praktikum gizi

124
PRAKTIKUM GIZI : PENGUKURAN ANTROPOMETRI Diposkan oleh Anna Auliyanah di 9:11 AM A. TUJUAN 1. Untuk menentukan status gizi perseorangan dengan menetukan Indeks Massa Tubuh (IMT), Waist to Hip Ratio (WHR), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Tebal Lipatan Kulit (TLK). B. DASAR TEORI Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para ahli, salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa: Nutritional anthtropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition”. Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan tebbal lemak di bawah kulit.

Upload: ririnminipurwasi

Post on 24-Jul-2015

554 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum Gizi

PRAKTIKUM GIZI : PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Diposkan oleh Anna Auliyanah di 9:11 AM

A.   TUJUAN1.    Untuk menentukan status gizi perseorangan dengan menetukan Indeks Massa Tubuh (IMT),

Waist to Hip Ratio (WHR), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Tebal Lipatan Kulit (TLK).

B.   DASAR TEORI

Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi telah banyak diungkapkan oleh para ahli,

salah satunya adalah Jelliffe (1996) mengungkapkan bahwa:

“Nutritional anthtropometry is measurement of the variations of the physical dimensions

and the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition”.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur

status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan

jumlah air dalam tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan

tebbal lemak di bawah kulit.

Adapun syarat-syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:

1.    Alatnya mudah didapat dan digunakan.

2.    Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.

3.    Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga khusus profesional, tetapi juga oleh tenaga lain

setelah dilatih untuk itu.

4.    Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya.

5.    Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan baku rujukan

yang sudah pasti.

6.    Secara ilimiah diakui kebenarannya. Hmpir semua negara menggunakan antropometri sebagai

metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya penapisan (screening) status gizi. Hal

ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.

Page 2: Praktikum Gizi

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka di bawah ini merupakan keunggulan

antropometri gizi, yaitu:

1.    Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

2.    Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih

dalam waktu singkat.

3.    Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat.

4.    Metode ini tepat dan akurat karena dapat dibakukan.

5.    Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.

6.    Umumnya dapat mengidentifikaasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk karena sudah ada

ambang batas yang jelas.

7.    Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

8.    Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.

Namun disamping keunggulan tersebut, penentuan status gizi secara antropometri juga

memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1.    Tidak sensitif. Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Di samping

itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zinc dan Fe (zat besi).

2.    Faktor di luar gizi (penyakit, geneik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan

spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.

3.    Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas

pengukuran antropometri gizi.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

a.    Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan

menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat

badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang

tepat.

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur

penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed

Month).

Page 3: Praktikum Gizi

b.    Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan

pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau

BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada

masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun

status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di

samping itu pula berat badann dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan.

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada

remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun.

Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan

adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang

kekurangan gizi.

c.    Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan

sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan

ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan

(Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya

dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

d.    Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan

harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama

jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:

      Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat pengujian yang memadai

untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya

menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di

satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-

indeks lain di pihak lain.

      Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih

besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih

Page 4: Praktikum Gizi

sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti

pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.

      Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif

pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.

Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau

jenis kertas tertentu berlapis plastik.

e.    Lingkar Pinggang dan Pinggul

Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan

posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang

berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul

untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.

f.     Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang

biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran

kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil

(mikrosefalus).

Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran

otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak

menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang

kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.

Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam

menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan

dalam pengukuran umur.

g.    Lingkar Dada

Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena

rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang

tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5

tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat

kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada.

Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

h.    Tebal Lemak di Bawah Kulit

Page 5: Praktikum Gizi

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit(skinfold)

dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps),

lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi

dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan

pertengahan tungkai bawah (medial calf).

  

C.   ALAT YANG DIGUNAKAN

1.    Timbangan Seca (mengukur berat badan)

2.    Microtoice (mengukur tinggi badan)

3.    Alat ukur tinggi lutut

4.    Pita LILA

5.    Pita Lingkar Pinggang

6.    Skinfold Caliper

D.   PROSEDUR PENGUKURAN

a.    Berat Badan

1.    Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal) serta tidak

mengenakan alas kaki.

2.    Pastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0.

3.    Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi

kepala dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap tenang.

4.    Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.

b.   Tinggi Badan

1.    Subjek tidak mengenakan alas kaki, lalu posisikan subjek tepat di bawah Microtoice.

2.    Kaki rapat, lutut lurus, sedangkan tumit, pantat dan bahu menyentuh dinding vertikal.

3.    Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh dinding vertikal.

Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan  menghadap paha.

4.    Mintalah subjek untuk menarik napas panjang dan berdiri tegak tanpa mengangkat tumit untuk

membantu menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu tetap santai.

Page 6: Praktikum Gizi

5.    Tarik Microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horisontal. Pengukuran tinggi

badan diambil pada saat menarik napas maksimum, dengan mata pengukur sejajar dengan alat

penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan.

6.    Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

c.    Tinggi Lutut

1.    Objek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk sudut 90o proximal hingga

patella. Gunakan mistar siku-siku untuk menentukan sudut yang dibentuk.

2.    Letakkan alat ukur dengan dasar (titik 0) pada titik tengah lutut dan tarik hingga telapak kaki.

3.    Baca alat ukur hingga 0,1 cm terdekat.

d.   LILA

1.    Subjek diminta untuk berdiri tegak.

2.    Tanyakan kepada subjek lengan mana yang aktif digunakan. Jika yang aktif digunakan adalah

lengan kanan, maka yang diukur adalah lengan kiri, begitupun sebaliknya.

3.    Mintalah subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan yang tidak aktif

digunakan.

4.    Untuk menentukan titik mid point lengan ditekuk hingga membentuk sudut 90o, dengan telapak

tangan menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan menentukan titik tengah

antara tulang atas pada bahu dan siku.

5.    Tandailah titik tersebut dengan pulpen.

6.    Tangan kemudian tergantung lepas dan siku lurus di samping badan serta telapak tangan

menghadap ke bawah.

7.    Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada kulit.

Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.

8.    Catat hasil pengukuran pada skala 0,1 cm terdekat

e.    Lingkar Pinggang

1.    Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan) sehingga alat ukur dapat diletakkan

dengan sempurna. Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yag digunakan.

2.    Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang rileks.

Page 7: Praktikum Gizi

3.    Letakkan alat ukur melingkari pinggang secara horisontal, dimana merupakan bagian terkecil

dari tubuh. Bagi subjek yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian paling kecil, maka daerah

yang diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca. Seorang pembantu diperlukan untuk

meletakkan alat ukur dengan tepat.

4.    Lakukan pengukuran di akhir ekspresi yang normal dengan alat ukur tidak menekan kulit.

5.    Bacalah hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

f.     Lingkar Panggul

1.    Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.

2.    Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada sisi tubuh dan kaki rapat.

3.    Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari panggul terlihat.

4.    Lingkarkan alat pengukur secara horisontal tanpa menekan kulit. Seorang pembantu diperlukan

untuk mengatur posisi alat ukur pada sisi lainnya.

5.    Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm tterdekat.

g.    Tebal Lipatan Kulit (Triceps dan Subscapular)

1.    Pegang Skinfold Caliper dengan tangan kanan.

2.    Untuk triceps, pengukuran dilakukan pada titik mid point sedangkan untuk subscapular,

pengukur meraba scapula dan meencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata

sampai menentukan sudut bawah scapula.

3.    Angkat lipatan kulit pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus arah kulit pada pengukuran triceps

(ibu jari dan jari telunjuk menghadap ke bawah) atau ke arah diagonal untuk pengukuran

subscapular.

4.    Jepit lipatan kulit tersebut dengan Caliper dan baca hasil pengukurannya dalam 4 detik

penekanan kulit oleh Caliper dilepas.

E.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran antropometri yang dilakukan pada praktikum ini antara lain pengukuran berat

badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar

pinggang dan panggul untuk menentukan WHR, tebal lemak di bawah kulit pada triceps dan

subscapular untuk menentukan % lemak tubuh (%BF), pengukuran LILA, serta pengukuran

Page 8: Praktikum Gizi

tinggi lutut. Hasil yang diperoleh dari semua pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

No NamaBB

(cm )

TB

(cm)

LPi

(cm)

LPa

(cm)Triceps

Sub-

scapular

LIL

A

(cm)

Tingg

i

Lutut

(cm)

1. Anna 44,7 148,1 60,3 86,1 25 15 24,1 46,5

2.Asbianr

i39,3 150,5 59,0 83,9 10 9 20,6 48,0

3. Haryati 46,8 150,6 66,7 90,2 29 15 24,3 47,3

4. Husnul 51,2 157,9 63,0 92,0 17 11 24,0 48,2

5. Jurniati 52,6 157,2 68,0 90,0 21 23 26,0 55,0

6. Ilham 56,9 161,9 64,5 87,5 6 9 25,1 51,5

Penentuan status gizi kemudian dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran di atas

dalam perhitungan rumus untuk IMT, WHR, dan % BF. Hasil perhitungan untuk masing-masing

subjek dijabarkan sebagai berikut:

a.    Anna (Subjek I)

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  44,7

  (1,481)2

=  44,7

    2,19

= 20,4

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

                     TB (wanita) =  (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

                                         =  (1,91 x 46,5) – (0,17 x 20) + 75,0

                                         =  88,8 – 3,4 + 75,0

                                         =  160,4

Page 9: Praktikum Gizi

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =  44,7

            (1,6)2

         =  44,7

             2,57

         =  17,4

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Anna = 20,4. Jadi berdasarkan klasifikasi

IMT, Subjek I termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh

nilai IMT = 17,4 sehingga subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat

ringan.

      WHR  =   LPi

   LPa

=   60,3

     86,1

=   0,70

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Anna = 0,70. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek I termasuk dalam kategori risiko low.

      % BF  =  [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db  = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)

       = 1.0897 – 0,00133 (25 + 15)

       = 1,0897 – 0,00133 (40)

       = 1,0897 – 0,0532

       = 1,0365

% BF  =  [(4,76 / 1,0365) – 4,28] x 100

          =  [4,59 – 4,28] x 100

          =  31 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 31 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek I termasuk dalam kategori fat.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,1 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori normal.

b.    Asbianri (Subjek II)

Page 10: Praktikum Gizi

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  39,3

  (1,505)2

=  39,3

    2,27

= 17,3

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

TB (wanita)   =  (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

                     =  (1,91 x 48,0) – (0,17 x 22) + 75,0

                     =  91,68 – 3,74 + 75,0

                     =  162,94

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =   39,3

            (1,629)2

         =  39,3

             2,65

         =  14,8

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Asbianri = 17,3. Jadi berdasarkan klasifikasi

IMT, Subjek II termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat ringan. Sedangkan

berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai IMT = 14,8 sehingga subjek termasuk dalam kategori

kekurangan berat badan tingkat berat.

      WHR  =   LPi

   LPa

=   59

    83,9

=   0,70

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Asbianri = 0,70. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek II termasuk dalam kategori risiko low.

