praktikum spirometri

19
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Praktikum Spirometri B. Waktu, Tanggal Praktikum Sabtu, 26 Mei 2012 C. Tujuan Praktikum 1. Menjelaskan pemeriksaan spirometri 2. Melakukan pemeriksaan spirometri 3. Menganalisa hasil pemeriksaan D. Dasar Teori Respirasi terdiri dari tiga proses antara lain : 1. Ventilasi Pulmonalis Ventilasi pulmonary adalah proses pergerekan udara antara atmosfer (udara luar) dengan paru. Pergerakan udara ini disebabkan oleh perubahan tekenan dalam paru. Ventilasi patu terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. 2. Respirasi eksternal Proses resapan oksigen dalam udara di alveoli ke dalam darah di kapiler alveoli serta proses resapan karbon dioksida dalam arah sebaliknya. 3. Respirasi Internal Merupakan pertukaran CO 2 dan O 2 antara kapiler sistemik dengan sel jaringan P O2 dalam kapiler darah = 150 mmHg sedangkan P O2 dalam sel jaringan = 40mmHg. Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan oksigen akan meresap keluar dari kapiler darah ke dalam sel sehingga P O2 dalam kapiler darah menurun ke

Upload: syarifah-kartika

Post on 20-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prktkm

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Judul PraktikumPraktikum SpirometriB. Waktu, Tanggal PraktikumSabtu, 26 Mei 2012C. Tujuan Praktikum1. Menjelaskan pemeriksaan spirometri2. Melakukan pemeriksaan spirometri3. Menganalisa hasil pemeriksaanD. Dasar TeoriRespirasi terdiri dari tiga proses antara lain :1. Ventilasi PulmonalisVentilasi pulmonary adalah proses pergerekan udara antara atmosfer (udara luar) dengan paru. Pergerakan udara ini disebabkan oleh perubahan tekenan dalam paru. Ventilasi patu terdiri dari inspirasi dan ekspirasi.2. Respirasi eksternalProses resapan oksigen dalam udara di alveoli ke dalam darah di kapiler alveoli serta proses resapan karbon dioksida dalam arah sebaliknya.3. Respirasi InternalMerupakan pertukaran CO2 dan O2 antara kapiler sistemik dengan sel jaringan PO2 dalam kapiler darah = 150 mmHg sedangkan PO2 dalam sel jaringan = 40mmHg. Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan oksigen akan meresap keluar dari kapiler darah ke dalam sel sehingga PO2 dalam kapiler darah menurun ke 40mmHg. Saat O2 meresap ke dalam sel CO2 akan meresap kea rah yang bertentangan.

1. Volume ParuAda empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak saling tercampur, yaitu :1. volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan biasa2. Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah akhir inspirasi tenang3. Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar4. Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam parusesudah melakukan ekspirasi maksimal2. Kapasitas ParuNilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru padabutir(1)diatas.1. Kapasitas parutotal(KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada akhir inspirasi maksimal2. Kapasitas vital (KV),volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal) Ini juga bisa diartikan menjadi volume maksimum dari udara yang setiap orang hirup setelah ekspirasi maksimum. Capasitas vital setiap orang bisa diukur melalui spirometer. Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas vital bisa membantu untuk mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru3. Kapasitas Inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yangdapat dihisap dari posisi istirahat (akhir ekspirasi tenang)4. Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru pada posisi istirahat

Penyakit restriktif ditandai dengan kondisi lebih nyata oleh reduksi pada kapasitas total paru. Ventilasi restriktif mungkin disebabkan kerusakan pulmonary, fibrosi pulmo. Atau karena nonpulno deficit, mencakup kelemahan otot pernapasan, kelumpuhan dan kelainan bentuk atau kekakuan dari dinding dada.Spirometri adalah salah satu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru. Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekalugus digunakan unutk mengukur fungsi paru. Pasien yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pasien yang nengeluh sesak nafas, penderita PPOK dan lain sebagainya.

E. Alat dan Bahan1. Spirometri2. Tissue3. Tinta spirometri4. Mouth piece dispposible5. Penjepit hidung

F. Cara KerjaPemeriksaan Kapasitas Vital paru1. Siapkan alat pencatat atau spirometri2. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus menghadap alat.3. Nyalakan alat (power on). Masukkan/atur data probandus berupa nama dan umur.4. Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus memasukkan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung probandus dengan penjepit hidung.5. Intruksikan probandus untuk bernafas tenang terlebih dahulu untuk beradaptasi dengan alat.6. Tekan tombol start lat spirometri unutk memulai pengukuran.7. Mulai dengan pernafasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan secara benar akan keluar datan dan kurva di layar spirometri. 8. Bila perlu tanpa melepas moauth piece, ulangi pengukuran dengan inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal.9. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).

