praktikum pertama

Upload: rizaarifiyanti

Post on 16-Jul-2015

166 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Budidaya ikan yang intensif dengan padat penebaran tinggi, dengan penggunaan

pakan buatan yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya suatu masalah. Masalah yang sering menjadi penghambat budidaya ikan adalah munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat (kekerdilan), mortalitas meningkat, konversi pakan manjadi sangat tinggi dan menurunnya hasil panen (produksi). Ikan yang dipelihara dapat terserang hama dan penyakit karena diakibatkan oleh kualitas air yang memburuk dan malnutrisi. Ikan yang sehat akan mengalami pertumbuhan berat badan yang optimal. Ikan yang sakit sangat merugikan bagi para pembudidaya karena akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Oleh karena itu agar ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya tidak terserang hama dan penyakit harus dilakukan pencegahan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan pengobatan karena pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Berbagai macam penyakit ringan atau lokal sering tidak mengganggu keadaan umum ikan. Gangguan yang ringan semacam ini biasanya disebabkan karena ikan penderita masih tampak sehat dan bersifat individual. Akan tetapi gangguan lokal ini dapat meluas atau menjadi sarana bakteri atau mikroba patogen lain pada inang, sehingga dapat berpengaruh buruk pada keadaan umum ikan.

1.2

Permasalahan Permasalahan dalam praktikum ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui

keadaan umum ikan melalui tanda-tanda spesifik secara eksternal.

1.3

Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum ikan melalui tanda-tanda

spesifik secara eksternal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ciri Ciri Ikan yang Sakit Membedakan ikan sehat dengan ikan sakit sebenarnya tidak sulit. Ikan sakit sering memperlihatkan kelainan perilaku yang dapat dengan mudah diperhatikan atau diamati secara langsung. Ciri ciri ikan yang sakit antara lain : Warna Tubuh Menjadi gelap, nafsu makan berkurang, nafas tersengal-sengal, sering berada pada permukaan air. Gejala ini biasanya timbul akibat ikan kekurangan oksigen. Ikan lebih sering menyendiri di sudut kolam, geraknya kurang lincah, sebelum muncul tanda merah tau bitik putih pada kulitnya ikan menggesek-gesekkan badannya ke dinding kolam. Itu di akibatkan adanya kutu atau jamur pada tubuh ikan serta nafsu makan berkurang. Seandainya ada ikan dengan ciri-ciri tersebut sebaiknya ikan di pisahkan dengan yang lainnya (karantina) sambil di beri pengobatan dan berikan juga heater. Ciri ikan yang sakit, biasanya dia menyendiri dan melipat ekor. Tapi bukan berarti itu saja, ikan yang sakit juga bisa dilihat dari penampilan fisik tubuh mereka. Misalnya ikan yang sakit ulcer/ borok, masih berenang -renang dengan aktif dan makannya juga banyak (Atmos, 2009). Badan ikan berjamur, jambul rusak/ bolong. Badan ikan kena parasit/kutu, white spot (Anonim1, 2011) Malas, tidak mau makan. Keseimbangan terganggu, menggantung dipermukaan air, menggosok-gosokkan tubuhnya di benda lain. Ciri-ciri penyakit ini biasanya karena ikan tersebut sedang stress. Bintik-bintik merah pada seluruh permukaan tubuh dan sirip, timbul luka pada permukaan tubuh. Cirri-ciri ini muncul pada ikan yang tersetang Carp

2.1

Erithrodermatitis. Pembengkakan kulit, penonjolan pada kulit di pangkal ekor. Merupakan gejala dari carp pox. Berenang secara tidak normal, menggelepar mnggelepar kemudian diam di dasar perairan, menggantung di permukaan air

Ikan berwarna gelap, satu matanya rusak, yaitu ciri-ciri dari viral haemorhagic septicaemia (Samsundari, 2011).

2.2

Cara Penularan Penyakit Ada beberapa cara penularan penyakit pada ikan, yaitu : 1. Air tercemar penyakit. 2. Kontak langsung dengan ikan sakit juga bisa menularkan penyakit pada ikan. 3. Peralatan yang digunakan untuk menangani ikan sakit dipakai lagi untuk menangani ikan sehat 4. Ikan lain, pakan, atau tumbuhan membawa bibit penyakit dari tempat lain masuk ke kolam (Leonardo, 2011). Penyakit Penyakit Pada Ikan

2.3

2.3.1 Penyakit yang Disebabkan Parasit a. Costia spp. Costia spp. Berbentuk oval dan cepat bergerak karena memiliki dua pasang flagel yang tidak sama panjang. Ikan yang terserang aakan mengeluarkan lender secara berlebihan. b. Ichthyopthirius multifillis Parasit ini berukuran kecil, sekitar 0,5- 1 mm. Pada tubuh ikan tampak bintik-bintik putih. c. Trichodina spp. Trichodina spp. Menyebabkan penyakit gatal, bagian tubuh yang diserang yaitu kulit, sirip dan insang. Ikan yang terserang tamapk memiliki bintik-bintik putih terutama dikepala dan punggung. d. Myxobolus sp. Organisme ini merupakan penyebab penyakit myxosporeasis yang sering dijumpai pada ikan mas dan tawes. Ikan yang terserang parasit ini akan timbul bintil-bintil merah yang merupakan kumpulan dari ribuan spora. e. Dactylogyrus dan Gyrodactylus Gyrodactylus sp. menyerang kulit dan sirip ikan, sedangkan Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing ini bentuknya pipih dan pada ujung badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan pengisap darah (sucker).

