praktikum biokimia muskuloskeletal

Upload: stella-nathania

Post on 02-Jun-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    1/14

    Tujuan Praktikum

    Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur, sifat-sifat asam-asam amino, peptide dan

    protein; mengetahui adanya ikatan peptida maupun sifat-sifat tertentu dari asam amino

    dengan menggunakan reaksi warna dan mengetahui hasil reaksi pengendapan protein oleh

    asam, reagen alkaloid, alkohol dan reaksi warna.

    Tinjauan Pustaka

    Sebagian besar ilmu kimia organisme hidup menyangkut 5 golongan senyawa utama, yaitu:

    karbohidrat, lipida, mineral, asam nukleat dan protein. Protein menentukan kebanyakan sifat-

    sifat yang ditemukan dalam kehidupan. Protein menentukan metabolisme, membentuk

    jaringan dan membertikan kemungkinan bagai kita untuk bergerak. Protein juga berfungsi

    mengangkut senyawa-senyawa dan melindungi kita dari penyebaran mikroorganisme yang

    merugikan.

    Bahkan sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme untuk membentuk bermacam-macam jenis protein dengan kecepatan yang berbeda (Gilvery, 1996). Selain itu proses kimia

    dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang

    berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir darah merah (eritrosit)

    yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh adalah salah

    satu jenis protein (Riawan, 1990).

    Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang memakan

    tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk

    pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila tubuh

    kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam

    protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%,

    belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat

    dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan .

    Protein memiliki molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara 5000 hingga jutaan.

    Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam

    amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini

    terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudh dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH,

    dan pelarut organik (Riawan, 1990)

    Asam amino adalah senyawa yang mempunyai gugus karbkosil (-COOH) dan gugus amino (-NH2). Rumus umum untuk asam amino adalah:

    NH2

    H-C-COOH

    R

    Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon alfa adalah atom karbon

    asimetrik, kecuali bila R adalah atom H. Oleh karena itu asam amino memiliki sifat memutar

    bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Oleh karena aton karbon asimetrik, maka

    molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Molekul asam amino dikatakan

    mempunyai konfigurasi L apabila gugusNH2 terdapat di sebelah kiri atom karbon alfa. Bila

    posisi gugusNH2 di sebelah kanan, molekul asam amino itu memiliki konfigurasi D.

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    2/14

    Hal ini seperti konfigurasi D-gliseraldehida yang memiliki gugusOH di sebelah kanan atom

    karbon asimetrik. Asam-asam amino yang terdapat pada protein umumnya mempunyai

    konfigurasi L. Asam amino yang mempunyai konfigurasi D dapat diperoleh dari organisme

    mikro, misalnya D-asam glutamate dari Bacillus anthracis, D-alanin terdapat pula dalam

    dinding sel bakteri. D-asam amino dapat pula diperoleh sebagai hasil hidrolisis antibiotic

    gramisidin atau basitrasin. Konfigurasi asam amino tidak ada hubungannya dengan arahputaran cahaya terpolarisasi (Riawan, 1990).

    Sifat-sifat Asam Amino

    Seperti yang sudah diutarakan di atas, asam-asam alfa amino bersifat optis aktifkecuali glisin

    (asam amino asetat). Pada umumnya mereka larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut

    organic non-polar seperti eter, aseton dan chloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan

    asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic

    yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam

    pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

    pelarut organik(Riawan, 1990).

    Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan

    gugus amina akan menerima ion H+ sebagaimana yang dituliskan di bawah ini

    -COOH -COO- + H+

    -NH2 + H+ -NH3

    Oleh adanya kedua gugus tersebut, asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang

    bermuatan positif dan juga negatif (zwitterions) atau ion amfoter (Riawan, 1990). Bila kadar

    ion hydrogen meningkat, senyawa tersebut akan bersifat basa karena gugusan karboksilat

    akan mengikat ion H+ sehingga terbentuklah gugusan COOH yang tidak bermuatan.

    Gugusan ammonium akan menyebabkan ion tersebut bermuatan positif (bentuk kation).

