presentasi kasus
DESCRIPTION
PSATRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Pipin
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Alamat : Limbongan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Suku : Sunda
No. CM : 01623693
Tanggal masuk : 24 Juli 2013
II. ANAMNESA
Keluhan utama
Mules-mules.
Anamnesa khusus
G1P0A0 merasa hamil 9 bulan mengeluh mules-mules yang semakin sering dan semakin
kuat sejak ±16 jam smrs disertai keluar lender bercampur sedikit darah dari jalan lahir.
Keluar cairan jernih sedikit-sedikit dari jalan lahir dirasakan ibu. Cairan jernih, tidak
berbau, dan tidak disertai panas badan. Gerak anak dirasakan ibu.
III. RIWAYAT OBSTETRI
1. Kehamilan saat ini.
1
IV. KETERANGAN TAMBAHAN
Pernikahan
Menikah pertama kali. Istri : Usia nikah 20 tahun. SMP. IRT.
Suami : Usia nikah 30 tahun. SMP. Wiraswasta.
Haid
HPHT tanggal 22 Pktober 2012.
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 7 hari
Banyak haid : Biasa
Menarche : 15 tahun
Kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya.
Prenatal Care
Dilakukan di : Bidan
Jumlah kunjungan : 9 kali
Terakhir PNC : 1 minggu yang lalu
Keluhan Selama Kehamilan
Tidak terdapat keluhan selama kehamilan.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu seperti penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal,
penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, epilepsy, dan asma bronchial disangkal.
Riwayat hipertensi diakui pasien sejak usia kehamilan memasuki bulan ke 9.
2
V. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 140/100 mmHg
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
BB : 45 cm
TB : 142 cm
Kepala : Konjungtiva anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni dan regular, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : VBS kanan = kiri simetris rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : Teraba datar dan lembut
Hepar dan Lien tidak teraba
Ektremitas : tidak ada edema pada kedua ekstremitas dan tidak ada varises
VI. STATUS OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri / Lingkar perut : 33 cm / 86 cm
Letak anak : Kepala / puka
HIS : 1-2x/10 menit, lama his 20 detik
DJJ : 132x/menit, regular
Osbourn sign : +
Pemeriksaan Dalam
Vulva : Tidak ada kelainan
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 1-2 cm
Ketuban : +
Bag. terendah : Kepala st 0
Muller sign : -
3
Pemeriksaan Panggul
CV : 8 cm
Promontorium : Teraba
Linea innominata : Teraba 2/3 - 2/3
Sacrum : Konkaf
Spina ischiadica : Tidak menonjol
Arcus pubis : < 90
VII. DIAGNOSIS
G1P0A0 Parturien aterm kala I fase laten dengan PEB dan PSA
VIII. RENCANA PENGELOLAAN
Dopamet 3 x 500 mg per oral
Nivedipin 3 x 10 mg per oral
Cek lab darah lengkap dan urin
Infus RL
Loading dose MgSO4 20% 4 gram dalam 100cc RL dalam 15 menit
Pemeriksaan dalam
Maintenance MgSO4 20% 10 gram dalam 500cc RL dalam 20 gtt/ menit
Rencana SC a.i. PSA
Informed consent
Konsul anestesi
Hubungi perinatologi
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
24 Juli 2013
Darah Rutin
Hemoglobin : 7,6 g/dL
Hematokrit : 25%
Lekosit : 13.500/mm3
Trombosit : 263.000/mm3
4
Eritrosit : 3,38 juta/mm3
Urine Rutin
Berat Jenis Urine : 1.015
pH Urine : 6.5
Nitrit Urine : Negatif
Protein Urine : POS ++
Glukosa Urine : Negatif
Keton Urine : Negatif
Urobilinogen : NORMAL
Bilirubin Urine : Negatif
X. LAPORAN OPERASI
Tanggal : 24 Juli 2013
Operator : dr. Sarah
Asisten I : Diaz
Asisten II : Eka
Ahli anestesi : dr. Hj. Hayati SpAn - dr. Mariko
Jenis anestesi : Spinal
Diagnosis Pra bedah : G1P0A0 parturien aterm kala I fase laten dengan PEB dan PSA
dan Anemia
Indikasi Operasi : PSA
Jenis Operasi : SCTP + Insersi IUD
Diagnosis Pasca bedah : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia
Kategori Operasi : Besar
Desinfeksi kulit dengan : Povidon Iodine 10%
Jaringan yang dieksisi : Tidak dikirim ke PA
Laporan Operasi Lengkap
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya
Insisi mediana inferior ±10 cm
Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus
Plica vesico uteri diidentifikasi dan disayat melintang
5
Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen
SBR disayat konkaf, bagian tengah ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke
kiri dan kanan
Jam 23.15 : Lahir bayi laki-laki dengan meluksir kepala
BB 2500 gram PB 47 cm
APGAR 1’ = 7 5’ = 9
Disuntikkan oksitoksin 10 IU intramural, kontraksi baik
Jam 23.20 : Lahir placenta dengan tarikan ringan pada tali pusat
BB 400 gram dengan ukuran 20 x 10 x 5 cm
SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interlocking
Lapisan kedua dijahit secara overhecting matras. Setelah yakin tidak ada
perdarahan dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kencing
Perdarahan dirawat
Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah
Fascia dijahit dengan safil no. 1, kulit dijahit secara subkutikuler
Perdarahan selama operasi ± 200 cc
Diuresis selama operasi ± 100 cc
Instruksi Pasca Bedah
Observasi : KU, Tensi, Nadi, Respirasi, Suhu, Perdarahan tiap 15 menit
Infus : RL : D5 = 2 : 1 dalam 20 gtt/ menit
Analgetik : Ketorolac 2 x 1
Ondansentron 2 x 1
Puasa : Tidak puasa
Antibiotik : Cefotaxim 2 x 1 amp IV
Lain-lain : Metronidazol inf 3 x 500 mg
Kaltropen supp 2 x 1
X. FOLLOW UP
25 Juli 2013 POD I
S : Nyeri pada luka operasi
O : ku : cm
6
T : 100/60
N : 88
R : 20
S : 36,5 oC
ASI -/-
MATA Ca +/+ Si -/-
ABDOMEN teraba datar dan lembut
TFU 2 jari di bawah umbilicus
LO tertutup verban, rembes darah -, rembes pus -
PERDARAHAN + sedikit
DIURESIS 200 cc
A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia
P : Infus RL : D5 = 2 : 1 20 gtt/ menit
Cefotaxim 2 x 1 amp
Metronidazole inf 3 x 500 mg
Mobilisasi
Cek proteinuria
Cek HB post SC
Transfusi s/d HB 8
Darah Rutin
Hemoglobin : 5,5 g/dL
Hematokrit : 18%
Lekosit : 14.600/mm3
Trombosit : 205.000/mm3
Eritrosit : 2,56 juta/mm3
26 Juli 2013 POD II
S : Demam
O : ku : cm
T : 130/80
N : 100
7
R : 22
S : 38,5 oC
ASI +/+
MATA Ca +/+ Si -/-
ABDOMEN teraba datar dan lembut
TFU 2 jari di bawah umbilicus
LO kering, perdarahan -, pus -
PERDARAHAN -
DIURESIS 350 cc
A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia
P : Ganti verban
Infus RL 20 gtt/ menit
Cefadroxil 2 x 1 tab
Metronidazole 3 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
sf 1 x 1 tab
Transfusi s/d HB 8
Cek HB post transfusi
Darah Rutin
Hemoglobin : 6,5 g/dL
Hematokrit : 21%
Lekosit : 13.200/mm3
Trombosit : 217.000/mm3
Eritrosit : 2,61 juta/mm3
27 Juli 2013 POD III
S : Pusing, demam
O : ku : cm
T : 120/60
N : 80
R : 22
8
S : 38,3 oC
ASI +/+
MATA Ca +/+ Si -/-
ABDOMEN teraba datar dan lembut
TFU 2 jari di bawah umbilicus
LO kering, perdarahan -, pus -
PERDARAHAN -
DIURESIS 300 cc
A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia
P : Infus RL 20 gtt/ menit
Cefadroxil 2 x 1 tab
Metronidazole 3 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
sf 1 x 1 tab
Transfusi s/d HB 8
Cek HB post transfusi
28 Juli 2013 POD IV
S : -
O : ku : cm
T : 170/90
N : 80
R : 22
S : 37,5 oC
ASI +/+
MATA Ca -/- Si -/-
ABDOMEN teraba datar dan lembut
TFU 2 jari di bawah umbilicus
LO kering, perdarahan -, pus -
PERDARAHAN -
DIURESIS 300 cc
9
A : P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA ; PEB ; Anemia
P : Lepas kateter
Lepas infus
Cefadroxil 2 x 1 tab
Metronidazole 3 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
Dopamet 3 x 500 mg tab
sf 1 x 1 tab
BLPL
Darah Rutin
Hemoglobin : 7,6 g/dL
Hematokrit : 22%
Lekosit : 9.500/mm3
Trombosit : 238.000/mm3
Eritrosit : 2,99 juta/mm3
XI. PROGNOSISFungsi menstruasi pada pasien ini baik karena panggul sempit absolute tidak
mempengaruhi fungsi menstruasi. Fungsi seksual pada pasien ini baik karena panggul
sempit absolute tidak mempengaruhi fungsi seksual. Sedangkan untuk fungsi reproduksi
dan kehamilan akan mempengaruhi prognosis selanjutnya karena panggul sempit
absolute mempengaruhi proses terminasi dalam kehamilan.
