkak sejak 2 hari sebelum ke rumah sakit. Pasien menyangkal adanya riwayat
hipertensi sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik didapatkan tanda-tanda kehamilan dengan letak lintang:
a. Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan umur
kehamilan
b. Bagian keras berada diatas fossa iliaca sinistra
c. Punggung janin teraba 4 jari diatas umbilicus
d. Detak jantung janin berada di atas umbilicus
TFU : 34 cm
Letak punggung : Lintang
Presentasi : Lintang ( kepala berada disebalah kanan )
TBJ : 3394 gram
Auskultasi : DJJ 145x/menit teratur
His : - menit
Pemeriksaan Penunjang
14
Tes kehamilan menunjukan hasil +. Dan Pemeriksaan penunjang lainnya melalui
pemeriksaan USG menunjukan adanya janin tunggal hidup dan posisi bayi lintang. Dari
pemeriksaan laboratorium: didapatkan HbsAg / HIV “non-reaktif” , Hb 10,7g/d, Ht 33,6%
Diagnosis kerja G3P2A0 hamil aterm dengan letak lintang
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
Tepat, karena pada pasien ini dilakukannya sectio cesariae. Pada teori, untuk letak lintang
dengan janin hidup, cara yang terbaik dilakukan tindakan Sectio Cesariae segera.
Sebenarnya ada cara untuk membuat letak janinnya kembali normal, antara lain
melakukan knee chest sebelum usia kehamilan 7 bulan sebanyak 2-3x selama 10 menit setiap
harinya, dan dilakukan versi luar maupun versi ekstraksi. Tetapi cara tersebut mempunyai
resiko tinggi terjadinya rupture uteri. Untuk persalinan pervaginam bisa dilakukan apabila
janin sudah mati. Jika janin masih hidup cara yang terbaik adalah dilakukannya tindakan
sectio cesariae. Pada primigravida dengan letak lintang harus dilakukan sectio cesariae
meskipun panggul sempit.
3. Apakah prognosis pada pasien ini?
Prognosis pada pre operasi dan durante operasi adalah dubia ad malam, karena pada
pasien ini terdapat kelainan letak yaitu letak lintang yang termasuk pada kehamilan dengan
resiko tinggi.
Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.
Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :
(1) Prolasus funiculi
(2) Trauma partus
(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
(4) Ketuban pecah dini
Prognosis pasca operasi: dubia ad bonam, karena ibu dan bayi selama, tidak terdapat
hambatan selama operasi dan tidak ada komplikasi selama masa nifas.
15
4. Apakah komplikasi dari kehamilan dengan letak lintang ?
Cedera tali pusat
Timbul sepsis setelah ketuban pecah
Lengan meumbung melalui vagina
Kematian janin
Ruptura uteri
5. Bagaimana terjadinya kehamilan dengan letak lintang ?
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih
ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir,
yang menyebabkan terjadinya posisi longitudinal atau melintang, letak lintang atau letak miring
kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan
berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fossa iliaka yang lain.
6. Apa penyebab kehamilan dengan letak lintang ?
a. Relaksasi berlebihan pada dinding abdomen pada multiparitas yang tinggib. Janin prematurc. Plasenta previad. Uterus abnormale. Cairan amnion berlebihf. Bentuk dari uterus yang tidak normal
7. Bagaimana cara persalinan letak lintang ?
Dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan
spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian
janin dan ruptur uteri.
Jika terjadi penurunan, maka bahu akan tertahan oleh tepi atas panggul dan janin
tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Segmen atas uterus
terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta
menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi
16
lingkaran retraksi patologis (Ring Van Bandle). Keadaan demikian dinamakan letak
lintang kasep (neglected transverse lie) sedangkan janin akan meninggal.
Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat
terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap. Bayi dapat dikeluarkan dalam
keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan envolusio spontanea
dengan 2 cara yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut Douglas.
Cara Denman : Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah
tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir, kemudian disusul badan atas dan kepala.
