preop-sch_05hj

39
EVALUASI PRAANESTESI Siti Chasnak Saleh Lab. Anestesiologi FK.Unair

Upload: hal-jordan-hilman

Post on 19-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bbhhj

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PRAANESTESI Siti Chasnak SalehLab. Anestesiologi FK.Unair

  • EVALUASI PRAANESTESIApakah pasien dalam kondisi optimum?

    Apakah kondisi pasien memerlukan perbaikan sebelum pembedahan?

    Apakah terdapat masalah kesehatan atau penggunaan obat-obatan yang berpengaruh terhadap proses anestesi dan perioperatif?

  • TUJUAN KHUSUSMendapat informasi riwayat kesehatan dan kesakitan, untuk menentukan pemeriksaan penunjang.Menyimpulkan faktor risiko untuk perencanaan penangananMendapatkan informed consentMemberi edukasi kepada pasienEfisiensi penanganan perioperatif.

  • Riwayat medik: kondisi kesehatan penyakit yang diderita penyakit lain riwayat penyakit keluarga alergi penggunaan obat tertentuPemeriksaan fisikPREOP. VISITPemeriksaan penunjangSTATUS FISIK

  • STATUS FISIKASA 1: Tidak ada gangguan organik, fisiologik, biokimiawi, mental

    ASA 2: Gangguan sistemik ringan sampai sedang

    ASA 3: Gangguan/penyakit sistemik berat

    ASA 4: Gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak selalu dapat dikoreksi dengan pembedahan

    ASA 5: Moribund

  • Hubungan status fisik dan mortalitas perioperatifStatus fisik (ASA)Mortalitas 10,006 0,008 % 20,27 - 0,4 % 31,8- 4,3 % 47,8 - 23 % 59,4%- 51%

  • Beberapa pemeriksaan Tekanan darah (istirahat, posisi tidur tangan kiri & kanan) Nafas: jalan nafas: mulut, geligi paru: suara nafas (basal) Cara berjalan: mencari gejala kelainan saraf Ekstremitas: edema, clubbing, sirkulasi perifer, gangguan sensasi

  • KLASIFIKASI JALAN NAFAS(Samsoon & Young)Kelas Melihat langsungLaringoskopi I P. molle, faucium, uvula, arcus Seluruh glottis

    II P. molle, faucium, uvula Comissura post

    III P. molle, dasar uvula Ujung epiglottis

    IV Hanya P. molle Tidak tampak struktur glottisCan J Anaesth 1985

  • Klasifikasi jalan nafas menurut Malampatti untuk prediksi kesulitan intubasi

  • INFORMED CONSENTSuatu persetujuan untuk melakukan tindakan medik yang diberikan oleh pasien (atau keluarganya pada keadaan tertentu) kepada dokter, setelah pasien (keluarga) mendapat infosmasi sejelas-jelasnya tentang tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien.

  • Hasil akhir yang memuaskan atau tidak dari suatu proses anestesi sangat ditentukan oleh kualitas penanganan pra dan pascaanestesi.Evaluasi harus dilakukan dengan ketrampilan dan pertimbangan yang benar

  • DASAR PEMILIHAN OBAT PREMEDIKASI

  • TUJUAN PREMEDIKASIMencegah efek samping yang tidak diinginkan

    2. Membantu proses anestesia

    3. Mencegah reflek-reflek otonom

    4. Mengurangi rasa cemas prabedah

    Mushin, 1960

  • DASAR PEMILIHANBergantung pada: status fisik penyakit yang menyertai/mendasari umur dan berat badan macam pembedahan macam obat anestesi yang akan digunakan

  • Contoh obat premedikasiGolonganContohBarbituratSecobarbital, PentobarbitalOpioidMorfin, PetidinBenzodiazepinDiazepam, MidazolamAntikolinergikSulfas atropin, glikopirolatAntiemetikDroperidolAntasidaGelusilH1 reseptor antagonisPhenerganH2 reseptor antagonisSimetidin, Rantidin

  • Dosis, penggunaan, dan cara pemberianObat PenggunaanPemberian DosisMorfin Premedikasi im 0,05-0,2 mg/kg Anestesi iv 0,1-1,0 mg/kg Pascabedah im 0,05-0,2 mg/kg iv 0,03-0,15 mg/kg

    Petidin Premedikasi im 0,5-1 mg/kg Anestesi iv 2,5-5 mg/kg Pascabedah im 0,5-1 mg/kg iv 0,2-0,5 mg/kg

    Fentanyl Anestesi iv 2-150 g/kg Pascabedah iv 0,2-1,5 g/kg

  • Klasifikasi reseptor opioidReseptorEfek klinis AgonisMuAnalgesi supraspinal (-1) MorfinDepresi respirasi (-2) Met-enkefalin*Ketergantungan fisik Beta-endorfin*Rigiditas ototKappaSedasi MorfinAnalgesi spinal Nalbufin Butorfanol Dinorfin*DeltaAnalgesi Leu-enkefalin*Perilaku Beta-endorfin*EpileptogenikSigmaDysforia PentazocineHalusinasi NalorfinStimulasi respirasi Ketamin?