      % BF  =  [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db  = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)

Page 11: Praktikum Gizi

       = 1.0897 – 0,00133 (10 + 9)

       = 1,0897 – 0,00133 (19)

       = 1,0897 – 0,0252

       = 1,0645

% BF  =  [(4,76 / 1,0645) – 4,28] x 100

          =  [4,47 – 4,28] x 100

          =  19 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 19 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek II termasuk dalam kategori optimal.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 20,6 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori KEK (Kurang Energi Kronik).

c.    Haryati (Subjek III)

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  46,8

  (1,506)2

=  46,8

    2,27

= 20,6

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

TB (wanita)   =  (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

                     =  (1,91 x 47,3) – (0,17 x 21) + 75,0

                     =  90,34 – 3,57 + 75,0

                     =  161,7

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =  46,8

            (1,617)2

         =  46,8

             2,62

         =  17,9

Page 12: Praktikum Gizi

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Haryati = 20,6. Jadi berdasarkan klasifikasi

IMT, Subjek III termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh

nilai IMT = 17,9 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori normal.

      WHR  =   LPi

   LPa

=   66,7

     90,2

=   0,74

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Haryati = 0,74. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek III termasuk dalam kategori risiko moderate.

      % BF  =  [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db  = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)

       = 1.0897 – 0,00133 (29 + 15)

       = 1,0897 – 0,00133 (44)

       = 1,0897 – 0,0582

       = 1,0315

% BF  =  [(4,76 / 1,0315) – 4,28] x 100

          =  [4,64 – 4,28] x 100

          =  36 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 36 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek III termasuk dalam kategori obesitas.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,3 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori normal.

d.    Husnul Hidayah (Subjek IV)

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  51,2

  (1,579)2

=  51,2

    2,49

= 20,6

Page 13: Praktikum Gizi

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

TB (wanita)   =  (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

                     =  (1,91 x 48,2) – (0,17 x 20) + 75,0

                     =  92,06 – 3,4 + 75,0

                     =  163,7

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =  51,2

            (1,637)2

         =  51,2

             2,68

         =  19,1

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Husnul = 20,6. Jadi berdasarkan klasifikasi

IMT, Subjek IV termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh

nilai IMT = 19,1 sehingga subjek juga termasuk dalam kategori normal. 

      WHR  =   LPi

   LPa

=   63,0

     92,0

=   0,68

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Husnul = 0,68. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek IV termasuk dalam kategori risiko low.

      % BF  =  [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db  = 1,0897 – 0,00133 (Σ tricep + subscapula)

       = 1.0897 – 0,00133 (17 + 11)

       = 1,0897 – 0,00133 (28)

       = 1,0897 – 0,0372

       = 1,0525

% BF  =  [(4,76 / 1,0525) – 4,28] x 100

          =  [4,52 – 4,28] x 100

          =  24 %

Page 14: Praktikum Gizi

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 24 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek IV termasuk dalam kategori slighly overfat.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 24,0 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori normal.

e.    Jurniati (Subjek V)

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  52,6

  (1,572)2

=  52,6

    2,47

= 21,3

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

TB (wanita)   =  (1,91 x TL) – (0,17 x umur) + 75,0

                     =  (1,91 x 55,0) – (0,17 x 20) + 75,0

                     =  105,5 – 3,4 + 75,0

                     =  177,1

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =  55,0

            (1,771)2

         =  55,0

             3,14

         =  17,5

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Jurni = 21,3. Jadi berdasarkan klasifikasi IMT,

Subjek I termasuk dalam kategori normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh nilai

IMT = 17,5 sehingga subjek termasuk dalam kategori kekurangan berat badan tingkat ringan.

      WHR  =   LPi

   LPa

=   68,1

     90,0

=   0,76

Page 15: Praktikum Gizi

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Jurni = 0,76. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek V termasuk dalam kategori risiko moderate.

      % BF  =  [(4,76/Db) – 4,28] x 100

Db  = 1,0897 – 0,00133 (Σ triceps + subscapular)

       = 1.0897 – 0,00133 (21 + 23)

       = 1,0897 – 0,00133 (44)

       = 1,0897 – 0,0585

       = 1,0312

% BF  =  [(4,76 / 1,0312) – 4,28] x 100

          =  [4,62 – 4,28] x 100

          =  34 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 34 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek V termasuk dalam kategori obesitas.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 26,0 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori normal.

f.     Ilham (Subjek VI)

      IMT   =  BB (kg)

   (TB)2 (m)

=  56,9

  (1,619)2

=  56,9

    2,62

=  21,7

Untuk IMT yang berdasar pada tinggi lutut, digunakan rumus sebagai berikut:

TB (Laki-laki)        =  (2,08 x TL) + 59,01

                     =  (2,08 x 51,5) + 59,01

                     =  107,1 + 59,01

                     =  166,1

Jadi, IMT berdasarkan tinggi lutut adalah:

IMT   =  56,9

            (1,661)2

Page 16: Praktikum Gizi

         =  56,9

             2,76

         =  20,6

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil IMT Ilham = 21,7. Jadi berdasarkan klasifikasi

IMT, Subjek VI termasuk dalam kategori Normal. Sedangkan berdasarkan tinggi lutut diperoleh

nilai IMT = 20,6 sehingga subjek termasuk dalam kategori Normal

      WHR  =   LPi

   LPa

=   64,5

     87,5

=   0,73

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil WHR Ilham = 0,73. Jadi berdasarkan klasifikasi

WHR, Subjek VI termasuk dalam kategori risiko low.

      % BF  =  [(4,97/Db) – 4,52] x 100

Db  = 1,0913 – 0,00116 (Σ tricep + subscapula)

       = 1.0913 – 0,00116 (6 + 9)

       = 1,0913 – 0,00116 (15)

       = 1,0913 – 0,0174

       = 1,0739

% BF  =  [(4,97 / 1,0739) – 4,52] x 100

          =  [4,63 – 4,52] x 100

          =  11 %

Dari perhitungan diatas diperoleh % BF = 11 %. Berdasarkan klasifikasi % BF, maka

subjek VI termasuk dalam kategori optimal.

Sedangkan untuk pengukuran LILA diperoleh hasil 25,1 yang berarti subjek termasuk

dalam kategori normal.

F.    KESIMPULAN

Berdasarkan pengukuran IMT, diperoleh hasil yaitu 5 orang responden termasuk dalam

kategori normal, dengan nilai IMT 20,4; 20,6; 20,6; 21,3; dan 21,7; serta 1 orang reponden

termasuk dalam kategori kurus (kekurangan BB tingkat ringan) dengan IMT 17,3. Sedangkan

Page 17: Praktikum Gizi

hasil pengukuran IMT berdasarkan tinggi lutut diperoleh hasil 3 responden termasuk dalam

kategori normal, dengan nilai IMT 17,9; 19,1; dan 20,6; 2 orang responden termasuk dalam

kategori BB tingkat ringan (IMT 17,4 dan 17,5) serta 1 orang termasuk dalam kategori BB

tingkat berat (IMT 14,8). Dari pengukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran IMT

berdasarkan tinggi lutut memiliki hasil yang jauh berbeda dibandingkan dengan pengukuran

tinggi badan secara langsung (menggunakan microtoice).

Berdasarkan pengukuran WHR, diperoleh hasil 4 orang responden termasuk dalam

kategori low (nilai WHR 0,70; 0,68; 0,70; dan 0,73). Sedangkan 2 orang responden lainnya

termasuk dalam kategori Moderate (       WHR 0,74 dan 0,76).

Berdasarkan pengukuran % BF, diperoleh hasil yaitu 2 orang responden tremasuk dalam

kategori optimal (19 % dan 11 %), 1 orang responden termasuk dalam kategori fat (31%), 1

orang responden ternasuk dalam kategori Slighly overfat (24%), serta 2 orang responden

termasuk dalam kategori obesitas (34% dan 36%).

Sedangkan berdasarkan pengukuran LILA diperoleh hasil yaitu 5 orang responden

termasuk dalam kategori normal dan 1 orang responden termasuk dalam kategori KEK (Kurang

Energi Kronik).

Categories Makalah Kesehatan 2012Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Followers

Mengenai Saya

Anna Auliyanah Lihat profil lengkapku

Labels

Ceritaku (8) In My Mind (4) Makalah Kesehatan (7)

Page 18: Praktikum Gizi

Wish List (2)

Arsip Blog

▼   2012 (8) o ▼   April (7)

PENILAIAN BIOKIMIA STATUS BESI (Fe) PELAYANAN GIZI PENYAKIT DEGENERATIF PRAKTIKUM GIZI : PENGUKURAN ANTROPOMETRI PRAKTIKUM GIZI : PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH,

KOLEST... PRAKTIKUM GIZI : ANALISIS STATUS SENG (Zn) PRAKTIKUM GIZI : PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (Hb) PELAYANAN GIZI PADA LUKA BAKAR

o ►   Januari (1)

►   2011 (15)

Daftar Blog Saya

:: MY LUVERLY CRAFT ::

Anniversary Frame.. - Order dari* Adyani.*. sempena anniversary mereka. suke dia.. customer hepi, akak gumbira!! tq darling! psst... sama la tarikh kita..

1 hari yang lalu

andie johnson sews

Page 19: Praktikum Gizi

Cincinnati IQF Modern Meet Up - You coming to the Queen City for IQF April 13-15? Well, get yourself to the *Modern Meet Up* *hosted by * Hyatt Regency April 14 8pm Win some amazi...

18 jam yang lalu

Berita Terbaru

Gedung Putih Beri Lampu Hijau pada Israel - [image: Presiden Amerika Serikat, George W Bush menyalahkan Hamas atas serangan yang dilakukan Israel. Gara-gara kekerasan yang dilakukan Hamas di musim ...

5 bulan yang lalu

Bieha Tukiran's craft

Belum Basi - Assalamualaikum w.h.t dan salam sejahtera.. Serius sudah lama tidak update blog... ok ini tempahan daripada Nurasyikin Mohd Arif.. terimalah ... "Gugus...

1 minggu yang lalu

Blooming Felt

A little bit of Pomp & Ceremony ! - If there's one thing we Brits know how to do, it's how to put on a show. And as the eyes of the World will be on us this Summer we need to show them why w...

Page 20: Praktikum Gizi

3 minggu yang lalu

Brassy Apple

Short hair and style! - Wednesday's I usually share my "what I wore" post but today I thought I'd share a few hair photos. I love having short hair and don't find that it limits w...

23 jam yang lalu

Buttons4Crafts

Temporarily Closed~~ - Dear Customer, Thank you for your order. We are *temporarily closed* from today, *16/03/12 until 20/03/12* with no Internet access. We will revert back a...

2 minggu yang lalu

Craftaholics Anonymous™

My Love Story - I have a special treat for you today. Davis and my love story! {Cue: awwww.} This picture was taken last summer. Yep, he’s tall, dark, and very handsome, a...

22 jam yang lalu

CraftZone Malaysia - Malaysian Crafter Blogs

Free Giveaway - April 2011 - 1. Kraf Malinja 2. Sewing And Me 3. eyeARTyou 4. e.L.e DeSiGn 5. SWEETm@nis 6. ROSHEY'Z CRAFTWORLD 7. doodledesign * Note: This l...

Page 21: Praktikum Gizi

11 bulan yang lalu

DaLzButtOnCraft Custom Made Apparels

FATiHA Blouse & ELYSiA Ribbon Belt - *FATiHA* is a long blouse with lovely cut and details of 'Curly Ends' Customer able to choose their Favourite colours and Sizes based on our Sizing Tab...

