praktikum 2 anhid (morfometri daerah aliran sungai)
DESCRIPTION
MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAITRANSCRIPT
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah aliran sungai adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana anak-anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk.
Untuk mengetahui keadaan jaringan alur sungai diperlukan analisis morfometri suatu Daerah aliran sungai (DAS) yang terdiri dari: luas DAS, panjang dan lebar DAS, ordo dan tingkat percabnagan sungai, kerapatan sungai, dan kemiringan lereng sungai.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis morfometri daerah aliran sungai (DAS).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut, atau merupakan satuan hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, 2001).
Gambar 1. Batas DAS
Menurut I Made Sandy (1985), seorang Guru Besar Geografi Universitas Indonesia; Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian dari muka bumi, yang airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan, apabila hujan jatuh.Sebuah pulau selamanya terbagi habis ke dalam Daerah-Daerah Aliran Sungai.
Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide atau batas daerah aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan jajaran pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf H.P., 2006).
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola tertentu.Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun Pola-pola Pengairan Sungai menurut Soewarno (1991) yaitu:
1. Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.
2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling berpotongan.
1
Gambar 2. Pola-Pola Pengairan Sungai
3. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip.Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya.Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.4. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi sehingga terasa asin.
6. Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini menunjukkan lereng yang curam.Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera memperlihatkan pola pengaliran parallel.
7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
2.2 Karakteristik dan Morfometri DAS
Karakteristik Daerah Aliran sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: (1) Faktor lahan yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi dan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.
Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif.Sifat yang khas dari suatu DAS dapat dilihat dari morfometri DASnya.Morfometri DAS adalah pengukuran bentuk dan pola DAS yang dapat dilihat dari suatu peta. Gordon (1992) menjelaskan bahwa parameter dalam morfometri DAS saling berhubungan satu sama lain, sehingga seringkali salah satu parameter dapat dikadikan pewakil parameter lainnya..
Respon hidrologi dari suatu DAS terhadap masukan curah hujan dijelaskan pula oleh Asdak (2001) yang menyatakan bahwa beberapa parameter morfometri DAS seperti luas, kemiringan lereng, bentuk, kerapatan drainase dapat berpengaruh terhadap besaran dan timing dari hidrograf aliran yang dihasilkannya.
Pengaruh luasan DAS terhadap bentuk hidrograf aliran adalah pada waktu konsentrasi aliran air di daerah outlet dimana semakin besar luas DAS maka semakin banyak pula curah hujan yang diterima namun semakin lama waktu konsentrasi aliran air untuk mencapai debit puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS yang mempunyailuasan yang besar cenderung menjadi lebih panjang.
Kemiringan lereng DAS mempengaruhi cepat lambatnya laju run-off
2
yang kemudian dapat mempercepat respon DAS terhadap curah hujan yang terjadi. DAS yang memiliki topografi relatif datar akan menghasilkan run-off yanng lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang memiliki topografi yang miring.
Tabel 1. Klasifikasi Kelerengan
Bentuk DAS mempengaruhi laju run-off dan waktu konsentrasi aliran di daerah outlet, sehingga dari faktor bentuk DAS ini dapat menghasilkan bentuk hidrograf yang berbeda antara DAS yang mempunyai bentuk yang memanjang dan sempit dengan DAS yang berbentuk cenderung membulat dan lebar.DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju run-off sehingga waktu konsentrasi untuk mencapai debit puncak di daerah outlet cenderung lebih lama daripada DAS yang membulat dan lebar.
Kerapatan drainase sangat berpengaruh dalam menentukan kecepatan run-off di DAS. Hubungannya adalah semakin tinggi kerapatan drainase maka semakin besar kecepatan run-off untuk curah hujan yang sama di DAS. Oleh karena itu, DAS dengan kerapatan drainase tinggi, maka debit puncaknya akan tercapai dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan DAS dengan kerapatan drainase rendah.
BAB III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
Alat
Kertas Kalkir
Penggaris
Kalkulator
Jarum
Benang jahit
Alat tulis
Bahan
Peta rupabumi (Bakosurtanal) Cihiris
3.2 Langkah Kerja
1. Penentuan Jaringan Sungai
Penentuan jarngan sungai dilakukan dengan menumpangtindihkan kalkir diatas peta rupabumi. Kemudian menggambar Daerah Aliran sungai (DAS) dan kontur yang ada di peta. Selanjutnya yaitu menentukan batas DAS dari kontur dengan mencari hulu sungai, mencari lekukan kontur, dan membuat garis searah lekukan.