Cara Douglas : Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh
bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin
dalam letak lintang akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin
Conduplicatio Corpora : Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki
panggul.
TINJAUAN PUSTAKA
LETAK LINTANG
Definisi
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin melintang di dalam uterus) dengan kepala terletak di
salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada umumnya bokong berada
sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
17
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah yang juga disebut sebagai presentasi
bahu atau presentasi akromnion dimana arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu
menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan.
Klasifikasi Letak Lintang
A. Menurut letak kepala terbagi atas:
a. Lli I : kepala di kiri
b. Lli II : kepala di kanan
B. Menurut posisi punggung terbagi atas:
a. dorso anterior (di depan)
b. dorso posterior (di belakang)
c. dorso superior (di atas)
d. dorso inferior (di bawah)
Etiologi
Penyebab letak lintang adalah (1) dinding abdomen teregang secara berlebihan
disebabkan oleh kehamilan multiparitas pada ibu hamil dengan paritas 4 atau lebih terjadi
insiden hampir sepuluh kali lipat dibanding ibu hamil nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada
perut yang menggantung akibat multipara dapat menyebabkan uterus jatuh ke depan. Hal ini
mengakibatkan defleksi sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, sehingga terjadi posisi
oblik atau melintang, (2) pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin
sehingga menyebabkan letak memanjang, (3) dengan adanya plasenta atau tumor di jalan lahir
maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir, (4) cairan amnion berlebih (hidramnion)
dan kehamilan kembar, (5) bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian presentasi tidak
dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu panjang
janin menjauhi sumbu jalan lahir, (6) bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin
tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
Patofisiologi
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul yang disebabkan fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek pada
18
multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada
saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih
ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir,
yang menyebabkan terjadinya posisi longitudinal atau melintang, letak lintang atau letak miring
kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula, dengan
berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fossa iliaka yang lain.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri, bahu
bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering menumbung. Setelah
penurunan, berhenti sebatas pintu atas panggul dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan
bokong pada fossa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus
kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan
tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan
semakin nyata. Keadaam seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat diatasi,
dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami rupture dan baik ibu maupun janin dapat
meninggal.
Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya dengan inspeksi. Uterus tampak
lebih melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus sehingga lebih
rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.
19
Gambar 1. Pemeriksaan luar pada letak lintang
Pada palpasi fundus uteri kosong, balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka
dan bokong pada fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah
turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam panggul, pada pemeriksaan dalam
dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila aksila dapat diraba, arah menutupnya menunjukkan
letak dimana kepala janin berada. Bila aksila menutup ke kiri, kepala berada di sebelah kiri,
sebaliknya bila aksila menutup ke kanan, kepala berada di sebelah kanan. Denyut jantung janin
ditemukan di sekitar umbilikus. Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui.
Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada
dengan terabanya klavikula. Pada pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada
bayi, jika dapat diraba, dapat dikenali dengan adanya“rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila
dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan. Bila
punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan perut
ibu; bila punggungnya di posterior, teraba nodulasi irreguler yang menggambarkan bagian-
bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba
tali pusat yang menumbung.
Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu
tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva.
20
Mekanisme Persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan
dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan tangan
yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu
atas panggul,dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Bila
proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha
untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan
segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua bagian itu makin lama
makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologis (Ring Van Bandle). Keadaan demikian
dinamakan letak lintang kasep (neglected transverse lie) sedangkan janin akan meninggal.
Gambar 2. Letak lintang kasep dengan lengan menumbung
21
Bila tidak segera dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janin yang
meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke dalam rongga perut) atau
kondisi dimana his menjadi lemah karena otot rahim kelelahan dan timbul infeksi intrauterin
sampai terjadi timponia uteri. Ibu juga berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat
perdarahan dan infeksi, dan sering menyebabkan kematian.