10
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
II.1 Pendahuluan
Saat ini, istilah seperti disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan (failure to
progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga perlu
dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi Sefalopelvik mulai digunakan sebelum abad ke-20
untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian) antara ukuran kepala
janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Namun, istilah ini
berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah penyempitan panggul yang nyata
akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang dijumpai dan sebagian disproporsi
disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif. Kegagalan
kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun persalinan diinduksi telah
menjadi istilah yang semakin popular untuk menggambarkan persalinan yang tidak efektif.
Istilah ini juga digunakan untuk tidak adanya kemajuan pembukaan servik atau penurunan janin.1
Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu
jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang terdiri
dari tulang panggul dan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan dan
ligamentum.2,3
Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180 sampai 200 juta
kehamilan setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi
kehamilan dan persalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi dan sepsis
14,9%, hipertensi dan preeklampsi/eklampsi 12,9%, persalinan macet (distosia) 6,9%, abortus
12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%.1
Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu
lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3 yaitu
kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir (passage).
Panggul sempit (pelvic contaction) merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang akan
11
menghambat kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan
panggul ibu yang biasa disebut dengan disproporsi sefalopelvik. Istilah disproporsi sefalopelvik
muncul pada masa dimana indikasi utama seksio sesarea adalah panggul sempit yang disebabkan
oleh rakhitis. Disproporsi sefalopelvik sejati seperti itu sekarang sudah jarang ditemukan,
umumnya disebabkan oleh janin yang besar.1,2
II.2 Anatomi Panggul Normal
Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-masing bidang pada
lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3 bidang khayal dalam rongga panggul : 1)
Pintu atas panggul 2) Pintu tengah panggul 3) Pintu bawah panggul.
Tulang-tulang panggul terdiri dari :
1. Os cocsae, yang terdiri dari :
a. Os ilium
b. Os iscium
c. Os pubis
2. Os sacrum
3. Os cocsigeus
Secara fungsional, panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga false
pelvis. Pelvis minor (true pelvis) adalah bagian pelvis yang terletak dibawah linea terminalis,
yang mempunyai peranan penting dalam obstetrik dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-
baiknya untuk dapat meramalkan dapat dan tidaknya bayi melewatinya.(2,3,4)
Bidang atas saluran ini, normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul
(pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul,
akan tetapi terdiri dari dua bidang disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet). (2,3,4)
12
Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul
mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di
panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina ischiadica yang kadang-kadang menonjol
kedalam ruang rongga panggul. (2,3,4)
PINTU ATAS PANGGUL
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium corpus
vertebrae sacral 1, linea innominata (terminalis) dan pinggir atas simfisis (2,3,4)
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis pubis ke promontorium lebih kurang 11 cm,
disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 11,5 –
13 cm disebut diameter trasversal. Bila ditarik garis dari articulatio sakroiliaka ke titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata
disebut diameter oblique, kurang lebih 13 cm. (2,3,4)
Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. konjugata obstretika
jarak dari bagian tengah simfisis ke promontorium.
Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul.3
PINTU BAWAH PANGGUL
13
Pintu bawah panggul bukan merupakan bidang datar, tetapi tersusun atas dasar dua
bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga yaitu bidang yang dibentuk oleh garis
antara kedua buah tubera ossis ischii dengan ujung os sacrum dan segitiga lainnya yang alasnya
juga garis antara kedua buah tubera ossis ischii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah
simfisis berbentuk lengkung kebawah dan membentuk sudut (arcus pubis). Dalam keadaan
normal, besarnya sudut ini 90o atau lebih sedikit. Bila kurang sekali dari 90o maka kepala janin
akan lebih sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak antara kedua
tubera ossis ischii adalah 10,5 cm. (2,3,4)
RUANG PANGGUL (PELVIC CAVITY)
Ruang panggul diatas pintu atas panggul mempunyai ukuran yang paling luas. Di
panggul tengah terdapat penyempitan setinggi kedua spina ischiadika. Jarak antara kedua spina
ini (distansia interspinarum) normalnya 10,5 cm. (2,3,4)
II.3 Definisi
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet, midpelvis, outlet atau kombinasi dari ketiganya. (1,2,3,4,5)
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS
yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat
menimbulkan distosia pada persalinan.
II.4 Klasifikasi
Pembagian panggul sempit (3,4,5,6)
1. kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
a. pembagian tingkatan panggul sempit
tingkat I : CV = 9 - 10 cm = borderline
14
tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
b. pembagian menurut tindakan
CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
CV = 6 – 8 cm = SC primer
CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV <10>
2. Kesempitan mid pelvis
Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan
dengan rontgen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kesempitan
midpelvis kalau
- spina menonjol à mid pelvis arrest
- side walls konvergen
- ada kesempitan outlet
mid pelvic contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala
melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan
kontraindikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah sempitnya ruangan.
3. kesempitan outlet
adalah bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan
15
perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui
ruangan belakang.
Gambar 2. Gambaran pelvic inlet, midcavity, dan pelvic outlet.2,3
Gambar 3. Gambaran pelvic inlet, midcavity, dan pelvic outlet.2,3
II.3 Diagnosis Klinis3
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada akhir
kepala kehamilan anak belum masuk p.a.p dan ada kesalahan letak janin. Diagnosis dapat kita
tegakkan dengan:
a. Anamnesis
16
Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak bokong), partus yang lalu
berlangsung lama, anak mati atau persalinan ditolong dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau
forsep) dan operasi.
b. Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll. Kelainan panggul luar
(rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P kelihatan kontur seperti kepala menonjol diatas
simfisis.
c. Palpasi
Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN, yaitu kepala
didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan lain mengukur
tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) = 3 jari
(-) = masuk p.a.p
(±) = antara kesalahan-kesalahan letak
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Teknik perasat Muller:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
17
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
d. Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal
2. Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan C.V: linea
innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dll.
Gambar 4. Pemeriksaan dalam untuk menentukan jarak promontorium
e. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari normal; C.T; serta
imbang kepala panggul.
II. 4 Penatalaksanaan
18
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak
dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam
prognosa persalinan. 2,3
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan,
pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan
tidak mungkin melewati panggul tersebut. 2,3
a. CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus
spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas
indikasi obstetric lainnya
b. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada : 2,3,4,5,6
- his atau tenaga yang mendorong anak.
- Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
- Bentuk panggul
- Umur ibu dan anak berharga
- Penyakit ibu
II.5. Komplikasi
1. Saat persalinan (2,3,6)
- persalinan akan berlangsung lama
- sering dijumpai ketuban pecah dini
- karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.
19
- Maulage kepala berlangsung lama
- Sering terjadi insertia uterus sekunder
- Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
- Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan
menyebabkan ruptur uteri.
- Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
- Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan
edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.
2. Pada anak 2,3,4,5
- infeksi intra partal
- kematian janin intra partal
- prolaps funikuli
- perdarahan intrakranial
- caput succedaneum dan cepalohematoma yang besar
- robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama
- fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang
dipakai.
II.6. Prognosis
1. Bahaya pada ibu ialah2,3,4
- partus berlangsung lama
- terjadi ruptur uteri
- terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema, nekrosis
yang kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-vaginal fistel
- infeksi intra partum
- simfisiolisis
20
2. Bahaya bagi anak ialah2,3,4,5
- persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin yang
tinggi.
- Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi intrapartum
- Terjadi prolaps funikuli
- Pengecilan sampai 0,5 cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan
berakibatburuk terhadap anak atau kematian.