    Sebaliknya zwitterions akan bersifat asam karena gugus ammonium akan melepas ion H+

    bila kadar ion H+ menurun, sehingga terbentuklah gugusan ammonium yang tidak

    bermuatan. Akibatnya molekul tersebut menjadi bermuatan negatif (bentuk anion) (Gilvery,

    1996).

    Dalam suatu sistem elektroforesisyang mempunyai elektroda positif dan negatif, asam amino

    akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan ion asam amino yang

    terdapat dalam larutan.

    Oleh karena muatan itu tergantung pada pH larutan, maka pH larutan dapat diatur sedimikian

    rupa sehingga ion asam amino tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun elektroda

    negatif dalam sistem elektroforesis. pH yang demikian itu disebut titik isolistrik (Riawan,

    1990).

    Sebagian dari molekul-molekul mungkin mempunyai muatan negatif, tetapi segera diimbangi

    oleh molekul-molekul lain dengan muatan positif yang sama banyak: jumlah molekul

    zwitterions pada titik isolistrik adalah yang paling banyak (Gilvery, 1996).

    Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik

    protein bermuatan positif. Oleh karena itu untuk mengendapkan protein dengan ion logamdiperlukan pH larutan di atas titik isolistrik, sedangkan pengendapan dengan ion negatif

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    3/14

    memerlukan pH di bawah titik isolistrik. Ion-ion positif yang mengendapkan protein antara

    lain Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++.

    Sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein ialah ion salisilat, trikloroasetat,

    pikrat, tanat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut putih telur atau susu dapat

    digunakan sedagat antidote atau penawar racun apabila seseorang keracunan logam berat(Riawan, 1990).

    Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan

    protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri

    atas molekul asam-asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas

    protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebutgugus prostetikdan terdiri atas

    karbohidrat, lipid atau asam nukleat (Riawan, 1990).

    Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein

    fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat

    atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (Riawan, 1990).

    Molekul protein fiber terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan

    dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang sehingga merupakan bentuk serat

    atau serabut yang stabil. Sifat umum protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar

    diuraikan dengan enzim (Riawan, 1990).

    Kolagenadalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Protein ini mempunyai

    struktur heliks tripel. Kolagen tidak larut dalam air dan tidak diuraikan dengan enzim. Namun

    kolagen dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih oleh larutan asam atau basa encer

    menjadi gelatin yang mudah larut dan mudah dicernakann. Hampir 30% protein tubuh adalah

    kolagen (Riawan, 1990).

    Keratinadalah protein yang terdapat dalam bulu domba, sutera alam, rambut, kulit, kuku.

    Apabila dipanaskan dengan air mendidih dan diregangkan maka konformasi berubah menjadi

    lembaran berlipat parallel, karena ikatan hydrogen yang menunjang struktur terputus

    (Riawan, 1990).

    Protein globularumumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang

    berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak di sebelah luar rantai peptida, sedangkan

    gugus R yang hidrofob terletak di sebelah dalam molekul protein. Protein globular pada

    umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air, dalam larutan asm dan basa dan etanol.Beberapa jenis protein globular adalah albumin, globulin, histon dan protemin (Riawan,

    1990).

    Albuminadalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.

    Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga

    jenuh. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan bagian putih telur (Riawan, 1990).

    Globulinmempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut dalam larutan garam

    netral, misalnya larutan NaCl encer. Larutan globulin dapat diendapkan oleh penambahan

    garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Globulin dapat diperoleh dengan jalan

    mengekstrasikannya dengan larutan garam (5-10%) NaCl, kemudian ekstrak yang diperolehdiencerkan dengan penambahan air. Seperti albumin, globulin juga dapat terkoagulasi oleh

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    4/14

    panas. Globulin antara lain tertdapat dalam serum darah, pada otot dan jaringan lain

    (Riawan, 1990).

    Protein gabunganadalah protein yang berikatan dengan senyawa yang bukan protein. Gugus

    bukan protein ini disebut gugus prostetik. Ada beberapa jenis gabungan antara lain

    mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein dan nucleoprotein (Riawan, 1990).