2 minggu yang lalu

Dewi's Artwork Station

Order: Keychain Love - Names - Love Name Keychain Dalam saya guna batting. so dia masih bole picit2 cme tak setebal polyfiber filled. Saya dapati kalau guna felt material poly, kurang...

4 minggu yang lalu

Fabric Bows and More

Link Party No.50 "Will See It Wednesday" - Welcome to my Link Party No.50 "Will See It Wednesday" . Click the "Read More" link below to enter your projects.

Page 22: Praktikum Gizi

1 hari yang lalu

Fabric Flowers

Simple Felt Fabric Flower - This is one of the easiest flowers one can make. I used as inspiration a tutorial from here. Cutting and putting together the petals is similar however, fo...

4 bulan yang lalu

folanela

Koleksi ebook: Special Felt Sweet - Untuk penggemar felt craft, koleksi ebook kali ini khusus tentang membuat aneka kue dari felt. Judul ebook dari koleksi ebook felt yang mengenai sweet felt...

1 tahun yang lalu

GDa'S Gallery

Maher Zain :) - GDa'S by Ghaida chiffon scarf, ZARA Kids glitter cardigan, unbranded black skirt, Charles n Keith tote bag ( MAHER ZAIN ! hihihihihi ) maher Zain, Nazih...

16 jam yang lalu

giffy

Page 23: Praktikum Gizi

Soft Toy: Oggy & Stewie - Stewie, Family Guy Only 1pc each design, anyone? RM89.90 each Oggy Size: 40cm / 27cm / 19cm RM59.90 / RM39.90 / RM22.90 each

1 minggu yang lalu

Hair Fairy Clips

VIP Fairies - December - Not a member yet? There is still time to join and receive December's design. See all the information here

4 bulan yang lalu

Hair Fairy Clips - Hair Fairy Clips Blog!

Evolution - I’m back in the studio again after my summer break. I spent three weeks eating, drinking, going to bbqs, bars and pubs; being with my family and close fr...

2 bulan yang lalu

ikat bag

Cardboard Barbie House - Welcome to our home! Step up to the gate, unlock it and come on in. The top floor is the bedroom with adjoining deck, which you can access through the...

4 hari yang lalu

Page 24: Praktikum Gizi

JajaKraf.Com

JajaKraf Giveaway on Facebook - Hi all… a very long idle once again. What can I say, I am a very busy mommy indeed plus a very bad time manager at the same time. Most of the times I spent...

3 minggu yang lalu

Life Report

Sinetron - wearing Arianna top by Nabilia (Nalia Rifika) Thank youu bu delon ;) Uyea tak tahu mau nulis apa hari ini. Setelah menghabiskan dua minggu full di Jakart...

1 hari yang lalu

lillyella

what would it be? - If you could do or be anything you wanted right now, without any change, consequence or sacrifice, what would it be?

3 minggu yang lalu

Miss Lovie

Hello!! and A Weekend Adventure - Hello! It's been awhile. I've been pretty overwhelmed with work and grad school. I'm hoping things will all slow down in a month or two as a finish up my m...

Page 25: Praktikum Gizi

18 jam yang lalu

NIT'NIT OL-shop: TAS UNDANGAN

NIT'NIT OL-shop - *welcome to NIT'NIT OL-shop* *semua produk yang tersedia disini merupakan HAND MADE, mulai dari sepatu hingga small case.. Cocok untuk hadiah maupun untuk d...

1 tahun yang lalu

nz sweet design

POUCH - *POUCH* Material : Cotton Saiz : 6 x 4 inci

1 bulan yang lalu

~Pudica Crafts~

Sweet Strawberries... -

3 jam yang lalu

Page 26: Praktikum Gizi

Sew Much Ado

We Did It! Wednesday - Welcome to We Did It! Wednesday! Here's how We Did It! Wednesday works: 1. Enter a link (specific blog post, not your homepage) using the Linky Tools belo...

1 hari yang lalu

TOTE BOUTIQUE

POLKA DOTS COIN PURSE - Polka Dots Coin Purse RM10/unit RM25 for 3 units

1 hari yang lalu

Young and Crafty

Healthy Eating & Nutrition Tips: Ask questions! - After a lot of thought, I’ve decided to run a mini series here on the blog that focuses on healthy eating habits. I’m not sure what all I’m going to t...

1 hari yang lalu

❤ Sasa's Love n Joy ❤

Page 27: Praktikum Gizi

Custom made - Baby set - Last month baby set order... Baby shoes - look at the small cute pink snail button!! Lovely small baby gloves... Baby girl said:" I'm Cute!"...:P

1 bulan yang lalu

auliya-0210. Diberdayakan oleh Blogger.  

Aulicious Copyr

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Selasa, 16 November 2010

STATUS GIZI

 BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di perkotaan maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan makanan yang cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Jadi masalah gizi yang timbul, baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh perilaku makan seseorang yang salah yaitu tidak adanya keseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizinya.PUGS merupakan acuan bagi setiap individu untuk berperilaku gizi yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi kesehatan atau gizi seseorang dan lingkungannya (Rai, 1997). PUGS yang terdiri dari 13 pesan dasar, merupakan pedoman bagi setiap individu agar selalu mengkonsumsi makanan yang sehat, seimbang dan aman guna mempertahankan status gizi dan kesehatannya secara optimal.( http://mily.wordpress.com/2008/07/31/6/)B. Rumusan Masalah:1. Pengertian status gizi2. Faktor yang mempengaruhi status gizi

Page 28: Praktikum Gizi

3. Jenis parameter status gizi4. Cara penilaian status gizi

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian Status GiziStatus Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status giziFaktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional (Depkes, 2000), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.Untuk mengetahui status gizi seseorang dapat dilakukan penilaian secara langsung maupun tidak.a. Penilaian secara langsungPenilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut:a.1. AnthropometriSecara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

Page 29: Praktikum Gizi

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

a.2. KlinisMetode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.a.3. BiokimiaAdalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.a.4. BiofisikPenentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.b. Penilaian secara tidak langsungPenilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001). Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah: b.1. Survey konsumsi makananAdalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b.2. Statistik vitalAdalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.b.3. EkologiBerdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll. (Irianto, Joko Pekik: 2007)3. Jenis Parameter Status GiziAda beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lengkar kepala, lengkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit. (Hadi, 2002; Soetjiningsih, 1998; Supariasa, dkk, 2001; Nurrahmah, 2001).1) UmurFaktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berari kalau penentuan umur yang salah.Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor(1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh.Contoh: bulan usia penuhUmur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan

Page 30: Praktikum Gizi

3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.2) Berat BadanBerat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa,dkk, 2001).Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih 1998).Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.3) Tinggi BadanTinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidrkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.

4) Lingkar KepalaLingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti pada hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.5) Lingkar Lengan AtasPengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan.6) Lipatan KulitTebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998). (http://mily.wordpress.com/2009/09/09/pengantar-gizi-masyarakat/)4. Cara penilaian status giziIMT (Indeks Massa Tubuh) Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:IMT = Berat badan (Kg) dibagi tinggi badan (M)2Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan

Page 31: Praktikum Gizi

adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:Tabel status gizi berdasar IMT untuk orang IndonesiaStatus Gizi Katagori IMTKurus Sekali Kekurangan BB tingkat berat <17,0 Kurus Kekurangan BB tingkat kurang 17,0-18,4 Normal Normal 18,5-25,0 Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0 Obese Kelebihan BB tingkat berat >27,0

BAB IIIPENUTUP

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi: penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.Cara penilaian status gizi dapat dilakukan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan rumus berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi badan (M)2.

DAFTAR PUSTAKA

http://mily.wordpress.com/2008/07/31/6/http://mily.wordpress.com/2009/09/09/pengantar-gizi-masyarakat/Irianto, Joko Pekik. 2007. Panduan Gizi LengkapKeluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Offset

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Page 32: Praktikum Gizi

Catatan Kuliah Ebook Islamic View Kedokteran Gigi Kesehatan Gigi

Penilaian Status Gizi

I Putu Arya Ramadhan on 9 January 2012 — Leave a Comment

Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a. Antropometri

Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia dan hubungannya dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Penghitungan IMT menggunakan rumus sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2

 

b. Klinis

Page 33: Praktikum Gizi

Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

 

c. Biokimia

Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

 

d. Biofisik

Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaan

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Page 34: Praktikum Gizi

 

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi dua penilaian yaitu survei konsumsi makanan dan statistik vital

 

Survei Konsumsi Makanan

Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi

 

Statistik Vital

Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan

Dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

 

Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi Masyarakat Menurut WHO

Survey

Metode ini digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi atau menentukan status gizi kelompok populasi terrtentu atau menyeluruh, dengan cara survei cross-sectional.

Page 35: Praktikum Gizi

Surveillence

Surveillence merupakan metode dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu, dimana data dikumpullkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

 

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

azharflz

Masuk profile dia

Ahli Gizi

19 suka dia

5 postdisukai dia

11 disukai dia

Sekilas Profil

Profesi: Mahasiswa 2008 - Sekarang UI Depok,Java,Indonesia

Pendidikan: Ilmu Gizi Angkatan 2008 Universitas Indonesia, Jakarta

Jenis Kelamin:Pria

Page 37: Praktikum Gizi

>>

azharflz : Standard IMT (Indeks Massa Tubuh) untuk Orang Indonesia

IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur status gizi individu.Cara menghitung IMT adalah dengan membagi berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter.Setelah mendapatkan hasil angka tersebut dicocokkan dengan cut off point sehingga kita dapat mengetahui status gizi kita apakah under weight, normal, overweight, atau obesitas.

Untuk orang Indonesia standard IMT menggunakan standard Asia bukan internasional sebab untuk ukuran tubuh orang Indonesia memiliki perbedaan dengan orang Barat seperti pada tinggi badannya.

Berikut ini pembagian IMT berdasar standard Asia menurut IOTF, WHO (2000) :

<18,5 = Underweight

18,5-22,9 = Normal

23-24,9 = At risk

25-29,9 = Obese I

>=30 = Obese II

Berikut ini untuk yang international standard menurut WHO (1998) :

<18,5 = Underweight

18,5-24,9 = Normal

25-29,9 = Preobese

>= 30 = Obese

30-34,9 = Obese I

35-39,9 = Obese II

>= 40 = Obese III

Dimanakah posisi IMT Anda? Yuk, jaga berat badan kita agar selalu berada di posisi normal. :)

Page 38: Praktikum Gizi

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Glukosa Darah (Serum/Plasma)

Posted by Riswanto on Thursday, March 11, 2010

Labels: Tes Kimia Darah

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.

Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α, meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal.

Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Page 39: Praktikum Gizi

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang).

Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas, biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan diagnosis.

PROSEDUR

Jenis spesimen

Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.

Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah.

Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah.Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan bahkan dalam suhu kamar.

Pengumpulan spesimen

Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak selama 5 menit dan lengan diangkat untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi vena-vena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar

Page 40: Praktikum Gizi

glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih.

Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri atau kapiler.

Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih.

Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 3-5 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa kadar glukosa.

Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu.

Metodologi

Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15 mg/dl.

Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit.

Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek

Page 41: Praktikum Gizi

serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka.