Pemeriksaan kapasitas vital paksa paru (FVC = Force Vital Capacity)1. Siapkan alat pencatat atau spirometri.2. Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi probandus menghadap alat.3. Nyalakan alat (power on). Masukkan/atur data probandus berupa nama dan umur.4. Instruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat.5. Segera seteleh siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan ekspirasi dengan kuat melalui alat.6. Bila perlu tanpa melepaskan mouth piece, ulangi pengukuran dengan inspirasi dalam dan ekspirasi yang maksimal.7. Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).*catatan:Pencetakan dapat dilakukan setelah kedua pemeriksaan langsung.Analisa hasil pemeriksaan dengan menuliskan pada lembar lampiran hasil yang didapatkan.Analisa berupa kesenjangan yang terjadi selama pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.BAB IIISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tes Spirometri1. Data ProbandusNama Probandus : AndreasTanggal Pemeriksaan : 12/05/2012Usia : 18 tahunTinggi Badan : 167 cmBerat Badan : 60 kgPrediction : Europe

2. Tabel 1. Hasil Tes Spirometri

No.Kapasitas Paru yang DiujiPrediksi AlatHasil Sebenarnya%

1.VC5,033,7875

2.TV-0,53-

3.IRV-0,17-

4.ERV-3,00-

5.IC-0,70-

6.FVC4,814,0684

7.FEV14,173,6387

8.PEF9,635,72-

Pengolahan Data :FEV 1 = 3,63 dan FVC = 4,06

Ratio = = x 100% = 89,41%

B. Pembahasan 1. Pemeriksaan Kapasitas Vital ParuPada percobaan ini mula-mula probandus memberikan informasi berupa umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan. Kemudian mouth piece dipasangkan ke alat dan masukan mouth piece ke dalam mulut probandus dan probandus menutup hidungnya sendiri. Lalu alat mulai dinyalakan, setelah dinyalakan probandus mulai bernapas normal sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi dan inspirasi secara maksimal.Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu 3,78 L. Sehingga presentasenya hanya sebesar 75%. Pada hasil spirogram yang normal menunjukkan banyaknya kapasitas vital paru yaitu 80% dari total kapasitas paru, atau pada orang dewasa laki-laki sebesar 4800cc atau 4,8 L. Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena adanya penurunan volume tidal, volume cadangan inspirasi maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variable tersebut. Penurunan kapasitas vital paru pada probandus disebabkan oleh penurunan:Volume tidal = 0,53LVolume cadangan inspirasi = 0,17 LVolume cadangan ekspirasi = 3,08 LSehingga didapatkan :VC=TV+IRV+ERVVC= 0,53+ 0,17+3,08VC=3,78 L

2 Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa ParuInstruksikan probandus untuk inspirasi dalam dari luar alat. Kemudian alat dinyalakan, segera setelah alat siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan eskpirasi dengan kuat melalui mouth piece. Sesuai instruksi alat, inspirasi dan ekspirasikan secara cepat dan kuat kurang dari 6 detik.Rasio FEV1/FVC yaitu:FEV1 = 3,63 x 100 % = 89,4 % FVC 4,06Rasio FEV1/FVC meningkat yaitu 89,4 %. Pada kondisi normal rasio FEV1/FVC yaitu 70 80 %. Data spirogran tersebut menunjukkan adanya kelainan restriktif dimana adanya penurunan FEV1 dan FVC yang normal, tetapi volume udara yang terhirup lebih kecil dibandingkan normal.Hasil spirogram menunjukkan bahwa pasien mengalami kelainan restriktif pada sistem pernapasannya, namun hasil spirogram ini dapat saja salah karena alat yang digunakan merupakan standar dari Eropa yang tidak sesuai dengan standar orang Asia.Hasil spirogram yang menunjukkan adanya kesalahan hasil yang diperoleh sehingga tidak layak untuk dinilai disebabkan karena kesalahan melakukan prosedur pada saat pemeriksaan sedang berlangsung, seperti:1. Ukur tinggi dan berat badan hanya mengira-ngira tanpa mengukurnya secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan perbadaan hasil spirogram karena tinggi badan dan berat badan mempengaruhi asupan O2 yang dibutuhkan oleh tubuh2. dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kapasitas vital paru maupun kapasitas total paru.3. Probandus melakukan percobaan ini dengan perasaan yang kurang yakin atau ragu saat pemeriksaan berlangsung. Hal ini mempengaruhi volume udara yang dapat terukur oleh spirometer pada saat probandus melakukan inspirasi dan ekspirasi. 4. Probandus terlambat menarik nafas (terlambat memulai).5. Adanya ketidak pahamaan probandus atas instruksi dari pemeriksa yang menyebabkan probandus melepaskan jepitan tangan pada hidungnya.

