praktikum biokimia muskuloskeletal
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
1/14
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur, sifat-sifat asam-asam amino, peptide dan
protein; mengetahui adanya ikatan peptida maupun sifat-sifat tertentu dari asam amino
dengan menggunakan reaksi warna dan mengetahui hasil reaksi pengendapan protein oleh
asam, reagen alkaloid, alkohol dan reaksi warna.
Tinjauan Pustaka
Sebagian besar ilmu kimia organisme hidup menyangkut 5 golongan senyawa utama, yaitu:
karbohidrat, lipida, mineral, asam nukleat dan protein. Protein menentukan kebanyakan sifat-
sifat yang ditemukan dalam kehidupan. Protein menentukan metabolisme, membentuk
jaringan dan membertikan kemungkinan bagai kita untuk bergerak. Protein juga berfungsi
mengangkut senyawa-senyawa dan melindungi kita dari penyebaran mikroorganisme yang
merugikan.
Bahkan sifat-sifat yang diturunkan oleh suatu organisme untuk membentuk bermacam-macam jenis protein dengan kecepatan yang berbeda (Gilvery, 1996). Selain itu proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang
berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu hemoglobin dalam butir darah merah (eritrosit)
yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh adalah salah
satu jenis protein (Riawan, 1990).
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang memakan
tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk
pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bila tubuh
kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam
protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%,
belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat
dilakukan penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan .
Protein memiliki molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara 5000 hingga jutaan.
Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam
amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino ini
terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudh dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH,
dan pelarut organik (Riawan, 1990)
Asam amino adalah senyawa yang mempunyai gugus karbkosil (-COOH) dan gugus amino (-NH2). Rumus umum untuk asam amino adalah:
NH2
H-C-COOH
R
Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon alfa adalah atom karbon
asimetrik, kecuali bila R adalah atom H. Oleh karena itu asam amino memiliki sifat memutar
bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Oleh karena aton karbon asimetrik, maka
molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Molekul asam amino dikatakan
mempunyai konfigurasi L apabila gugusNH2 terdapat di sebelah kiri atom karbon alfa. Bila
posisi gugusNH2 di sebelah kanan, molekul asam amino itu memiliki konfigurasi D.
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
2/14
Hal ini seperti konfigurasi D-gliseraldehida yang memiliki gugusOH di sebelah kanan atom
karbon asimetrik. Asam-asam amino yang terdapat pada protein umumnya mempunyai
konfigurasi L. Asam amino yang mempunyai konfigurasi D dapat diperoleh dari organisme
mikro, misalnya D-asam glutamate dari Bacillus anthracis, D-alanin terdapat pula dalam
dinding sel bakteri. D-asam amino dapat pula diperoleh sebagai hasil hidrolisis antibiotic
gramisidin atau basitrasin. Konfigurasi asam amino tidak ada hubungannya dengan arahputaran cahaya terpolarisasi (Riawan, 1990).
Sifat-sifat Asam Amino
Seperti yang sudah diutarakan di atas, asam-asam alfa amino bersifat optis aktifkecuali glisin
(asam amino asetat). Pada umumnya mereka larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organic non-polar seperti eter, aseton dan chloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan
asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic
yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik(Riawan, 1990).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan
gugus amina akan menerima ion H+ sebagaimana yang dituliskan di bawah ini
-COOH -COO- + H+
-NH2 + H+ -NH3
Oleh adanya kedua gugus tersebut, asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang
bermuatan positif dan juga negatif (zwitterions) atau ion amfoter (Riawan, 1990). Bila kadar
ion hydrogen meningkat, senyawa tersebut akan bersifat basa karena gugusan karboksilat
akan mengikat ion H+ sehingga terbentuklah gugusan COOH yang tidak bermuatan.
Gugusan ammonium akan menyebabkan ion tersebut bermuatan positif (bentuk kation).
Sebaliknya zwitterions akan bersifat asam karena gugus ammonium akan melepas ion H+
bila kadar ion H+ menurun, sehingga terbentuklah gugusan ammonium yang tidak
bermuatan. Akibatnya molekul tersebut menjadi bermuatan negatif (bentuk anion) (Gilvery,
1996).
