pengaruh laju aliran sungai utama dan anak sungai...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR - SM 091332
PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL YUYUN INDAH TRISNAWATI NRP 1210 100 039 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc JURUSAN MATEMATIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014
FINAL PROJECT - SM 091332
FLOW RATE EFFECT OF MAIN STREAM AND LATERAL STREAM TOWARDS SEDIMENTATION PROFILE AT THE CONFLUENCE OF TWO RIVERS SINUSOID MODEL YUYUN INDAH TRISNAWATI NRP 1210 100 039 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc DEPARTMENT OF MATHEMATICS Faculty of Mathematics and Natural Science Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2014
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................ v
ABSTRAK ........................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................... xv
DAFTAR SIMBOL DAN NOTASI .................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................. 3
1.4 Tujuan ................................................................. 3
1.5 Manfaat ............................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ......................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aliran Saluran Terbuka ....................................... 7
2.1.1 Tipe Aliran Berdasarkan Kriteria Waktu ... 7
2.1.2 Tipe Aliran Berdasarkan Kriteria Ruang ... 7
2.1.3 Tipe Aliran Berdasarkan Perbandingan Gaya-
gaya Inersia dengan Kekentalan ............... 8
2.2 Sedimentasi ......................................................... 9
2.3 Konsep Volume Hingga ...................................... 11
2.4 Metode Beda Hingga-Alternating Direction Implicit
(ADI) ................................................................... 12
2.4.1 Metode Beda Hingga ................................. 12
2.4.2 Alternating Direction Implicit (ADI) Method
............................................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tahapan Penelitian .............................................. 17
3.2 Diagram Alir Metode Penelitian ......................... 18
xiv
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hidrodinamika Aliran Sungai ............................. 21
4.1.1 Persamaan Kekekalan massa ..................... 22
4.1.2 Persamaan Kekekalan Momentum ............. 26
4.2 Morfologi Sungai ................................................ 35
4.3 Diskritisasi Model Dua Dimensi......................... 36
4.3.1 Persamaan Kekekalan Massa Sungai Utama
............................................................................ 37
4.3.2 Persamaan Kekekalan Momentum Sungai
Utama .................................................................. 38
4.3.3 Persamaan Kekekalan Massa Sedimen Sungai
Utama .................................................................. 43
4.3.4 Persamaan Kekekalan Massa Pertemuan
Sungai ................................................................. 44
4.3.5 Persamaan Kekekalan Momentum Pertemuan
Sungai ................................................................. 46
4.3.6 Persamaan Kekekalan Massa Sedimen
Pertemuan Sungai ............................................... 51
4.4 Proses Simulasi ..................................................... 52
4.4.1 Simulasi I ................................................. 52
4.4.2 Simulasi II ............................................... 55
4.4.3 Simulasi III .............................................. 57
4.4.4 Simulasi IV .............................................. 59
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................. 63
5.2 Saran ........................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 65
BIODATA PENULIS ............................................................ 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kisi Beda Hingga Skema Maju Ruang dengan
dan ....................... 13
Gambar 2.2 Kisi Beda Hingga Skema Mundur ................... 14
Gambar 2.3 Kisi Beda Hingga Skema Tengah-Ruang ......... 15
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ...................... 19
Gambar 4.1 Penampang Sungai ........................................... 21
Gambar 4.2 Volume Kendali ............................................... 22
Gambar 4.3 Sungai Utama ................................................... 33
Gambar 4.4 Anak Sungai ..................................................... 33
Gambar 4.5 Pertemuan Sungai ............................................. 34
Gambar 4.6 Pola Diskritisasi untuk u, v, dan h .................... 37
Gambar 4.7 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi I 53
Gambar 4.8 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi I ......................................................... 54
Gambar 4.9 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi I ......................................................... 54
Gambar 4.10 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi II 55
Gambar 4.11 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi II ....................................................... 56
Gambar 4.12 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi II ........................................................ 56
Gambar 4.13 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak
Sungai dan Pertemuan Sungai pada Simulasi III 57
Gambar 4.14 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi III ....................................................... 58
xvi
Gambar 4.15 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi III ....................................................... 58
Gambar 4.16 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi IV
.......................................................................... 59
Gambar 4.17 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi IV ....................................................... 60
Gambar 4.18 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama,
Anak Sungai, dan Pertemuan Sungai pada
Simulasi IV ....................................................... 60
xi
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT, syukur Alhamdulillah, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Laju Aliran Sungai Utama Dan Anak
Sungai Terhadap Profil Sedimentasi Di Pertemuan Dua
Sungai Model Sinusoidal”. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis
banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Erna Apriliani, M.Si. sebagai Ketua Jurusan
Matematika FMIPA ITS. 2. Bapak Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. sebagai dosen
pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan motivasi dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Chairul Imron, MI.Komp. sebagai koordinator Tugas Akhir.
4. Ibu Dra. Farida Agustini Widjajati, MS. Sebagai dosen wali selama penulis kuliah di Jurusan Matematika FMIPA-ITS.
5. Bapak Subchan, M.Sc., PhD, Bapak Dr. Chairul Imron, MI.Komp., dan Ibu Sholeha, S.Si, M.Si. sebagai dosen penguji Tugas Akhir yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan ilmu kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa selama masa penelitian dan
penyusunan laporan ini masih ada kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun sebagai bahan
xii
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 2014
Penulis
Special thank’s to: 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah –
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.
2. Kedua orang tua, Bapak Muslimin dan Ibu Siamah, yang telah memberikan doa dan motivasi lahir batin sampai kelulusan kuliah S-1 ini.
3. Saudara kandung, Veri Irawan, yang telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan sampai mendapatkan gelar sarjana.
4. Kakek dan Nenek, Bapak Dakelan dan Ibu Latikah serta keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama penulis kuliah di Matematika FMIPA-ITS.
5. Teman-teman angkatan 2010 Matematika ITS, Dyah Ayu Erniasanti, Mita Sani Untari, Amilia Khoiro Masruri, Ari Serawati, Ike Miftahul Jannah, Ema Enggar Wati, Belgis Ainatul Izza, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
6. Teman satu kos, Ria Aniza (Teknik Lingkungan 2011) yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan selama peulis menyelesaiakan Tugas Akhir ini.
7. Kakak-kakak angkatan yang membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
xvii
DAFTAR SIMBOL DAN NOTASI
: kedalaman sungai (m)
𝑡 : waktu (s)
𝑢 : kecepatan aliran sungai arah x (m/s)
𝑣 : kecepatan aliran sungai arah y (m/s)
𝑤 : kecepatan aliran sungai arah z (m/s)
𝑞𝑏 : banyaknya sedimen bed load
𝑐𝑚 : koefisien Chezy (𝑐𝑚 = 8.0)
𝑠 : rasio massa jenis sedimen dengan massa jenis air
𝑔 : percepatan gravitasi (𝑔 = 9.8 𝑚/𝑠2)
𝑑50 : rata-rata diameter sedimen (m)
𝜏𝑏 : tegangan geser (𝑁/𝑚2)
𝜌 : massa jenis air (𝑘𝑔/𝑚3)
𝑈 : kecepatan aliran sungai (m/s)
𝜌𝑠 : massa jenis sedimen (kg/m3)
𝑧𝑏 : ketinggian dasar sungai (sedimen) (m)
𝑝 : porositas tanah
𝐹𝑠 : surface force (N)
𝐹𝑏 : body force (N)
𝛾 : berat jenis air (𝑘𝑔/𝑚3)
𝑏 : lebar sungai (m)
𝐶𝑓 : koefisien gesek (N)
𝐴 : luas volume kendali (𝑚2)
𝐿𝑖 : panjang domain kendali pertemuan sungai (m)
𝐿 : panjang domain kendali sungai utama (m)
𝐿1 : panjang domain kendali anak sungai (m)
𝑆𝑥 , 𝑆𝑦 : kemiringan dasar sungai
𝐹𝑏𝑙 : body force pada sungai utama (N)
𝐹𝑏𝑝 : body force pada pertemuan sungai (N)
𝐶∗ : koefisien Chezy
𝑄1 : debit pada sungai utama (𝑚3/𝑠)
𝑄2 : debit pada anak sungai (𝑚3/𝑠)
𝑃 : gaya hidrostatis pada pertemuan sungai (N)
xviii
𝑆 : gaya geser pada pertemuan sungai (N)
𝐹𝑏1 ,𝐹𝑏2 : gaya gesek pada dinding sungai (N)
𝜏 : gaya gesek dasar sungai (N)
vii
PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI
PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL
Nama : Yuyun Indah Trisnawati NRP : 1210 100 039 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc ABSTRAK
Sungai merupakan aliran air permukaan yang
mengalir ke tempat yang lebih rendah, jumlahnya salah satunya
bergantung dari daerah tangkapan air (catchment area) yang
terdiri dari sebuah sungai dan anak sungainya yang disebut
dengan confluence. Aliran air pada sungai selain mengalirkan air
dari hulu ke hilir yang akhirnya ke laut juga mengalirkan material
sedimen sebagai hasil dari proses erosi pada dinding ataupun
dasar sungai. Proses terjadinya sedimentasi pada pertemuan
sungai dapat dimodelkan secara matematis dan disimulasikan
secara numerik. Pada Tugas Akhir ini, dikembangkan model
sedimentasi di pertemuan dua sungai model sinusoidal dengan
menggunakan pendekatan volume hingga. Model ini selanjutnya
diselesaikan dengan menggunakan metode beda hingga-
Alternating Direction Implicit (ADI) dan hasil tersebut
disimulasikan dengan menggunakan Matlab. Dari hasil simulasi
diperoleh hasil bahwa semakin besar debit yang masuk dari
sungai utama, diperoleh rata-rata bahwa kedalaman sungai
semakin turun, kecepatan aliran sungai semakin turun dan
ketinggian sedimen semakin naik, tetapi perubahan yang terjadi
tidak begitu signifikan. Besarnya debit sungai utama dan anak
sungai yang masuk ke pertemuan sungai relatif kurang
viii
berpengaruh terhadap kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai
dan ketinggian sedimen.
Kata Kunci—Sedimentasi, Metode Beda Hingga, Alternating
Direction Implicit
ix
FLOW RATE EFFECT OF MAIN STREAM AND LATERAL
STREAM TOWARDS SEDIMENTATION PROFILE AT THE
CONFLUENCE OF TWO RIVERS SINUSOID MODEL
Name of Student : Yuyun Indah Trisnawati
NRP : 1210 100 039
Department : Mathematics
Supervisor : Prof. Dr. Basuki widodo, M.Sc
ABSTRACT
River is the flow of water surface which flows into a lower
place, the number one of the flow is dependent from catchment
area, which consists of a main stream and lateral stream is called
by confluence. The flow of water in the rivers not only to flow
water from upstream to downstream into the sea but also to flow
material sediment as a result of the erosion process on the wall
or the bottom of the river. The process of sedimentation at the
confluence can be mathematically modeled and numerically
simulated. The morphology confluence of two rivers to be
reviewed is the sinusoid model. In this final project, it is
constructed the sedimentation model at the confluence of two
rivers of sinusoid model using the finite volume, the
sedimentation model is solved by using the finite difference
method-Alternating Direction Implicit (ADI) and the result is
simulated by using matlab. The simulation it is obtained that the
bigger of river flow from main stream, it is obtained the average
depth of the river getting down, the speed of river flow is the
getting down and the height of the sedimen is rising, but the
change occurs in significanlyt. The river floaws from main
stream and lateral stream into a confluence of river relatively
less impacts on the depth of river,the flow of river, and the
height of sediment.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang yang mendasari
penulisan Tugas Akhir ini. Di dalamnya mencakup identifikasi
permasalahan pada topik Tugas Akhir ini. Uraian ini bersifat
umum yang menjelaskan secara ringkas hal-hal yang akan
dilakukan pada penyelesaian Tugas Akhir. Informasi yang telah
diperoleh tersebut kemudian dirumuskan permasalahan yang akan
dibahas, tujuan, dan manfaat dari Tugas Akhir. Selain itu juga
diberikan batasan-batasan untuk membatasi pembahasan pada
tugas Akhir ini.