f. Sangunicola inermis Cacing darah ini sering menimbulkan masalah dalam budidaya ikan terutama ikan mas. Siklus hidupnya melibatkan molusca sebagai inang perantara. Serangannya menyebabkan pembekuan darah dan menyumbat pembuluh kapiler insang. Serangan yang hebat akan menyebabkan pendarahan, nekrosis, lalu mati. Hingga saat ini cara yang paling ampuh untuk mencegah serangannya yaitu dengan memberantas kehadiran siput dan keong di kolam. (Leonardo, 2011). 2.3.2 Penyakit yang Disebabkan Copepoda Golongan udang renik ini sering menyerang tubuh ikan bagian luar dan insang. a. Argulus sp. Jenis udang ini sering disebut dengan kutu ikan. Serangan penyakit ini umumnya tidak menimbulkan kematian karena hanya mengisap drah sehingga ikan tampak kurus. Luka bekas itulah yang sering diserng bakteri dan jamur. b. Lernea cyprinaceae Ikan yang diserang oleh udang jenis ini akan mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat cacing ini menempel (Leonardo, 2011). 2.3.3 Penyakit yang Disebabkan Bakteri a. Aeromonas sp. Serangan bakteri ini bersifat berkepanjangan, bakteri ini akan terlihat bila daaya tahan tubuh ikan melemah akibt stress yang disebabkan penurunn kualitas air, kurang pakan atau penanganan yang kurang baik. b. Flexibacter columnaris Bakteri ini menyebabkan infeksi yang ditandai dengan tebentuknya luka pda kepala, ekor dan insang. Serangan penyakit ini dapat mengakibatkan borok atau bisul dan akhirnya mati. c. Pseudomonas flourescens Ikan yang terserang penyakit ini ditandi dengan bisul pada kulit, sirip, rongga perut dan organ dalam. Dapat menyebabkan kematin masal. d. Aeromonas salmonisida Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini dikenal dengan funinkolosis. e. Myxobacterium sp.

Ikan yang terserang biasanya akan memperlihtkaan gejala tubuh yang berwarna gelap dan perut membengkak. f. Edwadsiella tarda Ikan yang terserang bakteri ini akan memperlihatkan gejala luka pada kulit, kemudian meluas kedaging, akibatnya akan terjadi pendarahan. g. Vibriosis Ikan yang terserang bakteri ini akan kehilnagan nafsu makaan, warna kulit berubah gelap dn insang berwarna pucat. Selain itu, sering terjadi pembengkakan yang lamakelamaan akan pecah, luka dan mengeluarkan nanah. (Leonardo, 2011). 2.3.4 Penyakit yang Disebabkan Virus a. Epitilioma papulasum Virus ini menyerang ikan mas. Serangan virus ini akan menyebabkan cacar sehingga pada tubuh ikan muncul bercak-bercak putih seperti susu. Bercak tersebut akan menutup seluruh permukaan tubuh pada tingkat serangan yang lebih parah. b.Herpesvirus c. Lymphocystis Tanda-tanda ikan yang terserang virus ini diantaranya muncul benjolan putih pada sirip, kepalaa dan organ lain. Benjolan itu diakibatkan oleh sel-sel jaringan ikan yng membengkak (Leonardo, 2011). 2.3.5 Penyakit yang disebabkan Jamur a. Saprolegnia sp. Mikroorganisme ini senang menyerang tubuh ikan yang mengalami luka akibat aktivitas bakteri, tanda ikan terserang penyakit ini adalah muncul sekumpulan benang halus yang tampak seperti kapas. b. Branchiomyces sp. Jamur ini merusak jaringan ikan sehingga timbul penyaakit yang disebut busuk ikan (Leonardo, 2011).

2.4

Cara Mengindentifikasi dan Menangani Penyakit Ikan Cara mengindentifikasi penyakit ikan dapat dilakukan dengan cara pencegahan

penyakit. Peternak ikan melakukan antara lain secara mekanik, kimia atau biologis. Agar

hasil memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi lingkungan. Peternak juga harus memperhatikan alat-alat yang digunakan yaitu harus steril, selain itu kolam juga harus bebas dari predator (Leonardo, 2011). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menangani ikan sakit, yaitu ; Mengganti air Menguras kolam Merendam ikan sakit Memberi pakan Menyuntik ikan. (Leonardo, 2011).

2.5 Pencegahan Parasit dengan Penyaringan Air Sistem Filter Mekanik Filter mekanik merupakan sebuah alat untuk memisahkan material padatan dari air secara fisika (berdasarkan ukurannya), dengan cara menangkap/menyaring materialmaterial tersebut sehingga tidak terbawa pada air pemasukan. Material-material tersebut dapat berupa suspensi partikel kecil atau parasit ikan. Oleh karena itu fungsi filter mekanik selain menyaring partikel juga parasit yang berukuran besar tidak dapat masuk dalam kolam. Partikel padatan dalam hal ini bukan merupakan bahan terlarut tetapi merupakan suatu suspensi. Ukurannya dapat bervariasi dari sangat kecil, hingga tidak bisa dilihat oleh mata (sebagai contoh: partikel, plankton, organisme parasit, bakteri yang menyebabkan air keruh). Partikel ini dapat terperangkap dalam berbagai jenis media, dengan syarat diameter lubangnya atau porinya lebih kecil dari diameter partikel. Media tersebut dapat berupa kapas sintetis atau bahan berserabut lain, spong, kaca atau keramik berpori, kerikil, pasir, dll. Bahan yang diperlukan untuk sebuah filter mekanik adalah berupa bahan yang tahan lapuk, memiliki lubanglubang (pori-pori) dengan diameter tertentu sehingga dapat menahan atau menangkap partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari diameter media filter tersebut.

