pprrooffiill kkeesseehhaattaann 22001166 pprroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua...

129
P P r r o o f f i i l l K K e e s s e e h h a a t t a a n n 2 2 0 0 1 1 6 6 P P r r o o v v i i n n s s i i K K a a l l i i m m a a n n t t a a n n T T e e n n g g a a h h DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos 73112 Telp/Fax (0536) 4270391 / E-mail : [email protected]

Upload: vunhi

Post on 18-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166

PPrroovviinnssii KKaalliimmaannttaann TTeennggaahh

DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos 73112

Telp/Fax (0536) 4270391 / E-mail : [email protected]

Page 2: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga buku

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 dapat diselesaikan. Buku Profil

Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 ini dapat diselesaikan berkat bantuan

banyak pihak yang terlibat di dalamnya khususnya dalam pengisian data-data yang

diperlukan dalam profil ini. Sumber data dalam penyusunan buku profil ini dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah, Biro

pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Tengah dan Buku Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota Tahun 2016 serta data dari bidang-bidang di Lingkungan Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.

Hasil Pembangunan kesehatan pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

menunjukan hasil yang cukup bagus. Namun beberapa indikator MDGs dan Renstra yang

belum mencapai target seperti AKI, AKB dan AKABA, prevalensi masalah gizi serta

penanganan masalah TB, Malaria dan HIV/AIDS. Selain itu masalah penyehatan

lingkungan seperti rumah sehat, MTBS, sumber air minum yang layak perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari semua komponen yang terlibat, hal ini mengindikasikan perlu

adanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 ini bertujuan

memberikan informasi dan gambaran tentang derajat kesehatan dan upaya kesehatan

serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan kesehatan kabupaten/kota di

Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan gender yang tergambar dalam data tabel, grafik,

peta dan indikator dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Data kesehatan yang terpilah

menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat

menggambarkan kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan

terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan bidang

kesehatan. Data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses

penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat dan

daerah.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 ini disajikan dalam

bentuk cetakan dan soft copy (CD) serta dapat diunduh di website

www.dinkeskalteng.go.id Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik

pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta

Page 3: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

ii

berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran

kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini,

oleh karena ini saran, kritik serta masukan pemikiran sangat kami harapkan guna

meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kalimantan Tengah di masa mendatang. Kepada

semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku profil ini, diucapkan

terima kasih. Harapan kami, semoga profil ini dapat bermanfaat bagi khalayak yang

memerlukan informasi dan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk

mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta (evidance based) serta

bahan masukan dalam penyusunan kebijakan program maupun pengambilan keputusan.

Palangka Raya, September 2017 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

dr. Suprastija Budi NIP. 19580802 198803 1 010

Page 4: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

iii

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR i

2. DAFTAR ISI iii

3. DAFTAR GAMBAR Vi

4. DAFTAR TABEL ix

5. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Sistematika Penyajian 3

6. BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 4 A. Keadaan Geografis 4 B. Kependudukan 7 C. Pendidikan 8 7. BAB III SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN 10 A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 10 B. Rumah Sakit 15 1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit 15 2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit 16 C. Sarana Kefarmasian Dan Alat Kesehatan 16 1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan 16

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin 17 D. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat 18 1. Posyandu menurut Strata 18 2. Pos Kesehatan Desa 19 3. Desa Siaga 20 E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk 21 F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit 22 1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana

Pelayanan Kesehatan 22

2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR)

23

3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR)

23

4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) 24 5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of

Stay (ALOS) 25

6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)

25

8. BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 26

9. BAB V KESEHATAN IBU DAN ANAK 28 A. Kesehatan Ibu 28 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 29 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 33

Page 5: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

iv

3. Cakupan Pelayanan Nifas 36 4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas 37 5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe 37 6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 48 7. Angka Kematian Ibu (AKI) 40 8. Pelayanan Keluarga Berencana 42 B. Kesehatan Anak 45 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 46 2. Penanganan Komplikasi Neonatal 47 3. Kunjungan Neonatus 48 4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif 50 5. Pelayanan Kesehatan Bayi 52 6. Imunisasi 53 7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi 58 8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita 59 9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S) 60 10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 62 11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat 63 12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 65 13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut 67 14. Angka Kematian Bayi (AKB) 67 C. Status Gizi 70 1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 70 2. Balita Bawah Garis Merah (BGM) 72 10. BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN 74

A. Pengendalian Penyakit 74 1. Penyakit Menular 74 2. Penyakit Tidak Menular 91 B. Kesehatan Lingkungan 94 1. Persentase Rumah Sehat 95 2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 96 3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban

sehat) 99

4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

101

5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

103

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 103 11. BAB VII TENAGA KESEHATAN 106 A. Jumlah Tenaga Kesehatan 107 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas 107 2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 108 B. Rasio Tenaga Kesehatan

1. Dokter spesialis 2. Dokter Umum 3. Dokter Gigi 4. Bidan

109 109 109 109 110

Page 6: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

v

5. Perawat 6. Apoteker 7. Sarjana Kesehatan Masyarakat 8. Tenaga Sanitarian 9. Tenaga Gizi 10. Keterapian Fisik 11. Keterapian Medis

110 110 110 111 111 111 111

12. BAB VII PENUTUP 112 13. LAMPIRAN

Page 7: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

vi

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 2.1 Peta Provinsi Kalimantan Tengah 6

2 Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

9

3 Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2009 – 2016 12

4 Gambar 3.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

13

5 Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 – 2016 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

14

6 Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

20

7 Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

21

8 Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2016 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

30

9 Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2016 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

31

10 Gambar 5.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2016

32

11 Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2016

34

12 Gambar 5.5 Cakupan Linakes tahun 2016 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

35

13 Gambar 5.6 Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2016

37

14 Gambar 5.7 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2016

38

15. Gambar 5.8 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2016

39

16 Gambar 5.9 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 – 2016

41

17. Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

43

18 Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

44

19 Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2009 – 2016

45

20 Gambar 5.13 Perkembangan Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 s.d 2016

47

21 Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2016

48

22 Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut 49

Page 8: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

vii

Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 23 Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2016 50

24 Gambar 5.17 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

51

25 Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

53

26 Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

55

27 Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2016

56

28 Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

57

29 Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

58

30 Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2016

60

31 Gambar 5.24 Persentase Baduta di timbang D/S Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

61

32 Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2016

63

33 Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

64

34 Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2016

66

35 Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2016 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2016

68

36 Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2016

69

37 Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 – 2016

71

38 Gambar 5.31 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

73

39 Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

75

40 Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Diantara Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

76

41 Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA+ dan CNR Seluruh Kasus TB Per 100.000 Penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2016

77

42 Gambar 6.4 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 – 2016

78

43 Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

78

44 Gambar 6.6 Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS 82

Page 9: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

viii

di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 - 2016 45 Gambar 6.7 Proporsi Penderita AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun

2016 Di Provinsi Kalimantan Tengah 80

46 Gambar 6.8 Proporsi Penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

81

47 Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2016

82

48 Gambar 6.10 Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

83

49 Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

88

50 Gambar 6.12 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2016

89

51 Gambar 6.13 Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2016

90

52 Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalinatan Tengah Tahun 2016

95

53 Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

96

54 Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

97

55 Gambar 6.17 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggaraan Air Minum Syarat Kesehatan Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

98

56 Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2016

100

57 Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

101

58 Gambar 6.20 Jumlah Desa Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

102

59 Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2009 s/d 2016

104

60 Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2016

105

Page 10: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

ix

DAFTAR TABEL

1 Tabel 2.1 Tabel 1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah 5

2 Tabel 2.2 Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

6

3 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2016

7

4 Tabel 6.1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

91

5 Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi Kalimantan Tengah

92

Page 11: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Resume Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun

2016

2 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupatenn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

3 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan kelompok Umur Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

4 Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

5 Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

6 Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

7 Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

8 Tabel 7 Kasus TB, Kasus TB Pada Anak, Dan Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupatebn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

9 Tabel 8 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru TBA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

10 Tabel 9 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

10 Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

11 Tabel 11

Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

12 Tabel 12 Persentase Donor Darah di Skrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

13 Tabel 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Page 12: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

xi

14 Tabel 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

15 Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

16 Tabel 16 Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

17 Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

18 Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2016

19 Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

20 Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2016

21 Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

22 Tabel 22 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

23 Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

24 Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

25 Tabel 24 Pengukuran Tekanan darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

26 Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

27 Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini kanker Leher Rahim dengan Metode IVA Dan Kanker payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

28 Tabel 27 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Page 13: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

xii

29 Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani < 24 Jam Provinsi Kalimantan Tengah 2016

30 Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

31 Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

32 Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

33 Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

34 Tabel 33 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

35 Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

36 Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

37 Tabel 36 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

38 Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

39 Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

40 Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

41 Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

42 Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2016

43 Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Page 14: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

xiii

44 Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

45 Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

46 Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

47 Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

48 Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

49 Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

50 Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Pusksmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

51 Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

52 Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

53 Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

54 Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehtan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Dan Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

55 Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

56 Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

57 Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

58 Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tenngah Tahun 2016

59 Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas

Page 15: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

xiv

Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

60 Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

61 Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

62 Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadapa Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan Dan Puskesmas Kavbupaten/Kota Provinsi KalimantanTengah Tahun 2016

63 Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

64 Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

65 Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higienis sanitasi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimanta Tenmgah Tahun 2016

66 Tabel 65 Tempat Penglolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

67 Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

68 Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

69 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

70 Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantahn Tengah Tahun 2016

71 Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

72 Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

73 Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

74 Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

75 Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

76 Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Page 16: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

xv

77 Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

78 Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

79 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

80 Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

81 Tabel 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

82 Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Page 17: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan sebagai

salah satu SOPD yang bertanggung jawab di bidang Kesehatan berkomitmen untuk

mewujudkan Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas

hidup manusia Provinsi Kalimantan Tengah sesuai dengan visi dan misi Gubernur

Kalimantan Tengah. Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Efektivitas dan efisiensi serta

pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan strategi

program, pendekatan yang tepat serta sasaran yang jelas. Dukungan data dan

informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat sangat menentukan dalam

pengambilan keputusan dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi

pembangunan kesehatan yang tepat.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas

ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan

melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih

lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169

disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk

memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3,

UU no 36 thn 2009 tentang kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah

tentang Sistem Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI

no 46 tahun 2015.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam bidang kesehatan lebih

menitikberatkan kepada aksestabilitas dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan

baik di tingkat Puskesmas dan jaringannya (Pustu, Polindes, Poskesdes) maupun

Page 18: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 2

rumah sakit. Pandangan kedepan Pemerintah Daerah provinsi Kalimantan Tengah di

bidang kesehatan untuk mencapai tujuan menjadikan masyarakat Kalimantan Tengah

yang sehat dimanifestasikan kedalam Program Pembangunan Kesehatan yang oleh

Gubernur Kalimantan Tengah digagas dan dinamai sebagai “KALTENG BERKAH”

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan adanya

ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan

perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based

diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat

waktu.