NILAI RUJUKAN

Gula darah sewaktu

DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl

ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

Gula darah puasa

DEWASA : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 – 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl

ANAK : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl; Anak : 60 – 100 mg/dl

LANSIA : 70 – 120 mg/dl.

Gula darah post prandial

DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl

ANAK : sampai dengan 120 mg/dl

LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

MASALAH KLINIS

PENINGKATAN KADAR (hyperglycaemia) : diabetes mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan,

Page 42: Praktikum Gizi

luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.

PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paru-paru), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati, beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat-obatan (kortison, tiazid, “loop” diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah. Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.

Baca Juga Yang Ini

Tes Kimia Darah

Laktat Dehidrogenase Kreatin Kinase Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Hemoglobin A1c (HbA1c) Kreatinin Darah (Serum) Ureum Darah (Serum) Asam Urat Darah (Serum) Pemeriksaan Lipid Fosfatase Alkali

2 comments:

Prihatin said...

Page 43: Praktikum Gizi

maaf klo boleh tau sumber primernya ngambil dari mana aja..?? perlu buat pengerjaan tugas akhir nih.. mohon bantuannya .. ^,^

November 2, 2010 9:05 PM

agiegia said...

iya nih referensinya dari mana? thanks

April 4, 2012 5:18 PM

Post a CommentNewer Post Older Post Home

Health Tip of The Day

Labels

Aspek Hukum (1) Manajemen Laboratorium (3) Pemantapan Mutu (4) Pengumpulan Spesimen (8) Profesi dan Kompetensi (3) Tes Hematologi (13) Tes Hemostasis (6) Tes Imuno-serologi (9) Tes Kimia Darah (15) Tes Urine (8)

Archives

▼ 2010 (41) o ► December (1) o ► November (2) o ► October (2) o ► July (4) o ► May (3) o ► April (1) o ▼ March (15)

Anti HBs Antigen Permukaan Hepatitis B (HBsAg)

Page 44: Praktikum Gizi

Antibodi Virus Hepatitis A (Anti HAV) Profil Hepatitis Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Hemoglobin A1c (HbA1c) Glukosa Darah (Serum/Plasma) Badan Keton (Urin) Urobilinogen Urin Bilirubin Urin Protein Urin Glukosa Urin Kreatinin Darah (Serum) Ureum Darah (Serum) Asam Urat Darah (Serum)

o ► February (9) o ► January (4)

► 2009 (27)

Blogroll

Aku dan Analis Kesehatan Biro Kepegawaian Depkes RI Departemen Kesehatan RI

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

Kadar Gula Darah

Page 45: Praktikum Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat

sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan

insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau

disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka

yang tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah

meningkat di atas normal (Lopulalan, 2008).

Glukagon merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis

meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini dengan mempercepat konversi dari

glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol, dan asam laktat, menjadi

glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan glukosa ke dalam darah, dan kadar gula darah

meningkat. Sekresi dari glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem feed-

back negative (Anonimous, 2011).

Kadar gula darah dalam tubuh setiap individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula darah

dipengaruhi sekresi hormon insulin dan glukagon sebagai peranan terpenting dalam metabolisme.

Perbedaan kadar gula darah bagi orang yang berpuasa dan juga orang yang sudah makan perlu diketahui

oleh karena itu pada praktikum ini akan menghitung jumlah kadar gula dari kedua sampel darah

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah:

1. Bagimana mengukur kadar gula darah saat puasa dan setelah makan?

1.3 Tujuan

Page 46: Praktikum Gizi

Tujuan pada praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui kadar gula darah saat puasa dan setelah makan.

Page 47: Praktikum Gizi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hormon Insulin dan Glukagon

Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa dari

persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk

metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel

distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans. Glukosa berpindah

dari plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di dalam

sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6 fosfat yang ditahan dalam sel sebagai hasil daripada

pengurangan permeabilitas membrane oleh pengaruh kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya

glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel.

Begitu glukosa telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control (Soewolo, 2000).

Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas karohidrat

sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan, pankreas melepaskan

insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai bahan bakar atau

disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang yang punya kelebihan berat badan atau mereka

yang tidak berolahraga seringkali menderita resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah

meningkat di atas normal (Anonimous, 2011).

Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat setelah makan sebagai respon adanya insulin (Soewolo, 2000).

Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi untuk

menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak

merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi pengambilan glukosa, dan

penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa darah.

Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan,

2008).

Page 48: Praktikum Gizi

Glukagon merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad glukosa

darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon adalah hati. Glukagon

mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenesis), mendorong pembentukan glukosa

dari asam laktat dan asam amino tertentu (glukoneogenesis) dan mempertinggi penglepasan glukosa

dalam darah. Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik (Soewolo, 2005).

Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi

glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting,

karena glukosa merupakan bahan bakar utama untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka

karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya. Keseimbangan metabolisme bergantung pada

pemeliharaan glukosa darah pada konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100

mL pada manusia. Ketika glukosa darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja

menurunkan konsentrasi glukosa. Ketika glukosa turun dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan

konsentrasi glukosa. Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif

insulin dan glukagon (Campbell, 2004).

2.2 Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes adalah merupakan penyakit akibat gangguan kelenjar endokrin. Diabetes

muncul karena adanya gangguan keseimbangan hormon, dimana terjadi penurunan produksi hormon

insulin. Jumlah yang kurang dari hormon insulin menyebabkan kandungan glukosa dalam plasma darah

tetap tinggi (hyperglicemia), karena sebenarnya insulin berperanan membantu proses perubahan

glukosa dalam darah menjadi glikogen sebagai gula otot (Soewolo, 2000).

Penderita diabetes memerlukan hormon insulin dari luar guna mengembalikan kondisi gula

tubuhnya menjadi normal kembali. Insulin ini dimasukkan dengan cara penyuntikan atau injeksi. Sumber

insulin ini bisa berasal dari kelenjar mamalia atau dari mikroorganisme hasil rekayasa genetika. Jika dari

mamalia, insulin yang paling mirip dengan insulin manusia adalah dari babi (lihat strukturnya).

Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7

Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6 (hanya 1 asam amino berbeda)

Page 49: Praktikum Gizi

Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6 (ada 3 asam amino berbeda)

Kita tahu bahwa produksi insulin pada diabetesi turunan (Tipe1) tidak mencukupi, atau tiada sama

sekali. Pabrik insulinnya memang gagal berproduksi. Cara rasional dipikirkan bagaimana memacu agar

kelenjar yang berada di dekat lambung ini lebih giat berproduksi, sekiranya masih memungkinkan

(Nurachman, 2003).

Penanganan Diabetes mellitus memerlukan pemeliharaan jangka panjang kadar gula darah yang

sedekat mungkin dengan kadar normal untuk memperkecil resiko vaskular. Pengukuran kadar gula

darah puasa tunggal merupakan indikasi tercepat keadaan pasien beberapa jam sebelumnya, tetapi

tidak mewakili status sebenarnya dari pengaturan gula darah. Indeks akurat rata-rata konsentrasi gula

darah diperoleh dengan pengukuran hemoglobin A1C (HbA1C) setiap dua sampai tiga bulan. HbA1C

merupakan suatu glikohemoglobin yang dibentuk dalam dua tahap oleh glikasi nonenzimatik dari

hemoglobin A (HbA). Kadar HbA1C sebanding dengan rata-rata konsentrasi glukosa serta jangka waktu

sirkulasi hemoglobin (Anonimous, 2011).

Page 50: Praktikum Gizi

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kadar Glukosa Dalam Darah ini dilaksanakan pada Hari Senin pukul 10.00-11-30 WIB

dan bertempat di Laboratorium Jurusan Biologi Dasar B Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Glukometer 1 Buah

2. Strip glukotest 1 Buah

3. Blood Lancet 1 Buah

4. Kapas 1 Gulung

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. Alkohol 70 %

2. Darah probandus perempuan puasa

3. Darah probandus perempuan setelah makan

4. Darah probandus laki-laki puasa

5. Darah probandus laki-laki setelah makan

Page 51: Praktikum Gizi

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengukuran kadar glukosa puasa

1. Melakukan puasa minimal 8 jam sebelum mengambil darah puasa pada probandus.

2. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest.

3. Membersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol.

4. Membiarkan ujung jari mengering.

5. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar.

6. Memasukkan strip glukotest pada glukometer.

7. Menunggu hingga terlihat gambar tetesan darah.

8. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest.

9. Menunggu gambar proses (gambar jam pasir) sampai selesai.

10. Membaca kadar glukosa darah.

3.3.2 Pengukuran kadar glukosa tidak puasa

1. Melakukan makan dalam jumlah cukup, menunggu selama 2 jam.

2. Menyiapkan glukometer dan strip glukotest.

3. Membersihkan ujung jari dengan kapas beralkohol.

4. Membiarkan ujung jari mengering.

5. Menusuk ujung jari dengan menggunakan lancet steril dan membiarkan darah keluar.

6. Memasukkan strip glukotest pada glukometer.

7. Menunggu hingga terlihat gambar tetesan darah.

Page 52: Praktikum Gizi

8. Meneteskan darah pada tempat reagen di strip glukotest.

9. Menunggu gambar proses (gambar jam pasir) sampai selesai.

10. Membaca kadar glukosa darah.

Page 53: Praktikum Gizi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan pada praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Nama/ Golongan

DarahTinggi & Berat Puasa Makan

Fitroh Sani/ A 46/160 96 Mg/ DL -

Hakim/ 50/161 - 102 Mg/DL

Indah Setyo Rini/

B

42/155 56 Mg/DL -

Enni Mutiati/O 48/150 108 Mg/DL -

Yogama

Tetrasani/O

58/170 - 80 Mg/DL

Mulyo Sejati/O 60/155 - 74 Mg/DL

Samsul Bahri/B 52/167 90 Mg/DL -

Aniqul

Mutho’/AB

45/163 - 134 Mg/DL

Arif Lukmanul

Hakim/O

55/170 - 73 Mg/DL

Warda/A 45/160 - 122 Mg/DL

Arum sekar 43/154 - 48 Mg/DL

Page 54: Praktikum Gizi

Buana/O

Mursidi/B 68/162 77 Mg/DL

Lukman Baihaqi 60/167 69 Mg/DL -

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil tes kadar gula darah pada probandus didapatkan hasil yang berbeda-beda.

Hasil tes kadar gula yang puasa yaitu Fitroh Sani dengan berat/tinggi 46/160 diperoleh 96 Mg/DL, Indah

Setyo Rini dengan berat 42/155 diperoleh 56 mg/DL, Enni mutiati dengan berat/tinggi 48/150 diperoleh

108 mg/DL, Samsul Bahri dengan berat/tinggi 52/167 diperoleh 90 mg/DL, Mursidi dengan berat/tinngi

68/162 diperoleh 77 mg/DL dan Lukman Baihaqi dengan berat/tinggi diperol kadar gula dalam darah

yaitu 69 mg/DL. Sedangkan tes kadar gula yang tidak puasa yaitu Hakim dengan berat/tinggi 50/161

diperoleh 102 mg/DL, Yogma Tetrasani dengan berat/tinggi 58/170, Mulyo Sejati dengan 60/155

diperoleh 74 mg/DL, Aniqul Mutho’ dengan berat/tinggi 45/163 diperoleh 134 mg/DL, Arif Lukmanul

Hakim dengan berat/tinggi 55/170 diperoleh 73 mg/DL, Warda dengan berat/tinggi 45/160 diperoleh

122 mg/DL, Arum Sekar Buana dengan berat/tinggi 43/154 diperoleh 48 mg/Dl.

Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwasannya kadar gula darah seseorang itu dapat

dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga

dipengaruhi oleh jenis kelamin, kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena

kandungan protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok. Faktor lain yang

mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan yang dimakan mengandung banyak gizi

serta karbohidrat dan protein seperti nasi dan telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat lebih

banyak dibandingkan dengan memakan makanan yang mengandung sedikit protein. Hal lain yang

menjadi factor utama adalah dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan juga seseorang yang sudah

makan. Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya akan menurun dibandingkan orang yang sudah

makan, hal itu disebabkan karena karbohidrat yang diserap dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang

yang sudah makan akan naik sedangkan pada orang puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah.

Dalam keadaan normal, kadar gula darah berkisar antara 80-140. Setiap kali sehabis makan,

pankreas segera produksi insulin untuk mengolah karbohidrat dan berkisarlah kadar gula darah antara

Page 55: Praktikum Gizi

80-140. Bagi penderita DM, angka kadar gula darah antara 80-140 sudah terkategori tinggi. Untuk

kembali normal, perlu diatur pola makan, olah raga, jamu, obat dan suntikan insulin. Upaya tersebut

hanya dapat mengatasi atau mengendalikan kadar gula darah, tetapi tidak menyembuhkan. Kecuali zat

karbohidrat, dalam makanan sehari-hari terdapat protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Presentase

karbohidrat sekitar 60-70% sekaligus sebagai sumber utama energi (tenaga). Pada penderita DM,

sebagian (besar) karbohidrat tidak dapat diubah menjadi tenaga. Karenanya penderita DM gampang

sekali lelah akibat langsung dari persediaan energi yang terbatas.

Makanan (minuman) yang banyak mengandung karbohidrat adalah nasi, roti, mi, jagung, tales, singkong,

gula dan madu. Agar gula darah tidak tinggi, karena semua makanan tersebut harus dibatasi (nasi, roti,

dan lain-lain), atau bahkan dipantang (gula) (Anonimous, 2011).

Glukosa bersama asam lemak adalah molekul-molekul bahan bakar utama pemicu metabolisme

makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati, otak, jantung, otot, dan jaringan

adiposa. Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor amat penting, khususnya untuk menjaga

fungsi sistem saraf. Kadar gula darah bervariasi, tergantung status nutrisi. Kadar gula normal manusia,

beberapa jam setelah makan sekitar 80mg/ 100ml darah, tetapi sesaat sehabis makan meningkat

sampai 120mg/100 ml. Mekanisme homeostatik berperan untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dan

penggunaannya oleh jaringan tubuh. Bila kadar gula turun, mekanisme pelepasan gula simpanan

glikogen dalam sel (atau dari glukoneogenesis) terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara

(Nurachman, 2003).

4.2.1 Glukosa Darah Setelah Makan

Peningkatan glukosa darah segera setelah makan menstimulasi sekresi insulin dan supresi

glukagon. Hal itu bersamaan pula dengan pemasukan glukosa ke dalam hati, stimulasi sintesis glikogen,

dan penghambatan degradasi glikogen. Perubahan ini juga memicu produksi glukokinase (enzim

pertama untuk membakar glukosa menjadi energi melalui proses glikolisis), penyediaan substrat-

substrat untuk sintesis glikogen, dan pengaktifan asetil- CoA karboksilase (enzim untuk sintesis asam

lemak di hati, kemudian asam lemak ditranspor ke jaringan adiposa dalam bentuk lemak). Sintesis

glikogen serupa, juga terjadi di otot (Nurachman, 2003).

Beberapa jam kemudian, bila kadar glukosa turun, kejadian sebaliknya berlangsung. Sekresi

insulin ditekan dan sekresi glukagon ditingkatkan. Penurunan insulin mengurangi penggunaan gula oleh

Page 56: Praktikum Gizi

otot, hati, dan jaringan adiposa. Kejadian ini mempromosikan mobilisasi glikogen dalam hati melalui

mekanisme kaskade yang mengaktifkan glikogen fosforilase (enzim pertama dalam tahapan degradasi

glikogen) dan menonaktifkan glikogen sintase (enzim untuk sintesis glikogen). Degradasi lemak di

adiposa juga teraktifkan. Mekanisme pengaturan kadar gula di atas terjadi secara otomatis sehingga

kadar gula darah konstan dan selalu tersedia untuk menjalankan fungsi otak. Semua ini dapat

berlangsung atas kerja prima pankreas yang memproduksi enzim-enzim pencernaan dan hormon-

hormon pengatur kadar gula darah (Nurachman, 2003).

4.2.2 Kadar Gula Darah Orang Puasa

Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan

mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon

insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh. Pengontrolan gula darah

yang baik akan mencegah penyakit diabetes tipe 2, yang disebabkan hormon insulin tidak sensitif lagi

mengontrol gula darah.Puasa sangat bagus dalam menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai

kadar seimbang. Berdasarkan ini, puasa sesungguhnya memberikan kesempatan kepada kelenjar

pankreas untuk beristirahat. Maka, pankreas pun mengeluarkan insulin yang menetralkan gula menjadi

zat tepung dan lemak. Sudah banyak dilakukan usaha pengobatan terhadap diabetes dengan mengikuti

"sistem puasa" selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 jam. Setiap kelompok mendapatkan

pengaruh sesuai keadaan. Kemudian, para penderita mengonsumsi makanan ringan secara berurutan

yang kurang dari 3 minggu. Metode ini telah mencapai hasil menakjubkan dalam pengobatan diabetes

dan tanpa menggunakan satu pun obat kimiawi (Romdoni, 2007).

4.2.3 Air Kencing Mengandung Glukosa

Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau

tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya

dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan

dibuang melalui air seni. Dengan demikian air seni penderita kencing manis akan mengandung gula

sehingga sering dilebung atau dikerubuti semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi /

tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal,

Page 57: Praktikum Gizi

dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl

dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-

120 mg/dl (Anonimous, 2011).

4.2.4 Penanganan Diabetes

Penanganan Diabetes mellitus memerlukan pemeliharaan jangka panjang kadar gula darah yang

sedekat mungkin dengan kadar normal untuk memperkecil resiko vaskular. Pengukuran kadar gula

darah puasa tunggal merupakan indikasi tercepat keadaan pasien beberapa jam sebelumnya, tetapi

tidak mewakili status sebenarnya dari pengaturan gula darah. Indeks akurat rata-rata konsentrasi gula

darah diperoleh dengan pengukuran hemoglobin A1C (HbA1C) setiap dua sampai tiga bulan. HbA1C

merupakan suatu glikohemoglobin yang dibentuk dalam dua tahap oleh glikasi nonenzimatik dari

hemoglobin A (HbA). Kadar HbA1C sebanding dengan rata-rata konsentrasi glukosa serta jangka waktu

sirkulasi hemoglobin (Lopulalan, 2008).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 58: Praktikum Gizi

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tentang kadar gula darah maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Mekanisme kadar gula orang puasa adalah pengurangan konsumsi kalori secara fisiologis akan

mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah. Ini akan meningkatkan sensitivitas hormon

insulin dalam menormalkan kadar gula darah dan menurunkan suhu tubuh.

2. Kadar gula darah orang yang setelah makan akan naik, hal ini dikarenakan kandungan karbohidrat yang

akan dipecah menjadi glukosa sebagai energi dalam tubuhnya untuk aktifitas otak. Hal ini akan

menstimulasi sekresi insulin dan supresi glukagon.

3. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak

adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya

dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan

dibuang melalui air seni.

Page 59: Praktikum Gizi

DAFTAR PUSTAKA

(Anonimous,2011).Information and facts on the Insulin.

(http://www.suarapembaruan.com)

Akses : Akses 03 Mei 2011

Campbell, Neil A. dkk. 2004 .Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekilas Tentang Diabetes Mellitus. Jakarta: Media Artikel.

Nurachman, Zeily. 2003. Diabetes. Bandung: ITB.

Romdoni, Rochmad. 2007. Puasa Itu Sehat. Surabaya: Jawa Pos.

Soewolo, dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Jakarta: Pengembangan Guru Sekolah Menengah

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM

Created By Indah Setyo Rini di 06:41

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Reaksi:

0 komentar:

Poskan KomentarAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

TABEL GULA DARAH (CHART)

Page 60: Praktikum Gizi

Untuk mengetahui kadar glukosa normal, tinggi dan rendah, mari kita lihat tabel  gula darah (Chart). Rentang normal untuk tingkat gula darah dipelihara oleh tubuh untuk kelancaran fungsi adalah pada 70-150 mg / dL. Adalah normal untuk tingkat gula untuk berfluktuasi sepanjang hari, kadar glukosa adalah yang terendah di pagi hari, dan kebanyakan cenderung naik selama beberapa jam setelah makan, tergantung pada volume karbohidrat yang dikonsumsi. Tubuh kita memiliki mekanisme yang sangat baik untuk mengatur kadar gula darah normal, dalam kasus jatuh. Extra glukosa disimpan dalam hati sebagai glikogen, mudah penyerapan sendiri dalam aliran darah, ketika penurunan kadar gula.

Tabel gula darah didasarkan pada pengukuran gula darah rata-rata orang dewasa yang sehat normal :

Tabel Gula DarahBagaimana Gula Darah Diukur/ di Cek?Pengujian glukosa darah dilakukan ke layar sehat, individu tanpa gejala untuk diabetes. Glukosa dalam darah diukur sebagai serum darah secara keseluruhan, juga dikenal sebagai plasma. Peningkatan atau penurunan kadar gula darah dalam tubuh manusia dapat menyebabkan, baik hiperglikemia atau hipoglikemia, masing-masing. Kebanyakan orang dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) yang didiagnosis dengan diabetes. Tes darah glukosa dilakukan untuk memantau kadar glukosa pada manusia. Hal ini dapat diukur secara puasa, secara acak, post prandial (setelah makan), dan / atau sebagai bagian dari tes toleransi glukosa oral (OGTT / GTT).

Dengan Tabel gula darah, kita akan lebih mudah memahami batas-batas gula darah yang aman. Simpan atau download Tabel gula darah untuk menjadi referensi sewaktu-waktu. Tetapi yang paling penting adalah anda harus melakukan pantangan/diet gula darah tinggi. Anda harus sering browsing di Google untuk mencari "apa itu gula darah, bagaimana menurunkan gula darah, obat gula darah"..itu harus anda ketahui. Oke silahkan mencari info obat gula darah yang lain di website ini. Diposkan oleh Cak Majid di 09:49 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: Tabel Gula Darah Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Page 61: Praktikum Gizi

Tes Gula Darah Sendiri Tak Efektif untuk Semua Pasien Diabetes

Adelia Ratnadita - detikHealth

Browser anda tidak mendukung iFrame

(Foto: thinkstock)Jakarta, Pasien diabetes bisa memeriksa kadar gula darahnya sendiri dengan menggunakan alat monitor gula darah bernama Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG). Tapi SMBG ternyata tidak efektif digunakan untuk semua pasien diabetes, alat ini hanya cocok untuk pasien diabetes tipe 1 tapi tidak efektif untuk pasien diabetes tipe 2.

