presentasi kasus

Upload: ica-trianjani-setyaningrum

Post on 14-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

presentasi kasus adalah suatu tugas akhir stase,dimana setiap hgfgugggggggggggggggggggggggggggf uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS

MANAJEMEN LAKTASI PADA BBLRDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan KlinikBagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :dr. Handayani, Msc. Sp. A

Disusun Oleh :Ica Trianjani S.20100310010

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SETJONEGORO WONOSOBOFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2015HALAMAN PENGESAHANTelah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus dengan judul :MANAJENEM LAKTASI PADA BBLR

Telah dipresentasikan pada tanggal :

Disusun oleh :Ica Trianjani S.20100310010

Disetujui oleh :Dokter Pembimbing

dr. Handayani, Msc. Sp. A

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limoahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian program pendidikan profesi dibagian Ilmu Kesehatan Anak dengan judul :MANAJEMEN LAKTASI PADA BBLRpenulis refleksi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :1. dr. Handayani, Msc. Sp. A selaku dokter pembimbing dan dokter spesialis Anak RSUD Wonosobo.2. dr. Heru Wahyono, Sp. A selaku dokter spesialis Anak RSUD Wonosobo.3. Perawat Bangsal Dahlia, Ruang Perinatal dan Bangsal Edelwaise4. Teman-teman koass serta tenaga kesehtan RSUD Wonosobo yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.Dalam penyusunan refleksi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak kekurangan. Penulis mangharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyususnan refleksi kasus dimasa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Wassalamualaikum Wr. wbWonosobo, 13 April 2015

Ica Trianjani S.

DAFTAR ISIHALAM JUDUL1HALAM PENGESAHAN2KATA PENGANTAR3DAFTAR ISI4BAB I. LAPORAN KASUS6I. Identitas6II. Anamnesis6Keluhan Utama6Riwayat Penyakit Sekarang6Riwayat Penyakit Dahulu7Riwayat Penyakit Keluarga7Riwayat Personal Sosial7Anamnesis Sistem7III. Resume Anamnesis8IV. Pemeriksaan Fisik8Keadaan Umum8Vital Sign8Status Generalisata8Status Lokalis9V. Hasil Pemeriksaan Penunjang11VI. Diagnosis12BAB II. LAPORAN KASUS13I. Anatomi Payudara13II. Definisi Fraktur13III. Jenis Fraktur14IV. Etiologi15V. Patofisiologi 16VI. Diagnosis 17VII. Penatalaksanaan Fraktur 18

PRESENTASI KASUSMANAJEMEN LAKTASI PADA BBLR

Identitas*BayiNama: By. Ny. EJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: BBLAlamat: MangliNomor RM: 626929Tanggal Masuk RS: 31 maret 2015Tanggal Keluar RS: 10 april 2015

* IbuNama: Ny. EUmur: 21 tahunAlamat: Mangli

AnamnesisDilakukan alloanamnesi dan pemeriksaan fisik pada tanggal 8 April 2015 di ruang Perinatal RSUD KRT Setjonegoro.Keluhan UtamaBayi baru lahir dengan BBLR dan asfiksiaRiwayat Penyakit Sekarang (RPS)Seorang bayi laki-laki lahir pukul 15.00 (31 maret 2015) lahir dari ibu berumur 21 tahun G1P0A0 lahir secara manual brach. Bayi kiriman dengan BBL 1900 gram A/S 5/7 AK jernih. Riwayat Kehamilan

Riwayat Persalinan.Pemeriksaan Fisik1. Keadaan UmumTidak Aktif2. Tanda-tanda Vital HR: 140 kali/menit, teraba kuat, isi cukup, ritmis RR: 52 kali/menit T: 36 C3. Status Lokalis :Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah Tanggal : 31 Maret 2015 Hemoglobin :19,4,7 g/dl (11,7-15,5) Leukosit: 13,3 Eosinofil: 4,20 Basofil: 0,40 % Netrofil: 49,20 % ( 50-70 ) Limfosit: 36,30 % ( 25-40 ) Monosit: 9,90% ( 2-8 ) Hematokrit : 54 % ( 40-52 ) Eritrosit: 5,1 10^6/ul ( 3,80-5,20 ) Trombosit: 100 10^3 /uL ( 150-400 ) MCV : 105 fl ( 80-100 ) MCH : 38 pg ( 26-34 ) MCHC: 36 g/dl ( 32-36 ) Golongan darah: A GDS: 297Tanggal : 4 Maret 2015 Billirubin Total: 20.0 mg/dL Billirubin Direk: 0,69 mg/dL Billirubin Indirek: 19,41 mg/dLTanggal : 6 Maret 2015 Billirubin Total: 13,40 mg/dL Billirubin Direk: 0,79 mg/dL Billirubin Indirek: 12,61 mg/dLTanggal 7 Maret 2015 Billirubin Total: 9,20 mg/dL Billirubin Direk: 0,80 mg/dL Billirubin Indirek: 8,41 mg/dLFollow Up31 Maret 2015Masuk perinatalt : 34,4 oCHR : 130 x/mntRR : 42 x/mntBBL 1840Bayi laki-laki lahir dari ibu berumur 21 tahun G1P0A0 UK 34 minggu, lahir secara manual brach.BBL 1840grA/S 5/7 AK jernihS/ Ku : merintih Kepala : ca-/- si-/- caput(-) laserasi (-)Thorak : SDV +/+ ST(-) BJ I-II murni Abd : BU (+) N supelEks : akral dingin (+)

