praktikum l (asidinitas)
DESCRIPTION
LAPORANTRANSCRIPT
PRAKTIKUM l
PENETAPAN KADAR JUMLAH KEASAMAN DALAM AIR KRAN PDAM
TITRASI ALKALIMETRI
Hari/Tanggal : Senin, 29 September 2014
Metode : Titrasi Alkalimetri.
Dasar Teori :
Titrasi alkalimetri adalah titrasi yang dilakukan untuk menentukan kadar
(konsentrasi) secara kuantitatif dari larutan asam menggunakan larutan baku sekunder basa. Larutan baku sekunder adalah larutan yang dibuat dari bahan baku sekunder dimana konsentrasinya diketahui secara pasti setelah dibakukan/distandarisasi oleh larutan baku primer.
Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari bahan baku primer yang ditimbang secara teliti dimana konsentrasinya dapat diketahui secara pasti berdasarkan perhitungan secara teoritis.Titik akhir titrasi adalah titik dimana suatu titrasi diakhiri yang ditandai dengan perubahan warna yang disebabkan oleh penambahan indicator. Karena indicator adalah zat yang dapat berubah warna yang digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka indicator harus berubah warna tepat ketika titran menjadi ekivalen dengan titrat.
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yaitu reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Asiditas adalah kemampuan/kapasitas air untuk menetralkan ion OH -. Penyebab Asiditas umumnya adalah asam – asam lemah, seperti H2PO4
-, HPO4, CO2, HCO3, Protein dan ion-ion logam bersifat asam seperti Fe3.
Penentuan asiditas lebih sulit dibanding alkalinitas. Hal ini di sebabkan oleh adanya 2 (dua) zat utama yang berperan yaitu CO2 dan H2S yang keduanya mudah menguap, mudah hilang dari sampel yang di ukur.
Total asiditas di tentukan oleh satuan dengan basa sampai titik akhir Fenolptalin (pH 8,2). Maka untuk asam mineral bebas di tentukan oleh satuan basa lemah sampai titik akhir indicator methil jingga pada pH 4,3.
Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S,
asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua contributor utamanya adalah CO2
dan H2S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sampel.
Prinsip kerja :
a. Standarisasi NaOH 0,1 N terhadap H2C2O4 0,1 N
Larutan baku sekunder NaOH 0,1 N dititrasi dengan larutan baku
primer asam oksalat (C2H2O4) 0,1 N maka akan terbentuk garam Natrium
Oksalat + air. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
indicator phenol phtalein (PP) dari tidak berwarna menjadi pink merah
muda.
b. Penetapan kadar keasaman pada air kran PDAM
Sampel air PDAM dititrasi dengan baku sekunder NaOH yang telah
distandarisasi sebelumnya dengan larutan As.Oxalat. Titrasi ini
menggunakan indikator PP dengan ditandai perubahan warna dari
berwarna tidak berwarna menjadi pink merah muda.
Prinsip Reaksi :
a. Standarisasi NaOH 0,1 N terhadap H2C2O4 0,1 N
2NaOH + H2C2O4. 2H2O Na2C2O4 + 4H2O
Alat & Bahan :
a .Alat : b. Bahan reagensia :Gelas ukur 1. NaOH 0,1 N Erlenmeyer 2. H2C2O4 0,1 NBuret 3. Indikator PP Corong gelas 4. aquadestFiller 5. Sampel air kran PDAMPipet volume 10,0 mlBotol semprot Gelas beakerLabu ukurNeraca analitik Pipet volume 50, 0 ml
Cara kerja :
a. Standarisasi larutan NaOH dengan H2C2O4 0,1 N
1. Dimasukkan larutan NaOH 0,1 N ke dalam buret 2. Dipipet 10,0 ml larutan H2C2O4 0,1 N menggunakan pipet volum3. Dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer volume 250 ml4. Ditambahkan kurang lebih 25 ml aquadest5. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP
6. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan menjadi pink merah muda