Sekedar info, diabetes tipe 1 biasanya terjadi akibat faktor genetik yang membuat pankreas tidak bisa memproduksi hormon insulin. Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi karena kemampaun pankreas memproduksi hormon insulin berkurang akibat perubahan gaya hidup.

Alat SMBG gagal efektif pada penderita diabetes tipe 2 karena kemampuan mengontrol gula tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Kajian sistemik menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes tipe 2 yang tidak tergantung insulin tidak menggunakan SMBG untuk mengatur pola makan dan gaya hidup. Sehingga SMBG tidak efektif untuk semua pasien diabetes.

Tapi pada pasien diabetes tipe I yang menggunakan terapi insulin alat ini justru sangat membantu. Karena pasien bisa menggunakan kadar glukosa untuk menyesuaikan dosis insulin.

Perangkat yang digunakan untuk memeriksa kadar gula darah adalah alat untuk menguji konsentrasi glukosa dalam darah (glikemia). Tes glukosa darah dilakukan dengan cara menusuk kulit, biasanya di jari untuk mengambil darah. Kemudian mengusapkan darah ke tes strip.

Page 62: Praktikum Gizi

Enam bulan pertama SMBG adalah saat waktu tingkat HbA1c menurun sebesar 0,26 persen. Tapi data dari 2 percobaan yang melibatkan 493 peserta menunjukkan bahwa, pengaruh SMBG tidak lagi signifikan pada 12 bulan selanjutnya, dengan penurunan kadar HbA1c sebesar 0,1 persen terutama pada pasien diabetes tipe 2.

Uriell L. Malanda, MD, dan rekan dari VU University Medical Center di Amsterdam juga telah mengulas 12 penelitian yang melibatkan 3259 pasien dengan diabetes yang tidak tergantung insulin. Hasilnya diterbitkan dalam edisi terbaru dari Cochrane Library.

"Pemantauan diri glukosa darah pada pasien yang tidak tergantung insulin memiliki dampak minimal pada kontrol glikemik, tidak berdampak pada kesejahteraan umum atau kualitas hidup, dan agak mahal. Akibatnya, tidak menambah manfaat jangka panjang yang relevan secara klinis," kata Dr Malanda seperti dilansir dari MedscapeNewsToday, Senin (20/2/2012).

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh SMBG pada hipoglikemia dan komplikasi dari diabetes tipe 2.

(del/ir)

BACA JUGA :

63 Tenaga Medis Berjuang Demi Selamatkan 1 Bayi dari Demam Aneh Ruangan yang Terlalu Tenang Bisa Kacaukan Otak Risiko Gemuk Meningkat Jika Banyak Diskon di Supermarket Pengobatan-pengobatan Paling Aneh dari Penjuru Dunia

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Beranda About Tentang Kami

Facebook Pengumpan RSS ← INSOMNIA (GANGGUAN TIDUR)

TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) →

Page 63: Praktikum Gizi

GLUKOSA DARAH

Jun 27

Posted by sitimaulidaniah

Pekanbaru(infobidannia), Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.

Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida; dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan meningkatkan pemakaian glukosa.

Glukagon dihasilkan oleh sel-sel α, meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin. Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin; hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal.

Saat setelah makan atau minum, terjadi peningkatan kadar gula darah yang merangsang pankreas menghasilkan insulin untuk mencegah kenaikan kadar gula darah lebih lanjut. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kombinasi keduanya, akan berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam darah.

Page 64: Praktikum Gizi

Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir) sebesar ≥ 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post prandial) ≥ 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.

Kadar glukosa puasa memberikan petunjuk terbaik mengenai homeostasis glukosa keseluruhan, dan sebagian besar pengukuran rutin harus dilakukan pada sampel puasa. Keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi kadar glukosa (mis. diabetes mellitus, kegemukan, akromegali, penyakit hati yang parah, dsb.) mencerminkan kelainan pada berbagai mekanisme pengendalian glukosa.

Uji gula darah post prandial biasanya dilakukan untuk menguji respons penderita terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah makan (sarapan pagi atau makan siang).

Untuk kasus-kasus hiperglikemia atau bahkan hipoglikemia yang tak jelas, biasanya dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). TTG oral dipengaruhi oleh banyak variable fisiologik dan menjadi subjek dari bahan interpretasi diagnostik yang berbeda-beda. Uji toleransi glukosa intravena jarang diindikasikan untuk tujuan diagnosis.

PROSEDUR

Jenis spesimen

Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma.Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah.Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah.Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan bahkan dalam suhu kamar.Pengumpulan spesimen

Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak selama 5 menit dan lengan diangkat

Page 65: Praktikum Gizi

untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi vena-vena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih.

Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri atau kapiler.

Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih.

Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 3-5 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa kadar glukosa.

Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu.

Metodologi

Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang memperoleh atau berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15 mg/dl.

Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit.

Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan

Page 66: Praktikum Gizi

pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka.

NILAI RUJUKAN

Gula darah sewaktu DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl, ANAK : sampai dengan 120 mg/dl, LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

Gula darah puasa DEWASA : Serum dan plasma : 70 – 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 – 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl, ANAK : Bayi baru lahir : 30 – 80 mg/dl; Anak : 60 – 100 mg/dl, LANSIA : 70 – 120 mg/dl.

Gula darah post prandial, DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl, ANAK : sampai dengan 120 mg/dl, LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

MASALAH KLINISPENINGKATAN KADAR(hyperglycaemia) : diabetes mellitus, asidosis diabetik, hiperaktivitas kelenjar adrenal (sindrom Chusing), akromegali, hipertiroidisme, kegemukan (obesitas), feokromositoma, penyakit hati yang parah, reaksi stress akut (fisik atau emosi), syok, kejang, MCI akut, cedera tabrakan, luka bakar, infeksi, gagal, ginjal, hipotermia aktifitas, pankreatitis akut, kanker pankreas, CHF, sindrom pasca gastrektomi (dumping syndrome), pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH; kortison; diuretik (hidroklorotiazid, furosemid, asam etakrinat); obat anestesi, levodopa.PENURUNAN KADAR (hypoglycaemia) : reaksi hipoglikemik (insulin berlebih), hipofungsi korteks adrenal (penyakit Addison), hipopituitarisme, galaktosemia, pembentukan insulin ektopik oleh tumor/kanker (lambung, hati, paru-paru), malnutrisi, ingesti alkohol akut, penyakit hati yang berat, sirosis hati, beberapa penyakit penimbunan glikogen, hipoglikemia fungsional (aktifitas berat), intoleransi fruktosa herediter, eritroblastosis fetalis, hiperinsulinisme. Pengaruh obat : insulin yang berlebih, salisilat, obat antituberkulosis.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat-obatan (kortison, tiazid, “loop” diuretik) dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Trauma, stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Penundan pemeriksaan serum dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah. Merokok dapat meningkatkan kadar gula darah serum. Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Home

Page 67: Praktikum Gizi

Diabetes Mellitus

July 22, 2009 at 4:42 am Leave a comment

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B. KlasifikasiKlasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

C. Etiologi

* Diabetes tipe I:

1. Faktor genetikPenderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.2. Faktor-faktor imunologiAdanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin

Page 68: Praktikum Gizi

endogen.3. Faktor lingkunganVirus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.

* Tipe IIMekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)2. Obesitas3. Riwayat keluarga

D. Tanda dan GejalaKeluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :1. Katarak2. Glaukoma3. Retinopati4. Gatal seluruh badan5. Pruritus Vulvae6. Infeksi bakteri kulit7. Infeksi jamur di kulit8. Dermatopati9. Neuropati perifer10. Neuropati viseral11. Amiotropi12. Ulkus Neurotropik13. Penyakit ginjal14. Penyakit pembuluh darah perifer15. Penyakit koroner16. Penyakit pembuluh darah otak17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.

Page 69: Praktikum Gizi

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

E. Patofisiologi/Pathways

F. Pemeriksaan Penunjang1. Glukosa darah sewaktu2. Kadar glukosa darah puasa3. Tes toleransi glukosaKadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)Bukan DM Belum pasti DM DMKadar glukosa darah sewaktu

Page 70: Praktikum Gizi

- Plasma vena- Darah kapilerKadar glukosa darah puasa- Plasma vena- Darah kapiler

<>

<110>

100-20080-200

110-12090-110

>200>200

>126>110Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

G. PenatalaksanaanTujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :1. Diet2. Latihan3. Pemantauan4. Terapi (jika diperlukan)5. Pendidikan

H. Pengkajian? Riwayat Kesehatan KeluargaAdakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?? Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan SebelumnyaBerapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Page 71: Praktikum Gizi

? Aktivitas/ Istirahat :Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

? SirkulasiAdakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah? Integritas EgoStress, ansietas? EliminasiPerubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare? Makanan / CairanAnoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.? NeurosensoriPusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.? Nyeri / KenyamananAbdomen tegang, nyeri (sedang / berat)? PernapasanBatuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)? KeamananKulit kering, gatal, ulkus kulit.

I. Masalah Keperawatan1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan2. Kekurangan volume cairan3. Gangguan integritas kulit4. Resiko terjadi injury

J. Intervensi1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhiKriteria Hasil :? Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat? Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanyaIntervensi :? Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.? Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.? Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.? Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.? Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.? Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.

Page 72: Praktikum Gizi

? Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.? Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.? Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhiKriteria Hasil :Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :? Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik? Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul? Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas? Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa? Pantau masukan dan pengeluaran? Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung? Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.? Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur? Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.Kriteria Hasil :Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksiIntervensi :? Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.? Kaji tanda vital? Kaji adanya nyeri? Lakukan perawatan luka? Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.? Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatanTujuan : pasien tidak mengalami injuryKriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuryIntervensi :? Hindarkan lantai yang licin.? Gunakan bed yang rendah.? Orientasikan klien dengan ruangan.? Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari? Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Page 73: Praktikum Gizi

Sumber : Ricky

Pengobatan Alami terhadap penderita Diabetes adalah mengkonsumsi nutrisi berikut ini :

1. Calsium II 1×12. Cordyceps 2×23. Chitosan 2×2 (Chitosan diminum dan ditaburkan pada luka)4. Diacont 2×2

Rate this:

      Rate ThisAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Penetapan kadar Fe, Mn, Zn pada air minum isi ulang

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang

tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup baik tumbuhan maupun hewan sebagian besar

tersusun oleh air, dimana sel tumbuhan mengandung lebih dari 75% air dan di dalam sel hewan

mengandung lebih dari 67% air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat

dan tiap tingkatan kehidupan (Suriawiria, 1986).

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan

sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Page 74: Praktikum Gizi

Dalam hal ini persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, dimana setiap komponen yang

dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan. Air minum selain merupakan

kebutuhan esensial, namun juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, keracunan dan

sebagainya (Widyanti, 2004).

Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan anorganik. Mineral

anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain mengandung unsur seperti besi (Fe), mangan

(Mn), seng (Zn), timbal (Pb), alumunium (Al) dan sebagainya (Tjan, 2010).