Gambar 1. Mekanisme Kerja Filter Mekanik

Dalam gambar itu tampak bahwa partikel yang berukuran lebih besar dari diameter (pori) media filter akan terperangkap dalam filter sedangkan partikelpartikel yang lebih kecil dan juga air akan lolos. Sebuah wadah atau bak kosong dapat pula berfungsi sebagai filter mekanik. Akan tetapi proses yang terjadi bukan melalui penyaringan partikel melainkan melalui proses pengendapan. Hal ini dimungkinkan dengan membuat aliran air serendah mungkin sehingga kecepatan partikel mengendap menjadi lebih besar daripada laju aliran air. Bak pengendapan umum digunakan dalam manajeman kolam ikan (seperti kolam ikan koi). Media filter mekanik (bahan yang digunakan untuk menyaring atau menangkap partikel) memiliki ukuran diamater lubang atau ukuran pori beragam, dari satuan mikron (sepersejuta meter) hingga satuan sentimeter (seperseratus meter), tergantung dari bahan yang digunakan. Diatom atau membran berpori-mikro, misalnya memiliki pori-pori dengan satuan ukuran mikron sehingga selain dapat menahan suspensi juga dapat menangkap infusoria, bakteri dan algae bersel tunggal. Sedangkan jenis yang lain bisa mempunyai ukuran pori lebih besar. Hal yang menarik dari ukuran pori ini adalah diameter efektifnya. Seperti terlihat pada gambar, secara alamiah akan terjadi bahwa efektifitas filter mekanik akan meningkat dengan berjalannya waktu. Diameter pori filter yang semula hanya dapat menangkap partikel yang berukuran lebih besar dari diameter porinya, dengan berjalannya waktu akan dapat pula menangkap partikel yang berukuran lebih kecil. Hal demikian dapat terjadi, karena dengan adanya halangan yang diakibatkan oleh partikel yang terjebak dan menutup ubang pori semula maka ukuran pori efektif yang berfungsi akan semakin mengecil, sehingga partikel lebih kecilpun lama kelamaan akan bisa tertangkap. Keadaan ini dapat membawa kesimpulan yang salah,bahwa filter mekanik semakin lama akan semakin efektif. Pada kenyataannya tidak demikian, dengan semakin "efektifnya" filter mekanik akan membawa ke keadaan dimana tidak akan ada lagi sebuah partikelpun, termasuk air, yang bisa dilewatkan. Dengan kata lain filter akan tersumbat total sehingga gagal berfungsi (Anonim 2, 2011).

Gambar 2. Penumpukan partikel - partikel pada media filter mekanik

Meskipun pada awalnya akan dapat meningkatkan efektifitas filter, tapi dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadinya penyumbatan sehingga filter gagal berfungsi. Hal yang umum terjadi adalah semakin halus pori-pori media filter mekanik yang digunakan akan semakin cepat pula penyumbatan terjadi. Apabila penggunakan mediasangat halus ini perlu dilakukan maka dengan menggunakan sistem filter mekanik bertingkat akan dapat menolong mengurangi resiko terjadinya penyumbatan dengan cepat. Filter mekanik perlu dirawat dan dibersihkan secara periodik agar dapat tetap berfungsi dengan baik. Kontrol terhadap kondisi filter ini sebaiknya dilakukan secara rutin. Apabila media sudah tidak dapat lagi berfungsi dengan baik karena rusak atau terdekomposisi, maka perlu dilakukan penggantian dengan media baru. Selain itu agar dapat melakukan pembuatan filter secara mekanik yang akan digunakan dalam kolam pemeliharaan ikan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Siapkan alat dan bahan pembuatan filter 2. Bersihkan wadah.dan peralatan dengan menyikat secara seksama agar semua kotoran 3. Bersihkan bahan dengan membilaskan air bersih 4. Susunlah bahan filter seperti gambar dibawah ini 5. Pasang frame besi dengan kawat kasanya 6. Pasang pompa diatas kotak plastik. 7. Jalankan pompa, catat kondisi air yang keluar.

Gambar 3. Filter Mekanik

BAB III METODOLOGI

3.1

Alat dan bahan

3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan pada praktikum ini antara lain adalah akuarium, air rator, selang. 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan antara lain adalah Ikan mujair hias (Carassius auratus), air endapan, pelet

3.2

Cara Kerja Pengamatan dilakukan terhadap berbagai macam organ eksternal seperti tersebut

dibawah ini. Bagi ikan yang mati harus dilaporkan dan dilakukan pembedahan untuk melihat keadaan organ dalamnya. Hasil pemeriksaan dilaporkan pada lembaran yang sama dengan pengamatan organ eksternal yang hidup. Organ eksternal yang diamati antara lain : 1. Sikap renang Sikap renang ikan sakit akan berubah-ubah, kadang lemah dan kadang beringas. Sikap renang antara lain adalah : Melenggokkan badan dengan pelahan Sulit memepertahankan tegaknya tubuh. Tubuh sering dalam keadaan miring atau terbalik (perut diatas) Berputar- putar di satu tempat Bergerak terus- menerus ke atas dank e bawah Cenderung berenang di permukaan Bergerak seperti panik, dengan cepat menggoreskan pada bebatuan di tambak atau dinding aquarium Sikap renang dari ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 2. Feses Feses ikan yang sehat terlihat selalu berbentuk potongan-potongan pendek, karena segera putus saat keluar dari dubur ikan. Sedangkan feses ikan sakit akan

memanjang menyerupai filament, terlihat adanya gelembung udara dan lender. Feses ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 3. Nafsu makan Nafsu makan ikan sakit akan cenderung menurun (melemah), sedang ikan sehat cenderung segera menyergap makanan yang diberikan. Kebiasaan makan ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 4. Perubahan warna Perubahan warna tubuh ikan dapat disebabkan karena kekurangan oksigen, berbagai bahan beracun tertentu, perubahan temperature dan cahaya. Respon dari berbagai jenis ikan akan berbeda. Di samping factor tersebut perubahan warna juga disebabkan penyakit antara lain parasit dan bakteri. Perubahan warna biasanya bersifat lokal sehingga terlihat bercak-bercak, tetapi sering juga perubahan warna terjadi secara total. Perubahan warna pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 5. Refleks mata Refleks mata ikan sehat akan mengarahkan pandangannya ke atas bila dikeluatkan dari air. Sedangkan pada ikan yang sakit tidak menunjukkan hal yang demikian, tetapi masuk ke dalam atau cekung. Refleks mata pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 6. Tubuh yang menggembung Menggembungnya tubuh ikan dapat disebabkan karena terkumpulnya eksudat, cairan purulent atau darah pada rongga-rongga tubuh. Hal ini disebabkan karena adanya infeksi pathogen atau tumor. Keadaan tubuh ikan pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 7. Anomali bentuk kerangka Penyimpangan bentuk kepala ataupun bagian kerangka tubuh yang lain umumnya disebabkan karena penyakit defisiensi nutrisi yang sudah berjalan lama, biasanya disertai dengan gangguan umum. Keadaan kerangka dan bentuk kepala ikan pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan.