Dalam suatu sistem elektroforesisyang mempunyai elektroda positif dan negatif, asam amino
akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan ion asam amino yang
terdapat dalam larutan.
Oleh karena muatan itu tergantung pada pH larutan, maka pH larutan dapat diatur sedimikian
rupa sehingga ion asam amino tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun elektroda
negatif dalam sistem elektroforesis. pH yang demikian itu disebut titik isolistrik (Riawan,
1990).
Sebagian dari molekul-molekul mungkin mempunyai muatan negatif, tetapi segera diimbangi
oleh molekul-molekul lain dengan muatan positif yang sama banyak: jumlah molekul
zwitterions pada titik isolistrik adalah yang paling banyak (Gilvery, 1996).
Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isolistrik
protein bermuatan positif. Oleh karena itu untuk mengendapkan protein dengan ion logamdiperlukan pH larutan di atas titik isolistrik, sedangkan pengendapan dengan ion negatif
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
3/14
memerlukan pH di bawah titik isolistrik. Ion-ion positif yang mengendapkan protein antara
lain Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++.
Sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein ialah ion salisilat, trikloroasetat,
pikrat, tanat dan sulfosalisilat. Berdasarkan sifat tersebut putih telur atau susu dapat
digunakan sedagat antidote atau penawar racun apabila seseorang keracunan logam berat(Riawan, 1990).
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan
protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri
atas molekul asam-asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas
protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebutgugus prostetikdan terdiri atas
karbohidrat, lipid atau asam nukleat (Riawan, 1990).
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein
fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat
atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (Riawan, 1990).
Molekul protein fiber terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan
dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang sehingga merupakan bentuk serat
atau serabut yang stabil. Sifat umum protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar
diuraikan dengan enzim (Riawan, 1990).
Kolagenadalah suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Protein ini mempunyai
struktur heliks tripel. Kolagen tidak larut dalam air dan tidak diuraikan dengan enzim. Namun
kolagen dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih oleh larutan asam atau basa encer
menjadi gelatin yang mudah larut dan mudah dicernakann. Hampir 30% protein tubuh adalah
kolagen (Riawan, 1990).
Keratinadalah protein yang terdapat dalam bulu domba, sutera alam, rambut, kulit, kuku.
Apabila dipanaskan dengan air mendidih dan diregangkan maka konformasi berubah menjadi
lembaran berlipat parallel, karena ikatan hydrogen yang menunjang struktur terputus
(Riawan, 1990).
Protein globularumumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang
berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak di sebelah luar rantai peptida, sedangkan
gugus R yang hidrofob terletak di sebelah dalam molekul protein. Protein globular pada
umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air, dalam larutan asm dan basa dan etanol.Beberapa jenis protein globular adalah albumin, globulin, histon dan protemin (Riawan,
1990).
Albuminadalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Larutan albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga
jenuh. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan bagian putih telur (Riawan, 1990).
Globulinmempunyai sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut dalam larutan garam
netral, misalnya larutan NaCl encer. Larutan globulin dapat diendapkan oleh penambahan
garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Globulin dapat diperoleh dengan jalan
mengekstrasikannya dengan larutan garam (5-10%) NaCl, kemudian ekstrak yang diperolehdiencerkan dengan penambahan air. Seperti albumin, globulin juga dapat terkoagulasi oleh
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
4/14
panas. Globulin antara lain tertdapat dalam serum darah, pada otot dan jaringan lain
(Riawan, 1990).
Protein gabunganadalah protein yang berikatan dengan senyawa yang bukan protein. Gugus
bukan protein ini disebut gugus prostetik. Ada beberapa jenis gabungan antara lain
mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein dan nucleoprotein (Riawan, 1990).