  • Titik tangkap kerja morfin:Sinap antara neuron penerima dan neuron penghubung dari serabut aferen untuk nyeri di chorda spinalisInterneuron nukleus thalamusHipothalamusSistem proyeksi thalamus dan amygdalaInterneuron korteks

  • 25 20301510540506070Ventilasi Alveolar (L/min)Sebelum morfinSesudah morfinPaCO2Depresi nafas yang disebabkan oleh morfin

  • Karakteristik fisik opioid yang menentukan distribusinyaObatFraksi tidak Ikatan Kelarutan terionisasi proteindalam lemakMorfin ++++ +Petidin ++++++Fentanyl ++++++++Sufentanil ++++++++++Alfentanil +++++++++++ Catatan:+ = sangat rendah; ++ = rendah; +++ = tinggi; ++++ = sangat tinggi

  • Penggunaan dan dosis benzodiazepinObatPenggunaan Pemberian DosisDiazepamPremedikasi Oral 0,2-0,5mg/kg*Sedasi iv 0,04-0,02mg/kgInduksi iv 0,3-0,6mg/kg

    MidazolamPremedikasi im 0,07-0,15mg/kgSedasi iv 0,01-0,1mg/kgInduksi iv 0,01-0,04mg/kg* Dosis maksimum 15 mg

  • Karakteristik antikolinergikAtropinSkopolaminGlikopirolatTakikardia ++++++ Bronkodilatasi +++++Sedasi + +++ 0Antisialogog ++ +++ +++0= tidak ada efek+= efek minimum++= efek sedang+++= efek jelas

  • DASAR PEMILIHAN OBAT ANESTESI (GENERAL ANESTHESIA)

  • Sadar

    Siklus tidur

    TertidurHalusinasiHalotanRangsanganSedasiAnestesi u. pembedahanEtherKonfulsiKematianEnfluranSkema obat yang menyebabkan eksitasi dan depresi SSP

  • Gambaran anestesi umum Hilangnya kewaspadaan (awareness) Amnesia Hilangnya respon muskuler terhadap stimulasi pembedahan, kecuali otot pernafasan Respon otonom terhadap stimulasi pembedahan minimum Proses berlangsung reversibel Dapat menghasilkan relaksasi otot pada derajat tertentu (tidak mutlak)

  • Berbagai obat yang berbeda struktur kimianya dapat memberi gambaran perubahan fisiologi yang samaDiperkirakan obat anestesi tidak berinteraksi dengan satu macam reseptor spesifik

  • FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN Macam pembedahan Posisi pembedahan Status fisik Penyakit yang menyertai/mendasari Perkiraan lama tindakan

  • PREMEDIKASIINDUKSI ANESTESI:* Inhalasi* Intravena* IntramuskulerRUMATAN ANESTESI* Inhalasi* Intravena

  • Distribusi tiopental ke berbagai jaringan dan orgen tubuh pada berbagai waktu setelah penyuntikan intravena.

  • PPATotal PX 100 = kadar dalam vol %PPA = tekanan parsial obat anestesi (mmHg)P = tekanan

  • FA meningkat lebih cepat pada N2O (tidak larut) dibanding halothan (larut)

  • Hubungan MAC dengan kadar obat anestesi Kadar induksiKadar rumatanObatMAC(vol %) (vol %)Dietil ether 1,92 10 30 4 - 15Halothan 0,76 2 - 4 0,5 - 2 Enfluran 1,68 2 - 4 1,5 - 3Isofluran 1,12 2 - 4 1 - 3N2O 105sampai 80 sampai 80

  • Kelompok jaringan berdasar perfusi dan kelarutanKarakteristik Kaya pemb. Otot Lemak Miskin darah pemb. darah% BB 10 5020 20% curah jantung 75 19 5 0Perfusi(ml/menit/100g) 75 3 3 0Kelarutan nisbi 1 120 0

  • Kelompok jaringan, massa tubuh relatif, dan % curah jantungKel. JaringanKomposisi % massa % CO Kaya pembuluh Otak, jantung, 10 75 darahhati, ginjal, kel.endokrin

    OtotOtot, kulit 50 19

    LemakLemak 20 6

    Miskin pembuluhTulang, ligamen, 20 0darah tulang rawan

  • Dosis dan penggunaan beberapa obatObatPenggunaan RuteDosisKetaminInduksi iv 1-2mg/kg im 3-5mg/kgTiopentalInduksi iv 3-5mg/kg*Sedasi iv 0,5-1,5mg/kg*PropofolInduksi iv 1-2,5mg/kgRumatan infus 3-12mg/kg/jamDroperidolPremedikasi im 0,04-0,07mg/kgSedasi iv 0,02-0,07mg/kgAntiemetik iv 0,05mg/kg * Larutan 2,5%

  • Koefisien partisi obat anestesi volatilObatDarah/gas Otak/drh Otot/drh Lemak/drhN2O 0,47 1,11,22,3Halotan 2,4 2,93,560Enfluran 1,9 1,51,736Isofluran 1,4 2,64,0 45Desfluran 0,42 1,32,0 27

  • Farmakologi klinikHalotanEnfluranIsofluranKardiovaskuler tek. Darah nadi SVR N/C CO N/C

    Respirasi volume tidal frek nafas PaCO2 istirahat kegiatan

  • A: ekskresi CO2; B: kurva respon ventilasi; C,D,E: pergeseran kurva setelah pemberian opioid, anestesi ringan, anestesi dalam