2. Analisis Karakteristik dan Morfometri DAS
a. Penentuan Orde Sungai
Penentuan orde sungai dilakukan dengan Metode Strahler, yaitu:
- Aliran sungai yang paling ujung dan tidak memiliki anak sungai disebut orde pertama
- Apabila dua aliran dengan orde sama bertemu maka akan terbentuk anak sungai dengan orde setingkat lebih tinggi
- Apabila dua anak sungai yang berbeda orde bertemu maka orde pertemuan anak sungai tersebut adalah orde paling besar
b. Penentuan dan Perhitungan Panjang Sungai Tiap Orde dengan Peta sungai
Pengukuran panjang sungai pada peta dilakukan dengan dua penghitungan, yaitu:
- Pengukuran panjang tiap-tiap orde
-Panjang maksimum sungai
c. Perhitungan Rasio Percabangan dan Rasio Panjang
Secara matematis, perhitungan rasio percabangan dab rasio panjang sebagai berikut:
N(ω) : Jumlah orde sungai berorde ω
P(ω) : Panjang rata-rata orde sungai berorde ω
d. Perhitungan Dimensi Fraktal
3
RB ¿N (ω)
N (ω+1)
RP ¿P(ω)
P (ω−1)
Persamaan dimensi fraktal sebagai berikut
d : dimensi fraktal jaringan hidrologi sungai
e. Perhitungan Panjang Sungai Utama
Penentuan panjang sungai utama berdasarkan persamaan sebagai berikut:
L: Panjang sungai utama (dalam km)
A: luas DAS (km2)
D: dimensi fractal
f. Perhitungan Kerapatan DAS
Kerapatan DAS merupakan perbandingan antara jumlah panjang semua sungai di dalam DAS dengan luas DAS
D: kerapatan jaringan sungai (km/km2)
Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam DAS(km)
Au: luas DAS (km2)
g. Perhitungan Kemiringan Lereng DAS
Kemiringan lereng DAS merupakan rata-ratra nilai kemiringan lereng pada setiap kontur dengan terlebih dahulu membuat garis transek dari hulu ke hilir.
Kemiringan lereng DAS rata-rata = ∑θN
Tabel 2. Kemiringan Lereng Tiap Tansek
No x y y/x θ
1 100 50 0,5 26,6
2 50 50 1,0 45,0
3 62,5 50 0,8 38,7
4 175 50 0,3 15,9
5 75 50 0,7 33,7
6 125 50 0,4 21,8
7 212,5 50 0,2 13,2
8 275 50 0,2 10,3
9 200 50 0,3 14,0
10 100 50 0,5 16,6
11 350 50 0,1 8,1
rata-rata 22,2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Daerah Aliran Sungai dan Pola Jaringan Aliran Manganten
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana suatu lembah yang merupakan aliran sungai dibatasi oleh dataran yang lebih tinggi di sisi kanan dan kirinya.
DAS Manganten merupakan sub DAS Cihiris yang berada di desa Bantarkaret, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut klasifikasi pola aliran Soewarno (1991), DAS Manganten memilki pola denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas. Hal ini sesuai dengan kondisi batuan di kabupaten Bogor yang relatif homogen.
4.2 Analisis Karakteristik dan Morfometri DAS Manganten
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Manganten berdasarkan peta rupabumi Cihiris dapat diketahui bahwa penutupan lahannya sebagian besar berupa hutan, selain itu juga kebun, ladang, belukar, dan pemukiman.
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas dengan angka – angka yang jelas.Parameter morfometri DAS Manganten yang saling berhubungan dapat digunakan untuk menduga respon hidrologi dari DAS Manganten terhadap masukan curah hujan di kawasan tersebut.