8. Bentuk sirip Sirip punggung kolaps (tidak tegak), merupakan tanda awal dari ikan yang menderita sakit. Ketidak normalan sirip ikan dapat dilihat dari sobek atau utuh, banyak terdapat tumbuhan seperti kapas atau berbentuk nodula. Keadaan sirip pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 9. Kelainan bentuk tubuh Bentuk ubuh yang cekung pada beberapa tempat merupakan indikasi infeksi parasit atau kekurangan gizi yang sudah berlangsung lama. Kelainan bentuk tubuh pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 10. Sisik Sisik ikan yang sakit akan terlihat berdiri di berbagai tempat di tubuhnya dan menghasilkan produk lender berlebihan. Hal ini akan dapat terlihat bila ikan dikelurkan dari air. Keadaan sisik pada ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. 11. Insang Ikan yang sakit, keadaan insangnya umumnya mengalami perubahan warna menjadi gelap atau pucat, hypervaskularisasi jaringan kapiler terlihat padat, produk lender berlebihan, pada lembaran insang terdapat banyak lesi, mengkerut, membengkak, terdapat tumbuhan semacam kapas diantara lembaran insang atau terdapat banyak nodula. Keadaan ini dapat dilihat dengan cara menguak insang dengan scalpel atau ujung gunting tipis dan pinset. Keadaan insang dari ikan diamati sampai selesai praktikum. Sikap renang ikan di amati minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 No.

Tabel Pengamatan Minggu keHari/Tgl. I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III Semua ikan mujair hias berenang normal 2 ekor ikan mujair hias berenang tidak aktif Ikan mujair hias mati 4 ekor Membeli ikan mujair Hal yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan 5 ekor ikan mujair hias berenang normal Keterangan

-

1.

Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/11/2011

Sikap Renang

-

hias baru 5 ekor dan berenang normal 2. I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III Jumat, 21/10/2011 Feses 4 ekor ikan mujair hias feses normal putus-putus 1 ekor ikan fesesnya panjang IV Jumat, 4 ekor ikan mujair hias mati 5 ekor ikan mujair hias feses normal putus-putus 5 ekor ikan mujair hias feses normal putus-putus -

28/10/2011

Membeli ikan baru dan normal fesesnya putusputus 5 ekor ikan mujair hias nafsu makan normal Nafsu Makan 5 ekor ikan mujair hias nafsu makan normal 5 ekor ikan mujair hias nafsu makan berkurang 5 -

I Jumat, 3. 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011

-

-

ekor

ikan

mati,

-

membeli baru 5 ekor ikan mujair hias baru normal nafsu makan

I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III 4. Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011 Perubahan Warna

5 ekor ikan mujair hias tidak warna 5 ekor ikan mujair hias tidak warna 5 ekor ikan mujair hias tidak warna 4 ekor ikan mujair hias mengalami warna pada perubahan bagian terdapat ada perubahan ada perubahan ada perubahan

-

-

-

-

tubuhnya, Membeli

bercak putih dan mati baru dan

semua ikan mujair hias tidak warna I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 5. III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011 6. I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011 I Jumat, 7. 07/10/2011 II Anomali Bentuk Kerangka 5 ekor ikan mujair hias Membeli ikan baru 5 ekor ikan mujair hias tidak menggembung 5 ekor ikan mujair hias normal Tubuh yang Menggembung 5 ekor ikan mujair hias tidak menggembung 5 ekor ikan mujair hias normal Refleks Mata 4 ekor ikan mujair hias reflek mata normal 1 ikan matanya cekung Membeli ikan baru 5 ekor ikan mujair hias reflek mata normal 5 ekor ikan mujair hias normal 5 ekor ikan mujair hias reflek mata normal 5 ekor ikan mujair hias reflek mata normal ada perubahan

Jumat, 14/10/2011 III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011 I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 8. III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011 Bentuk Sirip

normal 5 ekor ikan mujair hias anomali normal 5 ekor ikan mujair hias anomali normal 5 ekor ikan mujair hias normal tegak 5 ekor ikan mujair hias normal tegak 2 ekor ikan siripnya ada yang pecah 4 ekor ikan mujair hias mati Membeli ikan baru dan siripnya normal tegak 5 ekor ikan mujair hias tidak memiliki kelainan bentuk tubuh 5 ekor ikan mujair hias Kelainan Bentuk Tubuh tidak memiliki kelainan bentuk tubuh 5 ekor ikan mujair hias tidak memiliki kelainan bentuk tubuh 5 ekor ikan mujair hias tidak memiliki kelainan 1 ikan siripnya pecah-pecah 1 ikan siripnya pecah-pecah kerangka kerangka

-

-

I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 9. 14/10/2011 III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat,

-

28/10/2011 I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 III Jumat, 10. 21/10/2011 Sisik

bentuk tubuh 5 ekor ikan mujair hias sisik normal 5 ekor ikan mujair hias sisik mencuat 4 ekor ikan mujair hias sisik normal 1 ekor ikan sisiknya banyak yang lepas 4 ekor ikan mati dan sisiknya terdapat bercak putih Membeli ikan baru dan 5 ekor ikan mujair hias normal tidak mencuat 5 ekor ikan mujair hias insang normal berwarna merah hati 5 ekor ikan mujair hias insang normal berwarna Insang merah hati 5 ekor ikan mujair hias insang normal berwarna merah hati Membeli ikan baru dan 5 ekor ikan mujair hias normal berwarna merah 1 ekor ikan insangnya sedikit gelap normal tidak -

-

IV Jumat, 28/10/2011

-

I Jumat, 07/10/2011 II Jumat, 14/10/2011 11. III Jumat, 21/10/2011 IV Jumat, 28/10/2011