1.1 Latar Belakang
Sungai merupakan aliran air permukaan yang mengalir ke
tempat yang lebih rendah, jumlahnya bergantung dari tinggi muka
air, luas daerah tangkapan air (catchment area), perkolasi,
infiltrasi dan besarnya curah hujan. Pada suatu catchment area
terdiri dari sebuah sungai dan anak sungainya yang disebut
dengan confluence. Pertemuan antara sungai utama dan anak
sungai dapat mempengaruhi morfologi dan hidrolika bagian hulu
dan hilir.
Fungsi sungai selain untuk menampung aliran curah hujan,
mengalirkan air dari hulu ke hilir yang akhirnya ke laut, sebagai
drainase alam atau drainase area juga mengalirkan sedimen
sebagai fungsi morfologi dalam proses pembentukan daratan atau
landscape. Proses terjadinya sedimentasi pada sungai dapat
dimodelkan secara matematis dan disimulasikan secara numerik.
Pemodelan tersebut dapat dijadikan acuan oleh pihak terkait
dalam pengaturan alur sungai, perencanaan bangunan air, dan
2
dapat dimanfaatkan untuk memprediksi perubahan morfologi
dasar sungai.
Bentuk morfologi pertemuan dua sungai merupakan suatu
fenomena alam yang menarik untuk dikaji karena akan dijumpai
beraneka ragam bentuk model pertemuan dua sungai. Salah
satunya adalah sungai dengan profil berbentuk sinusoidal.
Sebelumnya sudah terdapat penelitian oleh Febriyan Eka
Priangga mengenai Profil Kontur Sedimentasi di Pertemuan Dua
Sungai Model Sinusoidal (2012). Dalam Tugas akhir tersebut
dibahas mengenai model dan profil kontur sedimentasi pertemuan
dua sungai model sinusoidal dengan menggunakan metode
Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG) sebagai solusi
penyelesaian metode volume hingga.
Dalam Tugas Akhir ini dikembangkan suatu model
matematika dari proses sedimentasi di pertemuan dua sungai
model sinusoidal dengan menggunakan pendekatan konsep
volume hingga dan diselesaikan dengan menggunakan metode
beda hingga-Alternating Direction Implicit (ADI). Metode ADI
ini mempunyai keunggulan dalam akurasi/ketepatan hasil dan
kecepatan penyelesaian dibandingkan dengan metode eksplisit
dan metode implisit [6]. Selain itu, pada metode ADI ini tidak
mempunyai syarat stabilitas sehingga program akan selalu stabil
dalam semua keadaan. Kemudian setelah modelnya dibangun dan
diselesaikan, akan disimulasikan untuk mempelajari pengaruh
laju aliran sungai utama dan anak sungai terhadap sedimentasi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
3
1. Bagaimana pengembangan model sedimentasi di
pertemuan dua sungai dengan menggunakan pendekatan
volume hingga.
2. Bagaimana menyelesaikan model sedimentasi ini dengan
metode beda hingga-Alternating Direction Implicit (ADI).
3. Bagaimana pengaruh laju aliran sungai utama dan anak
sungai terhadap sedimentasi di pertemuan dua sungai ini.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang digunakan pada Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Model sedimentasi yang dibangun adalah dalam 2
dimensi.
2. Aliran air tak mampu mampat (incompressible ) dan
rapat jenis air (𝜌) konstan.
3. Aliran sungai seragam pada hulu dan hilir.
4. Pengangkutan sedimen adalah bed-load dan butiran
sedimen seragam dengan diameter 0.0625 mm, yaitu
pasir yang sangat halus.
5. Permukaan sungai horizontal dan dinding sungai
berkarakteristik halus (smooth).
6. Pengaruh angin sangat kecil sehingga friksi di permukaan
diasumsikan nol.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan model sedimentasi di pertemuan dua
sungai dengan menggunakan pendekatan volume hingga.
4
2. Menyusun metode penyelesaian dari model sedimentasi
ini dengan menggunakan metode beda hingga-Alternating Direction Implicit (ADI).
3. Menganalisa pengaruh laju aliran sungai utama dan anak
sungai terhadap sedimentasi di pertemuan dua sungai ini.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah memberikan pengetahuan kepada pihak terkait dalam
pencegahan dan penanggulangan dini atas dampak yang
ditimbulkan akibat adanya sedimentasi, serta dapat juga
digunakan sebagai acuan dalam penelitian sejenis.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun dalam lima bab.
Adapun sistematika penulisan dalam laporan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penyusunan Tugas
Akhir, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat,
dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang konsep dasar aliran saluran
terbuka, sedimentasi beserta karakteristiknya, dasar-dasar
mengenai konsep volume hingga serta metode beda
hingga-Alternating Direction Implicit (ADI).
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap yang dilakukan
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Bab ini menjelaskan tentang bagaimana membangun model
sedimentasi dengan pendekatan konsep volume hingga
yang kemudian diselesaikan dengan menggunakan metode
beda hingga-Alternating Direction Implicit (ADI). Di
samping itu, pada bab ini juga dilakukan analisis terhadap
hasil penelitian berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang penarikan kesimpulan dan
saran dari hasil analisa dan pembahasan yang telah
dilakukan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aliran Saluran Terbuka
Aliran pada saluran terbuka merupakan aliran yang
memiliki permukaan bebas yang dipengaruhi oleh tekanan udara
bebas. Aliran saluran terbuka banyak sekali dijumpai, misalkan
pada selokan, kali, sungai kecil dan sungai besar sampai ke muara
sungai, saluran pelayaran, saluran pembangkit listrik, saluran
irigasi dan talang. Aliran saluran terbuka dapat digolongkan
menjadi berbagai jenis dan diuraikan dengan berbagai cara.
2.1.1 Tipe Aliran Berdasarkan Kriteria Waktu
a. Aliran Tetap (Steady Flow)
Aliran dikatakan tetap bila kedalaman aliran tidak
berubah atau dianggap konstan selama suatu selang
waktu tertentu. Pada aliran tetap berlaku:
𝜕
𝜕𝑡= 0 dan
𝜕𝑢
𝜕𝑡= 0
b. Aliran Tidak Tetap (Unsteady Flow)
Aliran dikatakan tidak tetap bila kedalamannya
berubah sesuai dengan waktu. Pada aliran tidak tetap
berlaku:
𝜕
𝜕𝑡≠ 0 dan
𝜕𝑢
𝜕𝑡≠ 0
2.1.2 Tipe Aliran Berdasarkan Kriteria Ruang
a. Aliran Seragam
8
Aliran dikatakan seragam bila kedalaman aliran sama
pada setiap penampang saluran. Pada aliran seragam
berlaku:
𝜕
𝜕𝑠= 0 dan
𝜕𝑢
𝜕𝑠= 0
b. Aliran Tidak Seragam
Aliran dikatakan tidak seragam bila kedalaman aliran
berubah di sepanjang saluran. Pada aliran tidak
seragam berlaku:
𝜕
𝜕𝑠≠ 0 dan
𝜕𝑢
𝜕𝑠≠ 0
2.1.3 Tipe Aliran Berdasarkan Perbandingan Gaya-Gaya
Inersia dengan Kekentalan
a. Aliran Laminar
Aliran adalah laminar bila gaya kekentalan relatif
sangat besar dibandingkan dengan gaya inersia,
sehingga kekentalan berpengaruh besar terhadap
perilaku aliran. Dalam aliran laminar, butir-butir air
seolah-olah bergerak menurut lintasan tertentu yang
teratur atau lurus, dan selapis cairan yang sangat tipis
seperti menggelincir di atas lapisan di sebelahnya.
b. Aliran Turbulen
Aliran adalah turbulen bila gaya kekentalan relatif
lebih lemah dibandingkan dengan gaya
kelembamannya. Pada aliran turbulen, butir-butir air
bergerak menurut lintasan yang tidak teratur, tidak
lancar maupun tidak tetap, walaupun butir-butir
tersebut tetap menunjukkan gerak maju dalam aliran
secara keseluruhan.
9
c. Aliran Transisi
Di antara keadaan laminar dan turbulen terdapat suatu
campuran atau keadaan peralihan yang dikenal
sebagai aliran transisi.
2.2 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan material yang
diangkut oleh media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan.
Menurut Dibyosaputra (1997) besar kecilnya sedimen di daerah
sungai ditentukan melalui transportasi sungai yang disebabkan
oleh adanya kekuatan aliran sungai yaitu kecepatan aliran tertentu
yang mampu mengangkut sedimen dengan diameter tertentu.
Dengan kata lain bahwa besarnya sedimen yang terangkat
bergantung pada debit sungai, material sedimen dan kecepatan
aliran [7].
Proses terjadinya sedimentasi terdiri dari dua bagian, yaitu
hidrodinamika dan morfologi. Hidrodinamika menjelaskan
tentang aliran sungai, sedangkan morfologi menjelaskan tentang
proses pengangkutan sedimen [4].
Ada lima macam angkutan sedimen yang terjadi di dalam
alur sungai, yaitu:
1. Dissolved load terdiri dari material, khususnya ion hasil
pelapukan kimia yang dilarutkan oleh air sungai. Sedimen
jenis ini berpengaruh terhadap keseluruhan jumlah total
material yang dilepaskan dari daerah tangkapan air.
2. Suspended load terutama terdiri dari pasir halus yang
melayang di dalam aliran karena tersangga oleh turbulensi
aliran air.
3. Intermittent suspension (saltation) load terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada
10
mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir tersebut
sampai akhirnya karena gaya gravitasi yang ada mampu
mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar sungai.
4. Wash load terdiri dari partikel-partikel lanau dan debu yang
terbawa masuk ke dalam sungai dan tetap tinggal melayang
sampai mencapai laut, atau genangan air lainnya.
5. Bed load adalah angkutan dasar di mana material dengan
butiran-butiran yang lebih besar akan bergerak
menggelincir, menggelinding satu di atas lainnya pada
dasar sungai.
Untuk menghitung banyaknya sedimen pada transportasi
sedimen tipe bed load, salah satu rumus yang banyak digunakan
adalah rumus Meyer-Peter & Muller, yaitu [3].