7. Dihitung normalitas larutan NaOH tersebut.
b. Penetapan kadar keasaman dalam sampel air PDAM
1. Dipipet 50,0 ml sampel air PDAM2. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer volume 250 ml3. Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP4. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah warna
menjadi pink merah muda5. Dihitung kadar keasaman dalam air PDAM tersebut
Data :
Pembacaan pada buret
a. Pembacaan buret pada saat standarisasi volume
yang di
pipet (ml)
(H2C2O4)
Pembacaan
buret
(NaOH)
Volume titran
10,0 ml 0,00 – 9,6 ml 9,6 ml
10,0 ml 0,00 – 9,7 ml 9,7 ml
Rumus & perhitungannya :
a. Rumus yang digunakan :
N. NaOH sebenarnya : N1 x V1 = N2 x V2
Kadar keasaman : Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
Ket. N1 = normalitas NaOH (standar sekunder)
V1 = Volume NaOH
N2= normalitas H2C2O4 (standar primer)
V2 = volume H2C2O4
b. Perhitungan :
Titrasi I : N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 10,0 = N2 x 9,6
N2 = 19,6
N1 = 0, 1041 N
Titrasi II : N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 10,0 = N2 x 9,6
N1 = 19,6
N1 = 0, 1030 N
Perhitungan normalitas rata-rata titrasi
N rata-rata =N 1+N 22
= 0,1041N+0,1030N
2
= 0,1035 N
Kadar keasaman I = Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
= 0,2 ml x 0,1035 N x 44 x 100050,0
= 0,2 ml x 0,1035 N x 44 x 20
= 18,216 mgL
(ppm)
Kadar keasaman II = Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
= 0,5 ml x 0,1035 N x 44 x 100050,0
= 0,5 ml x 0,1035 N x 44 x 20
= 45, 54 mgL
(ppm)
Rata-rata kadar = kadar I+kadar II
2
= 18,216+45,54
2
= 63,7562
= 31, 878 mgL
(ppm)
HASIL PERCOBAAN, PEMBAHASAN , DAN KESIMPULAN
a. Hasil percobaan
No. Perlakuan Hasil keterangan
1. Larutan H2C2O4 Larutan tidak berwarna
Volume yang digunakan 10,0 ml
2. Ditambah dengan indicator PP
Larutan tidak berwarna
3-5 tetes indicator PP
3. Dititrasi dengan larutan NaOH
Larutan berwarna pink/ merah muda
Terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna yaitu warna merah muda/pink
4. Air kran PDAM Larutan tidak berwarna
Volume yang digunakan 50,0 ml
5. Ditambah dengan indikator PP
Larutan tidak berwana
3-5 tetes indikator PP
6. Dititrasi dengan larutan NaOH
Larutan berwarna merah muda / pink
Terjadi perubahan dari tidak berwarna menjadi berwarna yaitu warna merah muda/pink
b. Pembahasan :
Pada praktikum ini, dilakukan titrasi alkalimetri untuk menentukan kadar keasaman dalam air PDAM, sebelum melakukan titrasi penetapan kadar, dilakukan titrasi standarisasi (pembakuan) terlebih dahulu terhadap larutan
NaOH untuk mengetahui normalitas sebenarnya dari larutan NaOH tersebut yang nantinya sebagai normalitas larutan baku untuk penetapan kadar asiditas.
Pada saat titrasi standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat, ditetesi indikator PP sehingga menghasilkan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink merah muda. Kemudian penitrasian terhadap sampel air PDAM kembali dilakukan dengan NaOH yang sudah diketahui normalitas sebenarnya. Dengan penambahan indikator PP larutan berubah warna menjadi pink merah muda. Indikator PP digunakan dalam titrasi ini karena indicator ini memiliki rentang trayek pH pada suasana basa yaitu : 8,3 – 10,0 sehingga apabila larutan telah bersuasana basa maka indicator akan mengalami perubahan warna menjadi biru. Awalnya larutan bersuasana asam akibat pH dari larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O) yang digunakan bernilai rendah. Penambahan indicator membuat perubahan warna larutan menjadi violet. Berdasarkan trayek pH indikator PP, larutan yang memiliki nilai pH di bawah 8,3 cenderung akan memberikan larutan tak berwarna dan akan berubah menjadi merah dalam larutan yang memiliki nilai pH di atas 10.
Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator PP bertransisi dari tidak berwarna ke merah muda, maka bila indikator PP dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah pink merah muda.
c. Kesimpulan :
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu, sebagai berikut :
1. Titik akhir titrasi ditandai dengan warna pink merah muda
2. Normalitas rata-rata dari NaOH setelah melakukan 2kali titrasi
yaitu
0, 1035 N
3. Penerapan kadar keasaman yang didapat pada perhitungan
pertama mendapat 18, 216mgL
(ppm) ,sedangkan perhitungan
kedua mendapat 45,54 mgL
(ppm)
Dokumentasi
Titrasi standarisasi
Sebelum sesudah
Titrasi penetapan kadar
Sebelum sesudah
Mataram, 01 Oktober 2014
Mahasiswa, Dosen pembimbing,
(Ni Wayan Pratami Daniary) (H. Haerul Anam,SKM)
PRAKTIKUM ll
PENETAPAN KADAR JUMLAH KEASAMAN DALAM AIR KRAN PDAM
TITRASI ASIDIMETRI
Hari/Tanggal : Senin, 29 September 2014
Metode : Titrasi Asidimetri
Dasar Teori :
Titrasi asidimetri adalah titrasi yang dilakukan untuk menetukan kadar suatu larutan basa menggunakan larutan baku sekunder asam. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam ini harus distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara.
Standarisasi larutan baku sekunder HCl yang direaksikan dengan larutan baku primer Natrium Tetraborat dengan menggunakan indikator Metil Orange akan membentuk garam Natrium Klorida dan asam baru. Dimana akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator Metil Orange dari kuning menjadi jingga (kuning kemerahan).
Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar. Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion.
Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi
Prinsip kerja :
a. Standarisasi larutan HCl 0,1 N terhadap Na2B4O7 0,1 N
Larutan baku sekunder HCl direaksikan dengan larutan baku primer Natrium Tetraborak akan terbentuk Natrium Klorida + asam baru. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan indicator Metyl orange dari kuning menjadi jingga (kuning kemerahan).
b. Penetapan kadar Ammoniak (NH3)
Sampel air kran PDAM dititrasi dengan baku sekunder HCl yang telah distandarisasi sebelumnya dengan larutan Na.Boraks. Titrasi ini menggunakan indikator metil orange dengan ditandai perubahan warna dari berwarna kuning menjadi jingga kemerahan
Prinsip Reaksi :
a. Standarisasi HCl 0,1 N terhadap Na2B4O7 0,1 N
Na2B4O7 + HCl + 5 H2O 2NaCl +4H3BO3
Alat & Bahan :
Alat : b. Bahan reagensia :Gelas ukur 1. HCl 0,1 N Erlenmeyer 2. Na2B4O7 0,1 NBuret 3. Indikator MO Corong gelas 4. aquadestFiller 5. Sampel air kran PDAMPipet volume 10,0 mlBotol semprot Gelas beaker Labu ukur 250,0 mlNeraca analitikPipet volume 50,0 ml
Cara kerja :
1. Pembuatan Natrium Tetraboraks 0,1 N
a. Ditimbang secara seksama 1, 9040 gram Na.Boraksb. Dimasukkan kedalam labu ukur volume 100,0 ml
c. Ditambahkan dengan aquadest sampai larutd. Diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas volume 100,0
ml
2. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan boraks 0,1 N
a. Dipipet 10,0 ml larutan Natrium tetra Boraks b. Dimasukkan ke labu Erlenmeyer 250 mlc. Ditambahkan 3-5 tetes indicator metyl orange d. Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai larutan berubah warna
menjadi jingga kemerahane. Baca dan catat volume yang tertera pada buretf. Dihitung normalitas larutan HCl tersebut
3. Penetapan kadar keasaman dalam sampel air PDAM
6. Dipipet 50,0 ml sampel air PDAM7. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer volume 250 ml8. Ditambahkan 3-5 tetes indikator MO9. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah warna
menjadi jingga10.Dihitung kadar keasaman dalam air PDAM tersebut
Data :
1. Penimbangan Natrium Tetraborak 0,1 NBerat zat : 1,9070 gram
Berat zat sebenarnya = 0,9040 gram
volume yang di pipet (ml) (Na2B4O7)
Pembacaan buret (HCl) ml
Volume titran ml
10,0 ml 0,00 – 11,50 ml 11,50 ml
10,0 ml 0,00 – 10,50 ml 10,50 ml
Rumus & perhitungannya :
a. Rumus yang digunakan :
Normalitas HCl : N1 x V1 = N2 x V2
Kadar keasaman : Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
Ket. N1 = normalitas HCl (standar sekunder)
V1 = Volume HCl
N2= normalitas Na2B4O7 (standar primer)
V2 = volume Na2B4O7
BE = berat ekuivalen
b. Perhitungan :
Perhitungan normalitas
Dik : V1 = 10,00 ml
N1 = 0,1 N
V2 = 11,5 ml
Dit. : N2....?