-

4.2

Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum ikan melalui tanda-tanda

spesifik secara eksternal. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memelihara ikan dalam akuarium selama 4 minggu. Dalam waktu 4 minggu diamati eksternalnya untuk dilihat tanda-tanda ikan sehat atau sakit. Sebelum memelihara ikan akuarium harus dibersihkan terlebih dahulu yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman yang berpotensi menjadi agen penyakit ikan yang akan dipelihara dan menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu dalam pemeliharaan ikan. Air yang baik untuk pemeliharaan ikan adalah air sumur atau air permukaan yang telah diendapkan selama 3 hari didalam tandon. Pengisian air ke dalam akuarium dapat menggunakan gayung atau selang. Akuarium yang telah berisi air siap digunakan untuk memelihara ikan setelah diberi aerasi. Pemasangan aerasi dilakukan dengan memasukkan selang berdiameter 0,5 cm yang telah diberi batu aerasi, lalu selang dihubungkan dengan instalasi udara yang tersedia. Selang aerasi biasanya diberi pengatur udara agar gelembung udara yang keluar dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Sudrajat, 2003). Ikan yang digunakan dalam praktikum pengamatan tanda-tanda ikan sehat secara eksternal yaitu ikan mujair hias (Oreochromis aureus). Ikan ini diberikan oleh dosen ketika minggu pertama dilakukan praktikum. Oreochromis aureus adalah jenis ikan dengan warna perak dan biru dengan 18-26 ingsang, dan 16 dorsal spine (sirip pada tulang unggung) dan 3 anal spine (sirip pada bagain belakang). Sirip pada bagian belakang mempunyai warna merah muda sampai dengan merah pada bagain ujungnya. Jantan mempunyai ukuran lebih besar dengan ukuran mencapai 50,8 cm jika dibandingkan betina. Jantan yang sedang produktif mempunyai warna yang lebih terang keperakan biru ada bagian kepala mereka berwarna vermillion di bagian sirip punggung dan berwarna lebih merah muda bagian sirip belakang. Betina yang sedang produktif mempunyai warna jingga dibagian sirip punggung mereka dan bagian sirip belakangnya (FishBase, 2007). Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum Class Order Famili : Chordata : Actinopterygii : Perciformes : Cichlidae Gambar 5. Pengamatan Oreochromis aureus

Subfamili : Pseudocrenilabrinae

Tribe Genus Species

: Tilapiini : Oreochromis : Oreochromis aureus (Anonim, 2010).

Selama pemeliharaan ikan, media pemeliharaan akan mengalami penurunan kualitas akibat menumpuknya sisa-sisa pakan dan feses (kotoran) ikan. Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara penyiponan sisa pakan dan feses ikan yang mengendap di dasar akuarium setiap hari yang diikuti dengan pergantian air. Metode penyiponan adalah pengambilan kotoran dan air dengan memanfaatkan gravitasi bumi dan alat berupa selang plastik. Caranya adalah sistim sipon, masukkan satu ujung selang ke air dalam wadah yang akan disipon dengan mulut selang tertutup jari dan ujung lainnya dijatuhkan ke tempat yang lebih rendah dari kedudukan wadah. Air akan mengalir begitu tutup selang dibuka menarik kotoran yang terdekat. Untuk memudahkan pembersihan kotoran yang menempel di dasar wadah ujung selang diberi sikat kecil. Pergantian air dilakukan untuk mengembalikan volume air wadah yang berkurang akibat penyiponan dan menambahkan air baru yang lebih bersih sehingga kualitas air kembali menjadi layak bagi ikan. Air yang ditambahkan ke dalam wadah pemeliharaan adalah air tandon lama. Untuk menjaga ketersediaan oksigen di air maka pemberian aerasi harus dilakukan secara terus-menerus (Sudrajat, 2003).

Gambar 6. Penyiponan Dasar Akuarium Pengurasan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kualitas air aquarium agar tetap baik sehingga mencegah penyakit berkembang biak. Pengaruh pengurasan adalah kondisi ikan yang rentan terhadap stress yang akan memicu timbulnya jenis-jenis penyakit. Setelah pengurasan dilakukan air di dalam akuarium diisi dengan menggunakan air yang sudah diendapan selama 3 hari. Hal ini bertujuan untuk kualitas air yang bersih dan kotoran-kotoran tidak bercampur ke dalam aquarium. Pengamatan dilakukan terhadap berbagai macam organ eksternal misalnya pada sikap renang, feses, nafsu makan, perubahan warna, reflex mata, tubuh yang

menggembung, anomali bentuk kerangka, bentuk sirip, kelainan bentuk tubuh, sisik, dan insang. Pengamatan organ eksternal dilakukan minimal 1 minggu sekali selama 1 bulan. Salah satu faktor yang paling penting dalam keberhasilan akuakultur adalah kualitas air sebagai media hidup dan kuantitasnya atau ketersediaannya (Plumb, 1994). Kualitas air bervariasi, akan tetapi pada umumnya sesuai untuk akuakultur kecuali air dibawah kondisi tertentu. Parameter kualitas air misalnya kesadahan, alkalinitas, pH, racun atau adanya gasgas yang tidak dikehendaki dipengaruhi oleh kualitas air pada sumber air (Plumb, 1994). Parameter kualitas air yang tidak sesuai akan menyebabkan stres pada ikan sehingga ikan akan mudah terserang penyakit karena metabolisme dalam tubuhnya terganggu (Irianto, 2003). Penyebab terjadinya stres karena lingkungan dapat berupa faktor kimiawi, fisik, dan biologis. Faktor kimiawi antara lain polutan yang masuk ke badan air. Faktor fisik dapat berupa perubahan temperatur yang drastis. Dan faktor biologi dapat berupa terjadinya ledakan populasi algae, toksin algae, dan parasit (Riani, 2004). 4.2.1 Sikap Renang Sikap renang ikan pada minggu pertama, 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) berenang normal. Pada minggu kedua 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) berenang normal. Pada minggu ketiga 2 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) berenang tidak aktif dan selalu berada didasar akuarium. Hal ini mungkin disebabkan perubahan kualitas air diluar daya tahan ikan dan ikan mengalami stress. Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan atau transportasi ikanikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit. Pada minggu keempat 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) yang minggu lalu tidak aktif akhirnya mati. Kemudian membeli ikan mujair hias (Oreochromis aureus) yang baru dan berenang normal. Hal ini disebabkan kondisi air yang baik. Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada

semua jenis ikan (Anonim3, 2010). Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah :

Sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau Karena kelainan bentuk tubuh. Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang

yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada subtract (Anonim 3, 2010)..