Berdasarkan percobaan di atas, data tersebut tidak valid karena tidak memenuhi syarat sebagai beikut: 1. Probandus harus yakin2. Ekspirasi cepat mencapai puncak3. Ekspirasi minimal 6 detik4. Pemeriksaan harus dilakukan sampai selesai5. Dan nilai reprodusible kurang dari 5%.

C. Aplikasi KlinisA. Penyakit paru obstruktif kronik1. AsmaMerupakan serangan berulang dispnea paroksimal, dengan radang jalan nafas dan mengakibatkan kontraksi spasmodic bronkus. (Dorland, 2006)Patofisiologi asma dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini. Alergen

Terbentuk Antibodi dalam tubuh (IgE)

Alergen dan IgE berikatan

Menyebabkan Sel mast melepaskan mediator primer (Histamin)dan mediator sekunder (Leukotrien/SRSA)

Efek segera (dalam 5-10 menit); Kontriksi bronkiolus,Hipersekresi dan Edema dinding bronkiolus

Penyempitan lumen bronkiolus

Udara sulit keluar dari bronkiolus

Udara terperangkap pada bagian distal

Hiperinflasi progresif paru (timbul mengi ekspirasi memanjang), mengalami sesak; Asma

(Danusantoso, 2000, Silbernagl dan Lang, 2006)2. Bronkhitis KronisPenyakit ini mempunyai berbagai definisi tergantung dari penulis yang mengemukakannya. Brinkman mendefinisikan penyakit ini sebagai suatu gangguan batuk berdahak yang terjadi tiap hari selama paling kurang enam bulan dan jumlah dahak minimal satu sendok teh. (Yunus, 1999)Definisi yang banyak dipakai adalah definisi dari American Thoracic Society, yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik dengan dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut.Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis. Penyakit bronkitis kronik sering terdapat bersama-sama emfisema dan dikenal dengan nama bronchitis emfisema. (Yunus, 1999)

3. Emfisema Terkumpulnya udara secara patologik dalam jaringan atau organ, sehingga menyebabkan paru-paru menjadi membesar, penampakan di dalam foto rontgen Nampak paru hiperluchen dengan pembesaran kea rah lateral dan menurunkan diafragma.Patofisiologi emfisema dijelaskan melalui bagan di bawah ini.

Infeksi dan Alergi

Terjadi Inflamasi & pelepasan Histamin dan Leukotrien (SARS)

Sekresi mukus Edema mukosa Kontraksi otot

Peningkatan resistensi pernafasan

Ekspirasi memerlukan peningkatan tekanan

Penekanan bronkus

Ekspirasi menjadi sulit

Pengembangan paru berlebihan

Emfisema

(Danusantoso, 2000, Silbernagl dan Lang, 2006)

B. Penyakit restriktif1. PneumoniaPeradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.Patofisilogi penyakit ini dapat dijelaskan melalui bagan di bawah ini:

Kuman patogen masuk

Terjadi infeksi

Alveolus-alveolus mulai terisi sekrit

Sel-sel leukosit terutama PMN sampai alveolus menjadi penuh dan padat

Lobus yang terserang ikut menjadi padat (tidak bedanya dengan hati)

Lobus tidak dapat lagi menjalankan fungsi pernapasan

Peradangan juga mengenai Pleura visceralis (pembungkus lobus) Timbul rasa nyeri dada

Menyebabkan sesak nafas (Danusantoso, 2000)