O2 Headbox 5lpm jika tetap merintih KIE C-PAP Infus D10% 120cc/24jam Inj. Aminophilin 3x6mg Inj. Cefotaxime 2x100mg Pasang OGT diet tunda,evaluasi residuDiit tunda

1 April 2015t : 37,1 oCHR : 132 x/mntRR : 50x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(-) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)Terapi Lanjut hari 1kebutuhan Cairan : 110cc/24 jaminfus 4 tpmdiit : 3-5ccx8jamresidu : Jam 5 1cc putih Jam 9 3 cc Jam 12 3cc Jam 15 1cc Jam 18- Jam 21 - Jam 00 -

2 April 2015t : 37,1 oCHR : 142 x/mntRR : 52x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(-) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+) O2 coba off Terapi hari ke 2kebutuhan Cairan : residu : Jam 3 1cc Jam 5 - Jam 9 - Jam 12 - Jam 15 2cc Jam 18- Jam 21 3 cc Jam 00 4cc

3 April 2015t : 35,9 oCHR : 136 x/mntRR : 52x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(-) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+) Terapi hari ke 3kebutuhan Cairan : residu : Jam 3 3cc Jam 5 - Jam 9 2cc Jam 12 - Jam 15 - Jam 182cc Jam 21 - Jam 00 6cc

4 April 2015t : 3,36 oCHR : 132 x/mntRR : 42x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+) O2 nasal canul 1lpm Inj. Viccilin 2x100 mg Inj ranitidine 2x5mg Cek BilTbil >8 fototerapi

kebutuhan Cairan : 276cc/24jamdiit 8x 10ccinfus 8 tpmresidu : Jam 3 3cc Jam 6 muntah Jam 9 3cc Jam 12 3cc Jam 15 4cc Jam 182cc Jam 21 1cc Jam 00 -

5 April 2015t : 37,1 oCHR : 142 x/mntRR : 52x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)Terapi lanjut hari ke 5Fototerapikebutuhan Cairan : residu : Jam 3 - Jam 6 2cc Jam 9 2cc Jam 12 - Jam 15 2cc Jam 182cc Jam 21 3cc Jam 00 3cc

6 April 2015t : 36,9 oCHR : 128 x/mntRR : 40x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)A/ BBLR KB KMK L. Manual Brach denganasfiksia sedang dan hiperbilirbuin dalam fototerapiLanjut terapi hari ke 3 Cek bil fotoerapi 2x24jamTbil 10 fototerapiLatih sonde dan persiapan keluargaKMCkebutuhan Cairan : residu : Jam 3 3cc Jam 5 - Jam 9 - Jam 12 - Jam 15 - Jam 18- Jam 21 1cc Jam 00 -

8April 2015t : 35,9 oCHR : 120 x/mntRR : 36x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)A/ BBLR KB KMK L. Manual Brach denganasfiksia sedang dan hiperbilirbuin dalam fototerapikebutuhan Cairan : residu : Jam 3 1cc Jam 5 - Jam 9 - Jam 12 - Jam 15 1cc Jam 183cc Jam 21 5cc Jam 00 3cc

9April 2015t : 36,7 oCHR : 128 x/mntRR : 42x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)A/ BBLR KB KMK L. Manual Brach denganasfiksia sedang dan hiperbilirbuin kebutuhan Cairan : residu : Jam 3 - Jam 5 1cc Jam 9 1cc Jam 12 2cc Jam 15 1cc Jam 185cc Jam 21 - Jam 00 -

10April 2015t : 37,3 oCHR : 132 x/mntRR : 52x/mntBBL 1840 grS /BAK (+) BAB(+) muntah (-)O/ ku : kurang aktifKepala : ca-/- si-/- caput (-) laserasi(-)Thorak : SDV+/+ ST (-) BJ I-II murniAbdomen : BU(+) N, supelEkstermitas : akral hangat (+) gerakkan (+)A/ BBLR KB KMK L. Manual Brach denganasfiksia sedang dan hiperbilirbuin dalam fototerapiBLPLkebutuhan Cairan : residu : Jam 3 1cc Jam 5 - Jam 9 7cc Jam 12 -

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMIPayudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Gambar 1. Anatomi payudara1.) Korpus Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, Jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.Lobulus,yaitukumpulandarialveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiappayudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).2.) Areola Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.3.) PapillaBentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Payudara merupakan bagian yang cukup penting karena menghasilkan ASI yang menjadi sumber utama dari kehidupan. Secara vertikal, payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara horizontal, mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.