Menyikapi serta merespon tujuan mulia untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat Kalimantan Tengah yang baik melalui Program Kalteng Barigas tersebut,

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah melakukan langkah-langkah nyata

dengan melakukan Koordinasi, Konsolidasi dan Komunikasi intensif dengan seluruh

pemangku kepentingan di Provinsi Kalimantan Tengah.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu

dan berkeadilan serta berbasis bukti diperlukan data kesehatan yang baik yang

berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara berkesinambungan

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu media

publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup

komprehensif. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah disusun berdasarkan

ketersediaan data, informasi, dan indikator kesehatan yang bersumber dari unit

teknis di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas

Kesehatan Kabupaten Kota serta institusi lain terkait seperti Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Kalimantan Tengah dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah.

Pembuatan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dimaksudkan

untuk menyediakan data dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanakan

program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar perencanaan,

pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan atau program serta sebagai acuan

kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari berbagai program.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan Provinsi

adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasalahan

kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara

Page 19: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 3

menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi

program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan bagi stake holder.

Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan Profil Kesehatan

perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan

diharapkan agar data dan informasi yang terkandung didalamnya konsisten, valid,

reliabel dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan

dan sistematika dari penyajiannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Kalimantan

Tengah meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi

umum lainnya.

BAB III : SARANA DAN JAMINAN KESEHATAN

BAB IV : PEMBIAYAAN KESEHATAN

BAB V : KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB VI : PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

BAB VII : SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB VIII : PENUTUP Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan

berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah

lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta

pengambilan keputusan di Provinsi Kalimantan Tengah.

Lampiran : Berisi 81 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian

diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Page 20: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 4

BAB II

GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Penyelenggaraan pembangunan nasional, Sistem Kesehatan Nasional dapat

bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya, seperti Sistem

Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pengan

Nasional, Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional, Sistem Ketanaga-kerjaan dan

Transmigrasi, serta sistem-sistem nasional lainnya. Keberhasilan pembangunan

kesehatan tidak hanya semata-mata hasil kerja keras sektor kesehatan tetapi sangat

dipengaruhi juga oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor

pembangunan lainnya. Pembangunan kesehatan ini diselenggarakan untuk mencapai

Visi Kalimantan Tengah.

Visi tersebut dimaksudkan agar Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

mampu mewujudkan kesehatan masyarakat dengan menyediakan pelayanan

kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di

Kalimantan Tengah serta mendorong masyarakat untuk mandiri dan berperan serta

secara aktif dalam mengupayakan/menyelenggarakan kesehatan guna memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi manusia

dibidang kesehatan.

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 0045' Lintang Utara dan 3030'

Lintang Selatan dan 110045’−115051’ Bujur Timur. Kalimantan tengah merupakan

provinsi dengan luas wilayah terluas kedua di Indonesia setelah Provinsi Papua. Luas

wilayah Kalimantan Tengah adalah 153.564 km2 atau 8,04 persen dari luas

Indonesia. Wilayah administrasinya dibagi menjadi tiga belas kabupaten dan satu

kota.

Provinsi Kalimantan Tengah Bagian utara berbatasan dengan Kalimantan

Barat dan Kalimantan Timur, bagian timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan

Kalimantan Selatan, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan bagian barat

berbatasan dengan Kalimantan Barat.

Kalimantan Tengah memiliki sebelas sungai besar dan 33 sungai kecil yang

bermula dari utara dan mengalir ke Laut Jawa. Sungai Barito merupakan sungai

terpanjang di Kalimantan Tengah dengan panjang mencapai 900 km dengan

Page 21: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 5

kedalaman berkisar antara 6 hingga 14 meter. Sungai merupakan lokasi utama

pemukiman dan moda transportasi yang penting di Kalimantan Tengah.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson, wilayah Provinsi

Kalimantan Tengah termasuk tipe iklim A, hal ini ditandai dengan adanya jumlah

bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan pola penyebaran curah hujan hampir

merata pada semua wilayah. Agroklimat Kalimantan Tengah terdiri dari 4 klas, yaitu:

Klas A di bagian Utara, Klas B1 di Bagian Tengah, Klas C1 dan C2 di Bagian Selatan.

Semakin ke bagian Utara curah hujan semakin tinggi. Karakteristik iklim, tropis

lembab dan panas yang tergolong ke dalam tipe iklim A dengan suhu udara relatif

konstan sepanjang tahun, yang dapat mencapai 23°C pada malam hari dan 33°C

pada siang hari, dengan penyinaran matahari mencapai 60% per tahun. Curah hujan

rata-rata 200 mm/bulan dengan kecepatan angin rata-rata 4 knot/Km. Curah hujan

rata-rata sebesar 2.732 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Sebagian

besar daerah pedalaman yang berbukit, bercurah hujan antara 2,000 - 4.000 mm per

tahun.

Kondisi fisik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas daerah pantai

dan rawa yang terdapat di wilayah Bagian Selatan sepanjang ± 750 km pantai Laut

Jawa, yang membentang dari Timur ke Barat dengan ketinggian antara 0 – 50 m

diatas permukaan laut (dpl) dan tingkat kemiringan 0%-8%. Sementara itu wilayah

daratan dan perbukitan berada bagian tengah, sedangkan pegunungan berada di

bagian Utara dan Barat Daya dengan ketinggian 50 – 100 mdpl dan tingkat

kemiringan rata-rata sebesar 25%. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas 6 wilayah

fisiografi, tetapi didominasi oleh daratan dan perbukitan pedalaman. Selengkapnya

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah

No Wilayah Luas (Km2) 1

2

3

4

5

6

Daratan rendah pesisir

Undak-undak pedalaman

Daratan dan perbukitan pedalaman

Pegunungan Schwaner

Pegunungan Muller

Pegunungan Meratus

36.870

37.310

57.124

9.000

11.000

2.300

Sumber : Bappeda Provinsi Kalteng Tahun 2016

Page 22: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 6

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

yaitu 153.564 km2 atau 15.356.400 hektar (ha). Dengan jumlah kabupaten/kota

yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini sebanyak 13 (tiga belas) kabupaten

dan 1 (satu) kota. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.

No Nama Kabupaten/Kota Ibu Kota Luas Wilayah

(Km2) (%)

1 Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 10.759 7,01

2 Lamandau Nanga Bulik 6.414 4,18

3 Sukamara Sukamara 3.827 2,49

4 Kotawaringin Timur Sampit 16.796 10,94

5 Seruyan Kuala Pembuang 16.404 10,68

6 Katingan Kasongan 17.500 11,40

7 Kapuas Kuala Kapuas 14.999 9,77

8 Pulang Pisau Pulang Pisau 8.997 5,86

9 Gunung Mas Kuala Kurun 10.804 7,04

10 Barito Selatan Buntok 8.830 5,75

11 Barito Timur Tamiang Layang 3.834 2,50

12 Barito Utara Muara Teweh 8.300 5,40

13 Murung Raya Puruk Cahu 23.700 15,43

14 Palangka Raya Palangka Raya 2.399.5 1,56

Kalimantan Tengah 153 564,5 100

Sumber : BPS Provinsi Kalteng Tahun 2017

Gambar 2.1. Peta Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Page 23: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 7

B. KEPENDUDUKAN

Penduduk Kalimantan Tengah berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebesar

2.212.089 jiwa dan diproyeksikan mencapai 2.550.192 pada tahun 2016. Dari total

proyeksi penduduk 2016, 28,18 persen berusia antara 0 dan 14 tahun, 68,72 persen

antara 15 dan 64, sementara hanya 3,10 persen penduduk Kalimantan Tengah

berusia di atas 65 tahun. Rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap

penduduk perempuan sebanyak 109. Dibandingkan dengan proyeksi penduduk tahun

2015, penduduk Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 2,21 persen.

Jumlah rumah tangga Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebanyak 661.243

dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4 orang.

Kepadatan penduduk Kalimantan Tengah hanya sebesar 17 jiwa/km2 pada

tahun 2016. Kepadatan penduduk di 14 kabupaten/kota cukup beragam. Kepadatan

penduduk tertinggi berada di Kota Palangka Raya sebesar 47 jiwa/km2 dan terendah

di Kabupaten Murung Raya sebesar 5 jiwa/km2.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2016

No Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk

Penduduk Rasio Jenis

Kelamin

Kepadatan Penduduk Per km2 Laki-Laki Perempuan

1 Kotawaringin

Barat 286.714 151.891 134.823 113 26,65

2 Lamandau 76.160 40.651 35.509 114 11,87

3 Sukamara 57.504 30.576 26.928 114 15,03

4 Kotawaringin

Timur 436.276 230.497 205.779 112 25,97

5 Seruyan 182.307 98.112 84.195 117 11,11

6 Katingan 162.837 83.325 77.512 110 9,30

7 Kapuas 351.043 179248 171795 104 23,40

8 Pulang Pisau 125.484 65.324 60.610 109 13,95

9 Gunung Mas 112.484 59803 52681 114 10,41

10 Barito Selatan 133.304 68058 65246 104 15,10

11 Barito Timur 116.946 60.246 56.700 106 34,77

12 Barito Utara 128.400 66715 61685 108 14,09

13 Murung Raya 112.976 58.771 54.205 108 5,42

14 Palangka Raya 267.757 137.057 130.700 105 47,08

Jumlah Provinsi 2.550.192 1.332.274 1.217.918 109 17

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Data Sex ratio berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan

yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan

pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Hasil berdasarkan data

kependudukan dari BPS untuk tahun 2016 menunjukkan bahwa sex ratio penduduk

Page 24: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 8

Kalimantan Tengah adalah sebesar 109 yang artinya adalah jumlah penduduk laki-

laki di provinsi ini 9,27 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuannya.

Bila dilihat menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun paling banyak

jumlahnya di provinsi ini, yaitu sebesar 252.035 jiwa atau lebih dari 10 persen total

penduduk Kalimantan Tengah. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) berjumlah

1.752.593, penduduk usia muda (14 tahun ke bawah) berjumlah 718.583 jiwa

sedangkan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak 79.016 jiwa, sehingga

rasio ketergantungan penduduk sebesar 46 persen kurang lebih sama bila

dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 46 persen. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 2.

C. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam

mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi

terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam

rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek

pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan

pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan,

maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan

rata-rata lama sekolah.

Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk menilai

tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat melek huruf

penduduk,maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di suatu wilayah.

Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2016 diketahui bahwa angka melek huruf

penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah hanya mencapai

74.10 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 75.79

persen. Jika dirinci menurut jenis kelamin terlihat tidak ada perbedaan yang cukup

besar kemampuan baca tulis antara laki-laki dan perempuan. Kemampuan baca tulis

jenis kelamin laki-laki dan perempuan usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan

Tengah kurang lebih sama dengan nilai masing-masing 74.78 persen berbanding

73.48 persen untuk laki-laki. Dengan kata lain akses pendidikan pada laki-laki dan

perempuan adalah sama (Lampiran tabel 3). Namun persentase penduduk usia 10 ke

atas yang melek huruf di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencermin angka yang

sebenarnya karena ada beberapa kabupaten yang tidak ada angka melek hurup

Page 25: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 9

penduduk usia 10 tahun ke atas. Selain itu hampir semua kabupaten kota tidak

mencantumkan jumlah penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang

S2 dan S3.

Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan persentase penduduk 10 tahun keatas terkait

dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, persentase tertinggi pendidikan yang

ditamatkan adalah SD/MI yang mencapai 22.32 persen. sedangkan yang terendah

adalah pendidikan master dan doktoral yang hanya mencapai 0.04 persen. Namun

angka diatas belum mencerminkan angka yang sebenarnya, hal ini disebabkan

karena data profil yang dari kabupaten/kota belum mengacu pada data yang

bersumber dari leading sektor dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima

informasi termasuk informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta

dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih

tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas

sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan

serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.

S2/S3 (MASTER/DOKTOR)

DIPLOMA I/DIPLOMA II

AKADEMI/DIPLOMA III

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

UNIVERSITAS/DIPLOMA IV

TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD

SMA/ MA

SMP/ MTs

SD/MI

0.04

0.46

0.74

1.58

3.95

9.80

12.81

12.53

22.32

Page 26: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 10

BAB III

SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa

fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah dipengaruhi oleh keberadaan

sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas

pelayanan kesehatan1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri

dari: puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM).

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih dijumpai

berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan masyarakat sangat

memerlukan sumber daya kesehatan yang merupakan semua perangkat keras dan

perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

Pada pasal satu ayat 2 Peraturan Menteri Kesehatan 75 tahun 2014 tentang

Puskesmas menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang:

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat;

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan

d. Hemiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat kesehatan masyarakat pada

pasal 6 Permenkes no 75 tahun 2014 puskesmas berwenang untuk:

Page 27: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 11

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah

kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama

dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. memberikan rekomendasi terkait masalah

kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini

dan respon penanggulangan penyakit.

i. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu;

j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan

preventif;

k. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat;

l. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

m. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi;

n. Melaksanakan rekam medis;

o. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

Pelayanan Kesehatan;

p. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;

q. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

r. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem

Rujukan.

Page 28: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 12

Jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan Desember

2016 yang sudah memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan sebanyak 195 unit jumlah tersebut sama dengan jumlah pada tahun

sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri dari 82 unit puskesmas rawat inap dan 113 unit

puskesmas non rawat inap. Sedangkan Jumlah puskesmas yang di hitung

berdasarkan keberadaan gedung dan sudah beroperasi namun belum memiliki nomor

registrasi berjumlah 200 puskesmas. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, jumlah

puskesmas memang mengalami peningkatan seperti yang terdapat pada gambar

berikut.

Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Nomor Registrasi Tahun 2009 – 2016

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota dan Bidang Yankes Tahun 2017

Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun 2009

sampai dengan tahun 2016. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan

secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan

secara kasar tercukupinya kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas

adalah rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap

30.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebesar 2.29

puskesmas per 30.000 penduduk, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2015

sebesar 2,34 puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000

penduduk per kabupaten/kota tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut.

174

179

183

193195 195 195 195

160

165

170

175

180

185

190

195

200

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jml Puskesmas

Page 29: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 13

Gambar 3.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2017

Dari gambar di atas nampak bahwa Kota Palangka Raya adalah wilayah yang

memiliki rasio puskesmas yang paling rendah yaitu 1.12, di ikuti oleh Kabupaten

Kotawaringin Timur yang memiliki rasio 1.38 per 30.000 penduduk. Hal ini

disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Sedang kabupaten

yang memiliki rasio puskesmas yang tertinggi adalah Kabupaten Lamandau dan

Gunung Mas masing-masing 4.33 dan 4.0, kemudian Kabupaten Barito Utara dengan

rasio 3,74. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang seluruh

kabupaten/ kota sudah sesuai dengan target, namun jika dilihat dari kondisi geografis

jumlah puskesmas belum memadai untuk memberikan kemudahan aksetabilitas bagi

penduduk yang berada di daerah terpencil. Kondisi ini harus diperhatikan, karena

kebutuhan pelayanan kesehatan dasar harus dapat dipenuhi oleh pemerintah dan

sektor swasta.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan

dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari

pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap

diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari

puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari

Pemerintah.

0 5 10 15 20 25 30

Kotawaringin Barat

Lamandau

Sukamara

Kotawaringin Timur

Seruyan

Katingan

Kapuas

Pulang Pisau

Gunung Mas

Barito Selatan

Barito Timur

Barito Utara

Murung Raya

Palangka Raya

16

11

5

20

12

16

26

11

15

12

11

16

14

10

1.67

4.33

2.61

1.38

1.97

2.95

2.22

2.63

4.00

2.70

2.82

3.74

3.72

1.12

Rasio PKM

JML Puskesmas

Page 30: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 14

Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan non

rawat inap dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 – 2016 Di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2017

Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap

menurun dari 122 unit pada tahun 2013 menjadi 118 unit pada tahun 2014 dan 2015

dan berkurang menjadi 113 puskesmas pada tahun 2016. Meskipun demikian,

terjadinya tersebut disebabkan karena adanya perubahan status dari puskesmas non

rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Perubahan jumlah juga terjadi pada

puskesmas rawat inap yaitu dari 73 unit pada tahun 2013 menjadi 77 unit pada tahun

2014 dan 2015 kemudian menjadi 82 puskesmas pada tahun 2016.

Seperti yang termaktub pada pasal 5 Permenkes no 75 tahun 2014 tentang

puskesmas disebutkan fungsi puskesmas adalah menyelenggarakan fungsi: a.

penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b. penyelenggaraan

UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain upaya kesehatan wajib yang harus

diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat berupa berupa pelayanan

obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED), pelayanan kesehatan peduli remaja

(PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus

Kekerasan terhadap Anak (KTA). Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan

sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya

kesehatan kerja dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki

banyak pusat industri.

2011 2012 2013 2014 2015 2016

68 70 73 77 77 82

115123 122 118 118 113

Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 - 2016

Rawat Inap Non Rawat Inap

Page 31: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 15

B. RUMAH SAKIT

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan

upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan

yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga

berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2014 tentang klasifikasi dan

Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu

rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit

yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat

nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan

hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan Strata dua dan strata 3. Indikator

yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) antara lain

dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan

jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.

Setiap Kabupaten memiliki rumah sakit dan jumlah seluruh Rumah Sakit di Propinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2016 yaitu sebanyak 22 buah dengan rincian

kepemilikan sebagai berikut : Pemerintah Kab/Prov : 16 unit; TNI/Polri : 2 unit;

rumah sakit jiwa 1 unit dan Swasta 2 unit dan rumah sakit ibu dan anak 1 unit.

(Lampiran Tabel 67).

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan

rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum

dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit

khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang

atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Jumlah rumah sakit khusus yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah pada

tahun 2016 sebanyak 2 unit yang terdiri dari rumah sakit jiwa dan rumah sakit

khusus ibu dan anak.

Page 32: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 16

2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit

Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur

terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2016 adalah 0.77 per 1.000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan

tahun 2015 sebesar 0.75 per 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur (TT) per 1000

penduduk dalam kurun waktu 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan yaitu

tahun 2013 0.66 per 1.000 penduduk, tahun 2014 sebesar 0.69 per 1.000 penduduk,

tahun 2015 sebesar 0.75 per 1.000 penduduk dan tahun 2016 sebesar 0.77 per 1.000

penduduk.

Jumlah tempat tidur rumah sakit se Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah

1975 tempat tidur, lebih banyak dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1870 tempat

tidur. Jika di lihat dari rasio tempat tidur maka di Provinsi Kalimantan Tengah perlu di

tingkat jumlah tempat tidur agar kebutuhan 1 tempat tidur bisa melayanan 1000

orang penduduk dapat terpenuhi lebih jelasnya lihat pda lampiran 55.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam

pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial

merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial

merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik

maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin

keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga

diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat

kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan

kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin

keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan

untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta

tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses

produksi, distribusi hingga penggunaannya dimasyarakat.

Page 33: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 17

Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan

tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di

bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang

kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat

Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha

Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat

Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan Industri

Kosmetika.

Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh

Bidang Jamsarkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu: Industri

Farmasi , Industri Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisioanal, Produksi Alat

Kesehatan, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat

Kesehatan (PAK). Berdasarkan ketersediaan sarana distribusi kefarmasian dan alat

kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah sebagai berikut: Industri

farmasi, Industri obat tradisional, Usaha kecil obat tradisional dan produksi alat

kesehatan berjumlah 0 unit, Cabang Produksi Alat kesehatan berjumlah 2 unit,

Pedagang besar farmasi 4 unit, cabang pedagang besar farmasi 6 unit, apotek 244

unit, toko obat 185 unit dan Penyalur Alat Kesehatan berjumlah 6 unit.

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin

Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap,

jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga

terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian

Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis terkait program kefarmasian

dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran

hasil tersebut pada tahun 2016 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin

sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu kegiatan yang

dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan

kesehatan dasar.

Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat

ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung

pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan

yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan

Page 34: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 18

obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota,

akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di

seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh

provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkah-langkah

yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota

akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di

masa yang akan datang.

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Provinsi

Kalimantan Tengah, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang

dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan

kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah

item obat yang dipantau adalah 20 item obat dan vaksin yang digunakan untuk

imunisasi dasar.

Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 201 memiliki target

sebesar 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Bidang Sumber Daya

Kesehatan (SDK) Provinsi Kalimanrtan Tengah tahun 2016 didapatkan persentase

ketersediaan obat dan vaksin sebesar 90%, lebih rendah dibandingkan tahun 2015

dengan persentase ketersediaan rata-rata provinsi sebesar 118.59%. Dengan

demikian apabila dibandingkan dengan target tahun 2016, maka capaian kinerja

indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin belum mencapai target yang telah

ditetapkan. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan vaksin

terdapat pada Tabel lampiran 66.

D. SARANA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT

Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif

dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga

aktif.

1. Posyandu menurut Strata

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokan

Page 35: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 19

menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan

posyandu mandiri.

Jumlah posyandu di Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah 2410 unit, lebih

banyak bila dibandingkan tahun 2015 sebanyak 2340 unit. Rincian posyandu

berdasarkan stratanya pada tahun 2016 adalah sebagai berikut; Posyandu Pratama

909 unit (37.72%), Posyandu Madya 1109 unit (46.02%), Posyandu Purnama 326

unit (13.53%) dan Posyandu Mandiri 66 unit (2,74%). Sedangkan Posyandu yang

masuk kategori aktif sebanyak 392 unit (16,27%). Ada sedikit penurunan jumlah

posyandu yang aktif bila dibandingkan dengan jumlah posyandu aktif pada tahun

2015. Kedepannya pengembangan Posyandu adalah dengan revitalisasi posyandu

dan diharapkan jumlah posyandu aktif terus meningkat. (Lampiran Tabel 69).

2. Pos Kesehatan Desa

Di samping Posyandu keberadaan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) juga sangat

penting dalam rangka mendukung program desa siaga, yaitu suatu bentuk

pemberdayaan masyarakat di tingkat desa yang disertai dengan pengembangan

kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri

khususnya kesehatan ibu dan anak.

Fungsi poskesdes adalah Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang

kesehatan, meliputi : sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko

dan masalah kesehatan, sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih

mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan

dan cakupan pelayanan kesehatan, sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai

UKBM yang ada di desa. Adapun manfaatnya antara lain : Permasalahan kesehatan di

desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan

diselesaikan, sesuai kondisi , potensi dan kemampuan yang ada.; Masyarakat desa

dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau ( secara

geografis ); Bagi Kader Kesehatan mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan;

Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala

sumberdaya secara efektif dan efesien; mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Jumlah poskesdes pada tahun 2016 sebanyak 492 buah, lebih banyak

dibandingkan tahun 2015 sebanyak 469 buah. Ada peningkatan jumlah poskesdes

yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan jumlah poskesdes pada tahun 2014

Page 36: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 20

yang berjumlah 381 buah poskesdes. Jumlah poskesdes di setiap kabupaten/kota

tahun 2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017 3. Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa

dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-

kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 839 desa siaga dari

1.572 desa/kelurahan yang ada (57,19%). Desa Siaga aktif adalah desa yang

mempunyai Poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi

sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan

kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit,

lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Distribusi Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2016 terlihat pada gambar berikut.

0 50 100 150 200 250

PALANGKA RAYA

SUKAMARA

LAMANDAU

BARITO SELATAN

KOTAWARINGIN BARAT

PULANG PISAU

SERUYAN

BARITO UTARA

BARITO TIMUR

MURUNG RAYA

GUNUNG MAS

KATINGAN

KOTAWARINGIN TIMUR

KAPUAS

30

32

88

93

94

99

100

103

104

125

127

161

185

231

3

28

49

71

53

37

45

17

8

5

30

18

50

78

Poskesdes Desa/Kel

Page 37: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 21

Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari digambar diatas diketahui bahwa semua kabupaten telah memiliki data

desa siaga, yang paling banyak memiliki desa siaga adalah Kabupaten Kotawaringin

Timur yaitu 171 desa kemudian Kabupaten Kapuas 151 desa siaga dan Kabupaten

Barito Timur dengan 104 desa. Sedangkan Kabupaten yang paling sedikit desa

siaganya adalah Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah desa siaga sebanyak 17

desa, kemudian Kabupaten Murung Raya dengan 10 desa siaga dan Kota Palangka

Raya dengan 5 Kelurahan siaga.

Keberadaan Desa/Kelurahan siaga menunjukkan peran pemerintah daerah

dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai leading sektor bidang

kesehatan sebagai upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menangani

masalah kesehatan yang terjadi di daerah atau wilayah masing-masing.

E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah

berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan

mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan.

Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out

of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi

0 50 100 150 200 250

Palangka Raya

Sukamara

Lamandau

Barito Selatan

Kotawaringin Barat

Pulang Pisau

Seruyan

Barito Utara

Barito Timur

Murung Raya

Gunung Mas

Katingan

Kotawaringin Timur

Kapuas

30

32

88

93

94

99

100

103

104

125

127

161

185

231

5

27

68

28

59

38

21

82

10410

17

58

171

151

Desa/Kel Siaga

Desa/Kel

Page 38: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 22

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha

bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta

pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya.

Jaminan Kesehatan Nasional yang di selenggarakan oleh BPJS bertujuan

untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh

masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat

yang optimal secara efektif dan efisien. Jamkesmas diharapkan dapat menurunkan

angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan

angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi

masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan

akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan

jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan

finansial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit.

Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah

cukup positif. Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2016 sebanyak 53,88 persen,

lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebanyak 52.97 persen dari total penduduk.

Bila dirinci adalah sebagai berikut: 1. Jaminan Kesehatan Nasional (48.42%), 2.

Jamkesda (5.37%), 3. Asuransi Swasta (tidak ada data) dan 4 Asuransi Perusahaan

(0.10%). Data terinci di setiap kabupaten/kota dapat dilihat di lampiran (tabel 53).

F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit

1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan

Kesehatan

Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit oleh masyarakat dapat

dilihat dari cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di masing-masing sarana

kesehatan. Pemanfaatan ini mencakup kunjungan rawat jalan dan rawat inap serta

kunjungan gangguan jiwa.

Cakupan kunjungan Rawat Jalan di puskesmas dan rumah sakit pada tahun

tahun 2016 adalah 50,4% lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 55,76%.

Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap pada tahun 2016 sebesar 3.9 lebih rendah

dibandingkan tahun 2015 sebesar 14.66%. Ada beberapa kabupaten yang tidak

memiliki data jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap baik yang di puskesmas

maupun yang dirumah sakit, sehingga mempengaruhi jumlah persentase rawat jalan

dan rawat inap secara keseluruhan. Sedangkan bila dilihat dari jenis kelaminnya

persentase terbanyak adalah perempuan yaitu 49.7% dan laki-laki sebanyak 37.8%,

Page 39: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 23

ini berarti pemanfaatan sarana kesehatan sudah lebih banyak oleh perempuan bila

dibandingkan laki-laki. Kunjungan Rawat Jalan terbanyak ke Puksesmas dibandingkan

ke rumah sakit sedangkan Kunjungan Rawat Inap terbanyak di Rumah Sakit dari

pada di Puskesmas. Pada tahun 2016 jumlah kunjungan gangguan jiwa sebanyak

9.398 orang, lebih tinggi dibandingkan jumlah penderita gangguan jiwa pada tahun

2015 yang berjumlah 8.128 orang. Distribusi paling banyak di rumah sakit bila

dibandingkan dengan kunjungan pada puskesams. (Lampiran Tabel 54).

2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death Rate

(GDR)

Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate)

berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Semakin

rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat

ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.

GDR rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 adalah 26.5

lebih besar dibandingkan GDR pada tahun 2015 sebesar 24.3. Angka GDR tersebut

kurang dari angka yang dapat ditolerir, ini menunjukan bahwa sistem pelayanan di

rumah sakit sudah semakin membaik. Dari 22 rumah sakit yang ada di Provinsi

Kalimantan Tengah rumah sakit yang memiliki angka GDR paling tinggi adalah

Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya 50, diikuti oleh Rumah Sakit Dr Murdjani

Sampit sebesar 35 dan Rumah Sakit Dr. St. Imanuddin sebesar 35. Sedangkan rumah

sakit dengan angka GDR yang paling rendah adalah Rumah Sakit Sukamara dengan

GDR sebesar 4, diikuti oleh Rumah Sakit Lamandau dan Rumah Sakit Muhamadiyah

dengan nilai GDR sebesar 5. Sedangkan rumah sakit tidak memiliki data GDR yaitu

RSUD Hanau, Rumah Sakit Kota Palangka Raya dan Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei.

Rendahnya angka GDR di provinsi Kalimantan Tengah menunjukan mutu

pelayanan/perawatan di RS sudah cukup baik.

3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR)

Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau

perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu

pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir

adalah 25 per 1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di Provinsi Kalimantan Tengah

tahun 2016 adalah 12.5 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 10,9. Data ini

mengindikasikan adanya sedikit penurunan kualitas pelayanan di rumah sakit rumah

sakit di Provinsi Kalimantan Tengah.

Page 40: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 24

Data NDR yang ada menunjukan rumah sakit yang paling tinggi NDR nya

adalah RSUD Dr. St. Imanuddin sebesar 23, diikuti RSUD Doris Sylvanus sebesar 22

dan RSUD Dr. Murdjani sebesar 15. Ada 3 rumah sakit yang tidak memiliki data

angka NDR Rumah Sakit Hanau, RSJ Kalawa Atei dan RSUD Kota Palangka Raya.

Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit dapat dilihat dari BOR (Bed Occupancy

Rate), ALOS (Average Length of Stay) rata-rata lama dirawat (dalam satuan hari)

seorang pasien dan TOI (Turn Over Interval). BOR adalah persentase pemakaian

tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu; LOS adalah rata-rata lama perawatan

(dalam satuan hari) seorang pasien; dan TOI adalah lamanya pemakaian tempat

tidur oleh pasien (dalam satuan hari).

4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu

tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat

persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR).

Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan

rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat

pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit

atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah

antara 60% sampai dengan 80%.

BOR untuk seluruh rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah pada

tahun 2016 sebesar 57% lebih tinggi dibandingkan BOR pada tahun 2015 sebesar

47,2%. Angka BOR ini tidak berada pada range ideal terkait dengan pemakaian

tempat tidur. Dari 22 rumah sakit ada beberapa rumah sakit mempunyai tingkat

pemanfaatan bed occupancy rate yang dianggap cukup ideal yaitu Rumah Sakit Dr.

St. Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 80,28%, Rumah Sakit Dr

Murdjani Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 73,12%, Rumah Sakit Dr Doris

Sylvanus sebesar 67,93%, Rumah Sakit Bhayangkara sebesar 61,96%, dan Rumah

Sakit Ibu dan Anak Yasmin sebesar 68.64%. Ada 16 RS dengan tingkat

pemanfaatannya masih kurang, dan 1 RS yang memiliki data BOR yang cukup

Ekstrem yaitu Rumah Sakit Hanau dengan data BOR yang mencapai 209,72%. Data

lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran no 56.

Page 41: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 25

5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average Length of

Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang

pasien di RS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah sebesar 3.0 hari, lebih

besar dibandinngkan tahun 2015 sebesar 2,9 hari. Jumlah ALOS ini lebih rendah dari

ALOS ideal. Dari 22 RS yang ada terdapat 20 RS mempunyai data angka ALOS

sedang dua RS tidak ada melapor data ALOS yaitu RS Citra Husada Pangkalan Bun

dan RSUD Dr. Soemarno SA Kapuas. Semua RS mempunyai nilai ALOS dibawah atau

diatas angka ideal kecuali RS Muara Teweh dengan angka ALOS 6,4 hari. Data

lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran no 56.

6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)

TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat

tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek.

Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2016 adalah sebesar 2.7 hari, lebih kecil dibandingkan TOI tahun 2015

adalah sebesar 3.3 hari. Data ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur

semakin efisien, karena berada pada kisaran TOI ideal.

Dari 22 RS yang ada, 6 RS mempunyai nilai TOI yang masuk kategori ideal

yaitu Rumah Sakit Dr Murdjani Kabupaten Kotawaringin Timur, Rumah Sakit Dr.

Soemarno SA Kapuas, Rumah Sakit Jaraga Sasameh Barito Selatan, Rumah Sakit Dr.

Doris Sylvanus Palangka Raya, Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya dan RSIA

Yasmin.

Page 42: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 26

BAB IV

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus disediakan

untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Undang-Undang

Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan

untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang

mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya

kesehatan dapat dibedakan menjadi pembiayaan yang bersumber dari anggaran

pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran masyarakat.

Dewasa ini beban pembiayaan kesehatan semakin berat karena berkaitan dengan

pertambahan penduduk, transisi pola penyakit yang menimbulkan beban ganda, inflasi

biaya kesehatan serta inflasi ekonomi secara keseluruhan. Pembiayaan kesehatan selain

relatif kecil juga efektivitas dan efisiensi penggunaannya belum optimal. Efektivitas dan

efisiensi yang rendah tersebut disinyalir berkaitan dengan jumlahnya yang kurang,

alokasinya yang tidak sesuai dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung

pada investasi barang dan kegiatan tidak langsung. Sehingg biaya operasional dan biaya

untuk kegiatan langsung menjadi kurang. Dalam teori dan pengalaman empiris kinerja

suatu program kesehatan sangat ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan

anggaran kegiatan langsung.

Komitmen nasional maupun daerah kabupaten, kota dan Provinsi harus

mengalokasikan 10% anggaran untuk kesehatan dari Total APBD, untuk pembiayaan

kesehatan bagi keluarga miskin perlu diprioritaskan dan pada tahun 2016 alokasi dari

pusat relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pembiayaan untuk Dinas Kesehatan

maupun UPT diperoleh dari APBD maupun APBN, PLN/BLN dan lainnya yang sah.

Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang

mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya

guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal

dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Sesuai

Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, anggaran kesehatan

pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari

total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai).

Page 43: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 27

Pembiayaan Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 bersumber dari

dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN (DAK (Fisik dan Non Fisik), Dekon) dan

Pinjaman/Hibah Luar Negeri (GF). Total pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah

baik pemerintah daerah maupun pusat maupun hibah untuk tahun 2016 sebesar Rp

2.413.832.392.650 lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah anggaran pada tahun

2015 yang berjumlah Rp. 1.924.854.465.989.

Rincian alokasi anggaran kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

adalah sebagai berikut:

a. APBD kabupaten/kota dan RSUD Kabupaten/Kota baik belanja langsung maupun

belanja tidak langsung sebesar Rp. 1.696.205.655.725,- lebih besar bila dibandingkan

dengan alokasi APBD pada tahun 2015 sebesar Rp. 1.388.130.248.886,-.

b. APBD Provinsi (Belanja langsung, Belanja Tidak langsung, RSUD Doris Sylvanus, dan

RSJ Kalawa Atei) sebesar Rp. 304.307.704.526 lebih kecil bila dibandingkan dengan

APBD Provinsi pada tahun 2015 sebesar Rp. 338.542.389.088,-.

c. APBN (Tugas Pembantuan Provinsi, Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, Dana

Dekonsentrasi, DAK Provinsi dan DAK Kabupaten/Kota) sebesar Rp. 408.388.580.200

jauh lebih besar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran APBN pada tahun 2015

sebesar Rp.194.252.817.000,-.

d. Pinjaman/Hibah luar negeri (PHLN) berupa Global Found (GF) Malaria, TB dan AIDS

sebesar Rp. 4.930.452.199, lebih besar bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

sebesar Rp. 3.929.011.015,-.

Secara keseluruhan persen APBD kesehatan terhadap APBD kabupaten/kota dan

dan APBD Provinsi sebesar 9.43% lebih rendah bila dibandingkan dengan persentase

APBD pada tahun 2015 sebesar 9.78%. Belum mencapai target yang telah ditetapkan

sebesar 10% per tahun dari Total APBD diluar biaya gaji (UU No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan), sedangkan anggaran kesehatan perkapita pada 2016 sebesar Rp.946.529,67

lebih besar bila dibandingkan dengan anggaran kesehatan per kapita pada tahun 2015

sebesar Rp. 771.473,93,-. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran Tabel 81.

Page 44: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 28

BAB V

KESEHATAN IBU DAN ANAK

Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan

prioritasdalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan

dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut

disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap

kualitas fasilitaspelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang

dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.

Keadaan kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan

masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan

indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Faktor-faktor yang

memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal dari sektor kesehatan

melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial,

keturunan, dan faktor lainnya.

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,

angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Kalimantan

Tengah digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB),

Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.

Upaya kesehatan di Propinsi Kalimantan Tengah telah diarahkan untuk dapat

meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat. Disamping itu dalam penanganan masalah kesehatan harus

dilakukan secara terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan

budaya.

A. KESEHATAN IBU

Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil

risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi. Berikut sasaran program

Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya pelayanan antenatal terpadu

berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas

kesehatan tingkatpertama; Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas di

tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan

KB berkualitas, terutama KB pasca persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan

reproduksi terpadu yang responsif gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu

Page 45: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 29

dan reproduksi. Dengan sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin

dan nifas; Wanita Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu

dan reproduksi; lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi.

Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan

AngkaKematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan

menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan

ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood

initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh

Presiden yang melibatkan berbagi sektor pemerintahan di samping sektor kesehatan.

Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu adalah

penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk

mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirke masyarakat. Di tahun

2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk

mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making Pregnancy Safer. Pada

tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and

Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu danneonatal

sebesar 25%.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar

359 per100.000 kelahiran hidup. Kemudian jika mengacu pada hasil SUPAS tahun 2015

angka kematian ibu berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih

cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan

antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi

waktu minimal 1 kalipada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1

kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada

trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu pelayanan

tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin,

berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi

kehamilan.

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan

indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah

memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan

Page 46: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 30

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan

antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan,

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja padakurun waktu satu

tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu

hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga

kesehatan.

Pada tahun 2016 cakupan pelayanan K4 sebesar 79% lebih rendah

dibandingkan dengan tahun 2015 dengan cakupan pelayanan K4 sebesar 82,8%.

Secara umum semua kabupaten kota belum mencapai target sebesar 95%. Dari

semua kabupaten capaian K4 yang paling tinggi adalah Kabupaten Gunung Mas

sebesar 90,6%, kemudian Kabupaten Barito Utara sebesar 88,5% dan Kabupaten

Pulang Pisau sebesar 87,7%. Sedangkan Kabupaten yang paling rendah cakupan K4

nya adalah Kabupaten Barito selatan sebesar 63,5%, diikuti oleh Kabupaten Murung

Raya 67,3% dan Kabupaten Kapuas serta Seruyan dengan besaran masing-masing

71,3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2016 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota dan Bidang Kesmas Tahun 2017

Pelayanan kesehatan ibu hamil untuk K1 pada tahun 2016 telah mencapai

87,3%, masih belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 95%. Ada

beberapa kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan lebih dari 95% seper-ti Kota

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Barito Selatan

Murung Raya

Seruyan

Kapuas

Kotawaringin Timur

KALTENG

Barito Timur

Katingan

Lamandau

Sukamara

Palangka Raya

Kotawaringin Barat

Pulang Pisau

Barito Utara

Gunung Mas

63.5

67.3

71.3

71.3

74.5

79.0

79.6

82.5

84.9

86.1

87.2

87.4

87.7

88.5

90.6

Page 47: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 31

Palangkaraya (96.1%), Kabupaten Barito Utara (96,9%), Kabupaten Pulang Pisau

(96,9%) dan Kabupat-en Gunung Mas (97,1%). Kabupaten dengan capaian yang

paling rendah adalah Kabupaten Murung Raya (73.9%), Kabupaten Kapuas (80,4%),

dan Kabupaten Kotawaringin Timur (81,2%). Distribusi cakupan kunjungan ibu hamil

K1 tahun 2016 per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada

gambar 5.2 dibawah ini.

Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2016 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 tidak terlalu besar yang berarti

banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal

meneruskan hingga kunjungan ke-4 pada triwulan 3 kehamilannya. Kondisi tersebut

menutup peluang terjadinya kematian pada ibu melahirkan dan bayi yang

dikandungnya. Kondisi tersebut harus ditingkatkan dengan penyuluhan ke

masyarakat serta melakukan komunikasi dan edukasi yang intensif kepada ibu hamil

dan keluarganya agar memeriksakan kehamilannya sesuai standar.

Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah

dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat beberapa

Puskesmas maupun klinik dan rumah sakit yang melaksanakan dan mengembangkan

Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan meningkatkan demand

creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan

kesehatan ibu secara paripurna.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Gunung Mas

Pulang Pisau

Barito Utara

Palangka Raya

Kotawaringin Barat

Lamandau

Sukamara

Katingan

Kalteng

Seruyan

Barito Timur

Barito Selatan

Kotawaringin Timur

Kapuas

Murung Raya

97.196.996.996.1

94.093.192.9

90.387.3

82.382.181.981.280.4

73.9

Page 48: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 32

Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2008 hingga tahun

2016 dapat dilihat pada gambar 5.3 dibawah ini

Gambar 5.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Pada gambar 5.3 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan

kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami trend sedikit penurunan. Cakupan K1 dan

K4 yang secara umum mengalami penurunan tersebut menunjukkan semakin

berkurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang

diberikan oleh tenaga kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa

kenaikan cakupan K1 dan K4 dalam dua tahun terakhir sedikit mengalami penurunan.

Hal ini menjadi tugas semua element kesehatan bagaimana meningkatkan akses ibu

hamil kesarana kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang di

harapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan masalah

utama yang belum terselesaikan.

Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4

pada tahun 2016 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 95%. Hasil Riskesdas untuk

Provinsi Kalimantan Tengah memperlihatkan perbedaan antara hasil pencatatan rutin

dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu

hamil K1 ideal, data menurut pencatatan rutin adalah 90,5%, sedangkan menurut

Riskesdas 69.7%. Untuk cakupan K4 idealnya, menurut pencatatan rutin adalah

sebesar 71.6%, sedangkan menurut Riskesdas adalah 54%. Perbedaan ini

dikarenakan pada Riskesdas 2013, sampel penelitian adalah ibu yang pernah hamil

92 91.8 94 93 96.196 94.3 90.6 87.3

81.6 80.785.6 85.8 87.4 89.6

86.582.8 79

0

20

40

60

80

100

120

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

K1 K4

Page 49: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 33

anak terakhir sejak 1 Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakukan. Selain itu,

masih terdapat perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional dari

cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Upaya kesehatan ibu bersalin diwujudkandalam upaya mendorong agar setiap

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui

indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn).

Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis

kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses

pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.

Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam

menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar

terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

(profesional). Pesan kunci MPS yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan

yang terlatih (APN, Afiksia dan sejenisnya), keadaan ini belum sepenuhnya dapat

dilakukan di Kalimantan Tengah, karena itu dilakukan kemitraan antara bidan dan

dukun di mana dukun tidak lagi melayani persalinan tetapi sebagai pendamping bidan

dalam melayani persalinan, sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan mampu

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan yang memeliki komptensi

kebidanan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebesar 78,15% lebih sedikit

dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 79,05%, ada penurunan yang cukup besar

bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 86.7%, dan tahun 2013 sebesar

89,6%. Data cakupan mulai tahun 2010 sampai dengan 2016 secara keseluruhan di

Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini:

Page 50: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 34

Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah dalam kurun 4

tahun terakhir mulai 2013 sampai dengan 2016 mengalami penurunan setiap

tahunnya. Cakupan secara provinsi pada tahun 2016 sebesar 78,15%, masih belum

dapat memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2016 yakni sebesar

89%. Penurunan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa di sebabkan oleh

berbagai hal salah satunya adalah pelayanan tenaga kesehatan yang masih kurang,

kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di daerah yang kurang memadai,

pengetahuan ibu hamil yang masih kurang dan kenyamanan ibu hamil untuk

melahirkan disarana kesehatan yang masih kurang sehingga ibu hamil lebih nyaman

untuk melahirkan di rumah dan di tolong oleh dukun beranak.

Penurunan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi

kebidanan yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun berturut-turut perlu

mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah daerah baik di Kabupaten

maupun di provinsi, hal ini mengindikasikan adanya permasalahan di level puskesmas

dan jaringannya maupun di rumah sakit dan klinik swasta. Persalinan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan merupakan salah satu program yang

di harapkan bisa mengurangi AKI dan AKB yang masih menjadi masalah utama

kesehatan di Indonesia.

Sedangkan cakupan Linakes tahun 2016 di kabupaten kota di Provinsi

Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

8482.49

87.4

89.8

86.7

79.0578.15

72

74

76

78

80

82

84

86

88

90

92

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 2010 - 2016

Page 51: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 35

Gambar 5.5. Cakupan Linakes tahun 2016 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Sebagian kabupaten/kota masih belum mencapai target yang telah ditetapkan

sebesar 89% untuk linakes, Kota Palangka Raya adalah Kota yang paling tinggi

capaian linakesnya yaitu 90,27%. Sedangkan kabupaten yang paling rendah capaian

linakesnya adalah Kabupaten Murung Raya sebesar 62,05%. Lebih lengkapnya dapat

dilihat pada tabel lampiran 29.

Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada

tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong

persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan

terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan

tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan

semakin menekan risiko kematian ibu.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan

kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan

didorong untuk dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi

Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas

harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan

pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan

di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Murung Raya

Seruyan

Kapuas

Barito Selatan

Kotawaringin Timur

Barito Timur

Kalteng

Sukamara

Pulang Pisau

Lamandau

Katingan

Barito Utara

Kotawaringin Barat

Gunung Mas

Palangka Raya

62.05

67.08

70.32

70.42

73.60

74.35

78.15

78.87

83.85

84.00

84.18

85.88

87.68

88.87

90.27

Cakupan Linakes Per Kabupaten/Kota Tahun 2016

Page 52: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 36

akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap

saat.

Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh

dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan

diupayakan sudah berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah

Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu

khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan

kesehatan.

3. Cakupan Pelayanan Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas

sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang

dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4

sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari

ke-42 pasca persalinan.

Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu

maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan

dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan

Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan

pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan terjadi

perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari

2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit dan lain-lain.

Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya bersamaan

dengan kunjungan neonatus.

Cakupan pelayanan pada ibu nifas pada tahun 2016 adalah 82,2%, lebih

tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 79.5%. Kondisi ini perlu mendapatkan

perhatian serius dari dinas kesehatan provinsi maupun dinas kesehatan

kabupaten/kota karena masa ibu nifas masih tergolong masa kritis yang bisa

menyebabkan kematian bayi dan ibu. Pada tahun 2016 ini hampir semua kabupaten

kota belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 90%. Adapun Kabupaten

yang telah mencapai target 90% adalah Kabupaten Kapuas sebesar 92,1%,

Kabupaten Katingan sebesar 90,5% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar 90.4%.

Sedangkan Kabupaten yang terendah capaiannya adalah Kabupaten Murung Raya

Page 53: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 37

(66.1%), Seruyan (70.3%) dan Kabupaten Barito Selatan (70.5%) lebih jelasnya

dapat dilihat pada lampiran lampiran 29.

4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah

bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi

vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan

vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas

yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40

hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2016

sebesar 79% lebih sedikit dibandingkan tahun 2015 sebesar 79.3%. Cakupan

tertinggi dicapai oleh Kabupaten gunung Mas dan Kabupaten Katingan dengan

capaian masing-masing (90.4%) dan (90,2%). Sementara cakupan terendah adalah

Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Seruyan dengan capaian masing-masing

(66.1%) dan (70,3%). Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Provinsi

Kalimantan tahun 2010 – 2016 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.6. Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan

tahun 2010 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90

tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang

mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun

2016 sebesar 76.4% lebih rendah bila dibandingkan dengan cakupan Fe 90 tablet

85.27

71.7 71.2

88.32 85.479.3 79

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cakupan Vit A 2010 - 2016

Page 54: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 38

pada tahun 2015 sebesar 80,33%. Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Gunung Mas

sebesar 91,92%. Sedangkan Cakupan Fe3 yang terendah adalah Kabupaten Barito

Timur sebesar 49,11%, diikuti oleh Kabupaten Murung Raya sebesar 60,0%. Untuk

lebih lengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 32). Trend Cakupan Ibu hamil yang

mendapatkan tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah dari Tahun 2010 – 2016 dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.7. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas terlihat bahwa trend cakupan pemberian tablet tambah

darah pada ibu hamil mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir yaitu tahun

2014, tahun 2015 dan tahun 2016. Ini akan memberikan implikasi pada peningkatan

resiko kematian pada ibu dan anak serta terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu

hamil dan ibu nifas.

6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Dalam masa kehamilan sering ditemui komplikasi kebidanan yaitu kesakitan

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi.

Berdasarkan perhitungan bahwa jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu

wilayah kerja pada kurun waktu yang sama: dihitung berdasarkan angka estimasi

20% dari total ibu hamil disuatu wilayah pada kurun waktu yang sama.

Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan

ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan

diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam,

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

FE 1 90.3 91.7 91.3 94.0 93.3 87.0 83.1

FE 3 84.3 84.6 83.0 88.0 87.0 80.3 76.4

90.3 91.7 91.3 94.0 93.387.0 83.1

84.3 84.6 83.0 88.0 87.080.3 76.4

0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0

100.0

Per

sen

tase

Cakupan pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada Bumil Tahun 2010 - 2016

Page 55: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 39

(d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat

waktu, (f) ketuban pecah dini.

Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin,

(b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)

(d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan

premature, (g) Kehamilan ganda.

Cakupan penanganan ibu hamil dengan komplikasi pada tahun 2016 mencapai

48.59% ada peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 31.99%.

Peningkatan capaian penanganan ibu hamil dengan komplikasi dalam dua tahun

terakhir menunjukkan adanya perbaikan yang mendasar pada pelayanan ibu hamil di

bidan-bidan dan sarana pelayanan primer. Selain itu ada kemungkinan karena

pencatatan dan pelaporan yang sudah baik pada sarana kesehatan baik di tingkat

primer maupun sekunder. Capaian penanganan komplikasi kebidanan yang masih

jauh dari target merupakan tantangan yang harus bisa dipecahkan bersama.

Kemudian harus adanya pemahaman yang sama terkait dengan definisi operasional

mengenai komplikasi kebidanan sehingga dalam pencatatan dan pelaporan akan lebih

baik kedepannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 33.

Gambar 5.8. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

13.3

42.2 42

53.2

45.1

36.3

48.59

0

10

20

30

40

50

60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 2010 - 2016

Page 56: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 40

7. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah satu target

MDGs yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi

sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan

gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus

insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan 100.000 kelahiran hidup.

Setiap periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami kematian

maternal apabila mengalami komplikasi. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu

yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu

Maternal (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan pada

sektor kesehatan.

Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya

meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan : (1) Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi; (2) Kelas ibu hamil; (3) Program kemitraan

bidan dan dukun serta (4) Rumah tunggu kelahiran. Disamping itu juga dengan

meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

dengan : (1) Pelayanan Antenatal terpadu ( HIV-AIDS, TB dan Malaria, Gizi dan

Penyakit tidak menular ); (2) Pelayanan KB berkualitas dan berkesinambungan; (3)

Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga kesehatan.

AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu (yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup

berdaarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012.

Kemudian hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000

kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi

Kalimantan Tengah pada Tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit dari jumlah

kasus kematian ibu tahun 2015 sebanyak 80 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam

beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi

tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah

kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat

Page 57: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 41

komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Jumlah

kematian ibu maternal tertinggi di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 19 kasus,

diikuti oleh Kotawaringin Barat sebanyak 11 kasus dan Kabupaten Kapuas serta

Seruyan masing-masing 7 kasus. Jumlah kasus kematian ibu maternal pada setiap

kabupaten kota masih belum bisa menggambarkan permasalahan kesehatan ibu pada

suatu wilayah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran, Tabel: 6). Trend jumlah

kematian ibu maternal dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 5.9. Jumlah Kematian Ibu Maternal di ProvinsiKalimantan Tengah tahun 2010 – 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas jumlah kasus kematian ibu maternal secara umum

mengalami sedikit penurunan jumlah kasus kematian. Perlu adanya upaya-upaya

yang inovatif untuk menurunkan AKI tersebut, salah satunya adalah Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini

menitikberatkan pada upaya perencanaan persalinan untuk mencegah terjadinya

komplikasi di tingkat masyarakat.

Penguatan primary health care (UKP dan UKM); beberapa aspek yang saling

berinteraksi dalam kematian ibu perlu mendapat perhatian, antara lain aspek klinis,

aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan. Diperlukan kesamaan persepsi

dan pengertian semua pihak mengenai pentingnya peran aspek klinik, aspek

pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan dalam penangananan masalah

kematian ibu sehingga strategi untuk mengatasinya harus merupakan integrasi yang

menyeluruh dari berbagai aspek tersebut.

8073

62

73

101

8074

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Kematian Ibu

Page 58: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 42

8. Pelayanan Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk

mengurangikematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan

(di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan,

dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB)

merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan

keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB

menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan

untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,

berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa

jumlahanak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan

konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan

kontrasepsi sesuai dengan kondisidan kebutuhannya berdasarkan informasi yang

telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi

dari petugas kesehatan.

a. Peserta Keluarga Berencana Baru

Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)

yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang

menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa

kehamilannya.

Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak 471.776 lebih

sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2015 sebanyak 483.661.

Peserta KB baru pada tahun 2016 12,6%, lebih sedikit bila dibandingkan dengan

peserta KB baru pada tahun 2015 sebesar 12.9%. Peserta KB baru tersebut

menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1) MKJP: Tahun 2016 IUD (2,3%), MOP

(0,19%), MOW (1.4%) dan Implant (12.2%) 2) NON MKJP: Tahun 2016 Kondom

(3,6%), Suntik (47,2%) dan PIL (33,2%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

Page 59: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 43

Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2017

Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP

yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga

kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup

besar yaitu 47,0% dan terendah adalah MOP yang hanya 0.19%, hal tersebut dapat

dipahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah,

sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan

sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB.

Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB baru dengan

mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,19%) dan kondom (hanya 3,6%),

karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria

masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang

menjadi sasaran.

b. Peserta KB Aktif

Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi

untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif

adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat

pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.

Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 78,1%

lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase KB aktif pada 2015 sebesar

sebesar 77.9%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

IUD2%

MOP0%MOW

2%

IMPLAN12%

SUNTIK47%

PIL33%

KONDOM4%

Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru

Page 60: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 44

Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar di atas menunjukkan bahwa Kabupaten dengan persentase peserta

KB aktif tertinggi ialah Kota Palangka Raya sebesar 85,5%, kemudian Kabupaten

Pulang Pisau 82,4%, dan Kabupaten Sukamara sebesar 81,2%. Sedangkan

Kabupaten dengan persentase peserta KB aktif terendah ialah Kabupaten

Kotawaringin Barat sebesar 71,2%, kemudian Kabupaten Seruyan sebesar 71,6%

dan Kabupaten Barito Selatan sebesar 76,4%.

Perkembangan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Tengah dalam

beberapa tahun terakhir memperlihat angka yang berfluktuasi, namun dalam dua

tahun terakhir sedikit mengalami penurunan yaitu tahun 2013 dan tahun 2014,

kemudian sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2016. Tingkat prevalensi

Peserta KB Aktif adalah perbandingan antara jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

Peserta KB Aktif, dibandingkan dengan jumlah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS)

yang terdapat di suatu daerah/wilayah dalam suatu periode yang sama. Trend

peserta KB aktif dari tahun 2009 s.d 2016 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kotawaringin Barat

Seruyan

Barito Selatan

Kapuas

Kotawaringin Timur

KALTENG

Katingan

Lamandau

Barito Utara

Murung Raya

Gunung Mas

Barito Timur

Sukamara

Pulang Pisau

Palangka Raya

71.2

71.6

76.4

77.3

78.1

78.1

78.3

78.8

79.3

79.4

80.2

80.5

81.8

82.4

85.5

Page 61: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 45

Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2009 – 2016

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2017

B. KESEHATAN ANAK

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta

untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan

anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,

dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka

kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka

Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

(AKABA). Berdasarkan hasil Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,

menunjukan hasil bahwa secara nasional AKB berada pada angka 21,80 Per 1000

kelahiran hidup, sedangkan AKABA pada angka 25,74 Per 1000 kelahiran hidup. Hasil

SUPAS 2015 untuk Provinsi Kalimantan Tengah adalah AKI 24,6 per 1000 kelahiran

hidup, Angka Kematian Anak Balita 4,9 Per 1000 kelahiran hidup dan AKABA 29,4 Per

1000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal

(0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap

56% kematian bayi.

Untuk mencapai target penurunan AKB pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi

Kalimantan Tengah yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan

akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi prioritas utama.

Komitmen global dalam SDGs menetapkan target terkait kematian anak yaitu

74%78.20% 79.30%

85%

77%

54.50%

77.90% 78.10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persentase KB Tahun 2009 - 2016

Page 62: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 46

menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-

2016.

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indikator

kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR),

penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi,

inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan

balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan

pada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan

pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak

jalanan di panti asuhan.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR terjadi karena ibu berstatus gizi tidak baik seperti KEK, anemia, malaria

dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat

kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam

pertama setelah lahir. Bayi yang lahir BBLR merupakan manifestasi dari keadaan

kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. Bayi yang lahir BBLR kemungkinan

meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 10-17 kali lebih besar dari bayi yang

dilahirkan dengan berat badan normal. Jadi, untuk menuju kualitas sumber daya

manusia dalam arti kemampuan intelektual yang tinggi, maka BBLR harus dicegah.

Jumlah kasus BBLR Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebanyak 645 kasus

atau sekitar 1,5% dari total jumlah lahir hidup yang ditimbang, jummlah tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah BBLR pada tahun 2015 sebanyak 556 kasus

atau 1.2% dari jumlah kelahiran hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

(Lampiran Tabel 37). Kabupaten dengan persentase kasus BBLR paling banyak

adalah Kabupaten Sukamara sebanyak 5,1%, diikuti oleh Kabupaten Barito Timur

sebanyak 2,5% dan Kabupaten Barito Selatan serta Kabupaten Kapuas dengan

persentase masing-masing 2,4%. Sedangkan Kabupaten kota yang paling sedikit

persentase kasus BBLR nya adalah Kota Palangka Raya sebesar 0,1% kemudian

Kabupaten Murung Raya dengan persentase 0,3% dan Kabupaten Gunung Mas

sebesar 0.8%. Perkembangan jumlah kasus BBLR dari tahun 2008 s/d tahun 2016

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 63: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 47

Gambar 5.13 Perkembangan Jumlah Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 s.d 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

2. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau

kelainan yangdapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,

ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat

lahir <2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun

yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap

neonatal sakitdan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan

yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau

perawat) terlatih baik dirumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana

pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan

standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir

Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan dasar,

PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada gambar berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal

dengan komplikasi menurut Kabupaten/Kota tahun 2016.

369

710747

674

746

484535 556

645

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kasus BBLR

Page 64: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 48

Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi pada tahun 2016 di Provinsi

Kalimantan Tengah hanya sebesar 32,3% lebih besar dibandingkan dengan capaian

pada tahun 2015 sebesar 28.8%. Walaupun ada peningkatan namun capaian ini

masih jauh dari target yang telah ditetapkan. Namun masih terdapat disparitas yang

cukup besar antar kabupaten/kota. Capaian tertinggi diperoleh Kabupaten

Kotawaringin Barat sebesar 76.9% diikuti oleh Kabupaten Pulang Pisau sebesar

60.2% dan Kabupaten Murung Raya sebesar 50.5%. Capaian terendah terdapat di

Kota Palangka Raya sebesar 1.0%, kemudian Kabupaten Seruyan sebesar 6,8% dan

Kabupaten Sukamara sebesar 9,3%.

3. Kunjungan Neonatus

Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan

kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th. 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu: KN1

adalah kunjungan pada 0-2 hari KN2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah

kunjungan setelah 7-28 hari.

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standart

yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3

kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun

melalui kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0

Palangka Raya

Seruyan

Sukamara

Barito Timur

Barito Selatan

Gunung Mas

Kapuas

Lamandau

Barito Utara

KALTENG

Katingan

Kotawaringin Timur

Murung Raya

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

1.0

6.8

9.3

12.4

15.7

16.9

19.2

25.9

29.8

32.3

36.1

45.8

50.5

60.2

76.9

Penanganan Komplikasi Neonatus 2016

Page 65: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 49

sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,

selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.

Kunjungan Neonatus merupakan kunjungan bayi hingga usia kurang dari satu

bulan. Perlunya bayi usia kurang dari 1 bulan untuk melakukan pemeriksaan karena

bayi usia <1 bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki

resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,

petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga

melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui capaian KN1 untuk Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2016 sebesar 96.4% sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar

95.7%. Capaian tertinggi adalah Kabupaten Sukamara (108,5%), Kabupaten Barito

Utara (102%), dan Kabupaten Pulang Pisau dan Seruyan dengan capaian masing-

masing 100%. Sedangkan Kabupaten yang capaian yang paling rendah adalah

Kabupaten Lamandau (86.5%), Barito Selatan (88.5%) dan Kabupaten Murung Raya

(90,2%). Secara umum capaian semua kabuapaten kota telah mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya. Perlu ada upaya

yang lebih baik lagi agar semua kabupaten bisa mencapai 100%.

