praktik pemerintahan pada kesultanan buton tahun …

28
PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN 1540-1960 MASEHI Muh. Ide Apurines Mahasiswa Program Pascasarjana Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD E-mail: [email protected] Muradi, Dede Sri Kartini Dosen Program Pascasarjana FISIP UNPAD E-mail: [email protected]; [email protected] Abstrak Penelitian ini berfokus pada praktik pemerintahan Kesultanan Buton Tahun 1540-1960 Masehi. Penelitian dilakukan di Pulau Buton Kota BauBau Sulawesi Tenggara dengan menggunakan jenis penelitian sejarah-kualitatif. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui proses pemerintahan yang berjalan di Kesultanan Buton dari tahun 1540- 1960 serta untuk mengetahui adanya praktik demokrasi yang terdapat di Kesultanan Buton. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori demokrasi yang digagas oleh Robert A. Dahl. Teori tersebut menawarkan kriteria untuk mencapai pemerintahan demokratis untuk menilai sejauh mana demokrasi berjalan di Kesultanan Buton. Selain teori tersebut, peneliti juga menggunakan metode pengumpulan data heuristik yang terdiri dari studi pustaka dan dokumen serta wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Kesultanan Buton mempunyai bentuk pemerintahan yang berubah- ubah dikarenakan proses transisi kerajaan menuju kesultanan; (2) adanya praktik demokrasi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kesultanan Buton; (3) struktur pemerintahan yang berbeda dengan kerajaan/kesultanan pada umumnya, yang telah mempraktekkan struktur pemerintahan modern; (4) konstitusi tertulis Murtabat Tujuh menjadi dasar bernegara di Kesultanan Buton. Kata Kunci: Pemerintahan, Konstitusi Tertulis Murtabat Tujuh

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTONTAHUN 1540-1960 MASEHI

Muh. Ide ApurinesMahasiswa Program Pascasarjana Studi Ilmu Pemerintahan FISIP

UNPADE-mail: [email protected]

Muradi, Dede Sri KartiniDosen Program Pascasarjana FISIP UNPAD

E-mail: [email protected]; [email protected]

Abstrak

Penelitian ini berfokus pada praktik pemerintahan Kesultanan ButonTahun 1540-1960 Masehi. Penelitian dilakukan di Pulau Buton KotaBauBau Sulawesi Tenggara dengan menggunakan jenis penelitiansejarah-kualitatif. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui prosespemerintahan yang berjalan di Kesultanan Buton dari tahun 1540-1960 serta untuk mengetahui adanya praktik demokrasi yang terdapatdi Kesultanan Buton. Teori yang digunakan dalam penelitian iniadalah teori demokrasi yang digagas oleh Robert A. Dahl. Teoritersebut menawarkan kriteria untuk mencapai pemerintahandemokratis untuk menilai sejauh mana demokrasi berjalan diKesultanan Buton. Selain teori tersebut, peneliti juga menggunakanmetode pengumpulan data heuristik yang terdiri dari studi pustaka dandokumen serta wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah: (1)Kesultanan Buton mempunyai bentuk pemerintahan yang berubah-ubah dikarenakan proses transisi kerajaan menuju kesultanan; (2)adanya praktik demokrasi dalam proses penyelenggaraanpemerintahan di Kesultanan Buton; (3) struktur pemerintahan yangberbeda dengan kerajaan/kesultanan pada umumnya, yang telahmempraktekkan struktur pemerintahan modern; (4) konstitusi tertulisMurtabat Tujuh menjadi dasar bernegara di Kesultanan Buton.

Kata Kunci: Pemerintahan, Konstitusi Tertulis Murtabat Tujuh

Page 2: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

21Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

PendahuluanPenelitian ini berfokus pada praktik pemerintahan yang

terdapat pada Kesultanan Buton pada tahun 1540-1960, yangdilakukan pada bulan Juli tahun 2017, yang berlokasi di ProvinsiSulawesi Tenggara, Pulau ButonKota Baubau. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui bagaimana praktik pemerintahan yang di jalankandalamKesultanan Buton di tahun 1540-1960. Dalam penelitian ini,peneliti memperoleh data melalui beberapa teknik pengumpulan datayaitu, dari data primer yang bersuber dari data heuristic (studi pustakadan dokumentasi) serta data sekunder yang bersumber dariwawancara. Disamping itu, peneliti juga akan memaparkan bagaimanasistem pemerintahan berjalan di Kesultanan Buton dapat dilihat dariproses-proses pemerintahan sejak masa Sultan Buton pertama hinggaSultan Buton ke 37.

Kata “Buton”, digunakan sebagai nama Kesultanan yang akanmenjadi objek kajian penelitian ini, adalah nama sebuah pulau, yaitupulau Buton.1Dipulau inilah terletak pusat pemerintahan KesultananButon. Nama ini berasal dari nama jenis pohon,yaitu pohonbutun.2Tidak diketahui, sejak kapan pulau itu bernama demikian.Yang pasti, sejak masa Gajah Mada menjadi patih KerajaanMajapahit, Buton telah dikenal di Jawa. Hal ini dapat diketahui darikakawin Nagartagama Karangan Mpu Prapanca. Prapanca dalamkitabnya menyebut sumpah Gajah Mada yang dikenal dengan“Sumpah Palapa”.

Dalam kitab tersebut telah di temukan nama Butunsebagai bagian dari Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan

1Orang-orang dulu di negeri ini menyebutnya “Buton”. Bukan “Butun”.Orang bugis-makassar juga menggunakan sebutan pertama. Sebutan pertamasangat dikenal di kota Makassar dikarenakan di kota Makassar terdapat suatutempat yang bernama kampong butun, pasar butun dan jalan butun. Lihat ligtvoet,beschrijing en Geschiedenis van Buton, BKI, Vol. 26, 1878, hlm 1.

2J.C. Anceaux, Wolio dictionary. 1987. Hlm 25. Orang Buton menyebutPohon ini dengan “butu”. Dalam dunia ilmiah pertumbuhan ini dikenal denganBarringionia asiatica. Lihat Poerwadarminta. Kamus umum bahasa Indonesia, 1978,hlm 25.

Page 3: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

22Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Gadjah Mada.3 Dijelaskan dalam buku itu bahwa daerah taklukkerajaan Majapahit juga meliputi daerah-daerah di Sulawesi. Negeri-negeri di Sulawesi yang disebutkan oleh Prapanca dalam bukunyaadalah sebagai berikut:Muwah tanah I Batayan pramuka Batayan lenLuwuk tentang Udamakatrayadhi nikanang sanusaspupulIkangsakasananusanusa Makassar Butun Banggawi Kuni Craliyaomwangi (ng) Selaya Sumba Soto Muar, dst.4

Dari informasi Mpu Prapanca tersebut, kita dapat memahamibahwa Buton, sejak zaman Majapahit atau sebelum Islam masuk didaerah Butonsekitar pertengahan abad ke- 16, telah dikenal di daerahluar. Selain kitab Nagarakartagama sebagai sumber sejarah pertamayang menyebut nama Buton, seorang pelaut Portugal Tome Pires jugamenyebut nama Buton ketika ia menceritakan pelayarannya diperairan nusantara pada tahun 1512- 1515.5Menurutnya, ia berangkatdari Singapura ke Maluku melalui Borneo, Makassar danButon.6Informasi ini menunjukan bahwa ketika itu Butontelah dikenaloleh pelaut-pelaut yang melintasi perairan nusantara, termasuk orangasing.