Payudara terdiri atas korpus mamae (badan payudara), puting susu dan areola. Korpus terdiri dari jaringan kelenjar payudara, saluran susu (duktus laktiferus), jaringan ikat, lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Puting susu dan areola merupakan bagian dari kulit payudara. Puting mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan. Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen di sekeliling puting. Kelenjar morgagni adalah kelenjar keringat besar yang salurannya bermuara pada areola. Kelenjar ini mengeluarkan cairan yang berfungsi melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui. Selain itu pada areola juga terdapat otot polos dan ujung-ujung serabut saraf. Fungsi otot polos dalam puting dan areola adalah mengurangi permukaan areola, menonjolkan puting dan mengosongkan sinus laktiferus waktu menyusui.Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki akil balik dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak. Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu.Selama masa kehamilan, payudara membesar akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat. Umumnya air susu belum diproduksi saat hamil. Segera setelah melahirkan kelenjar hipofisis mulai mengeluarkan hormon prolaktin yang bertanggung jawab atas produksi air susu pada kelenjar susu akibat adanya rangsang puting dari hisapan bayi. Sedangkan proses pengeluaran air susu dibantu oleh kontraksi otot disekitar puting dan areola yang dirangsang oleh hormon oksitosin (hormon yang utamanya bertanggung jawab dalam kontraksi rahim saat bersalin).

a) payudara normalb) payudara menyusui

B. FISIOLOGI LAKTASI Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).a. Produksi ASI (Prolaktin)Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktinSelama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.a.) ReflekProflaktin Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untukmembuatairsusu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.b.) Refleks Aliran (Let Down Reflek)Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas. Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi1. Refleks menangkap (rooting refleks)2. Refleks menghisap3. Refleks menelanc.) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.d.) Refleks Menghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. e.) Refleks Menelan (Swallowing Refleks)Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

C. DEFINISI ASIAir Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel dan mudah didapat, siap diminum tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi, susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri sehingga menurangi resiko gangguan gastrointestinal. Selain itu, ASI memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi . Hal-hal tersebut menjadikan ASI sebagai satusatunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.Terdapat istilah yang berhubungan dengan ASI :a. ASI Predominan Anak dikategorikan mendapat ASI Predominan apabila selama 0 hingga 6 bulan, anak mendapatkan tambahan minuman lain berupa teh, madu, air tajin dan minuman lainnya disamping pemberian ASI.b. ASI parsial Jika anak diberi makanan lain seperti bubur atau buah disamping pemberian ASI.1. Komposisi Gizi dalam ASI Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam menurut waktunya.a. Kolostrum Adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari hari pertama kelahiran bayi, kolostrum lebih kental bewarna kekuning-kuningan, karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum juga mengandung mengandung zat zat gizi yang pas untuk bayi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5% , sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1 % , antibodi serta kandungan imunoglobulin lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah terserang diare. Sekresi kolostrum hanya berlangsung sekitar 5 hari, diakibatkan oleh hilangnya estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba menyebabkan laktogenik prolaktin memegang peranan tiba tiba dalam memproduksi air susu. Kemudian, kelenjar payudara mulai progresif menyekresikan air susu dalam jumlah yang besar. Manfaat besar dari kolostrum masih banyak tidak diketahui oleh ibu-ibu setelah melahirkan, sehingga mereka masih ragu untuk melakukan inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut memberikan kolostrum karena kepercayaan yang menganggap kolostrum sebagai ASI basi atau ASI kotor sehingga harus dibuang. Padahal manfaat kolostrum tersebut sudah seringkali diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan.b. ASI masa transisi ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi protein ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makanannnya.c. ASI Matur ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewatri masa transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.1 Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira 50% lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu sapi . Walaupun demikian, angka kejadian diare karena intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik jika dibandingkan dengan laktosa yang terdapat pada susu sapi.1 Namun sebaliknya, kandungan protein yang terdapat pada susu sapi biasanya dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan protein pada ASI. Protein dalam susu terbagi menjadi protein whey dan casein . Protein whey banyak terdapat pada ASI, sifatnya lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein dengan presentase kira-kira 80% yang sulit dicerna olehh usus bayi. Kadar lemak omega 3 dan omega 6 berperan dalam perkembangan otak bayi. Disamping itu terdapat asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang penting bagi perkembangan jaringan syaraf serta retina mata. Jika kekurangan asam lemak omega-3 berpotensi menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Kadar lemak baik tersebut lebih banyak ditemukan pada ASI dibanding susu sapi. Bayi yang mendapatkan ASI tidak akan kekurangan asam linolenat karena 6-9% kandungan energi total ASI adalah asam linolenat.2. Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusui segera setelah dilahirkan, terdapat kontak kulit bayi dengan kulit ibu supaya bayi tidak kedinginan. Posisi bayi diletakkan di dada ibu dengan posisi tengkurap kemudian dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri.23 Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan karena dapat menurunkan resiko kematian bayi hingga 21%. Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui.Dengan demikian tujuan penurunan Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) dapat ditekan dan tujuan menghasilkan generasi muda yang sehat akan tercapai.D. DEFINISIa. BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yang berkisar antara 9-30%.c. PenyebabPenyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur (40 tahun), paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.d. Masalah pada BBLR 1. Ketidakstabilan Suhu TubuhBayi kurang bulan memiliki kesulitan mempertahankan suhu tubuh akibat :1.) Peningkatan hilangnya panas2.) Berkurangnya lemak subukutan3.) Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan besar4.) Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil.2. Kesulitan bernapasDefisiensi surfaktan paru mengarah ke Sindrom Gawat Napas (Respiratory Distress Syndrome /RDS).3. Masalah Gastrointestinal dan Nutrisi1.) Reflek isap dan menelan yang buruk terutama sebelum 34 minggu.2.) Motilitas usu menuru 3.) Pengosongan lambung lambat4.) Absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang5.) Defisiensi enzim laktase pada jonjot usus6.) Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh7.) Meningkatnya resiko NEC8.) Kerja spingter esofagus belum sempurna sehingga memudahkan tejadi aspirasi.4. Imatusitas Hati1.) Gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin2.) Defisiensi vitamin K5. Imaturitas Ginjal1.) Ketidakmampuan untuk mengekskresikan beban cairan yang besar2.) Akumulasi asam anorganik dan metabolik asidosis3.) Eliminasi obat dari ginjal dapat menghilang4.) Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia atau glikosuria ginjal.6. Imaturitas ImunologisResiko infeksi tinggi akibat :1.) Bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama tri semester ketiga kehamilan.2.) Fagositosis terganggu3.) Penurunan berbagai faktor komplemen.7. Kardiovaskular1.) Duktur Arteriorus Paten (patent ductus arteriosus /PDA) merupakan hal umum ditemui pada bayi kurang bulan.2.) Hipotensi atau hipertensi.8. Masalah Neurologis 1.) Refleks isap dan menelan yang imatur2.) Penurunan mobilitas usus3.) Apnea dan bradikardi berulang4.) Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel.5.) Pengaturan perfusi serebral yang buruk6.) Ensefalopati Iskemik Hipoksik (Hypoxic Ischemic Encephalopathy/HIE)7.) Retinopati prematur (ROP)8.) Kejang9.) Hipotonia9. Masalah Hematologis a. Anemia (awitan dini atau lambat)b. Hiperbillirubinemia (terutama indirek )c. Koagulasi Intravaskular Diseminata (disseminated intravascular coaguation/DIC)d. Penyakit perdarahan pada neonatus (hemorrhagic disease of the newborn/HDN)10. Masalah metabolisme a. Hipokalsemiab. Hipoglikemia atau hiperglikemiae. Diagnosis Anamnesis Umur ibu. Hari pertama haid terakhir. Riwayat persalinan sebelumnya. Paritas, jalan kelahiran sebelumnya. Kenaikan berat badan selama hamil. Aktivitas, penyakit yang diderita, dan obat-obatan yang diminum selama hamil. Pemeriksaan fisik Berat badan 12-24 jam.

Setelah 2 minggu: ASI perah + HMF (human milk fortifier)/ full strength preterm formula.sampai berat badan mencapai 2000 gApabila mampu sebaiknya diberikan minum per oral.

ASI perah/ term formula.

2. Pemilihan jenis nutrisiPemilihan jenis nutrisi yang akan diberikan pada awal minggu-minggu pertama kehidupan sangat penting mengingat kemampuan toleransi bayi terutama juga untuk dampak jangka panjang. Merupakan kesepakatan global bahwa ASI adalah pilihan utama karena berbagai keunggulannya. Apabila ASI tidak ada, maka formula merupakan pilihan berikutnya. Beberapa pusat melakukan pengenceran pada awal pemberian, tetapi hal ini dikatakan tidak rasional dan tidak terbukti manfaatnya bahwa formula yang diencerkan tidak memacu maturasi motilitas usus. Formula prematur kini terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien ASI, misalnya dengan menambahkan glutamat (mengurangi kejadian sepsis) dan nukleotida (perbaikan pertumbuhan linear dan lingkar kepala). Yang perlu diperhatikan dan dicegah pada penambahan berbagai nutrien ini adalah terjadinya hiperosmolaritas yang dapat memicu terjadinya NEC.3. Pemberian nutrisi parenteralNutrisi parenteral (NP) merupakan salah satu alternatif dukungan nutrisi yang telah terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak selama sakit. NP diindikasikan untuk anak sakit yang tidak boleh atau tidak dapat mengkonsumsi makanan secara oral/enteral. Mengingat komplikasinya maka pemberian NP harus benar-benar memperhitungkan risk and benefit. Langlah-langkah pada tatalaksana NP meliputi: penentuan status nutrisi (klinik, antropometrik & laboratorik), perhitungan kebutuhan nutrisi (energi, cairan dan nutrien), pemilihan dan perhitungan cairan yang akan digunakan serta cara pemberiannya (masing-masing atau all in one/three in one), penentuan akses NP (sentral atau perifer), pelaksaan pemberian dan pemantauan komplikasi.F. DEFINISINutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan energi secara intravena yang bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir yang mempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Bayi Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi enteral.a. Indikasi Bayi dengan berat badan 1800 g yang kebutuhan nutrisi enteralnya tidak dapat terpenuhi > 3 hari. Bayi dengan berat badan > 1800 g yang kebutuhan nutrisi enteralnya tidak terpenuhi > 5 hari. Gangguan respirasi > 4 hari (termasuk seringnya serangan apnea). Malformasi kongenital traktus gastrointestinalis. Enterokolitis netrotikans. Diare berlanjut atau malabsorbsi. Pasca operasi (khusunya operasi abdomen).b. Kebutuhan NutrienUntuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bayi baru lahir harus mendapat cairan dan elektrolit, kalori (karbohidrat, protein, lemak), vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan.a.) CairanTabel Kebutuhan cairan inisial pada neonatusBerat badan (kg)Jumlah cairan (ml/kg BB/hari)