II.7 Pathway
1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
(hasil mengecewakan)
Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu
atas panggul panggul tengah bawah panggul
Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)
Partus percobaan Seksio sesarea
Primer
21
Berhasil Gagal
Seksio sesarea
Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
22
Pada anamnesis diketahui bahwa pasien ibu hamil usia 19 tahun G1P0A0 merasa hamil 9
bulan datang dengan keluhan utama mengeluh mules-mules yang semakin sering dan semakin
kuat sejak ±16 jam smrs disertai keluar lendir bercampur sedikit darah dari jalan lahir. Keluar
cairan jernih sedikit-sedikit dari jalan lahir dirasakan ibu. Cairan jernih, tidak berbau, dan tidak
disertai panas badan. Gerak anak dirasakan ibu. Dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien
dalam keadaan kehamilan pertama sehingga tidak dapat diketahui riwayat kehamilan dan
kelahiran sebelumnya. Dapat diketahui juga dengan keluhan mules-mules yang disertai dengan
pengeluaran lender dan sedikit cairan bahwa pasien telah memasuki kala I dalam proses
persalinan. Pada anamnesis juga diketahui bahwa terdapat riwayat tekanan darah tinggi sejak
memasuki bulan ke 9 usia kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik diketahui bahwa tinggi badan pasien 142 cm. Hal tersebut perlu
dicurigai anatomi panggul pasien mungkin sempit namun perlu pemeriksaan panggul lebih
lanjut. Pada pengukuran tekanan darah juga diketahui bahwa tekanan darah 140/100 yang perlu
dicurigai pre eklampsia namun perlu pemeriksaan proteinuria lebih lanjut.
Dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada pasien. Setelah hasil
proteinuria diketahui positif ++ dilakukan pemberian loading dose untuk dapat dilakukan
pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan luar didapatkan bahwa osbourn sign +. Pada pemeriksaan
dalam didapatkan bahwa pembukaan 1-2 cm dan muller sign -. Sedangkan pada pemeriksaan
panggul diketahui bahwa CV 8 cm, prmontorium teraba, linea innominata kanan dan kiri teraba
2/3 - 2/3, sacrum teraba konkaf, spina ischiadica menonjol, dan arcus pubis <90.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dapat ditegakkan
diagnosis awal pada pasien ini G1P0A0 Parturien aterm kala I fase laten dengan Anemia ; PEB ;
PSA. Rencana pengelolaan pada pasien ini sudah tepat karena dilakukan pemberian dopamet 3 x
500 mg per oral dan nivedipin 3 x 10 mg per oral untuk menurunkan tekanan darah pasien.
Setelah hasil proteinuria dinyatakan positif ++ dilakukan pemberian loading dose MgSO4 20% 4
gram dalam 100cc RL dalam 15 menit untuk mencegah terjadinya eklampsia, lalu dilakukan
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan panggul, lalu dilakukan pemberian MgSO4 20% 10 gram
dalam 500cc RL dalam 20 gtt/ menit. Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan dilakukan
tindakan SC atas indikasi PSA yang sudah memasuki kala I fase laten pada proses persalinan
23
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut terhadap ibu dan bayi. Diagnosis akhir pada pasien ini
adalah P1A0 partus maturus dengan SC a.i. PSA; PEB; dan anemia.
Diketahui bayi lahir laki-laki, dengan BB 2500 gram, panjang badan 47 cm, dan apgar
score 7-9. Diketahui ibu pada pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil hemoglobin 5,5 sehingga
diperlukan pengelolaan perbaikan ku dengan transfusi darah sampai dengan kadar hemoglobin >
8. Pasien dipulangkan pada hari ke-empat post SC setelah ku membaik.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Cunningham,G. Distosia (persalinan abnormal dan disproporsi fetofelvic),Profitasari
at all . Obstetri Williams. Edisi 21 . volume 1. Jakarta . EGC. 2004. Bab 18. Hal:
467-468.
2. Wiknjosastro,H. distosia karena kelainan panggul, Saifuddin,BA. Rachimhadi,T. ilmu
kebidanan. Edisi 3. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta. 2006. Bab
7. Hal; 637-647.
3. Mochtar,R. panggul sempit (pelvic contraction), Lutan,D. Synopsis obstetri: edisi 2.
Jakarta. EGC. 1998. Bab 9. Hal: 332-328.
4. William Obstetrics, 21th ed, Mc Graw-Hill, Singapore, 2001
5. Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8 th ed, Appleton and Lange,
Norwalk, 1994
6. Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-56
25