Besi (Fe) adalah satu elemen yang dapat ditemui dalam air, besi dalam jumlah kecil di dalam

tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, namun dalam dosis besar dapat

merusak dinding usus. Seng (Zn) merupakan mineral mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan,

penambah nafsu makan dan penyembuhan luka, asupan seng yang berlebih dapat menyebabkan mual,

muntah, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Mangan (Mn) merupakan mineral mikro yang terdapat pada

kelenjar hipofisis, dan tulang. Apabila kadar Mn melebihi batas yang ditetapkan dapat menyebabkan

kerusakan pada hati (Yuliana, 2009; Gunawan, 2009).

Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai maupun air

tanah yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, baik dari rumah tangga hingga

limbah beracun dari industri. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang

menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun harga air minum dalam kemasan (AMDK) dari

berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah. Air

minum isi ulang menjadi jawabannya. Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya

bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga

Page 75: Praktikum Gizi

beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan

(Widyanti, 2004).

Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan

masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak

semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Hasil pengujian laboratorium yang

dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) atas kualitas depot air minum isi ulang di

Jakarata menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan

merkuri (Hg) pada sejumlah sampel air minum isi ulang (Widyanti, 2004).

Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis ingin memeriksa kadar mineral besi

(Fe), seng (Zn), mangan (Mn), pada air minum isi ulang yang beredar di daerah Siteba kota Padang.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah kadar kandungan besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang yang

diproduksi di daerah Siteba kota Padang sudah memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang kualitas air minum ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui kadar kandungan besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada

air minum isi ulang yang diproduksi di daerah Siteba kota Padang.

1.4 Hipotesa Penelitian

Kadar kandungan mineral besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn) pada air minum isi ulang yang

beredar di daerah Siteba kota Padang tidak memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan

oleh Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang kualitas air minum.

Page 76: Praktikum Gizi

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui kandungan kadar besi (Fe), seng (Zn) dan mangan (Mn),air yang

dikategorikan aman dan memenuhi syarat yang ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002.

Page 77: Praktikum Gizi

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan suatu senyawa kimia yang paling dikenal dan banyak terdapat di bumi. Suatu

molekul air terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Air merupakan senyawa yang sangat

penting bagi kehidupan. Sifat yang sangat penting bagi kehidupan antara lain kemampuannya

melarutkan berbagai vitamin, mineral, dan zat lain yang diperlukan oleh makhluk hidup (Hartono, 1990).

Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan, semua bahan makanan

mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air

berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang

menstabilkan pembentukan bipolimer, dan sebagainya (Winarno,1997).

Bila badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa kandungan

airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2,5 liter harus diganti

Page 78: Praktikum Gizi

dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti tersebut 1,5 liter berasal dari air

minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi (Winarno, 1997).

2.1.1 Sumber Air

Pada prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus

hidrologi. Dari siklus hidrologi dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat digunakan

sebagai sumber air minum (Sutrisno & Kusnoputranto, 2002). Sumber air tawar tersebut adalah:

a. Air Hujan

Air hujan merupakan hasil penyubliman awan atau uap menjadi air murni yang ketika turun dan

melalui udara akan melarutkan benda yang terdapat di udara, dalam keadaan murni sangat bersih.

Diantara beberapa benda yang terlarut dari udara tersebut adalah gas (O2, CO2, H2 dan lain-lain), jasad

renik dan debu. Setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air murni lagi, maka

hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai saat hujan

turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Pitojo & Purwantoyo, 2002).

b. Air Permukaan

Air permukaan adalah sumber air yang berasal dari permukaan tanah, baik keberadaannya

tersebut bersifat sementara dan mengalir ataupun stabil, dalam hal ini permukaan air tanah adalah

sejajar dengan sumber air permukaan tersebut. Pada umumnya sumber air permukaan baik yang

berasal dari sungai, danau, ataupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung

Page 79: Praktikum Gizi

dikonsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan

(Sugiharto, 1985).

c. Air Tanah (Kusnoputranto & Susanna, 2002)

Air tanah dibedakan atas dua macam, air lapisan (Layer Water) dan air celah (Fissure Water). Air

lapisan adalah air yang terdapat di dalam ruang antar butiran tanah. Adapun air celah ialah air yang

terdapat di dalam retakan batuan dalam tanah.

Berdasarkan sifat dapat ditembus atau tidaknya oleh air, lapisan tanah dibedakan menjadi

lapisan pemeabel dan lapisan impermeable. Lapisan permeable adalah beberapa lapisan tanah yang

mudah dilalui air, misalnya lapisan pasir dan lapisan kerikil. Lapisan impermeable adalah lapisan yang

sulit ditembus

Oleh air.

2.1.2 Air Minum

Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan langsung dapat diminum. Jenis air minum meliputi :

a. Air minum yang didistribusikan malalui pipa untuk keperluan rumah tangga.

b. Air yang didistribusikan melalui tangki air.

c. Air kemasan.

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada masyarakat

(Depkes RI, 2002).

Page 80: Praktikum Gizi

2.1.3 Syarat Air Minum

Pada umumnya air minum telah memenuhi syarat apabila telah memenuhi syarat utama yaitu :

Syarat Fisik

Air yang digunakan untuk air minum sebaiknya air yang jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak

berbau, dengan suhu hendaknya dibawah suhu udara (250C)

Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat mineral atau zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui

batas yang telah ditentukan.

Syarat Biologis

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh

mengandung bakteri golongan coliform melebihi

batas-batas yang telah ditentukan yaitu 0/100 ml air (Depkes RI,2002).

2.1.4 Pemurnian Air Minum

Ada beberapa metoda pemurnian air minum dalam usaha membunuh mikroba dan membuang

logam berat yang berada didalam air, khususnya yang berkaitan dengan penyebab penyakit.

a.Sterilisasi Ozon

Page 81: Praktikum Gizi

Pemurnian air dengan menggunakan senyawa ozon dapat membunuh mikroba didalam air,

dapat menghilangkan bau dan rasa yang umumnya disebabkan oleh komponen organik dan anorganik

yang terdapat dalam air dan tidak menimbulkan bau ataupun rasa yang umumnya terjadi dengan

penggunaan bahan kimia. Ozon juga bersifat bakterisida, virusida, algisida, fungisida serta mengubah

senyawa organik komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana (Sutrisno & Kusnoputranto, 2002).

b.Reverse Osmosis

Pemurnian air dengan penyaringan berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan

dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada disalah satu sisi membran seleksi

(lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap dilapisan yang dialiri tekanan

sehingga zat pelarut murni (air) bisa mengalir kelapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat

selektif atau bisa memilah yang artinya bisa dilewati pelarutnya tapi tidak bisa dilewati zat terlarut

seperti molekul berukuran besar dan ion-ion (Wales, 2011).

c.Sterilisasi dengan Sinar Ultra Violet

Penyinaran Ultra Violet (UV) lebih efektif membunuh mikroorganisme patogen. Cahaya

ultraviolet adalah cahaya yang tidak dapat dilihat oleh mata dan merupakan radiasi elektromagnetik

yang berada pada kisaran panjang gelombang 1 – 400 nm, namun cahaya UV yang paling efektif

menginaktifasi mikroorganisme dalam air adalah dengan panjang gelombang 254 nm. Bila

mikroorganisme disinari oleh sinar ultra violet, maka ADN (Asam Deoksiribonukleat) dari

mikroorganisme tersebut akan menyerap energi sinar UV, sehingga energi itu melumpuhkan

kemampuan reproduksi mikroorganisme tersebut (Nana, 2011).

Page 82: Praktikum Gizi

d.Penyaringan bertahap terdiri dari:

Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi

saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Saringan karbon aktif yang berasal dari

batu bara atau batok kelapa yang berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Saringan /filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 mikron

(Amrih, 2005).

2.2 Mineral

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk

tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi

unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang

diketahui (San, 2009).

Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda jenisnya

diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik, yang telah pasti adalah

natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium dan belerang. Unsur-unsur ini terdapat dalam tubuh dalam

jumlah yang cukup besar dan karenanya disebut mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti

besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt, dan flour hanya terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang

kecil saja, karena itu disebut mineral mikro (Winarno, 1997).

Dalam kehidupan semua umat manusia membutuhkan mineral yang mana mineral tersebut harus

sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia / makhluk hidup. Akan tetapi kita harus meneliti lebih detail

lagi mineral macam apakah yang diperlukan oleh tubuh manusia. Mineral organik adalah mineral yang

amat dibutuhkan tubuh serta berguna bagi tubuh kita, mineral ini dapat kita peroleh dari sumber yang

hidup atau mempunyai kehidupan, mengandung karbon dan dapat membawa kehidupan bagi sel-sel di

Page 83: Praktikum Gizi

dalam tubuh. Mineral organik umumnya berasal dari susu dan tumbuh-tumbuhan, seperti sayuran,

kacang-kacangan dan buah-buahan (Tjan, 2010)

Air yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral organik dan anorganik. Mineral

anorganik yang terkandung dalam air minum antara lain mengandung unsur seperti kalsium karbonat

(CaCO3), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), timbal (Pb), alumunium (Al), merkuri (Hg), atau bahan-bahan

kimia hasil dari resapan tanah dan lain sebagainya. Seperti kita ketahui bahwa setiap unsur tersebut

mempunyai berat jenis dan bahan kimiawi yang bilamana terkonsumsi akan dapat menumpuk pada

tubuh manusia, sehingga lama-kelamaan akan dapat merusak tubuh kita terutama pada pada bagian

ginjal dan hati, dimana

kedua organ tersebut berfungsi sebagai filter bagi tubuh (Tjan, 2010).

2.2.1 Besi (Fe) (Yuliana, 2009)

Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada

semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat

terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+. Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation

ferri (Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk

senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO. Fe2O3 dan lain-lain. Kosentrasi besi

terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai 0,3 mg/L.

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel

darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Besi dibutuhkan

untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah

merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia. Zat Fe yang

melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan, hal ini dikarenakan

Page 84: Praktikum Gizi

tubuh manusia tidak dapat mengekskresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat transfusi

darah kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung

menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat

merusak dinding usus.

2.2.2 Seng (Zn) (Gunawan, 2009)

Seng merupakan kofaktor lebih dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme asam nukleat

dan sintesis protein. Mineral ini diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi dan maturasi alat kelamin, nafsu

makan dan penyembuhan luka. Dalam tubuh manusia terkandung 2 gram zink, terutama terdapat pada

rambut, tulang, mata, dan kelenjar alat kelamin pria.

Defisiensi Zn dapat terjadi akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada orang tua, alkoholisme

dengan sirosis dan gizi buruk. Disfungsi kelamin dan impoten yang terjadi pada pasien penyakit ginjal

kadang-kadang sebagian dapat diatasi dengan pemberian Zn. Zn mempunyai batas keamanan yang

relatif lebar. Dengan dosis 1 mg/kg/hari untuk mengobati defisiensi hampir tidak menimbulkan efek

samping, meskipun dosis berlebihan jangka lama tidak dianjurkan. Asupan Zn yang berlebih

menyebabkan defisiensi Cu besi, karena dapat mempengaruhi absorpsi dan penggunaannya serta

dapat menyebabkan mual, muntah, sakit

kepala, menggigil, demam, dan nyeri abdomen.