< 24 jam24-28 jam> 48 jam

< 1,01,0 1,5> 1,5100 15080 10060 80120 150100 12080 - 120140 190120 160120 160

b.) ElektrolitKebutuhan elektrolit yang dianjurkan pada neonatusElektrolitDosisi harian yang dianjurkan (meq/kg/BB)

KaliumNatriumKloridaKalsiumMagnesiumFosfor1 42 51 53 40,3 0,51 2 mmol/kg

c.) EnergiUmumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-60 kkal/kg BB/hari (to maintain weight) dan 100-200 kkal/kg BB/hari (to induce weight-gain).d.) KarbohidratSumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia, kebutuhan yang diperlukan untuk bayi cukup bulan adalah 6-8 mg/kg BB/menit dan bayi kurang bulan adalah 4 mg/kg BB/menit, dapat ditingkatkan 0,5-1 mg/kg BB/menit setiap hari sampai 12-14 mg/kg BB/menit dalam 5-7 hari. Kebutuhan akan meningkat pada keadaan stress (misalnya : sepsis, hipotermia) atau bayi dengan ibu Diabetes Mellitus

e.) ProteinPemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut :1.) Neonatus dengan BB < 1000 gPemberian awal dengan 0,5-1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan lagi 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2,5-3,5 g/kg BB/hari dan asam amino 2-2,5 g/kg BB/hari.2.) Neonatus dengan BB > 1000 gPemberian awal dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg BB/hari sampai mencapai 1,5-3,5 g/kg BB/hari.f.) Asam amino Mencegah katabolisme asam amino. Pengenalan yang cepat melalui TPN memberikan keseimbangan nitogen yang positif. Menurunkan frekuensi dan tingkat keparahan dari hiperglikemia neonatal dengan merangsang sekresi insulin endogen dan merangsang pertumbuhan meningkatkan pelepasan insulin dan insuline-like growth factor.g.) LemakPemberian lemak dapat menggunakan emulsi lemak 10% yang mengandung 10 g trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yangyang mengandung 20 g trigliserida dan 2 kkal/ml. Kebutuhan lemak pada pemberian NPT adalah sebagai berikut :1.) Nonatus dengan BB < 1000 gPemberian awal 0,5 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2-2,5 g/kg BB/hari.2.) Neonatus dengan BB > 1000 gPemberian awal di mulai dengan dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kgBB/ hari sampai mencapai 3 g/kg BB/hari. Pemberian emulsi lemak dimulai setelah pemberian dekstrosa dan asam amino dapat di toleransi dengan baik oleh neonatus dan pemberian emulsi lemak sebaiknya dalam 24 jam. Untuk perkembangan otak diperlukan asam lemak rantai panjang seperti asam linoleat dan asam arakhidonat. Pada bayi kurang bulan dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) sering defisiensi asam lemak. Manifestasi klinis defisiensi asam lemak antara lain : dermatitis, pertumbuhan rambut yang buruk, trombositopenia, gagal tumbuh dan mudah terjadi infeksi. Pada pemberian lemak, harus dilakukan monitoring terhadap kadar trigliserida darah, pemberian harus dikurangi jika kadar trigliserida > 150 mg/dl. Hati-hati pemberian lemak pada bayi dengan penyakit paru atau hati.Pemberian infus lemak harus di hentikan, jika terjadi : Sepsis Trombositopenia (< 50.000/mm3) Asidosis (pH < 7,25) Hiperbilirubinemiah.) Vitamin dan mineralDapat diberikan multivitamin intravena yang berisi gabungan vitamin yang larut dalam lemak dan air. Sediaan yang hanya larut dalam air, dapat ditambahkan pada larutan glukosa dan yang larut dalam lemak, dapat ditambahkan pada larutan lemak. Pemberian vitamin A dapat diberikan sejak awal, karena vitamin A penting untuk pertumbuhan jaringan, sintesa protein, diferensiasi epitel dan juga diduga dapat mengurangi insidensi displasia bronkopulmonal. Pemberian vitamin B12 setelah bayi berusia bayi berusia 1 bulan. Walaupun unsur mineral didalam tubuh jumlahnya sangat sedikit (< 0,01%), tetapi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. The American Society for Clinical Nutrition menganjurkan pemberian unsur kelumit setelah pemberian NPT selama 4 minggu, tetapi seng (zinc) dapat diberikan lebih awal.Tabel Komposisi Kebutuhan Vitamin & Unsur KelumitKomponenBayi cukup bulan ( /kg BB/hr)Bayi kurang bulan ( /kg BB/hr)