Reaksi warna untuk asam amino spesifik
Alat dan Bahan
Alat - Alat
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pengangas air
Alat vortex
Gelas ukur
Pipet tetes
Gelas pengukur
Lampu spiritus dan penjepit tabung
Bahan-bahan
Larutan encer protein (albumin)
Larutan ZnSO4
Asam sulfosalisilat 20%
Larutan esbachKalium ferosianida 5%
http://3.bp.blogspot.com/_9MTK5JQmGDA/SuBW3D6QaaI/AAAAAAAAAP4/5cpgeXiRz8I/s1600-h/reaksi+asam+amino.jpg -
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
5/14
Asam asetat glasial
Asam wolframat
Asam metafosfat
Larutan (NH4)SO4
Alkohol pekat, KOH 10%Larutan kasein 2%
Larutan ninhidrin 0,1%,
Larutan triptofan 0,01%
Larutan merkurisulfat 1%
Larutan NaNO2
Larutan formaldehida encer
Larutan H2SO4
Larutan HNO3 pekat
Larutan amoniak
Klorofenol merah
Na2CO3 2%
HNO3 encer
Larutan Na-hipobromida
Asam sulfosalisilat
Larutan kasein encer
Indikator brom kresel hijau
Asam asetat 2%
Larutan molibdat
GelatinEs batu
Larutan amonium sulfat ferosianida.
Cara Kerja
Pengendapan
1.1Pengendapan dengan menggunakan logam beratmelalui tahap-tahap sebagai berikut : ke
dalam 2 cc larutan encer protein (albumin) ditambahkan setetes demi setetes larutan ZnSO4
encer, setelah itu catat perubahan yang terjadi, kemudian tambahkan pereaksi tersebut sampai
berlebihan, endapan yang terjadi akan larut kembali.
1.2Pengendapan dengan menggunakan pereaksi alkaloidadalah sebagai berikut : ke dalam
empat tabung yang berbeda, masing-masing dimasukkan 2 ml larutan encer protein
(albumin). Kemudian pada tabung pertama ditambahkan pereaksi 1-2 tetes asam sulfoslisilat
20%, pada tabung kedua ditambahkan esbach sebanyak 2 ml, pada tabung ketiga
ditambahkan kalium ferosianida dan 5 tetes asam asetat glasial tetes demi tetes hingga
berlebihan, pada tabung keempat ditambahkan asam wolframat dan asam metafosfat hingga
terbentuk endapan. Setelah itu amati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
6/14
1.3Pengendapan dengan menggunakan garam netral dan alkoholmelalui tahap-tahap
sebagai berikut: tambahkan (NH4)2SO4 padat ke dalam 5 ml larutan protein encer (albumin).
Lama-kelamaan akan terjadi endapan yang jika diencerkan akan larut kembali. Pada tabung
yang berbeda, masukkan satu hingga dua tetes larutan protein pekat dan 2 ml alkohol pekat.
Endapan yang terjadi akan larut kembali jika diencerkan.
Reaksi warna
2.1 Uji Biuret
Dua millimeter larutan protein encer (albumin) dalam tabung reaksi dituangi dengan 2 ml
KOH 10% (atau 1 ml NaOH 40%). Tambahkan beberapa tetes CuSO4 0,1%, setelah itu amati
warnanya.
2.2 Uji Ninhidrin
Ke dalam tabung reaksi yang berisi 4 ml larutan kasein 2% ditambahkan 1 ml larutan 0,1%
ninhidrin. setelah divortex, didihkan dengan menggunakan lampu spirtus selama 1 menit.
Kemudian dicatat warna yang timbul.
2.3 Uji Triptofan
0,4 ml larutan triptofan 0,01% dalam tabung reaksi ditambahkan dengan pereaksi C setelah
itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu 65oC selama 15 menit dalam penangas air.
Kemudian perubahan yang timbul diamati.
2.4 Uji MillonDalam 1 ml larutan protein encer ditambahkan 1 ml larutan merkurisulfat, setelah dipanaskan
hingga mendidih, perubahan yang terjadi diamati. Setelah itu didinginkan di bawah air
mengalir dan ditambahkan setetes demi setetes laritan NaNO2 1%, kemudian panaskan
kembali dan diamati perubahannya.
2.5 Triptofan (Hopkins-Cole)
Dituangkan 1 ml larutan protein encer (albumin) dengan 1 ml larutan formaldehida encer
pada tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung
sehingga terbentuk dua lapisan. Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan setelah itu
tabung digojok.