2.2.3 Mangan (Mn)

Mineral ini terdapat pada mitokondria sel terutama pada kelenjar hipofisis, hati, pancreas, ginjal

dan tulang. Mangan mempengaruhi sintesis polisakarida, menstimulasi sintesis kolesterol hati dan asam

lemak, dan merupakan kofaktor banyak enzim seperti arginase dan alkali fosfatase di hati. Apabila kadar

Page 85: Praktikum Gizi

Mn melebihi batas yang ditetapkan pada air minum akan menimbulkan rasa aneh pada minuman dan

dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Gunawan,

2009; Sugiharto, 1985).

2.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Teknik analisa dari spektrofotometer serapan atom (SSA) pertama kali diperkenalkan oleh Welsh

(Australia ) pada tahun 1955. Metode ini berkembang dengan pesat dan merupakan metode yang

populer untuk analisa logam karena disamping relatif sederhana metode ini juga selektif dan sangat

sensitif. Spektrofotometer serapan atom telah digunakan untuk penetapan sebanyak lebih kurang 70

unsur. Penggunaannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensik material, makanan dan minuman, air

termasuk air buangan, tanah, tanaman, pupuk, besi, baja, logam campur, mineral, hasil-hasil minyak

bumi, farmasi dan kosmetik (Harmita, 2006).

Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut

pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti

memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya

ke tingkat

eksitasi (Khopkar, 1990).

2.3.1 Mekanisme Kerja Spektrofotometri Serapan Atom (Salvin, 1986;

Sastrohamidjodjo, 1991)

Lampu katoda berongga terdiri dari katoda dan anoda yang ditempatkan pada ruangan yang

berisikan gas inert (neon atau argon), katoda ini dilapisi dengan logam yang akan dianalisis. Diantara

katoda dan anoda diberikan tegangan tinggi yang menyebabkan katoda memancarkan berkas elektron

Page 86: Praktikum Gizi

menuju anoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Dalam perjalanan ke anoda elektron

bertabrakan dengan atom-atom gas mulia, akibatnya atom gas mulia kehilangan elektron dan berubah

menjadi ion-ion positif yang bergerak ke katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi, sehingga

atom unsur ini mengalami eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Karena tidak stabil maka ia kembali

ke tingkat energi dasar, dengan memancarkan sinar monokromatis yang khas tergantung jenis

logamnya.

Larutan untuk sampel ditarik dengan pipa kapiler masuk ke ruang pengabut. Dalam ruangan ini

larutan sampel dikabutkan membentuk suspensi partikel halus yang dibawa aliran gas masuk ke dalam

nyala yang timbul dari campuran gas bahan bakar dengan gas pembakaran. Dalam nyala ini terjadi

proses penguapan pelarut sehingga yang tertinggal hanya zat terlarut (berupa garam). Partikel ini lalu

menguap dan akan terdisosiasi membentuk uap atom netral.

Kabut halus atom netral dari unsur yang akan dianalisis diradiasi dengan sumber radiasi yang

memancarkan spektrum garis yang dihasilkan oleh lampu katoda. Sebagian dari intensitas radiasi

tersebut diserap oleh atom-atom unsur yang elektronnya berada pada keadaan dasar sehingga

tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Radiasi yang tidak diserap atau diteruskan diukur dengan

detektor melalui monokromotor. Detektor mengubah energi sinar menjadi energi listrik. Energi listrik

yang dihasilkan relatif kecil maka diperkuat dengan amplifier kemudian diteruskan ke prosesor dan alat

pencatat. Berikut komponen-komponen yang menyusun spektrofotometer serapan atom:

Page 87: Praktikum Gizi

Gambar 1.

Komponen Penyusun Spektrofotometri Serapan Atom

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri serapan atom merupakan metoda untuk menetukan kadar logam dalam

cuplikan yang sangat komplek, dengan konsentrasi sangat kecil, pengerjaannya cepat dengan sensitifitas

tinggi, selektif dan sangat spesifik untuk unsur yang akan ditentukan, karena gangguannya lebih sedikit

bila dibandingkan dengan cara spektrofotometri biasa (Day & Underwood, 1996).

Metoda spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa kekurangan diantaranya ada

beberapa unsur yang tidak menghasilkan uap atom pada keadaan dasar saat mencapai nyala seperti

tidak terdisosiasi. Beberapa nyala lebih tepat untuk beberapa unsur tertentu, maka dengan

bertambahnya analit yang akan ditentukan, juga akan dilakukan penukaran terhadap sumber sinar gas

pembakaran dan diperlukan lampu katoda yang mahal untuk setiap unsur (Sastrohamidjodjo,

1991).

Page 88: Praktikum Gizi
Page 89: Praktikum Gizi

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012 di Laboratorium

Kopertis Wilayah X dan Laboratorium Kesehatan Padang.

3.2.Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penentuan kadar kandungan mineral dan pH terdiri dari

Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ) (Varian®), lampu katode berongga Fe, lampu katode berongga

Zn, lampu katode berongga Mn, pipet ukur, labu ukur, beker glass, hot plate dan pH meter (Benchtop®).

Alat yang digunakan dalam pengujian bakteriologik terdiri dari autoklaf, inkubator, botol steril,

pipet ukur, tabung reaksi, tabung durham, rak tabung reaksi, jarum ose, beker glass, lampu spritus.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penentuan kadar kandungan mineral dan pH adalah 3 sampel air

minum isi ulang yaitu A, B dan C, larutan standar besi ( Fe ), larutan standar seng ( Zn ), larutan standar

mangan ( Mn ), HNO3 pekat, aquadest.

Bahan yang digunakan dalam pengujian bakteriologik ini adalah 3 sampel air minum isi ulang yaitu A, B

dan C, medium Laktosa Broth, medium Briliant

Green Laktosa Broth (BGLB) dan aquadest.

Page 90: Praktikum Gizi

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel diambil secara random dari 3 depot air minum isi ulang A, B dan C yang terdapat di

daerah Siteba kota Padang. Sampel air yang diambil tiap depotnya sebanyak + 500 mL yang diambil

dengan menggunakan botol plastik

untuk penentuan kadar mineral.

3.3.2Penentuan Kadar Kandungan Mineral

3.3.2.1Penyiapan Sampel

Masing-masing sampel diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalam beker glass kemudian

ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5 mL, kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga sampel tersisa +

20 mL. Kemudian sampel didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian

diencerkan dengan

aquadest sampai 50 mL, homogenkan.

3.3.2.2Pembuatan Larutan Standar

1.Larutan Standar Besi (Fe NH4(SO4)2)

a.Larutan Fe 100 mg/L

Larutan Fe 1000 mg/L (Merck®) dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

b.Larutan Fe 10 mg/L

Page 91: Praktikum Gizi

Larutan Fe 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

c.Larutan standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Larutan Fe 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

2.Larutan standar seng (ZnSO4)

a.Larutan Zn 100 mg/L

Larutan Zn 1000 mg/L (Merck®) dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

b.Larutan Zn 10 mg/L

Larutan Zn 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

c.Larutan standar Zn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Larutan Zn 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

3.Larutan standar mangan (MnSO4)

a.Larutan Mn 100 mg/L

Larutan Mn 1000 mg/L (Merck®) dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

Page 92: Praktikum Gizi

b.Larutan Mn 10 mg/L

Larutan Mn 100 mg/L dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

c.Larutan standar Mn 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Larutan Mn 10 mg/L dipipet sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian

diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

3.3.2.3Pengukuran Serapan Deretan Larutan Standar dan Sampel dengan Spektrofotometer Serapan

Atom

Terlebih dahulu hidupkan alat, lalu pasang lampu katode Fe untuk penentuan kadar Fe (besi),

lampu katode Zn untuk penentuan kadar Zn (seng) dan lampu katode Mn untuk penentuan kadar Mn

(mangan). Kemudian diatur serapan maksimumnya pada panjang gelombang 248,3 nm untuk Fe; 213,9

nm untuk Zn dan 279,5 nm untuk Mn. Selanjutnya set zero alat dengan menggunakan larutan blanko

aquadest (0 mg/L). Ukur absorban masing-masing larutan standar Fe, Zn dan Mn mulai dari konsentrasi

terendah sampai konsentrasi tertinggi, kemudian ukur absorban sampel A, B dan C.

3.3.2.4Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengukuran serapan larutan standar dibuat kurva kalibrasinya.

Konsentrasi larutan sampel dihitung berdasarkan kurva kalibrasi larutan standar. Sehingga kadar mineral

dalam air minum isi ulang dapat dihitung dengan y = a + b x

dimana : y = absorban

x = konsentrasi

Page 93: Praktikum Gizi

a = tetapan regresi ( intersep )

b = koefisien regresi ( slope = kemiringan)

Page 94: Praktikum Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Amrih, P. (2005). Proses Produksi Air Minum di Depot Air Minum. Diakses 20 Oktober 2011 dari www.pitoyo.com.

Day, A.R., & Underwood, A.L. (1996). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Departemen Kesehatan RI. ( 2002 ). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 Tentang Syarat – syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum. Jakarta: Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes Republik Indonesia.

Gunawan, S.G. (2009). Farmakologi dan Terapi Ed 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

Hartono, B. (1990). Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Juniawati, N.K. (2010). Analisis Cd dan Cu dengan Metoda Spektrofotometri Serapan Atom. Diakses 27 November 2011 dari http://annisanfushie.com.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kusnoputranto, H., & Susanna, D. (2002). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Nana, S.S., (2007). Efektifitas Ultraviolet Dalam Mereduksi Bakteri Patogen Didalam Media Air Budidaya. Diakses 20 Oktober 2011 dari www.slidesharenet.com.

Pitojo, S., & Purwantoyo, E. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratikno, A. (2010). Tujuh Depot Air Isi Ulang di Sawahlunto Tidak Sesuai Izin Kesehatan. Diakses 23 Februari 2011 dari http://www.korandigital.com.

Salvin, M. (1986). Atomic Absorption Spectroscopy. Chemistry Departemen Brook Haven National Laboratorium. New York.

San, A. (2009). Mineral Untuk Nutrisi Tubuh. Diakses 13 Januari 2011 dari. http:/www.dokter-medis.blogspot.com.

Sugiharto. (1985). Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat. Tanjungkarang: Sekolah Pembantu Penilik Hygiene.

Page 95: Praktikum Gizi

Sutrisno, C.T., & Kusnoputranto. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Asdi Maha Satya.

Sutrisno, C.T., & Suciastuti, E. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Bina Aksara.

Tjan, S.L. (2011). pH Air Minum dan Darah Manusia. Diakses 16 November 2011 dari http://www.victoria-ro.com.

Tjan, S.L. (2010). Tentang Air. Diakses 23 Februari 2011 dari. http://www.victoria-ro.com.

Wales, J. (2011). Osmosis Terbalik. Diakses 20 Oktober 2011 dari http://www.wikipedia.org.com.

Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi Kesehatan, Volume 3,1,64-73.

Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yuliana, R. (2009). Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air. Diakses 13 Januari 2011dari http://www.advancebpp.com.

Diposkan oleh i'm a pharmasist( nova) di 05:59

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan KomentarAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa