presentasi kasus

33
BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS Nama : Ny. Pipin Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 19 tahun Alamat : Limbongan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMP Status : Menikah Suku : Sunda No. CM : 01623693 Tanggal masuk : 24 Juli 2013 II. ANAMNESA Keluhan utama Mules-mules. Anamnesa khusus G1P0A0 merasa hamil 9 bulan mengeluh mules-mules yang semakin sering dan semakin kuat sejak ±16 jam smrs disertai keluar lender bercampur sedikit darah dari jalan lahir. Keluar cairan jernih sedikit-sedikit dari jalan lahir 1

Upload: nuning-febriany

Post on 02-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PSA

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Kasus

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. Pipin

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 tahun

Alamat : Limbongan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Suku : Sunda

No. CM : 01623693

Tanggal masuk : 24 Juli 2013

II. ANAMNESA

Keluhan utama

Mules-mules.

Anamnesa khusus

G1P0A0 merasa hamil 9 bulan mengeluh mules-mules yang semakin sering dan semakin

kuat sejak ±16 jam smrs disertai keluar lender bercampur sedikit darah dari jalan lahir.

Keluar cairan jernih sedikit-sedikit dari jalan lahir dirasakan ibu. Cairan jernih, tidak

berbau, dan tidak disertai panas badan. Gerak anak dirasakan ibu.

III. RIWAYAT OBSTETRI

1. Kehamilan saat ini.

1

Page 2: Presentasi Kasus

IV. KETERANGAN TAMBAHAN

Pernikahan

Menikah pertama kali. Istri : Usia nikah 20 tahun. SMP. IRT.

Suami : Usia nikah 30 tahun. SMP. Wiraswasta.

Haid

HPHT tanggal 22 Pktober 2012.

Siklus haid : Teratur

Lama haid : 7 hari

Banyak haid : Biasa

Menarche : 15 tahun

Kontrasepsi

Tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya.

Prenatal Care

Dilakukan di : Bidan

Jumlah kunjungan : 9 kali

Terakhir PNC : 1 minggu yang lalu

Keluhan Selama Kehamilan

Tidak terdapat keluhan selama kehamilan.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Riwayat penyakit terdahulu seperti penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal,

penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, epilepsy, dan asma bronchial disangkal.

Riwayat hipertensi diakui pasien sejak usia kehamilan memasuki bulan ke 9.

2

Page 3: Presentasi Kasus

V. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 140/100 mmHg

Nadi : 100x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,8 oC

BB : 45 cm

TB : 142 cm

Kepala : Konjungtiva anemis : -/-

Sklera ikterik : -/-

Cor : Bunyi jantung I-II murni dan regular, gallop (-), murmur (-)

Pulmo : VBS kanan = kiri simetris rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : Teraba datar dan lembut