Gambar 7. Kelainan Gelembung Renang (Swim Bladder) (Anonim 3, 2010). Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan "red parrot", ikan berenang dengan kepala di bawah. Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung renang. Perilaku berenang tidak normal dan kehilangan keseimbangan. Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang terbalik. Penyebab kelainan gelembung renang adalah sebagai berikut : 1. Infeksi bakteri sistemik merupakan penyebab utama 2. Beberapa spesies protozoa dan nematoda khususnya pada ikan-ikan yang hidup di air dingin 3. Pada jenis-jenis ikan teritorial dan agresif, seperti cichlid, kelaian gelembung renang sering sekali karena rusak sebagai akibat benturan berulang-ulang oleh musuhnya. 4. Masalah gelembung renang juga dapat diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada organ tersebut sebagai akibat tumor, dropsy, atau sembelit.

5. Kehilangan keseimbangan sering juga merupakan gejala dari berbagai penyakit lain yang telah parah, atau akibat dari shock (Anonim3, 2010). 4.2.2 Feses Feses ikan pada minggu pertama 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) memiliki feses yang terlihat berbentuk potongan potongan pendek. Hal ini menandakan bahwa ikan tersebut normal. Minggu kedua 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) fesesnya masih normal putus-putus. Minggu ketiga 1 ekor ikan fesenya menyerupai filamen panjang dan 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) feses normal. Hal ini disebabkan pada 1 ikan tersebut mengalami stress terutama sebagai akibat penanganan ikan yang kurang baik, atau akibat perubahan lingkungan. Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit. Minggu keempat 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) memiliki feses yang bentuknya panjang menyerupai filamen dan akhirnya mati. Terdapat 1 ikan yang fesenya terlihat berbentuk potongan-potongan pendek. Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal-sengal (megap-megap) dan badan mengembung (Anonim3, 2010). 4.2.3 Nafsu makan Nafsu makan ikan minggu pertama 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) normal. Minggu kedua 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) nafsu makan normal. Minggu ketiga 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) mengalami penurunan nafsu makan dan hanya berdiam di dasar akuarium. Minggu keempat 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) memiliki nafsu makan yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan adanya penurunan kualitas air dan ikan tersebut terserang penyakit dan daya tubuh menurun. Akibatnya ikan tersebut akhirnya mati. Sedangkan 1 ekor ikan mujair hias

(Oreochromis aureus) cenderung segera menyergap bila diberi makan. Membeli ikan mujair hias (Oreochromis aureus) baru dan nafsu makannya normal lahap. 4.2.4 Perubahan Warna Perubahan warna pada ikan minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga dan minggu keempat 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) tidak mengalami perubahan warna. 4.2.5 Refleks Mata Refleks mata ikan pada minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) cenderung mengarahkan pandangannya ke atas bila dikeluarkan dari air. Pada ikan biasanya terjadi mata berkabut atau "cloudy eye" ditandai dengan

memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini disebabkan oleh : 1. Kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. 2. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain. (Anonim3, 2010). Penyebab Lainnya Mata Berkabut (Cloudy Eye) : Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata. Produksi lendir berlebihan, biasanya sebagai akibat reaksi terhadap infestasi protozoa parasit (penyakit selaput lendir kulit); kualitas air yang memburuk (amonia, nitrit, dan nitrat); nilai pH yang tidak sesuai; keracunan (klor/kloramin); atau akibat pemberian perilakuan pengobatan yang tidak sesuai. Diplostomum (fluke pada mata). Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata. Infeksti bakteri eksternal Kekurangan vitamin, khususnya vitamin A, B, dan C. Gejala mata berkabut bisa juga disertai denganExophtahlmia (Pop Eye/Mata menonjol) dan malaise (iritasi). (Anonim3, 2010).

4.2.6 Tubuh Yang Menggembung Tubuh yang menggembung pada ikan minggu pertama, kedua, ketiga dan keempat menunjukkan 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) tidak mengalami tubuh yang menggembung yang disebabkan karena terkumpulnya eksudat, cairan purulent atau darah pada rongga- rongga karena adanya infeksi pathogen atau tumor (Anonim 3, 2010).. Ikan yang mengalami bentuk tubuh yang menggembung terjadi dropsy. Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.

Gambar 8. Dropsy pada Platty (kiri) dan Cupang (kanan). Tampak sisik yang berdiri (mengembang) sehingga menyerupai bentuk buah pinus. Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dalam rongga tubuh. Gejala ini disertai dengan :

Malas bergerak, Gangguan pernapasan, Warna kulit pucat kemerahan Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yang "menganga" lebar, juga

akan menyebabkan organ dalam tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dapat menyebabkan keseimbangan ikan terganggu. Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali. Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat masalah osmoregulator, pada ikan yaitu :

Kualitas air yang kurang baik Menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, Malnutrisi atau karena faktor genetik. malnutrisi atau karena faktor genetik. Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.