    Reaksi warna untuk asam amino spesifik

    Alat dan Bahan

    Alat - Alat

    Tabung reaksi

    Rak tabung reaksi

    Pengangas air

    Alat vortex

    Gelas ukur

    Pipet tetes

    Gelas pengukur

    Lampu spiritus dan penjepit tabung

    Bahan-bahan

    Larutan encer protein (albumin)

    Larutan ZnSO4

    Asam sulfosalisilat 20%

    Larutan esbachKalium ferosianida 5%

    http://3.bp.blogspot.com/_9MTK5JQmGDA/SuBW3D6QaaI/AAAAAAAAAP4/5cpgeXiRz8I/s1600-h/reaksi+asam+amino.jpg
  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    5/14

    Asam asetat glasial

    Asam wolframat

    Asam metafosfat

    Larutan (NH4)SO4

    Alkohol pekat, KOH 10%Larutan kasein 2%

    Larutan ninhidrin 0,1%,

    Larutan triptofan 0,01%

    Larutan merkurisulfat 1%

    Larutan NaNO2

    Larutan formaldehida encer

    Larutan H2SO4

    Larutan HNO3 pekat

    Larutan amoniak

    Klorofenol merah

    Na2CO3 2%

    HNO3 encer

    Larutan Na-hipobromida

    Asam sulfosalisilat

    Larutan kasein encer

    Indikator brom kresel hijau

    Asam asetat 2%

    Larutan molibdat

    GelatinEs batu

    Larutan amonium sulfat ferosianida.

    Cara Kerja

    Pengendapan

    1.1Pengendapan dengan menggunakan logam beratmelalui tahap-tahap sebagai berikut : ke

    dalam 2 cc larutan encer protein (albumin) ditambahkan setetes demi setetes larutan ZnSO4

    encer, setelah itu catat perubahan yang terjadi, kemudian tambahkan pereaksi tersebut sampai

    berlebihan, endapan yang terjadi akan larut kembali.

    1.2Pengendapan dengan menggunakan pereaksi alkaloidadalah sebagai berikut : ke dalam

    empat tabung yang berbeda, masing-masing dimasukkan 2 ml larutan encer protein

    (albumin). Kemudian pada tabung pertama ditambahkan pereaksi 1-2 tetes asam sulfoslisilat

    20%, pada tabung kedua ditambahkan esbach sebanyak 2 ml, pada tabung ketiga

    ditambahkan kalium ferosianida dan 5 tetes asam asetat glasial tetes demi tetes hingga

    berlebihan, pada tabung keempat ditambahkan asam wolframat dan asam metafosfat hingga

    terbentuk endapan. Setelah itu amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    6/14

    1.3Pengendapan dengan menggunakan garam netral dan alkoholmelalui tahap-tahap

    sebagai berikut: tambahkan (NH4)2SO4 padat ke dalam 5 ml larutan protein encer (albumin).

    Lama-kelamaan akan terjadi endapan yang jika diencerkan akan larut kembali. Pada tabung

    yang berbeda, masukkan satu hingga dua tetes larutan protein pekat dan 2 ml alkohol pekat.

    Endapan yang terjadi akan larut kembali jika diencerkan.

    Reaksi warna

    2.1 Uji Biuret

    Dua millimeter larutan protein encer (albumin) dalam tabung reaksi dituangi dengan 2 ml

    KOH 10% (atau 1 ml NaOH 40%). Tambahkan beberapa tetes CuSO4 0,1%, setelah itu amati

    warnanya.

    2.2 Uji Ninhidrin

    Ke dalam tabung reaksi yang berisi 4 ml larutan kasein 2% ditambahkan 1 ml larutan 0,1%

    ninhidrin. setelah divortex, didihkan dengan menggunakan lampu spirtus selama 1 menit.

    Kemudian dicatat warna yang timbul.

    2.3 Uji Triptofan

    0,4 ml larutan triptofan 0,01% dalam tabung reaksi ditambahkan dengan pereaksi C setelah

    itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu 65oC selama 15 menit dalam penangas air.

    Kemudian perubahan yang timbul diamati.

    2.4 Uji MillonDalam 1 ml larutan protein encer ditambahkan 1 ml larutan merkurisulfat, setelah dipanaskan

    hingga mendidih, perubahan yang terjadi diamati. Setelah itu didinginkan di bawah air

    mengalir dan ditambahkan setetes demi setetes laritan NaNO2 1%, kemudian panaskan

    kembali dan diamati perubahannya.