Vitamin :Vitamin AVitamin EVitamin KVitamin DThiamine (B1)Riboflavin (B2)NiacinPiridoksinAsam askorbat (C)Asam pantotenatSianokobalaminFolat

Unsur Kelumit :ZincCopper (cupric sulfate)Manganese sulfatKromium kloridaFlourideIodin700 mcg7 mg200 mcg10 mcg1,2 mg1,4 mg17 mg1,0 mg80 mg5,0 mg1,0 mg140 mg

100-200 mcg10-20 mcg2-10 mcg0,14-0,2 mcg1 mcg3-5 mcg500 mcg2,8 mcg80 mcg4 mcg0,35 mg0,15 mg6,8 mg0,18 mg25 mg2 mg0,3 mcg56 mcg

400-600 mcg20 mcg2-10 mcg0,14-0,2 mcg1 mcg3-5 mcg

Meskipun disetujui bahwa nutrisi yang optimal adalah tujuan utama perawatan neonatal, strategi administrasi nutrisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini tidak sepenuhnya dipahami. Jadi, regimen nutrisi yang diberikan dapat sangat bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain, terutama untuk neonatus sakit atau BBLSR pada hari-hari pertama kehidupan. Pada neonatus, nutrisi parenteral sering ditingkatkan secara bertahap pada 1-2 minggu pertama kehidupan karena kekhawatiran dapat terjadi intoleransi neonatus pada substrat segera setelah lahir. Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan neonatus untuk memetabolisme nutrisi yang sering dikaitkan dengan stres dari proses kelahiran, proses metabolisme yang belum matang pada bayi prematur, dan proses patofisiologis yang terkait berbagai dengan penyakit yang berbeda, seperti infeksi.Bayi dengan BBLSR yang hanya menerima nutrisi intravena berupa glukosa kehilangan> 1% dari total protein setiap hari, namun penambahan asam amino intravena dapat membalikkan tingkat katabolisme protein.Namun demikian, pengenalan asam amino pada hari-hari pertama kehidupan pada bayi sakit dan prematur seringkali terbatas karena kekhawatiran ketidakmampuan bayi tersebut untuk memetabolisme asam amino tertentu, yang dapat mengakibatkan hyperaminoacidemia, uremia, dan asidosis metabolik.c. Prosedur Pemberian Nutrisi Parenteral Total (NPT)1. NPT periferNutrien diberikan melalui vena perifer yang biasanya vena pada kaki atau tangan. Osmolaritas cairan yang diberikan antara 300-900 mosm/L. Maksimum konsentrasi dekstrose yang digunakan adalah 12,5%, asam amino 2% dan 400 mg/dl kalsium glukonas.Prosedur pemberian NPT secara perifer : Larutan asam amino, dekstrose dan lipid dapat diberikan perinfus melalui kateter plastik (No. 22 atau 24 F) atau melalui wing needle. Dekstrose dan asam amino dicampur pada botol yang sama, kemudian dihubungkan dengan bagian bawah infus yang mempunyai filter berukuran 0,22 um. Cairan lipid dihubungkan dengan infus diluar filter melalui bagian atas dari T-connector atau Y-connector. Infusion pump dibutuhkan untuk mempertahankan tetesan cairan infus agar tetap konstan. Infus set, termasuk tube dan jarum intravena harus diganti setiap 3 hari, kecuali untuk lipid diganti setiap 24 jam. Sebaiknya jarum intravena dipindahkan ke tempat lain setiap 48 jam. Cairan parenteral dan cairan lipid diganti setiap hari. Obat-obatan tidak boleh melalui cairan NPT. Obat-obatan diberikan setelah kateter dibilas dengan NaCl dan melalui cairan intravena. Semua cairan infus disipakan oleh bagian farmasi. Dapat ditambahkan mineral, vitamin dan unsur kelumit. Dapat digunakan emulsi lemak 10 atau 20% 2. NPT sentralOsmolaritas cairan yang digunakan dapat diatas 900 mosm/L, konsentrasi dekstrose 15-25%. Prosedur pemberian NPT sentral : Kateter dipasang pekutan atau melalui vena seksi. Pada BBLSR digunakan kateter silastik yang paling kecil, yaitu No. 1, 9 F sedangkan untuk bayi yang lebih besar digunakan No. 2, 7 F. Sebaiknya dihindari penggunaan kateter double lumen yang lebih besar, karena berhubungan dengan sindroma Vena Cava Superior dan erosi dinding pembuluh darah. Kateter dapat dimasukkan melalui V. Antekubiti, V. Saphena, V. Jugularis interna dan eksterna, V. Subkalvia atau yang lebih jarang melalui V. Umbikalis atau fermoralis. Kateter harus diarahkan sedemikian rupa sehingga ujungnya terletak pada sambungan antara atrium kanan dan V. Cava superior/inferior. Sebaiknya hindari penggunaan keteter arteri umbikalis untuk infus NPT pada BBLSR, karena hal ini menimbulkan kerugian berupa insiden trombosis tinggi, tidak dapat digunakan untuk memperoleh sampel darah, biasanya tidak diberikan nutrisi enteral selama terpasang kateter arteri umbilikal. Cairan yang diberikan dengan infusion pump melalui penghubung Y atau T, sama dengan pemberian perifer. Karena tingginya resiko infeksi pada pemberian secara sentral, maka tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah, pemberian obat-obatan maupun transfusi. Semua cairan disiapkan di bagian farmasi. Heparin ditambahkan dengan konsentrasi 0,5 u/ml cairand. Komplikasi MekanikPada kateter vena sentral dapat terjadi : sindroma vena cava superior, aritmia atau tamponade jantung, trombus intrakardial, efusi pleura atau kilotorak, emboli paru dan hidrosefalus sekunder terhadap trombosis vena jugularis. InfeksiSepsis sering disebabkan oleh Staphylococcus epidermis, Stretococcus viridans, Escheria Coli, Pseudomonas spp dan Candida albicans. Infeksi ditanggulangi dengan pemberian antibiotik. Kejadian sepsis dapat berkurang dengan digunakannya kateter karet silikon perkutaneus. MetabolikPada bayi berat lahir amat sangat rendah sering terjadi hiperglikemia, karena produksi insulin yang tidak adekuat dan berkurangnya sensitivitas terhadap insulin. Hipoglikemia terjadi karena penghentian infus glukosa atau kelebihan pemberian insulin.Pada bayi kurang bulan kelebihan beban protein akan menimbulkan azotemia, hiperammonia.Resiko terjadi hiperbilirubinemia meningkat pada bayi cukup bulan dan pemberian NPT yang lama tanpa disertai enteral feeding. Keadaan ini biasanya terjadi secara dini dan lebih berat pada keadaan pemberian protein yang tinggi dan cairan dekstrosae yang hipertonis. Penyebabnya multi faktor, biasanya dihubungkan dengan stimulasi aliran empedu, malnutrisi, defisiensi atau toksis terhadap asam amino. Kelainan metabolik yang berhubungan dengan pemberian lipid, antara lain kolestatik, hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia.