4.2.7 Anomali Bentuk Kerangka Minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat menunjukkan 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) tidak mengalami anomali bentuk kerangka. Jika terjadi penyimpangan bentuk kepala ataupun kerangka tubuh yang lain umumnya disebabkan karena penyakit defisiensi nutrisi yang sudah berjalan lama, biasanya juga disertai dengan gangguan umum. 4.2.8 Bentuk Sirip Bentuk sirip ikan pada minggu pertama menunjukkan 1 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) terdapat siripnya yang pecah-pecah pada sirip ekor. Sedangkan 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) bentuk sirip normal. Minggu kedua 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) mormal. Sedangkan 1 sirip ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) pecah-pecah. Minggu ketiga sirip ikan yang pecah-pecah ada 2 ekor. Kemudian tidak lama keempat ikan mati. Minggu keempat 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) yang baru dibeli siripnya normal tidak ada yang pecah-pecah ataupun terdapat bercak. 4.2.9 Kelainan Bentuk Tubuh Kelainan bentuk tubuh minggu pertama, kedua, ketiga, keempat 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) tidak mengalami kelainan bentuk tubuh. Hal ini disebabkan kualitas air yang baik dan pemberian makanan yang teratur. Kelainan bentuk tubuh dapat disebabkan infeksi parasit atau kekurangan gizi yang berlangsung lama. Pakan ikan harus mengandung cukup protein, karena protein yang dibutuhkan oleh ikan relatif tinggi. Kekurangan protein akan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Selain itu pertumbuhannyapun akan terganggu. Kekurangan vitamin pada ikan juga mengakibatkan kelainan kelainan pada tubuh ikan baik kelainan bentuk tubuh maupun kelainan fungsi faal (fisiologi) (Supriyadi, 2004). Kekurangan vitamin A akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat pada ikan, kornea mata menjadi lunak, mata menonjol dan mengakibatkan kebutaan serta pendrahan pada kulit dan ginjal ikan. Kekurangan vitamin B1 (thiamin) akan menyebabkan ikan menjadi lemah dan kehilangan nafsu makan, timbulnya pendarahan atau penyumbatan pembuluh darah, abnormalitas gerakan yaitu seperti kehilangan keseimbangan dan ikan akan berwarna pucat. Kekurangan vitamin B2 (riboflavin) pada ikan akan mengakibatkan mata menjadi keruh dan pendarahan pada okuler mata sehingga ikan lama kelamaan akan

mengalami kebutaan, ikan berwarna gelap, nafsu makan ikan hilang dan pertumbuhan lambat serta terjadinya pendarahan pada kulit dan sirip ikan (Supriyadi, 2004).. Ikan yang mengalami kekurangan vitamin B6 (pyridoxine) akan mengalami frekuensi pernafasan yang meningkat, dan akan mengalami kekurangan darah lamakelamaan. Selain itu vitamin C juga sangat berperan di dalam pembentukan kekebalan tubuh oleh karena itu kekurangan vitamin C yang berlangsung dalam periode lama akan mengakkbatkan menurunnya daya tahan tubuh ikan dan menunjukkan gejala seperti ikan berwarna lebih gelap, terjadi pendarahan pada kulit, hati, dan ginjal. Selain itu kekurangan vitamin C akan menyebabkan terjadinya kelainan pada tulang belakang yaitu bengkok arah samping (scoliosis) dan bengkok arah atas dan bawah ( lordosis), untuk menanggulangi kekurangan vitamin pada ikan maka kita harus melengkapi dan menambahkan beberapa vitamin pada pakan ikan (Supriyadi, 2004). Disamping itu ikan juga memerlukan mineral tertentu, Mineral dibutuhkan ikan melalui pakan bukan melalui air. Karena mineral yang ditambahkan didalam air dapat berpengaruh sebagai racun. Disamping mineral, ikan juga membutuhkan trace elemen misalnya iodine, tembaga, cobalt, mangan, aluminium, dan molybdenum. Elemen-elemen tersebut harus tersedia maksimum 1 ppm (Supriyadi, 2004). 4.2.10 Sisik Sisik ikan pada minggu pertama 5 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) tidak mengalami kelainan pada sisik. Minggu kedua 1 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) terdapat bercak putih pada bagian punggung dan 4 ekor ikan mujair hias

(Oreochromis aureus) sisik normal. Minggu ketiga terdapat 1 ikan yang sisiknya banyak terlepas dari tubuhnya dan terdapat bercak putih. Sedangkan minggu keempat 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) mati dan pada sisiknya terdapat banyak bercak putih dan sisiknya banyak yang lepas. Setelah diamati dengan menggunakan mikroskop ternyata terdapat ektoparasit yaitu Ichthyophtirius multifilis. White spot atau dikenal juga sebagai penyakit "ich" merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih disekujur tubuh dan juga sirip. Siklus hidup dan cara memperbanyak diri inang white spot yang bervariasi memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut.

Klasifikasi : Animalia : Protozoa : Hymenostomatida : Ophryoglenina : Oligohymenophorea : Hymenostomatia : Ophyryoglenidae : Ichthyopthirius : I. multifilis Seluruh permukaan tubuh tertutup silia kecuali pada bagian anterior yg berbentuk Gambar 9. Pengamatan Ichtyophtirius multifilis

Kingdom Phylum Ordo Sub Ordo Kelas Sub Kelas Familia Genus Spesies

lingkaran disebut sistomata atau mulut dengan diameter 30-40 . Bagian tengah tubuh terdapat nukleus bentuk tapal kuda di sekitarnya ada vacuola. Tanda-tanda Penyakit Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tersebut secara umum dapat dibagi dua yaitu tahapan infektif dan tahapan tidak infektif. Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan siklus infektif. Ujud dari "white spot" pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Parasit ini hidup di lapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan penampakan berupa bintikbintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bias dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5 - 1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali.