2.6 Xanthoprotein
Sebuah tabung reaksi diisi dengan 3 ml larutan protein dan I ml HNO3 pekat, kemudian
campuran tersebut dididihkan dan kemudian langsung didinginkan. Isi tabung tersebut dibagi
ke dalam dua tabung yang berbeda. Pada salah satu tabung diisi dengan amoniak. Amati
perubahan yang terjadi dan dibandingkan.
Semua percobaan uji warna dilakukan pada larutan protein encer (albumin) dan gelatin.
Hidrolisis Protein
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
7/14
3.1 Metaprotein
Ke dalam tabung reaksi dituangkan 5 ml larutan protein (asam) dan setetes klorofenol merah
sehingga larutan menjadi kuning. Kemudian ditambahkan Na2CO3 2% hingga tercapai titik
isolistrik (pada pH 5,4 dan warna larutan menjadi merah muda). Perubahan yang terjadidiamati. Setelah itu larutan dibagi menjadi dua tabung. Tabung pertama dimasak dan
kemudian dibagi menjadi dua tabung lagi. Tabung yang pertama dari tabung yang pertama
dituangi satu tetes HNO3 encer dan tabung kedua dari tabung pertama dituangi dengan 1
hingga 2 tetes Na2CO3. Kemudian dicatat perubahan kelarutannya. Tabung kedua
ditambahkan Na2CO3 secara berlebihan dan kemudian dicatat perubahnnya.
3.2 Proteosa
Ke dalam beberapa ml larutan protein encer (albumin) tambahkan larutan (NH4)2 SO2
hingga jenuh dan kemudian didihkan. Pisahkan endapan yang terjadi kemudian endapan
dilarutkan dengan air panas dan digojok. 1 ml larutan itu diuji dengan menggunakan uji
biuret dan sisa filtratnya diuji dengan panas dan ferosianida.
Perbedaan sifat bermacam-macam protein
4.1 Albumin dan Globulin
Ke dalam dua tabung reaksi yang masing-masing berisi 2 ml serum encer ditambahkan 1
sampai 2 tetes asam sulfosalisilat pada tabung pertama dan 1 tetes klorofenol merah pada
tabung yang kedua. Kemudian warna endapan yang terjadi dicatat. Pada tabung kedua
ditambahkan asam asetat 2% dengan hati-hati hingga warna larutan hilang. Kemudian tabungkedua tersebut dimasak. Maka akan terjadi endapan. Setelah itu tabung kedua didinginkan.
Larutan tadi dibagi ke dalam dua tabung yang berbeda. Pada tabung pertama ditambahkan 2
ml asam nitrat encer dan pada tabung kedua ditambahkan 2 ml Na2CO3 encer. Perubahan
yang terjadi diamati.
4.2 Kasein
Ke dalam sebuah tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan kasein encer yang alkalis
ditambahkan indicator brom kresel hijau. Kemudian setetes demi setetes asam asetat 2%
ditambahkan hingga warna larutan menjadi agak kehijau-hijauan. Endapan yang terjadi
dicatat.
4.3 Uji Newman terhadap P dalam Kasein
Ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml kasein dituangkan 5 tetes HNO3 pekat dan 10 tetes
H2SO4 pekat. Kemudian tabung dipanaskan pada lampu spirtus hingga keluar asap putih.
Amati perubahan warna yang terjadi. Jika masih berwarna coklat atau hitam, maka dengan
hati-hati asam sulfat pekat dialirkan melalui dinding tabung secara hati-hati. Kemudian
larutan dipanaskan kembali hingga tidak berwarna. Tabung didinginkan dan sesudah itu
ditambahkan ammonium molibdat 2 ml. Setelah itu panaskan hingga 10 menit dan catat
warna endapan yang terjadi.
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
8/14
4.4 Gelatin
Sedikit gelatin dicampurkan dengan 10 ml air dalam sebuah tabung. Campuran tersebut
digojok hingga homogen. Setelah itu larutan dimasah pada penangas air selama 10 menit.