Bila janin kecil (< 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi
meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke
abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling bergantung
dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan
bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan
envolusio spontanea dengan dua variasi yaitu (1) menurut Denman dan (2) menurut Douglas.
Gambar 3. Conduplicatio corpora
Beberapa cara janin lahir spontan
22
A. Evolutio spontanea
1. Menurut DENMAN
Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang
belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan
lahir, kemudia disusul badan atas dan kepala.
2. Menurut DOUGLAS
Bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki,
sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala.
Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak
lintang akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
B. Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang
oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi
letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan,
maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga
panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR
meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam bila tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang
dalam tetap sulit merubah letak janin
23
Gambar 5. Cara Denman
Penatalaksanaan
Bila sudah ketahuan sungsang atau melintang, ibu hamil dapat melakukan beberapa usaha
untuk membuat letak janinnya normal meskipun kemungkinan berahasilnya kurang dari 60 %.
Cara tersebut antara lain :
- Ibu hamil agar rajin menungging
- dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi
perut seakan-akan menggantung ke bawah.
Cara ini harus rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2-3 kali, misalnya pagi dan sore.
Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur,
kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi normal.
Kemungkinan janin akan kembali ke posisi normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan
posisi bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah memberi ruangan pada bayi
untuk berputar kembali ke posisi normal.
- Begitu juga saran agar si ibu memakai korset atau semacam celana bersepeda yang
ketat guna mempertahankan letak janin yang sudah kembali normal.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta
25
previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk
rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak, segera
dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalianan masih dapat
diusahakan mengubah letak janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang
dari empat sentimeter (< 4 cm) dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi
luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio seksaria. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang
primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada waktu his, maka
lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
3. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa faktor. Apabila
riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan
janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk
kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap
utuh dan melarang wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio seksarea. Jika
ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri
persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu
guna mengetahui apakah pembukaaan berlangsung dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi
dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi
kedua berada dalam letak lintang. Pada letak kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptura
uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera,
sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam dengan dekapitasi. Penanganan
letak lintang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a). Sewaktu hamil
26
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada primi
dengan usia kehamilan 34 minggu, atau multi pada kehamilan 36 minggu.
b). Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan versi dan ekstraksi, atau
embriotomi (dekapitasi eviserasi) bila janin sudah meninggal; atau perabdominam; seksio
sesarea.
c). Tingkat pertolongan
1) Bila ketuban belum pecah
- Pembukaan 5 cm : versi luar
- Pembukaan 5 cm :tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan.
2) Bila ketuban pecah
- Bila ketuban sudah pecah dan pembukaan lengkap : versi dan ekstraksi
- Lama pecah : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak hidup : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak mati: laparotomi, atau kalau fasilitas kurang, embriotomi secara
hati-hati
Menurut Eastmant dan Greenhill, penanganan letak lintang ada dua cara:
1. bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang ,
dengan anak hidup.
2. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak
ada panggul sempit.
Komplikasi
Cedera tali pusat
Timbul sepsis setelah ketuban pecah
Lengan meumbung melalui vagina
Kematian janin
Ruptura uteri
Prognosis
27
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan-kelainan
yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta
previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat
menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini
dahulu merupakan tindakan yang sering dilakukan,tetapi pada saat ini sudah jarang dilakukan,
karena besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan
robekan jalan lahir lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan Sadikin
Bandung,1996), sedangkan angka kematian janin diRumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan
23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-9. Jakarta: Yayasan BinaPustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., & Wenstrom, K. D.
2006. Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
3. Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998; Hal. 366-372.
4. Pernoll’s & ML. Transverse Lie In : Benson & Pernoll handbook of Obstetrics &
Ginecology, 10th ed. Mcgraw-Hill International Edition, America, 1994; 416-7.
5. Simon LR : Obstetrical Decision Making, 2nd ed. Huntsmen Offset Printing, Singapore,
1987; 210-211.
28