Gambar 10. Siklus Hidup Ichtyophtirius multifilis

Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam akuarium sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. Sirip tampak robek-robek dan compang-camping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotic dan stress pernafasan. Stres pernafasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relative sangat kecil. Penyebab White spot disebabkan oleh parasit yang diberi nama Ichtyophtirius multfilis. Parasit ini diketahui terdiri dari beberapa strain. Ichtyophtirius multifilis memiliki toleransi suhu yang lebar, oleh karena itu, penyakit white spot dapat dijumpai baik pada ikan-ikan yang hidup di air dingin maupun yang hidup di daerah tropis. White spot dapat masuk ke dalam kolam melalui ikan yang terjangkit, atau melalui air yang mengandung parasit pada fase berenang. Tanaman air dan pakan hidup dapat pula menjadi perantara white spot terutama apabila lingkungan hidup tanaman dan pakan hidup tersebut telah terjangkit white spot sebelumnya. Fase berenang white spot hanya dapat bertahan hidup selama beberapa jam saja sebelum harus menempel pada inangnya. Oleh karena itu, biasanya mereka akan mati selama proses pengolahan. Pencegahan dan Perawatan Tindakan karantina terhadap ikan baru merupakan tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan dalam menghindari berjangkitnya white sport. Pada dasarnya white spot termasuk mudah dihilangkan apabila diketahui secara dini. Berbagai produk anti white spot banyak dijumpai di toko-toko akuarium. Produk ini biasanya terdiri dari senyawa senyawa kimia seperti metil biru, malachite green, dan atau formalin. Meskipun demikian, ketiga senyawa itu tidak akan mampu menghancurkan fase infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu, pemberian bahan ini harus dilakukan berulang-ulang untuk menghilangkan white spot secara menyeluruh dari kolam.

Perlakuan perendaman dengan garam dalam jangka panjang (selama 7 hari pada dosis 2 ppt) diketahui dapat menghilangkan white spot. Perlakuan ini hanya dapat dilakukan pada ikan-ikan yang tahan terhadap garam. Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan mengalami stress stau terjangkit penyakit lain. Pada suatu serangan white spot sering dijumpai ada ikan dari jenis yang sama tidak terjangkit oleh white spot tersebut sama sekali. Hal ini merupakan salah satu petunjuk adanya fungsi kekebalan tadi. Setiap jenis ikan memiliki tingkat kerentanan yang berbeda terhadap white spot (Anonim4, 2010). 4.2.11 Insang Insang ikan mujair hias (Oreochromis aureus) pada minggu pertama, dan minggu kedua warnya merah hati yang menandakan bahwa ikan tersebut normal. Minggu ketiga 1 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) insangnya terdapat yang berwarna sedikit gelap, hal ini menunjukkan tanda-tanda bahwa ikan tersebut sakit. Minggu keempat 4 ekor ikan mujair hias (Oreochromis aureus) mati dengan insang yang berwarna sedikit gelap. Kemudian membeli ikan mujair hias (Oreochromis aureus) baru dan insangnya tidak mengalami perubahan warna dan tidak terdapat produksi lendir yang berlebih.

B A

Gambar 11. Kondisi Ikan Di Akuarium Kelompok 4 Keterangan : A. Posisi sikap renang ikan yang terserang penyakit B. Sikap renang ikan normal

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gangguan kesehatan umum pada ikan dapat diamati bagian eksternalnya, misalnya sikap renang, feses, nafsu makan, perubahan warna, reflek mata, tubuh yang menggembung karena adanya cairan eksudat, anomali bentuk kerangka karena penyakit defisiensi nutrisi, bentuk sirip, kelainan bentuk tubuh karena infeksi parasit atau kekurangan gizi, sisik yang terdapat lendir berlebihan, insang yang mengalami perubahan warna gelap. Pada praktikum ini ikan mujair hias (Oreochromis aureus) yang terserang penyakit tersebut pada bagian sisknya terdapat Ichthyophtirius multifilis. Hal ini disebabkan adanya parasit yang menyerang pada ikan dan kualitas air yang kurang baik. Ikan yang terserang penyakit awalnya mengalami stress karena antara kondisi lingkungan dan kondisi tubuh ikan. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan atau transportasi ikanikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., Evi Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Anonim1. 2010. Pelet Obat Biovit. http://www.gadingkoi.com/koi-food/pellet-obat-biovit. Diakses pada tanggal 20 November 2010 Jam 18.00 WIB. Anonim2. 2010. Hama Dan Penyakit Ikan. www.HAMADANPENYAKITIKAN.htm. Diakses pada tanggal 20 November 2010 Jam 18.00 WIB. Anonim3. 2010. Hama Dan Penyakit Ikan. www.blogspotikan.com. Diakses pada tanggal 21 November 2010 Jam 18.00 WIB. Anonim4. 2010. Ichthyophtirius multifilis. http://diskanlut-

jateng.go.id/index.php/read/news/detail/39. Diakses pada tanggal 11 Januari 2012 Jam 18.00 WIB. Anonim5. 2006. Penyakit Pada Ikan Hias Disebabkan Oleh Diakses Bakteri. pada

http://www.jelambaraquaticlife.com/fish_diseases_bacteri.htm. tanggal 21 November 2010 Jam 18.00 WIB. Anonim6. 2010. Penyakit Yang Disebabkan Bakteri,

Virus,

Cacing.

www.liliaquarium.com. Diakses pada tanggal 21 November 2010 Jam 18.00 WIB. Irianto, A. 2003. Probiotik akuakultur. Gajahmada University Press. Yogyakarta. Leonardo. 2010. Mengidentifikasi Dan Pencegahan Penyakit pada Ikan.

www.mengindentifikasi-dan-pecegahan.html. Diakses pada tanggal 21 November 2010 Jam 18.00 WIB. Plumb, J.A, 1994. Health Maintenance of Cultured Fishes. Principal Microbial Disease. Department of Fisheries and Allied Aquacultures and Alabama Agricultural Experiment Station, College of Agriculture. Auburn University Alabama. USA. CRC Press. Boca Raton, Florida. 253 p. Riani, E. 2004. Manajemen Kualitas Air. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor. Samsundari, Sri. 2010. Materi Kuliah Parasit Dan Penyakit Ikan. UMM. Malang. Sudrajat, 2003 . Modul : Pemeliharaan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional.

Supriyadi, H. 2004. Pemeriksaan dan Identifikasi Hama dan Penyakit Ikan/Hama dan Penyakit Ikan Karantina. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Jakarta. Sunarto, A. 2004. Prosedur Pemeriksaan Virus pada Ikan Karantina. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Jakarta. Widiyono, I. 1999. Pemeriksaan Klinis Pada Ikan. Dalam Pelatihan Pemeriksaan Klinis dan Patologis Ikan. Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Pusat Karantina Pertanian. Juli 5-28. Yogyakarta.