prak 8.kromatografi
DESCRIPTION
kromatografiTRANSCRIPT
Lia Choirunnisa240210100010
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen dalam
suatu campuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen ke dalam
dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam akan menahan komponen
campuran sedangkan fasa gerak akan melarutkan komponen campuran. Perbedaan
distribusi ini disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi antara komponen-
komponen dalam suatu campuran dengan fasa diam dan fasa geraknya. Interaksi
ini adalah adsorbsi, partisi, penukar ion dan gel permiasi. Komponen yang
interaksi dengan fasa diamnya lebih kuat dibanding dengan fasa geraknya maka
komponen itu akan tertahan lebih lama di dalam fasa diam, begitupun sebaliknya.
Analisa kimia suatu bahan sering dihadapkan pada pekerjaan-pekerjaan
seperti menghilangkan konstituen-konstituen pengganggu dan/atau mengisolasi
atau memekatkan konstituen-konstituen yang dikehendaki sebelum dilakukan
identifikasi maupun pengukuran jumlahnya. Untuk ini diperlukan cara-cara
pemisahan seperti yang sudah dikenal seperti pemisahan yang didasarkan atas
perbedaan titik beku ataupun titik lebur, kristalisasi, sublimasi, penyulingan,
ekstraksi, penyaringan, sentrifugasi dan lain-lain.
Khromatografi pada umumnya digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen zat didalam bahan yang terikat satu sama lain. Dengan khromatografi,
dapat dipisahkan komponen-komponen seperti zat-zat warna (karoten, klorofil),
asam-asam amino, asam-asam lemak, alkaloid dan sebagainya.
Pada dasarnya analisa secara khromatografi terdiri dari dua sistem yaitu fase
tetap (stationary phase) dan fase bergerak (mobile phase). Fase tetap berguna
untuk mengikat komponen zat, sedangkan fase bergerak berguna untuk
mengangkut komponen zat lain yang tidak terikat.
Dasar-dasar dari khromatografi adalah sebagai berikut :
1. Kromatografi dengan asas adsorpsi, memakai fase diam padat dan fase
gerak cair atau gas
2. Kromatografi dengan asas partisi, memakai fase diam cair dan fase gerak
cair
3. Kromatografi dengan asas fitrasi, memakai fase diam padat yang
mempunyai sifat fitrasi dan fase gerak cairan
Lia Choirunnisa240210100010
4. Kromatografi dengan asas suhu kritik, memakai CO2 dalam keadaan
superkritik
Pada praktikum kali dilakukan pengujian kromatorgrafi secara kualitatif
melalui metode kromatografi kertas dengan prinsip perbedaan polaritas pada
bahan. Pada khromatografi kertas, fase diam adalah air yang didukung oleh pelat
serat selulosa, fase bergerak air dicampur pelarut organik, tetapi pada praktikum
ini pelarut yang digunakan adalah akuades dan alkohol. Khromatografi kertas
lebih banyak digunakan untuk pemisahan senyawa non polar, karena selulosa
(kertas) bersifat polar. Banyak digunakan untuk pemisahan senyawa bahan alam.
Kekurangannya secara umum, pengujiannya lebih lama karena panjang kertas bisa
sampai 50 cm.
Gambar 1. Kromatografi Kertas(Sumber: Anonim, 2011)
Setelah melewati garis finish, kemudian kertas dikeringkan dalam oven
selama beberapa menit kemudian didinginkan sebentar dan ditambahkan larutan
nninhidrin. Fungsinya untuk memperjelas warna dari setiap senyawa yang telah
dipisahkan tadi seperti yang terlihat dalam gambar 1. untuk selanjutnya dihitung
nilai Rf, yaitu rasio antara jarak yang ditempuh sample dengan jarak yang
ditempuh pelarut.
Gambar 2. Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari sumber : filterpapper (2012)
Lia Choirunnisa240210100010
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama
dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi
kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan
ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas
saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil
(pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini
dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino
dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan
asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin
didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi
kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Saat campuran asam amino menaiki
lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino
antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung
berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan.
Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R,
masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas
bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua
pelarut.
Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan. Sampel
yang digunakan pada praktikum ini yaitu kunyit, saos tomat, pewarna tekstil dan
rosella. Mula-mula potong kertas saring dengan panjang 7 cm dan lebar 4 cm.
Setinggi 2 cm dari bawah kertas saring diberi noda dari filtrat sampel
menggunakan pipa kapiler, kemudian kertas saring digantung pada suatu wadah
yang pada bagian bawahnya berisi pelarut berupa akuades atau alkohol. Ujung
kertas yang paling bawah menyentuh pelarut sehingga larutan akan naik keatas
karena ada fenomena kapiler, saat pelarut hampir mencapai puncak, proses
dihentikan. Selanjutnya dari proses ini dihitung waktu retensinya (Rf), Rf
merupakan waktu yang diperlukan oleh solut untuk melintas suatu kolom dengan
panjang tertentu. waktu retensi dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut :
Lia Choirunnisa240210100010
Rf =
Tabel 1. Hasil Pengamatan Khromatografi (kertas) Kualitatif
Kel Sampel Berpindah/tidakPanjang
perpindahan
1,3,5,7,9Kunyit X -
Saos tomat X -
2Pewarna tekstil √ 0,75 cm
Rosella √ 2,3 cm
10Pewarna tekstil √ 1,2 cm
Rosella √ 1,5 cm
4Pewarna tekstil √ 1,1 cm
Rosella √ 3,2 cm
6Pewarna tekstil √ 0,6 cm
Rosella √ 4 cm
8Pewarna tekstil √ 1,5 cm
Rosella √ 3 cmSumber : Dokumentasi Pribadi (2012)
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa pada
sampel kunyit dan saos tomat tidak ada noda yang berpindah. Pada sampel saos
tomat, noda tidak berpindah karena ada kemungkinan bahwa pada saos tomat
tersebut menggunakan bahan pewarna sintetik karena bahan pewarna sintetik
tidak dapat larut dalam air yang menyebabkan noda tidak akan berpindah. Akan
tetapi pada sampel kunyit yang merupakan senyawa pewarna. Noda yang tidak
berpindah pada kunyit ini mungkin disebabkan oleh ketidakcocokan teknik yang
digunakan dan dengan pelarut yang digunakan untuk mengujinya. Tidak adanya
noda yang berpindah dapat pula diakibatkan karena kompleksifitas bahan, seperti
saos tomat yang tidak hanya terdiri dari satu bahan saja karena merupakan
campuran dari berbagai jenis bahan.
Data di atas terlihat menunjukkan bahwa pada sampel pewarna tekstil dan
rosella semua noda berpindah dengan panjang perpindahan yang berbeda-beda.
Perpindahan noda yang paling panjang terdapat pada sampel rosella yang
dilakukan oleh kelompok 6 dengan panjang perpindahan 4 cm.
Begitu pula terjadi pada sampel pewarna sintetik yang dikenal dengan
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada
Lia Choirunnisa240210100010
industri tekstil dan kertas . pengujian identifikasi pewarna textil ini dilakukan
menteskan filtrate yang didapat pada kertas saring yang telah dipasang pada
tabung kromatografi, sehingga setelah air naik dilakukan pengamatan. Indikasi
pengujian ini akan menghasilkan positif menunjukkan pewarna textil apabila zat
warna filtrate pada kertas saring tidak naik ke atas. Hal ini disebabkan bahwa zat
warna textil bersifat tidak menyerap atau tidak larut dalam air.
Jika dilihat berdasarkan sampel antara pewarna tekstil dan rosella, dapat
diketahui bahwa panjang perpindahan pada rosella selalu lebih panjang
dibandingkan dengan pewarna tekstil. Kepolaran yang semakin mendekati pelarut
menyebabkan noda akan semakin cepat naik. Akan tetapi noda pada semua
sampel yang diujikan memiliki ekor atau yang disebut sebagai mengalami tailing,
oleh karena itu pada sampel-sampel tersebut tidak dapat dihitung waktu
retensinya.
Satu keuntungan utama kromatografi kertas ialah kemudahan dan
kesederhanaannya pada pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas
saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan juga sebagai penyangga.
Bilangan Rf adalah jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi terhadap
garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik awal dan
pusat bercak yang dihasilkan senyawa, dan jarak ini kemudian dibagi dengan
jarak titik awal dan garis depan (Harborne, 1987).
Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas
dengan susunan serabut dan tebal yang cocok. Pada kromatografi pembagian, fase
bergerak perlahan-lahan melalui fase tidak bergerak yang membungkus serabut
kertas atau yang membentuk kompleks dengan serabut kertas. Perbandingan jarak
perambatan suatu zat dengan jarak perambatan fase bergerak dihitung dari titik
penotolanlarutan zat, dinyatakan sebagai Rf zat tersebut.( Farmakope Indonesia,
1997).
Lia Choirunnisa240210100010
VI. KESIMPULAN
Khromatografi digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
zat didalam bahan yang terikat satu sama lain yang terdiri dari dua
sistem yaitu fase tetap (stationary phase) dan fase bergerak (mobile
phase).
Waktu retensi (Rf) merupakan waktu yang diperlukan oleh solut untuk
melintas suatu kolom dengan panjang tertentu.
Sampel kunyit dan saos tomat tidak menunjukkan adanya noda yang
berpindah, dimungkinkan karena ketidakcocokan teknik pengujian,
dengan sampel serta pelarut yang digunakan
Pada sampel pewarna tekstil dan rosella semua noda berpindah,
perpindahan terpanjang yaitu pada rosella dengan panjang 4 cm serta
perpindahan panjang pada rosella selalu lebih panjang dibandingkan
dengan pewarna tekstil
Semua noda pada pewarna tekstil dan rosella mengalami tailing
sehingga waktu retensinya tidak dapat dihitung
Lia Choirunnisa240210100010
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2011. Kromatografi. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Chriomatograpy. [Diakses tanggal 3 Mei 2012]
Anonimb. 2008. kromatografi kertas. Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27102/4/Chapter%20II.pdf. [diakses tanggal 3 Mei 2012]
Apriyantono, Anton., dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Hendayana, Sumar dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta.
Sudarmaji,S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Takeuchi, Yoshito. 2009. Khromatografi. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/ diakses 02 Juni 2012
Winarno, F.G. 1979. Kimia pangan dan gizi. Jakarta : Gramedia.
Lia Choirunnisa240210100010
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Beaker glass
Bejana Khromatografi
Gunting
Penggaris
Pensil
Pipa kapiler
spatula
3.2 Bahan
Aquades
Kertas saring
Kunyit
Pewarna textil
Rosella
Saos tomat