Pengenalan terhadap Buton oleh pihak luar, sebagaimana yangdikemukakan di atas, tidak jelas apakah Buton hanya sebagai suatupulau ataukah sebagai suatu Kerajaan/Kesultanan yang berdaulat,yang mempunyai sistem pemerintahan tersendiri. Pengenalan dalamarti yang disebut terakhir, dipastikan terjadi pada tahun 1580.Informasi ini diperoleh dari sumber Ternate yang menyebutkanterjadinya serangan pasukan Kesultanan Ternate ke Kerajaan Buton

3Bambang Pramudito. 2006. Kitab Negara Kartagama : sejarah tatapemerintahan dan peradilan Keraton Majapahit. Yogyakarta ; gelombang pasang.Hlm. 191.

4Seluruh Sulawesi menjadi daerah ke VI kerajaan Majapahit, YaituBantayan(Bantaeng), Luwuk (Luwu), Udamakatraya (Taulaud), Makasar(Makassar), Butun (Buton), Banggawi (Banggai), Kunir (Pulau Kunyit), Selaya(Selayar), Solot (Solor), dan seterusnya.

5Armado Corteseo, The Suma Oriental of Tome Pires. Vol. 1, 1944. Hlm220.

6F.s.a. Declerqie. Bijdragen tot de Kennis der Residentie Ternate. 1890.Hlm 154.

Page 4: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

23Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

untuk menyebarkan agama Islam.7Tidak seperti kerajaan-kerajaan lainyang terdapat di Nusantara dimana jabatan sultan diwariskansecaratunggal turun-temurun. Namun pada sistem pemerintahan KesultananButon, Sultan dipilih berdasarkan berdasarkan satu golongan tertentu(Kaomu).8Sistem pemilihan ini disebut sebagai demokratis-aristokratisatau sistem pemilihan terbatas. dengan calon yang disiapkan olehgolongan kaomu dengan tiga cabang keluarga yangdisebutKamboru-Mboru Talu Palena(tiga cabang fraksi partai).9Adapundenganadanya pembagian kekuasaan (power sharing) di KesultananButon antara eksekutif (Sara Pangka), legislatif (Sara Gau) dan,yudikatif (Sara Bhitara) yang bertujuan untuk menstabilkan sistempolitik di Kesultanan Buton, terdapat juga sistem desentralisasi pusat-daerah, serta adanya kerajaan aliansi dalam Kesultanan Butonataubiasa lebih dikenal sebagai sistem negara federal.

Disamping itu dengan adanya konstitusi tertulis yang telah dihasilkan oleh pemerintahan Kesultanan Buton di masa Sultan ke-empat. Yakni produk“Undang-Undang Murtabat Tujuh Sara Wolio”,10

yang menjadi landasan bernegara dan memberikan nilai- nilai luhurterhadap masyarakat Buton.Nusantara Indonesia kaya akan sejarahKerajaan- Kerajaannya, sebagian besar dari sejarah tersebut mencatatbahwa pemerintahan kerajaan tersebut bersifat monarki, menurunkanputra mahkota sebagai pemimpin atau penerus dan praktik monarkilainnya.11Namun diantara sejarah kerajaan tersebut ada diantaranyayang menerapkan bentuk pemerintahan yang mempunyai unsurdemokrasi. Bentuk pemerintahan demokrasi tidak begitu populer diera kerajaan nusantara begitu pula kerajaan yang menerapkannya tidak

7F.s.a. Declerqie. Op. cit. hlm 221.8Kaomu adalah golongan strata pertama dalam wilayah Kesultanan Buton

yang diberi hak untuk memimpin pemerintahan (menjadi Sultan).9Kamborumboru artinya tiang, talu artinya tiga, pale artinya potong, dan na

yang berarti nya atau menunjuk tempat tertentu10Martabat Tujuh Sara Wolio adalah peraturan perundang-undangan

Kesultanan Buton yang mengatur adat ataupun hukum di buton yang berlandaskanpada murtabat tujuh murni/ Sara Patagunaa beserta ajaran tasawuf.

11Purwadi. 2009. Sejarah sastra jawa klasik. Yogyakarta; Panji Pustaka.Hlm 28

Page 5: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

24Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

begitu populer di buku sejarah yang kita baca. Dari sedikit gambaranlatar belakang tersebut penelitian ini kemudian dimaksudkan untukmengidentifikasi kemudian menganalisis bentuk praktik pemerintahanyang berlangsung di Kesultanan Buton pada tahun 1540-1960Masehi.

PembahasanDalam buku The World Alamanac and Book of Fact 2013,

jumlah negara di dunia terhitung sebanyak 196. Dengan jumlah negarayang begitu banyak, beberapa negara mempunyai pengaturanpemerintahan yang serupa tetapi ada juga yang berbeda satu sama lain.Dengan demikian untuk menilai bentuk pemerintahan suatu negarapaling tidak dengan beberapa tipologi dasar pemerintahan, baikyang dikemukakan oleh Plato, Aristoteles, Polybius, Machiavelli,Montesquieu dan lain-lain, dan dari hal tersebutlah penelitimengelompokan ada empat jenis pemerintahan:1. Pemerintahan Monarki (pemerintahan oleh satu orang), Negara

yang berbentuk monarki di kepalai oleh seorang raja. Sistempemerintahan kerajaan pada umumnya, menggunakan sistempemerintahan terpusat. Kontinuitas kepemimpinannya bersifatturun temurun. Raja dianjurkan mempunyai sifat-sifat ideal yakniadil, murah hati, bijaksana, dan mampu menjaga keamanan sertaketentraman negaranya. Sifat ideal semacam ini adalah syaratuniversal bagi seorang raja di segala tempat. Sistem pemerintahankerajaan biasanya menggunakan konsep religi ataupunkeagamaan untuk menyatukan orientasi keseluruhanwarganya.12 Hampir seluruh sistem pemerintahan kerajaan yangada di asia termasuk Kerajaan Buton di pengaruhi oleh ajaranHindu Budha.

2. Pemerintahan Aristokrasi, merupakan pemerintahan olehsekelompok elit masyarakat yang mempunyai status sosial,kekayaan dan kekuasaan politik yang besar, bentuk ini dalam

12Ensiklopedi.Nasional Indonesia. 1990/1991. Jakarta. Cipta Adi Pustaka.Hlm 57

Page 6: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

25Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

model pemerintahannya menggunakan sistem warisan dan terpusatpada sekelompok elit tertentu, keberuntungan-keberuntungan inidinikmati oleh satu generasi ke generasi aristokrat yang lain.Status, kekuasaan dan kekayaan diwariskan

3. Oligarki (pemerintahan oleh sedikit orang yang tak bergelar,militer atau sipil) pemerintahan oleh suatu minoritas dalammasyarakat, suatu minoritas yang tidak perlu dibedakan oleh gelararistokrasi bentuk pemerintahan atau hak istimewa, biasanyadipegang oleh elit-elit kecildaerah.

4. Pemerintahan Demokrasi, (bentuk pemerintahan yang ditentukanoleh banyak orang) sistem pemerintahannya menggunakan sistempemerintahan kerakyatan. Dalam sistem politiknya seorangpemimpin dipilih oleh rakyat baik langsung maupun perwakilan.Dalam bentuk pemerintahan ini semua kelas dapat berpartisipasidalam proses pemerintahan. Suara semua kelas sama penting dandapat di dengar, bentuk pemerintahan ini akan berjalan maksimalapabila keseimbangan antarkelas bisa tercapai. Bentukpemerintahan demokrasi sendiri telah hadir dalam masapemerintahanKesultanan Butonterlihat dari proses pemerintahanyang dijalankan akan tetapi demokrasinya murni versi KesultananButon tidak sesempurna dengan demokrasi prosedural yang dikemukakan oleh Robert A.Dahl.

Teori Demokrasi Robert DhalRobert Dahl merumuskan sebuah ide mengenai tatanan politik

yang disebut Polyarchy. Polyarchy merupakan istilah yang dikemukanoleh Dahl untuk mengganti kata demokrasi. Bagi Dahl, demokrasimengandung dua demensi -kontestasi dan partisipasi. Karenamenekankan dua demensi ini maka konsep demokrasi ini seringdisebut demokrasi minimalis. Dalam melihat bagaimana demokrasibekerja cukup dilakukan dengan dua ukuran minimal:1. seberapa tinggi tingkat kontestasi, kompetisi atau oposisi yang

memungkinkan (Liberalisasi).2. seberapa banyak warganegara yang memperoleh kesempatan

berpartisipasi dalam kompetisi politik itu(Inclusiveness).

Page 7: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

26Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Berdasarkan dua demensi tersebut, Dahl membuat tipologiempat sistem politik: hegemoni tertutup (kompetisi dan partisipasisama-sama rendah) ; oligarki kompetitif (kompetisi tinggi tetapipartisipasi rendah) ; hegemoni inklusif (partisipasi tinggi-kompetisirendah) dan Poliarki (partisipasi dan kompetisi tinggi). Kenyataanyang membuktikan bahwa demokrasi ini telah memiliki sejarahdemikian panjang benar-benar telah menimbulkan kekacauan danperbedaan pendapat, karena demokrasi itu mempunyai makna yangberbeda-beda bagi orang yang berbeda- beda, pada waktu dan tempatyang berbeda-beda pula. Dalam periode yang panjang dalam sejarahmanusia, demokrasi telah menghilang dalam praktek, dan hanyamenjadi sebuah gagasan ataupun kenangan dikalangan sejumlah kecilorang tertentu saja. Sampai dua abad yang terakhir ini saja,dalam sepuluh generasi, sedikit sekali sejarahyangmemperlihatkan contoh-contoh demokrasi yang sesungguhnya.13

Demokrasi menggambarkan sistem pemerintahan yangberasaskan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat. AbrahamLincoln dalam pidato Gettysburg mendefinisikan demokrasipemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (governmentof the people, by the people, and for the people). Rakyat mempunyaikekuasaan mutlak terhadap sebuah pemerintahan dalam negara, rakyatmempunyai kedaulatan tertinggi dalam sebuah negara. Demokrasimemungkinkan semua rakyat untuk ikut andil dalam pembuatan,perumusan dan pengembangan hukum baik itu secara langsungmaupun secara tak langsung (perwakilan). Suatu negara yangmemiliki sistem pemerintahan demokrasi akan sangat berbedadibandingkan dengan pemerintahan yang bentuknya monarki.

Gagasan mengenai demokrasi sangatlah luas, untuk mengenaliapakah bentuk pemerintahan suatu negara tersebut berbentukdemokrasi atau tidak, Dahl,14 telah merumuskan lima kriteria untukmencapai bentuk pemerintahan demokrasi kriteria tersebutyaitu:

13Robert A. Dahl. 2001. Perihal Demokrasi. Jakarta. Yayasan OborIndonesia. hlm 40

14Robert A. Dahl. Op.cit. hlm 52

Page 8: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

27Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

1. Partisipasi efektif. Sebelum sebuah kebijakan digunakan olehkelompok, seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yangsama dan efektif untuk membuat sebuah gagasan atau ide yangdapat diketahui oleh anggota-anggota lainnya sebagaimanakebijakan itudibuat.

2. Persamaan suara. Ketika tiba saatdibuatnya keputusan mengenaikebijakan tersebut, maka setiap anggota berhak mempunyaikesempatan yang sama untuk memberikan suara dan seluruh suaraharus dihitungsama

3. Pemahaman yang cerah. Dalam batas waktu yang rasional setiapanggota berhak mempunyai kesempatan yang sama untukmempelajari kebijakan-kebijakan alternative yang relevan dankonsekuensi-konsekuensi yangmungkin

4. Pengawasan agenda. Setiap anggota berhak mempunyaikesempatan ekslusif untuk memutuskan bagaimana dan apapermasalahan yang dibahas dalam agenda. Jadi proses demokrasiyang dibutuhkan oleh tiga kriteria sebelumnya tidak pernahtertutup. Berbagai kebijakan kelompok tersebut selalu terbukauntuk dapat diubah oleh para anggotanya, jikamerakamenginginkannya.

5. Pencakupan orang dewasa. Semua, atau paling tidak sebagianbesar, orang dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnyamemiliki hak kewarganegaraan penuh, yang ditunjukkan olehempat kriteriasebelumnya

Bentuk Pemerintahan Kerajaan Buton

Sistem pemerintahan dimasa Kerajaan Buton berbentukMonarki karena dikuasai oleh dinasti Wa Kaka yangsecara turuntemurun berkuasa di Kerajaan Buton. Pada masa kerajaan ini pula dariraja pertama hingga raja ke 5 tidak ditemukan tanda-tanda pengaruhislam bahkan yang tampak adalah pengaruh kebudayaan Hinduyang salah satunya terdapat pada nama-nama raja. Disamping itu

Page 9: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

28Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

dalam aspek keyakinan juga dijumpai faham “reinkarnasi”.15Pahamini hingga saat ini masih diyakini oleh masyarakat Buton, prakteknyadapat di lihat pada saat kelahiran. Anak yang lahir mirip dengan anakyang telah meninggal maka anak itu dikatakan sebagai roh darisaudaranya tersebut. keyakinan ini diprediksi sebagai salah satupengaruh budaya Hindu.

Dalam masa kerajaan Buton menggunakan bentukpemerintahan Monarki hal ini terlihat dalam pergantian raja scaraturun temurun, yaitu seorang raja yang mangkat atau mengundurkandiri diganti oleh anaknya dan bagi raja yang tidak mempunyaiketurunan akan digantikan oleh keponakan, yang telah dijadikan anakangkat. Struktur Pemerintahan dimasa Kerajaan Buton pertama WaKaka:

1. Raja2. Majelis sara juga sebagai menteri koordinator yang beranggotakan

Mia Patamiana, bertugas mengkoordinir tiap-tiap kelompokdalamlimbonya.

3. Pemimpin tinggi angkatan perang, juga bertugas sebagai dutadalam hubungan luar negeri. pada masa kerajaan jabatan inipertama kali dijabat oleh Sibatara dan sekaligussebagaipenasehatraja.

4. Menteri khusus daerah seberang dan perluasan wilayah menteri inijuga menjabat sebagai komando pasukan khusus pengawal istanadipimpin oleh Kaudoro dan Sangiariana. Pada masa pemerintahanBataraguru struktur pemerintahan kerajaan bertambah yaitudengan adanya jabatan baru seorang Sapati yang bertugasmembantu raja dalam pelaksanaan pemerintahan di pusat kerajaandimasa modern sering dikenal dengan perdana menteri. Pada masapemerintahan Raja Tuarade juga terjadi pertambahan jabatan yaitu

15Schoorl. Op;cit hlm 124, dalam buku tersebut di temukan adanyapengaruh kepercayaan Hindu dalam Kerajaan Buton di masa lampau terlihat dariadanya keperayaan terhadap rengkarnasi.

Page 10: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

29Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

jabatan kanepulu yang fungsinya membantu Sapati/wakil darisapati. Hal ini disebabkan makin komplitnya permasalahanpemerintahan karena bertambahnya wilayah kerajaanButon.16Bentuk pemerintahan monarki berlangsung kurang lebihdua setengah abad lamanya dan baru berakhir setelah Butonmenerima ajaran islam sebagai agama kerajaan. Perlu dijelaskanbawa sebelum bentuk pemerintahan monarki pemerintahan Butondimasa sebelum kerajaan masih berbentuk aristokrasi.Pemerintahan kerajan berakhir setelah raja ke enam Lakinapontomemeluk agama islam dan berganti menjadi Sultan Butonpertama.

Bentuk Pemerintahan di Masa KesultananIslam diterima sebagai agama kerajaan Buton pada maasa

pemerintahan raja keenam (Lakinaponto) pada tahun 948 Hijriah ataulebih kurang 1538 M. setelah memeluk islam Lakinaponto dilantikmenjadi sultan dengan gelar Qa’im ad-din, (138-1584) yang ketikabeliau dilantik menjadi Sultan lebih dikenal dengan nama Murhum.Menurut riwayatnya bahwa pada masa raja Buton lakilaponto.Datanglah Syekh Abd Wahid bersama istrinya Waode Solo dananaknya, ledi penghulu, ia dianggap orang keramat turunan SayyidMekah, cucu nabi Muhammad. Atas ajakan Laki Laponto bersamamenetrinya memeluk islam yaitu pada hari senin, 1 Ramadhan 948 H.Laki Laponto di lantik menjadi sultan oleh Syekh dengan namakehormatan Qa’im ad-din al Khalifah al-khamis.17

Beralihnya sistem pemerintahan dari kerajaan ke kesultanan,mempengaruhi pola kehidupan sosial budaya masyarakat. Perubahanini dapat dilihat pada falsafah hidup masyarakat Buton setelahmemeluk agama islam yaitu “binci binciki kuli”.Falsafah inimengandung makna kita sebagai sesama manusia harus mempunyaiempati yang tinggi (jika anda merasa sakit dan di hina orang begitu

16Hambali. 1990. Sistem Pemerintahan Kesultanan Buton“Ketatanegaraan”. Skripsi. Hlm 55.

17Zahari. 1977. Sejarah dan adat fiy darul butuni jilid, I,ii,iii. Jakarta.Depdikbud. Hlm 10.

Page 11: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

30Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

pula perasaan orang ketika anda menghinanya). Di era transisipengaruh antara kerajaan ke kesultananan ajaran islam bolehdikatakan dalam tahap sosialisasi ajaran islam diseluruh wilayahkekuasaannya. Pengaruh budaya islam yang lain dapat dilihat pulapada falsafah perjuangan masyarakt Buton yaitu “biar hancur harta,negara, dan pemerintah asalkan agama selamat”.18

Di bidang politik telah terjadi pula perubahan tata carapemilihan pejabat mulai dari sultan pertama sampai sultan ketigayakni : Lakinaponto (153-184) Latumparasi (1584- 1591) dan masapemerintahan sultan ketiga Lasangaji (1591-1597) perkembanganislam belum begitu menonjol.19Dan dimasa pemerintahan sultanpertama hingga ketiga masih menggunakan sistem monarki absolutedikarenakan dalam pemilihan Sultannya masih mewariskan putramahkota yang saling turun temurun. Tata pemilihan sultannya puntetap menggunakan tradisi yang diturunkan dimasa Kerajaan, danajaran Konstitusi Kesultanan Buton (Murtabat Tujuh) belumterbentuk.

Dari perubahan-perubahan fundamental tersebut, terbentuknyakonstitusi undang- undang Murtabat Tujuh menjadi fondasiperubahan yang mendasar dalam struktur pemerintahan, hukum,maupun adat istiadat masyarakat Buton. semasa di terapkannyaundang-undang tersbut Sultan dalam menjalankan tugasnya selalumenganjurkan serta menegaskan pada masyarakatnya maupunpemerintahannya agar bertindak berdasarkan norma dan petunjukyang jelas, sesui dalam undang-undang Murtabat Tujuh bukan lagiberdasarkan inisiasi perorangan ataupun kelompok.20 Kebijakannyaselalu dijiwai dengan nafas keislaman yang baik itu kebijakan yangmenyadarkan bahwa ada keterkaitan dengan politik, sosial budaya,ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan. Dalam memutuskansesuatu, sultan selalu menekankan agar melalui proses musyawarahmufakat atau dalam ajaran islam lebih dikenal dengan nama Syura.

18Falsafah dalam hikayat Negeri Buton yang tertuang juga dalam MurtabatTujuh.

19Lihat pada Dokument DPRD Sultra 1977-1982 hlm. 187.20Zahari. Op,cit. hlm 14

Page 12: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

31Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Kepimimpinan Sultan ke-4 selalu mempraktekkan nilai-nilai keadilan,ekualitas, kebebasan, penegakan hukun, jaminan kesejahteraan bagisemua warga serta perlindungan terhadap kaum minoritas. Padaprinsipnya menyadarkan yang dipimpinnya bahwa semua manusiasama.

Dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa, pada dasarnya manusiamemiliki nilai kemanusian yang sama, tidak ada yang lebih mulia dariyang lain yang membedakan mereka adalah ketakwaannya terhadapallah swt, yakni bertanggung jawab menjalankan kewajiban padaAllah dan sesame manusia.21Dalam penyusunan undang-undangMurbatat Tujuh, Dayanu Ikhsanuddin mendapat bantuan dana sehatdalam bidang agama dari Syeikh Said Muhammad seorangberkebangsaan Arab. Sultan ke-4 dalam masa pemerintahannyamengadakan reformasi yang progresif. Secara hirarki sistemperundang- undangan di Kesultanan Buton, pada masa Sultan ke-4tersusun sebagi berikut:a. Syara, yakni Undang-undang dasar atau MurtabatTujuhb. Tuturaka peraturan pemerintahKesutananc. Pitara pedoman dalam mengadili atau memutuskan suatuperkarad. Gau masalah-masalah yang berhubungan denganpolitik

Berdasarkan hirarki sistim perundang-udangan tersebut,undang-undang Murtabat Tujuh menempati posisi teratas.22Dimasapemerintahannya Sultan ke-4 telah membentuk sistem pemeritahanyang modern pada masanya dan struktur pemerintahannya sebagaiberikut:

a. Sultan sebagai kepalapemerintahanb. Sapati sebagai perdanamenteri

2121tertuang dalam Al-Quran, Surah Q.S almujarad 1322Saidi. 2001. Studi Sosiologi Kultural Dan Historis Tentang Dasar-Dasar

Adat Dan Budya Masyarakat Buton. Bau-bau. Hasil penelitian Inventarisasi adat danbudaya masyarakat Buton. hlm 56

Page 13: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

32Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

c. Sio Limbona sebagai Legislatif atau saat ini biasa di sebut DPRd. Kenepulu sebagai sekretaris negara merangkap hakimagunge. Kapitalao menteri pertahananf. Bonto Ogena terbagi menjadi dua, Bonto Ogena matanaeo dan

Bonto Ogena Sunaeo (pejabat tinggi negara yang memiliki multitugas) lima jabatan diatas biasa disebut Pangka(kabinet/menteri)

g. Bonto Inuncah. Bonto Bonto lancinakanjawarii. Bobatoj. Jurubahasak. Sabandaral. Tolombom. Pangalasa

Struktur pemerintahan dalam bidang agama yaitu; LakinaAgama, Imam, Khatib, Moji, Mokimu, dan Bisa. Implementasi sistempemerintahan Undang-undang Murtabat Tujuh menjalankan praktekkepemimpinan Islam, menjadi fondasi dan suri tauladan pada masapemerintahan Sultan-sultan berikutnya. Murtabat Tujuh menjaditonggak perubahan yang mendasar dalam struktur pemerintahan,hukum maupun adat istiadat masyarakat Buton

Praktek Demokrasi Pada KesultananButonTidak dapat dipungkiri bahwa setiap negara memiliki bentuk

dan sistem pemerintahan yang sistemnya disesuaikan dengankebutuhan masyarakat dan negara. Demikian halnya dengan NegaraKesultanan Buton, bentuk dan sistem pemerintahannya berpedomanpada Murtabat Tujuh Sara Wolio yang di dalam praktikpemerintahannya terdapat unsur demokrasi. Kepala pemerintahandipimpin oleh seorang Sultan yang dipilih oleh lembagaSiolimbona(legislative). Sistem pemeritahan Kesultanan Buton menggunakansistem presidensial Sultan bertindak langsung sebagai kepala negaradan kepala pemeritahan, serta bentuk pemerintahan menggunakanmonarki konstitusional, dalam praktik penyelenggaraanpemeritahannya terdapat unsur demokrasi.

Page 14: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

33Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Partisipasi efektif dalam KesultananButonPartisipasi yang dimaksudkan oleh Robert Dahl dalam sebuah

pemerintahan demokrasi yaitu, peran semua lapisan masyarakat untukturun langsung membahas agenda-agenda yang berkaitan dengankebijakan, ataupun masalah umum, baik berkaitan dengan politikataupun kekuasaan. Untuk konteks Kesultanan Buton partisipasiefektif yang dimaksudkan oleh Robert Dahl telah di jalankan ditandaidengan ke ikutsertaan lapisan sosial masyarakat untuk ikut serta dalammembahas sebuah kebijakan umum.

Contoh kongkritnya dalam hal penentuan kebijakan yangmenyangkut negara dan masyarakat luas, seorang Sultan tidak dapatmemutuskan kebijakan secara sepihak seperti halnya raja-raja. Sistemini bertujuan untuk meminimalkan bahaya penyelewengan kekuasaanyang dampaknya bisa mengakibatkan tirani. Segala sesuatu yangmenyangkut keputusan maupun kebijakan yang akan dikeluarkan olehpemerintah, dalam hal pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawabsebagai aparat negara, diputuskan melalui musyawarah mufakat yangmelibatkan seluruh lapisan masyarakat Kesultanan Buton, baik darijajaran perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah (Kadie), danaliansi pemerintahan (Barata) semua dilibatkan serta mempunyai hakyang sama dalam proses musyawarah tersebut.

Beberapa contoh dalam hal peraturan pembagian pajak dalamsebuah kecamatan (Kadie) pihak kesultanan akan meninjau kecamatantersebut melihat potensi apa yang ada dalam kecamatan tersebutsetelah itu menentukan pajak apa yang akan dikenakan olehkecamatan, tentunya melalui proses tahap musyawarah yangmempertemukan pihak pemerintahan pusat (Sultan dan Siolimbona)dan pihak pemimpin kecamatan (Lakina Dan Bonto) untuk membahasbesaran pajak tersebut. Sejalan dengan pandangan Al-Quran yangmenegaskan tentang prinsip “syura” (musyawarah) untuk mengaturproses pembuatan keputusan, Al-Quran dengan tegas menyebutkan“semua keputusan mereka diputuskan melalui proses musyawarah

Page 15: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

34Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

antara mereka”.23 Dimaksud dengan urusan mereka adalah bukanurusan perorangan, kelompok ataupun elit tertentu urusan yangdimaksud dalam hal ini yakni “urusan masyarakat pada umumnya”dan milik masyarakat secarakeseluruhan.24

Status Sosial dalam Lingkup KesultananButonSyarat demokrasi prosedural yang dipaparkan oleh Dahl,

mengenai persamaan suara untuk konteks Kesultanan Buton masiterbatas dalam hal partisipasi politik belum menyentuh, kepersamaanhak dalam pekerjaan ataupun status sosial lebih cenderungmenempatkan hak yang sesuai dengan proposinya. Kesultanan Butonmempunyai klaster tersendiri untuk pemangku jabatan-jabatan pentingdalam pemerintahannya “Stratifikasi masyarakat Buton terjadi tidaklain karena alasan politik. Pada masa pemerintahannya, DayanuIkhasanuddin melakukan pertemuan dan sepakat dengan sapati yangsaat itu dijabat oleh La Singga dan Kanepulu dijabat oleh La Bula.Petemuan ini didasari atas usul Abdul Wahid, mengingat karenaketiga orang ini mengawini anak dari Abdul Wahid dan untukmencegah agar tidak terjadi penerus tahta yang hanya keturunan dariSultan Pertama Hingga yang Ke empat Dayanu Ikhsanuddin(kepemimpinan tahta turun temurun) maka dengan bijak beliaumenyarankan kepada ketiga menantunya untuk musyawarah dalammembahas pembagian kekuasaan dan untuk mengantisipasi terjadinyaambisi jabatan dalam menduduki posisi sultan. Sepakatlah ketigabelah pihak bahwahanya keturunan mereka yang berhak mendudukiketiga jabatan tinggi kerajaan, yaitu jabatan, Sultan, Sapati danKanepulu.”25

Keturunan mereka bertiga inilah yang kemudian dikenaldengan golongan kaomo atau bisa disebut juga Lalaki, dan golonganWalaka berasal dari keturunan para Bonto atau kepala kampong dan

23Tertuang dalam Al-Quran. Surah As Syura 42;3824Ikram. A. 2001. Katalog Naskah Buton. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Hlm 1025Hasil Wawancara dengan Mujazi, 12 Oktober 2014

Page 16: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

35Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

golongan Papara yaitu golongan yang tidak ada hubungan darah darikedua golongan tersebut. golongan papara ini adalah masyarakatmendiami Limbo ataupun Kadie. Papara sendiri terbagi atas tigaklaster yaitu; 1) Papara dari keturunan masyarakat asli yang tundukpada Kesultanan Buton atas kemaunnya sendiri (Papara Kantinale). 2)Papara yang datang dari luar yang tunduk pada Kesultanan Butonkarena tawanan perang (Tolubirana). 3) Papara yang datangmenyerahkan dirinya dengan tidak melalui perang(Peraka).Sedangkanlapisan masyarakat Buton yang paling terbawah adalah Batua (budak)yang dilahirkan dari ibu bapaknya yang seorang budak juga. Jikaibunya saja yang budak, maka anaknya tidak menjadi budak karenadalam sistem kekerabatan/kekeluargaan masyarakat Butonmenggunakan sistem patriaki. Kategori dalam budak sendiri terdapattiga kategori yaitu:1. Orang yang tunduk dibawah kekuasaan kerajaan dengan paksa

dalam adat disebut bente2. Musuh kerajaan yang kalah dalampeperangan3. Dan orang luar kerajaan yang dirampas dan dijual kepada

golongan kaomu danwalaka.

Tanggung jawab Politik dalam KesultananButonHak-hak politik eksekutif (Sultan) diawasi langsung oleh

badan “Siolimbona”26(legislative). Sultan dalam bertindak harusmelalui persetujuan aparat negara Kesultanan (Pangka) danpersetujuan dari lembaga Sio Limbona. Sistem pengawasan dewanSioliombona terhadap sultan, bersifat langsung dan berkesinambungan(proaktif). Jadi tidak harus menunggu laporan dari seorang rakyat ataukarena adanya aksi demonstrasi baru lembaga eksekutif turun gunung.Tindakan-tindakan seorang Sultan maupun pejabat negara disesuaikandengan budaya bangsa, kepentingan negara dan kepentinganmasyarakat yang dipimpinnya, tidak berdasarkan kepentingankelompok atau preferensi perorangan. Hal ini didasarkan oleh pasal

26Siolimbona adalah jabatan yang hanya bisa di tempati oleh golonganwalaka, berfungsi sebagai dewan penasehat tertinggi di kesultanan Buton sertasebagai penyeleksi dan pelantik calon sultan.

Page 17: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

36Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

1,3 dan 4 undang-undang Murtabat Tujuh.27

Pola rekruitmen pemimpin dalam sistem dan bentukpemerintahan Kesultanan Buton bersiat tidak langsung. Masyarakatatau rakyat menyalurkan aspirasinya lewat dewan Siolimbona, dewaninilah yang memilih seorang Sultan. Dalam pelaksanaan pemeritahansultan bertanggung jawab langsung oleh rakyat yang dipimpinya.Sedangkan rekruitmen pejabat lainnya, tata cara pengangkatanberdasarkan pengalaman dibidang yang akan dijabat ataupunmemiliki pengaetahuan yang cukup sesui jabatan yang di emban.Selain pengetahuan dalam rekrutman di utamakan pola modelmoralitas

Disamping hal tersebut, pengangkatan sultan ataupun pejabatpemeritahan negara harus mempunyai syarat yang tertera pada pasal 3,5, dan 6 Undang-undang Martabat Tujuh.28Khusus denganSiolimbona, sistem pengangkatannya melalui kalangan Kaomu.Pejabat negara kesultanan, selain sapati, dalam melaksanakan rodapemerintahannya wajib bertanggung jawab langsung kepada sultan.Perlu dijelaskan bahwa walaupun sapati dalam sistem pemerintahanadalah sebagai pemimpin dalam melaksanakan pemerintahan, dalammenjalankan tugasnya tidak bertanggung jawab terhadap sultan tetapibertanggung jawab terhadap dewanSiolimbona.

Jika dilihat dari tata cara pengangkatan para pejabat tersebutkeahlian dan kesempurnaan batinlah yang diutamakan. Tidak sepertihalnya era modern ini pejabat atau pemimpin yang duduk dalampemerintahan ada indikasi tidak berdasarkan keahlian. Adapun pejabatyang ditempatkan sesuai keahliannya itu hanya sedikit ataupun secarakebetualan. Dari beratus-ratus jabatan kemungkinan hanya terdapatsatu atau dua orang pejabat yang sesuai dengan keahliannya. Dewasa

27Pasal,1,3,4 dalam pasal pertama mempunyai intisari mngenai pokok adatberlandaskan perikemanusiaan, pasal ketiga mengenai sifat sifat dasar seorangpemimpin, dan pasal keempat yang mejelaskan intisari pokok-pokok adatKesultanan Buton.

28Pasal 3 menjelaskan sifat-sifat yang diwajibkan atas pemimpinmasyarakat, Pasal 5 menjelaskan 7 sifat tuhan yang harus di teladani, Pasal 6susunan dalam pembentukan sarah pada dan pangkat-pangkat.

Page 18: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

37Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

ini dalam rekruitmen pejabat ada indikasi faktor moralitas bukanmerupakan hal yang sangat prinsipal lagi. Ini dapat dilihat padabeberapa pejabat negara yang terindikasi perbuatan korupsi ataupunamoral yang berkelebihan.

Pengawasan Agenda dalam Ketersedian Lembaga Negara diKesultanan Buton

Kesultanan Buton dalam penerapan pemerintahannyamenganut sistem pemisahan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yangluas. Hal ini di dasari oleh pasal 1 UU Murtabat Tujuh.29Cabang-cabang tersebut terdiri dari; eksekutif (Sultan), Legislatif (Siolimbona)dan yudikatif (Kenepulu), hal ini sejalan dengan teori pembagiankekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu lebih dikenal denganTeori trias politika, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, untuksistem pemerintahannya menganut sistem presidensial dimana rajasebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. PemerintahanKesultanan Butondalam menjalankan tugas negara dibantu olehjajaran birokrasi yang berada pada wilayah ibukota kesultananmaupun birokrasi yang bertugas diluar ibukota.

Pemerintahan Kesultanan Buton diatur oleh satu konstitusitertulis yang oleh masyarakat Buton dikenal dengan undang-undangMurtabat Tujuh Sara Wolio. Dalam konstitusi Undang-undangMurtabat Tujuh, implementasi pemerintahan menggunakan sistem“Resposible Government” (pemerintahan yang bertanggung jawab).Negara menggunakan prinsip pemisahan lembaga dan pemisahandaerah kekuasaan dengan tujuan untuk menghindari kekuasaan yangtumpah tindi (separation of powers). Pembagian wilayahpemerintahan terdiri dari wilayah pusat pemerintahan yang berada diibukota kesultanan, wilayah Barata, berada di daerah-daerah Baratadan wilayah Kadie berada di daerah-daerah Kadie. Masing-masingwilayah tersebut dipimpin oleh seorang Bonto atau Lakina.

Pemilihan kepala wilayah, baik daerah Barata maupun Kadie,

29Pasal 1 Undang-undang Murtabat Tujuh yang menjelaskan pokok adatberdasarkan falsafah

Page 19: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

38Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

dipilih langsung oleh masyarakatnya tanpa campur tangan pemerintahpusat. Kebijakan dan urusan rumah tangga daerah Barata diserahkansepenuhnya kepada daerah Barata (otonomi penuh). Khusus daerahKadiedalam perihal pemimpin apabila salah satu Kadie tidakmempunyai seorang calon pemipin, seorang Bonto yang bertugasmengontrol pemerintahan di daerah Kadie diperbolehkan menjadipemimpin Kadie. Dengan persetujuan Sultan atas permintaanmasyarakat setempat. Daerah Barata di samping mempunyai hakotonom, juga merupakan daerah pertahanan keamanan negaraKesultanan. Apabila ada penyerangan dari luar, daerahBaratalah yangmengadakan perlawanan terlebih dahulu. Kapitalao akanmengeluarkan kebijakan (bantuan) apabila Barata yang bersangkutanmeminta batuan. Tanpa permintaan dari Barata, kapitalao tidak berhakikut campur dalam kebijakan daerah Barata walaupun kapitalao dalamnegara modern adalah seorang menteri pertahanan dan keamanan.Proses pemilhan pemimpin setiap kesultanan di nusantara mempunyaitahapan yang berbeda-beda baik dari proses penjaringan sultan dantata cara pelantikannya. Untuk Kesultanan Buton terdiri dari beberapatahapan; pertama melalui sistem kepartaian, kedua tahap Fali, (setelahmemperoleh calon dari tiap partai), ketiga tahap Penetapan calonSultan, dan keempat.

Page 20: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

39Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Gambar 1. Tahapan Pemilihan Sultan

Keistimewaan Konstitusi Murtabat TujuhBerbicara tentang keistimewaan suatu konstitusi berarti

berbicara pula tentang sejauh mana konstitusi itu dapatmensejahterakan dan menciptakan kedamaian dalam masyarakatnya.Semua konstitusi mempunyai keistimawaan. Keistimawaan setiapundang-undang dapat dilihat pada seberapa konstribusi Undang-undang tersebut dapat menjamin ketentraman, keadilan dankenyamanan masyarakatnya keistimewaan undang- undang MurtabatTujuh:

Pertama, sebagai dasar ilmu dan sumber hukum dalamketatanegaraan yang mengambil hikmat Al-Quran dan hadits yangdipersatukan dalam kesatuan sistem yaitu sistem pemerintahan,berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Murtabat tujuh bersiat universaldengan kata lain nilai yang terkandung dalam murtabat Tujuh dapatditerapkan kapan saja dan dimana saja. Jika dilihat dari letak geografisyang beranekaragam suku dan budaya serta bahasa yang berbeda diKesultanan Buton, dapat dikatakan sebagai Nusantara mini.Kendatipun masyarakat sangat plural dan memiliki bahasa yangberaneka ragam, nilai- nilai Murtabat Tujuh dapat menyatukan seluruhlapisan masyarakat di Kesultanan Buton.30 nilai yang bersifatuniversal tersebut bisa dilihat pada falsafah yang terkandung dalamMurtabat Tujuhyaitu “Bincci-bhinciki kuli” (nilai rasa empati) dalampemaknaannya bisa diartikan mencubit kulit sendiri sebelummencubit kulit orang lain maksud dari falsafah tersebut adalahmengenai rasa empati yang tinggi serta rasa saling menghormati danmenghargai.

Nilai rasa tersebut dapat mempersatukan negara KesultananButon. Binci-bhinciki kuli dalam pergaulan sehari-haridimanifeestikan dalam bentuk saling menyayangi satu sama lain,

30Abubakar, Op.cit. hlm 81

Page 21: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

40Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

saling menghormati satu sama lain, saling memelihara satu sama laindan saling taat menaati. Taat menaati bukan karena kedudukan ataujabatan seirang sehingga ia ditaati tetapi karena setiap manusimemiliki hak lebih yaitu hak asasi. Hak ini tidak boleh dilanggar olehsiapapun.31 Empat dasar inilah yang ditrapkan oleh masyarakat Butondalam kehidupan berbangsa danbernegara. Penerapan nilai-nilaiMurtabat tujuh tersebut dapat menciptakan akhlak yang baik dan tidakmenyinggung perasaan orang lain. Dengan terciptanya akhlak yangbaik, masing-masing orang atau masyarakat akan bekerja sesuaiaturan yang dikehendaki oleh semua pihak. Dengan demikiankerukunan, kedamaian dan kesejahteraan yang diinginkan dapatterwujudkan.

Kedua, undang-undang Murtabat tujuh digali dari ilmu Tasawufkhususnya ilmu kebatinan yang mengadopsi dari Murtabat Tujuh ersiIbnu Arabi dan digali dari dua puluh sifat Allah SWT melalui jalanijtihhad sehingga mampu bertahan dalam segala zaman. Nilai yangterkandung dalam undang-undang Murtabat Tujuh tiada lain adalahmemanusiakan manusia, menjadi manusia Khaliffatullah, sejahteraZahir maupun bathin. Oleh sebab itu, rakyatnya patuh dan tundukterhadap pemerintah melalui hokum adat. Seseorang yang tidakberadap dan beradat, jelas sekali orang itu menghianati agamanyayang dipanutinya. Sehingga pada jamanya orang akan merasa malukalau dikatakan tidak beradat dan lebih baik mati daripada dikatakandemikian.

Ketiga, nilai-nilai Murtabat Tujuh bersifat horizontal dan vertical,Murtabat Tujuh menjamin dan mengatur kehidupan masyarakat bukanhanya kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat. Nilai-nilai yangterkandung didalamnya adalah:1. Nilai agama yang mendalam2. Nilai kemanusiaan yang tinggi3. Nilai sosial yang kokoh

31Pasal 3 undang-undang Murtabat Tujuh. Dalam pasal ini berisi mengenaisifat-sifat yang diwajibkan oleh seorang pemimpin untuk memimpin masyarakatnya

Page 22: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

41Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

4. Nilai persatuan yang kental5. Nilai kebangsaan yang tinggi6. Nilai kejujuran yangt ransparan.

Tidak ada sendi kehidupan, pengetahuan dan peradabanmanusia yang tak tersentuh gairah pemikiran politik. Politikdigunakan untuk beragam makna. “politik bisa berarti seperangkathipotesa mengenai proses atau institusi pemerintahan, atau juga bisamerujuk pada prinsip-prinsip dan norma-norma yang mengontrolperilaku politik. Aristoteles sepakat dengan Plato bahwa manusiaadalah hewan politik yang bisa memenuhi wataknya hanya dalampolis; bahwa negara adalah institusi moral yang ada untuk membantumanusia mencapai kesempurnaanya; bahwa negara yang benarberupaya menciptakan kesejahteraan bagi semua dan bukan hanyauntuk kebaikansekelompok saja.32

Politik dalam Kesultan Buton disebut Gau/musyawarah.Permulaan segala peraturan negara berasal dari pemufakatan yangtidak lampau keputusan tetang negara atau hasil proses politik diKesultan Buton tercapai dengan baik melaui proses pemufakatanbersama. Nilai Murtabt Tujuh yang berhubungan dengan politikadalah nilai- nilai pengabdian maasyarakat terhadap negara yaitu;1. Ainda—indamo aurata sumanamo karo, (kepentingan diriorang

banyak lebih utama dari harta benda), adalah wujud daripengabdian dan pengorabanan rakyat terhadap sesame warganegara dan umat manusia, harta benda yang dimiliki seberapapunharganya rela dikorbankan demi keselamatan diri atau orangbanyak. Apalah artinya harta kalau diri atau masyarakat lain tidakmerasa aman dan nyaman, harta tidak mempunyai nilai, justru hartaitu akan menimbulkan kecemburuan masyarakat lain yang akanmengakibatkan persatuan menjadi renggang. Sehingga apabilakerenggangan ini terjadi persatuan untuk mencapai tujuan bersamanegara untuk mewujudkan keidupan yang sejahterah demikepentingan sediri ataupun orang lain dan harta bukanlahsegala-

32Lihat Schmandt. Op.cit. hlm 85

Page 23: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

42Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

galanya.2. Ainda-ndamo karo somanamo lipu (kepentingan negara lebih

utama dari kepentingan pribadi) karo adalah diri pribadi, orangseorng atau orang banyak, yang wajib dilindungi keselamatannyaoleh negara atau pemerintah namun untuk mempertahankan danmembela kepentingan yang lebih tinggi Lipu (negara), karo atauwarga negara rela berkorban demi membela dan mempertahankanlipu sekalipun mengorbankan nyawa mereka. Nilai ini wujud daripengabdian masyarakat terhadap kepentingannegara.

3. Ainda-indamo lipu somanamo sara, (kepentingan pemerintah lebihutama dari negara) Sara atau negara berazaskan musyawarahadalah milik bersama seluruh rakyat dan pemerintah. Negara wajibdipelihara dan dipertahankan keutuhannya dari bahaya yangmenganam dari manapun datangnya. Namun apabila kepentinganyang lebih tinggi dan lebih utama mengendakikeselamatanpemerintah (sara), bagian- bagian negara tertentu dalam keadaanterpaksa bolehdikorbankan

4. Ainda-indamo sara somanamo agama, (agama lebih utama daripemerintah). Maksudnya apabila eorang atau beberapa orang aparatkesultanan berbuat melanggar peraturan negara atau melanggarhokum yang berlaku, aparat yangbersangkutan wajibdisingkarkan dari jabatannya demi keutuhan agama yangmenduduki tingkat tertinggi pada falsafah Buton. atau denganmakna lain sara dikatakan bahwa lebih penting dari negara. Namunapabila keadaan yang sangat genting dimana keselamatan sarahbenar-benr sudah terancam, dua alternative terpaksa harus diambil;1) pemerintah menyerah, asalkan agama selamat 2) pemerintah ikutterjunkemedanperangdengankeyakinanmerakaberjuangdanmatidijalanyangbenar demi membela kebenaran.33

33Morsidi, 1990. Undang-undang dasar pemerintahan kerajaan sendiri diButon. Baubau. Jurnal Hlm 11

Page 24: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

43Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

PenutupKesimpulan

Pertama, proses peralihan sistem pemerintahan pada masaKesultanan Buton terjadi dua kali, yaitu pada masa peralihan kerajaanke kesultanan dan pada saat periode sultan ke empat yang merubahdari monarki menjadi monarki kontitusional ditambah praktekdemokrasi yang terkandung dalam penyelenggaraan pemerintahannya.Kedua, dalam penyelenggaraan pemerintahaan Kesultanan Butonterjadi praktik demokrasi ala Murtabat Tujuh Sarana Wolio, yangpeneliti padukan dengan syarat demokrasi Robert Dahl: 1) Partisipasiefektif dalam Kesultanan Buton, 2) Tanggung jawab politik dalamKesultanan Buton, 3) Pengawasan agenda dalam ketersediaanlembaga negara di Kesultanan Buton 4) Keterwakilan orang dewasamelalui tahap pemilihan Sultan. Ketiga, keistimewaan konstitusiKesultanan Buton terlihat dari penerapan niali-nilai falsafah yangterkandung didalamnya dan bisa di terima secara universal oleh semuamasyarakat Buton yang berbagai macam suku, seperti halnya falsafahBhinci-bninciki kuli yang bermaksna empati yang tinggi terhadapsesame manusia.. Jabatan Sultan, pemimpin desa serta masyarakatbisa saling menghormati danmenghargai.

RekomendasiPertama, perubahan transisi pemerintahan yang terjadi di

Kesultanan Butonmengingatkan kembali akan peristiwa transisipemerintahan Indonesia yang bergulir dari era orde lama, orde baru,dan reformasi. Sehingga menjadikan bahan pembelajaran untukperbandingan transisi pemerintahan negara Indonesia kecil versikerajaan dan negara Indonesia pasca kemerdekaan.

Kedua, praktik demokrasi yang terjadi di KesultananButonbelumlah sepenuhnya sempurna seperti halnya demokrasiprosedural yang dipaparkan Robert Dahl, untuk unsur pemangkukepentingan penting dalam struktur pemerintahan tetap di kuasai oleh

Page 25: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

44Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

beberapa golongan walaupun dalam proses penyelenggaraanpemerintahannya cenderung terbuka dan lebih demokratis. Ketiga,konstitusi Kesultanan Buton sendiri mulai tersisihkan di masa kini,orang-orang di Pulau Buton sudah mulai melupakan ajaran-ajaranyang tertuang dalam konstitusi tersebut, disinilah peran pemerintahbaik Kota Baubau ataupun Provinsi Sulawesi Tenggara untukmelestarikan warisan-warisan leluhur, untuk dilestarikan dan dimunculkan kembali sehingga biasa menjadi bahan acuanpembelajaran kedepannya.

Daftar PustakaAbubakar, 1999, Majalah Budaya Buton “Wolio Molagi” Edisi, I, II,

III. Kendari: Yayasan WolioMolag,Agung, Ide Agung Gde. 1985. Dari Negara Indonesia Timur ke

Republik Indonesia Serikat. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press

Berg, E.J. van den, 1939, Adatgebruiken In Erband Met DeSultansinstallatie In Boeton, TBG. Vol.79

Bungin Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT GrafindoPersada. Jakarta CorteseoArmado, 1944. The Suma Oriental ofTome Pires. Vol. 1. London: Printed ForThe Hakluyt Society

Dahl, 2003. Perihal Demokrasi, Yayasan Obor Indonesia, CetakanPertama Edisi Terjemahan, Jakarta

Darmawan. 2009. Naskah Buton, Naskah Dunia. Respect. BauBau.Danandjaja, James., 1994. Folklore Indonesia Ilmu Gosip, Dongen,

dan Lain-lain. Jakarta: GrafitiDe Jong, J.J.P., 1998. De Waaier van het Fortuin. Den Haag: der

uitgeerijHunt Lynn, 1989. The new cultural history. Los Angeles; University

of California Press.Husein A. Chalik dkk, 1985. Sejarah Sosial Daerah Sulawesi

Tenggara. Jakarta: Inventarisasi Dan DokumentasiDepdikbud

Page 26: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

45Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Ikram, 2001, Istiadat Tanah Negeri Buton Edisi Teks dan Komentator,Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam MetodologiSejarah . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ligtvoet, A., 1878. Beschrijving en Geshiednis van Boeton. Belanda:Gravehagen. BKI No.26

Muchir, 2003, Sara Pataaguna Memanusiakan Manusia MenjadiManusia Khalifatullah Di Bumi Kesultanan Butuni. Tarafu.Buton

Moleong. 2013. Metode Peneliatian Kualitatif Edisi Revisi, PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.Purwardi, 2009, Sejarah Sastra Jawa Klasik. Panji Pustaka.

Yogyakarta.Said D., 2006. Menelusuri Jejak Kota Baubau dalam Lintas Sejarah

Nusantara. Prisma.Baubau

Schoorl J.W., 1994. Power, Ideology, And Change In The Early StateOf Buton. State And Trade In The IndonesiaArchipelago. Belanda: Laiden KITLV Press.

--------------., 2003. Masyarakat, Sejarah,, dan Budaya Buton.Djambatan. Jakarta Soekanto, 2001, Hukum adat Indonesia, P.T

Raja Grafindo, Jakarta.Susanto Zuhdi, 2010.Sejerah Buton yang terabaikan Labu Rope Labu

Wana, PT Grafindo Persada, Cetakan Pertama, Jakarta.Pamudji, 1983, Perbandingan Pemerintahan, P.T Bina Aksara, JakartaPramudito. 2006. Kitab Negara Kartagama : sejarah tata

pemerintahan dan peradilan Keraton Majapahit. gelombangpasang. Yogyakarta

Priyadi Sugeng. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Sejarah.Penerbit Ombak.

YogyakartaResink, G.J., 1987. Raja dan Kerajaan yang Merdeka di Indonesia

1850-1910: Enam tulisan Terpilih (terjemahan). Jakarta:Penerbit Jambatan

Page 27: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

46Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

Rodee,C.C, 1995, Introduction to Political Science edisi terjemahan,P.T Raja grafindo, Jakarta

Tarafu, 1996, Martabat Tujuh Dayanu Ikhsanuddin Jilid 1, Lamra.Buton

Yunus, 1995, Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan Di KesultananButon Pada Abad Ke-19, Indonesian Netherland CorporationIn Islamic Studies, Jakarta.

Zaenu La Ode, 1985, Buton dalam Sejarah Kebudayaan, Suradipa,Surabaya Zahari, 1977, Sejarah Dan Adat Fiy Darul ButuniJilid, I, II, III, Depdikbud, Jakarta HASIL PENELITIANDANJURNAL

Aslim, 1995. Kesultanan Buton pada masa pemerintahanMuhamad Idrus 1824- 1851.Yogyakarta: Skripsi S1

Universitas Gajah MadaDeparteman Agama Republik Indonesia, 2000, Al-Quran dan

Terjemahannya, Jakarta: CV. AtlasHaliadi, 2000. Buton Islam dan Islam Buton: Islamisai, Kolonialisme,dan Sinkretisme.

Yogyakarta: Tesis Pascasarjana UGMHasanudin Anwar. Jurnal : Warisan Demokrasi GorontaloJumadi. 2010. Konsep Demokrasi To Manurung. Jurnal Al-Risalah ;

Volume 10 Nomor 2NovemberMattulada, H.A., 1993. Kepemimpinan Dan Demokrasi Dalam Tradisi

Masyarakat Nusantara. Ujung Pandang: Majalah IlmiahUniversitas Hasanuddin Edisi XXIX No.1

Nurhayati, 2003. Sistem Pemerintahan Kesultanan Buton Pada MasaKepemimpinan Dayanu Ikhsanuddin, Yogyakarta; TesisProgram Pascasarjana S2 Universitas Gajah Mada.

Niampe. 2009. Kesultanan Buton dalam Sejarah dan NaskahNusantara. Kendari. Jurnal Universitas Halu Oleo

Parani,J., 1982. Sumber Tradisional untuk Penulisan Sejarah Buton.Jakarta: Makalah seminar sejarah nasional III

Said D., 1984. Pengaruh Perkembangan Islam Terhadap MasyarakatButon Abad XV- XX. Ujung pandang; Skripsi S1 FPIPS-IKIP

Page 28: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN …

Muh Ide Apurines: PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA….

47Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018

--------., 1993. Sejarah Birokrasi Pemerintahan Pada Masa KesultananButon. Kendari; Laporan hasil penelitian

Saidi, Mohd, dkk, 2001, Studi Sosiologi Cultural Dan HistorisTentang Dasar-Dasar Adat Dan Budaya MasyarakatButon, Hasil Penelitian Proyek Inentarisasi Adat DanBudaya Masyarakat Buton, Baubau

Zahari. 1980. Sejarah masuknya islam di Buton danperkembangannya. Jurnal