Titrasi 1 : N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 10,00 = N2 x 11,50
N2 =1
11,50
N2 = 0,0869 N
Dik : V1 = 10,00 ml
N1 = 0,1 N
V2 = 11,5 ml
Dit. : N2....?
Titrasi 2 : N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 10,00 = N2 x 11,50
N2 =1
11,50
N2 = 0,0869 N
Nrata-rata HCl = titrasi1+titrasi2
2
=0 ,0869+0,0869
2
= 0, 0869 N
Kadar keasaman I = Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
= 0,9 ml x 0,0869 N x 61 x 100050,0
= 0,9 ml x 0,0869 N x 61 x 20
= 95, 4162 mgL
(ppm)
Kadar keasaman II = Vt. NaOH x N. Sampel x BE x 1000
V . sampel
= 1,3 ml x 0,0869 N x 61 x 100050,0
= 1,3 ml x 0,0869 N x 61 x 20
= 137, 8234 mgL
(ppm)
Rata-rata kadar = kadar I+kadar II
2
= 95,4162+137,8234
2
= 233 ,2396
2
= 116, 6198 mgL
(ppm)
HASIL PERCOBAAN, PEMBAHASAN, DAN KESIMPULAN
a. Hasil percobaan
No.
Perlakuan Hasil keterangan
1. Larutan Na2B4O7 Larutan tidak berwarna
Volume yang digunakan 10,0 ml
2. Ditambah dengan indicator MO
Larutan berwarna kuning
3-5 tetes indicator MO
3. Dititrasi dengan larutan HCl
Larutan berwarna kuning kemerahan/jingga
Terjadi perubahan dari kuning menjadi kuning kemerahan / jingga
4. Air kran PDAM Larutan tidak berwarna
Volume yang digunakan 50,0 ml
5. Ditambah dengan indikator MO
Larutan berwarna kuning
3-5 tetes indikator MO
6. Dititrasi dengan larutan HCl
Larutan berwarna kuning kemerahan
Terjadi perubahan dari berwarna kuning menjadi warna kuning kemerahan
b. Pembahasan
Untuk menentukan kadar natrium tetraborks, maka larutan campuran tadi ditambahkan dengan metil orange (trayek 3,1 – 4,5). Penitrasian kembali dilakukan dengan asam klorida (HCl) sehingga larutan mengalami perubahan warna. Setelah penambahan indikator, larutan berubah warna menjadi kuning yang menandakan bahwa larutan memiliki pH di atas 4,5 karena indikator metil orange berdasarkan teori akan berwarna merah apabila memiliki pH kurang dari 3,1 dan berubah warna menjadi kuning pada pH di atas 4,5. Proses titrasi pada larutan membuat larutan berubah warna menjadi kuning kemerahan sehingga dapat dikatakan bahwa larutan telah bersuasana basa.
Sampel air kran yang digunakan tidak boleh ditambah dengan aquades sebelum titrasi karena akan mempengaruhi kadar kebasaan yang terdapat didalamnya, begitu juga dengan perlakuan yang lain seperti pemanasan karena akan mempengaruhi komposisi maupun zat kimia yang terkandung dalam air kran tersebut seperti CO2.
c. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini, yaitu sebagai berikut :
1. Titik akhir titrasi ditandai dengan warna jingga
2. Normalitas rata-rata dari HCl setelah melakukan 2kali titrasi yaitu
0, 0869 N
3. Rata-rata penetapan kadar keasaman air kram PDAM yaitu = 116,
6198 mgL
(ppm)
Dokumentasi
Titrasi standarisasi
Sebelum sesudah
Titrasi penetapan kadar
Sebelum sesudah
Mataram, 01 Oktober 2014
Mahasiswa, Dosen pembimbing,
(Ni Wayan Pratami Daniary) (H. Haerul Anam,SKM)
LAPORAN KIMIA ANALITIK
DI SUSUN OLEH :
NAMA: NI WAYAN PRATAMI DANIARY
NIM : P07134013024
KELOMPOK : C
PRODI: D III ANALIS KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
TAHUN AJARAN 2013/2014