e. PemantauanTujuan pemantauan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan menilai keberhasilan terapi.

Tabel Jadwal Pemantauan Neonatus dengan Nutrisi Parenteral4ParameterFrekwensi Pemeriksaan

SuhuAntropometriBerat badanPanjang badanLingkar kepalaMetabolikGlukosaKalsium & FosforElektrolit

Magnesium

HematokritBUN & KreatininBilirubinAmmoniaProtein & AlbuminSGOT & SGPTTrigliseridaUrineBerat jenis & GlukosaSetiap 4 jam

Setiap hariSetiap mingguSetiap hari

Setiap hari2 x/minggu, kemudian setiap mingguSetiap hari dalam 3 hari pertama, kemudian 2 x/minggu, jika berat badan < 1000 g, 3x/mg

Selang sehari dalam minggu pertama, kemudian setiap minggu

Selang sehari selama 1 minggu, kemudian setiap mingguSetiap mingguSetiap minggu, jika menggunakan protein tinggiSetiap mingguSetiap mingguSetiap mingguSetiap minggu untuk penderita yang diberikan lemak

Setiap sample urin selama minggu pertama, kemudian tiap shift

f. Cara pemberian nutrisi enteralCara pemberian nutrisi tergantung dari beberapa faktor seperti keadaan klinis, masa gestasi dan juga keterampilan dan pengalaman petugas di tempat perawatan bayi. Walaupun bayi mendapat nutrisi parenteral, harus diusahakan pemberian nutrisi enteral walaupun hanya sedikit sebagai trophic feeding yang jumlahnya ditingkatkan sesuai kondisi klinis bayi. Diharapkan pada awal minggu kedua nutrisi enteral penuh sudah tercapai. Bila ada ASI, dapat diberikan langsung ataupun dipompa tergantung keadaan bayi dan pemberian tambahan human milk fortifier (HMF) diperlukan. Pemberian formula dapat dengan botol/ dot, sonde lambung (nasogastrik / orogastrik), transpilorik atau gastrostomi dengan

berbagaipertimbangannya. Pemberian secara bolus ataupun drip (continueous infusion) hasilnya masih tetap kontroversial. Jumlah dan frekwensi formula yang diberikan berlainan tergantung dari berbagai hal. Salah satu faktor terpenting pada pemberian nutrisi enteral pada BBLR adalah kecepatan penambahan formula yang dikaitkan dengan tenjadinya enterokolitis nekrotikans. Pada buku Pediatric Nutrition Handbook dianjurkan untuk menaikkan volume tidak melebihi 20 ml/kgbb/hari, sedangkan peneliti lain menganjurkan antara 24-30 ml/kgbb/hari. Salah satu contoh cara pemberian nutrisi pada BBLR menurut The Childrens Hospital, Medical University of South Carolina tertera pada Tabel 3.