4
d¿ln RBln RP
L ¿1,4 Ad
D ¿∑ Lu
Au
Tabel3.Parameter Morfometri DAS Manganten
Orde
kodePanjan
g
(cm)
Panjang
(km)
panjang rata-
rata
(Km)
panjang maksimum
(Km)RB RP d L D θ
1
A 8,00 2,00
1,21 2,00 3,50 -
-1,560,05
1,43 22,2
B 3,10 0,78
C 6,20 1,55
D 2,90 0,73
E 4,40 1,10
F 5,80 1,45
G 3,60 0,90
2H 3,10 0,78
0,50 0,78 0,50 0,41I 0,90 0,23
3
J 1,00 0,25
0,63 1,13 - 1,26K 2,70 0,68
L 1,90 0,48
M 4,50 1,13
Jumlah 48,10 12,03 4,00
0,41
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa DAS Manganten terdiri dari tiga orde, dimana orde pertama memiliki tujuh cabang anak sungai dengan panjang rata-rata 1,21km, panjang maksimum sebesar 2,00km. Sedangkan orde dua memiliki dua percabangan dengan panjang dan maksimum sebesar 0,50km dan 0,78km.Orde tiga memiliki tiga percabangan dengan panjang rata-rata dan maksimum sebesar 0,63km dan 1,13km. Nilai dimensi fraktal menunjukkan derajat ketidakteraturan sungai, untuk DAS Manganten memiliki nilai dimensi fraktal sebesar –1,56. Rasio percabangan rata-rata DAS Manganten yaitu 4,00, ini berarti sungai
tersebut memiliki banyak anak-anak sungai dan fluktuasi debit yang terjadijuga semakin besar.Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan airpermukaan oleh suatu DAS. Kerapatan aliran sungai dapat
dihitung dari rasio total panjang jaringan sungai terhadap luas DAS yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat kerapatan aliran sungai, berarti semakin
banyak air yang dapat tertampung di badan-badan sungai. Kerapatan aliran sungai Manganten sebesar 1,43. Hal ini menunjukkan DAS Manganten dapat menampung air cukup banyak. Kemiringan lereng rata-rata DAS Manganten yaitu 22,2°, berarti kondisi DAS Manganten rata-rata yaitu miring atau berupa bukit.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum Morfometri Daerah Aliran Sungai dapat disimpulkan bahwa Daerah Aliran Sungai Manganten cukup luas dengan pola jaringan denritrik. Nilai kerapatan DAS Manganten cukup besar yang
5
menunjukkan jarak antar anak sungainya berdekatan dan mampu mennampung air cukup banyak. Kemiringan lereng Daerah Aliran Sungai Manganten miring yang mengakibatkan laju runoffnya cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah. Sungai.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Davis, Gordon B. 1992. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I. Pengantar.Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA UNM.Makassar.
I Made Shandy. (1985). Republic Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Jurusan geografi FMIPA UI
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta: UGM Press.
Soewarno, 1991.Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova.Bandung
Suripin, 2001.Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta. Yogyakarta
6
LAMPIRAN
Contoh Perhitungan:
1. Perhitungan Panjang Tiap-Tiap Orde
Skala 1:25000
Panjang orde 1 kode A = 8,00 cm
= 8,00 x25000
100000 = 2,00 km
2. Perhitungan Rasio Percabangan dan Rasio Panjang
3. Perhitungan Dimensi Fraktal
4. Perhitungan Panjang Sungai Utama
K. Lingkaran pada peta = 41,10 cm →
K. Lingkaran sebenarnya=41,10 x25000
100000 = 10,28 km
Keliling Lingkaran = 2πr
r = 10,28 km
2 π r = 1,64 km
Luas DAS = πr2
= π(1,64km)2
= 8,41 km2
5. Perhitungan Kerapatan DAS
D: kerapatan jaringan sungai (km/km2)
Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam DAS(km)
Au: luas DAS (km2)
6. Perhitungan Kemiringan Lereng DAS
Kemiringan lereng DAS rata-rata = ∑θN
7
RB ¿N (ω)
N (ω+1)RP ¿
P(ω)P (ω−1)
d¿ln RBln RP
L ¿1,4 Ad
D ¿∑ Lu
Au
RB ¿24
= 0,50 RP ¿0,501,21
=0,41
d¿ln 4,00ln 0,41
=−1,56
L ¿1,4 (8,41)−1,56
L ¿0,05 km
D ¿12,03 km8,41 km2
=1,43/ km
Kemiringan lereng DAS rata-rata = (26,6+45+38,7+15,9+33,7+21,8+13,2+10,3+14+26,6+8,1)
11 = 22,2°
8