prakarsa pemerintah daerah dalam upaya … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu...

104
PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH DAN PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STAF AHLI MENTERI PPN BIDANG PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN Jl. Taman Surapati No. 2 Jakarta 20310

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA

PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

DAN PEMBANGUNAN DAERAH

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

STAF AHLI MENTERI PPN BIDANG PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

Jl. Taman Surapati No. 2 Jakarta 20310

Page 2: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

ii

Page 3: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

iii

PENGARAH :

Taufik Hanafi

PENANGGUNG JAWAB :

Taufik Hanafi

TIM PENYUSUN :

Taufik Hanafi (Kontributor/editor)

Retno Dwi Surjaningsih (Kontributor)

Ira Irawati (Kontributor)

Uly Faoziyah (Kontributor)

Tri Rahayu Wulansari (Kontributor)

Fajar Sumirat (Kontributor/editor)

ISBN : 978-602-61004-1-2

INFORMASI LEBIH LANJUT :

Staf Ahli Bidang Pemerataan dan Kewilayahan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional

Fax : (021) 31927475

Telp : (021) 31927475

Page 4: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

iv

Page 5: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

v

ABSTRAK

Kesenjangan antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi di Indonesia masih

merupakan salah satu tantangan penting dalam pembangunan nasional. Saat ini,

kesenjangan antar wilayah di Indonesia dipandang relatif masih cukup tinggi, khususnya

kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur

Indonesia (KTI). Oleh karena itu, upaya untuk melakukan percepatan pemerataan

pembangunan, termasuk mengurangi ketimpangan pembangunan antarkelompok sosial-

ekonomi dan antarwilayah menjadi salah satu agenda pembangunan nasional. Prakarsa

pemerintah daerah dalam mengurangi kesenjangan di masing-masing daerahnya menjadi

sangat penting.

Ada beberapa masalah penting yang berkaitan dengan program inovasi pemerintah daerah

terkait pengurangan kesenjangan wilayah. Pertama, adanya ketidakjelasan penetapan

tupoksi stakeholder yang terlibat dan lemahnya penyiapan kelembagaan masyarakat

penerima manfaat. Kedua, panjangnya rentang kendali sehingga menyebabkan tahapan-

tahapan program tidak berjalan dengan baik. Selain itu, masih lemahnya pemberdayaan

masyarakat, pendampingan dan adanya perubahan kebijakan pemerintah daerah karena

adanya pergantian pimpinan kepala daerah ikut berpengaruh terhadap keberlanjutan

program inovasi di daerah.

Oleh karena itu program inovasi yang diinisiasi oleh pemerintah dengan hirarki lebih tinggi

perlu membagi peran dan kewenangan dengan pemerintah di bawahnya. Pembagian peran

dan kewenangan ini perlu diatur secara jelas melalui regulasi yang berlaku, sehingga

terdapat kepastian hukum pagi masing-masing pihak untuk melaksanakan program inovasi.

Pemberian kewenangan dan peran pada pemerintah yang lebih rendah perlu diimbangi

dengan kebijakan insentif untuk mendorong kinerja pemerintah di bawahnya dalam

pencapaian tujuan yang diharapkan.

Untuk memastikan efektifitas kelembagaan di tingkat penerima manfaat tersebut, pihak

pemerintah dan pemerintah daerah sebagai inisiator program perlu menyiapkan kebijakan

berupa penetapan mekanisme dan prasyarat bagi pembentukan kelembagaan penerima

manfaat. Kelembagaan yang kuat di tingkat masyarakat dapat meningkatkan efektifitas

pendistribusian berbagai program tersebut agar saling komplementer dan tidak saling

tumpang tindih. Selain itu, kelembagaan yang baik di tingkat masyarakat juga dapat

menjadmin kemandirian dan keberlanjuta program di masa datang.

Pada akhirnya, dalam hampir semua program inovasi, kebutuhan tenaga pendamping

(fasilitator) memegang peranan yang signfikan dalam menjamin efektifitas pencapaian

tujuan. Adapun fungsi utama pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi

dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan masyarakat dengan pihak lain. Oleh

karenanya, untuk menjamin keberlanjutan proses pendampingan, sudah saatnya

dipertimbangkan pengembangan pendamping yang memiliki kemampuan dan pemahaman

Page 6: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

vi

yang lebih baik terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat sebagai sasaran program

inovasi di daerah.

Page 7: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

vii

KATA PENGANTAR

Kesenjangan antarwilayah di Indonesia disadari masih merupakan tantangan utama dalam

pembangunan nasional. Pada dasarnya kesenjangan pembangunan antarwilayah

merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu wilayah. Akibat dari

perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga

menjadi berbeda-beda. Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini berimplikasi terhadap

kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat antarwilayah, yang dapat mengganggu

stabilitas keamanan wilayah akibat kecemburuan masyarakat terutama yang berasal dari

daerah dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.

Sejalan dengan era otonomi daerah dan desentralisasi, upaya pengurangan kesenjangan

wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting.

Pemahaman terhadap karakteristik persoalan yang dihadapi serta rentang kendali yang

lebih pendek menjadi potensi bagi pengelolaan prakarsa pengurangan kesenjangan wilayah

yang lebih efektif dan lebih mudah dipantau. Dengan adanya kewenangan tersebut, maka

berbagai prakarsa dan inovasi pemerintah daerah dan masyarakat untuk menggali potensi

daerah akan lebih dapat digerakan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses

pembangunan daerah secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara

bersamaan ketimpangan pembangunan antarwilayah dapat pula dikurangi.

Beberapa hal penting yang mengemuka dalam program inovasi daerah adalah pentingnya

pembagian peran antara pemerintah daerah dengan lembaga non-pemerintah serta pihak

terkait (stakeholder) lain yang memiliki peran dalam upaya pengurangan kesenjangan

wilayah. Distribusi peran yang baik akan berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan

inovasi program pengurangan kesenjangan wilayah sekaligus mengurangi beban

pemerintah daerah.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaikan laporan ini, baik Kementerian/Lembaga, pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang telah berpartisipasi aktif dan memberikan

kontribusi penting dalam penyusunan laporan ini.

Jakarta, Desember 2017

Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

Bidang Pemerataan dan Kewilayahan

Taufik Hanafi

Page 8: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

viii

Page 9: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK V

KATA PENGANTAR VII

DAFTAR ISI IX

DAFTAR TABEL XI

DAFTAR GAMBAR XIII

BAB 1 PENDAHULUAN 15

1.1 KESENJANGAN WILAYAH DI INDONESIA 16 1.2 KEBIJAKAN NASIONAL PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH 20 1.3 OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI 24 1.4 INOVASI 26 1.5 RUMUSAN PERMASALAHAN 28 1.6 TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN 29 1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN 29

BAB 2 METODOLOGI 31

2.1 PENDEKATAN DAN KERANGKA BERPIKIR 32 2.2 RUANG LINGKUP 34 2.3 METODA PENGUMPULAN DATA 35

2.3.1 DATA SEKUNDER 35 2.3.2 DATA PRIMER 36

2.4 METODA ANALISIS 39 2.4.1 METODA PERHITUNGAN KESENJANGAN 39 2.4.2 METODA ANALISIS PRAKARSA INOVASI DAERAH 41

BAB 3 PRAKTEK INOVASI DAERAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN WILAYAH 43

3.1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENGURANGAN KESENJANGAN

WILAYAH 44 3.2 PRAKTEK INOVASI DI DAERAH 47 3.3 PENDEKATAN INOVASI 55 3.4 TAHAPAN INOVASI 62

3.4.1 TAHAPAN INOVASI BIDANG EKONOMI 63 3.4.2 TAHAPAN INOVASI BIDANG PENDIDIKAN 67

Page 10: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

x

3.4.3 TAHAPAN INOVASI BIDANG KESEHATAN 69 3.5 RENTANG KENDALI 70 3.6 KELEMBAGAAN 74

3.6.1 KELEMBAGAAN INISIATOR 74 3.6.2 KELEMBAGAAN MASYARAKAT PENERIMA MANFAAT 75 3.6.3 PERAN STAKEHOLDER 76

3.7 KEBERLANJUTAN 80

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 83

4.1 KESIMPULAN 84 4.2 REKOMENDASI 90

DAFTAR PUSTAKA 97

LAMPIRAN PROFIL KESENJANGAN WILAYAH 99

Page 11: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 SASARAN POKOK PEMBANGUNAN NASIONAL RPJMN 2015 – 2019 TERKAIT

KESENJANGAN WILAYAH 22

TABEL 1.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATETGI PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG RPJMN

2015-2019 TERKAIT KESENJANGAN WILAYAH 24

TABEL 3.1 KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENGURANGAN KESENJANGAN

WILAYAH 45

TABEL 3.2 BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN

KESENJANGAN WILAYAH BIDANG EKONOMI 49

TABEL 3.3 BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN

KESENJANGAN WILAYAH BIDANG PENDIDIKAN 50

TABEL 3.4 BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN

KESENJANGAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN 50

TABEL 3.5 BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN

KESENJANGAN WILAYAH BIDANG INFRASTRUKTUR 51

Page 12: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

xii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 PERAN PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL (2010 DAN 2016)... 17

GAMBAR 1.2 PERKEMBANGAN DAN TARGET GINI RASIO ..................................................... 18

GAMBAR 1.3 SHARE KONSUMSI PER KAPITA MENURUT KELAS EKONOMI (%) TAHUN

2016-2017 ........................................................................................................ 18

GAMBAR 1.4 TIGA PILAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN ...................................................... 21

GAMBAR 1.5 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RPJM 2015-2019 ................. 22

GAMBAR 1.6 KARAKTERISTIK INOVASI .................................................................................. 27

GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN KAJIAN PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM

UPAYA PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH ................................ 34

GAMBAR 3.1 KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN

PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH ............................................ 44

GAMBAR 3.2 SEBARAN INOVASI TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BERDASARKAN SEKTOR DAN WILAYAH ........................................................... 52

GAMBAR 3.3 TAHAPAN INOVASI BIDANG EKONOMI .............................................................. 65

GAMBAR 3.4 TAHAPAN INOVASI BIDANG PENDIDIKAN ......................................................... 68

GAMBAR 3.5 TAHAPAN INOVASI BIDANG KESEHATAN .......................................................... 70

GAMBAR 3.6 EFEKTIFITAS RENTANG KENDALI PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH 72

GAMBAR 3.7 EFEKTIFITAS PROGRAM DAN RENTANG KENDALI BERDASARKAN KARAKTER

DAERAH ............................................................................................................. 72

GAMBAR 3.8 ANALISIS PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN INOVASI

PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH ............................................ 79

GAMBAR 4.1 TAHAPAN REPLIKASI PROGRAM PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH .. 95

Page 14: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

14

bagian ini dikosongkan

Page 15: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Bab 1

PENDAHULUAN

Page 16: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

16

1.1 Kesenjangan Wilayah di Indonesia

Salah satu tantangan pembangunan nasional yang masih mengemuka adalah masih

tingginya kesenjangan (disparitas) pembangunan, yang antara lain berupa kesenjangan

sosial-ekonomi dan kesenjangan antarwilayah. Berbagai definisi dan pengertian telah

dikemukakan oleh sejumlah lembaga maupun peneliti global. Berdasarkan definisi OECD

(2003), kesenjangan wilayah (regional disparities) menggambarkan perbedaan intensitas

yang dimanifestasikan melalui fenomena ekonomi yang diamati pada sejumlah wilayah

dalam satu negara. ILO (2002) menyebutkan bahwa kesenjangan wilayah adalah perbedaan

performa ekonomi dan kesejahteraan antarwilayah. Peneliti lain (Gajdos, 2006)

menyebutkan bahwa kesenjangan wilayah adalah perbedaan atau ketidaksamaan

karakteristik, fenomena atau kondisi lokasi dan terjadi minimal di antara dua entitas dari

struktur wilayah. Ketimpangan harus dinilai dari berbagai aspek seperti sosial, kondisi lokasi,

politik dan administrasi, kelembagaan, lingkungan, infrastruktur umum, dan lain-lain.

Kesenjangan wilayah di Indonesia dipandang relatif masih cukup tinggi, khususnya

kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur

Indonesia (KTI). Selama 30 tahun (1986-2016) kontribusi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) KBI sangat dominan dan tidak pernah kurang dari 80 persen terhadap PDB.

Kesenjangan antarwilayah juga dapat dilihat dari masih terdapatnya 122 kabupaten yang

merupakan daerah tertinggal. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah desa

dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa-kota maupun antara kota-kota perlu

ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi, yang pada gilirannya akan

memberikan beban dan masalah sosial di wilayah perkotaan.

Dilihat dari peran masing-masing pulau dalam pembentukan PDB Nasional, peranan Pulau

Jawa dan Sumatera dalam pembentukan PDB Nasional masih mendominasi (lebih kurang

80%). Meskipun tidak terlampau signifikan, kontribusi wilayah Timur terhadap PDB Nasional

mulai mengalami peningkatan (Gambar 1.1). Untuk mengurangi kesenjangan wilayah, RPJM

Nasional 2014 – 2019 menargetkan kontribusi PDB luar Jawa terhadap pembentukan PDB

Nasional sebesar 45 – 47% pada tahun 2019, meningkat dibanding tahun dasar 2014

sebesar 41%. Salah satu kebijakan yang dikembangkan untuk mencapai sasaran tersebut

adalah mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah melalui peningkatan

kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku

dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah; mempercepat

pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; serta mengoptimalkan

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Isu kesenjangan wilayah ini juga terkait dengan isu pemerataan pembangunan, dimana isu

pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya

dengan perkembangan kawasan regional, melalui peringkat indeks pembangunan inklusif

atau Inclusive Development Index (IDI), yang dirilis World Economic Forum (WEF) tahun

2017. Secara umum, WEF melihat negara-negara berkembang menunjukkan peningkatan

pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakatnya. Dari 79 negara berkembang,

Indonesia menempati peringkat ke-22 indeks pemerataan pembangunan, di bawah Thailand

dan Malaysia, yang masing-masing menempati posisi 12 dan 16.

Page 17: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 17

Gambar 1.1

PERAN PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL (2010 DAN 2016) Sumber: BPS, 2016

Secara umum, perkembangan tingkat kesenjangan antarwilayah di Indonesia dapat dilihat

dari nilai Gini Rasio. Gini Rasio (atau koefisien) adalah alat untuk mengukur derajat

ketidakmerataan distribusi pendapatan penduduk. Ini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu

sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel

tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili

persentase kumulatif penduduk. Semakin besar rasio semakin tinggi pula kesenjangan

pendapatan antara kelompok masyarakat satu dan yang lainnya

Berdasarkan perkembangan Gini Rasio nasional, sejak 2015 terjadi penurunan Gini Rasio

meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Pada tahun 2014 Gini Rasio Indonesia

tercatat sebesar 0,408, dimana pada tahun 2015 dan 2016 mengalami penurunan masing-

masing menjadi 0,397 dan 0,393 (Gambar 1.2).

Laporan Bank Dunia tahun 2015 juga menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi

Indonesia selama dekade terakhir lebih banyak memberikan manfaat yang begitu besar bagi

kelompok 20 persen penduduk terkaya di Indonesia (World Bank, 2015). Kondisi ini

mendorong tingkat kesenjangan kehidupan ekonomi penduduk Indonesia saat ini mencapai

tingkat yang relatif tinggi. Bahkan, kesenjangan ekonomi Indonesia ini tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan ketimpangan yang terjadi di negara-negara tetangga Asia Timur.

Laporan Bank Dunia tersebut juga menyebutkan bahwa Gini Rasio di Indonesia berkaitan erat

dengan pergerakan harga komoditas, dimana kenaikan dan penurunan harga komoditas

tersebut berpengaruh terutama pada 20% penduduk terkaya di Indonesia. Penurunan harga

komoditas melemahkan pendapatan dan daya beli kelompok berpenghasilan tinggi ini.

Berdasarkan data Susenas 2016-2017 yang diolah oleh Bappenas (2017), Gini Rasio pada

bulan Maret 2017 mencatat angka sebesar 0,393 atau turun sebesar 1,5 Gini poin dibanding

tahun 2015. Penurunan Gini Rasio tersebut terjadi karena adanya pengurangan proporsi per

kapita pada desil paling atas, sementara kelompok menengah dan terbawah mulai

mengalami kenaikan (Gambar 1.3).

Sumatera(

Jawa(

Kalimantan(

Sulawesi(

Bali(dan(Nusa(Tenggara(

Maluku(dan(Papua(

Sumatera(

Jawa(

Kalimantan(

Sulawesi(

Bali(dan(Nusa(Tenggara(

Maluku(dan(Papua(

P. JAWA 56,27%

P. JAWA 58,51%

P. SUMATERA 22,38%

P. SUMATERA 22,03%

P. KALIMANTAN 9,40%

P. KALIMANTAN 7,83%

P. SULAWESI 5,19%

P. SULAWESI 6,04%

P. BALI & NUSA TENGGARA

3,03%

P. BALI & NUSA TENGGARA

3,12% P. MALUKU &

PAPUA 2,70%

P. MALUKU & PAPUA 2,46%

2010 2016

Page 18: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

18

Gambar 1.2

PERKEMBANGAN DAN TARGET GINI RASIO

Sumber: Bappenas, 2017

Gambar 1.3

SHARE KONSUMSI PER KAPITA MENURUT KELAS EKONOMI (%) TAHUN 2016-2017

Sumber: Pengolahan data Susenas maret 2016-2017, Bappenas, 2017

Gambaran di atas menunjukkan bahwa ketimpangan dan kesenjangan antarwilayah di

Indonesia relatif masih cukup tinggi. Percepatan pemerataan dan keadilan serta kesenjangan

antarwilayah masih menjadi salah satu tantangan utama pembangunan Indonesia,

sebagaimana juga termaktub dalam RPJM Nasional 2014 – 2019.

0.368

0.378

0.410

0.410

0.413 0.406 0.408

0.397

0.393 0.400

0.390

0.380 0.380

0.340

0.350

0.360

0.370

0.380

0.390

0.400

0.410

0.420

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Gin

i R

asi

o

Tahun Realisasi Target

17.02

36.09

46.89

17.12

36.47

46.41

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

40% Kelompok Terbawah

40% Kelompok Menengah

20% Kelompok Teratas

%

2016

2017

Page 19: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 19

Pada dasarnya kesenjangan pembangunan antarwilayah merupakan aspek yang umum

terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu wilayah. Ketimpangan disebabkan oleh adanya

perbedaan potensi sumber daya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada

masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam

mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda-beda. Selain itu juga dapat terjadi

akibat adanya perbedaan kondisi demografis, kurang lancarnya arus mobilitas barang dan

jasa, konsentrasi ekonomi kegiatan wilayah, serta alokasi dana pembangunan antar wilayah.

Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini berimplikasi terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat antarwilayah, yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara akibat

kecemburuan masyarakat terutama yang berasal dari daerah dengan tingkat kesejahteraan

lebih rendah.

Syafrizal (1996) mengemukakan bahwa kesenjangan antarwilayah dapat diakibatkan oleh

berbagai faktor, di antaranya adalah: (a) perbedaan kandungan sumberdaya alam; (b)

perbedaan kondisi geografis; (c) kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa; (d) konsentrasi

kegiatan ekonomi wilayah; serta (e) alokasi dana pembanagunan antar-wilayah.

Meskipun kesenjangan antarwilayah hampir tidak mungkin dihilangkan sama sekali, namun

upaya untuk mengurangi tingkat kesenjangan antarwilayah perlu dilakukan. Hal ini untuk

menghindari berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan akibat tingginya kesenjangan

antarwilayah. Tingginya kesenjangan antarwilayah dapat mengancam kestabilan kondisi

sosial-ekonomi diantaranya:

Tingginya kesenjangan antarwilayah memiliki potensi dampak negatif terutama

terhadap kohesi sosial politik. Meskipun pertumbuhan ekonomi berlangsung cukup

tinggi, namun akan muncul persepsi publik bahwa kesejahteraan belum dapat

dinikmati oleh semua orang, sehingga keadilan dan pemerataan belum terjadi;

Kesenjangan yang meningkat akan mengurangi pertumbuhan ekonomi melalui

beberapa hal, diantaranya: perubahan pola permintaan, perubahan ukuran pasar

domestik, berkurangnya kegiatan kewirausahaan, keterkaitan ekonomi politik dan

instabilitas bagi perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan lain sebagainya;

Ketidakmampuan kelompok miskin kronis keluar dari kemiskinan akan

memperlebar kesenjangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini

masih cukup besar jumlah masyarakat miskin dan rentan yang tidak terlindungi

atau mendapatkan manfaat bantuan dan jaminan sosial.

Oleh karena itu, upaya untuk melakukan percepatan pemerataan pembangunan, termasuk

mengurangi ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan antarkelompok sosial-

ekonomi dan antarwilayah menjadi salah satu agenda pembangunan nasional. Sasaran

pembangunan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan ini mempunyai peran penting

dalam mendukung terwujudnya agenda prioritas (Nawa Cita) Pemerintahan Presiden Joko

Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, khususnya dalam pasal 3 Nawacita,

yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah–daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan”. Komitmen nasional ini tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 dalam dimensi

pembangunan “Pemerataan dan Kewilayahan”.

Page 20: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

20

1.2 Kebijakan Nasional Pengurangan Kesenjangan Wilayah

Kebijakan Nasional Pengurangan Kesenjangan Wilayah di Indonesia bertolak dari Nawacita

sebagai visi dan misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Nawacita

kemudian diintegrasikan ke dalam RPJMN 2015 – 2019 sebagai dokumen perencanaan

pembangunan nasional.

Nawa (sembilan) Cita (harapan, agenda, keinginan) pemerintahan, merupakan konsep besar

untuk memajukan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian; dengan tiga ciri

utama, yaitu: NEGARA HADIR, MEMBANGUN DARI PINGGIRAN, DAN REVOLUSI MENTAL. 9

(sembilan) agenda untuk mewujudkan visi tersebut adalah sebagai berikut:

dimana kebijakan 5, 6, dan 7 mengarah pada upaya untuk peningkatan pemerataan dan

keadilan.

Kesembilan agenda tersebut, selanjutnya diperkuat dengan tiga kebijakan fundamental, yang

kesemuanya terkait langsung dengan pengurangan kesenjangan wilayah, yaitu:

Terdapat tiga pilar yang menjadi fokus percepatan pembangunan, dengan dua pilar pertama

dan kedua yang terkait khusus dengan pengurangan kesenjangan wilayah. Berikut ketiga

pilar tersebut beserta tujuannya:

Page 21: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 21

Gambar 1.4

TIGA PILAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN

RPJM 2015-2019 menetapkan visi pembangunan nasional:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN

BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Dari 7 (tujuh) Misi Pembangunan Nasional yang ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

pembangunan nasional tersebut, terdapat misi yang terkait langsung dengan pengurangan

kesenjangan yaitu: Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

Adapun secara umum strategi pembangunan nasional yang dilakukan dalam kurun waktu

tahun 2015-2019 terdiri dari tiga dimensi sebagaimana tertera pada Gambar 1.5. Dimensi

pembangunan pemerataan dan kewilayahan ditujukan untuk antarkelompok pendapatan dan

antarwilayah (desa, luar Jawa, dan kawasan timur).

MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR JAWA DAN LUAR JAWA,

KHUSUSNYA INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DARAT, LAUT DAN UDARA

• KUALITAS MANUSIA INDONESIA MENINGKAT

• AKSES DAN INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN MENINGKAT

• MENINGKATKAN GURU GARIS DEPAN KE KAWASAN 3T (TERLUAR,

TERDEPAN, TERTINGGAL)

• PENGUATAN KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN

• MENINGKATKAN KAPABILITAS MASYARAKT LEWAT PENDIDIKAN

• MEWUJUDKAN KELUARGA INDONESIA SEHAT

• MENURUNKAN KEMATIAN IBU, BAYI DAN BALITA

• PROGRAM NUSANTARA SEHAT

• MEWUJUDKAN INDONESIA SEHAT

· DEREGULASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI

· PERIZINAN USAHA MAKIN SEDERHANA DAN CEPAT

· PERATURAN DAERAH YANG MENGHAMBAT PERDAGANGAN DAN

USAHA DIPANGKAS

DEREGULASI DAN

DEBIROKRASI

PERCEPATAN

INFRASTRUKTUR

PERCEPATAN PEMBANGUNAN

MANUSIA

Page 22: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

22

Gambar 1.5

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RPJM 2015-2019

Adapun sasaran pokok pembangunan nasional pada kesenjangan wilayah ialah sebagai

berikut.

Tabel 1.1

SASARAN POKOK PEMBANGUNAN NASIONAL RPJMN 2015 – 2019

TERKAIT KESENJANGAN WILAYAH

NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019

1. SASARAN MAKRO

Pembangunan Manusia dan Masyarakat

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,8 76,3

b. Indeks Pembangunan Masyarakat*) 0,55 Meningkat

c. Indeks Gini 0,41 0,36

d. Meningkatnya persentase penduduk yang menjadi peserta

jaminan kesehatan melalui SJSN Bidang Kesehatan

51,8%

(Oktober 2014)

Min. 95%

e. Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan

Pekerja formal

Pekerja informal

29,5 Juta

1,3 Juta

62,4 Juta

3,5 Juta

manusia

kemakmuran

Page 23: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 23

NO PEMBANGUNAN BASELINE 2014 SASARAN 2019

Ekonomi maktro

a. Pertumbuhan ekonomi 5,1%

(perkiraan)

8,0%

b. PDB per Kapita (Rp ribu) Tahun Dasar 2010

PDB per Kapita (Rp ribu) Tahun Dasar 2000

43.403

41.163

72.217

c. Inflasi 8,4% 3,5%

d. Rasio Pajak Tahun Dasar 2010 ***) 11.5% 16,0%

e. Tingkat Kemiskinan 10,96% **) 7,0-8,0%

f. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,94% 4,0-5,0%

2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Pendidikan

a. Rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun 8,1 (tahun)

(2013)

8,8 (tahun)

b. Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15

tahun

94,1% (2013) 96,1%

3. SASARAN PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN

Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi

1. Tingkat kemiskinan (%) 10,96% 7,0 - 8,0%

2. Tingkat Pengangguran Terbuka 5,94% 4,0%-5,0%

5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah

1. Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional

a. Sumatera 23,8 *) 24,6

b. Jawa 58,0 *) 55,1

c. Bali – Nusa Tenggara 2,5 *) 2,6

d. Kalimantan 8,7 *) 9,6

e. Sulawesi 4,8 *) 5,2

f. Maluku - Papua 2,2 *) 2,9

2 Pembangunan Perdesaan

a. Penurunan desa tertinggal -- d.d. 5.000 desa

tertinggal

b. Peningkatan desa -- Paling sedikit 2.000

desa mandiri

3. Pengembangan Kawasan Perbatasan

a. Pengembangan Pusat Ekonomi Perbatasan (Pusat

Kegiatan Strategis Nasional/PKSN)

3 (111 lokasi

prioritas)

10 (187 lokasi

priorias)

b. Peningkatan keamanan dan kesejahteraan

masyarakat perbatasan

12 pulau-pulau

kecil terluar

berpenduduk

92 pulau kecil

terluar/terdepan

4. Pembangunan Daerah Tertinggal

a. Jumlah Daerah Tertinggal 122 (termasuk

9 DOB)

42

b. Kabupaten terentaskan 70 80

c. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah

tertinggal

7,1% *) 7,24%

d. Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal 16,64% 14,0%

e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah

tertinggal

68,46 69,59

Keterangan

*) rata-rata 2010-2014

Sumber: Buku I RPJMN 2015 – 2019

Lebih lanjut, arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 yang tekait dengan

pengurangan kesenjangan antarwilayah adalah :

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;

2) Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan;

3) Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.

Terdapat pula arah kebijakan dan strategi pengarusutamaan dan pembangunan lintas bidang

naisonal terkait kesenjangan wilayah. Untuk pemerataan dan penanggulangan kemiskinan,

Page 24: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

24

sasaran utama dan arah kebijakan yang terkait dengan pengurangan kesenjangan adalah

sebagai berikut.

Tabel 1.2

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATETGI PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG RPJMN 2015-2019 TERKAIT

KESENJANGAN WILAYAH

Pembangunan Lintas Bidang Arah Kebijakan

Pemerataan dan Penanggulangan

Kemiskinan

Sasaran utama (impact) :

1. Menurunnya tingkat kemiskinan pada kisaran 7 – 8 persen pada akhir

2019.

2. Mengupayakan penurunan tingkat ketimpangan pada akhir tahun 2019

sekitar 0,36, agar pendapatan penduduk 40,0 persen terbawah meningkat,

dan beban penduduk miskin berkurang.

Arah Kebijakan:

1. Membangun landasan yang kuat agar ekonomi terus tumbuh;

2. Menghasilkan kesempatan kerja yang berkualitas;

3. Meningkatkan produktivitas sektor/subsektor ekonomi;

4. Penyelenggaraan perlindungan sosial yang komprehensif;

5. Perluasan dan peningkatan pelayanan dasar.

Sumber: Buku II RPJMN 2015 – 2019

NAWACITA dan RPJMN 2015-2019 tersebut di atas selanjutnya akan menjadi arahan dalam

penentuan keberhasilan pengurangan kesenjangan wilayah, baik bagi Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah. Khusus untuk pelaksanaan kebijakan di tingkat pemerintah

daerah, prinsip desentralisasi menjadi penting. Kebijakan mengenai desentralisasi ini

tercantum dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, di mana

desentralisasi merupakan penyerahan urusan Pemerintah dari Pemerintah Pusat kepada

daerah otonom (pemerintah daerah) berdasarkan asas otonomi. Berdasarkan undang-

undang tersebut, asas desentralisasi untuk pengurangan kesenjangan wilayah, diterapkan

dengan pertimbangan bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tentunya pembagian urusan pemerintahan di

pusat dan daerah sesuai dengan pembagian urusan konkuren (dibagi antara Pemerintah

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota), dengan prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan

eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.

1.3 Otonomi Daerah dan Desentralisasi

Sejak diterapkannya UU No. 29 tahun 1999 yang direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan

direvisi lagi menjadi UU No. 34 Tahun 2014, telah terjadi pergeseran pelaksanaan

administrasi publik di Indonesia yang semula menganut asas sentralisasi menjadi

desentralisasi. Dengan penerapan sistem desentralisasi ini maka pemerintah daerah

mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

Page 25: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 25

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2014, yang dimaksud dengan desentralisasi adalah

penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom

berdasarkan asas otonomi. Hoessein (dalam, Muluk 2007: 9) mengungkapkan bahwa

desentralisasi mencakup dua elemen pokok, yaitu pembentukan daerah otonom, dan

penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah otonom tersebut. Dari kedua elemen pokok

tersebut lalu lahirlah apa yang disebut sebagai local government.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, terdapat urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah

pusat yang dikenal dengan istilah urusan pemerintahan absolut dan ada urusan

pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan konkuren terdiri atas urusan pemerintahan

wajib dan urusan pemerintahan pilihan yang dibagi antara pemerintah pusat, daerah provinsi,

dan daerah kabupaten/kota. Berdasarkan urusan konkuren tersebut dilakukan pembagian

kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

urusan pemerintah konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan

otonomi daerah.

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 23/2014). Pemberian otonomi yang seluas-

luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di

samping itu melalui otonomi luas dalam lingkungan strategis globalisasi, diharapkan daerah

mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menjalankan otonomi daerah, kebijakan

yang dibuat dan dilaksanakan oleh daerah merupakan bagian integral dari kebijakan

nasional. Pembedaannya adalah terletak pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi,

inovasi, daya saing, dan kreativitas daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di

tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara

keseluruhan.

Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya bertujuan agar daerah terdorong untuk kreatif

dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam melakukan pembangunan sesuai

dengan kebutuhan dan karekteristik masing-masing daerah. Pada umumnya desentralisasi

dilaksanakan oleh adanya dorongan politik yang bertujuan untuk: (1) meningkatkan

wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah; (2) meningkatkan keikutsertaan

masyarakat dan penyelenggaraan pelayanan masyarakat, yang resposif terhadap kebutuhan

masyarakat; (3) memperkuat kerja sama dan integrasi pelayanan masyarakat di daerah; (4)

restrukturisasi dan efisiensi pelayanan masyarakat; serta (5) mendukung inovasi dan

pengembangan pelayanan masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah dan disentralisasi pembangunan diyakini juga dapat digunakan

untuk mengurangi tingkat kesenjangan pembangunan antarwilayah. Hal ini jelas karena

Page 26: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

26

dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan daerah, termasuk

daerah terbelakang akan dapat lebih digerakan karena ada wewenang yang berada pada

pemerintah daerah dan masyarakat tersebut. Dengan adanya kewenangan tersebut, maka

berbagai inisiatif dan aspirasi masyarakat untuk menggali potensi daerah akan lebih dapat

digerakan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah secara

keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan

pembangunan antar wilayah dapat pula dikurangi.

Berdasarkan hal tersebut, upaya pengurangan kesenjangan wilayah dan pengentasan

kemiskinan serta pemerataan pembangunan yang mengacu pada berbagai hal yang

termasuk dalam urusan konkuren perlu dilakukan pula oleh Pemerintah Daerah sesuai

dengan pembagian kewenangan yang diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2014.

Pengembangan upaya pengurangan kesenjangan dan pengentasan kemiskinan serta

pemerataan pembangunan yang dilakukan di daerah ditujukan untuk mengejar

ketertinggalan daerah terhadap wilayah lainnya dalam rangka pengurangan kesenjangan

wilayah secara nasional, penurunan tingkat kemiskinan untuk mengejar ketertinggalan

wilayah, maupun mengurangi kesenjangan antarwilayah di wilayahnya masing-masing.

Pengembangan upaya tersebut tentunya memanfaatkan kearifan masing-masing wilayah,

potensi yang dimiliki, daya saing wilayah, kreatifitas daerah, maupun inovasi daerah.

Inovasi yang dilakukan pada suatu daerah dapat mendorong majunya daerah tersebut

dibanding daerah lainnya. Oleh karenanya, diperlukan upaya dan perlindungan untuk

mendorong setiap kegiatan yang bersifat inovatif di daerah dalam rangka memajukan

daerahnya dan mensejahterakan masyarakatnya.

1.4 Inovasi

Inovasi adalah sebuah ide, praktek atau objek yang dianggap baru oleh individu. Inovasi

dapat berupa produk atau jasa baru, teknologi proses produksi yang baru, sistem struktur

dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota organisasi. Pada dasarnya terdapat

berbagai definisi terkait dengan inovasi. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002

mendefinisikan Inovasi sebagai kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan

yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang

baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke

dalam produk atau proses produksi. Definisi yang dikemukakan oleh peraturan perundang-

undangan tersebut lebih mengacu pada inovasi terhadap penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Dalam literatur modern, inovasi sendiri memiliki pengertian yang sangat beragam serta

banyak perspektif yang mencoba memaknainya. Salah satu pengertian menyebutkan bahwa

inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses menciptakan dan menawarkan jasa

atau barang baik yang sifatnya baru, lebih baik atau lebih murah dibandingkan dengan yang

tersedia sebelumnya. Pengertian ini menekankan pemahaman inovasi sebagai sebuah

kegiatan (proses) penemuan (invention). Sedangkan dalam Damanpour dijelaskan bahwa

Page 27: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 27

sebuah inovasi dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang

baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota organisasi.

Sejalan dengan itu menurut Everett M. Rogers (1983), salah satu penulis buku inovasi

terkemuka, menjelaskan bahwa an innovation is an idea, practice, or object that is perceived

as new by individual or other unit of adopter. Jadi inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek

atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang

atau kelompok untuk diadopsi.

Pengertian dari Damanpour maupun Rogers ini menunjukkan bahwa inovasi dapat

merupakan sesuatu yang berwujud (tangible) maupun sesuatu yang tidak berwujud

(intangible). Sehingga dimensi dari inovasi sangatlah luas. Memaknai inovasi sebagai sesuai

yang hanya identik dengan teknologi saja akan jadi menyempitkan konteks inovasi yang

sebenarnya. Sedang Stephen Robbins (1994) mengemukakan bahwa Inovasi adalah suatu

gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau

proses dan jasa.

Albury (2003) secara lebih sederhana mendefinisikan inovasi sebagai new ideas that work.

Ini berarti bahwa inovasi adalah berhubungan erat dengan ide-ide baru yang bermanfaat.

Inovasi dengan sifat kebaruannya harus mempunyai nilai manfaat. Sifat baru dari inovasi

tidak akan berarti apa-apa apabila tidak diikuti dengan nilai kemanfaatan dari kehadirannya.

Berdasarkan berbagai definisi dan pengertian terkait inovasi tersebut, setidaknya terdapat 3

(tiga) komponen utama pembentuk inovasi, yaitu: (a) adanya gagasan baru; (b) adanya

produk/jasa yang dihasilkan; serta (c) adanya kebaruan.

Gambar 1.6

KARAKTERISTIK INOVASI

Selanjutnya terdapat lima prinsip yang dapat menumbuhkan inovasi dari dalam diri individu

atau organisasi. Kelima pronsip yang dimaksud meliputi

a. Inovasi yang mempunyai tujuan dan sistematis, dimulai dengan menganalisis

sumber peluang inovatif;

INOVASI

GAGASAN BARU

PRODUK/JASA

KEBARUAN

Page 28: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

28

b. Inovasi yang bersifat konseptual dan perseptual. Keharusan inovasi adalah pergi

keluar untuk melihat, bertanya, dan mendengarkan, memperhatikan para

pelanggan, para pemakai, mempelajari harapan mereka, menilai kebutuhan

mereka;

c. Agar efektif sebuah inovasi harus sederhana dan harus difokuskan;

d. Inovasi yang efektif dimulai dari kecil, pertama kali membutuhkan dana seadanya,

orang seadanya, dan sekedar pasar yang kecil dan terbatas;

e. Sebuah inovasi yang berhasil harus mengarah pada kepemimpinan di dalam

lingkungan tertentu.

1.5 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, pada dasarnya Indonesia masih menghadapi permasalahan dan

tantangan terkait kesenjangan antar-wilayah, baik antara kawasan Barat dan kawasan Timur

Indonesia, antara kawasan perkotaan dan perdesaan, antara kawasan perbatasan dan

hinterland, dan lain sebagainya.

Kesenjangan antarwilayah di Indonesia tidak terlepas dari adanya keragaman potensi sumber

daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik.

Keberagaman ini dapat menjadi sebuah keunggulan dalam satu sisi, namun disisi lain dapat

berpotensi menjadi sumber instabilitas sosial dan politik nasional. Dalam konteks

kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Kesenjangan antarwilayah juga

dapat mengakibatkan instabilitas. Kesenjangan antarwilayah yang terjadi di Indonesia selain

mengakibatkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, juga dapat

mendorong timbulnya kecemburuan sosial dari masyarakat di wilayah yang kurang

berkembang terhadap masyarakat yang lebih maju.

Oleh karenanya perhatian terhadap upaya pengurangan kesenjangan wilayah perlu menjadi

prioritas pembangunan. Meskipun tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, kesenjangan

antarwilayah tetap harus diupayakan untuk dikurangi. Salah satu prinsip dasar yang harus

dipegang para pengambil kebijakan adalah bahwa kesenjangan perekonomian antarwilayah

masih dapat ditoleransi sejauh tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional dan tidak

menciptakan ketidakmerataan pendapatan yang luar biasa dalam masyarakat. Dengan kata

lain, upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat haruslah mendapatkan prioritas

utama dibandingkan redistribusi perekonomian daerah.

Upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah yang dilakukan oleh Pemerintah saat ini

adalah mengupayakan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan yang diwujudkan

dalam konsep pembangunan nawacita yang diwujudkan melalui nawacita ke tiga, yaitu

“membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah–daerah dan desa dalam

kerangka negara kesatuan”. Komitmen nasional ini tertuang dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 dalam dimensi pembangunan

“Pemerataan dan Kewilayahan”.

Page 29: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 29

Sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah, seiring dengan berkembangnya

otonomi daerah dan desentralisasi, upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah juga perlu

dilakukan di tingkat pemerintah daerah, baik dalam rangka mengejar ketertinggalan

wilayahnya maupun dalam rangka mengurangan kesenjangan antarwilayah di masing-masing

wilayahnya. Upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah yang dilakukan di daerah tentu

saja perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi serta permasalahan yang dihadapi

masing-masing daerah. Otonomi daerah memberi keleluasaan untuk upaya kreatifitas dan

inovasi bagi daerah dalam mengembangkan kebijakan dan strategi untuk mengurangi

kesenjangan antarwilayah di masing-masing daerah.

Upaya prakarsa inovasi di daerah dalam rangka mengurangi kesenjangan antarwilayah

tersebut perlu didorong dan dikembangkan. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap

upaya dan prakarsa dari berbagai inovasi yang telah dilakukan di daerah dalam rangka

mengurangan kesenjangan antarwilayah.

Hal inilah yang mendasari dilakukannya kajian terhadap prakarsa dan inovasi di daerah

dalam rangka mengurangi kesenjangan antarwilayah. Kajian ini dilakukan Bappenas untuk

menghasilkan masukan bagi penyiapan rekomendasi untuk penyiapan kebijakan bagi upaya

untuk lebih mendorong prakarsa daerah dalam pengurangan kesenjangan antarwilayah

maupun memberikan rekomendasi bagi upaya replikasi praktek-praktek baik (good practices)

yang sudah dilakukan.

1.6 Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Tujuan pelaksanaan kajian prakarsa pemerintah daerah dalam pengurangan kesenjangan

antarwilayah dan pembangunan ini adalah untuk memberikan masukan kebijakan dalam dan

strategi nasional dalam mendorong prakarsa dan inovasi Pemerintah Daerah dalam

pengurangan kesenjangan dan pembangunan daerah.

Adapun sasaran yang diharapkan adalah:

a. Identifikasi kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia;

b. Identifikasi kebijakan pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah di

Indonesia;

c. Identifikasi prakarsa dan inovasi pemerintah daerah dan masyarakat dalam

pengurangan kesenjangan pembangunan wilayah;

d. Penyusunan rekomendasi kebijakan dan strategi pengurangan kesenjangan dan

pembangunan daerah.

1.7 Sistematika Pembahasan

Secara umum laporan akhir Prakarsa Pemerintah Daerah dalam Pengurangan Kesenjangan

Wilayah dan Pembangunan Daerah ini akan terdiri dari 4 (empat) Bab. Pada bagian pertama

ini merupakan uraian terkait latar belakang dan konsideran terhadap diperlukannya

Page 30: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

30

pengkajian terhadap berbagai prakarsa pemerintah daerah yang dilakukan melalui berbagai

inovasi dalam rangka pengurangan kesenjangan wilayah yang terjadi di Indonesia.

Pada bab selanjutnya secara berturut-turut diuraikan sebagai berikut:

Bab 2 Metodologi

Pada bagian ini diuraikan metodologi yang digunakan dalam melaksanakan

pengkajian prakarsa pemerintah daerah dalam pengurangan kesenjangan wilayah,

antara lain meliputi pendekatan dan kerangka berpikir yang digunakan, ruang

lingkup kajian, serta metoda pengumpulan data dan metoda analisis yang

digunakan.

Bab 3 Praktek Inovasi Daerah dalam Pengurangan Kesenjangan Antarwilayah

Bagian ketiga ini menguraikan berbagai praktek inovasi yang dilakukan di daerah

terkait dengan upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Pada bagian ini

dimulai dengan identifikasi terhadap berbagai kebijakan pemerintah dalam upaya

pengurangan kesenjangan antarwilayah di Indonesia, dilanjutkan dengan

identifikasi praktek inovasi terkait pengurangan kesenjangan antarwilayah, serta

berbagai analisis yang mengkaji bentuk, proses, kelembagaan, rentang kendali, dan

hal-hal lain yang terkait dengan pengembangan inovasi.

Bab 4 Kesimpulan dan Rekomendasi

Pada bagian terakhir ini diuraikan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan

terutama menguraikan simpulan terhadap sintesa yang dilakukan pada bagian

sebelumnya terhadap pembelajaran dari hasil proses-proses inovasi yang dilakukan

di daerah terkait upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah. Sedang

rekomendasi diberikan sebagai masukan bagi pengembangan kebijakan nasional

untuk mendorong pengembangan inovasi di daerah dalam rangka pengurangan

kesenjangan antarwilayah serta rekomendasi untuk proses replikasi praktek baik

inovasi yang sudah dilakukan.

Page 31: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 31

Bab 2

METODOLOGI

Page 32: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

32

2.1 Pendekatan dan Kerangka Berpikir

Upaya untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar kelompok sosial ekonomi dan

antar wilayah menjadi salah satu agenda pembangunan nasional. Hal ini diwujudkan oleh

agenda prioritas (Nawacita) Pemerintahan Bapak Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden

Bapak Muhammad Jusuf Kalla, khususnya dalam membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah–daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Komitmen

nasional ini selanjutnya tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015 – 2019.

Pada skala global, bagaimana metoda untuk mengukur kesenjangan (disparitas) antar

wilayah telah menjadi perhatian di kalangan peneliti dan pengambil keputusan. Ukuran

untuk melihat kesenjangan antarwilayah yang umum dilakukan adalah perbedaan distribusi

pendapatan masyarakat. Berdasarkan kajian Villaverde dan Maza (2011), meskipun

sejumlah peneliti dan pengambil keputusan serta berbagai lembaga internasional telah

memberikan berbagai indikator yang berbeda-beda terkait pengukuran kesenjangan

(disparitas) antarwilayah, namun umumnya indikator yang biasa digunakan adalah indikator

PDRB per kapita. Berdasarkan hal tersebut, pengukuran tingkat kesenjangan antarwilayah

secara sederhana dapat diukur berdasarkan kesenjangan pendapatan perkapita

antarwilayah. Metoda yang digunakan untuk mengukur kesenjangan tersebut dapat

menggunakan berbagai cara, diantaranya yang umum digunakan antara lain adalah gini

rasio, Indeks Theill, Indeks Williamson, Tipologi Klassen, dan lain sebagainya.

Mengacu pada teori pembangunan wilayah, tingkat kesenjangan antarwilayah dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor geografi, sejarah, politik, kebijakan

pemerintah, administrasi, sosial dan ekonomi (Murti 2000; Rustiadi et.al, 2004). Syafrizal

(2012) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat 5 (lima) faktor yang menjadi penyebab

kesenjangan wilayah, yaitu :

a. Perbedaan kandungan sumber daya alam;

b. Perbedaan kondisi geografis;

c. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa;

d. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah;

e. Alokasi dana pembangunan antarwilayah.

Upaya untuk penanggulangan kesenjangan antarwilayah pada dasarnya dapat dilakukan baik

oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Lahirnya undang-undang tentang otonomi

daerah telah mendorong proses desentralisasi berbagai aspek dan kewenangan di daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah pada dasarnya bertujuan untuk mendorong kreatifitas daerah

dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam melakukan pembangunan sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing daerah. Proses pelaksanaan otonomi

daerah bertujuan untuk melakukan pembangunan yang berkeadilan dan mampu mengangkat

secara ekonomi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Di sisi lain, desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk otonomi daerah memberikan

kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengelola wilayahnya sesuai dengan potensi dan

kebutuhan wilayahnya, termasuk terkait dengan kesenjangan antarwilayah. Adanya

Page 33: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 33

pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat ini memberikan peluang bagi daerah untuk

menentukan kebijakan dan program yang akan dilakukan di wilayahnya dan disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan wilayahnya. Selain itu, desentralisasi juga memberikan

peluang bagi daerah untuk melakukan inovasi–inovasi untuk mendorong percepatan

pembangunan daerahnya, yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi

terhadap pengurangan kesenjangan.

Mengacu pada hal tersebut, maka upaya dan strategi untuk penanggulangan kesenjangan

antar-wilayah perlu didorong untuk dilaksanakan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga

oleh pemerintah daerah. Upaya dan strategi penanggulangan kesenjangan antar-wilayah

oleh pemerintah daerah dilakukan baik untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di

wilayahnya terhadap wilayah lainnya, maupun dalam upaya untuk mengurangi kesenjangan

antarwilayah di dalam wilayahnya sendiri.

Upaya dan strategi penanggulangan kesenjangan antar-wilayah, baik yang dilakukan oleh

pemerintah maupun pemerintah daerah perlu didasarkan pada persoalan kesenjangan yang

dihadapi. Persoalan tersebut dapat mengacu pada upaya untuk mengurangi tingkat

kesenjangan pendapatan per kapita yang menjadi ukuran dasar tingkat kesenjangan

antarwilayah, maupun upaya/strategi untuk mengurangi tingkat kesenjangan berbagai faktor

yang mempengaruhi tingkat kesenjangan antarwilayah, seperti kondisi demografis, tingkat

aksesibilitas dan mobilitas, dan lain sebagainya.

Berbagai upaya dan strategi penanggulangan kesenjangan antarwilayah yang dilakukan di

daerah merupakan prakarsa dan inovasi yang dilakukan di masing-masing daerah yang

tentunya disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah.

Inovasi yang akan diamati dalam kajian ini sendiri akan difokuskan pada inovasi–inovasi

dalam rangka mengatasi faktor penyebab kesenjangan wilayah, baik upaya untuk mengatasi

kesenjangan sumber daya alam, demografi, mobilitas dan aksesibilitas, konsentrasi ekonomi,

maupun alokasi dana pembangunan. Penilaian inovasi sendiri hanya didasarkan pada

dimensi inovasi terkait dengan kepemimpinan, kelembagaan dan monitoring evaluasi,

keberlanjutan, transparansi, serta peran serta masyarakat. Berdasarkan analisa tersebut

diperoleh beberapa hal seperti bentuk dan pola prakarsa inovasi, pola keterlibatan

stakeholder serta pembelajaran good practices dari tiap prakarsa inovasi. Hasil analisis

tersebut menjadi landasan penyusunan rekomendasi kebijakan dan strategi pemerintah

dalam rangka mendorong peningkatan prakarsa pemerintah daerah.

Secara lebih detail, Gambar 2.1 di bawah ini menggambarkan alur kerangka pemikiran

pelaksanaan kajian prakarsa pemerintah daerah dalam upaya pengurangan kesenjangan

wilayah dan pembangunan daerah di Indonesia.

Page 34: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

34

Gambar 2.1

KERANGKA PEMIKIRAN KAJIAN PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH

DALAM UPAYA PENGURANGAN KESENJANGAN ANTARWILAYAH

2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup substansi kegiatan kajian Prakarsa Pemerintah Daerah dalam Upaya

Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut.

1. Kajian literatur terhadap pengembangan wilayah dan kesenjangan wilayah, pengukuran

tingkat kesenjangan wilayah, strategi pengurangan kesenjangan, teori inovasi, dan lain

sebagainya;

2. Kajian terhadap peraturan perundang–undangan dan kebijakan terkait pengurangan

kesenjangan dan pembangunan daerah serta kewenangan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah;

3. Identifikasi tingkat kesenjangan antar wilayah dan pembangunan daerah antarprovinsi

di Indonesia;

4. Identifikasi prakarsa inovasi daerah dalam pengurangan kesenjangan;

5. Identifikasi model-model prakarsa inovasi daerah menurut bidang pembangunan

(bidang ekonomi, bidang pendidikan, dan bidang kesehatan);

6. Identifikasi praktek-praktek baik (good practices) terkait inovasi di tingkat daerah, baik

dari sisi program, mekanisme dan dampak pelaksanaan program, serta pembelajaran

yang dapat diambil dari masing-masing good practices;

7. Identifikasi tahapan prakarsa inovasi daerah pada masing-masing bidang

pembangunan;

FAKTOR YANG BERPENGARUH

1. KESENJANGAN SUMBER DAYA ALAM

Page 35: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 35

8. Identifikasi keberhasilan program pengurangan kesenjangan, meliputi karakteristik

daerah, rentang kendali, serta peran masing-masing stakeholder dalam mendukung

pelaksanaan prakarsa inovasi daerah;

9. Rekomendasi kebijakan dan strategi pemerintah dalam mendorong peningkatan

prakarsa pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengurangan kesenjangan wilayah

dan pembangunan daerah.

2.3 Metoda Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang akurat dan

relevan serta dapat dipertanggung jawabkan dalam rangka penyusunan Kajian Prakarsa

Pemerintah Daerah dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan

Daerah. Berdasarkan cara pengumpulan dan jenis data menurut sumbernya, ada dua jenis

data yaitu data ada dan berasal dari sumber terpercaya (data sekunder), dan data yang

diperoleh secara langsung di lapangan (data primer).

2.3.1 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain dan ditujukan bukan untuk

kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini, tapi untuk beberapa tujuan lain. Hal yang

membedakan jenis data ini dengan data primer adalah apabila dalam data primer, telah

secara spesifik dirancang untuk menjawab tujuan penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam

hal pengumpulan data dan melakukan analisis data tersebut, tapi pada data sekunder

peneliti tidak melakukan secara langsung melakukan survey lapangan, tapi menerima data

yang telah diolah oleh orang lain yang sebenarnya tidak ditujukan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dari peneliti secara spesifik (Boslaugh 2007).

Dalam konteks kajian ini, data sekunder dibutuhkan untuk memberikan gambaran

kesenjangan antar wilayah di Indonesia dalam bentuk penilaian terhadap gini rasio dan

Indeks Williamson (akan dijelaskan mendetail pada bagian metode analisis). Gambaran

kesenjangan ini dibutuhkan untuk memberikan profil dan pola kesenjangan di Indonesia,

serta menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi yang akan diteliti secara

mendalam. Selain memberikan gambaran kesenjangan, data sekunder juga dibutuhkan

untuk memberikan gambaran kebijakan dan program pemerintah dalam pengurangan

kesenjangan wilayah. Peran penting lain data sekunder adalah memberikan gambaran awal

prakarsa inovasi yang telah dilakukan di tingkat daerah, baik yang diinisiasi oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor, maupun lembaga-

lembaga lainnya. Profil prakarsa inovasi daerah menjadi dasar dalam penyusunan identifikasi

model prakarsa inovasi daerah serta menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan inovasi

yang akan diteliti secara mendetail di tingkat daerah.

Adapun data-data sekunder yang dikumpulkan dalam kajian ini sebagai berikut.

Page 36: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

36

1. Data ketimpangan di Indonesia

Data-data ketimpangan yang dikumpulkan meliputi data-data statistik yang mampu

menggambarkan ketimpangan Indonesia secara garis besar (gini rasio) serta data-data

lain yang mampu menggambarkan faktor penyebab ketimpangan antar wilayah, seperti

sumber daya alam, demografi, mobilitas dan aksesibilitas, konsentrasi ekonomi, serta

alokasi dana pembangunan. Data ini didapatkan dari berbagai sumber, seperti BPS,

Bappenas, dan kementerian lain dengan unit kedalaman data provinsi di Indonesia.

2. Data kebijakan dan program pemerintah dalam pengurangan kesenjangan wilayah

Data kebijakan dan program pemerintah meliputi dokumen perencanaan pembangunan

pemerintah pusat, pemerintah daerah, yang secara spesifik berupaya untuk mengurangi

kesenjangan pembangunan antar wilayah. Dokumen-dokumen tersebut meliputi:

a. Kebijakan pemerintah pusat, seperti RPJMN, renstra kementerian/lembaga (yang

berkontribusi dalam pengurangan kesenjangan), dan rencana lain yang bertujuan

untuk mengurangi kesenjangan pembangunan

b. Kebijakan pemerintah daerah yang difokuskan pada daerah-daerah yang diperdalam

kajiannya dan atau daerah yang menjadi lokasi kunjungan lapangan, meliputi RPJPD,

RPJMD, dan dokumen perencanaan daerah lain terkait pengurangan kemiskinan dan

pengurangan kesenjangan.

3. Data dan informasi prakarsa inovasi daerah

Data dan informasi prakarsa inovasi daerah yang dikumpulkan adalah prakarsa inovasi

pada bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dengan data dan

informasi berupa tahun pelaksanaan program (beserta tahun berhentinya pelaksanaan),

deskripsi program (latar belakang, tujuan, mekanisme), instansi yang terlibat, serta

sasaran pelaksanaan program. Data dan informasi prakarsa inovasi dikumpulkan melalui

desk study dan pencarian dengan internet pada sumber-sumber antara lain:

a. Daftar Inovasi Administrasi Negara (LAN, 2016) (www.inovasi.lan.go.id);

b. Daftar Peraih Penghargaan Kepala Daerah Inovatif 2016 (http://daerah.

sindonews.com/read/1130600/21/ini-22-bupati-inovatif-2016-1470931806);

c. Top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Tahun 2014;

d. Model Community Development di Daerah, Pusat Kajian Otonomi Daerah, LAN,

2010;

e. http://indonesiaberinovasi.com/;

f. Dokumen Best Practice Kota-Kota, Apeksi, 2013 & 2015;

g. beberapa sumber lainnya.

2.3.2 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber datanya. Dalam

kajian ini data primer dibutuhkan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendetail

terkait pelaksanaan prakarsa inovasi daerah dalam rangka pengurangan kesenjangan

wilayah. Informasi mendetail yang didapatkan meliputi mekanisme pelaksanaan program,

peran dan keterlibatan masing-masing stakeholder untuk mendukung keberhasilan program,

dampak setelah program dilaksanakan, tantangan pelaksanaan program, serta pembelajaran

pelaksanaan program. Pengumpulan data primer dilakukan di tingkat pusat dan daerah.

Page 37: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 37

1. Pengumpulan data di tingkat pusat

Pengumpulan data di tingkat pusat dilakukan dengan metode Focus Group Discussion

untuk mendapatkan informasi

a. Focus Group Discussion 1 dilakukan pada tanggal 5 April 2017 dengan tujuan untuk

membangun pemahaman terkait konsep kesenjangan wilayah secara komprehensif,

baik berupa konsep dasar kesenjangan wilayah dan pembangunan, konsep

pengukuran kesenjangan wilayah dan pembangunan, pemahaman terhadap

persoalan terkait kesenjangan wilayah serta strategi pengurangan kesenjangan

wilayah dan pembangunan. FGD ini mengundang Kementerian/Lembaga (BPS;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Kesehatan; Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat; Kementerian Dalam Negeri; Kementerian Sosial;

Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan; serta Bappenas) serta akademisi;

b. Focus Group Discussion 2 dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2017 dengan tujuan

membangun pemahaman dan pembelajaran terhadap praktek-praktek prakarsa dan

inovasi di bidang ekonomi yang sudah dilakukan oleh daerah dalam rangka

pengurangan kesenjangan. Adapun prakarsa yang didiskusikan dalam kajian ini

adalah prakarsa yang diinisiasi oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah (Program

Anggur Merah Provinsi Nusa Tenggara Timur), serta lembaga non pemerintahan. FGD

ini mengundang Kementerian/Lembaga yang secara spesifik menangani

ketimpangan pembangunan.

2. Pengumpulan data di tingkat daerah

Pengumpulan data di tingkat daerah dilakukan dengan metode Focus Group Discussion,

in depth interview serta observasi lapangan.

a. Focus Group Discussion dilakukan pada kelompok diskusi dalam jumlah peserta

kecil yang dilakukan untuk menggali informasi dari berbagai pihak yang terkait upaya

pengurangan kesenjangan dengan menghadirkan SKPD terkait, lembaga non

pemerintah, serta kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat dalam program

prakarsa inovasi;

b. In-Depth Interview dilakukan pada sejumlah informan kunci yang dipandang memiliki

pemahaman dan pengetahuan yang cukup baik terkait prakarsa inovasi daerah.

Kegiatan wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lebih detail

mengenai sesuatu hal sekaligus melakukan verifikasi terhadap informasi yang

diperoleh dari pihak lain. Untuk keperluan wawancara mendalam ini digunakan

panduan daftar pertanyaan, agar pertanyaan yang diajukan lebih terstruktur.

Responden potensial dalam kegiatan wawancara mendalam ini antara lain adalah:

pejabat pemerintah daerah dimana institusinya memiliki kewenangan terkait

program/prakarsa/inovasi pengurangan kesenjangan wilayah; tokoh dalam

kelompok penerima manfaat dari program/prakarsa/inovasi pengurangan

kesenjangan wilayah; lembaga non-pemerintah yang terlibat/memiliki inisiatif dalam

prakarsa/inovasi pengurangan kesenjangan; dan lain sebagainya;

c. Observasi Lapangan, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran langsung

mengenai kondisi lapangan, khususnya kondisi sosial-ekonomi masyarakat penerima

program serta dampak pelaksanaan program di lapangan.

Page 38: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

38

Adanya keterbatasan waktu kajian, menyebabkan tidak seluruh provinsi di Indonesia

dilakukan survey secara mendalam di tingkat lokal. Survey lapangan dilakukan pada

wilayah-wilayah yang memenuhi beberapa pertimbangan sebagai berikut.

1. Lokasi kunjungan lapangan memiliki beberapa prakarsa inovasi terkait pengurangan

kesenjangan wilayah yang telah diidentifikasi oleh tim kajian sebelumnya;

2. Prakarsa inovasi pengurangan kesenjangan wilayah yang ada di lokasi kunjungan

mewakili bentuk-bentuk inovasi, seperti bentuk pemberdayaan masyarakat, bentuk

stimulan, dan lain sebagainya;

3. Prakarsa inovasi terkait pengurangan kesenjangan wilayah yang ada di lokasi

kunjungan telah dilakukan dalam beberapa tahun dan menunjukkan dampak positif

terhadap pengurangan kesenjangan wilayah;

4. Diupayakan prakarsa dan inovasi terkait pengurangan kesenjangan wilayah yang ada

di lokasi kunjungan wilayah masih berlangsung hingga saat dilakukannya kegiatan

kunjungan lapangan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, wilayah-wilayah yang dikunjungi sebagai berikut.

1. Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kunjungan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi prakarsa inovasi yang

dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. pada

pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur dilakukan penelitian mendetail terkait

praktik pelaksanaan Program Anggur Merah, Program Sekretariat Terpadu

Kerjasama Pembangunan Lembaga Internasional (SPADU KPLI), serta Program

Kerjasama G to G PRISMA (kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan AusAID).

Selain itu penelitian mendalam juga dilakukan di tingkat kabupaten/kota di provinsi

Nusa Tenggara Timur, yakni di Kota Kupang (Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat kota Kupang, Brigade Kupang Sehat, dan lain sebagainya), kabupaten

Kupang (implementasi Program Anggur Merah dan PRISMA), dan kabupaten Sumba

Barat (prakarsa inovasi yang diinisiasi oleh Lembaga Non Pemerintah).

Dalam kunjungan lapangan ini dilakukan metode Focus Group Discussion untuk

memahami secara mendetail Program Anggur Merah, sementara untuk program-

program prakarsa inovasi lainnya dilakukan melalui wawancara mendalam. Selain itu

juga dilakukan observasi lapangan untuk melihat keberhasilan implementasi

program di tingkat lokal.

2. Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

Kunjungan lapangan pada dua provinsi ini tidak mengidentifikasi atau meneliti

secara mendalam program prakarsa inovasi yang diinisiasi oleh pemerintah provinsi,

melainkan langsung pada program prakarsa dan inovasi yang diinisiasi oleh

kabupaten. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan penelitian mendalam

mengenai prakarsa yang diinisiasi oleh kabupaten Kulonprogo, yakni Gerakan Bela

Beli Kulon Progo. Sementara di provinsi Jawa Tengah, penelitian mendalam

dilakukan di Kabupaten Boyolali untuk meneliti program Desa Inovatif, yang diinisiasi

oleh Asosiasi Sapi Ternak Indonesia, Koperasi Unit Desa Boyolali (pengelolaan sapi

perah), serta program Pendampingan Petani (diinisiasi oleh lembaga non pemerintah

Rikolto).

Page 39: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 39

Pada kunjungan lapangan ini dilakukan dengan metode Focus Group Discussion

untuk memahami secara mendetail Gerakan Bela Beli Kulonprogo, sementara untuk

program-program prakarsa inovasi lainnya dilakukan melalui wawancara mendalam.

Selain itu juga dilakukan observasi lapangan untuk melihat keberhasilan

implementasi program di tingkat lokal.

3. Provinsi Jawa Timur

Kunjungan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi prakarsa inovasi yang

dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada tingkat

provinsi, program yang diteliti secara mendetail adalah Program Jalin Matra.

Sementara di tingkat kabupaten, program yang diteliti mendalam adalah Program

Satrya Emas yang diinisiasi oleh pemerintah kabupaten Pasuruan. Pada kunjungan

lapangan ini metode yang digunakan adalah Focus Group Discussion pada

stakeholder yang terlibat dalam pelaksanaan program.

2.4 Metoda Analisis

Secara umum metoda analisis yang digunakan dalam kajian ini terbagi menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu metoda untuk mengukur kesenjangan serta metoda analisis prakarsa inovasi

daerah. Metoda pengukuran kesenjangan dibutuhkan untuk memberikan gambaran

kesenjangan antar wilayah yang terjadi di Indonesia dan sebagai salah satu pertimbangan

dalam penentuan wilayah yang akan diteliti secara lebih mendetail. Sementara metoda

analisis prakarsa inovasi daerah dibutuhkan untuk menilai bentuk dan model prakarsa

inovasi daerah yang tepat diimplementasikan di tingkat lokal sesuai karakteristik wilayahnya

serta bentuk pelibatan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun lembaga non

pemerintah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

2.4.1 Metoda Perhitungan Kesenjangan

Pada awalnya, teori indeks ketimpangan (kesenjangan) dikembangkan untuk mengukur

ketimpangan pendapatan antar individu (Habanik et al 2013). Dalam perkembangannya

indeks tersebut diaplikasikan untuk mengukur fenomena yang lebih luas, yakni pengukuran

dengan basis wilayah. Melalui pengukuran ini dapat diketahui sejauh mana level

perkembangan wilayah dan seberapa besar perbedaan antara wilayah tersebut dengan

wilayah lain yang dijadikan sebagai acuan referensi (ketimpangan wilayah). Meskipun

digunakan pada cakupan yang lebih luas (wilayah), basis utama perhitungan kesenjangan ini

masih menggunakan basis pendapatan per kapita yang dianggap dapat merepresentasikan

kesejahteraan masyarakat serta distribusi pendapatan antar golongan masyarakat.

Metoda ini dibutuhkan dalam kajian ini untuk memberikan gambaran kesenjangan antar

wilayah yang terjadi di Indonesia dan sebagai salah satu pertimbangan dalam penentuan

wilayah yang akan diteliti secara lebih mendetail. Adapun teknik analisis yang digunakan

adalah Gini Rasio serta Indeks Williamson.

Page 40: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

40

1. Gini Rasio

Gini rasio merupakan salah satu ukuran untuk distribusi pendapatan atau kekayaan

yang menunjukkan pemerataan pendapatan dan kekayaan di antara populasi. Kurva

Lorenz menggambarkan persentase kumulatif total pendapatan yang diterima terhadap

jumlah kumulatif penerima, yang dimulai dengan individu atau rumah tangga termiskin.

Gini rasio mengukur luas daerah antara kurva Lorenz dan garis hipotetis dari

kesetaraan mutlak.

Indeks ini memiliki nilai antara 0 hingga 1. Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat

merata, yang artinya setiap orang memiliki jumlah penghasilan atau kekayaan yang

sama persis. Sementara nilai 1 menunjukkan bahwa distribusi pendapatan timpang

sempurna, sehingga satu orang sangat kaya, sementara orang lainnya miskin.

𝐺 = 1

𝑛(𝑛 + 1 − 2 (

∑ (𝑛 + 1 − 𝑖)𝑦𝑖𝑛𝑖=1

∑ 𝑦𝑖𝑛𝑖=1

))

dimana yi adalah pengeluaran per kapita rumah tangga i, dan i = 1 hingga n indexed di

indeks tidak dalam urutan yang menurun (𝑦𝑖 ≤ 𝑦𝑖+1)

Penggunaan gini rasio dalam kajian ini menggambarkan ketimpangan antar distribusi

pendapatan antar kelompok masyarakat di Indonesia (masyarakat berpendapatan

tinggi, menengah, dan rendah). Meskipun demikian penggunaannya belum mampu

menggambarkan ketimpangan pendapatan regional serta kaitannya dengan proporsi

jumlah penduduk antar wilayah di Indonesia, sehingga dibutuhkan teknik analisis lain

untuk membantu menggambarkan ketimpangan di Indonesia secara lebih

komprehensif.

2. Indeks Williamson

Indeks Williamson merupakan pendekatan untuk mengukur derajat ketimpangan antar

wilayah yang didasarkan pada PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah

penduduk per daerah. Apabila Indeks Williamson mendekati nol, maka ketimpangan

pendapatan antar kabupaten/kota rendah juga pertumbuhan ekonomi antar daerah

merata. Namun, apabila Indeks Williamson bernilai mendekati satu, maka ketimpangan

distribusi pendapatan antar kabupaten/kota tinggi dan mengindikasikan pertumbuhan

ekonomi antar daerah tidak merata. Adapun rumus dari Indeks Williamson sebagai

berikut.

𝐶𝑉𝑤 = √∑(𝑌𝑖 − ��)2𝑓𝑖/𝑛

��

Keterangan

CVw = Indeks Williamson

fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)

n = Jumlah penduduk pada wilayah yang lebih luas (jiwa)

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i (Rupiah)

y = PDRB per kapita rata-rata pada wilayah yang lebih luas (Rupiah)

Page 41: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 41

Penggunaan Indeks Williamson dilakukan untuk melengkapi kekurangan teknik analisis

gini rasio, sehingga ketimpangan dapat digambarkan dengan mempertimbangkan

pendapatan regional serta proporsi jumlah penduduk dalam wilayah tersebut. Selain itu

melalui perhitungan ini dapat pula diketahui seberapa besar pengaruh sumber daya

(khususnya migas) terhadap ketimpangan wilayah di dalam suatu provinsi.

2.4.2 Metoda Analisis Prakarsa Inovasi Daerah

Secara umum metode yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis kualitatif. Analisis

kualitatif mengkaji hubungan, kegiatan, situasi, atau material dengan penekanan kuat pada

deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu

kegiatan atau situasi tertentu (Fraenkel & Wallen, 1993). Analisis kualitatif tidak menekankan

pada angka-angka, melainkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat

diamati (Taylor & Bogdan, 1998). Definisi lain menjelaskan bahwa analisis kualitatif

merupakan ilmu yang tidak berusaha untuk mengkuantifikasikan hasilnya melalui statistik,

tapi melibatkan wawancara dan observasi tanpa pehitungan formal dan seirngkali digunakan

sebagai sumber dari hipotesis untuk pengujian lebih lanjut dalam analisis kuantitatif

(Marczyk, DeMatteo, & Festinger, 2005). Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa analisis

kualitatif merupakan penelitian yang memahami secara data nominal dibandingkan dengan

numeriknya untuk mengkaji hubungan, kegiatan, situasi, atau material yang menggambarkan

permasalahan secara rinci dan dapat digunakan sebagai sumber hipotesis untuk penelitian

selanjutnya.

Dalam kajian ini, analisis kualitatif digunakan untuk menguraikan model-model pendekatan

inovasi, tahapan inovasi dalam pengurangan kesenjangan, serta keberhasilan program

pengurangan kesenjangan antar wilayah di Indonesia. Adapun tahapan analisis kualitatif yang

dilakukan sebagai berikut.

1. Analisis model/bentuk pendekatan prakarsa inovasi pada tiap bidang pembangunan

Analisis ini dilakukan per bidang pembangunan, yakni ekonomi, pendidikan, dan

kesehatan, pada seluruh prakarsa inovasi yang ditemukan, dengan melakukan

kategorisasi pola pelaksanaan masing-masing prakarsa inovasi daerah. Kategorisasi ini

didasarkan pada kesamaan karakter dalam mekanisme pelaksanaan prakarsa inovasi

daerah. Hasil dari analisis ini adalah model-model utama dalam pelaksanaan prakarsa

inovasi. Semisal dalam bidang kesehatan seperti peningkatan akses pelayanan

kesehatan, peningkatan prasarana dan sarana kesehatan, advokasi, serta peningkatan

upaya pemulihan kesehatan.

2. Analisis pembelajaran pada masing-masing good practices prakarsa inovasi daerah

Analisis dilakukan secara spesifik pada masing-masing good practices prakarsa inovasi

daerah, yakni Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Kupang, Jalin Matra provinsi

Jawa Timur, Gerakan Bela Beli kabupaten Kulonprogo, Program Pemberdayaan Petani

Boyolali oleh Rikolto, serta Program Satrya Emas. Pada masing-masing good practices

akan diidentifikasi terkait dengan latar belakang, mekanisme, intervensi, dan dampak

pelaksanaan program, serta keunggulan dan tantangan pelaksanaan program.

Page 42: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

42

Selanjutnya akan dianalisis secara keseluruhan pembelajaran yang didapat dari good

practices tersebut.

3. Analisis tahapan prakarsa inovasi pada tiap bidang pembangunan

Analisis yang dilakukan pada tiap bidang pembangunan ini berupaya untuk memberikan

gambaran tahapan pelaksanaan prakarsa inovasi yang didasarkan pada tahapan

permasalahan yang dihadapi di tingkat daerah, sehingga dapat diposisikan

bentuk/model prakarsa inovasi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut. Permasalahan sendiri diidentifikasi dari hulu hingga hilir. Apabila

permasalahan di bagian hulu telah diatasi, maka inovasi dapat dilakukan untuk

menyelesaikan permasalahan di tingkat hilirnya. Analisis ini akan memberikan

gambaran tahapan permasalahan, tujuan inovasi yang akan dilakukan, serta metoda

pendekatan penyelesaian masing-masing tahapan.

4. Analisis rentang kendali dalam pelaksanaan prakarsa inovasi daerah

Rentang kendali merupakan jumlah subordinat yang menunjukkan seorang

manager/pengelola dapat melakukan kontrol. Terkait hal tersebut, analisis rentang

kendali dilakukan untuk menilai bagaimana rentang kendali yang seharusnya dilakukan

oleh masing-masing tingkatan pemerintah, baik pusat, provinsi, dan kabupaten/kota

dalam setiap tahapan pembangunan, dimulai dari perencanaan, implementasi hingga

evaluasi pembangunan. Selain itu analisis ini juga berupaya untuk mengkaitkan ukuran

rentang kendali masing-masing tingkatan pemerintah terhadap efektivitas pelaksanaan

program prakarsa inovasi di tingkat daerah.

5. Analisis Kelembagaan dalam pelaksanaan prakarsa inovasi daerah

Analisis kelembagaan menerangkan seberapa besar peran kelembagaan dalam

pelaksanaan praktek inovasi, baik kelembagaan dari sisi pemprakarsa maupun

kelembagaan dari sisi penerima manfaat, baik saat ini maupun yang seharusnya

dilakukan. Selain itu analisis ini juga menjelaskan peran masing-masing stakeholder

dalam mendukung pelaksanaan prakarsa inovasi daerah, baik dari sisi kebijakan,

pendanaan, bantuan teknis, informasi, advokasi, jejaring, monitoring dan evaluasi,

fasilitasi akses, penerima bantuan, keterlibatan, serta pemberdayaan.

6. Analisis proses pemantauan dan evaluasi dalam mendukung pelaksanaan prakarsa

inovasi daerah

Tahap analisis ini dilakukan dengan cara menerangkan proses pemantauan dan

evaluasi yang dilakukan dalam menjamin efektivitas program. Analisis dilakukan

dengan membahas kondisi pemantauan dan evaluasi eksisting beserta kelemahan dan

kelebihannya, untuk selanjutnya dipaparkan proses pemantauan dan evaluasi prakarsa

inovasi daerah yang seharusnya dilakukan.

7. Analisis peluang keberlanjutan prakarsa inovasi daerah

Analisis ini dilakukan dengan mensintesakan seluruh praktek prakarsa inovasi daerah

untuk menerangkan peluang keberlanjutan dalam praktek-praktek prakarsa inovasi

yang telah dilakukan. Selain itu analisis ini juga akan memberikan rekomendasi untuk

memastikan keberlanjutan program prakarsa inovasi yang dilakukan di daerah.

Page 43: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Bab 3

PRAKTEK INOVASI DAERAH

UNTUK MENGURANGI

KESENJANGAN WILAYAH

Page 44: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

44

3.1 Kebijakan dan Program Nasional Pengurangan Kesenjangan

Wilayah

Kebijakan dan program nasional pengurangan kesenjangan wilayah di Indonesia pada

dasarnya terdiri dari dua tujuan, yaitu:

1. Pemerataan pembangunan, merupakan kebijakan dan program dengan alokasi sumber

daya maupun pendaan seragam pada seluruh daerah di Indonesia.

2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah, merupakan kebijakan dan program yang fokus

pada wilayah-wilayah yang tertinggal, miskin, sehingga dibutuhkan intervensi pemerintah

untuk menguatkan wilayah-wilayah tersebut agar bisa berdaya saing.

Kebijakan penguatan pemerataan pembangunan dan pengurangan kesenjangan antar

wilayah adalah saling mendukung dan melengkapi.

Gambar 3.1

KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN PENGURANGAN

KESENJANGAN ANTARWILAYAH

sumber: diolah dari RPJMN, 2014

Program nasional pengurangan kesenjangan wilayah sendiri mengacu pada NAWACITA dan

RPJMN 2015-2019. Adalah program sektoral yang difokuskan pada sektor-sektor khusus

terkait langsung pada upaya pengurangan kesenjangan wilayah. Sektor yang terkait dan

tujuan dari program tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Dilakukan melalui keseragaman

program-program/kebijakan

peningkatan pelayanan

Kelemahan: rentang kendali

panjang, pencapaian ke target

sasaran sering tidak efektif

Sifat program seragam untuk

semua wilayah sampai dengan

tingkat desa

Contoh:

RASKIN, BLT, BOS, BPJS, Dana

Desa

Dilakukan melalui program/

kebijakan spesifik untuk

pengurangan kesenjangan

antarwilayah atau

meningkatkan daya ungkit

ekonomi

Kelebihan: target efisien

Sifat program fokus pada

wilayah pinggiran dan wilayah

karakter khusus (perkotaan) à

kawasan kumum, regional à

kawasan khusus

Contoh:

Kawasan Ekonomi Khusus,

pembangunan infrastruktur,

kawasan perbatasan,

infrastruktur desa tertinggal

KEBIJAKAN NASIONAL

PEMERATAAN

PENGURANGAN KESENJANGAN

TANTANGAN

Dilakukan untuk program-program/kebijakan

peningkatan pelayanan

Rentang kendali panjang

Sifat program relatif seragam untuk semua wilayah sampai

dengan tingkat desa

Page 45: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 45

Tabel 3.1

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

Sektor Program Keterangan

1. Ekonomi Program

pengembangan pusat

pertumbuhan **

Melibatkan lintas kementerian/lembaga

Pengembangan fasilitas dan insentif khusus

bagi kawasan ini sebagai daya tarik investasi

2. Pendidikan Program Indonesia

Pintar* Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sebagai koordinator

Pemberian bantuan tunai pendidikan kepada

anak usia sekolah (usia 6 - 21 tahun) yang

berasal dari keluarga miskin, rentan miskin:

pemilik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),

peserta Program Keluarga Harapan (PKH),

yatim piatu, penyandang disabilitas, korban

bencana alam/musibah. PIP merupakan

bagian dari penyempurnaan program Bantuan

Siswa Miskin (BSM).

Pelaksanaan menggunakan Kartu Indonesia

Pintar (KIP)

Anggaran 20%

pendidikan* Amanat konstitusi

Berlaku untuk APBN dan APBD

Bantuan Biaya

Pendidikan BIDIKMISI* Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi sebagai koordinator

Berupa Bantuan biaya pendidikan bagi calon

mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan

memiliki potensi akademik baik untuk

menempuh pendidikan di perguruan tinggi

pada program studi unggulan sampai lulus

tepat waktu)

Bantuan operasional

Sekolah* Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sebagai koordinator

program pemerintah yang pada dasarnya

adalah untuk penyediaan pendanaan biaya

operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan

dasar sebagai pelaksana program wajib

belajar.

3. Kesehatan Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat

(GERMAS)*

Kementerian Kesehatan sebagai koordinator

Merupakan program promosi dan preventif

untuk melakukan aktivitas fisik 30 menit per

hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3)

Memeriksakan kesehatan secara rutin

minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi

dini penyakit.

Dilakukan melalui Puskesmas

JAMKESMAS – Jaminan

Kesehatan

Nasional/KIS PBI

(Penerima Bantuan

Iuran)*

Program BPJS

Jaminan kesehatan bagi masyarakat tidak

mampu berbasis asuransi, namun masyarakat

tersebut tergolong dibantu pemerintah untuk

membayar iurannya

4. Infrastruktur Prasarana dan sarana

permukiman MBR

KOTAKU Kementerian Pekerjaan Umum, Ditjen Cipta

Karya sebagai koordinator

Tujuan program, adalah memperbaiki akses

masyarakat terhadap infrastruktur

permukiman sesuai dengan 7 + 1 indikator

kumuh, penguatan kapasitas pemerintah

daerah untuk mengembangkan kolaborasi

Page 46: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

46

Sektor Program Keterangan

dengan pemangku kepentingan (stakeholder),

dan memperbaiki tingkat kesejahteraan

masyarakat melalui pengembangan

penghidupan berkelanjutan (sustainable

livelihood).

Integrasi pembangunan

infrastruktur pada:

KEK, KSPN, kawasan

perdesaan prioritas,

provinsi lumbung

pangan nasional,

kawasan perbatasan**

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian

Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;

Kementerian Pertanian, Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian sebagai

koordinator

Pembangunan infrastruktur pendukung

Kawasan Strategis Nasional

Energi** Program Kementerian ESDM sebagai

koordinator

50% Anggaran yang berkaitan dengan rakyat:

- Pembangkit Listrik Tenaga Surya

- Konverter kit nelayan

- Energi Baru Terbarukan

- Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

- Subsidi solar, minyak tanah, LPG 3 kg

5. Lintas Sektor

Desa,

Pembangunan

Daerah

Tertinggal Dan

Transmigrasi

Dana Desa * Landasan: UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bersumber dari APBN, program berbasis desa,

bersumber dari dana perimbangan, masuk

dalam APBD Kabupaten. Pemerintah

kabupaten wajib menganggarkan dana desa

paling sedikit 10% dr APBD kabupaten setelah

dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Bentuk dana desa bisa digunakan untuk

embung, sarana olahraga desa, dan BUMDes

STRANAS-PPDT

(Strategi Nasional

Percepatan

Pembangunan Daerah

Tertinggal) dan RAN-

PPDT (Rencana Aksi

Nasional Percepatan

Pembangunan Daerah

Tertinggal)**

Landasan: Peraturan Presiden Nomor 78

Tahun 2014 Tentang Percepatan

Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT)

Aspek pembangunan: (a) ekonomi; (b) sumber

sumber daya manusia dan sosial budaya; (c)

sumber daya alam dan lingkungan hidup; (d)

sarana dan prasarana; dan (e) kelembagaan.

Pemerintah pusat melakukan penetapan 122

kabupaten sebagai daerah tertinggal yang

tersebar di 24 provinsi (Perpres No. 131

Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah

Tertinggal Tahun 2015-2019)

Produk unggulan

kawasan perdesaan

(Prukades)*

Program Kementerian Desa, Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi 2017

Produk unggulan disesuaikan dengan

kebutuhan dan karakter desa

Badan Usaha Milik

Desa (BUMDes) * Program Kementerian Desa, Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi

Produk unggulan disesuaikan dengan

kebutuhan dan karakter desa Program

pengembangan dan pendampingan BUMDes

Rumah Sehat Desa** Program Kementerian Desa, Daerah

Tertinggal, dan Transmigrasi; dan

Kementerian Kesehatan

Target: 50.000 rumah sehat desa dari tahun

2017 – 2019

Sarana dan Prasarana

Desa, pembangunan* Kementerian Desa, Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi sebagai koordinator

Page 47: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 47

Sektor Program Keterangan

Program berupa pembangunan embung dan

sarana olah raga

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan

Program Keluarga

Harapan (PKH) ** Kementerian Sosial sebagai koordinator

Merupakan program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah

Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi

anggota keluarga RTS

Bentuk: bantuan langsung tunai, pelayanan

kesehatan ibu dan anak, pelayanan

pendidikan anak usia wajib belajar 9 tahun

RASKIN – Beras

Miskin** Program Raskin merupakan subsidi pangan

dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi

rumahtangga berpenghasilan rendah sebagai

upaya dari pemerintah untuk meningkatkan

ketahanan pangan dan memberikan

perlindungan sosial pada rumah tangga

sasaran

Integrasi PNMP Mandiri

& Perencanaan Desa Program-program penanggulangan

kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja

yang berbasis pemberdayaan masyarakat

dicirikan dengan: a) menggunakan

pendekatan partisipasi masyarakat; b)

melakukan penguatan kapasitas

kelembagaan masyarakat; dan c) kegiatan

program dilaksanakan secara swakelola oleh

masyarakat. Sumber: Dari berbagai sumber, 2017

Keterangan: * = Pemerataan

** = Pengurangan kesenjangan

Program-program di atas, baik merupakan program pemerataan maupun pengurangan

kesenjangan antarwilayah seringkali memiliki kelemahan terkait dengan ketidakefektifan

program karena tidak sesuai karakter wilayah, serta lemahnya monitoring dan evaluasi atas

program berjalan. Lemahnya monitoring dan evaluasi terhadap program yang sedang berjalan

juga terkaiat dengan besarnya rentang kendali terhadap program yang dilakukan oleh

pemerintah dengan penerima manfaat di daerah. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan

program pemerataan yang memahami perbedaan karakter wilayah, perbaikan mekanisme

kelembagaan serta pemantauan dan evaluasi di tingkat kabupaten/kota, kerja sama dengan

lembaga lain melalui proses pendampingan

3.2 Praktek Inovasi di Daerah

Dengan semakin berkembangnya pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan inovasi di daerah

semakin berkembang. Inovasi yang dilakukan pemerintah daerah pada dasarnya dapat

meliputi berbagai sektor dengan tujuan yang beragam. Namun secara umum inovasi yang

dilakukan di daerah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat.

Page 48: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

48

Inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah pada dasarnya tidak selalu bertujuan utama

untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah. Namun demikian, sejumlah program inovasi

dipandang mendorong upaya untuk pengurangan kesenjangan antarwilayah, baik untuk

mengurangi kesenjangan wilayahnya terhadap wilayah lainnya maupun dalam rangka

mengurangi kesenjangan di dalam wilayahnya sendiri.

Secara umum inovasi/prakarsa daerah terkait pengurangan kesenjangan antarwilayah dapat

dikategorikan berdasarkan konsep kesenjangan wilayah, dimana berdasarkan konsep

kesenjangan wilayah tersebut, upaya inovasi/prakarsa daerah terkait penanggulangan

kesenjangan dapat dilakukan pada bidang ekonomi sebagai upaya langsung untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat; maupun pada bidang pendidikan, kesehatan, dan

infrastruktur untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan aksesibilitas

masyarakat dalam mendukung peningkatan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hal

tersebut, berbagai inovasi/prakarsa daerah tersebut dikategorikan menjadi inovasi/prakarsa

bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan bidang infrastruktur.

Daftar praktek inovasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber

antara lain:

Daftar Inovasi Administrasi Negara (LAN, 2016) (www.inovasi.lan.go.id);

Daftar Peraih Penghargaan Kepala Daerah Inovatif 2016 (http://daerah.sindonews.

com/read/1130600/21/ini-22-bupati-inovatif-2016470931806);

Top 99 Inovasi Pelayanan Publik di Indonesia Tahun 2014;

Model Community Development di Daerah, Pusat Kajian Otonomi Daerah, LAN,

2010;

http://indonesiaberinovasi.com/;

Dokumen Best Practice Kota-Kota, Apeksi, 2013 & 2015; serta

beberapa sumber lainnya.

Berdasarkan kajian data sekunder terhadap berbagai sumber (desk study), penelitian ini

mengidentifikasi sejumlah inovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh

Indonesia. Inovasi dilakukan baik oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, maupun

pemerintah kota. Beberapa kegiatan inovasi dilakukan juga dengan bekerja sama dengan

pihak ketiga, seperti pihak donor, lembaga non-pemerintah, pemerintah pusat, dan lain

sebagainya.

Beberapa catatan terhadap proses identifikasi praktek inovasi dan prakarsa Pemerintah

Daerah dalam upaya pengurangan kesenjangan wilayah yanag dilakukan antara lain:

Tidak semua inovasi yang terdaftar dalam berbagai sumber data sekunder yang

diperoleh terkait dengan upaya pengurangan kesenjangan wilayah. Oleh karenanya

dilakukan penapisan terhadap inovasi dan prakarsa yang terkait upaya

pengurangan kesenjangan wilayah yang didasarkan pada tujuan memperbaiki

berbagai indikator kesenjangan, baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan,

maupun infrastruktur. Terkait dengan bidang ekonomi, inovasi pengurangan

kesenjangan wilayah ditapis terhadap inovasi yang bertujuan untuk

mengentaskan/mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat,

Page 49: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 49

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maupun meningkatkan pertumbuhan

ekonomi wilayah. Pada bidang pendidikan, invovasi terkait pengurangan

kesenjangan wilayah ditapis pada inovasi yang bertujuan untuk mengurangi angka

putus sekolah serta meningkatkan partisipasi anak sekolah. Pada bidang

kesehatan, inovasi yang terkait upaya pengurangan kesenjangan adalah inovasi

yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian, meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat, serta meningkatkan angka harapan hidup. Sedang pada

sektor infrastruktur, inovasi terkait pengurangan kesenjangan wilayah adalah

pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan pelayanan dan aksesibilitas bagi

masyarakat dan sektor produksi.

Sejumlah program merupakan inisiatif Pemerintah (Pusat), dimana daerah menjadi

pelopor pelaksanaan program

Sebagian program difasilitasi oleh lembaga donor/lembaga non-pemerintah.

Dengan demikian, pada dasarnya inovasi dan prakarsa dilakukan tidak murni

merupakan inisiatif Pemerintah Daerah, tetapi terkait pula dengan inisiasi dan

tujuan pemberian program dari lembaga yang mendampingi

Program yang diinisiasi oleh pihak non pemerintah (LSM/donor/swadaya) tidak

tercakup dalam daftar ini. Program yang diinisiasi oleh lembaga non-pemerintah

pada dasarnya dipandang penting untuk menjadi pembanding (benchmark) bagi

proses-proses pengembangan inovasi dan prakarsa pengurangan kesenjangan

wilayah.

Tabel di bawah ini menyajikan daftar inovasi Pemerintah Daerah yang diidentifikasi dari

berbagai sumber data sekunder.

Tabel 3.2

BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BIDANG EKONOMI

1) PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN DAERAH

(Kota Surakarta, 2013)

2) PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TENUN

TRADISIONAL (Kota Denpasar)

3) PEMBENTUKAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

KREDIT MIKRO (Kota Kendari, 2012)

4) PELAYANAN TERPADU PENANGANAN

KEMISKINAN (Kab. Sragen, 2012)

5) PROGRAM SAMISAKE/Satu Milyar Satu

Kecamatan (Prov. Jambi, 2012-2015)

6) LORONG GARDEN & LORONG BULO (Kota

Makassar, 2016)

7) KREDIT MELATI (Kota Bandung, 2015)

8) JALIN MATRA (Prov. Jatim, 2014)

9) PROGRAM KETAHANAN PANGAN (Kab. Tapanuli

Utara)

10) PRODAMAS (Kota Kediri, 2016)

11) PROGRAM GEMERLAP (Kab. Lamongan, 2011)

12) PEMBENTUKAN UPTP2K (Kab. Kebumen, 2015)

13) ASURANSI PETANI (Kota Banda Aceh, 2015)

14) SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN BERBASIS

MASYARAKAT (Kota Banda Aceh, 2015)

15) PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

22) PROGRAM DESA MANDIRI ANGGUR MERAH (Prov.

NTT, 2015)DESA INOVASI (Kab. Bengkulu Utara,

2014)

23) HUTAN KEMASYARAKATAN (Kab. Bengkulu)

24) GERAKAN RUMAH PINTAR PETANI JAWA TENGAH

(2014)

26) PROGRAM TANIMAS (Kab. Badung)

27) PENATAAN PASAR TRADISIONAL DAN

PEMBERDAYAAN PEDAGANG GARENDONG (Kota

Payakumbuh, 2015)

28) SATRYA EMAS (Kab. Pasuruan, 2016)

29) GERAKAN BELA-BELI KULONPROGO (Kab.

Kulonprogo)

30) PROGRAM AGAM MENYEMAI (Kab. Agam, 2015)

31) TATA KELOLA PERENCANAAN PEMBANGUNAN

UNTUK PERCEPATAN PENANGGULANGAN

KEMISKINAN (Kab. Sumba Barat, 2014)

32) PROGRAM DESA EMAS (Prov. Sulawesi Selatan,

2015)

33) PROGRAM PANGAN LOKAL (Kab. Buru Selatan,

2015)

34) PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF (Kota

Cimahi)

Page 50: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

50

PEDESAAN (Kab. Labuhan Batu, 2015)

16) PROGRAM RUMAH TANGGA MANDIRI PANGAN &

ENERGI (Kab. Kampar, 2015)

17) PUSAT KULINER KECAMATAN (Kab. Pelalawan,

2015)

18) AGROFORESTRY (Kab. Sigli, 2015)

19) COMMUNITY DEVELOPMENT PENANGGULANGAN

KEMISKINAN (Kab. Bantul, 2006-2009)

20) PEREMPUAN PAHLAWAN EKONOMI (Kota

Surabaya, 2010)

21) DESA INOVATIF (Prov. Jateng, 2013)

35) PENGEMBANGAN TRIANGLE DIAMONDS (Kab.

Banyuwangi, 2016)

36) BANTAENG TECHNO PARK (Kab. Bantaeng, 2016)

37) JARINGAN INOVASI KARET SUMATERA SELATAN

(Prov. Sumatera Selatan)

38) KOTA TERPADU MANDIRI PAWONSARI (Kab.

Badung, 2015)

39) FESTIVAL BUDAYA PERTANIAN (Kab.

Badung,2014)

40) PROGRAM ONE VILLAGE ONE SISTER COMPANY

(Kab. Kulonprogo, 2012

sumber: diolah dari berbagai sumber

Tabel 3.3

BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BIDANG PENDIDIKAN

1) PROGRAM OPTIMALISASI PELAKSANAAN

PENDIDIKAN KESETARAAN KOTA DEPOK (Kota

Depok)

2) KOTA LAYAK ANAK (Kota Denpasar)

3) PROGRAM BASEKOLAH (Kota Bitung, 2015)

4) PROGRAM SUMIKOLAH (Kab. Minahasa Utara,

2015)

5) PERPUSTAKAAN KAMPUNG & TAMAN CERDAS

(Kota Surakarta)

6) PROGRAM SANGIHE MENGAJAR (Kab. Sangihe,

2015)

7) PELAYANAN BUS SEKOLAH GRATIS (Kab. Pakpak

Barat, 2014)

sumber: diolah dari berbagai sumber

Tabel 3.4

BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BIDANG KESEHATAN

1) GREEN HOSPITAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Kab. Kulonprogo)

2) PROGRAM INTEGRASI CONTRA WAR DAN SUTERA

EMAS (Kab. Malang)

3) FAMILY GATHERING TERPADU RSJ GRHASIA

(Prov. DIY)

4) KONSEP GAMPONG SEHAT (Kota Banda Aceh)

5) PROGRAM PELAYANAN KOMPREHENSIF PEDULI

IBU DAN ANAK (Provinsi Riau)

6) PENGATURAN AKSES SERTA PENYELENGGARAAN

PELAYANAN DAN PEMBIAYAAN KB MOP DAN

MOW (Kab. Salatiga)

7) RUMAH PEMULIHAN GIZI (Kota Yogyakarta, 2010)

8) DESA MANDARA MANDIDOHA ( Kab. Konawe

Selatan)

9) KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN (Kab. Takalar)

10) PEMBERIAN INSENTIF BAGI IBU BERSALIN

KELUARGA MISKIN (Kab. Buton Utara)

11) PUSKESMAS RAMAH ANAK (Kota Surakarta)

12) KAWASAN TERTIB ROKOK (Kab. Padang Panjang)

13) KARTU INSENTIF ANAK (Kota Surakarta)

14) PUSKESMAS REFORMASI (Kota Kupang)

15) PROGRAM SUTERA EMAS (Kab. Malang)

16) PROGRAM DESA MANDIRI SEHAT (Kab.

Purbalingga)

17) (Kab. Bantaeng)

18) KAMPOENG KB BANJAR (Kab. Banjar)

19) PROGRAM KAMPO WARAKA (Kab. Buton Utara)

22) LAYANAN MEMIKAT KABUPATEN SEHAT

23) PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARARAKAT

(Kota Surakarta)

24) PROGRAM RAWAT INAP TANPA KELAS BAGI

KELUARGA MISKIN (Kab. Kulonprogo)

25) GERAKAN MASYARAKAT MENCINTAI

LINGKUNGAN (GEMILANG) (Kab. Banyuwangi)

26) PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI DLM

RANGKA PENURUNAN ANGKA PERNIKAHAN DINI

(Kab. Bondowoso)

27) PELAYANAN OBSTETRIC NEONATAL EMERGENCY

DASAR (Kab. Lampung Selatan)

28) RUMAH PEMULIHAN GIZI (Kab. Purwakarta)

29) PEMBERDAYAAN KELOMPOK PENDUKUNG ASI

DESA BATARA (Kab. Pangkep)

30) UNIT PERINATOLOGI PENURUNAN ANGKA

KEMATIAN BAYI (Kab. Pinrang)

31) PELAYANAN BAYI BARU LAHIR RENDAH TANPA

DINDING (Kab. Kulonprogo)

32) INTERNET KECAMATAN SEHAT GRATIS (Kab.

Madiun)

33) JAMINAN KESEHATAN SEMESTA (Kota Manado)

34) RUMAH SEHAT LANSIA (Kota Yogyakarta)

35) BRIGADE KUPANG SEHAT (Kota Kupang)

36) PELAYANAN PANGGILAN EMERGENCY PUBLIK

(Prov. Sulawesi Tenggara)

37) DOKTER PANGGILAN/DOKTER ONLINE (Kab.

Purwakarta)

38) KAMPUNG KB (Kab. Musirawas)

Page 51: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 51

20) SISTEM KOMPUTERISASI PELAYANAN

KESEHATAN DASAR PUSKESMAS (Kota Tegal)

21) PROGRAM MULTIGUNA JAMINAN KESEHATAN

(Kota Tangerang)

39) PELAYANAN TUMBUH KEMBANG ANAK (Kota

Solok)

40) PROGRAM PUBLIC SAFETY CENTER (PSC)(Kab.

Tulungagung)

sumber: diolah dari berbagai sumber

Tabel 3.5

BEBERAPA INOVASI PEMERINTAH DAERAH TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BIDANG INFRASTRUKTUR

1) GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA

MASYARAKAT (GERBANG SWARA) (Kab. Serdang

Bedagai)

2) PROGRAM BERBASIS LINGKUNGAN MAPALUSE

(Kota Manado)

3) LOCUS SINERGITAS (Kab. Poso)

4) PENGEMBANGAN BIOGAS (Kab. Agam)

5) PEMBANGKIT LISTRIK BIOGAS (Kab. Rokan Hulu)

6) BIOGAS TERPADU (Kota Pekanbaru)

7) WIRAUSAHA SANITASI (Prov. Riau)

8) INTERNET TERAPUNG (Kab. Pangkep)

9) PROGRAM BEDAH KAMPUNG (Kab. Enrekanag)

10) PROGRAM KELOMPOK ASUH KELUARGA

BINANGUN (Kab. Kulonprogo

11)

sumber: diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan daftar inovasi terkait upaya pengurangan kesenjangan wilayah yang

diidentifikasi, sebagian besar inovasi dikembangkan di sektor ekonomi dan kesehatan.

Sebanyak lebih kurang 47% inovasi yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah untuk

pengurangan kesenjangan wilayah dilakukan di sektor ekonomi, sedang 42% inovasi

dikembangkan di sektor kesehatan. Hal ini didorong oleh upaya langsung Pemerintah Daerah

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui

pengembangan program ekonomi. Inovasi di bidang pendidikan dan infrastruktur masing-

masing hanya sebesar 7% dan 4% dari seluruh inovasi Pemerintah Daerah terkait upaya

pengurangan kesenjangan wilayah. Inovasi di bidang pendidikan pada dasarnya cukup

banyak, tetapi sebagian besar tidak terkait langsung dengan upaya untuk mengurangi angka

putus sekolah maupun peningkatan lama pendidikan dan partisipasi anak untuk sekolah.

Sedang inovasi di bidang infrastruktur di daerah relatif tidak terlampau banyak oleh karena

dibutuhkan sumberdaya keuangan yang relatif cukup besar. Selain itu, pembangunan

infrastruktur pada dasarnya sudah termasuk dalam program pembangunan rutin Pemerintah

Daerah.

Berdasarkan tingkat pemerintahan yang menjadi inisiator pengembangan inovasi terkait

upaya pengurangan kesenjangan wilayah, sebagian besar inovasi dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Sedang ditinjau berdasarkan wilayahnya, sebagian besar inovasi masih dilakukan oleh

Pemerintah Daerah di Pulau Jawa. Inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah di Pulau

Jawa meliputi lebih kurang 40% dari total inovasi terkait pengurangan kesenjangan wilayah

yang ada di Indonesia. Sedang inovasi yang dilakukan di Pulau Sumatera sebesar 28% dan

inovasi yang dilakukan di Pulau Sulawesi sebesar 24%. Sedang inovasi di Pulau Kalimantan,

Kepulauan Maluku, dan Pulau Papua relatif sangat terbatas. Oleh karenanya Pemerintah

perlu mendorong upaya-upaya di daerah, terutama pada daerah yang masih rendah kuallitas

dan kuantitas inovasinya untuk mengembangkan inovasi daerah yang dapat mendukung

upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah.

Page 52: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

52

Gambar 3.2

SEBARAN INOVASI TERKAIT PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

BERDASARKAN SEKTOR DAN WILAYAH

sumber: pengolahan data, 2017

Secara umum jenis-jenis inovasi di lingkungan pemerintah daerah dapat meliputi:

a. Inovasi Adoptif, yaitu inovasi yang bersumber pada program-program yang sebelumnya

telah ada, dan dinilai cukup berhasil oleh pemerintah daerah. Untuk selanjutnya ditiru

seutuhnya atau diambil sebagian dari program tersebut dengan nama program yang

sama atau nama baru. Yang membedakan hanya sumber dan alokasi pembiayaan,

serta penanggung jawab kegiatan.

Program-program yang bersifat inovasi adoptif memiliki kelebihan dan

kekurangan/kelemahan, antara lain: mudah untuk diikuti oleh masyarakat (tidak perlu

sosialisasi), karena yang menjadi kelompok sasaran biasanya telah mengenal dengan

baik program-program yang ditawarkan karena telah ada sebelumnya. Bagi program-

program sebelumnya yang dianggap berhasil akan diikuti oleh masyarakat secara

pastisipatif. Namun, sebaliknya bila belum menunjukkan keberhasilan akan sukar

mengajak masyarakat untuk mau berpartisipasi di dalamnya. Terlebih bila kinerja

pemerintah setempat dinilai rendah oleh masyarakat. Sehingga akan menjadi hal yang

sia-sia saja. Bahkan ada kesan pemerintah melaksanakan program hanya untuk

menghabiskan anggaran, bukan untuk kesejahteraan rakyat.

Jenis inovasi adoptif ini merupakan inovasi yang banyak dilakukan oleh pemerintah

daerah. Adopsi inovasi dapat dilakukan baik bersumber dari program sejenis yang

sudah dilakukan di daerah lain, program yang dilakuan oleh pemerintah (pusat), maupun

program yang sudah dilakukan oleh lembaga lain.

Contoh inovasi adoptif diantaranya adalah program pemberian stimulan berupa modal

bergulir seperti yang dilakukan pada Program Desa Mandiri Anggur Merah (provinsi NTT),

Program Jalin Matra (prov. Jawa Timur), Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

INOVASI'BIDANG'EKONOMI' INOVASI'BIDANG'PENDIDIKAN'

INOVASI'BIDANG'KESEHATAN' INOVASI'BIDANG'INFRASTRUKTUR'

P.#JAWA# P.#BALI#&#NUSA#TENGGARA#

P.#SUMATERA# P.#KALIMANTAN#

P.#SULAWESI# P.#MALUKU#&#PAPUA#

BERDASARKAN BIDANG BERDASARKAN WILAYAH

BIDANG

PENDIDIKAN

7%

BIDANG

EKONOMI

47%

BIDANG

KESEHATAN

42%

BIDANG

INFRASTRUKTUR

9%

P. SULAWESI

24% P. JAWA

40%

P. SUMATERA

28% P. BALI & NUSA

TENGGARA

8%

Page 53: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 53

(kota Kupang), Program Kredit Melati (kota Bandung), Program Brigade Kupang Sehat

(kota Kupang), dan lain sebagainya.

Meskipun sifatnya mengadaptasi program lain, namun masing-masing program memiliki

karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya disesuaikan dengan kondisi masing-

masing daerah, seperti kemampuan keuangan, kearifan, kapasitas SDM, kreativitas

daerah, dan lain sebagainya.

b. Inovasi Instruktif, yaitu inovasi yang dilakukan pemerintah daerah yang bersumber pada

Instruksi Presiden (Inpres), Keputusan Presiden (Keppres), Keputusan Menteri

(KepMen), dan sebagainya, yang yang pada prinsipnya berasal dari kebijakan

pemerintah pusat. Program-program tersebut biasanya dilaksanakan berdasarkan pada

Juknis atau Juklak baku yang dibuat pemerintah pusat untuk dilaksanakan di daerah-

daerah.

Klaim-klaim atas keberhasilan yang diraih dari program yang bersifat instruktif tidak

salah untuk disampaikan kepada publik. Hanya saja kembali pada prinsip-prinsip yang

terkandung pada Undang-Undang Otonomi Daerah yaitu, demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia, maka jelas bahwa adanya pengakuan atas kekhasan dari setiap

daerah diperlukan pola kerja yang berbeda pula. Karena, salah satu sumber kegagalan

sebuah program pemerintah adalah program-program yang ditawarkan bersifat umum

(yang kebanyakan mengadopsi di pulau Jawa).

Beberapa program inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dilakukan dengan

mengacu pada instruksi yang diamanatkan oleh pemerintah pusat. Program dipandang

sebagai inovasi karena daerah tersebut merupakan daerah pertama yang menerapkan

program pemerintah dibanding daerah di sekitarnya. Contoh inovasi instruktif

diantaranya adalah Program Desa Siaga, Program Tanimas, dan lain sebagainya.

c. Inovasi Mandiri, yaitu terobosan-terobosan inovatif pemerintah daerah yang dilakukan

atas dasar kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang ada di

masyarakat. Inovasi yang dihasilkan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada

dan kemampuan yang dimiliki.

Meskipun belum banyak program inovasi yang benar-benar inovasi mandiri berupa

terobosan inovatif pemerintah daerah, namun program inovasi tersebut sudah mulai

muncul. Contoh inovasi mandiri diantaranya adalah Gerakan Bela Beli Kulonprogo,

pengembangan kawasan pariwisata Diamond Triangle, dan lain sebagainya.

Page 54: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

54

Kotak 1

PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (PEM) KOTA KUPANG

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM) yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Kupang

dimaksudkan untuk memperbaiki struktur ekonomi masyarakat dengan menyediakan Dana

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat bagi pengembangan usaha. Dana Pemberdayaan Ekonomi sendiri

adalah dana pengembangan usaha ekonomi produktif (segala jenis usaha, baik pertanian, perikanan,

peternakan, perindustrian, dan perdagangan serta jenis usaha lainnya) skala kecil yang diberikan pada

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di tingkat kelurahan dan disalurkan kepada masyarakat

berupa dana bergulir tanpa bunga dengan maksimum pinjaman 25 juta rupiah. Dana ini harus

dikembalikan kepada kas LPM untuk digulirkan kembali pada masyarakat. Harapan dari pelaksanaan

program ini adalah tidak hanya meningkatkan kemampuan usaha masyarakat, tapi adanya sikap

tanggung jawab masyarakat untuk mengembalikan dana tersebut.

Pelaksanaan Program PEM tidak serta merta hanya memberikan dana stimulan pada masyarakat, tapi

lebih lanjut juga dilakukan dengan meningkatkan kapasitas masyarakat sebagai penerima bantuan

dengan pelatihan manajemen dan perluasan usaha serta meningkatkan kapasitas LPM sebagai

pengelola dana dengan pelatihan pengelolaan dana. Untuk menunjang pelaksanaan program ini, pada

setiap kelurahan diberikan fasilitator yang berfungsi untuk mengidentifikasi usaha produktif masyarakat;

melakukan pendampingan dan bimbingan usaha; menata administrasi, pelaporan, verifikasi dokumen;

melakukan penagihan pembayaran; mendampingi tim teknis dan tim ahli; serta melaporkan pelaksanaan

tugas pada Bappeda Kota Kupang.

Dampak dari pelaksanaan program ini adalah adanya peningkatan pemodalan masyarakat di Kota

Kupang. Tercatat hingga tahun 2016, total dana bergulir yang diberikan sebesar 38,87 Milyar Rupiah

untuk 6.144 penerima (rata-rata 1 Milyar Rupiah per kelurahan). Selain itu juga terjadi peningkatan

kapasitas masyarakat, baik LPM maupun penerima bantuan dengan adanya pelatihan peningkatan

kapasitas. PEM juga berdampak pada peningkatan kemandirian masyarakat yang tampak dari total

pengembalian mencapai 60,22% dari total dana yang telah bergulir. Dampak lainnya adalah

meningkatkan wirausaha produktif di Kota Kupang.

Dari Program PEM dapat diambil beberapa pembelajaran. Pertama, PEM mengajarkan adanya rentang

kendali yang cukup pendek antara Pemerintah Kota Kupang dengan kelurahan selaku pengelola dana

PEM, berimplikasi pada efektivitas penyaluran dan monitoring pelaksanaan yang lebih baik. Semakin

rendahnya rentang kendali ini akan memudahkan perencanaan, implementasi, dan evaluasi dilakukan

secara lebih baik dan sinergis dengan lembaga pendukung lainnya. Kedua, PEM memberikan pelajaran

bahwa prakarsa inovasi tidak selalu membutuhkan lembaga baru, tapi dapat dilakukan dengan

memanfaatkan dan meningkatkan kapasitas organisasi yang ada di tingkat kelurahan, dalam hal ini

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di tingkat kelurahan. LPM berperan untuk menerima dan

memverifikasi proposal dari masyarakat; menyalurkan, mengelola, dan mengawasi dana PEM; serta

menyampaikan laporan pada Pemerintah Kota Kupang. Ketiga, dengan karakteristik pendapatan dan

kapasitas usaha masyarakat yang rendah, maka PEM berupaya mendekatkan masyarakat dengan

lembaga keuangan, sehinga usaha masyarakat dapat berkembang dan mandiri. Terakhir, PEM

memberikan pelajaran pentingnya koordinasi dan integrasi antar stakeholder, baik di internal Kota

Kupang maupun dengan provinsi, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam rangka menunjang

keberhasilan program.

Meskipun demikian, pelaksanaannya memiliki beberapa tantangan, seperti bantuan pada usaha baru

masih terbatas karena diprioritaskan pada usaha yang telah ada. Selain itu, pendampingan teknis untuk

pengembangan usaha masih terbatas serta pemerataan kualitas fasilitator masih belum merata.

Sumber: Hasil Analisis dari berbagai sumber (2017)

Page 55: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 55

3.3 Pendekatan Inovasi

Upaya pengembangan inovasi Pemerintah Daerah terkait pengurangan kesenjangan wilayah

di Indonesia dilaksanakan melalui berbagai bentuk dan pendekatan yang beragam, baik dari

jenis kegiatan atau program yang dilakukan, kelompok sasaran, pelibatan penerima manfaat,

dan lain sebagainya. Dari berbagai bentuk program yang dikembangkan berdasarkan bidang,

dapat dicermati terdapat berbagai pendekatan yang digunakan dalam rangka mencapai

tujuan. Pendekatan tersebut berbeda-beda untuk setiap bidangnya. Berdasarkan identifikasi

bentuk program inovasi terkait pengurangan kesenjangan wilayah, dapat diidentifikasi

berbagai pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan inovasi di berbagai bidang.

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan inovasi bidang ekonomi terkait

pengurangan kesenjangan wilayah adalah sebagai berikut:

Bantuan Pemenuhan

Kebutuhan Dasar

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian bantuan uang

tunai dan/atau barang untuk memenuhi kebutuhan dasar

bagi keluarga miskin (sandang, pangan, papan, pendidikan,

kesehatan, dll).

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk memberikan

bantuan bagi pemenuhan kebutuhan dasar bagi keluarga

miskin serta upaya untuk pengurangan kemiskinan.

Umumnya pendekatan ini digunakan sebagai upaya safety net

bagi kelompok paling miskin agar kebutuhan dasarnya dapat

terpenuhi. Pendekatan ini juga biasa digunakan saat terjadi

krisis ekonomi untuk mengurangi angka kemiskinan.

Contoh inovasi yang dikembangkan melalui pendekatan ini

antara lain adalah Program pembangunan cadangan pangan

daerah (Kota Surakarta); Program Jalin Matra Bantuan Rumah

Tangga Sangat Miskin dan Feminisasi Kemiskinan (Provinsi

Jawa Timur).

Pemberian Stimulan

Pendekatan ini pada dasarnya dilakukan melalui pemberian

bantuan uang tunai dan/atau barang yang berfungsi untuk

menstimulasi/menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat/

peningkatan pendapatan masyarakat. Umumnya pendekatan

pemberian stimulan digunakan untuk mengembangkan usaha

mikro, kecil & menengah, termasuk pemberian akses ke

lembaga keuangan

Tujuan utama dari pendekatan ini adalah memberikan

stimulan dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat.

Bentuk yang paling banyak dilakukan adalah pemberian

bantuan keuangan berupa kredit dengan bunga rendah bagi

Page 56: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

56

Pemberian Stimulan

kegiatan ekonomi mikro, kecil dan menengah.

Pendekatan ini relatif banyak digunakan oleh Pemerintah

Daerah, diantaranya adalah Program Kredit Melati (Kota

Bandung), Program Desa Mandiri Anggur Merah (Provinsi NTT),

Program Community Development Mengentaskan

Kemiskinnan (Kabupaten Bantul), Program Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat (Kota Kupang), Program Badan Layanan

Umum Daerah Kredit Mikro (Kota Kendari), Program Gemerlap

(Kabupaten Lamongan), Program Jalin Matra Penanggulangan

Kerentanan Kemiskinan (Provinsi Jawa Timur), dan lain

sebagainya.

Penyediaan dan Fasilitasi

Pemasaran

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian bantuan

penyediaan pasar dan jejaring bagi pengembangan

pemasaran produk masyarakat. Fasilitas pemasaran dapat

berupa membuka pasar bagi produk-produk yang dihasilkan

oleh masyarakat maupun mengembangkan jejaring antara

masyarakat penghasil produk dengan pasar.

Tujuan dari pendekatan ini adalah menyediakan dan/atau

peningkatkan pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan

oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan serta

meningkatkan usaha & pasar

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Bela Beli Kulonprogo (Kabupaten

Kulonprogo), Program Pengembangan Pertanian Tanaman

Pangan di Boyolali (Rikolto), dan lain sebagainya.

Pendampingan Teknis

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian pendampingan

teknis bagi pengembangan usaha masyarakat. Dalam hal ini

Pemerintah menyediakan tenaga pendamping (fasilitator)

untuk memberikan pendampingan teknis, baik berupa

perencanaan usaha, perencanaan keuangan, pengembangan

produk, hingga pengembangan pasar yang dibutuhkan oleh

masyarakat untuk pengembangan usahanya. Proses

pendampingan dapat dilakukan secara langsung kepada

individu atau berkelompok.

Tujuan pendekatan ini adalah memberikan bantuan berupa

pendampingan teknis bagi kelompok masyarakat untuk

pengembangan usaha maupun peningkatan pendapatan.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan

pendampingan teknis diantaranya adalah Program Bela Beli

Kulonprogo (Kabupaten Kulonprogo), Program Desa Inovatif

(Provinsi Jawa Tengah), Program Satrya Emas (Kabupaten

Page 57: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 57

Pasuruan), Program Perempuan Pahlawan Ekonomi (Kota

Surabaya), dan lain sebagainya.

Advokasi

Pendekatan ini dilakukan melalui upaya mendorong perilaku

dan budaya masyarakat untuk dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraannya. Upaya tersebut dapat

dilakukan melalui sosialisasi, gerakan bersama, maupun

pendampingan masyarakat untuk mendorong perilaku dan

budaya yang diharapkan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah perubahan perilaku dan

budaya masyarakat yang dapat menstimuli peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Pemberdayaan Pedagang Garendong

(Kabupaten Payakumbuh), Program Agam Bersemai

(Kabupaten Agam), Program Lorong Garden-Lorong Bulo

(Kota Makassar), dan lain sebagainya.

Pengembangan Klaster

Ekonomi

Pendekatan ini dilakukan melalui pengembangan sektor

ekonomi baru dan/atau pengembangan klaster ekonomi

untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru

wilayah. Termasuk dalam pendekatan ini adalah

pengembangan pusat-pusat pengembangan baru yang dapat

menstimulai efek berganda dari kegiatan ekonomi

masyarakat.

Tujuan pendekatan ini adalah untuk pengembangan sumber

ekonomi baru yang dapat dikembangkan oleh daerah maupun

masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Pengembangan Diamond Triangle

(Kabupaten Banyuwangi), Program Industri Kreatif (Kota

Cimahi), dan lain sebagainya.

Pengembangan Event

Kegiatan/Fasilitasi Promosi

Pendekatan ini dilakukan melalui penyelenggaraan event

kegiatan dalam rangka memperkenalkan dan

mempromosikan produk masyarakat sebagai upaya

mengembangkan pasar bagi produk masyarakat.

Tujuan pendekatan ini adalah pemberian bantuan promosi

untuk meningkatkan pasar maupun membangun pasar bagi

produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

Page 58: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

58

adalah Program Festival Budaya Pertanian (Kabupaten

Badung).

Secara umum pendekatan yang paling banyak digunakan oleh pemerintah daerah dalam

rangka mengembangkan inovasi bidang ekonomi adalah pendekatan pemberian stimulan.

Program pemberian stimulan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dapat berupa

pemberian modal usaha dengan bunga rendah, pemberian modal usaha melalui dana

bergulir, pemberian peralatan untuk usaha, dan lain sebagainya. Program jenis ini banyak

dilakukan baik oleh sa.

Selain itu, meskipun inovasi dan prakarsa pemerintah daerah dalam rangka pengurangan

kesenjangan wilayah di bidang ekonomi dapat dikelompokkan dalam berbagai pendekatan,

namun beberapa program inovasi dan prakarsa pemerintah daerah tersebut dapat

menggunakan lebih dari satu pendekatan. Gabungan pendekatan tersebut dapat

meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan, dimana gabungan berbagai pendekatan

digunakan untuk mengatasi persoalan yang berbeda-beda yang dihadapi.

Sebagai contoh, program inovasi Desa Mandiri Anggur Merah (provinsi Nusa Tenggara Timur),

program inovasi Jalin Matra (provinsi Jawa Timur), program inovasi Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (kota Kupang), dan beberapa program sejenis lainnya menggunakan pendekatan

pemberian stimulai melalui pemberian akses terhadap permodalan bagi pengembangan

usaha, yang digabungkan dengan pendekatan pemberian bantuan teknis bagi kelompok

usaha, baik berupa pendampigan teknis perencanaan usaha, perencanaan keuangan,

maupun pengembangan produk dan pemasaran.

Kotak 2

PROGRAM JALIN MATRA PROVINSI JAWA TIMUR

Program Jalin Matra (Jalan Lain Menuju Mandiri Sejahtera) merupakan program yang diinisiasi oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 dalam rangka meningkatkan dan memperluas

cakupan program penanggulangan kemiskinan dengan memberikan bantuan pada masyarakat miskin

sesuai karakteristik kemiskinannya. Program ini memiliki tiga kegiatan unggulan sebagai berikut:

1) Jalin Matra Bantuan Rumah Tangga Sangat Miskin (JMBRTSM), dengan sasaran rumah tangga

sangat miskin dengan status kesejahteraan 1-5% terendah (desil 1). Kegiatan yang memberikan

bantuan sebesar 2,5 juta rupiah/RTSM untuk modal usaha dan pemenuhan kebutuhan dasar ini

menargetkan penerima sebanyak 42.857 RTSM

2) Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan (JMPFK), dengan sasaran kepala rumah tangga

perempuan dengan status kesejahteraan 1-10% terendah (desil 1). Kegiatan yang memberikan

bantuan sebesar 2,5 juta rupiah/KRTP untuk modal usaha dan pemenuhan kebutuhan dasar ini

menargetkan penerima sebanyak 76.238 KRTP.

3) Jalin Matra Penanggulangan Kerentanan Kemiskinan (JMPKK) dengan sasaran rumah tangga rentan

miskin dengan status kesejahteraan 11-30% terendah (desil 2 dan 3). Kegiatan yang memberikan

bantuan sebesar 75 juta/desa untuk pinjaman murah melalui BUMDesa ini, menargetkan penerima

bantuan sebanyak 700 desa.

Dampak pelaksanaan program ini di Provinsi Jawa Timur adalah adanya peningkatan pendapatan bagi

Page 59: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 59

penerima program. Pada JMBRTSM peningkatan pendapatan sebesar Rp 220.920/bulan, JMPFK

sebesar Rp 486.692/bulan, dan JMPKK sebesar Rp 500.750/bulan (Pemprov Jatim, 2017). Peningkatan

pendapatan ini juga sejalan dengan tumbuhnya usaha kecil masyarakat yang bergerak di bidang

peternakan, perdagangan dan jasa, maupun pertanian. Selain itu, program ini juga dinilai mampu

meningkatkan partisipasi masyarakat melalui tumbuhnya kader-kader pemberdayaan masyarakat serta

pendamping desa dan kabupaten.

Program Jalin Matra memberikan beberapa pembelajaran yang dapat direplikasi di daerah lain. Pertama,

Jalin Matra mengajarkan pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan secara seragam, tapi harus

melihat karakteristik kemiskinan dan masalah yang dihadapi dari masyarakat miskin tersebut. Hal ini

terlihat pada program yang menyasar pada rumah tangga sangat miskin, kepala rumah tangga

perempuan, serta rumah tangga rentan miskin. Selain itu, bantuan diberikan dalam bentuk sarana

prasarana penunjang usaha sesuai dengan kebutuhan dan usaha produktif yang dibidangi masing-

masing penerima. Kedua, Jalin Matra memberikan pelajaran pelibatan masyarakat dalam setiap tahapan

pembangunan. Pelibatan masyarakat dimulai dari pelaksanaan rembug warga untuk menentukan

penerima bantuan dan jenis bantuan yang dibutuhkan, verifikasi penerima bantuan, hingga proses

monitoring dan evaluasi pelaksanaan program. Ketiga, Jalin Matra mengajarkan adanya proses

koordinasi dan monitoring evaluasi berjenjang dari tingkat desa hingga provinsi dengan mendorong peran

aktif lembaga desa maupun masyarakat setempat. Terakhir, Jalin Matra memberikan pembelajaran pada

program responsif terhadap isu gender yang selama ini jarang mendapatkan perhatian dari banyak pihak.

Meskipun demikian pelaksanaan Program Jalin Matra mendapatkan beberapa tantangan terkait dengan

pemerataan kualitas pendamping, kontrol pengendalian dari tingkat provinsi ke penerima bantuan yang

sangat tinggi, serta mendorong rumah tangga yang mendapatkan bantuan tepat sasaran dan dana yang

digunakan sesuai tujuan. Selain itu program ini juga disulitkan oleh database kemiskinan yang menjadi

dasar pemberian bantuan sulit diakses dengan format tidak sama serta keterbatasan pendanaan

program.

Sumber: Hasil Analisis dari berbagai sumber (2017)

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan inovasi bidang pendidikan terkait

pengurangan kesenjangan wilayah adalah sebagai berikut:

Bantuan Akses Pelayanan

Dasar

Pendekatan ini dilakukan melalui upaya memberian bantuan

untuk meningkatkan akses masyarakat pada layanan

pendidikan (bantuan pembiayaan sekolah, transportasi,

peralatan sekolah, dsb). Pendekatan ini mirip dengan

pendekatan pemberian bantuan pada pemenuhan kebutuhan

dasar di bidang ekonomi, dimana Pemerintah Daerah

memberikan bantuan bagi siswa sekolah untuk dapat

mengakses kebutuhan pendidikan yang merupakan

kebutuhan dasar masyarakat.

Tujuannya memberikan dan meningkatkan akses bagi

masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan

pelayanan pendidikan. Peningkatan akses masyarakat

terhadap layanan pendidikan tersebut diharapkan dapat

Page 60: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

60

menurunkan angka putus sekolah maupun meningkatkan

lama belajar anak sekolah.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Pelayanan Bus Sekolah Gratis (Kabuapten

Pakpak Barat)

Advokasi

Pendekatan ini dilakukan melalui upaya advokasi untuk

mendorong dan meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap pendidikan (akses, peningkatan kualitas, dsb).

Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap pentingnya memberikan pendidikan yang baik bagi

putra putri mereka. Dengan meningkatnya kesadaran

masyarakat tersebut, diharapkan angka putus sekolah dapat

dikurangi.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Basakola (Kota Bitung), Program Sumikolah

(Kab. Minahasa Utara), dan lain sebagainya.

Peningkatan Pelayanan

Prasarana dan Sarana

Pendidikan

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian bantuan

langsung, berupa penyediaan/pembangunan sarana

prasarana sekolah yang digunakan oleh siswa dan pihak

sekolah untuk meningkatkan akses dan pelayanan sekolah

bagi semua kalangan masyarakat, khususnya masyarakat

berpendapatan rendah. Bantuan prasarana dan sarana yang

diberikan tidak hanya berupa fisik (seperti bangunan sekolah,

peralatan sekolah, dan lain sebagainya), tetapi termasuk juga

tenaga pengajar, sistem pengajaran, dan lain sebagainya yang

diperlukan untuk memastikan program belajar mengajar

dapat berjalan dengan lancar.

Tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan kualitas

pendidikan melalui penyediaan prasarana dan sarana

pendidikan yang memenuhi standar. Penyediaan bantuan

prasarana dan sarana pendidikan ini diharapkan dapat

memperlancar proses belajar mengajar yang pada gilirannya

juga dapat mengurangi angka putus sekolah maupun

memperpanjang lama sekolah.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini antara lain

adalah Program Sangihe Mengajar (Kabupaten Sangihe).

Peningkatan Kualitas

Pendidikan

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian program untuk

meningkatkan kualitas penyelenggaraan pembelajaran terkait

dengan proses transfer pengetahuan melalui peningkatan

Page 61: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 61

Peningkatan Kualitas

Pendidikan

kualitas dan kemerataan tenaga pengajar, bahan ajar, dan

kurikulum.

Tujuan pendekatan ini adalah meningkatkan kualitas

pendidikan yang ada, dan tidak lagi terfokus pada upaya

untuk mengurangi angka putus sekolah. Oleh karenanya,

inovasi ini tidak dikategorikan dalam upaya untuk

pengurangan kesenjangan wilayah.

Sebagaimana halnya inovasi di bidang ekonomi, program inovasi di bidang pendidikan juga

dapat menggunakan lebih dari satu pendekatan untuk saling melengkapi pengentasan

persoalan yang berbeda. Sebagai contoh program bantuan layanan akses pendidikan perlu

dilengkapi dengan pendekatan advokasi untuk memastikan peningkatan akses terhadap

pelayanan pendidikan dibarengi dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

pendidikan bagi putra putrinya.

Sedang pendekatan yang digunakan dalam pengembangan inovasi bidang kesehatan terkait

pengurangan kesenjangan wilayah adalah sebagai berikut:

Bantuan Akses Pelayanan

Kesehatan

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian program

peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan dalam

bentuk uang/tindakan untuk mencapai atau meningkatkan

akses pada pelayanan kesehatan ataupun peningkatan

kapasitas yang diberikan para tenaga medis dan

penunjangnya.

Tujuan pendekatan ini adalah memberikan/meningkatkan

akses masyarakat terutama keluarga miskin terhadap layanan

kesehatan. Dengan meningkatkan akses masyarakat

terhadap layanan kesehatan, diharapkan angka kematian

akan menurun dan angka harapan hidup dapat meningkat.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini adalah

Program Jamkesda yang dikembangkan di sejumlah daerah,

Program Rawat Inap Tanpa Kelas (Kab. Kulonprogo), Program

Insentif ibu bersalin (Kabupaten Buton), dan lain sebagainya.

Peningkatan Sarana dan

Prasarana Kesehatan

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian bantuan

langsung, baik berupa uang maupun barang berupa sarana

prasarana kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Tujuan pendekatan ini adalah menyediakan prasarana dan

sarana kesehatan sesuai standar untuk meningkatkan akses

masyarakat terhadap layanan kesehatan. Dengan

tersedianya prasarana dan sarana kesehatan yang memadai

Page 62: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

62

dan memenuhi standar, maka diharapkan angka kematian

dapat berkurang dan angka harapan hidup dapat meningkat.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini adalah

Program Brigade Kupang Sehat (Kota Kupang), program

Puskesmas Ramah Anak, dan lain sebagainya.

Advokasi

Pendekatan ini dilakukan melalui pemberian

pelatihan/bimbingan teknis/dsb dalam rangka meningkatkan

kemampuan masyarakat maupun upaya advokasi masyarakat

di bidang kesehatan.

Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan serta meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk mengelola lingkungan yang sehat.

Contoh inovasi yang meneggunakan pendekatan ini antara

lain adalah Program Family Gathering RSJ Yogyakarta (kota

Yogyakarta), Program Gampong Sehat, Program Gemilang,

dan lain sebagainya.

Peningkatan Upaya

Pemulihan Kesehatan

Pendekatan ini dilakukan melalui program untuk memberikan

tindakan kuratif yang inovatif bagi pasien. Tujuannya adalah

meningkatkan kemampuan untuk pemulihan kesehatan

pasien sehingga angka kematian berkurang dan angka

harapan hidup bertambah.

Contoh inovasi yang menggunakan pendekatan ini adalah

program PONED (pelayanan Obstetric Neonatal Emergency

dasar), program Unit perinatologi, program layanan kesehatan

komprehensif, dan lain sebagainya.

3.4 Tahapan Inovasi

Pemilihan bentuk dan jenis inovasi perlu didasarkan pada pemahaman terhadap

permasalahan yang dihadapi, baik di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan

infrastruktur. Pemahaman permasalahan dapat diidentifikasi berdasarkan tahapan

perkembangan masing-masing bidang. Penetapan program inovasi didasarkan pada

permasalahan yang dihadapi. Pemahaman terhadap tahapan/kedudukan permasalahan

akan mendorong ketepatan pencapaian efektifitas tujuan inovasi.

Penetapan program inovasi untuk pengurangan kesenjangan wilayah yang sudah dilakukan

pada dasarnya dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan (klasifikasi) permasalahan yang

dihadapi. Permasalahan di bagian hulu diatasi dengan inovasi pada penyelesaian persoalan

Page 63: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 63

penyediaan kebutuhan dasar. Selanjutnya permasalahan di bagian hilir diatas dengan

inovasi untuk peningkatan kualitas pada sektor yang dituju.

3.4.1 Tahapan Inovasi Bidang Ekonomi

Bentuk dan jenis inovasi di bidang ekonomi perlu disiapkan dengan memperhatikan tahapan

dan tingkat permasalahan ekonomi yang dihadapi. Secara umum upaya peningkatan

pendapatan masyarakat perlu dilakukan terhadap 2 (dua) kelompok, kelompok pertama

adalah masyarakat yang memperoleh pendapatan dari upah/gaji sedang kelompok kedua

adalah masyarakat yanag memperoleh pendapatan dari surplus usaha. Dari sisi masyarakat

yang memperoleh pendapatan dari upah/gaji permasalahan masyarakat miskin adalah

rendahnya gaji/upah yang diterima disebabkan keterampilan yang terbatas dan sikap mental

yang buruk. Rendahnya keterampilan masyarakat disebabkan akses atau kesempatan untuk

mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan pada umumnya kurang memadai. Pada

kelompok masyarakat ini maka upaya peningkatan pendapatan masyarakat perlu diupayakan

pada tindakan afirmatif (sebagai contoh pemberian subsidi pendidikan, pemberian bantuan

pemenuhan kebutuhan dasar, pemberian bantuan akses pelayanan kesehatan, dan lain

sebagainya) yang diberikan dalam program inovasi bidang lainnya.

Sedang dari sisi masyarakat yang memperoleh pendapatan dari surplus produksi, upaya

peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan meningkatkan usahanya untuk dapat

memperoleh surplus produksi yang lebih besar. Sebagian besar masyarakat berpenghasilan

rendah yang mengandalkan pendapatannya dari surplus produksi menghadapi kendala

terkait modal (termasuk lahan), kemampuan sumberdaya manusia (penguasaan teknologi),

dan distribusi (baik pada pasar input maupun pada pasar output atau pasar barang).

Keempat kendala tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Oleh sebab itu perlu

pemahaman yang baik terhadap letak permasalahan yang paling siginifikan yang dihadapi.

Secara umum ditinjau dari sistem produksi, tahapan permasalahan pada kelompok

masyarakat yang memperoleh pendapatan dari suplus produksi dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1) Tahap peningkatan produktivitas

Pada tahapan ini permasalahan utama yang dihadapi adalah upaya untuk peningkatan

produktivitas. Umumnya hal ini dialami oleh petani, peternak, nelayan, dan lain

sebagainya yang belum mampu memenuhi tingkat produktivitas yang tinggi. Hal ini

umumnya ditandai dengan keterbatasan penguasaan modal (termasuk lahan),

keterbatasan penguasaan teknologi (sumberdaya manusia), keterbatasan prasarana dan

sarana pendukung untuk produksi, dan lain sebagainya.

Oleh karenanya inovasi untuk peningkatan pendapatan kelompok ini ditujukan untuk

meningkatkan produktivitas melalui fasilitas modal, fasilitasi penyediaan prasarana dan

sarana pendukung, peningkatan kapasitas SDM dan penguasaan teknologi, dan lain

sebagainya.

Page 64: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

64

Program inovasi yang umum dilakukan diantaranya adalah bantuan stimulan berupa

penyediaan prasarana dan sarana untuk mendukung peningkatan produksi, penyediaan

teknologi untuk meningkatkan produksi, peningkatan kapasitas SDM, bantuan modal,

peningkatan ekstensifikasi dan intensifikasi, dan lain sebagainya.

Ditinjau dari pendekatan inovasi yang digunakan dapat berupa pemberian stimulan

berupa modal kerja dan penyediaan prasarana dan sarana maupun teknologi,

pendampingan teknis untuk penguasaan teknologi dan peningkatan kapasitas SDM, dan

advokasi.

Inovasi untuk peningkatan produktivitas bahan baku umumnya dikembangkan di wlayah

yang masih menghadapi persoalan rendahnya produktivitas bahan baku, terutama di

luar Pulau Jawa.

2) Tahap peningkatan nilai tambah

Karakteristik permasalahan yang dihadapi pada tahapan ini umumnya adalah surplus

produksi dan belum adanya peningkatan nilai tambah dari produk bahan baku yang

dihasilkan. Umumnya pada tahapan ini produktivitas sudah tidak menjadi

permasalahan yang signifikan, namun pendapatan masyarakat relatif masih rendah

karena belum efektifnya pembentukan nilai tambah dari produk yang dihasilkan.

Upaya untuk peningkatan pendapatan masyarakat dalam kelompok ini ditujukan untuk

peningkatan nilai tambah bagi surplus produksi yang dihasilkan serta peningkatan

kualitas bahan jadi atau bahan setengah jadi yang dihasilkan.

Bentuk inovasi yang umum diberikan umumnya berupa pendampingan teknis untuk

meningkatkan nilai tambah produk bahan baku, pendampingan teknis untuk

peningkatan kualitas produk bahan baku maupun bahan setengah jadi/bahan jadi,

pengembangan jejaring pasar, pemberian bantuan modal, peningkatan kapasitas SDM,

pemberian bantuan prasarana dan sarana untuk meningkatkan nilai tambah, dan lain

sebagainya.

Oleh karenanya inovasi yang dikembangkan diantaranya dilakukan dengan pendekatan

pendampingan teknis untuk peningkatan nilai tambah maupun peningkatan kualitas

produksi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang dihasilkan, fasilitas pasar untuk

produk nilai tambah yang dihasilkan, advolasi, dan stimulan berupa pemberian modal

usaha.

3) Tahap perluasan pasar

Karakteristik permasalahan yang dihadapi pada tahap ini adalah terkait pengembangan

pasar. Pada umumnya pada tahapan ini produktivitas sudah bukan menjadi masalah,

bahkan upaya untuk peningkatan produktivitas relatif tidak diperlukan karena sudah

mencapai efektifitas produksi yang cukup baik. Upaya untuk peningkatan nilai tambah

juga sudah banyak dikembangkan dan sudah mampu memproduksi dalam jumlah yang

cukup besar. Persoalan terutama terkait pemasaran produk-produk yang dihasilkan.

Inovasi pada tahapan ini ditujukan bagi perluasan pasar untuk meningkatkan penjualan

produk-produk yang dihasilkan. Peningkatan pasar dapat dilakukan dengan

memperluas pasar maupun menciptakan pasar baru melalui difersifikasi produk dan

penciptaan demand baru.

Page 65: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 65

Inovasi yang dilakukan umumnya dalam bentuk pendampingan teknis untuk pemasaran

produk, pendampingan teknis untuk peningkatan kualitas produk, fasilitasi peningkatan

jejaring pasar, bantuan modal, dan lain sebagainya.

Pendekatan yang digunakan diantaranya adalah bantuan stimulan untuk peningkatan

permodalan, penyediaan pendampingan teknis, fasilitas pasar, dan lain sebagainya.

Gambar 3.3

TAHAPAN INOVASI BIDANG EKONOMI

Pemahaman yang baik terhadap tahapan permasalahan yang dihadapi dalam sistem tahapan

pengembangan ekonomi akan mendorong efektifitas inovasi yang dilakukan. Sebagai contoh

invasi Gerakan Bela Beli Kulonprogo yang digagas Pemerintah Kabupaten Kulonprogo alam

mengembangkan pasar lokal bagi produk-produk setempat merupakan hasil dari

pemahaman yang baik terhadap permasalahan yang dihadapi di wilayahnya. Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo memahami bahwa permasalahan peningkatan produkvitas pertanian

tanaman pangan bukan lagi menjadi permasalahan yang dihadapi petani. Namun untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat, petani masih menghadapi kendala terkait efisiensi

biaya produksi dan pemasaran produk (termasuk memperkecil rantai pasok). Oleh

karenanya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengembangkan pasar beras masyarakat

setempat melalui kerjasama dengan Bulog Divre Yogyakarta untuk memasok beras raskin

bagi masyarakat Kulonprogo serta pemasaran beras premium kepada PNS yang dipasok

langsung oleh Gapoktan (Gabungan Kelompok Petani).

Umumnya permasalahan ekonomi di wilayah Pulau Jawa tidak lagi terkait pada permasalahan

produktivitas, namun lebih pada upaya untuk peningkatan nilai tambah, peningkatan efisiensi

biaya produksi, maupun pemasaran produk. Sedang permasalahan ekonomi di luar Pulau

Jawa sebagian masih pada tahapan peningkatan produktivitas. Dengan demikian inovasi

bidang ekonomi yang dilakukan di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa relatif berbeda

karakteristik dan pendekatannya.

Pengembangan jejaring pasar

Page 66: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

66

Kotak 3

GERAKAN BELA BELI KULONPROGO

Kabupaten Kulonprogo merupakan kabupaten termiskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam

rangka mengentaskan kemiskinan dan mengejar ketertinggalan, Bupati Hasto Wardoyo meluncurkan

program Gerakan Bela Beli Kulonprogo, yaitu sebuah gerakan untuk mengangkat perekonomian daerah

dengan langkah menjadikan produk lokal sebagai tuan rumah di pasar sendiri ditengah gempuran

produk asing di era globalisasi dan pasar bebas

Gerakan ini resmi dicanangkan pada 25 Maret 2013 dengan tujuan mendorong kemandirian ekonomi

dan kedaulatan pangan dengan 3 (tiga) sasaran utama yaitu: (a) mandiri pangan; (b) mandiri sandang;

dan (c) mandiri papan. Berbagai program diluncurkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,

diantaranya adalah:

(1) Program Beras Daerah (Rasda), yaitu program pemenuhan suplai raskin (beras untuk rakyat

miskin) oleh produk lokal melalui fasilitasi MOU dengan Bulog Divre DIY serta pembentukan

dan pendampingan Gapoktan.

(2) Program Beras Premium, yaitu pengembangan beras asli varietas Kulonprogo sebagai beras

unggulan serta advokasi efisiensi biaya produksi serta fasilitas pemasaran melalui pembelian

beras premium oleh PNS setempat.

(3) Program Batik Geblek Renteng, yaitu program pengembangan batik lokal yang diawali dengan

lomba motif batik lokal dan pada tahap berikutnya desain batik yang terpilih diproduksi

setempat dan diwajibkan menjadi seragam PNS dan seragam siswa sekolah.

(4) Program Air Kemasan “AirKu”, yaitu program pengembangan produk air kemasan yang

diproduksi oleh PDAM untuk memenuhi permintaan pasar air kemasan setempat. Fasilitas

pemasaran dimulai dengan kewajiban bagi semua OPD Kabupaten Kulonprogo untuk

menggunakan AirKu sebagai minuman saat kegiatan rapat dan kegiatan lain di lingkungan

PemKab.

(5) Program Toko Milik Rakyat (TOMIRA), yaitu program untuk pengembangan waralaba

minimarket lokal yang dikelola oleh Koperasi setempat dan mendorong pemasaran produk-

produk lokal melalui Tomira.

(6) Program Pengembangan Batu Andesit, yaitu program peningkatan nilai tambah produk batu

andesit menjadi batu expose dan bahan paving jalan, serta fasilitasi pemasaran melalui

kewajiban program infrastruktur PemKab untuk menggunakan batu andesit setempat.

(7) Program-program lainnya

Beberapa pembelajaran yang diperoleh dari program ini antara lain:

Program pengentasan kemiskinan dan mengejar ketertinggalan dimulai dari sebuah gerakan

bersama untuk menggunakan produk-produk lokal dan menciptakan pasar bagi produk-produk

lokal tersebut. Hal ini mendorong peningkatan pasar bagi produk lokal dan mendorong

peningkatan ekonomi masyarakat. Berdasarkan data Bappeda Kab. Kulonprogo (2017),

beberapa dampak ekonomi yang telah didapat diantaranya adalah: (1) saat ini kebutuhan

beras raskin Kab. Kulonprogo sebear 4.176 ton/tahun telah dapat dipenuhi oleh produksi

petani lokal dengan HPP tetap; (2) beras premium telah diserap oleh PNS dan memperpendek

rantai pasok sehingga biaya produksi lebih efisien; (3) produksi air kemasan AirKu telah

mencapai 10.000 karton untuk produksi air mineral 220 ml serta 1.000 galon per bulan dan

PDAM sudah mampu menyumbang PAD bagi Kab. Kulonprogo; (4) omzet produksi batik lokal

meningkat dari 2000 yard/bulan menjadi 40.000 yard/bulan serta bertambahnya jumlah

pengrajin dan sentra batik dari semula 2 sentra menjai 50-an sentra batik; (5) terdapat 13

Tomira yang sudah dimiliki oleh koperasi setempat; (6) dan lain sebagainya.

Gerakan ditindaklanjuti dengan program pengembangan ekonomi yang menyeluruh pada

seluruh sektor usaha yang menjadi unggulan daerah melalui fasilitasi sektor-sektor tersebut.

Dengan demikian, pengembangan ekonomi tidak hanya pada satu kelompok sasaran saja,

tetapi meliputi banyak kelompok sehingga dapat mendorong peningkatan ekonomi wilayah

secara keseluruhan. Berdasarkan data Bappeda Kab. Kulonprogo (2016), angka kemiskinan

di Kab. Kulonprogo mengalami penurunan dari 22,54% pada tahun 2013 menjadi 16,74% di

tahun 2014 dan pada akhir 2015 menjadi 12%.

Gerakan dimulai dari pemahaman yang baik dari Pemerintah Kabupaten Kulonprogo terhadap

Page 67: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 67

permasalahan utama pengembangan sektor ekonomi daerah, yaitu terkait pemasaran dan

peningkatan kualitas produk agar lebih kompetitif. Oleh karenanya, gerakan difokuskan pada

upaya hilirisasi produk melalui fasilitasi peningkatan kualitas produk serta penciptaan pasar

bagi produk lokal.

Terdapat perbedaan waktu dan tingkat keberhasilan pada berbagai program yang dilakukan.

Masing-masing sektor yang dikembangkan memiliki karakteristik potensi dan tantangan

pengembangan yang berbeda, oleh karenanya proses dan waktu yang dibutuhkan untuk

pengembangan program berbeda-beda. Saat ini setidaknya program air kemasan AirKu dan

batik geblek renteng yang dipandang sudah lebih mandiri. Sedang program lain masih

membutuhkan proses pengembangan dan fasilitasi yang lebih panjang. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kondisi SDM serta penguasaan teknologi dan pasar dari masing-masing

sektor yang berbeda-beda.

Gerakan ini juga dilengkapi dengan program penunjang lain yang lebih bersifat philantropic

dalam rangka menurunkan angka kemiskinan, seperti program pendampingan keluarga miskin

oleh PNS, program kesehatan, program pendidikan, program bedah rumah, dan lain

sebagainya.

Sumber: Hasil Analisis dari berbagai sumber (2017)

3.4.2 Tahapan Inovasi Bidang Pendidikan

Tingkat permasalahan di bidang pendidikan secara umum dapat dikategorikan dalam 3 (tiga)

kelompok, yaitu:

1. Permasalahan pada peningkatan akses pelayanan pendidikan

Daerah yang menghadapi permasalahan ini umumnya dihadapkan pada berbagai

kendala masyarakat untuk dapat mengakses pelayanan pendidikan, seperti terbatasnya

kemampuan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya, keterbatasan aksesibilitas

menuju sekolah, keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan, dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, inovasi yang dilakukan ditujukan untuk

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Bentuk inovasi yang

diberikan diantaranya berupa pemberian bantuan biaya pendidikan, pemberian bantuan

fasilitas transportasi untuk bersekolah, pemberian bantuan penyediaan prasarana dan

sarana sekolah, dan lain sebagainya. Sedang pendekatan yang dapat digunakan

diantaranya adalah peningkatan akses layanan pendidikan, pemberian banatuan

prasarana dan sarana, serta advokasi.

Contoh inovasi yang dilakukan diantaranya adalah Pelayanan Bus Sekolah Gratis

(Kabupaten Pakpak Barat), Program Basakolah, Program Sumikolah, dan lain

sebagainya.

2. Permasalahan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Daerah yang mengembangkan inovasi ini umumnya sudah tidak lagi menghadapi

permasalahan keterbatasan akses masyarakat terhadap layanan pendidikan. Oleh

karenanya upaya yang dilakukan diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan serta

pemerataannya ke seluruh wilayah.

Page 68: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

68

Program inovasi yang dilakukan dapat berupa peningkatan prasarana dan sarana

pendidikan untuk peningkatkan kualitas pendidikan, peningkatan kapasitas guru dan

pendidik, pengembangan metoda pengajaran, advokasi, dan lain sebagainya.

3. Permasalahan Pengembangan Sistem Pendidikan

Pada tahap yang tertinggi adalah inovasi terkait untuk pengembangan sistem

pendidikan. Pada tahapan ini kualitas pendidikan umumnya sudah relatif baik, demikian

pula dengan ketersedian prasarana dan sarana pendidikan. Namun demikian untuk

lebih meningkatkan daya saing pendidikan, dibutuhkan peningkatan/pembaruan sistem

pendidikan. Tujuannya adalah perubahan sistem dan tata kelola pendidikan untuk

meningkatkan daya saing pendidikan di wilayahnya.

Gambar 3.4

TAHAPAN INOVASI BIDANG PENDIDIKAN

Oleh karena inovasi di bidang pendidikan yang dipandang terkait upaya pengurangan

kesenjangan antarwilayah difokuskan pada inovasi untuk meningkatkan IPM bidang

pendidikan, terutama pada penurunan tingkat putus sekolah serta peningkatan lama

pendidikan siswa, maka inovasi yang dilakukan adalah pada upaya tahapan pertama, yaitu

peningkatan akses pendidikan. Bentuk dan pendekatan yang digunakan dapat berupa

memberian bantuan akses ke layanan pendidikan, peningkatan prasarana dan sarana

pendidikan, maupun advokasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya pendidikan.

Permasalahan akses terhadap fasilitas pendidikan masih banyak dirasakan oleh masyarakat

di luar Pulau Jawa. Oleh karenanya, inovasi bidang pendidikan terutapa untuk menurunkan

angka putus sekolah serta meningkatkan lama pendidikan siswa lebih banyak dilakukan di

Page 69: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 69

luar Pulau Jawa. Inovasi tersebut sebagian besar dilakukan dengan pemberian akses

terhadap pelayanan pendidikan bagi masyarakat.

3.4.3 Tahapan Inovasi Bidang Kesehatan

Permasalahan di bidang kesehatan juga dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan

permasalahan yang dihadapi, yaitu:

1) Tahap Kuratif

Permasalahan pada tahapan ini umumnya ditandai rdengan masih rendahnya kualitas

kesehatan masyarakat serta akses masyarakat terhadap layanan kesehatan. Upaya

penurunan angka kematian ditujukan terutama pada upaya penyembuhan penyakit,

percepatan penanganan masalah kesehatan masyarakat, serta peningkatan akses

masyarakat pada layanan kesehatan.

Bentuk inovasi yang umum dilakukan diantaranya adalah pemberian akses layanan

kesehatan melalui jamkesda maupun asuransi kesehatan lainnya, peningkatan

prasarana dan sarana kesehatan, serta advokasi untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat.

Contoh inovasi yang dilakukan diantaranya adalah bantuan Jamkesda atau asuransi

kesehatan lainnya yang dilakukan oleh berbagai daerah, layanan rawat inap tanpa kelas

bagi keluarga miskin (Kab. Kulonprogo), program dokter online, dan lain sebagainya.

2) Tahap Preventif

Permasalahan utama pada tahapan ini tidak lagi difokusikan pada peningkatan akses

masyarakat pada layanan kesehatan, tetapi pada upaya untuk meningkatkan

pencegahan penyakit serta peningkatan kesadaran masyarakat pada upaya preventif.

Pada tahapan ini peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sudah mulai menjadi

perhatian.

Pendekatan inovasi yang dilakuikan diantaranya berupa penyediaan prasarana dan

sarana kesehatan serta advokasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

upaya preventif.

Beberapa contoh inovasi pada tahap ini diantaranya adalah Program Kesehatan

Reproduksi (Kespro), program pemberdayaan kelompok pendukung ASI (KP-ASI),

program Brigade Kupang Sehat, dan lain sebagainya.

3) Tahap Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan

Pada tahapan ini upaya peningkatan kesehatan masyarakat difokuskan pada upaya

untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan. Umumnya akses masyarakat terhadap

layanan kesehatan sudah cukup baik, tinggal meningkatkan kualitas layanan kesehatan

yang disediakan.

Page 70: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

70

Bentuk inovasi yang dilakukan dapat menggunakan pendekatan penyediaan prasarana

dan sarana yang berkualitas, advokasi, serta peningkatan kemampuan penyembuhan

penyakit.

Gambar 3.5

TAHAPAN INOVASI BIDANG KESEHATAN

3.5 Rentang Kendali

Definisi rentang kendali (span of control) menurut business dictionary adalah jumlah

subordinat yang menunjukkan seorang manajer/pengelola dapat langsung melakukan

kontrol (http://www.businessdictionary.com/definision/span-of-control.html) Jumlah

subordinat menunjukkan bawahan yang harus dikontrol. Tujuan adanya kendali adalah

pengawasan dan pengendalian terhadap bawahannya agar berjalan secara efektif. Prinsip

pengelolaan yang ditawarkan Gulick dan Urwick (1937) menunjukkan bahwa jenjang hirarkis

yang tidak terlalu panjang, aktivitasnya akan lebih mudah dikendalikan.

Dalam pengelolaan pengurangan kesenjangan wilayah, terdapat beberapa rentang kendali.

Organisasi pemerintahan di Indonesia baik di masing-masing pemerintah pusat maupun

daerah memiliki rentang kendali yang panjang, hal ini tercermin dari jumlah hirarki yang

panjang. Sedangkan organisasi masyarakat atau lembaga non pemerintah umumnya

memiliki rentang kendali yang lebih pendek. Dalam pelaksanaannya, ternyata rentang kendali

tersebut menentukan keefektifan dalam keberhasilan pengurangan kesenjangan. Berikut

adalah jenis rentang kendali yang selama ini berjalan di Indonesia untuk melaksanakan

pengurangan kesenjangan wilayah, yaitu:

Page 71: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 71

1. Rentang kendali pemerintah pusat-pemerintah daerah

Dengan prinsip desentralisasi, pemerintah pusat memiliki program yang dijalankan

oleh pemerintah daerah, bahkan sampai dengan tingkat pemerintahan desa.

Contoh: Program Dana Desa dari KPDT;

2. Rentang kendali pemerintah daerah

Terdapat dua jenis rentang kendali di pemerintahan daerah. Yaitu rentang kendali

program yang dijalankan oleh pemerintah provinsi ke masing-masing

kabupaten/kota, bahkan sampai dengan masyarakat penerima program, yang

menunjukkan rentang kendali yang cukup panjang; dan rentang kendali di

pemerintah kabupaten/kota sendiri yang relatif cukup pendek;

3. Rentang kendali organisasi masyarakat dan lembaga non pemerintah

Rentang kendali pada organisasi ini relatif pendek karena struktur organisasi yang

sederhana dan tidak banyak berhirarki. Organisasi masyarakat yang biasanya

terlibat contohnya adalah asosisasi pengusaha, asosiasi petani, koperasi, atau LSM

yang terlibat dalam pengurangan kesenjangan wilayah.

Bila melihat tahapan pelaksanaan kegiatan/program yang meliputi perencanaan,

implementasi, dan evaluasi, maka secara umum tahapan perencanaan dapat dilakukan

dengan baik dan menghasilkan perencanaan (walaupun tetap memiliki terbatasan). Namun,

seiring dengan semakin panjang rentang kendali dari perencana program dengan penerima

manfaat, maka tingkat efektivitas pengurangan kesenjangan wilayah relatif makin berkurang,

terutama dalam pengawasan dan pengendalian program (penilaian keberhasilan,

keterserapan, dan keberlanjutan program). Program inovasi pengurangan kesenjangan antar

wilayah yang digagas oleh pemerintah dengan hirarki yang lebih tinggi memiliki rentang

kendali yang lebih panjang dibanding dengan inovasi yang diggagas oleh pemerintah dengan

hirarki yang lebih rendah. Masalah muncul pada saat implementasi terutama saat kegiatan

verifikasi, pendampingan, dan fasilitasi program harus melibatkan kegiatan pemberdayaan

dan analisis target masyarakat sasaran dengan jelas. Dengan rentang kendali yang semakin

panjang, upaya verifikasi, fasilitasi, dan pendampingan tersebut tidak lagi bersifat seragam

untuk semua wilayah. Kebutuhan atas fasilitator atau pendamping yang baik menjadi sulit

diterapkan karena proses kaderisasi atau pelatihan pun tidak berjalan baik. Bila rentang

kendali organisasi dengan tingkat struktur organisasi yang pendek lebih mudah untuk menilai

tingkat keberhasilannya, dan menjamin keberlangsungan programnya. Hal ini dapat

diilustrasikan seperti Gambar 3.6.

Selain keefektifan rentang kendali berdasarkan tahapan pelaksanaan kegiatan/program,

maka efektivitas dapat dilihat juga terhadap pemahaman wilayah dari target wilayah yang

disasar. Makin tinggi rentang kendali, maka program yang disusun makin seragam tanpa

melihat karakteristik wilayah, walaupun perencanaan cukup komprehensif dan anggaran

besar. Namun kegagalan pengurangan kesenjangan muncul karena program yang diberikan

tidak cocok dengan kondisi wilayah dan kondisi sosial budaya masyarakat. Pengenalan dan

pemahaman karakter daerah menjadi sulit dilakukan pada saat rentang kendali makin tinggi.

Ilustrasi dari efektifitas program dan rentang kendali berdasarkan karakter daerah dapat

dilihat pada Gambar 3.7.

Page 72: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

72

Gambar 3.6

EFEKTIFITAS RENTANG KENDALI PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

Gambar 3.7

EFEKTIFITAS PROGRAM DAN RENTANG KENDALI BERDASARKAN KARAKTER DAERAH

u PUSAT

u PROVINSI

u KABUPATEN/KOTA/

ORGANISASI NON-PEMERINTAH

Efektifitas Program berdasarkan karakter

daerah

Karakter Daerah: Kondisi

Geografis, Luas Wilayah,

Kepadatan Penduduk, Kearifan Lokal

Tidak efektif

Efektif

Page 73: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 73

Kotak 4

PROGRAM SATRYA EMAS

Program SATRYA EMAS Kabupaten Pasuruan,

dimulai pada tahun 2013, dengan tujuan

meningkatkan: kesempatan kerja, sistem

keunggulan kompetitif, keunggulan UMKM, &

kualitas SDM

KEGIATAN

Mekanisme

pelaksanaan program

yang dilakukan dengan

koordinasi oleh Dinas

Koperasi, kemudian

solusi diberikan oleh

dinas terkait sesuai

permasalahan,

menyebabkan rentang

kendali pelaksanaan

program tetap pendek.

Hal ini karena tahapan

program terbagi dalam

dua rentang kendali

DAMPAK PROGRAM

• Total UMKM 262.374 unit, dominasi usaha mikro, kecil: 11.00 unit, menengah: 1.012 unit

yang telah dipetakan

• UMKM bahkan PKL memiliki ijin, label, ijin dari dinas kesehatan, dan sertifikat lahan

• Terbentuknya Klinik Kemasan

• Kemitraan dengan industri besar (Nestle-kedelai)

• Kemitraan dengan perbankan, mitra pihak ketiga (penerima produk), 40 pondok pesantren

• Terbentuknya 10 asosiasi UMKM dan masing-masing akan membentuk koperasi

• Terbentuknya outlet pemasaran di setiap wilayah pelayanan

Page 74: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

74

3.6 Kelembagaan

Kelembagaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektifitas proses pelaksanaan

inovasi pengurangan kesenjangan wilayah. Kelembagaan dalam hal ini termasuk di

dalamnya terkait dengan tata kelola (good governance) yang dilakukan.

Secara umum terdapat 2 (dua) sistem kelembagaan yang terkait dalam implementasi inovasi

pengurangan kesenjangan wilayah, yaitu (1) kelembagaan dan tata kelola yang terkait

dengan pihak inisiator inovasi, dalam hal ini terutama pemerintah daerah; dan (2)

kelembagaan dan tata kelola terkait dengan masyarakat penerima manfaat atau kelompok

sasaran program inovasi. Terkait dengan kelembagaan juga adalah pembagian peran

antarpihak (stakeholder) yang terlibat dalam upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah.

3.6.1 Kelembagaan Inisiator

Pengembangan inovasi daerah dalam pengurangan kesenjangan antarwilayah pada dasarnya

melibatkan banyak pihak. Secara garis besar, pihak-pihak yang terlibat diantaranya adalah

pemerintah (baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah

kabupaten/kota); lembaga non-pemerintah, baik lembaga donor maupun lembaga swadaya

masyarakat; pendamping/fasilitator masyarakat; konsultan; pihak swasta, masyarakat

penerima manfaat, serta pihak lainnya yang terkait.

Ketidakjelasan penetapan peran masing-masing lembaga, termasuk tupoksi bagi organisasi

perangkat daerah yang berwenang dalam pelaksanaan program inovasi akan menghambat

proses inovasi yang berlangsung. Hal ini terjadi pada program inovasi One Village One Sister

Company yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Program ini pada

dasarnya merupakan inovasi dengan melibatkan peran serta pengusaha untuk berpartispasi

dalam pengembangan ekonomi di Kabupaten Kulonprogo. Masing-masing perusahan

diwajibkan melakukan pendampingan pada satu desa. Ketidakjelasan konsep yang akan

dikembangkan dan OPD yang berwenang untuk mengelola dan mengkoordinir program

mengakibatkan program tersebut tidak berlangsung lama.

Dukungan kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan sangat diperlukan dalam

pencapaian tujuan pembangunan daerah, termasuk tujuan implementasi inovasi

pengurangan kesenjangan wilayah. Dalam konteks pengembangan inovasi daerah untuk

pengurangan kesenjangan antar-wilayah, dukungan kebijakan memegang peranan yang

penting, karena kebijakan menjadi landasan dan pelaksanaan inovasi yang efektif. Di dalam

kebijakan diatur mengenai tujuan dan sasaran, organisasi pelaskana, peran dari berbagai

pihak terkait, mekanisme perencanaan sampai dengan evaluasi, serta sistem

pendanaan/penganggarannya. Dengan adanya kebijakan yang memiliki kekuatan hukum,

pengembangan inovasi memiliki kepastian hukum bagi pemerintah daerah.

Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan program dan jaminan legal basis pelaksanaan

inovasi, maka penetapan peran lembaga di lingkungan pemerintah daerah beserta

kewenangannya perlu ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Umumnya

Page 75: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 75

penetapan peran lembaga di lingkungan pemerintah daerah dapat dilakukan melalui

penetapan Peraturan Kepala Daerah.

Permasalahan kelembagaan juga dapat terkait dengen rentang kendali. Panjangnya rentang

kendali antara perencana (inisiator) program inovasi dengan penerima manfaat dapat

disiasati dengan pengembangan kelembagaan yang efektif. Pengembangan kelembagaan ini

dilakukan melalui pembagian kewenangan dari pemilik (inisiator) program kepada pihak-

pihak yang terkait, baik kepada pemerintahan yang lebih rendah maupun kepada pihak

lainnya yang terkait. Pembagian kewenangan ini harus diimbangi dengan penetapan peran

yang jelas.

3.6.2 Kelembagaan Masyarakat Penerima Manfaat

Pada tingkat penerima manfaat, kelembagaan diperlukan untuk menjamin distribusi

program, pelaksanaan program, dan kemandirian masyarakat dapat terbentuk.

Kelembagaan di tingkat penerima manfaat ini dikembangkan dalam bentuk community

organizing (CO). Pembentukan CO dapat menggunakan lembaga setempat yang sudah ada,

maupun mengembangkan lembaga baru. Lembaga setempat yang sudah ada yang dapat

digunakan diantaranya adalah Karang Taruna, Pemerntah Desa, PKK, Koperasi Desa, Dasa

Wisma, Kelompok Petani, dan lain sebagainya. Penggunaan lembaga setempat yang sudah

ada bergantung pada kebutuhan program inovasi yang dilaksanakan.

Program inovasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang digagas oleh Kota Kupang sebagai

contoh, menggunakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang berada di bawah

Pemerintah Desa untuk mengelola program di tingkat desa. LPM ini berfungsi sebagai CO

dalam pengelolaan desa di masing-masing desa. Program inovasi Desa Mandiri Anggur

Merah menggunakan koperasi desa sebagai CO di masing-masing desa. Meskipun sebagian

desa belum belum memiliki koperasi, masyarakat membentuk koperasi baru sebagai CO

sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan program inovasi tersebut.

Apabila lembaga setempat yang sudah ada tidak dapat berperan sebagai CO dalam

pengelolaan program, maka masyarakat dapat membentuk CO baru sesuai dengan

kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan CO adalah keterwakilan

kelompok masyarakat penerima manfaat. Perlu penjaminan bahwa kelompok-kelompok

minoritas dan rentan juga terwakili dalam keanggotaan CO.

Dalam pelaksanaan program inovasi, anggota CO harus dibekali dengan pengetahuan dan

keterampilan yang memadai. Oleh karenanya pembentukan CO harus pula diimbangi dengan

upaya peningkatan kapasitas CO. Pemerintah Daerah maupun lembaga non-pemerintah lain

yang mengembangkan inovasi pengurangan kesenjangan wilayah dapat melengkapi program

inovasinya dengan upaya peningkatan kapasitas anggota CO. Hal ini untuk menjamin tingkat

keberlanjutan dan kemandirian masyarakat dalam mengelola program.

Pengembangan kelembagaan yang kuat di tingkat masyarakat penerima juga dapat menjadi

alat untuk proses sinkronisasi berbagai program yang diterima pada satu daerah/wilayah/

kelompok masyarakat yang sama. Di beberapa tempat dijumpai pada daerah/wilayah/

Page 76: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

76

kelompok masyarakat yang sama menerima beberapa program yang diinisiasi oleh lembaga

yang berbeda, baik program yang sifatnya sejenis maupun program yang sifatnya berbeda.

Sebagai contoh, desa/kelurahan di Kota Kupang mendapatkan program Desa Mandiri Anggur

Merah dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat dari Pemerintah Kota Kupang. Kedua program relatif serupa dan merupakan

program bidang ekonomi dengan pendekatan pemberian stimulan bagi pengembangan

usaha ekonomi masyarakat. Perbedaan kedua program adalah pada mekanisme dan

besaran dana yang diberikan. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pemberian program,

Pemerintah Desa/Kelurahan dan lembaga pendamping mengatur mekanisme lebih detail

bagi masyarakat yang dapat menerima program agar tidak terjadi duplikasi.

3.6.3 Peran Stakeholder

Berdasarkan pengkajian terhadap sejumlah praktek baik dalam pengembangan inovasi

daerah untuk pengurangan kesenjangan antarwilayah, berikut beberapa peran yang

dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain:

1. Penetapan Kebijakan

Dalam rangka pelaksanaan inovasi pengurangan kesenjangan wilayah, pemerintah

daerah berperan penting dalam penyiapan kebijakan yang menjadi landasan dan dasar

bagi pelaksanaan kegiatan inovasi, baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri

maupun yang dilakukan oleh lembaga lain. Kebijakan yang ditetapkan dapat berupa

penetapan inovasi beserta kelembagaan yang berwenang melaksanakan inovasi yang

ditetapkan di lingkungan pemerintah daerah, pengembangan kebijakan dan strategi

pengurangan kesenjangan wilayah, penetapan pedoman bagi lembaga non-pemerintah

yang melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengurangan

kesenjangan wilayah, dan lain sebagainya.

2. Penyedia dana/program pendukung

pemerintah daerah dapat berperan sebagai penyedia dana dan/atau program

pendukung yang diperlukan oleh masyarakat dalam rangka mengurangi kesenjangan

wilayah. Selain sebagai penyedia dana langsung bagi pelaksanan inovasi yang

dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri, pemerintah daerah juga dapat berperan

sebagai penyedia program pendukung yang dapat diakses oleh masyarakat untuk

mengurangi kesenjangan wilayahnya.

Salah satu contoh program pendukung yang diberikan adalah pada Program Inovasi

Satrya Emas yang dilakukan oleh Pemerintah kabupaten Pasuruan. Inovasi

pengembangan usaha mikro dan kecil yang dikembangkan melalui program Satrya Emas

mendapat bantuan melalui fasilitasi program yang tersebar di berbagai OPD terkait.

Masyarakat penerima manfaat melalui fasilitasi pendamping dapat mengusulkan untuk

mendapatkan program pemerintah yang terkait dengan bidang usahanya.

Page 77: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 77

3. Pemberian bantuan teknis

Pemberian bantuan teknis pada dasarnya adalah pemberian pendampingan teknis bagi

masyarakat penerima manfaat. Meskipun sebagian besar inovasi menggunakan tenaga

pendamping (fasilitator) khusus untuk melakukan pendampingan teknis, namun

sebagian program inovasi melakukan pendampingan teknis yang dilakukan sendiri oleh

pemerintah daerah. Pendampingan teknis bisa dilakukan oleh OPD terkait yang

memiliki kompetensi yang diperlukan. Sebagai contoh, pendampingan untuk petani bagi

upaya peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui

Dinas Pertanian setempat maupun tenaga penyuluh pertanian.

4. Penyebaran informasi dan advokasi

pemerintah daerah juga dapat berperan dalam memberikan informasi kepada

masyarakat serta melakukan advokasi untuk perubahan perilaku ke arah yang

diharapkan. Advokasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendorong

perubahan perilaku masyarakat umumnya banyak dikembangkan pada inovasi di bidang

kesehatan dan pendidikan. Sedang advokasi oleh pemerintah daerah di bidang

ekonomi diantaranya adalah program inovasi Pengelolaan Pedagang Pasar Galendong

(Kota Payakumbuh) merupakan salah satu contoh pengembangan advokasi oleh

pemerintah daerah untuk penataan pasar dan pedagang kaki lima. Selain itu program

inovasi Agam Menyemai yang digerakkan oleh pemerintah kabupaten Agam juga

merupakan salah satu contoh peran pemerintah daerah untuk mendorong masyarakat

mengembangkan lahan-lahan pekarangannya untuk pengembangan tanaman produktif.

5. Fasilitas Akses Pelayanan (dana, program, jejaring, pasar, dan lain sebaganya)

Selain bantuan dana dan bantuan teknis, pemerintah daerah juga dapat memfasilitasi

kelompok sukarelawan maupun kelompok berbasis masyarakat yang bergerak di bidang

pengurangan kesenjangan wilayah melalui penyediaan akses ke pelayanan yang

dibutuhkan oleh masyarakat tetapi tidak disediakan oleh pemerintah, seperti akses

kepada lembaga keuangan, akses kepada pasar, akses dalam membangun jejaring, dan

lain sebagainya.

Selain pemerintah daerah, sejumlah lembaga non-pemerintah juga terlibat dalam

pengembangan inonvasi daerah dalam pengurangan kesenjangan antar-wilayah. Salah satu

diataranya adalah lembaga donor dan lembaga swadaya masyarakat. Peran lembaga donor

dalam pengembangan inovasi daerah untuk pengurangan kesenjangan antarwilayah yang

teramati antara lain adalah:

1. Penyedia Bantuan Pendanaan

Sebagai lembaga donor, maka peran utama dari lembaga ini dalam pengurangan

kesenjangan wilayah adalah bantuan pendanaan bagi kelompok masyarakat penerima

manfaat maupun bagi Pemerintah Daerah dan/atau lembaga non-pemerintah lainnya

yang mengembangkan program inovasi dalam rangka pengurangan kesenjangan

wilayah. Berbagai lembaga donor aktif dalam upaya pengurangan kesenjangan wilayah,

diantaranya adalah AUS-AID, US-AID, FAO, UNESCO, dan lain sebagainya.

Page 78: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

78

2. Fasilitasi Program Pendampingan

Salah satu peran yang dapat dilakukan oleh lembaga donor adalah memberikan program

pendampingan. Beberapa lembaga donor memiiki agenda program tersendiri yang

terkait dengan pengurangan kesenjangan wilayah. Program tersebut dilaksanakan oleh

lembaga donoro melalui kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, konsultan,

maupun Lembaga Swadaya Masyarakat. Dalam hal ini lembaga donor terlibat langsung

dalam proses pendampingan program inovasi yang dilakukannya.

3. Pengembangan Jejaring/Kemitraan

Lembaga donor juga dapat berperan dalam membangun jejaring dan kemitraan yang

diperlukan kelompok masyarakat penerima manfaat.

4. Pendampingan Teknis

Lembaga donor juga dapat berperan dalam pemberian bantuan teknis sesuai dengan

kempetensi dan bidang yang ditangani.

Sedang peran Lembaga Swadaya Masyarakat yang dapat dilakukan dalam pengembangan

inovasi pengurangan kesenjangan wilayah di daerah diantaranya adalah:

1. Mobilisasi dan pengorganisasian masyarakat

Inovasi pengurangan kesenjangan wilayah umumnya diberikan tidak secara individu,

tetapi pada kelompok masyarakat. Pihak lembaga swadaya masyarakat dapat berperan

dalam memobilisasi dan mengorganisir masyarakat penerima manfaat agar distribusi

dan pelaksanaan program dapat berjalan secara efektif.

Masih banyak kelompok masyarakat yang rentan belum terorganisir. Seringkali

masyarakat yang rentan tidak memiliki kemampuan teknis yang memadai untuk

meningkatkan kesejahterannya. LSM dalam hal ini dapat mengambil peran untuk

menggagas upaya mobilisasi dan pengorganisasian masyarakat untuk terlibat aktif

dalam program inovasi yang dilakukan serta memberikan peningkatan kapasitas bagi

masyarakat dalam pengelolaan program.

2. Peningkatan kapasitas masyarakat

Kelompok-kelompok kemasyarakatan yang terbentuk perlu memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang memadai dalam pengelolaan program dan manfaat yang diterima.

LSM dalam hal ini dapat berperan memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok

masyarakat untuk pengelolaan program dan manfaat sesuai dengan pengatuan dan

keterampilan yang dibutuhkan. Peningkatan kapasitas masyarakat dapat diakukan

melalui pemberian pelatihan, baik yang dilakukan sendiri oleh LSM terkait maupun yang

melibatkan pihak lain yang memiilki pengetahuan dan keterampilan tertentu.

3. Dukungan teknis dan informasi

LSM juga dapat berperan dalam pemberian bantuan teknis maupun informasi yang

dibutuhkan masyarakat untuk meningkatkan kesejahterannya. Bantuan teknis dapat

berupa bantuan penyediaan berbagai prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh

masyarakat

Page 79: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 79

4. Pengembangan jejaring

Peran yang juga banyak dilakukan oleh LSM dalam membantu masyarakat mengurangi

kesenjangannya adalah bantuan terkait pengembangan jejaring. Umumnya LSM

memiliki jejaring dengan berbagai pihak yang dapat dihubungkan dengan kelompok

masyarakat yang membutuhkan. Salah satu contoh adalah mengembangkan hubungan

dengan pasar bagi upaya pemasaran produk yang dihasilkan masyarakat.

5. Mendorong kebijakan/advokasi

LSM juga dapat berperan dalam kegiatan advokasi dalam rangka mendorong kebijakan

pemerintah daerah dalam upaya pengurangan kesenjangan wilayah. Advokasi juga

dapat dikembangkan dalam rangka mendorong perubahan perilaku masyarakat.

Peran dari masing-masing pihak dalam pelaksanaan inovasi terkait pengurangan

kesenjangan antarwilayah dapat diuraikan dalam gambar berikut.

Gambar 3.8 ANALISIS PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PENGURANGAN

KESENJANGAN ANTARWILAYAH

ASPEKPERAN Pemerintah Masyarakat Pendamping Donor/Persh LSM

Kebijakan

Dana

BantuanTeknis

Informasi

Advokasi

Jejaring

Monitoring&Evaluasi

FasilitasiAkses

Penerimabantuan

Keterlibatan

Pemberdayaan

Analisa

Keterangan: Perencanaan Pelaksanaan Monev

Page 80: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

80

3.7 Keberlanjutan

Program pengurangan kesenjangan wilayah yang berkelanjutan dapat menunjukkan indikasi

akan keberhasilan dan efektivitas pengurangan kesenjangan. Berdasarkan hasil analisis dari

hasil praktek-praktek baik pelaksanaan program pengurangan kesenjangan wilayah di

Indonesia, berikut beberapa peluang keberlanjutan program yang dapat menjadi acuan

dalam pelaksanaan program selanjutnya:

Aspek Keberhasilan

Keberlanjutan Keterangan

1. Pengenalan karakter

wilayah dan tahapan

inovasi yang

dibutuhkan

(Positioning)

Setiap wilayah memiliki karakter yang beragam baik itu dari segi fisik

geografis, sosial budaya, maupun ketersediaan sarana prasarana

yang ada. Pemahaman atas karakter ini selanjutnya dapat

menentukan masalah apa yang dihadapi daerah dan masyarakat di

dalamnya. Dengan pengenalan ini maka akan menghasilkan program

yang sesuai dengan kebutuhan

Berdasarkan pengenalan karakter dan masalah yang dihadapi, maka

kebutuhan tingkat/tahapan inovasi dapat jelas terpetakan dan dapat

menetapkan program inovasi mana yang sesuai kebutuhan

2. Proses Pendamping Permasalahan kesenjangan wilayah pada dasarnya merupakan

permalahan di tingkat rumah tangga atau bahkan individu. Oleh

karena itu dibutuhkan pemahaman atas karakter dan masalah yang

terjadi di masyarakat dan kelompok masyarakat bahkan individu.

Kemampuan pemahaman ini bisa dihasilkan dengan teknik dan

pendekatan partisipatif khusus yang dapat dilakukan oleh

pendamping/fasilitator. Pemerintah tentunya memiliki keterbatasan

dengan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, peran pendamping di

luar aparat negara ini dibutuhkan.

Persyaratan pendamping yang dibutuhkan adalah: dapat

berkomunikasi baik dengan masyarakat, dapat membina relasi

dengan stakeholder terkait, dapat menghubungkan masyarakat atau

kelompok masyarakat dengan stakeholder lain maupun pasar atau

sumber pembiayaan atau sumber pelayanan, memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang cukup untuk memberikan pendampingan

Tentunya diperlukan pelatihan tersendiri bagi pendampingan itu,

terkait substansi yang akan difasilitasi, maupun teknik

pendampingan

Pendampingan yang berhasil hanya dapat dilakukan dalam kurun

waktu panjang

Pendampingan dari proses hulu ke hilir (pendampingan menyeluruh

dalam seluruh proses produksi) mendorong kepastian pencapaian

tujuan bagi peningkatan pendapatan dan kemandirian masyarakat

3. Rentang kendali Program dengan rentang kendali yang pendek akan memungkinkan

setiap tahapan program mulai dari perencanaan, implementasi, serta

monitoring dan evaluasi dapat berjalan dengan baik.

Pembagian rentang kendali dari pemerintah pusat ke masyarakat

langsung diperlukan. Dengan demikian diperlukan pembagian peran

yang berarti pembagian rentang kendali. Pemerintah pusat atau

daerah pada tataran kebijakan dan atau sebagian implementasi,

implementasi (khususnya pendampingan dapat dilakukan oleh

lembaga lain misal LSM). Pembagian rentang kendali dapat

dilakukan pula dengan pembagian penyelesaian masalah

berdasarkan sektor-sektor yang berwenang.

4. Menghilangkan

ketergantungan pada

dana stimulan

Bantuan stimulan berupa dana atau modal usaha akan efektif bila

mendorong masyarakat memiliki akses pada lembaga keuangan. Hal

ini akan memberikan kemandirian dan tanggung jawab penerima

manfaat

Page 81: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 81

Aspek Keberhasilan

Keberlanjutan Keterangan

5. Sasaran pada seluruh

sektor ekonomi Khusus untuk kesenjangan pada sektor ekonomi, penyasaran target

pada seluruh sub sektor ekonomi (misal bukan hanya petani, tapi

pengrajin batu, penjahit, dll dalam satu wilayah) meningkatkan

kemampuan pengurangan kesenjangan dengan daya ungkit yang

lebih tinggi dan lebih cepat

6. Jangka waktu program

yang panjang Proses penurunan kesenjangan tidak bisa dilihat dari pelaksanaan

program satu tahun, tapi diperlukan proses berkesinambungan

dalam jangka panjang untuk bisa menghasilkan dampak dan

keberlanjutan yang baik

7. Sasaran pada satu

kelompok sasaran

akan baik

Kelompok sasaran yang seragam memudahkan ditangani oleh suatu

lembaga. Karena hasilnya lebih fokus dan peningkatan pendapatan

lebih cepat. Namun yang perlu diperhatikan adalah tahapan inovasi

yang dihasilkan harus mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar

sampai dengan penciptaan gaya hidup.

Tentunya seringkali terdapat beberapa hal yang menyebabkan suatu program harus berakhir,

atau harus dimodifikasi, atau bahkan harus diganti. Baik itu karena sudah terinternalisasi

program tersebut dalam keseharian masyarakat, sehingga masuk ke dalam proses

kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya tanpa membutuhkan pendamping secara intens;

atau karena memang keterbatasan anggaran. Oleh karena itu, dibutuhkan exit strategy yang

baik, dalam arti strategi untuk dapat menghentikan program dengan baik. Arti baik ini adalah

masyarakat yang dibina akan tetap menjalan program tersebut. Pada dasarnya exit strategy

yang baik bila program tersebut bisa berkelanjutan, dan berarti peluang-peluang di atas lah

yang harus dijalankan. Exit strategy bukan berarti peran pendamping atau stakeholder

lainnya lepas tangan begitu saja, namun perlu ada monitoring berkala dengan pendamping

atau stakeholder pengelola yang lebih kepada advokasi saja, untuk memastikan tujuan

pengurangan kesenjangan wilayah tetap berjalan.

Page 82: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

82

PROGRAM PERTANIAN BERKELANJUTAN

RIKOLTO

Keberhasilan penyiapan exit strategy dalam

keberlanjutan program

Kiprah Rikolto di Indonesia telah berlangsung selama 30 tahun (dari

tahun 1987). LSM Internasional ini, dengan kantor pusat di Belgia

melakukan pendampingan praktik pertanian berkelanjutan

merupakan satu rantai tak terpisahkan, tidak hanya menekankan

aspek produksi tapi juga pemasaran, perubahan kebijakan, dan

penyadaran konsumen

KEGIATAN

KEBERHASILAN EXIT STRATEGY

Kini Rikolto tidak sepenuhnya melakukan pendampingan, kegiatan pendampingan

penjaminan international control system dilakukan pihak ketiga hanya pada

bagian administrasi produksi. Melalui pasar produk organik dengan harga

pertanian premium dengan peluang terbuka, akses petani pada pasar secara

langsung, hingga menciptakan pasar sebagai gaya hidup sehat, dan menciptakan

kemandirian petani; menjadikan RIKOLTO berperan sebagai penjamin bagi produk

petani, dan memperbesar peluang pasar, serta perubahan kebijakan. Menjadikan

kunci keberlanjutan program dengan exit strategy yang berhasil.

Page 83: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Bab 4

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Page 84: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

84

4.1 Kesimpulan

Kesenjangan antarwilayah di Indonesia disadari masih merupakan tantangan utama dalam

pembangunan nasional. Kesenjangan antarwilayah tersebut juga terkait dengan upaya

pemerataan pembangunan dan keadilan serta upaya untuk pengentasan kemiskinan. Dalam

rangka pengurangi kesenjangan antarwilayah di Indonesia, pemerintah telah menetapkan

target sebagaimana tercantum dalam RPJM Nasional 2014-2019, dimana kontribusi

Kawasan Timur Indonesia terhadap PDB Nasional meningkat dari 20 % (2014) menjadi

sebesar minimal 22 % (2019). Salah satu kebijakan yang dikembangkan untuk mencapai

sasaran tersebut adalah mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah melalui

peningkatan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara, Maluku dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah;

mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; serta

mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Sejalan dengan era otonomi daerah dan desentralisasi, upaya pengurangan kesenjangan

wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting. Hal ini

didasarkan pemahaman bahwa kebijakan inovasi di tingkat daerah pada dasarnya akan

menyesuaikan dengan potensi dan permasalahan daerah yang dihadapi, sumberdaya yang

tersedia, SDM yang dimiliki, kreatifitas daerah, daya saing serta kearifan lokal. Ketidak

sesuaian program pemerintah dengan karakter dan kebutuhan daerah seringkali menjadikan

program tidak berjalan efektif dalam mencapai tujuan. Selain itu, rentang kendali yang lebih

pendek (manageable) penting bagi pengelolaan prakarsa pengurangan kesenjangan wilayah

agar lebih efektif dan lebih mudah dipantau. Dengan adanya pembagian kewenangan

tersebut, maka berbagai inisiatif dan aspirasi masyarakat untuk menggali potensi daerah

akan lebih dapat digerakan. Bila hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah

secara keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan ketimpangan

pembangunan antar wilayah dapat pula dikurangi.

Selain upaya inovasi dan prakarsa pemerintah daerah terkait pengurangan kesenjangan

wilayah, praktek di daerah menemukan sejumlah praktek inovasi terkait pengurangan

kesenjangan wilayah yang dilakukan oleh sejumlah lembaga non-pemerintah, baik yang

dilakukan oleh lembaga donor maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Praktek inovasi

tersebut meskipun dilaksanakan dalam skala yang lebih kecil, tetapi memberikan kontribusi

yang cukup baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, lembaga non-

pemerintah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih maju sehingga dapat menjadi

pembanding (benchmark) untuk pelaksanaan program-program inovasi di pemerintah

daerah.

Hal lain yang mengemuka adalah pentingnya pembagian peran antara Pemerintah Daerah

dengan lembaga non-pemerintah serta pihak terkait (stakeholder) lain yang memiliki peran

dalam upaya pengurangan kesenjangan wilayah. Distribusi peran yang baik akan

meningkatkan efektifitas pelaksanaan inovasi program pengurangan kesenjangan wilayah

sekaligus mengurangi beban pemerintah daerah.

Page 85: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 85

Berdasarkan identifikasi program inovasi pemerintah daerah terkait pengurangan

kesenjangan wilayah serta hasil kunjungan lapangan, diperoleh pembelajaran dari beberapa

praktek baik (good practice) dalam proses pelaksanaan dan pengelolaan inovasi di daerah.

Beberapa pembelajaran (lesson learned) yang diperoleh antara lain sebagai berikut:

1) Bentuk dan pendekatan praktek inovasi daerah

Upaya pengurangan kesenjangan wilayah di daerah dikembangkan melalui prakarsa dan

inovasi yang menyesuaikan dengan kondisi setempat. Inovasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah pada dasarnya dapat bersifat adoptif, instruktif, maupun mandiri.

Inovasi yang bersifat adoptif artinya inovasi yang dilakukan bersumber pada program-

program sebelumnya yang sudah ada yang diadopsi oleh daerah. Model inovasi ini

merupakan model inovasi yang paling banyak dilakukan di daerah. Dalam hal ini

pemerintah daerah mengadopsi model inovasi yang sudah ada, baik yang sudah

dilakukan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah lainnya, maupun oleh lembaga

lain yang selanjutnya diterapkan di daerah dengan menyesuaikan kondisi setempat.

Inovasi Instruktif merupakan model inovasi yang dilakukan pemerintah daerah

berdasarkan instruksi dari pemerintah (pusat). Dalam hal ini pemerintah daerah hanya

menjalankan amanat yang ditetapkan pemerintah (pusat) untuk dilaksanakan di daerah.

Yang terakhir adalah model inovasi mandiri yang merupakan inovasi dengan terobosan-

terobosan inovatif pemerintah daerah yang dilakukan atas dasar kebutuhan, yaitu

kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Inovasi yang

dihasilkan disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada dan kemampuan yang

dimiliki. Inovasi jenis ini merupakan inovasi yang paling maju (advanced) serta

membutuhkan kreatifitas dan political will yang tinggi dari pemerintah setempat.

Meskipun jumlahnya tidak sebanyak inovasi adoptif, namun inovasi yang bersifat mandiri

sudah mulai muncul di sejumlah daerah yang utamanya dipicu oleh kreatifitas Kepala

Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan wilayahnya. Berbagai praktek baik

(good practices) prakarsa inovasi daerah terkait pengurangan kesenjangan wilayah

dapat direplikasi oleh daerah lain dengan memperhatikan berbagai hal, diantaranya

karakteristik permasalahan yang dihadapi, karakteristik masyarakat, kemampuan

pendanaan, dan lain sebagainya.

Inovasi daerah di bidang ekonomi paling banyak digunakan dalam pengurangan

kesenjangan antarwilayah. Hal ini dikarenakan inovasi bidang ekonomi terkait langsung

dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan relatif

beragam, dari mulai pemberian stimulan, pendampingan teknis, pemberian akses pasar,

advokasi, pengembangan klaster ekonomi, maupun pengembangan event/kegiatan

untuk mendorong promosi.

Dilihat dari pendekatan yang digunakan, sebagian besar praktek inovasi yang dilakukan

daerah bersifat stimulan. Pemberian stimulan pada dasarnya adalah pemberian hibah

baik berupa uang tunai maupun barang modal kepada masyarakat untuk mendorong

kemampuan masyarakat secara lebih mandiri. Contoh pemberian dana stimulan

diantaranya adalah pemberian dana bergulir untuk modal usaha; bantuan non-tunai

untuk pendidikan, kesehatan, atau kegiatan pertanian; dan lain sebagainya.

Page 86: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

86

Praktek inovasi berupa pemberian hibah modal dan/atau dana bergulir pada satu sisi

memberikan akses kepada masyarakat penerima manfaat terhadap lembaga keuangan.

Sebagian besar masyarakat memiliki kesulitan terkait kemudahan akses terhadap

lembaga keuangan untuk memperoleh modal usaha. Pemberian hibah modal dan/atau

dana bergulir menjadi salah satu upaya untuk mendekatkan akses lembaga keuangan

kepada masyarakat kecil. Pada sisi lain, pemberian hibah modal dan/atau dana bergulir

dapat pula memberikan kecenderungan “ketergantungan” penerima manfaat terhadap

pemberi dana. Oleh karenanya, pemberian modal dan/atau dana bergulir sebaiknya

dilakukan tidak melalui pemberian dana hibah akan tetapi melalui pemberian akses

kepada lembaga keuangan formal. Pemberian akses kepada lembaga keuangan formal

dapat meningkatkan tanggung jawab dan kemandirian penerima manfaat. Fasilitasi

bantuan permodalan dapat dilakukan melalui penjaminan kredit masyarakat di lembaga

keuangan yang ada dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman masyarakat di

lembaga keuangan. Praktek yang demikian memiliki nilai pembelajaran yang penting

bagi masyarakat agar bertanggung jawab terhadap pengembalian kredit sekaligus

menjadi wahana bagi masyarakat untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga

keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada

alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman.

Terkait dengan upaya keberlanjutan program inovasi ekonomi, hal yang perlu

diperhatikan juga adalah bahwa upaya untuk peningkataan ekonomi masyarakat tidak

cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha

yang sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stimulan, akan tetapi perlu

dipastikan adanya kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain untuk pengembangan

usaha, termasuk kemitraan dengan pemasok bahan baku, pasar, lembaga keuangan,

dan lain sebagainya.

2) Sinkronisasi dan koordinasi antarlembaga

• Pemerintah (terutama pemerintah pusat dan provinsi) memiliki beberapa program di

berbagai sektor terkait upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan

kesenjangan wilayah. Sejumlah program saling komplementer, sejumlah lainnya

saling tumpang tindih (overlap). Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan

program serta efisiensi penganggaran, maka perlu dilakukan koordinasi dan

sinkronisasi antar lembaga agar tidak terjadi tumpang tindih program dan

pembiayaan. Dalam hal ini perlu ditetapkan institusi sebagai koordinator bagi

pelaksanaan berbagai program pengentasan kemiskinan dan pengurangan

kesenjangan wilayah. Koordinasi antar lembaga dapat dilakukan melalui

sinkronisasi program prioritas dalam konteks Musrenbang.

• Koordinasi dan sinkronisasi antarprogram yang dikembangkan oleh berbagai

lembaga di dalam satu wilayah (atau kelompok sasaran) yang sama juga perlu

dilakukan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan beberapa program yang

dilakukan oleh berbagai lembaga (pemerintah, pemerintah daerah, lembaga non-

pemerintah) dapat dilaksanakan bersamaan pada satu lokasi atau satu kelompok

sasaran yang sama. Program yang relatif serupa yang diberikan pada satu

daerah/wilayah/kelompok sasaran yang sama dapat berjalan efektif jika masing-

masing program dapat saling melengkapi/komplementer. Agar tidak terjadi

Page 87: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 87

duplikasi penerima dan program berjalan dengan efektif bagi penerima manfaat,

maka diperlukan koordinasi yang baik dan efektif dalam proses pendistribusian

program. Dalam hal ini peran Kepala pemerintahan terkecil (kecamatan/

keluarahan/desa) dapat berperan aktif sebagai koordinator bagi sinkronisasi

program agar dapat bersifat saling komplementer/melengkapi.

• Terkait dengan koordinasi dan sinkronisasi berbagai program dalam satu

daerah/kelompok sasaran yang sama, diperlukan penguatan kelembagaan di

tingkat desa atau kelompok sasaran untuk mendukung ketepatan pendistribusian

manfaat program inovasi.

3) Penguatan kelembagaan

Pengembangan program Inovasi pengurangan kesenjangan wilayah perlu didukung

dengan sistem kelembagaan yang efektif, baik kelembagaan di pihak inisiator

maupun kelembagaan di tingkat penerima manfaat.

Pada sisi inisiator program (terutama pemerintah daerah) penguatan kelembagaan

salah satunya perlu dilakukan melalui penetapan tupoksi yang jelas bagi institusi

yang diberi kewenangan untuk pelaksanaan dan pengelolaan program inovasi.

Penetapan tupoksi bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berwenang dapat

ditetapkan melalui peraturan Kepala Daerah. Hal ini juga untuk lebih menjamin

keberlangsungan program dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Pada sisi penerima manfaat, penguatan kelembagaan pengorganisasian

masyarakat (community organizing) yang efektif sangat diperlukan. Sebagian besar

program inovasi terutama yang terkait pemberdayaan menyasar kelompok

masyarakat, bukan individu. Oleh karenanya diperlukan penguatan kelembagaan

masyarakat yang efektif untuk pengelolaan pelaksanaan program sehingga dapat

mendorong kemandirian masyarakat. Pembentukan community organizing bagi

penerima manfaat dapat memanfaatkan kelembagaan yang sudah ada dan

diperkuat (contoh: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/LPM, Karang Taruna,

Koperasi Desa, Dasa Wisma, PKK, atau lembaga lainnya yang sudah ada) atau

pembentukan kelembagaan baru yang dibentuk khusus untuk pengelolaan program

penerima manfaat. Dalam hal ini penguatan kelembagaan di tingkat masyarakat

dan penerima manfaat dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas dan

pendampingan teknis yang intensif.

Keberadaan community organizing di tingkat masyarakat penerima manfaat juga

dapat sekaligus berguna bagi proses sinkronisasi program-program yang diperoleh

dari berbagai lembaga sehingga dapat mendorong efektifitas dan efisiensi

pelaksanaan program dan pencapaian tujuan

4) Ketepatan pemilihan program inovasi

Pemilihan bentuk dan jenis inovasi yang dikembangkan di daerah perlu didasarkan pada

pemahaman yang baik terhadap permasalahan yang dihadapi. Beberapa pertimbangan

yang perlu dilakukan terkait pemilihan bentuk dan jenis inovasi yang akan

dikembangkan antara lain adalah:

Page 88: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

88

Pemahaman yang baik terhadap permasalahan yang dihadapi serta karakteristik

penerima manfaat.

Pemahaman terhadap permasalahan yang dihadapi menjadi kunci keberhasilan

dalam pemilihan program inovasi. Sebagai contoh dalam bidang ekonomi, inisiator

inovasi perlu memahami permasalahan yang dihadapi oleh calon penerima

manfaat. Jika tahap permasalahan pada tataran peningkatan produktivitas, maka

program inovasi dapat diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas,

seperti peningkatan prasarana produksi, ekstensifikasi, intensifikasi, peningkatan

kapasitas untuk produksi, dan lain sebagainya. Sedang jika permasalahan

peningkatan produktivitas sudah tidak menjadi permasalahan dan produk bahan

baku cukup banyak, maka permasalahan berikutnya yang dihadapi adalah

peningkatan nilai tambah dan perluasan pasar. Oleh karenanya inovasi perlu

diarahkan pada upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang

dihasilkan serta memperluas pemasaran bagi produk yang dihasilkan.

Rentang kendali terhadap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi

program

Rentang kendali memiliki pengaruh yang signifikan untuk memastikan efektifitas

pelaksanaan program inovasi. Semakin tinggi rentang kendali, semakin tinggi

kemungkinan distorsi efektifitas pelaksanaan program. Oleh karenanya inovasi di

tingkat pemerintah kabupaten/kota seringkali lebih efektif dikarenakan rentang

kendali yang lebih kecil dibanding pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Pelibatan masyarakat/penerima manfaat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

hingga monitoring dan evaluasi

Pelibatan masyarakat dan penerima manfaat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi akan lebih menjamin efektifitas dan

tanggung jawab masyarakat dan penerima manfaat terhadap pelaksanaan program

inovasi. Pelibatan aktif masyarakat dan penerima manfaat juga dapat

meningkatkan keberlanjutan program di tingkat masyarakat. Termasuk dalam

proses pelibatan masyarakat adalah penguatan kelembagaan masyarakat penerima

untuk menjamin kemandirian masyarakat dan keberlanjutan program.

Peran pendamping/fasilitator yang kuat

Peran pendamping/fasilitator bagi masyarakat dan penerima manfaat sangat

signifikan. Penamping dan fasilitator tersebut perlu memiliki kapasitas yang baik.

Seringkali program inovasi yang digerakkan dalam skala besar dan memiliki rentang

kendali besar tidak mampu menyediakan pendamping/fasilitator dengan kapasitas

dan kualifikasi yang baik secara seragam. Akibatnya efektifitas program dapat

terganggu, dan bahkan kepercayaan masyarakat dan penerima manfaat terhadap

inisiator dapat berkurang. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk menjamin

tersedianya pendamping/fasilitator dengan kapsitas dan kualifikasi yang cukup

baik.

Page 89: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 89

5) Pelibatan berbagai pihak

Pengembangan program inovasi perlu melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah

daerah, masyarakat, maupun lembaga lain yang terkait. Pelibatan berbagai pihak

tersebut meliputi juga proses membangun jejaring. Hal ini untuk memastikan program

dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

Pihak yang dapat terkait dalam pengembangan program inovasi antara lain adalah

pemerintah (pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota);

tenaga pendamping masyarakat; lembaga swadaya masyarakat; lembaga donor; pihak

swasta; dan lain sebagainya. Pada tahap perencanaan program inovasi, perlu terlebih

dahulu dilakukan identifikasi terhadap pihak-pihak yang terlibat untuk memastikan

jejaring yang akan dibangun. Pada tahap berikutnya masing-masing pihak perlu

diidentifikasi pembagian peran agar masing-masing pihak dapat berperan dan

berkontribusi secara lebih efektif dalam pelaksanaan program inovasi.

Pelibatan masyarakat (penerima manfaat) dalam proses perencanaan hingga monitoring

dan evaluasi dapat meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab masyarakat

terhadap pelaksanaan program

6) Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi perlu menjadi satu kesatuan dalam proses perencanaan

program inovasi. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara regular untuk

memastikan ketercapaian tujuan pelaksanaan program. Monitoring diperlukan untuk

memastikan proses inovasi berjalan sesuai rencana yang ditetapkan, sedang evaluasi

diperlukan untuk menilai efektifitas pencapaian tujuan program inovasi. Hasil

monitoring dan evaluasi digunakan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan

program inovasi.

Proses monitoring dan evaluasi juga terkait dengan rentang kendali. Semakin panjang

rentang kendali program dari inisiator program dengan penerima manfaat, semakin

besar tantangan bagi proses monitoring dan evaluasi agar dapat berjalan secara efektif.

Oleh karenanya, perlu dikembangkan pembagian kewenangan yang tepat, baik kepada

pemerintah di bawahnya maupun terhadap pihak lain yang terlibat, termasuk pelibatan

masyarakat sebagai penerima manfaat dalam proses monitoring dan evaluasi.

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh pihak inisiator, pihak ketiga, maupun

melibatkan partisipasi masyarakat/penerima manfaat. Hasil dari monitoring dan

evaluasi menjadi bahan untuk penyempurnaan perencanaan dan pelaksaan program

inovasi

7) Exit Strategy

Untuk menghindari ketergantungan masyarakat serta meningkatkan kemandirian, perlu

disiapkan exit strategy pada setiap program inovasi. Exit strategy diperlukan untuk

memastikan manfaat program dapat tetap berlanjut meskipun program inovasi selesai

dilaksanakan. Exit Strategy perlu menjadi langkah akhir dalam pelaksanaan program

inovasi untuk membangun kemandirian masyarakat serta menghindari ketergantungan

serta memastikan keberlanjutan manfaat program bagi penerima manfaat.

Page 90: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

90

8) Pengembangan program inovasi yang lebih komprehensif dan terpadu

Upaya pengurangan kesenjangan antarwilayah pada dasarnya tidak dapat hanya

diselesaikan dari satu aspek saja, tetapi perlu melibatkan secara komprehensif dan

terpadu dengan melibatkan berbagai sektor (ekonomi, pendidikan, kesehatan,

infrastruktur, dsb).

Pada pengembangan ekonomi, hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemberian

peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); (2)

memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi

rakyat bukan sekadar price taker; (3) pelayanan pendidikan dan kesehatan untuk

meningkatkan kualitas SDM; (4) pengembangan jejaring pasar; dan (5) mendorong

munculnya wirausaha baru.

9) Replikasi program inovasi

Pada dasarnya praktek inovasi yang baik yang telah dilakukan di suatu daerah dapat

direplikasi oleh daerah lainnya. Namun demikian, replikasi praktek inovasi yang baik

tersebut tidak selalu dapat dilakukan secara seragam. Proses replikasi program inovasi

memperhatikan kondisi spesifik di masing-masing wilayah dan permasalahan riil yang

dihadapi.

Replikasi program inovasi dapat dilakukan pada tahap konsep, namun aplikasinya di

lapangan harus disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi setempat. Pemahaman

terhadap tahapan permasalahan yang dihadapi menjadi kunci awal bagi ketepatan

inovasi yang dikembangkan. Inovasi yang mampu melihat permasalahan secara lebih

tepat dapat menghasilkan dampak yang lebih maksimal.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses replikasi program inovasi adalah kondisi

dan kemampuan daerah, baik sumberdaya manusia maupun kemampuan pendanaan;

perencanaan yang matang; kesiapan kelembagaan pengelola program; proses

monitoring dan evaluasi; serta penyiapan exit strategy.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis, sintesa dan penetapan kesimpulan terhadap proses praktek

inovasi di daerah terkait pengurangan kesenjangan antarwilayah, dapat dirumuskan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembagian peran yang jelas di antara stakeholder

Berdasarkan analisis, sintesa dan kesimpulan, salah satu penyebab kurang efektifnya

pelaksanaan program inovasi pengurangan kesenjangan antarwilayah di daerah adalah

rentang kendali yang cukup panjang sehingga efektifitas pencapaian tujuan serta proses

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan menjadi kurang efektif. Salah satu upaya untuk

mengatasi hal ini adalah pengembangan manajemen kelembagaan melalui pembagian

peran antar pihak.

Page 91: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 91

Disadari program inovasi yang dilakukan oleh pemerintah yang lebih tinggi memiliki

rentang kendali yang lebih panjang sehingga efektifitas pencapaian tujuan seringkali

lebih rendah dibandingkan program inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang

memiliki rentang kendali lebih pendek. Untuk menyiasati hal tersebut, program inovasi

yang diinisiasi oleh pemerintah dengan hirarki lebih tinggi perlu membagi peran dan

kewenangan dengan pemerintah di bawahnya. Pembagian peran dan kewenangan ini

perlu diatur secara jelas melalui regulasi yang berlaku, sehingga terdapat kepastian

hukum pagi masing-masing pihak untuk melaksanakan program inovasi.

Pemberian kewenangan dan peran pada pemerintah yang lebih rendah perlu diimbangi

dengan kebijakan insentif untuk mendorong kinerja pemerintah di bawahnya dalam

pencapaian tujuan yang diharapkan.

Pembagian peran dan kewenangan ini dapat meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,

hingga proses monitoring dan evaluasi.

2. Pengembangan Kelembagaan di tingkat masyarakat

Selain kelembagaan di tingkat inisiator program inovasi, kelembagaan di tingkat

masyarakat penerima manfaat memegang peranan penting dalam mendukung

efektifitas pencapaian tujuan program inovasi. Salah satu permasalahan yang dihadapi

adalah kebutuhan untuk sinkronisasi dan pendistribusian secara adil dan efektif

terhadap berbagai program yang didapat dari berbagai lembaga pada satu

daerah/kelompok masyarakat yang sama. Kelembagaan yang kuat di tingkat

masyarakat dapat meningkatkan efektifitas pendistribusian berbagai program tersebut

agar saling komplementer dan tidak saling tumpang tindih. Selain itu, kelembagaan

yang baik di tingkat masyarakat juga dapat menjadmin kemandirian dan keberlanjuta

program di masa datang. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kapasitas bagi

kelembagaan di tingkat masyarakat.

Pengembangan kelembagaan di tingkat penerima manfaat dapat menggunakan 2 (dua)

alternatif, yaitu: (1) menggunakan lembaga yang sudah ada, seperti pemerintah desa,

LPM desa, karang taruna, PKK, koperasi, dan lain sebagainya; maupun (2) membentuk

lembaga baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan kelembagaan di tingkat

masyarakat penerima manfaat adalah terkait dengan keterwakilan masyarakat dalam

lembaga yang digunakan.

Untuk memastikan efektifitas kelembagaan di tingkat penerima manfaat tersebut, pihak

pemerintah dan pemerintah daerah sebagai inisiator program perlu menyiapkan

kebijakan berupa penetapan mekanisme dan prasyarat bagi pembentukan kelembagaan

penerima manfaat. Kebijakan tersebut perlu diiringi dengan upaya peningkatan

kapasitas kelembagaan.

3. Fasilitator (pendamping) yang kuat

Dalam hampir semua program inovasi, kebutuhan tenaga pendamping (fasilitator)

memegang peranan yang signfikan dalam menjamin efektifitas pencapaian tujuan.

Tugas utama pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi

mediator untuk penguatan kemitraan masyarakat dengan pihak lain. Persoalan

penyediaan tenaga pendamping dengan kualifikasi yang baik seringkali menjadi kendala

Page 92: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

92

bagi pengembangan program. Penentuan bagi pendamping masyarakat yang efektif

seringkali masih menjadi persoalan. Pengalaman empirik dari pelaksanaan berbagai

program pemberdayaan masyarakat melalui pendamping dari luar, seringkali

mengakibatkan biaya transaksi bantuan modal menjadi sangat mahal. Selain kebutuhan

pemberian upah bagi tenaga pendamping, kebutuhan biaya pelatihan bagi tenaga

pendamping juga relatif tidak kecil. Oleh karenanya, untuk menjamin keberlanjutan

proses pendampingan, sudah saatnya dipertimbangkan pengembangan pendamping

lokal. Pendamping insitu juga diharapkan memiliki kemampuan dan pemahaman yang

lebih baik terhadap persoalan yang dihadapi masyarakatnya.

4. Pengembangan inovasi secara komprehensif dan integratif

Permasalahan pengurangan kesenjangan antarwilayah pada dasarnya tidak sekedar

permasalahan peningkatan pendapatan perkapita, tetapi meliputi berbagai aspek yang

berpengaruh terhadap pendapatan perkapita, seperti peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, peningkatan mobilitas dan aksesibilitas, dan lain sebagainya. Oleh karenanya,

inovasi untuk pengurangan kesenjangan antarwilayah perlu dikembangkan secara

komprehensif dan integratif dari berbagai bidang. Upaya inovasi pengembangan

ekonomi perlu juga diimbangi dengan peningkatan pendidikan, peningkatan kesehatan

masyarakat, serta peningkatan infrastruktur wilayah.

Pada tataran yang lebih detail, terutama terkait inovasi bidang ekonomi, pengembangan

dari hulu ke hilir perlu menjadi perhatian agar permasalahan yang dihadapi masyarakat

secara menyeluruh dapat diatasi. Sebagai contoh, penyelesaian permasalahan

pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah masyarakat tidak cukup hanya

dengan pemberian stimulan berupa bantuan modal untuk pengembangan usaha, tetapi

perlu diimbangi dengan pemberian pendampingan teknis dan pengembangan pasar.

5. Penyediaan akses permodalan

Dalam berbagai program pemberian stimulan berupa modal usaha, pada satu sisi

pemberian hibah maupun dana bergilir berupa modal usaha tidak berjalan efektif dan

mengakibatkan ketergantungan. Praktek inovasi bidang ekonomi melalui aspek

permodalan yang perlu dicermati adalah: (i) bagaimana pemberian bantuan modal tidak

menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap pemberi banatuan; (ii) bagaimana

pemecahan aspek modal dapat dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif bagi

usaha mikro, kecil dan menengah untuk mendapatkan akses terhadap lembaga

keuangan formal; serta (iii) bagaimana skema penggunaan atau kebijakan

pengalokasian modal tidak terjebak pada perekonomian subsisten.

Penyediaan modal usaha bagi usaha mirko, kecil, dan menengah antara lain dapat

dilakukan melalui penjaminan kredit masyarakat di lembaga keuangan, dan atau

memberi subsidi bunga atas pinjaman masyarakat di lembaga keuangan. Mekanisme

pemberian fasilitas akses ke lembaga keuangan tersebut dapat lebih menjamin

pengembalian kredit masyarakat melalui peningkatan tanggung jawab masyarakat,

sekaligus sebagai wahana bagi masyarakat untuk membiasakan bekerjasama dengan

lembaga keuangan yang ada serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa

tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman.

Page 93: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 93

Sistem atau kebijakan yang kondusif untuk memperluas akses usaha mikro, usaha kecil,

dan usaha menengah ke lembaga keuangan, sebenarnya sudah cukup banyak, seperti

Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Kepada Koperasi (KKOP), Kredit Modal Kerja

Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (KMK-BPR), Kredit Kepada Koperasi Primer

untuk Anggota (KKPA), Kredit Trans Kawasan Timur (KKPA PIR Trans KRI), KKPA- Bagi

Hasil, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro (KPKM), Kredit Modal Kerja Usaha Kecil dan

Menengah (KMK-UKM), dan masih banyak lagi lainnya. Affirmative action untuk

masyarakat dalam pengembangan ekonomi, melalui mekanisme pasar ini jauh lebih

baik, bila dibanding dengan pemberian dana bergulir. Ini relevan dengan tujuan

pemberdayaan ekonomi rakyat yang akan menjadikan ekonomi rakyat sebagai ekonomi

yang tangguh, mandiri, berdaya saing, dan modern.

6. Replikasi program inovasi di daerah.

Replikasi program merupakan tahapan dalam upaya menggunakan contoh program

baik dalam pengurangan kesenjangan. Upaya ini harus melalui tahapan yang melibatkan

berbagai aspek dimulai analisis kesesuaian program dengan kondisi wilayah, penyiapan

kelembagaan (organisasi, SDM, sampai dengan pendanaan) keterlibatan stakeholder.

Terdapat empat tahapan replikasi:

a. Pemahaman terhadap persoalan

Permasalahan yang dihadapi masyarakat bersifat spesifik, baik dari aspek lokasi

maupun dari aspek permasalahannya. Oleh karena itu, maka pengembangan

program inovasi dilakukan tidak secara generik, melainkan menyesuaikan dengan

permasalahan yang bersifat spesifik.

Pemahaman yang baik terhadap persoalan yang dihadapi perlu menjadi prasyarat

utama bagi replikasi inovasi di daerah. Pihak yang akan mereplikasi program

inovasi perlu memahami tahapan persoalan yang dihadapi. Sebagai contoh, dalam

bidang ekonomi perlu dipahami apakah permasalahan yang dihadapi pada suatu

daerah masih di tahap dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar, tahap peningkatan

produktivitas bahan baku, tahap pengembangan pasar dan diversifikasi produk,

atau sudah pada tingkatan kebutuhan pemberdayaan. Dalam pengembangan

inovasi bidang ekonomi, perubahan struktural yang menjadi tujuan pengembangan

inovasi ekonomi dimaksudkan untuk perubahan ekonomi dari tradisional ke

ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke

ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. Oleh karenanya, langkah-

langkah proses perubahan struktur tersebut meliputi: (i) pengalokasian sumber

sumber daya; (ii) penguatan kelembagan; (iii) penguasaan teknologi; dan (iv)

pemberdayaan sumberdaya manusia.

Selain itu pemahaman karakteristik wilayah dengan kesesuaian program yang

direplikasi harus dilakukan, misal program di perkotaan belum tentu cocok untuk

program di pedesaan. Pemahaman ini akan merupakan basis data dan self

assessment bagi tahapan berikutnya, terutama terkait pemilihan jenis dan

pendekatan inovasi yang dilakukan.

b. Perencanaan

Page 94: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

94

Setelah persoalan dan kondisi yang dihadapi diidentifikasi secara baik, Pemerintah

Daerah dapat menetapkan jenis dan bentuk inovasi yang akan dikembangkan.

Pada tahapan ini dilakukan proses penyiapan perencanaan program yang akan

dikembangkan. Tahapan ini dilakukan dengan menetapkan kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan, sumber daya yang dibutuhkan (pembiayaan, fisik, manusia,

kearifan lokal, dll), waktu pelaksanaan, target, pengelola program, dan stakeholder

yang terlibat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan antara lain

adalah:

Kelembagaan

Kejelasan terhadap pembagian kewenangan dan peran yang ditetapkan

melalui regulasi yang jelas sehingga terdapat kepastian hukum bagi pelaksana

program. Termasuk di dalamnya juga dukungan kebijakan (pemerintah

daerah) dan tata kelola pelaksanaan program inovasi.

Sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya manusia (perangkat daerah yang

terlibat maupun pihak lain yang dilibatkan), sumber pendanaan, dan

sumberdaya lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program.

Mekanisme pelaksanaan program

Penetapan mekanisme pelaksanaan program, termasuk pendekatan yang

digunakan, mekanisme distribusi program, pelibatan pihak lain, pelibatan

masyarakat, kelembagaan di tingkat penerima manfaat, mekanisme monitoring

dan evaluasi, hingga perencanaan exit strategy.

Penyediaan fasilitator yang handal

Fasilitator (pendamping) memegang peran yang sangat penting untuk

memastikan efektifitas program di lapangan. Oleh karenanya diperlukan

pengembangan rekrutmen fasilitator yang efektif serta peningkatkan kapasitas

fasilitator untuk memastikan kualifikasi fasilitator sesuai yang diharapkan.

Penyediaan fasilitator lokal dapat menjadi salah sastu mekanisme yang efektif

dalam mengembangkan kemandirian masyarakat.

Kesiapan masyarakat

Karakteristik dan kesiapan masyarakat dalam menerima program perlu

menjadi perhatian dalam penentuan jenis program dan proses perencanaan

mekanisme distribusi program. Upaya peningkatan kapasitas masyarakat juga

perlu dilakukan seiirng dengan pelaksanaan program. Terkait dengan

kesiapan masyarakat, kearifan lokal perlu menjadi perhatian dalam

pengembangan kapasitas masyarakat sekaligus sebagai modal dasar

pengembangan program inovasi di masyarakat.

c. Implementasi

Pelaksanaan dari program harus dapat diterapkan sesuai dengan rencana, dengan

melibatkan stakeholder dan pendamping sesuai dengan kebutuhan. Dalam proses

implementasi, peran pendamping dan kelembagaan di tingkat penerima manfaat

memegang peranan yang besar untuk memastikan efektifitas pencapaian tujuan.

Page 95: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 95

Oleh karenanya upaya peningkatan kapasitas bagi pendamping maupun lembaga

penerima manfaat perlu menjadi perhatian.

Pelibatan masyarakat dalam proses implementasi juga dapat meningkatkan

efektifitas pelaksanaan program. Pelibatan masyarakat secara aktif bergantung

pada kesiapan dan kapasitas masyarakat. Pelibatan masyarakat juga dapat

menjadi sarana untuk memastikan kemandirian masyarakat serta keberlanjutan

manfaat yang dirasakan oleh penerima manfaat.

d. Monitoring & Evaluasi

Tingkat pencapaian program harus dapat diukur secara berkala, dinilai

keberlanjutan dan dampaknya, untuk selanjutnya menjadi bahan masukan

perencanaan berikutnya. Proses monitoring dan evaluasi wajib dilakukan untuk

memberikan masukan bagi perbaikan proses perencanaan dan implementasi

program. Pelibatan berbagai pihak (baik pemerintah daerah, pendamping, pihak

ketiga, maupun masyarakat) dapat meningkatkan efektifitas hasil monitoring dan

evaluasi yang dilakukan.

Gambaran dari tahapan replikasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1

TAHAPAN REPLIKASI PROGRAM PENGURANGAN KESENJANGAN WILAYAH

Page 96: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

96

Page 97: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah 97

DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas, 2012. Analisis Kesenjangan AntarWilayah 2012.

2. Boslaugh, Sarah. (2007). Secondary Data Sources for Health: A Practical Guide.

Cambridge: Cambridge University Press. [Excerpt published online: “I An Introduction to

Secondary Data Analysis”]

3. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan – Bappenas. 2011. Evaluasi Karakteristik dan

Program Penanggulangan Kemiskinan di Daerah. Laporan Akhir.

4. Drucker, Peter., 1986. Innovation and Entrepreneurship. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

5. Dwiyanto, Agus, 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Gajah Mada University

Press

6. Everette M.Rogers. 1983 . Diffusion of Innovation. New York: The Free Press A

Division of Macmilan Publishing Co.Inc

7. Fraenkel Jack, R. and Wallen Norman, E. (1993) How to design and evaluate research in

education. 2nd Edition, McGraw-Hill Inc., New York.

8. Gulick, L. and Urwick, L. (1937) Papers on the Science of Administration. Institute of

Public Administration, New York.

9. Habanik, Jozef, Peter Hostak dan Jan Kutik. 2013. Economic and Social Disparity

Development Within Regional Development of The Slovak Republik. Economic and

Development Journal. Vol. 18 No. 3.

10. Jha, S.N. & Marthur, P.C. 1999. Decentralization and Local Politics: Reading in Indian

Government and Politics-2. New Delhi London: Sage Publications.

11. Marczyk, G., DeMatteo, D., & Festinger, D. (2005). Essentials of Research Design and

Methodology. New York, NY: John Wiley & Sons, Inc.

12. Muluk, M.R Khairul. 2007. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang: Bayu

media Publishing.

13. Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah – Lembaga Administrasi Negara, 2010. Model

Community Developoment di Daerah.

14. Sinambela, Dr. Lijan Poltak, M.M., M.Pd, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,

Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Bumi Aksara

15. Sumarto, Hetifah Sj, 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa

inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

16. Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Page 98: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

98

17. Taylor, Steve J. Robert Bogdan, dan Marjorie DeVault. 2015. Introduction to Qualitative

Research Methods: A Guidebook and Resources, 4th Edition. New York: John Wiley and

Sons.

18. Villaverde, Jose dan Maza, Adolfo. 2011. Regional Disparities in the UE: Are They Robust

to the Use of Different Measures and Indicators? Swediesh Institute for European Policy

Study.

19. Undang undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

20. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

21. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03 Tahun 2012 serta

Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2012 tentang P enguatan Sistem Inovasi

Daerah

22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2014 – 2019

Page 99: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

LAMPIRAN

PROFIL KESENJANGAN WILAYAH

Page 100: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

100

Page 101: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat
Page 102: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

102

Page 103: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat
Page 104: PRAKARSA PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA … · 2018. 3. 20. · pemerataan pembangunan menjadi suatu keniscayaan bila kita cermati komparasinya dengan ... (atau koefisien) adalah alat

Prakarsa Pemerintah Daerah

Dalam Upaya Pengurangan Kesenjangan Wilayah dan Pembangunan Daerah

104