    2.5 Triptofan (Hopkins-Cole)

    Dituangkan 1 ml larutan protein encer (albumin) dengan 1 ml larutan formaldehida encer

    pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung

    sehingga terbentuk dua lapisan. Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan setelah itu

    tabung digojok.

    2.6 Xanthoprotein

    Sebuah tabung reaksi diisi dengan 3 ml larutan protein dan I ml HNO3 pekat, kemudian

    campuran tersebut dididihkan dan kemudian langsung didinginkan. Isi tabung tersebut dibagi

    ke dalam dua tabung yang berbeda. Pada salah satu tabung diisi dengan amoniak. Amati

    perubahan yang terjadi dan dibandingkan.

    Semua percobaan uji warna dilakukan pada larutan protein encer (albumin) dan gelatin.

    Hidrolisis Protein

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    7/14

    3.1 Metaprotein

    Ke dalam tabung reaksi dituangkan 5 ml larutan protein (asam) dan setetes klorofenol merah

    sehingga larutan menjadi kuning. Kemudian ditambahkan Na2CO3 2% hingga tercapai titik

    isolistrik (pada pH 5,4 dan warna larutan menjadi merah muda). Perubahan yang terjadidiamati. Setelah itu larutan dibagi menjadi dua tabung. Tabung pertama dimasak dan

    kemudian dibagi menjadi dua tabung lagi. Tabung yang pertama dari tabung yang pertama

    dituangi satu tetes HNO3 encer dan tabung kedua dari tabung pertama dituangi dengan 1

    hingga 2 tetes Na2CO3. Kemudian dicatat perubahan kelarutannya. Tabung kedua

    ditambahkan Na2CO3 secara berlebihan dan kemudian dicatat perubahnnya.

    3.2 Proteosa

    Ke dalam beberapa ml larutan protein encer (albumin) tambahkan larutan (NH4)2 SO2

    hingga jenuh dan kemudian didihkan. Pisahkan endapan yang terjadi kemudian endapan

    dilarutkan dengan air panas dan digojok. 1 ml larutan itu diuji dengan menggunakan uji

    biuret dan sisa filtratnya diuji dengan panas dan ferosianida.

    Perbedaan sifat bermacam-macam protein

    4.1 Albumin dan Globulin

    Ke dalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 2 ml serum encer ditambahkan 1

    sampai 2 tetes asam sulfosalisilat pada tabung pertama dan 1 tetes klorofenol merah pada

    tabung yang kedua. Kemudian warna endapan yang terjadi dicatat. Pada tabung kedua

    ditambahkan asam asetat 2% dengan hati-hati hingga warna larutan hilang. Kemudian tabungkedua tersebut dimasak. Maka akan terjadi endapan. Setelah itu tabung kedua didinginkan.

    Larutan tadi dibagi ke dalam dua tabung yang berbeda. Pada tabung pertama ditambahkan 2

    ml asam nitrat encer dan pada tabung kedua ditambahkan 2 ml Na2CO3 encer. Perubahan

    yang terjadi diamati.

    4.2 Kasein

    Ke dalam sebuah tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan kasein encer yang alkalis

    ditambahkan indicator brom kresel hijau. Kemudian setetes demi setetes asam asetat 2%

    ditambahkan hingga warna larutan menjadi agak kehijau-hijauan. Endapan yang terjadi

    dicatat.

    4.3 Uji Newman terhadap P dalam Kasein

    Ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml kasein dituangkan 5 tetes HNO3 pekat dan 10 tetes

    H2SO4 pekat. Kemudian tabung dipanaskan pada lampu spirtus hingga keluar asap putih.

    Amati perubahan warna yang terjadi. Jika masih berwarna coklat atau hitam, maka dengan

    hati-hati asam sulfat pekat dialirkan melalui dinding tabung secara hati-hati. Kemudian

    larutan dipanaskan kembali hingga tidak berwarna. Tabung didinginkan dan sesudah itu

    ditambahkan ammonium molibdat 2 ml. Setelah itu panaskan hingga 10 menit dan catat

    warna endapan yang terjadi.