𝑞𝑏 = 𝑐𝑚 (𝑠 − 1)𝑔 0.5𝑑501.5 𝜇𝜃 − 𝜃𝑎 1.5
dengan:
𝜃 =𝜏𝑏
𝜌𝑏−𝜌 𝑔𝑑50
𝜏𝑏 =𝜌
2
0.06
𝑙𝑜𝑔 12
2.5𝑑50
2 𝑈2
𝑠 =𝜌𝑠
𝜌
𝑞𝑏 = banyaknya sedimen tipe bed load 𝑐𝑚 = 8.0 koefisien Chezy
𝜇 = 1.0
𝜌𝑠 = massa jenis sedimen
𝜌 = massa jenis air
𝑔 = percepatan gravitasi
11
𝑑50 = rata-rata diameter sedimen
𝜃𝑎 = 0.047
𝑈 = kcepatan aliran sungai
= kedalaman sungai
Perubahan morfologi sungai diasumsikan hanya terjadi
pada dasar sungai yang diakibatkan adanya proses gerusan dan
pengendapan. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan kekekalan massa untuk transportasi sedimen, yaitu:
𝑑𝑧𝑏
𝑑𝑡+
1
(1−𝑝)
𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑥+
𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑦 = 0
dengan:
𝑧𝑏 = ketinggian dasar sungai
𝑝 = porositas
𝑞𝑏 = banyaknya sedimen bed load
2.3 Konsep Volume Hingga
Permasalahan sedimentasi pada pertemuan saluran terbuka
harus memenuhi hukum kekekalan massa dan kekekalan
momentum.
Hukum kekekalan massa untuk suatu volume kendali dapat
dinyatakan dengan persamaan [1]:
𝑑
𝑑𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠 + 𝑛𝑒𝑡𝑡 𝑜𝑢𝑡𝑤𝑎𝑟𝑑 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑓𝑙𝑢𝑥 = 0 (2.1)
dengan:
Massa = 𝜌∀; dengan 𝜌 adalah massa jenis dan ∀ adalah volume,
massa flux yang keluar= 𝜌𝑢𝐴; dengan 𝑢 adalah kecepatan dan 𝐴
adalah luas permukaan.
Sehingga persamaan (2.1) dapat ditulis dalam bentuk:
𝑑
𝑑𝑡 𝜌∀ + 𝜌𝑢𝐴𝑓𝑎𝑐𝑒 = 0 (2.2)
12
dan menurut teorema pengangkutan Reynolds, persamaan (2.2)
dapat dinyatakan dalam bentuk diskrit, seperti persamaan berikut
ini:
𝜌𝑢𝐴 = 𝜌𝑢𝐴 𝑜𝑢𝑡 − 𝜌𝑢𝐴 𝑖𝑛𝑓𝑎𝑐𝑒
Sedangkan hukum kekekalan momentum untuk suatu
volume kendali dapat dinyatakan dengan persamaan [1]:
𝑑
𝑑𝑡 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 + 𝑛𝑒𝑡𝑡 𝑜𝑢𝑡𝑤𝑎𝑟𝑑 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑓𝑙𝑢𝑥 = 𝐹𝑜𝑟𝑐𝑒
(2.3)
dengan:
Momentum= 𝜌𝐴𝑢 dimana 𝑢 adalah kecepatan
Momentum flux yang keluar= 𝜌𝑢𝐴𝑢
Sehingga persamaan (2.3) dapat ditulis menjadi:
𝑑
𝑑𝑡 𝜌∀𝑢 + 𝜌𝑢𝐴𝑢𝑓𝑎𝑐𝑒 = 𝐹
Force atau gaya pada aliran fluida terdiri dari dua tipe, yaitu
surface force dan body force. Gaya pokok yang termasuk dalam
kategori surface force adalah gaya tekan hidrostatis dan
viskositas, sedangkan yang termasuk body force adalah gaya
gravitasi, gaya berat, dan gaya gesek [5].
2.4 Metode Beda Hingga-Alternating Direction Implicit (ADI)
2.4.1 Metode Beda Hingga
Metode beda hingga adalah suatu metode numerik untuk
menyelesaikan suatu persamaan differensial dengan
mengaproksimasi turunan-turunan persamaan tersebut menjadi
sistem persamaan linear. Terdapat tiga skema beda hingga yang
13
biasa digunakan dalam diskritisasi persamaan differensial parsial,
yaitu skema maju, skema mundur, dan skema tengah.
a. Skema maju
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑥𝑖+ −𝑢 𝑥𝑖
Pada skema maju, informasi pada titik hitung 𝑖 dihubungkan dengan titik hitung 𝑖 + 1 yang berada di
depannya.
Gambar 2.1 Kisi Beda Hingga Skema Maju Ruang dengan
𝒉 = 𝒙𝒊+𝟏 − 𝒙𝒊 dan ∆𝒕 = 𝒕𝒏+𝟏 − 𝒕𝒏
Dengan menggunakan kisi beda hingga, maka skema maju
biasa ditulis sebagai berikut:
Skema maju-ruang:
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖+1𝑛 −𝑢 𝑖
𝑛
atau
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖+1𝑛+1−𝑢 𝑖
𝑛+1
Skema maju-waktu:
𝜕𝑢
𝜕𝑡=
𝑢 𝑖+1𝑛+1−𝑢 𝑖+1
𝑛
∆𝑡 atau
𝜕𝑢
𝜕𝑡=
𝑢 𝑖𝑛+1−𝑢 𝑖
𝑛
∆𝑡
b. Skema mundur
14
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑥𝑖 −𝑢 𝑥𝑖−
Pada skema mundur, informasi pada titik hitung 𝑖 dihubungkan dengan titik hitung 𝑖 − 1 yang berada di
belakangnya.
Gambar 2.2 Kisi Beda Hingga Skema Mundur
Dengan menggunakan kisi beda hingga, maa skema
mundur ditulis sebagai berikut:
Skema mundur-ruang:
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖𝑛 −𝑢 𝑖−1
𝑛
atau
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖𝑛+1−𝑢 𝑖−1
𝑛+1
Skema mundur-waktu:
𝜕𝑢
𝜕𝑡=
𝑢 𝑖−1𝑛+1−𝑢 𝑖−1
𝑛
∆𝑡 atau
𝜕𝑢
𝜕𝑡=
𝑢 𝑖𝑛+1−𝑢 𝑖
𝑛
∆𝑡
c. Skema tengah
15
Gambar 2.3 Kisi Beda Hingga Skema Tengah-Ruang
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖+1𝑛+1−𝑢 𝑖−1
𝑛+1
2 atau
𝜕𝑢
𝜕𝑥=
𝑢 𝑖+1𝑛 −𝑢 𝑖−1
𝑛
2
Beda hingga terhadap ruang derivasi kedua:
𝜕2𝑢
𝜕𝑥2 =𝜕
𝜕𝑢
𝜕𝑥
𝜕𝑥=
𝑢𝑖+1−𝑢𝑖
−𝑢𝑖−𝑢𝑖−1
=
𝑢 𝑖+1−2𝑢𝑖+𝑢𝑖−1
2
Untuk 𝑡𝑛 ,
𝜕2𝑢
𝜕𝑥2 =𝑢 𝑖+1
𝑛 −2𝑢𝑖𝑛 +𝑢𝑖−1
𝑛
2
Untuk 𝑡𝑛+1,
𝜕2𝑢
𝜕𝑥2 =𝑢 𝑖+1
𝑛+1−2𝑢 𝑖𝑛+1+𝑢𝑖−1
𝑛+1
2
Sedangkan untuk beda hingga skema tengah terhadap
waktu
𝜕𝑢
𝜕𝑥 𝑖−1
=𝑢 𝑖−1
𝑛+1−𝑢 𝑖−1𝑛
∆𝑡
𝜕𝑢
𝜕𝑥 𝑖
=𝑢 𝑖
𝑛+1−𝑢 𝑖𝑛
∆𝑡
16
𝜕𝑢
𝜕𝑥 𝑖+1
=𝑢 𝑖+1
𝑛+1−𝑢 𝑖+1𝑛
∆𝑡
2.4.2 Alternating Direction Implicit (ADI) Method
Metode Alternating Direction Implicit (ADI) adalah
metode beda hingga yang digunakan untuk menyelesaikan
persamaan differensial parsial berbentuk parabolik dan eliptik.
Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah
konduksi panas atau memecahkan permasalahan difusi dalam dua
dimensi atau lebih.
Misal diberikan sistem persamaan differensial biasa [2]:
𝑑𝑈
𝑑𝑡= 𝐴1 + 𝐴2 𝑈
𝑈 0 = 𝑈0
dengan 𝑈 𝑡 adalah vektor berdimensi 𝑁:
𝑈𝑚+1 = 𝑈𝑚 +∆𝑡
2 𝐴1 + 𝐴2 𝑈𝑚+1 + 𝐴1 + 𝐴2 𝑈𝑚
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang digunakan
dalam penyelesaian masalah pada Tugas Akhir. Di samping itu,
dijelaskan pula prosedur dan proses pelaksanaan tiap-tiap langkah
yang dilakukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Beberapa
tahapan penelitian yang dilakukan adalah:
3.1 Tahapan Penelitian
Guna mencapai tujuan dari penulisan ini, akan dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Studi literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur mengenai teori-teori
dasar yang mendukung pembahasan masalah pada Tugas
Akhir ini dengan mengumpulkan berbagai referensi yang
mendukung penelitian ini. Uraian mengenai konsep dasar
aliran saluran terbuka, sedimentasi, metode beda hingga-
Alternating Direction Implicit (ADI). Pembelajaran ini
didapat baik melalui buku-buku literatur, Tugas Akhir atau
Thesis yang berkaitan dengan permasalahan tersebut,
maupun artikel dari internet.
b. Perumusan model sedimentasi
Pada tahap ini dilakukan perumusan model sedimentasi
dengan konsep volume hingga dengan menerapkan hukum
kekekalan massa dan kekekalan momentum aliran fluida
serta persamaan transportasi (angkutan) sedimen dengan
mempertimbangkan batasan masalah dan kendala-kendala
yang mempengaruhi.
c. Penyelesaian numerik
Pada tahap ini dilakukan penyelesaian numerik dengan
menggunakan metode beda hingga-Alternating Direction Implicit (ADI). Metode ini digunakan untuk penyelesaian
numerik dari model sedimentasi.
18
d. Simulasi
Pada tahap ini dilakukan simulasi hasil penyelesaian
dengan menggunakan Matlab. Hal ini bertujuan agar hasil
penelitian lebih mudah dipahami.
e. Analisa hasil dan penarikan kesimpulan serta penyusunan
laporan
Pada tahap ini dilakukan analisa hasil dan kemudian
diambil suatu kesimpulan dari analisa yang telah dilakukan
serta disusun buku sebagai bahan dokumentasi dari
pengerjaan Tugas Akhir.
3.2 Diagram Alir Metode Penelitian
Secara umum tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dapat ditampilkan
dalam diagram alir penelitian pada Gambar 3.1 di bawah ini:
19
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi literatur
Studi mengenai model sungai sinusoidal.
Perumusan model sedimentasi
Perumusan model sedimentasi dengan konsep volume
hingga.
Simulasi
Simulasi menggunakan perangkat lunak Matlab.
Selesai
Penyelesaian numerik
Penyelesaian menggunakan Alternating Direction Implicit (ADI)
Analisa hasil dan penarikan kesimpulan serta
penyusunan laporan
Analisa hasil dan diambil kesimpulan serta disusun buku
sebagai bahan dokumentasi
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa model untuk proses terjadinya sedimentasi terdiri dari dua bagian, yaitu hidrodinamika aliran sungai dan morfologi sungai.