g. Formula transisiFormula transsisi merupakan formula peralihan dari formula 24 kal ke formula standar (20 kal) dan kini lebih popular dengan nama after discharge formula (ADF) atau pretern discharge formula (PDF). Biasanya formula prematur (FP) dengan 24 kkal/fl.oz. diberikan hingga akhir perawatan bayi dan selanjutnya bayi mendapat formula standar (FS, 20 kkal/ fl.oz.) untuk digunakan di rumah. Karena umumnya bayi dipulangkan pada berat badan sekitar 1500 g, maka perlu dilakukan re-evaluasi terhadap penggunaan formula untuk di rumah atau ADF. Melanjutkan penggunaan FP merupakan salah satu jalan keluar tetapi seringkali dana dan ketersediaan di pasaran menjadi masalah. Komposisi nutrien formula transisi ini merupakan antara FS dan FP dengan harga sedikit lebih rendah. Beberapa penelitian tentang penggunaan formula ini diantaranya hingga usia 9 bulan menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu pertumbuhan linear yang lebih tinggi, kenaikan berat badan lebih besar dan komposisi tubuh yang serupa dibandingkan dengan bayi yang mendapat formula standar.h. Lain-lain atau rujukanBila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi. Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu konsultasi ke dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan retinopathy of prematurity (ROP). THT skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3 bulan sehingga apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6 bulan. Periksa alkaline phosphatase, P, Ca saat usia kronologis lebih dari 4 minggu dan 2 minggu setelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz. Jika ALP lebih dari 500U/L berikan fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis. Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B. Bila perlu transportasi dan atau rujukan.i. PemantauanBila diperlukan terapi untuk penyakit tetap diberikan. Preparat besi sebagai suplementasi mulai diberikan pada usia 2 minggu.a. Tumbuh KembangPantau berat bayi secara periodik. Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir lebih dari sama dengan 150 gram dan 15% untuk bayi berat lahir kurang dari 1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :b.) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 mL/kg/haric.) Tingkatkan jumlah ASI sesuai kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/harid.) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 mL/kg/harie.) Timbang berat badan setiap hari, ukur panjang dan lingkar kepala setiap minggu j. Pemantauan setelah pulangMasalah jangka panjang yang mungkin timbul yaitu gangguan perkembangan, gangguan pertumbuhan, retinopati karena prematuritas, gangguan pendengaran, penyakit kronik, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit dan kenaikan frekuensi kelainan bawaan. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan seperti kunjungan ke dokter hari ke-2, 10, 20, 30 setelah pulang, dilanjutkan setiap bulan, hitung umur koreksi, pertumbuhan: berat badan, panjang badan dan lingkar kepala (lihat grafik pertumbuhan), tes perkembangan Denver development screening test, dan awasi adanya kelainan bawaan.k. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada BBLRHipotermi, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, Respiratory distress syndrome, Intracerebral and intraventricular haemorrhage, periventricular leucomalasia, infeksi bakteri, kesulitan minum, penyakit paru kronis, necrotizing enterocolitis, apnea of prematurity terutama terjadi pada bayi kurang dari 1000 g, Patent ductus arteriosus pada bayi kurang dari 1000 g, disabilitas mental dan fisik (keterlambatan perkembangan, cerebral palsy, gangguan pendengaran dan retinopathy of prematurity.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasar, Sri Sudaryati. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri: Ikatan Dokter Anak Indonesias journal. 2004;5(4): 165-170. [cited 2013 May11 19.22 p.m.]. Available at: http://www.idai.or.id/saripediatri/abstrak.asp?q=266.2. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S. Idris NS, dkk. Berat Bayi Lahir Rendah. Pedoman Pelayanan Medis: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1st edition. Indonesia: IDAI. 2010; 1: 23-9.3. Hendarto A, Nasar S. Aspek Praktis Nutrisi Parenteral pada Anak. Sari Pediatri: Ikatan Dokter Anak Indonesias journal. 2002;4(3): 127-134. [cited 2013 May15 14.46 p.m.].4. Nugraha A. Nutrisi Parenteral pada Neonatus. Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran UNPAD RSHS. 2011. [cited 2013 May15 14.46 p.m.]. Available at: dadangsjarif.files.wordpress.com/.../nutrisi-parenteral-pada-neonatus.doc.5. UNICEF & WHO. 2004. Low birthweight country, regional and global estimation; WHO. 2003. Technical consultation towards the development of a strategy for promoting optimal fetal development; ACC/SCN. 2000. Low Birthweight: Report of a Meeting in Dhaka, Bangladesh on 14-17 June 1999; Rao, B.T. et al. 2007. Dietary intake in third trimester of pregnancy and prevalence of LBW6.