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    8/14

    4.4 Gelatin

    Sedikit gelatin dicampurkan dengan 10 ml air dalam sebuah tabung. Campuran tersebut

    digojok hingga homogen. Setelah itu larutan dimasah pada penangas air selama 10 menit.

    Dan sesudah itu larutan didinginkan dalam es batu. Kemudian, gelatin diambil sebanyak 5 ml

    dan di tambahkan 1 ml ammonium sulfat ferosianida dan asam asetat beberapa tetes. Amatiperubahan yang terjadi.

    Sesudah itu, gelatin yang tersisa dilakukan uji warna dan penambahan ammonium sulfat

    padat.

    Hasil Pengamatan

    Pengendapan

    1.1 Dengan menggunakan logam berat

    Tabung 1. Larutan yang terjadi keruh setelah ditetesi sebanyak 13 kali dan warna endapannya

    menjadi putih encer. Setelah tetesan yang ke -50 endapan putih hilang dan warna larutan

    menjadi bening.

    Tabung 2. larutan menjadi keruh dan terjadi endapan putih setelah ditetesi 10 tetes, setelah

    tetesan ke 40 larutan menjadi bening namun masih terdapt endapan.

    Albumin dengan kasein akan mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrikakibat reaksi antara albumin dan kasein (basa sehingga laritan bermuatan negatif) dengan Zn

    mengakibatkan terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna keruh disebabkan karena terjadi

    ikatan antara Zn dengan albumin menjadi Zn proteinat, Zn dapat menjenuhkan larutan hingga

    pH larutan berada di atas pH isolistrik sehingga gumpalan larut kembali. Hal ini sesuai

    dengan dasar teori yang dikemukakan oleh Riawan (1990), yang menyatakan bahwa logam

    berat dapat mengendapkan protein dengan cara menaikkan pH di atas titik isolistrik.

    1.2 Pengendapan dengan garam netral dan alkohol

    Tabung 1. sebelum dikocok, ada endapan albumin di dasar tabung dan setelah dikocok,

    endapan larut kembali

    Tabung 2. warna larutan menjadi keruh setelah larutan albumin dicampur dengan alcohol

    panas. Setelah tetesan aquades yang ke 70, warna larutan menjadi agak bening

    Albumin mengalami denaturasi akibat adanya pengocokan dengan kuat. Denaturasi adalah

    perubahan dalam struktur sekunder, tersier dan kkuartener dari suatu protein, baik itu dalam

    bentuk enzim maupun hormon. Karena ikatan peptide tidak pecah, maka struktur primer tidak

    terganggu. Selain dengan pengocokan yang kuat, denaturasi juga bias terjadi melalui kondisi

    adanya penambahan larutan organik, garam dari logam berat, larutan urea dan lain-lain. Pada

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    9/14

    percobaan di atas, albumin mengalami denaturasi sebab garam netral yang digunakan

    (ammonium sulfat) dan senyawa organic (alkohol pekat) bersifat higroskopis yang dapat

    mengikat air. Molekul air dalam albumin diikat oleh garam dan alcohol pekat sehingga

    albumin tersebut menggumpal. Setelah pengocokan kuat dan penambahan aquades, endapan

    akan larut kembali karena albumin sudah mendapatkan molekul air dari aquades yangditambahkan. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa salah satu sifat

    protein adalah mengalami denaturasi dan koagulasi.

    1.3 Pengendapan dengan menggunakan alkaloid

    Tabung 1. Pada hasil percobaan, warna larutan menjadi berwarna putih susu.

    Tabung 2. Pada hasil percobaan, terjadi endapan berwarna kuning.

    Tabung 3. Terjadi endapan putih

    Tabung 4. Terjadi endapan dengan asam wolframat tetes

    Albumin akan mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrik akibat reaksi antara

    albumin degan ion-ion negatif mengakibatkan terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna

    keruh disebabkan karena terjadi ikatan antara ion salisilat dengan albumin, ion-ion negatif

    dapat menjenuhkan larutan hingga pH larutan berada di bawah pH isolistrik sehingga

    gumpalan larut kembali. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh Riawan

    (1990), yang menyatakan bahwa logam berat dapat mengendapkan protein dengan cara

    menurunkan pH di bawah titik isolistrik.