4.1 Hidrodinamika Aliran Sungai
Profil aliran sungai model sinusoidal dan volume kendali adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Penampang Sungai
22
Gambar 4.2 Volume Kendali
4.1.1 Persamaan Kekekalan Massa
Sebuah sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari isi yang tidak berubah, maka prinsip kekekalan massa untuk sebuah sistem dinyatakan dengan:
𝜕𝑀𝑠𝑦𝑠
𝜕𝑡= 0 (4.1)
dengan 𝑀𝑠𝑦𝑠 adalah massa sistem, yang lebih umum dinyatakan dengan: 𝑀𝑠𝑦𝑠 = 𝜌𝑑∀
𝑠𝑦𝑠 (4.2)
Menurut teorema pengangkutan Reynold, untuk sebuah
sistem dan sebuah volume kendali yang tetap dan tidak berdeformasi (mengalir) yang berimpit pada suatu saat yang sama dapat dinyatakan sebagai berikut:
23
𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑑∀𝑠𝑦𝑠
=𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑑∀𝐶𝑉
+ 𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴𝐶𝑆
(4.3) Integral 𝑈.𝑛 dalam integral laju aliran massa menyatakan perkalian dari komponen kecepatan 𝑈, yang tegak lurus terhadap suatu bagian terkecil permukaan kendali (CS) dan bidang differensial 𝑑𝐴. Jadi, 𝑈.𝑛 𝑑𝐴 adalah laju aliran volume melalui 𝑑𝐴 dan 𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴 adalah laju aliran massa melalui 𝑑𝐴.
Untuk tanda perkalian titik, adalah “+” untuk aliran yang keluar dari volume kendali (CV) dan “-“ untuk aliran yang masuk ke dalam volume kendali (CV) karena 𝑛 dianggap positif apabila menunjuk keluar volume kendali (CV). Jika seluruh differensial .𝑛 𝑑𝐴 dijumlahkan pada seluruh permukaan kendali (CS), maka diperoleh 𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴
𝐶𝑆 dan jika hasilnya ditulis dalam bentuk
diskrit menjadi laju aliran massa netto melalui permukaan kendali, yaitu:
𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴𝐶𝑆
= 𝑚 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 (4.4) dengan 𝑚 adalah laju aliran massa dengan 𝑚 = 𝜌𝑄 = 𝜌𝑉𝐴.
Dengan mengkombinasikan Persamaan (4.1), (4.2), dan (4.3) akan menghasilkan persamaan kekekalan massa dengan volume kendali (CV) yang tetap dan tidak berdeformasi, yaitu:
𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑑∀𝐶𝑉
+ 𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴𝐶𝑆
= 0 (4.5) dengan 𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑑∀𝐶𝑉
=𝜕
𝜕𝑡 𝜌∀ adalah fluks massa aliran yang ada
dalam volume kendali. Jika Persamaan (4.5) dijabarkan maka diperoleh: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌∀ + 𝜌𝑢𝐴 𝑒 − 𝜌𝑢𝐴 𝑤 + 𝜌𝑣𝐴 𝑛 − 𝜌𝑣𝐴 𝑠 + 𝜌𝑤𝐴 𝑏 −
𝜌𝑤𝐴 𝑡 = 0 (4.6)
24
dengan 𝐴𝑒= permukaan kendali yang keluar sisi timur, 𝐴𝑤= permukaan kendali yang masuk sisi barat, 𝐴𝑛= permukaan kendali yang keluar sisi utara, 𝐴𝑠= permukaan kendali yang masuk sisi selatan, 𝐴𝑏= permukaan kendali yang keluar sisi bawah dan 𝐴𝑡= permukaan kendali yang masuk sisi atas. Oleh karena ∀= ∆𝑥∆𝑦∆𝑧, 𝐴𝑒 = 𝐴𝑤 = ∆𝑦∆𝑧, 𝐴𝑛 = 𝐴𝑠 = ∆𝑥∆𝑧, 𝐴𝑏 = 𝐴𝑡 = ∆𝑥∆𝑦 maka Persamaan (4.6) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌∆𝑥∆𝑦∆𝑧 + 𝜌 𝑢𝑒 − 𝑢𝑤 ∆𝑦∆𝑧 + 𝜌 𝑣𝑛 − 𝑣𝑠 ∆𝑥∆𝑧 +
𝜌 𝑤𝑏 −𝑤𝑡 ∆𝑥∆𝑦 = 0 (4.7) Jika Persamaan (4.7) dibagi dengan ∆𝑥∆𝑦∆𝑧 maka diperoleh: 𝜕𝜌
𝜕𝑡+
𝜌 𝑢𝑒−𝑢𝑤
∆𝑥+
𝜌 𝑣𝑛−𝑣𝑠
∆𝑦+
𝜌 𝑤𝑏−𝑤𝑡
∆𝑧= 0 (4.8)
Dengan merujuk pada metode volume hingga, untuk limit ∆𝑥 → 0,∆𝑦 → 0,∆𝑧 → 0, serta karena alirannya incompressible
atau tak mampu mampat, maka Persamaan (4.8) menjadi: 𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑦+
𝜕𝑤
𝜕𝑧= 0 (4.9)
Dengan mengintegralkan Persamaan (4.9) terhadap sumbu z (kedalaman, (𝑥,𝑦, 𝑡)), maka persamaan tersebut menjadi:
𝜕𝑢
𝜕𝑥
𝑧𝑧0
𝑑𝑧 + 𝜕𝑣
𝜕𝑦
𝑧𝑧0
𝑑𝑧 + 𝜕𝑤
𝜕𝑧
𝑧𝑧0
𝑑𝑧 = 0 (4.10) Dengan menggunakan aturan Leibnitz, Persamaan (4.10) menjadi:
25
𝜕
𝜕𝑥 𝑢 𝑑𝑧𝑧𝑧0
− 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑥+ 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑥+
𝜕
𝜕𝑦 𝑣 𝑑𝑧𝑧𝑧0
−
𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑦+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑦+ 𝑤 𝑥,𝑦, 𝑧 − 𝑤 𝑥,𝑦, 𝑧0 = 0
(4.11) Dengan menggunakan turunan total 𝑧 = 𝑧(𝑥,𝑦, 𝑡) terhadap waktu 𝑡, yaitu: 𝜕𝑧
𝜕𝑡=
𝜕𝑧
𝜕𝑥
𝜕𝑥
𝜕𝑡+
𝜕𝑧
𝜕𝑦
𝜕𝑦
𝜕𝑡+
𝜕𝑧
𝜕𝑡
𝜕𝑡
𝜕𝑡 (4.12)
Karena 𝜕𝑥
𝜕𝑡= 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧 ,
𝜕𝑦
𝜕𝑡= 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧 ,
𝜕𝑧
𝜕𝑡= 𝑤 𝑥, 𝑦, 𝑧 , maka
diperoleh: 𝑤 𝑥,𝑦, 𝑧 = 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑥+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑦+
𝜕𝑧
𝜕𝑡 (4.13)
Untuk 𝑧 = 𝑧 , maka Persamaan (4.13) menjadi: 𝑤 𝑥,𝑦, 𝑧 = 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑥+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑦+
𝜕𝑧
𝜕𝑡 (4.14a)
Dan untuk 𝑧 = 𝑧0, maka Persamaan (4.13) menjadi: 𝑤 𝑥,𝑦, 𝑧0 = 𝑢 𝑥, 𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑥+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑦+
𝜕𝑧0
𝜕𝑡 (4.14b)
Jika Persamaan (4.14a) dan (4.14b) disubstitusikan ke Persamaan (4.11) maka diperoleh: 𝜕
𝜕𝑥 𝑢 𝑑𝑧𝑧𝑧0
− 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑥+ 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑥+
𝜕
𝜕𝑦 𝑣 𝑑𝑧𝑧𝑧0
−
𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑦+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑦+ 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧
𝜕𝑧
𝜕𝑥+
𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑦+
𝜕𝑧
𝜕𝑡− 𝑢 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑥+ 𝑣 𝑥,𝑦, 𝑧0
𝜕𝑧0
𝜕𝑦+
𝜕𝑧0
𝜕𝑡 =
0 (4.15)
26
Persamaan (4.15) dapat disederhanakan menjadi: 𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑦+
𝜕 𝑧−𝑧0
𝜕𝑡= 0 (4.16)
Dengan 𝑢 =
1
𝑢 𝑑𝑧𝑧𝑧0
, dan 𝑣 =1
𝑣 𝑑𝑧𝑧𝑧0
Dan karena 𝑧−𝑧0 = , maka Persamaan (4.16) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑦= 0 (4.17)
Persamaan (4.17) merupakan persamaan kekekalan massa untuk aliran lurus dua dimensi. Untuk aliran pertemuan sungai maka Persamaan (4.17) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑦= 𝑄1 + 𝑄2 (4.18)
Dengan 𝑄1 adalah debit yang masuk dari sungai utama dan 𝑄2 adalah debit yang masuk dari anak sungai. 4.1.2 Persamaan Kekekalan Momentum
Momentum adalah massa dikalikan dengan kecepatan, maka momentum dari sebuah partikel kecil 𝜌𝑑∀ adalah 𝑈𝜌𝑑∀. Jadi momentum dari seluruh sistem adalah 𝑈𝜌𝑑∀
𝑠𝑦𝑠, dapat
ditulis menjadi:
𝜕
𝜕𝑡 𝑈𝜌𝑑∀𝑠𝑦𝑠
= 𝐹𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
Berdasarkan teorema pengangkutan Reynolds, untuk sebuah sistem dan kandungan volume kendali yang tetap dan tidak berdeformasi adalah:
27
𝜕
𝜕𝑡 𝑈𝜌𝑑∀𝑠𝑦𝑠
=𝜕
𝜕𝑡 𝑈𝜌𝑑∀ + 𝑈𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴
𝐶𝑠𝐶𝑉
Sehingga persamaan untuk kekekalan momentum dapat ditulis menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑈𝑑∀ + 𝑈𝜌𝑈.𝑛 𝑑𝐴
𝐶𝑠𝐶𝑉= 𝐹𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
⇔
𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑈𝑑∀ + 𝜌𝑈𝐴𝑈𝑐𝑠𝐶𝑉
= 𝐹 ⇔
𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑈∀ + 𝜌𝑈𝐴𝑈𝑐𝑠 = 𝐹 (4.19)
Persamaan (4.19) kemudian dijabarkan menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌∀U + 𝜌𝑢𝐴U 𝑒 − 𝜌𝑢𝐴U 𝑤 + 𝜌𝑣𝐴U 𝑛 − 𝜌𝑣𝐴U 𝑠 +
𝜌𝑤𝐴U 𝑏 − 𝜌𝑤𝐴U 𝑡 = 𝐹𝑠𝑥𝐴 𝑒− 𝐹𝑠𝑥𝐴 𝑤
+ 𝐹𝑠𝑦𝐴 𝑛−
𝐹𝑠𝑦𝐴 𝑠+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 ∀ (4.20)
Dengan: 𝐹𝑠= surface forces, dan 𝐹𝑏= body forces
Apabila ∀ dan 𝐴 dinyatakan dalam bentuk ∀= ∆𝑥∆𝑦∆𝑧, 𝐴𝑒 =𝐴𝑤 = ∆𝑦∆𝑧, 𝐴𝑛 = 𝐴𝑠 = ∆𝑥∆𝑧, 𝐴𝑏 = 𝐴𝑡 = ∆𝑥∆𝑦 , maka Persamaan (4.20) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌∆𝑥∆𝑦∆𝑧𝑈 + 𝜌𝑢U 𝑒 − 𝜌𝑢U 𝑤 ∆𝑦∆𝑧 + 𝜌𝑣U 𝑛 −
𝜌𝑣U 𝑠 ∆𝑥∆𝑧 + 𝜌𝑤U 𝑏 − 𝜌𝑤U 𝑡 ∆𝑥∆𝑦 = 𝐹𝑠𝑥 𝑒−
𝐹𝑠𝑥 𝑤 ∆𝑦∆𝑧 + 𝐹𝑠𝑦 𝑛
− 𝐹𝑠𝑦 𝑠 ∆𝑥∆𝑧 + 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 ∆𝑥∆𝑦∆𝑧
(4.21)
28
Jika Persamaan (4.21) dibagi dengan ∆𝑥∆𝑦∆𝑧, maka persamaan tersebut menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌U +
𝜌𝑢U 𝑒− 𝜌𝑢U 𝑤
∆𝑥+
𝜌𝑣U 𝑛− 𝜌𝑣U 𝑠
∆𝑦+
𝜌𝑤U 𝑏− 𝜌𝑤U 𝑡
∆𝑧=
𝐹𝑠𝑥 𝑒− 𝐹𝑠𝑥 𝑤
∆𝑥+
𝐹𝑠𝑦 𝑛− 𝐹𝑠𝑦 𝑠
∆𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 (4.22)
Karena pada penelitian ini, model yang dibangun adalah
dalam dua dimensi maka persamaan yang digunakan adalah terhadap sumbu x dan sumbu y: a. Terhadap sumbu x
Pada sumbu x, U = 𝑢 Sehingga Persamaan (4.22) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌𝑢 +
𝜌𝑢2 𝑒− 𝜌𝑢2
𝑤
∆𝑥+
𝜌𝑣𝑢 𝑛− 𝜌𝑣𝑢 𝑠
∆𝑦=
𝐹𝑠𝑥 𝑒− 𝐹𝑠𝑥 𝑤
∆𝑥+
𝐹𝑠𝑦 𝑛− 𝐹𝑠𝑦 𝑠
∆𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 (4.23)
Dengan merujuk pada metode volume hingga, dimana untuk limit ∆𝑥 → 0,∆𝑦 → 0 dan karena alirannya tak mampu mampat (incompressible), maka Persamaan (4.23) dapat dinyatakan menjadi: 𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑥+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦=
1
𝜌 𝜕 𝐹𝑠𝑥
𝜕𝑥+
𝜕 𝐹𝑠𝑦
𝜕𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦
(4.24) Dengan mengintegralkan Persamaan (4.24) terhadap sumbu 𝑧 (kedalaman, (𝑥, 𝑦, 𝑡)), maka persamaan kekekalan momentum terhadap sumbu x adalah:
29
𝜕(𝑢)
𝜕𝑡+
𝜕(𝑢2)
𝜕𝑥+
𝜕(𝑢𝑣)
𝜕𝑦=
1
𝜌 𝜕 𝐹𝑠𝑥
𝜕𝑥+
𝜕 𝐹𝑠𝑦
𝜕𝑦+
𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 (4.25)
b. Terhadap sumbu y
Pada sumbu y, U = 𝑣 Sehingga Persamaan (4.22) menjadi: 𝜕
𝜕𝑡 𝜌v +
𝜌𝑢𝑣 𝑒− 𝜌𝑢𝑣 𝑤
∆𝑥+
𝜌𝑣2 𝑛− 𝜌𝑣2
𝑠
∆𝑦=
𝐹𝑠𝑥 𝑒− 𝐹𝑠𝑥 𝑤
∆𝑥+
𝐹𝑠𝑦 𝑛− 𝐹𝑠𝑦 𝑠
∆𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 (4.26)
Dengan merujuk pada metode volume hingga, dimana untuk limit ∆𝑥 → 0,∆𝑦 → 0 dan karena alirannya tak mampu mampat (incompressible), maka Persamaan (4.26) dapat dinyatakan menjadi: 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑦=
1
𝜌 𝜕 𝐹𝑠𝑥
𝜕𝑥+
𝜕 𝐹𝑠𝑦
𝜕𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦 (4.27)
Dengan mengintegralkan Persamaan (4.27) terhadap sumbu 𝑧 (kedalaman, (𝑥, 𝑦, 𝑡)), maka persamaan kekekalan momentum terhadap sumbu y adalah: 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑦=
1
𝜌 𝜕 𝐹𝑠𝑥
𝜕𝑥+
𝜕 𝐹𝑠𝑦
𝜕𝑦+ 𝐹𝑏𝑥 + 𝐹𝑏𝑦
(4.28) Persamaan (4.25) dan (4.28) merupakan persamaan kekekalan momentum untuk aliran lurus dua dimensi.
30
Diasumsikan gaya-gaya yang bekerja pada pertemuan sungai adalah gaya hidrostatis (𝑃), gaya geser pada pertemuan sungai (𝑆), gaya berat (𝑊), dan gaya gesek dinding sungai 𝐹𝑏1
dan 𝐹𝑏2 serta gaya gesek dasar
sungai 𝜏 yaitu: Gaya hidrostatis: 𝑃 =
1
2𝛾2𝑏
dengan: 𝛾 = berat jenis air = kedalaman sungai 𝑏 = lebar sungai Gaya geser pada pertemuan dua sungai: 𝑆 = 𝐶𝑓𝜌
𝑉12−𝑉2
2
2𝐿𝑖
𝜌 = massa jenis air 𝐶𝑓 = koefisien gesek 𝑉1
2 = kecepatan aliran pada sungai utama 𝑉2
2= kecepatan aliran pada anak sungai Gaya berat: 𝑊 = 𝛾𝐴𝐿𝑖𝑆𝑥 Dengan: 𝐴 = luas volume kendali 𝐿𝑖 = panjang domain kendali pertemuan sungai 𝑆𝑥 = kemiringan sungai Gaya gesek dinding sungai
𝐹𝑏1= 𝜌
𝑈3
𝐶∗
2 𝑏3 1 − 𝜉 + 𝑦3 𝐿
31
𝐹𝑏2= 𝜌
𝑈3
𝐶∗
2 𝑏3𝜉 + 𝑦3 𝐿1
Gaya gesek dasar sungai: 𝜏𝑏 = 𝜌𝑔𝑆𝑥 Karena diasumsikan dinding sungai berkarakteristik halus (smooth), maka diperoleh:
𝐹𝑠 = −𝑃
𝐴= −
1
2𝛾2𝑏
𝑏= −
1
2𝜌𝑔
𝐹𝑏𝑙 =
𝜏𝑏
𝐹𝑏𝑝 = 𝜌
𝑔𝑆𝑥 +𝐿𝑖
− 𝐶𝑓𝜌
𝑉12−𝑉2
2
2𝐴𝐿𝑖
Dengan 𝐹𝑏𝑙 = body force pada sungai utama 𝐹𝑏𝑝 = body force pada pertemuan sungai 𝐶∗ = koefisien Chezy 𝑈3 = kecepatan pada pertemuan sungai 𝑦3 = kedalaman pada pertemuan sungai 𝑏3 = lebar sungai 𝜉 = rasio debit sungai utama dengan debit pertemuan sungai 𝐿 = panjang domain kendali sungai utama 𝐿1 = panjang domain kendali anak sungai 𝐿𝑖 = panjang domain kendali pertemuan sungai Dengan 𝑆𝑥 adalah kemiringan dasar saluran pada sumbu-x dan 𝑆𝑦 adalah kemiringan dasar saluran pada sumbu-y, maka Persamaan (4.25) menjadi:
32
𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑥+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑦 + 𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
(4.29) Dan Persamaan (4.28) menjadi: 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑦 + 𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
(4.30) Dari (4.29) persamaan kekekalan momentum terhadap sumbu x pada pertemuan sungai adalah: 𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑥+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑦 + 𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 −
𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2 (4.31)
Dari (4.30) persamaan kekekalan momentum terhadap sumbu y pada pertemuan sungai adalah: 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑦 + 𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 −
𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2 (4.32)
Setelah didapat persamaan kekekalan massa dan
momentum terhadap sumbu x dan sumbu y untuk aliran lurus dua dimensi, kemudian diubah menjadi aliran sinusoidal. Untuk sungai utama dengan arah aliran ke arah sumbu (-y) (Gambar 4.3) dan anak sungai dengan arah aliran ke arah sumbu (+y) (Gambar 4.4), sehingga dapat digunakan persamaan:
𝑥 = sin𝑦 →
𝜕𝑥
𝜕𝑦= cos𝑦 (4.33)
Dengan 0 ≤ 𝑦 ≤ 2𝜋
33
Gambar 4.3 Sungai Utama
Gambar 4.4 Anak Sungai
Kemudian Persamaan (4.33) disubstitusikan ke dalam
Persamaan kekekalan massa (4.17) dan Persamaan kekekalan momentum (4.29) dan (4.30), sehingga governing equation yang diperoleh untuk sungai utama dan anak sungai adalah: 1. Persamaan kekekalan massa
34
𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑥cos𝑦 = 0 (4.34)
2. Persamaan kekekalan momentum
a. Terhadap sumbu x 𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑥+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥cos𝑦 = −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑥cos𝑦 +
𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 (4.35)
b. Terhadap sumbu y 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑥cos𝑦 = −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥+
𝜕2
𝜕𝑥cos𝑦 +
𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 (4.36)
Untuk pertemuan sungai, arah aliran ke arah sumbu (x), sehingga dapat digunakan persamaan: 𝑦 = sin𝑥 →
𝜕𝑦
𝜕𝑥= cos𝑥 (4.37)
Dengan 0 ≤ 𝑥 ≤ 2𝜋
Gambar 4.5 Pertemuan Sungai
Kemudian Persamaan (4.37) disubstitusikan ke
Persamaan kekekalan massa (4.18) dan Persamaan kekekalan
35
momentum (4.31) dan (4.32) untuk aliran lurus pada pertemuan sungai, sehingga governing equation yang diperoleh untuk pertemuan sungai adalah: 1. Persamaan kekekalan massa
𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑦cos𝑥 +
𝜕𝑣
𝜕𝑦= 𝑄1 + 𝑄2 (4.38)
2. Persamaan kekekalan momentum
a. Terhadap sumbu x 𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑦cos 𝑥 +
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑦cos𝑥 +
𝜕2
𝜕𝑦 +
𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
(4.39)
b. Terhadap sumbu y 𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦cos 𝑥 +
𝜕𝑣2
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑦cos𝑥 +
𝜕2
𝜕𝑦 +
𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
(4.40) 4.2 Morfologi Sungai
Persamaan kekekalan massa sedimen: Governing equation untuk sungai utama dan anak sungai: 𝜕𝑧𝑏
𝜕𝑡+
1
(1−𝜌) 𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 = 0 (4.41)
Governing equation untuk pertemuan sungai: 𝜕𝑧𝑏
𝜕𝑡+
1
(1−𝜌) 𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑦 1 + cos𝑥 = 0 (4.42)
36
Untuk menghitung banyaknya transportasi sedimen bed load menggunakan rumus Meyer-Peter & Muller [3]: 𝑞𝑏 = 𝑐𝑚 (𝑠 − 1)𝑔 0.5𝑑50
1.5 𝜇𝜃 − 𝜃𝑎 1.5
dengan: 𝜃 =
𝜏𝑏 𝜌𝑏−𝜌 𝑔𝑑50
𝜏𝑏 =𝜌
2
0.06
𝑙𝑜𝑔 12
2.5𝑑50
2 𝑈2
𝑠 =
𝜌𝑠
𝜌
𝑞𝑏 = banyaknya sedimen tipe bed load 𝑐𝑚 = 8.0 koefisien Chezy
𝜇 = 1.0 𝜌𝑠 = massa jenis sedimen 𝜌 = massa jenis air 𝑔 = percepatan gravitasi 𝑑50 = rata-rata diameter sedimen 𝜃𝑎 = 0.047 𝑈 = kcepatan aliran sungai = kedalaman sungai
4.3 Diskritisasi Model Dua Dimensi Untuk diskritisasi terhadap waktu menggunakan skema
maju dan untuk diskritisasi terhadap ruang menggunakan skema tengah. Berikut adalah gambar untuk diskritisasi terhadap 𝑢, 𝑣, dan :
37
Gambar 4.6 Pola Diskritisasi untuk 𝒖,𝒗, dan 𝒉
4.3.1 Persamaan Kekekalan Massa Sungai Utama
Berikut adalah persamaan kekekalan massa pada Persamaan (4.34): 𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑥cos𝑦 = 0
Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi: 𝜕
𝜕𝑡+ 𝑢
𝜕
𝜕𝑥+
𝜕𝑢
𝜕𝑥+ 𝑣
𝜕
𝜕𝑥+
𝜕𝑣
𝜕𝑥 cos𝑦 = 0
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 + 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑢𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 +
𝑣𝑖,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 + 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 cos𝑦 = 0 (4.43)
Persamaan (4.43) dapat diatur menjadi:
1
∆𝑡 𝑖 ,𝑗
𝑛+1 + 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 +cos 𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑖+1,𝑗
𝑛+1 + −𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 −cos 𝑦 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 𝑖−1,𝑗
𝑛+1 =
1
∆𝑡−
𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑢𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦
𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑖 ,𝑗
𝑛 (4.44)
Persamaan (4.44) dapat disederhanakan menjadi:
38
𝐴𝑖𝑖,𝑗
𝑛+1 + 𝐵𝑖𝑖+1,𝑗𝑛+1 + 𝐶𝑖𝑖−1,𝑗
𝑛+1 = 𝐷𝑖 (4.45) dengan:
𝐴𝑖 = 1
∆𝑡 ,𝐵𝑖 =
𝑢 𝑖,𝑗𝑛 +cos 𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 ,𝐶𝑖 =
−𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −cos 𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 ,
𝐷𝑖 = 1
∆𝑡−
𝑢𝑖+1,𝑗𝑛 − 𝑢𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦
𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 − 𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑖,𝑗
𝑛
Persamaan (4.45) menghasilkan sistem persamaan linear (SPL) tri-diagonal. Jika ditulis dalam bentuk matriks menjadi:
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
1,𝑗𝑛+1
2,𝑗𝑛+1
⋮⋮
𝑘−1,𝑗𝑛+1
𝑘 ,𝑗𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 1,𝑗
𝑛+1 sampai dengan 𝑘 ,𝑗𝑛+1.