Dan sesudah itu larutan didinginkan dalam es batu. Kemudian, gelatin diambil sebanyak 5 ml
dan di tambahkan 1 ml ammonium sulfat ferosianida dan asam asetat beberapa tetes. Amatiperubahan yang terjadi.
Sesudah itu, gelatin yang tersisa dilakukan uji warna dan penambahan ammonium sulfat
padat.
Hasil Pengamatan
Pengendapan
1.1 Dengan menggunakan logam berat
Tabung 1. Larutan yang terjadi keruh setelah ditetesi sebanyak 13 kali dan warna endapannya
menjadi putih encer. Setelah tetesan yang ke -50 endapan putih hilang dan warna larutan
menjadi bening.
Tabung 2. larutan menjadi keruh dan terjadi endapan putih setelah ditetesi 10 tetes, setelah
tetesan ke 40 larutan menjadi bening namun masih terdapt endapan.
Albumin dengan kasein akan mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrikakibat reaksi antara albumin dan kasein (basa sehingga laritan bermuatan negatif) dengan Zn
mengakibatkan terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna keruh disebabkan karena terjadi
ikatan antara Zn dengan albumin menjadi Zn proteinat, Zn dapat menjenuhkan larutan hingga
pH larutan berada di atas pH isolistrik sehingga gumpalan larut kembali. Hal ini sesuai
dengan dasar teori yang dikemukakan oleh Riawan (1990), yang menyatakan bahwa logam
berat dapat mengendapkan protein dengan cara menaikkan pH di atas titik isolistrik.
1.2 Pengendapan dengan garam netral dan alkohol
Tabung 1. sebelum dikocok, ada endapan albumin di dasar tabung dan setelah dikocok,
endapan larut kembali
Tabung 2. warna larutan menjadi keruh setelah larutan albumin dicampur dengan alcohol
panas. Setelah tetesan aquades yang ke 70, warna larutan menjadi agak bening
Albumin mengalami denaturasi akibat adanya pengocokan dengan kuat. Denaturasi adalah
perubahan dalam struktur sekunder, tersier dan kkuartener dari suatu protein, baik itu dalam
bentuk enzim maupun hormon. Karena ikatan peptide tidak pecah, maka struktur primer tidak
terganggu. Selain dengan pengocokan yang kuat, denaturasi juga bias terjadi melalui kondisi
adanya penambahan larutan organik, garam dari logam berat, larutan urea dan lain-lain. Pada
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
9/14
percobaan di atas, albumin mengalami denaturasi sebab garam netral yang digunakan
(ammonium sulfat) dan senyawa organic (alkohol pekat) bersifat higroskopis yang dapat
mengikat air. Molekul air dalam albumin diikat oleh garam dan alcohol pekat sehingga
albumin tersebut menggumpal. Setelah pengocokan kuat dan penambahan aquades, endapan
akan larut kembali karena albumin sudah mendapatkan molekul air dari aquades yangditambahkan. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa salah satu sifat
protein adalah mengalami denaturasi dan koagulasi.
1.3 Pengendapan dengan menggunakan alkaloid
Tabung 1. Pada hasil percobaan, warna larutan menjadi berwarna putih susu.
Tabung 2. Pada hasil percobaan, terjadi endapan berwarna kuning.
Tabung 3. Terjadi endapan putih
Tabung 4. Terjadi endapan dengan asam wolframat tetes
Albumin akan mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrik akibat reaksi antara
albumin degan ion-ion negatif mengakibatkan terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna
keruh disebabkan karena terjadi ikatan antara ion salisilat dengan albumin, ion-ion negatif
dapat menjenuhkan larutan hingga pH larutan berada di bawah pH isolistrik sehingga
gumpalan larut kembali. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh Riawan
(1990), yang menyatakan bahwa logam berat dapat mengendapkan protein dengan cara
menurunkan pH di bawah titik isolistrik.
Reaksi Warna
2.1 Uji Biuret
Uji Biuret pada gelatin
Setelah 10 tetes mulai berubah warna (terbentuk cincin ungu), setelah pemberian 13 tetes
CuSO4 mulai terdapat cincin ungu di permukaan tabung.
Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida;
menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH atau NaOH).
Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makin
tua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka cincin ungunya akan hilang
menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak kuat. Uji biuret berlaku untuk
senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Hasil percobaan ini sesuai dengan
tinjauan pustaka Riawan (1990) yang menyatakan bahwa protein memiliki ikatan peptida
yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
Uji Biuret pada albumin
Setelah pemberian KOH 10%, terjadi gumpalan putih susu. Setelah penambahan CuSO4
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
10/14
mulai terdapat cincin ungu muda di permukaan tabung.
Terjadinya cincin ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida;
menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa (melalui penggunaan KOH atau NaOH).
Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makintua. Pada hasil percobaan, apabila tabung reaksi digoyang maka cincin ungunya akan hilang
menyebar yang berarti ikatan peptidanya lepas dan tidak kuat. Uji biuret berlaku untuk
senyawa yang mempunyai ikatan peptida lebih dari satu. Hasil percobaan ini sesuai dengan
tinjauan pustaka Gilvery (1996) yang menyatakan bahwa protein memiliki ikatan peptida
yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu.
2.2. Uji Millon
Uji Millon pada gelatin
Sebelum penambahan larutan NaNO3 tidak terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan
warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih dan tidak ada endapan
Percobaan ini kurang berhasil karena seharusnya Hg yang terdapat pada HgSO4 berikatan
dengan NaNO3 membentuk kompleks warna merah. Kegagalan percobaan ini mungkin
karena pipet yang digunakan kurang bersih atau sudah terkontaminasi dengan larutan lain.
Penambahan tetes NaNO3 mungkin juga tidak sama dengan prosedur yang seharusnya
dilakukan. Pada percobaan yang benar, seharusnya tidak terdapat warna merah yang
merupakan indikasi adanya asam amino tirosin. Karena protein yang digunakan adalahgelatin dan gelatin tidak mengandung asam amino tersebut, maka uji Millon tersebut berhasil
negatif.
Uji Millon pada albumin
Sebelum penambahan larutan NaNO3 tidak terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan
warna. Setelah penambahan warna larutan menjadi putih keruh dan ada endapan berwarna
merah.
Pada percobaan terdapat warna merah yang merupakan indikasi adanya asam amino tirosin.
Endapan merah yang terjadi tersebut karena merkuri berikatan dengan hiroksi dari albumin
menjadi HgNO3. Karena protein yang digunakan adalah albumin dan albumin mengandung
asam amino tersebut, maka uji Millon tersebut berhasil positif. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka Harper (1980) yang menyatakan bahwa reaksi warna Millon bertujuan untuk
mengetahui adanya asam amino tirosin yang ditandai adanya warna endapan merah.
2.3 Uji Hopskin Cole
Uji Hopskin Cole pada gelatin
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
11/14
Pada hasil percobaan, sebelum tabung reaksi digojog, terbentuk cincin ungu. Setelah digojok,
cincin ungu memudar dan warna larutan menjadi bening.
Uji Hopskin Cole bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu zat dan senyawa terdapat
asam amino triptofan atau tidak. Pada percobaan ini terdapan warna ungu yang merupakanindikasi adanya gugus triptofan pada gelatin. Untuk mengetahui apakah terdapat asam amino
ini, dengan penambahan formaldehida, aldehid akan berikatan dengan gugus indol asam
amino triptofan membentuk cincin ungu. Percobaan ini sesuai dengan tinjauan pustaka
Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi warna Hopskin Cole, bertujuan untuk
mengetahui adanya gugus triptofan yang jika berhasil positif, maka akan menunjukkan
indikasi warna ungu.
Uji Hopskin Cole pada albumin
Pada hasil percobaan, sebelum tabung reaksi digojog, terbentuk cincin ungu yang tipis.
Setelah digojok, terdapat endapan yang berwarna bening ungu.