    Reaksi Warna

    2.1 Uji Biuret

    Uji Biuret pada gelatin

    Setelah 10 tetes mulai berubah warna (terbentuk cincin ungu), setelah pemberian 13 tetes

    CuSO4 mulai terdapat cincin ungu di permukaan tabung.

    Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida;

    menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH atau NaOH).

    Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makin

    tua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka cincin ungunya akan hilang

    menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak kuat. Uji biuret berlaku untuk

    senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Hasil percobaan ini sesuai dengan

    tinjauan pustaka Riawan (1990) yang menyatakan bahwa protein memiliki ikatan peptida

    yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.

    Uji Biuret pada albumin

    Setelah pemberian KOH 10%, terjadi gumpalan putih susu. Setelah penambahan CuSO4

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    10/14

    mulai terdapat cincin ungu muda di permukaan tabung.

    Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida;

    menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH atau NaOH).

    Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makintua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka cincin ungunya akan hilang

    menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak kuat. Uji biuret berlaku untuk

    senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Hasil percobaan ini sesuai dengan

    tinjauan pustaka Gilvery (1996) yang menyatakan bahwa protein memiliki ikatan peptida

    yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.

    2.2. Uji Millon

    Uji Millon pada gelatin

    Sebelum penambahan larutan NaNO3 tidak terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan

    warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih dan tidak ada endapan

    Percobaan ini kurang berhasil karena seharusnya Hg yang terdapat pada HgSO4 berikatan

    dengan NaNO3 membentuk kompleks warna merah. Kegagalan percobaan ini mungkin

    karena pipet yang digunakan kurang bersih atau sudah terkontaminasi dengan larutan lain.

    Penambahan tetes NaNO3 mungkin juga tidak sama dengan prosedur yang seharusnya

    dilakukan. Pada percobaan yang benar, seharusnya tidak terdapat warna merah yang

    merupakan indikasi adanya asam amino tirosin. Karena protein yang digunakan adalahgelatin dan gelatin tidak mengandung asam amino tersebut, maka uji Millon tersebut berhasil

    negatif.

    Uji Millon pada albumin

    Sebelum penambahan larutan NaNO3 tidak terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan

    warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih keruh dan ada endapan berwarna

    merah.

    Pada percobaan terdapat warna merah yang merupakan indikasi adanya asam amino tirosin.

    Endapan merah yang terjadi tersebut karena merkuri berikatan dengan hiroksi dari albumin

    menjadi HgNO3. Karena protein yang digunakan adalah albumin dan albumin mengandung

    asam amino tersebut, maka uji Millon tersebut berhasil positif. Hal ini sesuai dengan tinjauan

    pustaka Harper (1980) yang menyatakan bahwa reaksi warna Millon bertujuan untuk

    mengetahui adanya asam amino tirosin yang ditandai adanya warna endapan merah.

    2.3 Uji Hopskin Cole

    Uji Hopskin Cole pada gelatin

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    11/14

    Pada hasil percobaan, sebelum tabung reaksi digojog, terbentuk cincin ungu. Setelah digojok,

    cincin ungu memudar dan warna larutan menjadi bening.

    Uji Hopskin Cole bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu zat dan senyawa terdapat

    asam amino triptofan atau tidak. Pada percobaan ini terdapan warna ungu yang merupakanindikasi adanya gugus triptofan pada gelatin. Untuk mengetahui apakah terdapat asam amino

    ini, dengan penambahan formaldehida, aldehid akan berikatan dengan gugus indol asam

    amino triptofan membentuk cincin ungu. Percobaan ini sesuai dengan tinjauan pustaka

    Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi warna Hopskin Cole, bertujuan untuk

    mengetahui adanya gugus triptofan yang jika berhasil positif, maka akan menunjukkan

    indikasi warna ungu.

    Uji Hopskin Cole pada albumin

    Pada hasil percobaan, sebelum tabung reaksi digojog, terbentuk cincin ungu yang tipis.

    Setelah digojok, terdapat endapan yang berwarna bening ungu.