4.3.2 Persamaan Kekekalan Momentum Sungai Utama a. Terhadap Sumbu x
Berikut adalah persamaan kekekalan momentum terhadap sumbu x pada Persamaan (4.35):
𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑥+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥cos𝑦 = −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 +
𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
39
Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi: 𝜕𝑢
𝜕𝑡+ 𝑢
𝜕
𝜕𝑡+ 2𝑢
𝜕𝑢
𝜕𝑥+ 𝑢2 𝜕
𝜕𝑥+ 𝑢𝑣
𝜕
𝜕𝑥+ 𝑣
𝜕𝑢
𝜕𝑥+ 𝑢
𝜕𝑣
𝜕𝑥 cos𝑦 =
−1
2𝑔 2
𝜕
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑖,𝑗𝑛
𝑢 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑢 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑢𝑖 ,𝑗𝑛
𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑢 𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 +
𝑢2 𝑖,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 +
𝑢𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 + 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑢 𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 +
𝑖,𝑗𝑛 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 cos𝑦 = −
1
2𝑔 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 +
cos𝑦 + 𝑔𝑖 ,𝑗𝑛 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 (4.46)
Persamaan (4.46) dapat diatur menjadi:
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 𝑢𝑖,𝑗
𝑛+1 + 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 +cos 𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 𝑢𝑖+1,𝑗
𝑛+1 +
−2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −cos 𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 𝑢𝑖−1,𝑗
𝑛+1 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 −
𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 −
cos𝑦 𝑖,𝑗𝑛
𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑢𝑖 ,𝑗
𝑛 −1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 +
cos𝑦 + 𝑔 𝑖 ,𝑗𝑛 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 (4.47)
Persamaan (4.47) dapat disederhanakan menjadi:
40
𝐴𝑖𝑢𝑖,𝑗
𝑛+1 + 𝐵𝑖𝑢𝑖+1,𝑗𝑛+1 + 𝐶𝑖𝑢𝑖−1,𝑗
𝑛+1 = 𝐷𝑖 (4.48) dengan:
𝐴𝑖 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 ,𝐵𝑖 =
2 𝑖,𝑗𝑛 𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 +cos 𝑦 𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 ,
𝐶𝑖 = −2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −cos 𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 ,
𝐷𝑖 =
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 − 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 −
cos𝑦 𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑢𝑖 ,𝑗
𝑛 −
1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
Persamaan (4.48) menghasilkan sistem persamaan linier
(SPL) tridiagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk matriks menjadi:
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
𝑢1,𝑗𝑛+1
𝑢2,𝑗𝑛+1
⋮⋮
𝑢𝑘−1,𝑗𝑛+1
𝑢𝑘,𝑗𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑢1,𝑗𝑛+1 sampai
dengan 𝑢𝑘,𝑗𝑛+1.
41
b. Terhadap sumbu y Berikut adalah persamaan kekekalan momentum terhadap
sumbu y pada Persamaan (4.36):
𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑥+
𝜕𝑣2
𝜕𝑥cos𝑦 = −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 +
𝑔 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi: 𝑣𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑣
𝜕𝑡+ 𝑢𝑣
𝜕
𝜕𝑥+ 𝑣
𝜕𝑢
𝜕𝑥+ 𝑢
𝜕𝑣
𝜕𝑥+ 2𝑣
𝜕𝑣
𝜕𝑥+ 𝑣2 𝜕
𝜕𝑥 cos𝑦 =
−1
2𝑔 2
𝜕
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔(𝑆𝑥 + 𝑆𝑦)
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1−𝑣𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 +
𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑢 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑣𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 +
2𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑣𝑖+1,𝑗𝑛+1 −𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛+1
2∆𝑥 + 𝑣2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 cos𝑦 = −
1
2𝑔 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔𝑖 ,𝑗
𝑛 (𝑆𝑥 + 𝑆𝑦) (4.49)
Persamaan (4.49) dapat diatur menjadi:
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 𝑣𝑖,𝑗
𝑛+1 + 𝑖,𝑗𝑛 𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 +2 cos 𝑦 𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑣𝑖+1,𝑗
𝑛+1 +
−𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −2 cos 𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 𝑣𝑖−1,𝑗
𝑛+1 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1− 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 −
𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 −
42
𝑖 ,𝑗𝑛
𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑢 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 −
1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦 (4.50)
Persamaan (4.50) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑖𝑣𝑖,𝑗𝑛+1 + 𝐵𝑖𝑣𝑖+1,𝑗
𝑛+1 + 𝐶𝑖𝑣𝑖−1,𝑗𝑛+1 = 𝐷𝑖 (4.51)
𝐴𝑖 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡,𝐵𝑖 =
𝑖,𝑗𝑛 𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 +2 cos 𝑦 𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑥 ,
𝐶𝑖 = −𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −2 cos 𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑥 ,
𝐷𝑖 =
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1− 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 − 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 −
𝑖 ,𝑗𝑛
𝑢 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑢 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 − cos𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 −
1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦 + 𝑔 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑆𝑥 + 𝑆𝑦
Persamaan (4.51) menghasilkan sistem persamaan linear
(SPL) tri-diagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk
matriks menjadi:
43
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
𝑣1,𝑗𝑛+1
𝑣2,𝑗𝑛+1
⋮⋮
𝑣𝑘−1,𝑗𝑛+1
𝑣𝑘 ,𝑗𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑣1,𝑗𝑛+1
sampai dengan 𝑣𝑘 ,𝑗𝑛+1.
4.3.1.3 Persamaan Kekekalan Massa Sedimen Sungai Utama Berikut adalah persamaan kekekalan massa sedimen pada
Persamaan (4.41):
𝜕𝑧𝑏
𝜕𝑡+
1
(1−𝜌) 𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑥 1 + cos𝑦 = 0
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑧𝑏 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡+
1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑞𝑏 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦 = 0 (4.52)
Persamaan (4.52) dapat diatur menjadi:
1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛+1 = 1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖 ,𝑗
𝑛 −1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑞𝑏 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦
(4.53)
Persamaan (4.53) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑖𝑧𝑏 𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐵𝑖 (4.54)
Dengan:
44
𝐴𝑖 = 1
∆𝑡 ,
𝐵𝑖 = 1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛 −1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖+1,𝑗𝑛 −𝑞𝑏 𝑖−1,𝑗
𝑛
2∆𝑥 1 + cos𝑦
Persamaan (4.54) menghasilkan sistem persamaan linear
(SPL) tri-diagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk
matriks menjadi:
𝐴1
000⋮0
0𝐴2
⋱⋮⋮0
00⋱⋮⋮0
00⋱⋱00
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
0
00⋮⋮0𝐴𝑘
𝑧𝑏1,𝑗𝑛+1
𝑧𝑏2,𝑗𝑛+1
⋮⋮
𝑧𝑏𝑘−1,𝑗𝑛+1
𝑧𝑏𝑘 ,𝑗𝑛+1
=
𝐵1
𝐵2
⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐵𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑧𝑏1,𝑗𝑛+1
sampai dengan 𝑧𝑏𝑘 ,𝑗𝑛+1.
4.3.4 Persamaan Kekekalan Massa Pertemuan Sungai
Berikut ini adalah persamaan kekekalan massa pada
Persamaan (4.38):
𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑢
𝜕𝑦cos 𝑥 +
𝜕𝑣
𝜕𝑦= 𝑄1 + 𝑄2
Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
𝜕
𝜕𝑡+ 𝑢
𝜕
𝜕𝑦+
𝜕𝑢
𝜕𝑦 cos𝑥 + 𝑣
𝜕
𝜕𝑦+
𝜕𝑣
𝜕𝑦= 𝑄1 + 𝑄2
45
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑢 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 +
𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 + 𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 = 𝑄1 + 𝑄2 (4.55)
Persamaan (4.55) dapat diatur menjadi:
1
∆𝑡 𝑖 ,𝑗
𝑛+1 + 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 cos 𝑥+ 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑦 𝑖,𝑗+1
𝑛+1 + −𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 cos 𝑥− 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 𝑖,𝑗−1
𝑛+1 =
1
∆𝑡− 𝑐𝑜𝑠𝑥
𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑢 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑖,𝑗
𝑛 + 𝑄1 + 𝑄2 (4.56)
Persamaan (4.56) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑗𝑖 ,𝑗𝑛+1 + 𝐵𝑗𝑖,𝑗+1
𝑛+1 + 𝐶𝑗𝑖,𝑗−1𝑛+1 = 𝐷𝑗 (4.57)
Dengan:
𝐴𝑗 =1
∆𝑡,𝐵𝑗 =
𝑢 𝑖,𝑗𝑛 cos 𝑥+ 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑦
𝐶𝑗 = −𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 cos 𝑥− 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦
𝐷𝑗 = 1
∆𝑡− 𝑐𝑜𝑠𝑥
𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑢𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑖 ,𝑗
𝑛 + 𝑄1 + 𝑄2
Persamaan (4.57) menghasilkan sistem persamaan linier
(SPL) tridiagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk matriks
menjadi:
46
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
𝑖,1𝑛+1
𝑖,2𝑛+1
⋮⋮
𝑖,𝑘−1𝑛+1
𝑖,𝑘𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑖,1𝑛+1 sampai
dengan 𝑖,𝑘𝑛+1.
4.3.5 Persamaan Kekekalan Momentum Pertemuan Sungai
a. Terhadap Sumbu x
Berikut ini adalah persamaan kekekalan momentum
terhadap sumbu x pada Persamaan (4.39):
𝜕𝑢
𝜕𝑡+
𝜕𝑢2
𝜕𝑦cos 𝑥 +
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
𝜕𝑢
𝜕𝑡+ 𝑢
𝜕
𝜕𝑡+ 2𝑢
𝜕𝑢
𝜕𝑦+ 𝑢2 𝜕
𝜕𝑦 cos𝑥 + 𝑢𝑣
𝜕
𝜕𝑦+ 𝑣
𝜕𝑢
𝜕𝑦+ 𝑢
𝜕𝑣
𝜕𝑦=
−1
2𝑔 2
𝜕
𝜕𝑦 cos𝑥 + 1 + 𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓
𝑉12−𝑉2
2
2𝐴𝐿𝑖 +
𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
47
𝑖,𝑗𝑛
𝑢 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑢 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑢𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 +
𝑢2 𝑖,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 +
𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑢 𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑢𝑗𝑛
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 =
−1
2𝑔 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 + 𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗
𝑛 + 𝐿𝑖 −
𝑖,𝑗𝑛 𝐶𝑓
𝑉12−𝑉2
2
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2 (4.58)
Persamaan (4.58) dapat diatur menjadi:
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 𝑢𝑖,𝑗
𝑛+1 + 2 cos 𝑥 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 +𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 𝑢𝑖,𝑗+1
𝑛+1 +
−2 cos 𝑥 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 𝑢𝑖,𝑗−1
𝑛+1 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 −
𝑐𝑜𝑠𝑥 𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 − 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
𝑖,𝑗𝑛
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 −1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗𝑛 + 𝐿𝑖 −𝑖,𝑗
𝑛 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1+𝑉2𝑄2 (4.59)
Persamaan (4.59) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑗𝑢𝑖 ,𝑗𝑛+1 + 𝐵𝑗𝑢𝑖,𝑗+1
𝑛+1 + 𝐶𝑗𝑢𝑖,𝑗−1𝑛+1 = 𝐷𝑗 (4.60)
Dengan:
𝐴𝑗 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 ,𝐵𝑗 =
2 cos 𝑥𝑖,𝑗𝑛 𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 +𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑦 ,
48
𝐶𝑗 = −2 cos 𝑥 𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 ,
𝐷𝑗 =
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 − 𝑐𝑜𝑠𝑥 𝑢𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 − 𝑣𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
𝑖,𝑗𝑛
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 −1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗𝑛 + 𝐿𝑖 −𝑖,𝑗
𝑛 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1+𝑉2𝑄2
Persamaan (4.60) menghasilkan sistem persamaan linier
(SPL) tridiagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk matriks
menjadi:
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
𝑢𝑖,1𝑛+1
𝑢𝑖,2𝑛+1
⋮⋮
𝑢𝑖,𝑘−1𝑛+1
𝑢𝑖,𝑘𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑢𝑖,1𝑛+1 sampai
dengan 𝑢𝑖,𝑘𝑛+1.
b. Terhadap Sumbu y
Berikut ini adalah persamaan kekekalan momentum
terhadap sumbu y pada Persamaan (4.40):
49
𝜕𝑣
𝜕𝑡+
𝜕𝑢𝑣
𝜕𝑦cos𝑥 +
𝜕𝑣2
𝜕𝑦= −
1
2𝑔
𝜕2
𝜕𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
Persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
𝑣𝜕
𝜕𝑡+
𝜕𝑣
𝜕𝑡+ 𝑢𝑣
𝜕
𝜕𝑦+ 𝑣
𝜕𝑢
𝜕𝑦+ 𝑢
𝜕𝑣
𝜕𝑦 cos𝑥 + 2𝑣
𝜕𝑣
𝜕𝑦+ 𝑣2 𝜕
𝜕𝑦=
−1
2𝑔 2
𝜕
𝜕𝑦 cos𝑥 + 1 + 𝑔𝑆𝑥 + 𝐿𝑖 − 𝐶𝑓
𝑉12−𝑉2
2
2𝐴𝐿𝑖 +
𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1−𝑣𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 + 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖 ,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 +
𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑢 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 + 𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑢𝑖,𝑗𝑛
𝑣𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 cos𝑥 +
+2𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗+1𝑛+1 −𝑣𝑖,𝑗−1
𝑛+1
2∆𝑦 + 𝑣2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 =
−1
2𝑔 2𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 + 𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗
𝑛 + 𝐿𝑖 −
𝑖,𝑗𝑛 𝐶𝑓
𝑉12−𝑉2
2
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1 + 𝑉2𝑄2 (4.61)
Persamaan (4.61) dapat diatur menjadi:
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛+1 + cos 𝑥𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 +2𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 𝑣𝑖,𝑗+1
𝑛+1 +
−cos 𝑥𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −2𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 𝑣𝑖 ,𝑗−1
𝑛+1 =
𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 − cos𝑥 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
50
cos𝑥 𝑖,𝑗𝑛
𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 − 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 −
1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗𝑛 + 𝐿𝑖 −𝑖,𝑗
𝑛 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1+𝑉2𝑄2 (4.62)
Persamaan (4.62) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑗𝑣𝑖 ,𝑗𝑛+1 + 𝐵𝑗𝑣𝑖 ,𝑗+1
𝑛+1 + 𝐶𝑗𝑣𝑖 ,𝑗−1𝑛+1 = 𝐷𝑗 (4.63)
Dengan
𝐴𝑗 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡 ,𝐵𝑗 =
cos 𝑥𝑖,𝑗𝑛 𝑢 𝑖,𝑗
𝑛 +2𝑖,𝑗𝑛 𝑣𝑖,𝑗
𝑛
2∆𝑦 ,
𝐶𝑗 = −cos 𝑥𝑖,𝑗
𝑛 𝑢 𝑖,𝑗𝑛 −2𝑖,𝑗
𝑛 𝑣𝑖,𝑗𝑛
2∆𝑦 ,
𝐷𝑗 = 𝑖,𝑗𝑛
∆𝑡−
𝑖,𝑗𝑛+1−𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡 − cos 𝑥 𝑢𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 −
cos𝑥 𝑖,𝑗𝑛
𝑢 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑢 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 − 𝑣𝑖 ,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 𝑣𝑖,𝑗
𝑛 −
1
2𝑔 2 𝑖,𝑗
𝑛 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 cos𝑥 + 1 +
𝑔𝑆𝑥 𝑖,𝑗𝑛 + 𝐿𝑖 −𝑖,𝑗
𝑛 𝐶𝑓 𝑉1
2−𝑉22
2𝐴𝐿𝑖 + 𝑉1𝑄1+𝑉2𝑄2
Persamaan (4.63) menghasilkan sistem persamaan linier
(SPL) tri-diagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk
matriks menjadi:
51
𝐴1
𝐶2
00⋮0
𝐵1
𝐴2
⋱⋮⋮0
0𝐵2
⋱⋮⋮0
00⋱⋱
𝐶𝑘−1
0
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
𝐶𝑘
00⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐴𝑘
𝑣𝑖 ,1𝑛+1
𝑣𝑖 ,2𝑛+1
⋮⋮
𝑣𝑖 ,𝑘−1𝑛+1
𝑣𝑖 ,𝑘𝑛+1
=
𝐷1
𝐷2
⋮⋮
𝐷𝑘−1
𝐷𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan bantuan software Matlab untuk mencari nilai 𝑣𝑖,1𝑛+1 sampai
dengan 𝑣𝑖,𝑘𝑛+1.
4.3.6 Persamaan Kekekalan Massa Sedimen Pertemuan
Sungai
Berikut ini adalah persamaan kekekalan massa sedimen
pada Persamaan (4.42):
𝜕𝑧𝑏
𝜕𝑡+
1
(1−𝜌) 𝜕𝑞𝑏
𝜕𝑦 1 + cos𝑥 = 0
Dengan menggunakan metode beda hingga didapat:
𝑧𝑏 𝑖,𝑗𝑛+1−𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛
∆𝑡+
1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑞𝑏 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 1 + cos 𝑥 = 0 (4.64)
Persamaan (4.64) dapat diatur menjadi:
1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛+1 = 1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖 ,𝑗
𝑛 −1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑞𝑏 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 1 + cos𝑥
(4.65)
Persamaan (4.65) dapat disederhanakan menjadi:
𝐴𝑗𝑧𝑏 𝑖 ,𝑗𝑛+1 = 𝐵𝑗 (4.66)
52
dengan:
𝐴𝑗 = 1
∆𝑡 , 𝐵𝑗 =
1
∆𝑡 𝑧𝑏 𝑖,𝑗
𝑛 −1
1−𝜌
𝑞𝑏 𝑖,𝑗+1𝑛 −𝑞𝑏 𝑖,𝑗−1
𝑛
2∆𝑦 1 + cos𝑥
Persamaan (4.66) menghasilkan sistem persamaan linier
(SPL) tri-diagonal pada setiap 𝑛. Jika ditulis dalam bentuk
matriks menjadi:
𝐴1
000⋮0
0𝐴2
⋱⋮⋮0
00⋱⋮⋮0
00⋱⋱00
⋯⋯⋮⋱
𝐴𝑘−1
0
00⋮⋮0𝐴𝑘
𝑧𝑏 𝑖 ,1𝑛+1
𝑧𝑏 𝑖 ,2𝑛+1
⋮⋮
𝑧𝑏 𝑖,𝑘−1𝑛+1
𝑧𝑏 𝑖 ,𝑘𝑛+1
=
𝐵1
𝐵2
⋮⋮
𝐵𝑘−1
𝐵𝑘
Sistem persamaan linier di atas kemudian diselesaikan
dengan menggunakan software Matlab untuk mencari nilai 𝑧𝑏 𝑖,1𝑛+1
sampai dengan 𝑧𝑏 𝑖,𝑘𝑛+1
4.4 Proses Simulasi
Berikut ini ditampilkan beberapa hasil output program
dengan ketentuan:
Panjang sungai utama = 10 𝑚
Lebar sungai utama = 20 𝑚
Panjang anak sungai = 10 𝑚
Lebar anak sungai = 10 𝑚
Panjang pertemuan sungai = 10 𝑚
Lebar pertemuan sungai = 25 𝑚
Sudut = pi/6
4.4.1 Simulasi I
Kedalaman awal h= 6.00 𝑚
53
Kecepatan awal sungai utama v= 0.2 𝑚/𝑠
Kecepatan awal anak sungai va= 0.1 𝑚/𝑠
Ketinggian awal sedimen zb= 0.01 𝑚
Waktu T= 5 𝑠
Debit sungai utama Q1= 10 𝑚3/𝑠
Debit anak sungai Q2= 10 𝑚3/𝑠
Dengan 5 kriteria tersebut dapat dilihat grafik simulasi I
untuk kedalaman sungai, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak Sungai, dan
Pertemuan Sungai pada Simulasi I
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 54.5
5
5.5
6
Waktu
Kedala
man S
ungai
Kedalaman sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
54
Gambar 4.8 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama, Anak Sungai,
dan Pertemuan Sungai pada Simulasi I
Gambar 4.9 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi I
Dari simulasi I terlihat bahwa kedalaman sungai mengalami
penurunan sebesar 0.9425, untuk kecepatan aliran mengalami
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Waktu
Kecepata
n S
ungai
Kecepatan sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
Waktu
Ketinggia
n S
edim
en
Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak Sungai dan Pertemuan Sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
55
penurunan sebesar 0.08401 dan untuk ketinggian sedimen
mengalami peningkatan sebesar 0.0110.