Uji Hopskin Cole bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu zat dan senyawa terdapat
asam amino triptofan atau tidak. Pada percobaan ini terdapan warna ungu yang merupakan
indikasi adanya gugus triptofan pada albumin. Untuk mengetahui apakah terdapat asam
amino ini, dengan penambahan formaldehida, aldehid akan berikatan dengan gugus indol
asam amino triptofan membentuk cincin ungu. Percobaan ini sesuai dengan tinjauan pustaka
Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi warna Hopskin Cole, bertujuan untuk
mengetahui adanya gugus triptofan yang jika berhasil positif, maka akan menunjukkanindikasi warna ungu.
2.4 Uji Xanthoprotein
Uji Xanthoprotein pada gelatin
Pada hasil percobaan terdapat endapan putih setelah dilakukan pemanasan. Pada tabung
pertama yang ditambah dengan amoniak, warna larutan menjadi berwarna kuning, sedangkan
tabung kedua yang tidak ditambah amoniak tidak berwarna.
Pada dasarnya, uji Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatic
(benzene) yang berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Pada uji ini terbentuk
warna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. Hal ini
sesuai dengan dasar teori dan tinjauan pustaka Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi
warna Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang
memiliki gugus aromatik (benzene) yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
Uji Xanthoprotein pada albumin
Pada hasil percobaan terdapat endapan putih susu setelah dilakukan pemanasan. Pada tabung
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
12/14
pertama yang ditambah dengan amoniak, warna larutan menjadi berwarna kuning, sedangkan
tabung kedua yang tidak ditambah amoniak tidak berwarna.
Pada dasarnya, uji Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatic
(benzene) yang berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Pada uji ini terbentukwarna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam amino tersebut. Hal ini
sesuai dengan dasar teori dan tinjauan pustaka Harper, 1980 yang menyatakan bahwa reaksi
warna Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatik asam amino yang
memiliki gugus aromatik (benzene) yang ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
2.5 Uji Molisch
Uji Molisch pada gelatin
Pada hasil percobaan tidak terdapat cincin ungu, warna yang terjadi malah hijau tua
Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikosida pada suatu senyawa
protein. Hasil yang positif seharusnya berwarna ungu. Pada hasil percobaan, warna yang
terjadi adalah hijau tua yang kemungkinan terjadi kontaminasi pipet atau gelatin yang
digunakan terlalu sedikit sehingga tidak tercapai efek yang diinginkan. Kadar karbohidrat
dalam gelatin sedikit. Karbohidrat dengan penambahan asam pekat mengalami dehidrasi
menjadi furfural. Jika furfural ditambahkan Molisch (-naphto) akan mengalami kondensasi
yang membentuk cincin ungu. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan
(Harper, 1980) yang menyatakan bahwa uji Molisch memberikan reaksi warna jikadireaksikan dengan protein yag mengandung gugus sakarida.
Uji Molisch pada albumin
Pada hasil percobaan setelah ditambah dengan reagen molisch terjadi perubahan warna coklat
susu di bawahnya terjadi endapan putih. Selain itu terdapat endapan ungu kehitaman
Uji Molisch bertujuan untuk mengetahui adanya sakarida dan glikosida pada suatu senyawa
protein. Hasil yang positif seharusnya berwarna ungu. Pada hasil percobaan, warna yang
terjadi. Karbohidrat dengan penambahan asam pekat mengalami dehidrasi menjadi furfural.
Jika furfural ditambahkan Molisch (-naphto) akan mengalami kondensasi yang membentuk
cincin ungu. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang digunakan (Harper, 1980) yang
menyatakan bahwa uji Molisch memberikan reaksi warna jika direaksikan dengan protein
yag mengandung gugus sakarida.
Perbedaan sifat protein
Albumin dan globulin
Tabung 1. Pada hasil percobaan larutan yang terjadi adalah keruh dan terdapat endapan
berwarna putih
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
13/14
Tabung 2. Setelah penambahan klorofenol red, warna larutan menjadi merah hati
Tabung A. Setelah penambahan asam asetat 2% dan penambahan asam nitrat 2 ml, larutan
menjadi kuning keruh dan endapan yang terjadi tidak larut kembali
Tabung B. Setelah penambahan asam asetat 2% dan penambahan Na2CO3 encer, larutan
menjadi keruh dan ada endapan yang tidak larut.