    Uji Hopskin Cole bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu zat dan senyawa terdapat

    asam amino triptofan atau tidak. Pada percobaan ini terdapan warna ungu yang merupakan

    indikasi adanya gugus triptofan pada albumin. Untuk mengetahui apakah terdapat asam

    amino ini, dengan penambahan formaldehida, aldehid akan berikatan dengan gugus indol

    asam amino triptofan membentuk cincin ungu. Percobaan ini sesuai dengan tinjauan pustaka

    Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi warna Hopskin Cole, bertujuan untuk

    mengetahui adanya gugus triptofan yang jika berhasil positif, maka akan menunjukkanindikasi warna ungu.

    2.4 Uji Xanthoprotein

    Uji Xanthoprotein pada gelatin

    Pada hasil percobaan terdapat endapan putih setelah dilakukan pemanasan. Pada tabung

    pertama yang ditambah dengan amoniak, warna larutan menjadi berwarna kuning, sedangkan

    tabung kedua yang tidak ditambah amoniak tidak berwarna.

    Pada dasarnya, uji Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatic

    (benzene) yang berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Pada uji ini terbentuk

    warna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. Hal ini

    sesuai dengan dasar teori dan tinjauan pustaka Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi

    warna Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang

    memiliki gugus aromatik (benzene) yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning.

    Uji Xanthoprotein pada albumin

    Pada hasil percobaan terdapat endapan putih susu setelah dilakukan pemanasan. Pada tabung

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    12/14

    pertama yang ditambah dengan amoniak, warna larutan menjadi berwarna kuning, sedangkan

    tabung kedua yang tidak ditambah amoniak tidak berwarna.

    Pada dasarnya, uji Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatic

    (benzene) yang berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Pada uji ini terbentukwarna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. Hal ini

    sesuai dengan dasar teori dan tinjauan pustaka Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi

    warna Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang

    memiliki gugus aromatik (benzene) yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning.

    2.5 Uji Molisch

    Uji Molisch pada gelatin

    Pada hasil percobaan tidak terdapat cincin ungu, warna yang terjadi malah hijau tua

    Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikosida pada suatu senyawa

    protein. Hasil yang positif seharusnya berwarna ungu. Pada hasil percobaan, warna yang

    terjadi adalah hijau tua yang kemungkinan terjadi kontaminasi pipet atau gelatin yang

    digunakan terlalu sedikit sehingga tidak tercapai efek yang diinginkan. Kadar karbohidrat

    dalam gelatin sedikit. Karbohidrat dengan penambahan asam pekat mengalami dehidrasi

    menjadi furfural. Jika furfural ditambahkan Molisch (-naphto) akan mengalami kondensasi

    yang membentuk cincin ungu. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan

    (Harper, 1980) yang menyatakan bahwa uji Molisch memberikan reaksi warna jikadireaksikan dengan protein yag mengandung gugus sakarida.

    Uji Molisch pada albumin

    Pada hasil percobaan setelah ditambah dengan reagen molisch terjadi perubahan warna coklat

    susu di bawahnya terjadi endapan putih. Selain itu terdapat endapan ungu kehitaman

    Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikosida pada suatu senyawa

    protein. Hasil yang positif seharusnya berwarna ungu. Pada hasil percobaan, warna yang

    terjadi. Karbohidrat dengan penambahan asam pekat mengalami dehidrasi menjadi furfural.

    Jika furfural ditambahkan Molisch (-naphto) akan mengalami kondensasi yang membentuk

    cincin ungu. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan (Harper, 1980) yang

    menyatakan bahwa uji Molisch memberikan reaksi warna jika direaksikan dengan protein

    yag mengandung gugus sakarida.

    Perbedaan sifat protein

    Albumin dan globulin

    Tabung 1. Pada hasil percobaan larutan yang terjadi adalah keruh dan terdapat endapan

    berwarna putih

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    13/14

    Tabung 2. Setelah penambahan klorofenol red, warna larutan menjadi merah hati

    Tabung A. Setelah penambahan asam asetat 2% dan penambahan asam nitrat 2 ml, larutan

    menjadi kuning keruh dan endapan yang terjadi tidak larut kembali

    Tabung B. Setelah penambahan asam asetat 2% dan penambahan Na2CO3 encer, larutan

    menjadi keruh dan ada endapan yang tidak larut.