2. Atelektasis Terminologi atelektasis berasal dari bahasa Yunani ateles dan ektasis yang berarti pengembangan yang tidak sempurna. Atelektasis sendiri adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Terdapat dua penyebab utama kolaps yaitu atelektasis absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus atau bronkiolis, dan atelektasis yang disebabkan oleh penekanan. (Maddapa, 2009)Secara fisiologi atelektasis dapat dibedakan menjadi dua, atelektasis obstruktif dan atelektasis non obstruktif. Obstruktif atelektasis adalah tipe yang paling sering dijumpai. Merupakan hasil dari reabsorpsi gas dari alveoli ketika hubungan antara alveoli dan trachea terhambat atau tersumbat. Sedangkan atelektasis non obstruktif disebabkan dari hilangnya kontak antara pleura parietalis dan pleura visceralis, kompresi, penurunan kadar surfaktan, dan jaringan parenkim yang digantukan oleh penyakit yang menimbulkan luka atau yang bersifat infiltrative. (Maddapa, 2009)

3. Penyakit-penyakit pleuraPleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura terisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks, atau emphiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara. (Rubin, 2009)Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi kurang lebih 1mL cairan, yang merepresentasikan keseimbangan antara;1. Tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic pada pembuluh pleura visceralis dan pleura parietalis2. Dan, aliran pembuluh limfe (Rubin, 2009)

Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi kekacauan atau gangguan pada keseimbangan tersebut. (Rubin, 2009)Dipsneu adalah gejala utama yang berhubungan dengan efusi pleura, yang juga behubungan dengan distorsi dari diafragma dan dindin thorax selama respirasi. Pada kebanyakan kasus, drainase dari cairan pleura mengurangi gejala dan memperbaiki pertukaran gas yang terhambat. (Rubin, 2009, Halim, 2006)Gejala-gejala lain yang terjadi dapat berupa batuk non produktif yang ringan atau nyeri dada. Sedangkan gejala lainnya menunjukkan etiologi dari efusi pleura yang terjadi. Batuk produktif yang berat dan purulen atay batuk darah menunjukkan kemungkinan pneumonia atau adanya lesi endobronchial. Nyeri dinding dada yang konstan merefleksikan adanya invasi pada dinding dada akibat karsinoma bronkogenik atau mesothelioma maligna. Nyeri dada pleuritis bisa diakibatkan karena emboli paru atau bisa juga disebabkan adanya proses inflamasi pada pleura. Sedankan toksisitas sitemik yang ditunjukkan dengan demam, penurunan berat badan mengarah pada kemungkinan empyema (Halim, 2006).Dari pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan pada efusi pleura yang telah mencapai 300mL, patologis dapat berupa:1. Penurunan suara nafas2. Perkusi redup3. Penurunan fremitius taktil4. Egofoni (perubahan suara E menjadi A) (Halim, 2006)

BAB IIIKESIMPULAN

1. Respirasi pada manusia ada tiga proses yaitu ventilasi pulmonary, respirasi eksternal, respirasi internal.Volume udara itu ada empat macam yaitu ada volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, dan volume residu.Kapasitas udara itu ada empat macam yaitu ada kapasitas inspirasi, kapasitas vital, kapasiras paru total, dan kapasitas residu fungsional.2. Spirometri adalah salah satu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, untuk melihat respon terapi, dan untuk menentukan proknosis. Alat untuk mengukur spirometri adalah spirometer. Fungsi spirometer adalah alat untuk memeriksa dan mengetahui adanya gangguaan di paru dan saluran pernapasan, dan untuk mengukur fungsi paru. Hasil dari spirometer adalah spirogram. Fungsi spirogram untuk mengetahui hasil dari probandus yang akan dihitung yaitu FVC dan FEV1 dengan mencari rationya terlebih dahulu dengan cara FEV1/FVC x 100%. Hasil ratio normal adalah 70-80%, jika hasil yang didapat oleh propandus kurang dari ratio normal maka probandus tersebut Obstructive Lung Disease dan jika hasil probandus yang di dapat lebih dari ratio normal maka probandus tersebut Restrictive Lung Disease.3. Mengetahui aplikasi klinis pada kelainan obstruksi dan restriksi yaitu Obstructive, Restrictive Parenchymal, dan Restrictive Extraperenchymal.

DAFTAR PUSTAKADanusantoso, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.Halim, Hadi. 2006. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.Maddapa, Tarun. 2009. Atelectasis Available. http://emedicine.medscape.com. 28 Mei 2012.Rubins, Jeffrey. 2009. Pleural Effusion. http://emedicine.medscape.com. 28 Mei 2012.Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.Yunus, Faisal. 1999. Penatalaksanaan Bronkhitis Kronik. Bagian Pulmonologi kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan: Jakarta.