4.4.2 Simulasi II
Kedalaman awal h= 6.00 𝑚
Kecepatan awal sungai utama v= 0.2 𝑚/𝑠
Kecepatan awal anak sungai va= 0.1 𝑚/𝑠
Ketinggian awal sedimen zb= 0.02 𝑚
Waktu T= 5 𝑠
Debit sungai utama Q1= 15 𝑚3/𝑠
Debit anak sungai Q2= 10 𝑚3/𝑠
Dengan 5 kriteria tersebut dapat dilihat grafik simulasi II
untuk kedalaman sungai, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen
sebagai berikut:
Gambar 4.10 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak Sungai, dan
Pertemuan Sungai pada Simulasi II
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 54.5
5
5.5
6
Waktu
Kedala
man S
ungai
Kedalaman sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
56
Gambar 4.11 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama, Anak Sungai,
dan Pertemuan Sungai pada Simulasi II
Gambar 4.12 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi II
Dari simulasi II terlihat bahwa kedalaman sungai
mengalami penurunan sebesar 0.9430, untuk kecepatan aliran
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Waktu
Kecepata
n S
ungai
Kecepatan sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Waktu
Ketinggia
n S
edim
en
Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak Sungai dan Pertemuan Sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
57
mengalami penurunan sebesar 0.08403 dan untuk ketinggian
sedimen mengalami peningkatan sebesar 0.0130.
4.4.3 Simulasi III
Kedalaman awal h= 6.00 𝑚
Kecepatan awal sungai utama v= 0.2 𝑚/𝑠
Kecepatan awal anak sungai va= 0.1 𝑚/𝑠
Ketinggian awal sedimen zb= 0.1 𝑚
Waktu T= 5 𝑠
Debit sungai utama Q1= 15 𝑚3/𝑠
Debit anak sungai Q2= 15 𝑚3/𝑠
Dengan 5 kriteria tersebut dapat dilihat grafik simulasi III
untuk kedalaman sungai, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen
sebagai berikut:
Gambar 4.13 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak Sungai, dan
Pertemuan Sungai pada Simulasi III
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 54.5
5
5.5
6
Waktu
Kedala
man S
ungai
Kedalaman sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
58
Gambar 4.14 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama, Anak Sungai,
dan Pertemuan Sungai pada Simulasi III
Gambar 4.15 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi III
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Waktu
Kecepata
n S
ungai
Kecepatan sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
Waktu
Ketinggia
n S
edim
en
Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak Sungai dan Pertemuan Sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
59
Dari simulasi III terlihat bahwa kedalaman sungai
mengalami penurunan sebesar 0.9435, untuk kecepatan aliran
mengalami penurunan sebesar 0.08404 dan untuk ketinggian
sedimen mengalami peningkatan sebesar 0.0300.
4.4.4 Simulasi IV
Kedalaman awal h= 6.00 𝑚
Kecepatan awal sungai utama v= 0.2 𝑚/𝑠
Kecepatan awal anak sungai va= 0.1 𝑚/𝑠
Ketinggian awal sedimen zb= 0.2 𝑚
Waktu T= 5 𝑠
Debit sungai utama Q1= 20 𝑚3/𝑠
Debit anak sungai Q2= 15 𝑚3/𝑠
Dengan 5 kriteria tersebut dapat dilihat grafik simulasi IV
untuk kedalaman sungai, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen
sebagai berikut:
Gambar 4.16 Grafik Kedalaman Sungai Utama, Anak Sungai, dan
Pertemuan Sungai pada Simulasi IV
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 54.5
5
5.5
6
Waktu
Kedala
man S
ungai
Kedalaman sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
60
Gambar 4.17 Grafik Kecepatan Aliran Sungai Utama, Anak Sungai,
dan Pertemuan Sungai pada Simulasi IV
Gambar 4.18 Grafik Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak
Sungai, dan Pertemuan Sungai pada Simulasi IV
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
Waktu
Kecepata
n S
ungai
Kecepatan sungai utama, anak sungai dan pertemuan sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
Waktu
Ketinggia
n S
edim
en
Ketinggian Sedimen Sungai Utama, Anak Sungai dan Pertemuan Sungai
Sungai utama
Anak sungai
Pertemuan sungai
61
Dari simulasi IV terlihat bahwa kedalaman sungai
mengalami penurunan sebesar 0.9440, untuk kecepatan aliran
mengalami penurunan sebesar 0.08405 dan untuk ketinggian
sedimen mengalami peningkatan sebesar 0.0300.
63
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini diberikan kesimpulan dari analisa dan
pembahasan yang telah dilakukan. Selain itu, diberikan pula saran
yang dapat dilakukan sebagai kelanjutan atau pengembangan dari
Tugas Akhir ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan:
1. Didapatkan model sedimentasi di pertemuan dua
sungai model sinusoidal.
2. Dari hasil simulasi I dan II dengan debit sungai utama
sebesar 10 𝑚3/𝑠 pada simulasi I dan debit sungai
utama sebesar 15 𝑚3/𝑠 pada simulasi II sedangkan
untuk besarnya debit anak sungai sama besar yaitu 10
𝑚3/𝑠 diperoleh hasil bahwa untuk simulasi I terjadi
penurunan kedalaman sungai sebesar 0.9425,
penurunan kecepatan aliran sungai sebesar 0.08401 dan
untuk ketinggian sedimen mengalami kenaikan sebesar
0.0110, sedangkan untuk simulasi II terjadi penurunan
kedalaman sungai sebesar 0.9430, penurunan
kecepatan aliran sungai sebesar 0.08403 dan untuk
ketinggian sedimen mengalami kenaikan sebesar
0.0130.
3. Dari hasil simulasi III dan IV dengan debit sungai
utama sebesar 15 𝑚3/𝑠 pada simulasi III dan debit
sungai utama sebesar 20 𝑚3/𝑠 pada simualasi IV,
sedangkan untuk besarnya debit anak sungai sama
besar yaitu 15 𝑚3/𝑠 diperoleh hasil bahwa untuk
simulasi III terjadi penurunan kedalaman sungai
sebesar 0.9435, penurunan kecepatan aliran sungai
sebesar 0.08404 dan untuk ketinggian sedimen
mengalami kenaikan sebesar 0.0300, sedangkan untuk
simulasi IV terjadi penurunan kedalaman sungai
64
sebesar 0.94400, penurunan kecepatan aliran sungai
sebesar 0.08405 dan untuk ketinggian sedimen
mengalami kenaikan sebesar 0.0500.
4. Dari simulasi I, II, III dan IV terlihat bahwa besarnya
debit yang masuk dari sungai utama dan anak sungai
relatif kurang berpengaruh terhadap rata-rata
perubahan kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai
dan ketinggian sedimen.
5.2 Saran
Adapun saran dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pada Tugas Akhir ini, model aliran sinusoidal yang
dibangun dalam bentuk 2 dimensi, akan lebih baik jika
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model
sedimentasi dalam 3 dimensi.
2. Pada Tugas Akhir ini, untuk jenis angkutan
sedimennya adalah bed load, akan lebih baik jika
dikembangkan untuk wash load dan suspended load.
65
DAFTAR PUSTAKA
[1] Apsley, D. 2013. Computational Fluid Dynamic. Springer.
New York
[2] Faisol. 2012. Thesis Pengaruh Hidrodinamika pada
Penyebaran Polutan di Sungai. Surabaya : Matematika FMIPA-
ITS.
[3] Liu, Z. 2001. Sediment Transport. Laboratoriet for
Hydraulik og Havnebygning Instituttet for Vand Manual. Jord og
Miljoteknik Aalborg Universitet.
[4] Ottovanger, W. 2005. Discontinuous Finite Element
Modeling of River Hydraulics and Morphology with
Application to the Parana River. University oo Twente :
Department of Applied Mathematics.
[5] Priangga, F.E. 2012. Profil Kontur Sedimentasi di
Pertemuan Dua Sungai Model Sinusoidal. Surabaya :
Matematika FMIPA-ITS.
[6] Purwadi, PK. 2001. Metode ADI dalam Penyelesaian
Persoalan Perpindahan Panas Konduksi Benda Padat
Dimensi Keadaan Tak Tunak. SIGMA, Vol. 4 No.1.
[7] Rizky, A. 2013. Proses Terjadinya Sedimentasi.
http://adityaaaaaarizky.blogspot.com/. Diakses pada 03 maret
2014.
[8] Saptaningtyas, F.Y. 2009. Metode Volume Hingga Untuk
Mengetahui Pengaruh Sudut Pertemuan Saluran Terhadap
Profil Perubahan Sedimen Pasir Pada Pertemuan Sungai.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
66
[9] Sholikin, M. 2012. Tugas Akhir Kajian Karakteristik
Sedimentasi di Pertemuan Dua Sungai Menggunakan Metode
Meshles Local Petrov-Galerkin dan Simulasi Fluent. Surabaya
: Matematika FMIPA-ITS.
[10] Widodo, B. 2012. Pemodelan Matematika. Itspress. Hal.
91-152. Surabaya : Matematika FMIPA-ITS.
[11] Yang, C.T. 1996. Sediment Transport, Theory Practice.
Mc Graw Hill. New York.
67
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Gresik, 22 Oktober
1992. Setelah menyelesaikan studinya di MI Hidayatul Ulum Kisik, penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Assaadah Bungah dan SMA Assaadah Bungah. Melalui jalur Bidik Misi, penulis diterima di jurusan S1 Matematika FMIPA ITS pada tahun 2010 dengan NRP 1210 100 039 dan memilih Simulasi dan Pemodelan Sistem sebagai bidang keahliannya.
Semasa kuliah penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan, diantaranya aktif sebagai staff Kesejahteraan Mahasiswa (KESMA) Himatika ITS, staff Hubungan Masyarakat dan Sosial Masyarakat Swayanaka Mahasiswa-Cabang Surabaya.
Mengingat masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan
dikembangkan dalam Tugas Akhir ini dan juga topik –topik yang berkaitan, silahkan kirimkan kritik dan saran di email [email protected] untuk saling berbagi demi bertambahnya ilmu pengetahuan dan wawasan bersama.