    Serumadalah gabungan dari albumin dan globulin. Asam sulfosalisilat adalah alkaloid yang

    bersifat asam dan mengikat protein. Pada albumin, kelarutan protein rendah sehingga

    mengendap. Pada tabung kedua penambahan klorofenol pada serum yang mengakibatkan

    perubahan warna larutan menjadi merah hati menunjukkan bahwa pH serum bersifat basa.

    Klorofenol merupakan indicator pH yang akan berubah warna merah jika larutan bersifat

    basa dan akan berwarna kuning jika larutan bersifat asam. Pada tabung A maupun B terjadi

    endapan hasil pemanasan yang tidak larut dalam kedua asam yang digunakan (asam nitrat

    dan Na2CO3). Endapan tersebut disebut koagulan. Sifat protein yang mengalami koagulasi

    (denaturasi protein y ang bersifat irreversible dan permanent) sesuai dengan tinjauan pustaka

    yang menyatakan bahwa protein memiliki sifat dapat mengalami koagulasi.

    Kasein

    Dengan penambahan asam asetat sebanyak 14 tetes tidak terjadi perubahan warna dan tidak

    terjadi endapan.

    Uji Newman terhadap kasein

    Setelah dipanaskan di atas api, larutan menjadi bening dan mengeluarkan asap putih Larutan

    menjadi tiga lapis yaitu dari atas ke bawah : bening, putih dan kuning. Setelah didinginkan

    dan ditambah dengan ammonium molibdat mengeluarkan warna kuning kehijauan.

    Bromkresol hijau merupakan indikator asam basa yang jika ditempatkan pada lingkungan

    sedikit asam ataupun basa maka akan berwarna hijau dan jika ditempatkan di lingkungan

    asam akan berwarna kuning. Tujuan dari penambahan asam asetat dan NaOH encer adalah

    untuk menggumpalkan kasein pada pH isolistriknya (sekitar 4,6) NaOH yang bersifat basa

    dan asam asetat yang bersifat asam akan menyebabkan kasein menemukan pH isolistriknya.

    Pada uji Newman terhadap kasein, kasein mengalami denaturasi dengan penambahan HNO3

    dan H2SO4. Ketika dipanaskan larutan akan mengeluarkan asap, fosfor yang terlepas dari

    kasein menyebabkan ia menjadi asam fosfat yang berwarna kuning.

    Reaksi pengendapan gelatin cair

    Pada hasil percobaan terdapat endapan gelatin

    Gelatin mengalami denaturasi setelah ditambahi ammonium sulfat atau kalium ferrosianida.

    Ammonium sulfat adalah salah satu garam yang bersifat higroskopis yang dapat menyerap

  • 8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal

    14/14

    air.

    Kesimpulan

    Protein dapat memberikan reaksi pengendapan untuk logam berat, alkohol pekat, garam danreagen-reagen alkaloid untuk dasar reaksi penetralan muatan, denaturasi, penarikan gugus air

    dan titik isolistriknya. Terdapat reaksi-reaksi spesifik untuk protein yang dapat digunakan

    untuk identifikasi kandungan protein antara lain uji biuret yang bertujuan untuk menunjukkan

    adanya ikatan peptide, reaksi millon yang spesifik untuk tiroksin (gugus hidroksifenol) dan

    reaksi triptofan hopskin cole yang spesifik untuk triptofan.

    Melalui percobaan tersebut dapat diketahui adanya sifat-sifat protein yaitu mengendap

    dengan reagen esbach, mengendap dengan alkohol pekat, memberi hasil positif terhadap

    reaksi biuret. Dalam suasana basa, protein bermuatan negatif dan sebaliknya, dalam suasana

    asam, protein bermuatan positif.

    Denaturasi dapat terjadi karena pemanasan dan penambahan asam atau basa. Mekanisme

    penyakit dapat dijelaskan dengan pendekatan biokimia.

    Daftar Pustaka

    Gilvery, et al. 1996. Biokimia suatu pendekatan fungsional. Edisi 3. Airlangga University

    Press: Surabaya

    Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta

    Riawan, S. 1990. Kimia Organik.Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta

    http://yukiicettea.blogspot.com/2009/10/biochemistry-laporan-biokimia-protein.html