Hepar dan Lien tidak teraba

Ektremitas : tidak ada edema pada kedua ekstremitas dan tidak ada varises

VI. STATUS OBSTETRIK

Pemeriksaan Luar

Tinggi fundus uteri / Lingkar perut : 33 cm / 86 cm

Letak anak : Kepala / puka

HIS : 1-2x/10 menit, lama his 20 detik

DJJ : 132x/menit, regular

Osbourn sign : +

Pemeriksaan Dalam

Vulva : Tidak ada kelainan

Vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tebal lunak

Pembukaan : 1-2 cm

Ketuban : +

Bag. terendah : Kepala st 0

Muller sign : -

3

Page 4: Presentasi Kasus

Pemeriksaan Panggul

CV : 8 cm

Promontorium : Teraba

Linea innominata : Teraba 2/3 - 2/3

Sacrum : Konkaf

Spina ischiadica : Tidak menonjol

Arcus pubis : < 90

VII. DIAGNOSIS

G1P0A0 Parturien aterm kala I fase laten dengan PEB dan PSA

VIII. RENCANA PENGELOLAAN

Dopamet 3 x 500 mg per oral

Nivedipin 3 x 10 mg per oral

Cek lab darah lengkap dan urin

Infus RL

Loading dose MgSO4 20% 4 gram dalam 100cc RL dalam 15 menit

Pemeriksaan dalam

Maintenance MgSO4 20% 10 gram dalam 500cc RL dalam 20 gtt/ menit

Rencana SC a.i. PSA

Informed consent

Konsul anestesi

Hubungi perinatologi

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

24 Juli 2013

Darah Rutin

Hemoglobin : 7,6 g/dL

Hematokrit : 25%

Lekosit : 13.500/mm3

Trombosit : 263.000/mm3

4

Page 5: Presentasi Kasus

Eritrosit : 3,38 juta/mm3

Urine Rutin

Berat Jenis Urine : 1.015

pH Urine : 6.5

Nitrit Urine : Negatif

Protein Urine : POS ++

Glukosa Urine : Negatif

Keton Urine : Negatif

Urobilinogen : NORMAL

Bilirubin Urine : Negatif

X. LAPORAN OPERASI

Tanggal : 24 Juli 2013

Operator : dr. Sarah

Asisten I : Diaz

Asisten II : Eka

Ahli anestesi : dr. Hj. Hayati SpAn - dr. Mariko

Jenis anestesi : Spinal

Diagnosis Pra bedah : G1P0A0 parturien aterm kala I fase laten dengan PEB dan PSA

dan Anemia

Indikasi Operasi : PSA

Jenis Operasi : SCTP + Insersi IUD

Diagnosis Pasca bedah : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia

Kategori Operasi : Besar

Desinfeksi kulit dengan : Povidon Iodine 10%

Jaringan yang dieksisi : Tidak dikirim ke PA

Laporan Operasi Lengkap

Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya

Insisi mediana inferior ±10 cm

Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus

Plica vesico uteri diidentifikasi dan disayat melintang

5

Page 6: Presentasi Kasus

Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen

SBR disayat konkaf, bagian tengah ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke

kiri dan kanan

Jam 23.15 : Lahir bayi laki-laki dengan meluksir kepala

BB 2500 gram PB 47 cm

APGAR 1’ = 7 5’ = 9

Disuntikkan oksitoksin 10 IU intramural, kontraksi baik

Jam 23.20 : Lahir placenta dengan tarikan ringan pada tali pusat

BB 400 gram dengan ukuran 20 x 10 x 5 cm

SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interlocking

Lapisan kedua dijahit secara overhecting matras. Setelah yakin tidak ada

perdarahan dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kencing

Perdarahan dirawat

Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah

Fascia dijahit dengan safil no. 1, kulit dijahit secara subkutikuler

Perdarahan selama operasi ± 200 cc

Diuresis selama operasi ± 100 cc

Instruksi Pasca Bedah

Observasi : KU, Tensi, Nadi, Respirasi, Suhu, Perdarahan tiap 15 menit

Infus : RL : D5 = 2 : 1 dalam 20 gtt/ menit

Analgetik : Ketorolac 2 x 1

Ondansentron 2 x 1

Puasa : Tidak puasa

Antibiotik : Cefotaxim 2 x 1 amp IV

Lain-lain : Metronidazol inf 3 x 500 mg

Kaltropen supp 2 x 1

X. FOLLOW UP

25 Juli 2013 POD I

S : Nyeri pada luka operasi

O : ku : cm

6

Page 7: Presentasi Kasus

T : 100/60

N : 88

R : 20

S : 36,5 oC

ASI -/-

MATA Ca +/+ Si -/-

ABDOMEN teraba datar dan lembut

TFU 2 jari di bawah umbilicus

LO tertutup verban, rembes darah -, rembes pus -

PERDARAHAN + sedikit

DIURESIS 200 cc

A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia

P : Infus RL : D5 = 2 : 1 20 gtt/ menit

Cefotaxim 2 x 1 amp

Metronidazole inf 3 x 500 mg

Mobilisasi

Cek proteinuria

Cek HB post SC

Transfusi s/d HB 8

Darah Rutin

Hemoglobin : 5,5 g/dL

Hematokrit : 18%

Lekosit : 14.600/mm3

Trombosit : 205.000/mm3

Eritrosit : 2,56 juta/mm3

26 Juli 2013 POD II

S : Demam

O : ku : cm

T : 130/80

N : 100

7

Page 8: Presentasi Kasus

R : 22

S : 38,5 oC

ASI +/+

MATA Ca +/+ Si -/-

ABDOMEN teraba datar dan lembut

TFU 2 jari di bawah umbilicus

LO kering, perdarahan -, pus -

PERDARAHAN -

DIURESIS 350 cc

A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia

P : Ganti verban

Infus RL 20 gtt/ menit

Cefadroxil 2 x 1 tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Asam mefenamat 3 x 500 mg tab

sf 1 x 1 tab

Transfusi s/d HB 8

Cek HB post transfusi

Darah Rutin

Hemoglobin : 6,5 g/dL

Hematokrit : 21%

Lekosit : 13.200/mm3

Trombosit : 217.000/mm3

Eritrosit : 2,61 juta/mm3

27 Juli 2013 POD III

S : Pusing, demam

O : ku : cm

T : 120/60

N : 80

R : 22

8

Page 9: Presentasi Kasus

S : 38,3 oC

ASI +/+

MATA Ca +/+ Si -/-

ABDOMEN teraba datar dan lembut

TFU 2 jari di bawah umbilicus

LO kering, perdarahan -, pus -

PERDARAHAN -

DIURESIS 300 cc

A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia

P : Infus RL 20 gtt/ menit

Cefadroxil 2 x 1 tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Asam mefenamat 3 x 500 mg tab

sf 1 x 1 tab

Transfusi s/d HB 8

Cek HB post transfusi

28 Juli 2013 POD IV

S : -

O : ku : cm

T : 170/90

N : 80

R : 22

S : 37,5 oC

ASI +/+

MATA Ca -/- Si -/-

ABDOMEN teraba datar dan lembut

TFU 2 jari di bawah umbilicus

LO kering, perdarahan -, pus -

PERDARAHAN -

DIURESIS 300 cc

9

Page 10: Presentasi Kasus

A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia

P : Lepas kateter

Lepas infus

Cefadroxil 2 x 1 tab

Metronidazole 3 x 500 mg tab

Asam mefenamat 3 x 500 mg tab

Dopamet 3 x 500 mg tab

sf 1 x 1 tab

BLPL

Darah Rutin

Hemoglobin : 7,6 g/dL

Hematokrit : 22%

Lekosit : 9.500/mm3

Trombosit : 238.000/mm3

Eritrosit : 2,99 juta/mm3

XI. PROGNOSISFungsi menstruasi pada pasien ini baik karena panggul sempit absolute tidak

mempengaruhi fungsi menstruasi. Fungsi seksual pada pasien ini baik karena panggul

sempit absolute tidak mempengaruhi fungsi seksual. Sedangkan untuk fungsi reproduksi

dan kehamilan akan mempengaruhi prognosis selanjutnya karena panggul sempit

absolute mempengaruhi proses terminasi dalam kehamilan.

10

Page 11: Presentasi Kasus

BAB II

PEMBAHASAN UMUM

II.1 Pendahuluan

Saat ini, istilah seperti disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan (failure to

progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu

dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi Sefalopelvik mulai digunakan sebelum abad ke-20

untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala

janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini

berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata

akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian disproporsi

disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif. Kegagalan

kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun persalinan diinduksi telah

menjadi istilah yang semakin popular untuk menggambarkan persalinan yang tidak efektif.

Istilah ini juga digunakan untuk tidak adanya kemajuan pembukaan servik atau penurunan janin.1

Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu

jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang terdiri

dari tulang panggul dan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan dan

ligamentum.2,3

Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta

kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi

kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis

14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus

12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%.1

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu

lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3 yaitu

kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage).

Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang akan

11

Page 12: Presentasi Kasus

menghambat kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan

panggul ibu yang biasa disebut dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik

muncul pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan

oleh rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan,

umumnya disebabkan oleh janin yang besar.1,2

II.2 Anatomi Panggul Normal

Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-masing bidang pada

lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3 bidang khayal dalam rongga panggul : 1)

Pintu atas panggul 2) Pintu tengah panggul 3) Pintu bawah panggul.

Tulang-tulang panggul terdiri dari :

1. Os cocsae, yang terdiri dari :

a. Os ilium

b. Os iscium

c. Os pubis

2. Os sacrum

3. Os cocsigeus

Secara fungsional, panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis

minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga false

pelvis. Pelvis minor (true pelvis) adalah bagian pelvis yang terletak dibawah linea terminalis,

yang mempunyai peranan penting dalam obstetrik dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-

baiknya untuk dapat meramalkan dapat dan tidaknya bayi melewatinya.(2,3,4)

Bidang atas saluran ini, normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul

(pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul,

akan tetapi terdiri dari dua bidang disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet). (2,3,4)

12

Page 13: Presentasi Kasus

Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul

mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di

panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina ischiadica yang kadang-kadang menonjol

kedalam ruang rongga panggul. (2,3,4)

PINTU ATAS PANGGUL

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium corpus

vertebrae sacral 1, linea innominata (terminalis) dan pinggir atas simfisis (2,3,4)

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis pubis ke promontorium lebih kurang 11 cm,

disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 11,5 –

13 cm disebut diameter trasversal. Bila ditarik garis dari articulatio sakroiliaka ke titik

persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata

disebut diameter oblique, kurang lebih 13 cm. (2,3,4)

Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. konjugata obstretika

jarak dari bagian tengah simfisis ke promontorium.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul.3

PINTU BAWAH PANGGUL

13

Page 14: Presentasi Kasus

Pintu bawah panggul bukan merupakan bidang datar, tetapi tersusun atas dasar dua

bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga yaitu bidang yang dibentuk oleh garis

antara kedua buah tubera ossis ischii dengan ujung os sacrum dan segitiga lainnya yang alasnya

juga garis antara kedua buah tubera ossis ischii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah

simfisis berbentuk lengkung kebawah dan membentuk sudut (arcus pubis). Dalam keadaan

normal, besarnya sudut ini 90o atau lebih sedikit. Bila kurang sekali dari 90o maka kepala janin

akan lebih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak antara kedua

tubera ossis ischii adalah 10,5 cm. (2,3,4)

RUANG PANGGUL (PELVIC CAVITY)

Ruang panggul diatas pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling luas. Di

panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina ischiadika. Jarak antara kedua spina

ini (distansia interspinarum) normalnya 10,5 cm. (2,3,4)

II.3 Definisi

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada inlet, midpelvis, outlet atau kombinasi dari ketiganya. (1,2,3,4,5)

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS

yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat

menimbulkan distosia pada persalinan.

II.4 Klasifikasi

Pembagian panggul sempit (3,4,5,6)

1. kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)

a. pembagian tingkatan panggul sempit

tingkat I : CV = 9 - 10 cm = borderline

14

Page 15: Presentasi Kasus

tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif

tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim

tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

b. pembagian menurut tindakan

CV = 8 – 10 cm = partus percobaan

CV = 6 – 8 cm = SC primer

CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)

Inlet dianggap sempit bila CV <10>

2. Kesempitan mid pelvis

Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan

dengan rontgen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kesempitan

midpelvis kalau

- spina menonjol à mid pelvis arrest

- side walls konvergen

- ada kesempitan outlet

mid pelvic contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala

melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan

kontraindikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah sempitnya ruangan.

3. kesempitan outlet

adalah bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan

15

Page 16: Presentasi Kasus

perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui

ruangan belakang.