Serumadalah gabungan dari albumin dan globulin. Asam sulfosalisilat adalah alkaloid yang
bersifat asam dan mengikat protein. Pada albumin, kelarutan protein rendah sehingga
mengendap. Pada tabung kedua penambahan klorofenol pada serum yang mengakibatkan
perubahan warna larutan menjadi merah hati menunjukkan bahwa pH serum bersifat basa.
Klorofenol merupakan indicator pH yang akan berubah warna merah jika larutan bersifat
basa dan akan berwarna kuning jika larutan bersifat asam. Pada tabung A maupun B terjadi
endapan hasil pemanasan yang tidak larut dalam kedua asam yang digunakan (asam nitrat
dan Na2CO3). Endapan tersebut disebut koagulan. Sifat protein yang mengalami koagulasi
(denaturasi protein y ang bersifat irreversible dan permanent) sesuai dengan tinjauan pustaka
yang menyatakan bahwa protein memiliki sifat dapat mengalami koagulasi.
Kasein
Dengan penambahan asam asetat sebanyak 14 tetes tidak terjadi perubahan warna dan tidak
terjadi endapan.
Uji Newman terhadap kasein
Setelah dipanaskan di atas api, larutan menjadi bening dan mengeluarkan asap putih Larutan
menjadi tiga lapis yaitu dari atas ke bawah : bening, putih dan kuning. Setelah didinginkan
dan ditambah dengan ammonium molibdat mengeluarkan warna kuning kehijauan.
Bromkresol hijau merupakan indikator asam basa yang jika ditempatkan pada lingkungan
sedikit asam ataupun basa maka akan berwarna hijau dan jika ditempatkan di lingkungan
asam akan berwarna kuning. Tujuan dari penambahan asam asetat dan NaOH encer adalah
untuk menggumpalkan kasein pada pH isolistriknya (sekitar 4,6) NaOH yang bersifat basa
dan asam asetat yang bersifat asam akan menyebabkan kasein menemukan pH isolistriknya.
Pada uji Newman terhadap kasein, kasein mengalami denaturasi dengan penambahan HNO3
dan H2SO4. Ketika dipanaskan larutan akan mengeluarkan asap, fosfor yang terlepas dari
kasein menyebabkan ia menjadi asam fosfat yang berwarna kuning.
Reaksi pengendapan gelatin cair
Pada hasil percobaan terdapat endapan gelatin
Gelatin mengalami denaturasi setelah ditambahi ammonium sulfat atau kalium ferrosianida.
Ammonium sulfat adalah salah satu garam yang bersifat higroskopis yang dapat menyerap
-
8/10/2019 Praktikum biokimia muskuloskeletal
14/14
air.
Kesimpulan
Protein dapat memberikan reaksi pengendapan untuk logam berat, alkohol pekat, garam danreagen-reagen alkaloid untuk dasar reaksi penetralan muatan, denaturasi, penarikan gugus air
dan titik isolistriknya. Terdapat reaksi-reaksi spesifik untuk protein yang dapat digunakan
untuk identifikasi kandungan protein antara lain uji biuret yang bertujuan untuk menunjukkan
adanya ikatan peptide, reaksi millon yang spesifik untuk tiroksin (gugus hidroksifenol) dan
reaksi triptofan hopskin cole yang spesifik untuk triptofan.
Melalui percobaan tersebut dapat diketahui adanya sifat-sifat protein yaitu mengendap
dengan reagen esbach, mengendap dengan alkohol pekat, memberi hasil positif terhadap
reaksi biuret. Dalam suasana basa, protein bermuatan negatif dan sebaliknya, dalam suasana
asam, protein bermuatan positif.
Denaturasi dapat terjadi karena pemanasan dan penambahan asam atau basa. Mekanisme
penyakit dapat dijelaskan dengan pendekatan biokimia.
Daftar Pustaka
Gilvery, et al. 1996. Biokimia suatu pendekatan fungsional. Edisi 3. Airlangga University
Press: Surabaya
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta
Riawan, S. 1990. Kimia Organik.Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta
http://yukiicettea.blogspot.com/2009/10/biochemistry-laporan-biokimia-protein.html