Gambar 2. Gambaran pelvic inlet, midcavity, dan pelvic outlet.2,3

Gambar 3. Gambaran pelvic inlet, midcavity, dan pelvic outlet.2,3

II.3 Diagnosis Klinis3

Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada akhir

kepala kehamilan anak belum masuk p.a.p dan ada kesalahan letak janin. Diagnosis dapat kita

tegakkan dengan:

a. Anamnesis

16

Page 17: Presentasi Kasus

Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak bokong), partus yang lalu

berlangsung lama, anak mati atau persalinan ditolong dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau

forsep) dan operasi.

b. Inspeksi

Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll. Kelainan panggul luar

(rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas

simfisis.

c. Palpasi

Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN, yaitu kepala

didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan lain mengukur

tegak lurus pada kepala yang menonjol.

(+) = 3 jari

(-) = masuk p.a.p

(±) = antara kesalahan-kesalahan letak

Teknik perasat Osborn:

1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.

3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari

simfisis.

4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.

Interpretasi perasat Osborn:

- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang

parietal, berarti CPD (-).

- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar

0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.

- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di

atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:

1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.

2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.

17

Page 18: Presentasi Kasus

3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.

4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:

- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).

- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

d. Pelvimetri Klinis

1. Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal

2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan C.V: linea

innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll.

Gambar 4. Pemeriksaan dalam untuk menentukan jarak promontorium

e. Rontgen Pelvimetri

Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari normal; C.T; serta

imbang kepala panggul.

II. 4 Penatalaksanaan

18

Page 19: Presentasi Kasus

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak

dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam

prognosa persalinan. 2,3

Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan,

pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan

tidak mungkin melewati panggul tersebut. 2,3

a. CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus

spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas

indikasi obstetric lainnya

b. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer

c. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.

Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada : 2,3,4,5,6

- his atau tenaga yang mendorong anak.

- Besarnya janin, presentasi dan posisi janin

- Bentuk panggul

- Umur ibu dan anak berharga

- Penyakit ibu

II.5. Komplikasi

1. Saat persalinan (2,3,6)

- persalinan akan berlangsung lama

- sering dijumpai ketuban pecah dini

- karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.

19

Page 20: Presentasi Kasus

- Maulage kepala berlangsung lama

- Sering terjadi insertia uterus sekunder

- Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer

- Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan

menyebabkan ruptur uteri.

- Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal

- Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan

edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.

2. Pada anak 2,3,4,5

- infeksi intra partal

- kematian janin intra partal

- prolaps funikuli

- perdarahan intrakranial

- caput succedaneum dan cepalohematoma yang besar

- robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama

- fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang

dipakai.

II.6. Prognosis

1. Bahaya pada ibu ialah2,3,4

- partus berlangsung lama

- terjadi ruptur uteri

- terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema, nekrosis

yang kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-vaginal fistel

- infeksi intra partum

- simfisiolisis

20

Page 21: Presentasi Kasus

2. Bahaya bagi anak ialah2,3,4,5

- persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin yang

tinggi.

- Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi intrapartum

- Terjadi prolaps funikuli

- Pengecilan sampai 0,5 cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan

berakibatburuk terhadap anak atau kematian.

II.7 Pathway

1. Pemeriksaan ginekologis

2. Pemeriksaan penunjang

- Ultrasonografi

- Radiologis

(hasil mengecewakan)

Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu

atas panggul panggul tengah bawah panggul

Relatif Absolut

(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)

8,5-10 cm)

Partus percobaan Seksio sesarea

Primer

21

Page 22: Presentasi Kasus

Berhasil Gagal

Seksio sesarea

Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer

BAB III

PEMBAHASAN KHUSUS

22

Page 23: Presentasi Kasus

Pada anamnesis diketahui bahwa pasien ibu hamil usia 19 tahun G1P0A0 merasa hamil 9

bulan datang dengan keluhan utama mengeluh mules-mules yang semakin sering dan semakin

kuat sejak ±16 jam smrs disertai keluar lendir bercampur sedikit darah dari jalan lahir. Keluar

cairan jernih sedikit-sedikit dari jalan lahir dirasakan ibu. Cairan jernih, tidak berbau, dan tidak

disertai panas badan. Gerak anak dirasakan ibu. Dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien

dalam keadaan kehamilan pertama sehingga tidak dapat diketahui riwayat kehamilan dan

kelahiran sebelumnya. Dapat diketahui juga dengan keluhan mules-mules yang disertai dengan

pengeluaran lender dan sedikit cairan bahwa pasien telah memasuki kala I dalam proses

persalinan. Pada anamnesis juga diketahui bahwa terdapat riwayat tekanan darah tinggi sejak

memasuki bulan ke 9 usia kehamilan.

Pada pemeriksaan fisik diketahui bahwa tinggi badan pasien 142 cm. Hal tersebut perlu

dicurigai anatomi panggul pasien mungkin sempit namun perlu pemeriksaan panggul lebih

lanjut. Pada pengukuran tekanan darah juga diketahui bahwa tekanan darah 140/100 yang perlu

dicurigai pre eklampsia namun perlu pemeriksaan proteinuria lebih lanjut.

Dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada pasien. Setelah hasil

proteinuria diketahui positif ++ dilakukan pemberian loading dose untuk dapat dilakukan

pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan luar didapatkan bahwa osbourn sign +. Pada pemeriksaan

dalam didapatkan bahwa pembukaan 1-2 cm dan muller sign -. Sedangkan pada pemeriksaan

panggul diketahui bahwa CV 8 cm, prmontorium teraba, linea innominata kanan dan kiri teraba

2/3 - 2/3, sacrum teraba konkaf, spina ischiadica menonjol, dan arcus pubis <90.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dapat ditegakkan

diagnosis awal pada pasien ini G1P0A0 Parturien aterm kala I fase laten dengan Anemia ; PEB ;

PSA. Rencana pengelolaan pada pasien ini sudah tepat karena dilakukan pemberian dopamet 3 x

500 mg per oral dan nivedipin 3 x 10 mg per oral untuk menurunkan tekanan darah pasien.

Setelah hasil proteinuria dinyatakan positif ++ dilakukan pemberian loading dose MgSO4 20% 4

gram dalam 100cc RL dalam 15 menit untuk mencegah terjadinya eklampsia, lalu dilakukan

pemeriksaan dalam dan pemeriksaan panggul, lalu dilakukan pemberian MgSO4 20% 10 gram

dalam 500cc RL dalam 20 gtt/ menit. Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan dilakukan

tindakan SC atas indikasi PSA yang sudah memasuki kala I fase laten pada proses persalinan

23

Page 24: Presentasi Kasus

untuk mencegah komplikasi lebih lanjut terhadap ibu dan bayi. Diagnosis akhir pada pasien ini

adalah P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA; PEB; dan anemia.

Diketahui bayi lahir laki-laki, dengan BB 2500 gram, panjang badan 47 cm, dan apgar

score 7-9. Diketahui ibu pada pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil hemoglobin 5,5 sehingga

diperlukan pengelolaan perbaikan ku dengan transfusi darah sampai dengan kadar hemoglobin >

8. Pasien dipulangkan pada hari ke-empat post SC setelah ku membaik.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: Presentasi Kasus

1. Cunningham,G. Distosia (persalinan abnormal dan disproporsi fetofelvic),Profitasari

at all . Obstetri Williams. Edisi 21 . volume 1. Jakarta . EGC. 2004. Bab 18. Hal:

467-468.

2. Wiknjosastro,H. distosia karena kelainan panggul, Saifuddin,BA. Rachimhadi,T. ilmu

kebidanan. Edisi 3. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta. 2006. Bab

7. Hal; 637-647.

3. Mochtar,R. panggul sempit (pelvic contraction), Lutan,D. Synopsis obstetri: edisi 2.

Jakarta. EGC. 1998. Bab 9. Hal: 332-328.

4. William Obstetrics, 21th ed, Mc Graw-Hill, Singapore, 2001

5. Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8 th ed, Appleton and Lange,

Norwalk, 1994

6. Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-56

25