Cakupan kunjungan KN lengkap merupakan gambaran pelayanan kesehatan

pada neonatal bulan pertama setelah kelahiran. Pelayanan kesehatan neonatal

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Lamandau

Barito Selatan

Murung Raya

Kapuas

Gunung Mas

Barito Timur

KALTENG

Palangka Raya

Kotawaringin Timur

Kotawaringin Barat

Katingan

Seruyan

Pulang Pisau

Barito Utara

Sukamara

86.5

88.5

90.2

91.7

92.4

95.6

96.4

96.8

97.6

99.4

99.7

100.0

100.0

102.0

108.5

Page 66: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 50

dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/dokter//bidan/perawat terlatih, baik difasilitas

kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap neonatal harus diberikan

pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada

minggu kedua setelah lahir. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut

Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap cukup

baik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebesar 93% lebih tinggi bila

dibandingkan dengan capaian KN lengkap pada tahun 2015 sebesar 92.3%. Capai ini

harus ditingkat pada kabuten yang capaian masing dibawah target. Informasi lebih

lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada lampiran 38.

4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif

ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi,

dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan

sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh

sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam)

bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan

pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kapuas

Barito Selatan

Lamandau

Murung Raya

Kotawaringin Timur

Gunung Mas

KALTENG

Barito Timur

Palangka Raya

Seruyan

Pulang Pisau

Katingan

Kotawaringin Barat

Barito Utara

Sukamara

84.8

85.5

86.5

87.1

88.0

90.9

93.0

95.6

96.2

97.2

98.0

98.3

99.2

101.4

103.6

KN Lengkap 2016

Page 67: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 51

Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif kepada masyarakat

terutama kepada ibu mulai sejak hamil sampai melahirkan. Konseling ASI eksklusif

dilakukan bertujuan peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Cakupan

pemberian ASI ekslusif di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 terlihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 5.17 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada

bayi rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 hanya mencapai

20.5% lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 27.58%. Cakupan

pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah paling tinggi di Kabupaten

Kotawaringin Barat yang mencapai 47.8% diikuti oleh Kabupaten Pulang Pisau 41.7%

dan Kabupaten Lamandau yang mencapai 40.1%. Sedangkan yang paling rendah

adalah Kabupaten Murung Raya 4.4% persen diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin

Timur 4,8% dan Kabupaten Barito Utara sebesar 5,5%.

Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah:

1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan

cara menyusui yang benar.

2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan.

3). Faktor sosial budaya.

4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.

5). Gencarnya pemasaran susu formula.

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0

Murung Raya

Kotawaringin Timur

Barito Utara

Gunung Mas

Katingan

Palangka Raya

KALTENG

Barito Selatan

Sukamara

Seruyan

Kapuas

Barito Timur

Lamandau

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

4.4

4.8

5.5

9.5

13.5

15.0

20.5

25.3

25.8

33.8

33.8

37.0

40.1

41.7

47.8

ASI Eksklusif 2016

Page 68: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 52

5. Pelayanan Kesehatan Bayi

Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan

kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau

untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan

kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi

ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan

kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan11 bulan dengan

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal

4kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5 bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai

standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi

dasar (BCG,DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan

perawatan kesehatan bayiserta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan

pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.

Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah

dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar,

mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bayi diperlukan peran serta

masyarakat dan kader sehingga bagi ibu-ibu yang memiliki bayi secara rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan ke sarana kesehatan baik sarana kesehatan

pemerintah maupun swasta. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat diperlukan

kerjasama lintas sektoral seperti BPM Des, PKK dan lintas sektor terkait. Selain itu

untuk meningkatkan kunjungan bayi perlu mengaktifkan kembali pokjanal posyandu,

desa siaga, penyuluhan serta inovasi kegiatan di posyandu

Gambaran capaian pelayanan kesehatan bayi menurut kabupaten Kota di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 69: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 53

Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan pelayanan kesehatan bayi pada

tahun 2016 untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 73,8% lebih rendah

dibandingkan tahun 2015 sebesar 81.9%. Kabupaten dengan capaian tertinggi adalah

Kabupaten Katingan sebesar 99,4%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat

sebesar 91,9% dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar 90.5%. Sedangkan capaian

terendah adalah Kabupaten Barito Timur sebesar 46,7%, kemudian Kabupaten

Murung Raya sebesar 48,1% dan Kabupaten Lamandau sebesar 53.3%. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 40.

6. Imunisasi

Berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.

Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat Dicegah

dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,Hepatitis B, radang selaput

otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberiimunisasi akan

terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapatmenimbulkan

kecacatan atau kematian.

Secara alamiah sistem kekebalan tubuhakan membentuk zat anti yang disebut

antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi”

dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi

belum “mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yangke-2 dan seterusnya,

sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenaliantigen yang

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Barito Timur

Murung Raya

Lamandau

Sukamara

Kapuas

Seruyan

Kotawaringin Timur

Palangka Raya

Gunung Mas

KALTENG

Barito Selatan

Barito Utara

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

Katingan

46.7

48.1

53.3

64.5

65.1

68.5

69.0

70.5

72.2

73.8

76.7

87.8

90.5

91.9

99.4

Yankes Bayi 2016

Page 70: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 54

masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam

waktu yang lebih cepat.

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut

imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah

upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam

upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” yang telah dilemahkan

yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya sakit ringan.

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk

terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang

dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita

usia subur, dan ibu hamil.

a. Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Pemerintah telah menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata untuk mencapai

target yang telah ditetapkan, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak.

Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0 – 11 bulan) untuk

memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

(PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai penyakit, kecacatan

dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan

pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan, yaitu minimal 80%

bayi didesa/ kelurahan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Sebagai salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi

adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah

gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang

ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI

pada Renstra adalah sebesar 95%. Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada

RPJMN Tahun 2010-2014 dengan target tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85%

bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan

campak. Pencapaian UCI desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

terlihat pada gambar berikut.

Page 71: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 55

Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Gambar diatas menunjukan bahwa capaian UCI untuk Provinsi Kalimantan

Tengah Tahun 2016 adalah 66% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2015

sebesar 68.75% lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan capaian UCI pada tahun

2014 sebesar 70.1%. Ada 4 kabupaten dengan cakupan UCI Desa/Kelurahan diatas

80% yaitu Kabupaten Barito Utara (94%), Kotawaringin Barat (93%), Lamandau

(90%) dan Barito Timur (84%). Sedangkan capaian UCI terendah adalah Kabupaten

Murung Raya sebesar 40%, diikuti oleh Kabupaten Kapuas 41% dan Kabupaten

Seruyan 52%.

Masih banyak kabupaten kota yang belum mencapai target yang telah

ditetapkan. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun

tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Selain itu

juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta,

kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang program dan manfaat imunisasi.

Indikator UCI akan memberikan gambar sejauh mana keterlibatan semua

pemangku kepentingan di daerah. Perkembangan UCI di Provinsi Kalimantan Tengah

dari tahun 2010 s.d 2016 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

0 20 40 60 80 100

Murung Raya

Kapuas

Seruyan

Palangka Raya

Kotawaringin Timur

Gunung Mas

KALTENG

Katingan

Pulang Pisau

Sukamara

Barito Selatan

Barito Timur

Lamandau

Kotawaringin Barat

Barito Utara

40

41

52

53

60

65

66

66

72

75

77

84

90

93

94

UCI Per Kabupaten/Kota 2016

Page 72: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 56

Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan rata-

rata di Provinsi Kalimantan Tengah tahun dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.

Pada tahun 2013 capaian UCI-nya mencapai 73.9% kemudian mengalami penurunan

menjadi 70.1% pada tahun 2014, kembali mengalami penurunan pada tahun 2015

menjadi 68.75% dan turun kembali menjadi 66% pada tahun 2016. Ini memberikan

indikasi dan gambaran bahwa kinerja kita dalam penanganan masalah imunisasi

memerlukan inovasi yang lebih efektif agar capaian UCI akan menjadi lebih baik di

masa yang akan datang.

b. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Sasaran imunisasi yang dilaksanakan melalui program pemerintah adalah:

imunisasi rutin (bayi, WUS, Catin dan anak usia SD) dan imunisasi tambahan (bayi

dan anak). Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,

setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1

dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari

kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan

imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen

Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan

imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait bahwa campak adalah salah satu

penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak

memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.

76.5 77.3

72.873.9

70.168.72

66

60

65

70

75

80

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2016

Page 73: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 57

Cakupan imunisasi campak Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebesar

82,9%, lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar 74.94%. Ada

peningkatan yang cukup signifikan terkait imunisasi campak pada bayi. Pada tingkat

kabupaten/kota cakupan imunisasi campak yang mencapai > 90% sebanyak 5

kabupaten yaitu Kabupaten Barito Timur (101,6%), Kabupaten Lamandau (101,6%),

Kabupaten Barito Utara (98,4%), Kabupaten Kotawaringin Barat (92,1%) dan

Kabupaten Pulang Pisau (90,1%). sedangkan kabupaten kota yang paling rendah

capaian imunisasi campaknya adalah Kabu[[paten Sukamara (71,7%), Kota Palangka

Raya (74,4%) dan Kabupaten Katingan serta Kabupaten Gunung Mas dengan

capaian masing-masing (75,4%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan

kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan

5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.

Capaian indikator ini di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebesar 75%.

Lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 64.76%.

Angka ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan sebesar 90%. Sebanyak

satu kabupaten dengan cakupan imunisasi dasar lengkap > 90%, yaitu Barito Utara.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sukamara

Palangka Raya

Gunung Mas

Katingan

Seruyan

Barito Selatan

Kotawaringin Timur

Kapuas

KALTENG

Murung Raya

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

Barito Utara

Lamandau

Barito Timur

71.774.475.475.475.776.2

80.182.282.983.1

90.192.1

98.4100.6101.6

CAKUPAN CAMPAK TAHUN 2016

Page 74: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 58

Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017

Gambar diatas ada tiga kabupaten dengan capaian imunisasi dasar lengkap

pada bayi yang tertinggi pada tahun 2016 adalah di Kabupaten Lamandau sebesar

98,1% diikuti oleh Barito Utara sebesar 94.2%, dan Kabupaten Kotawaringin Barat

sebesar 91.4%. Sedangkan tiga kabupaten dengan capaian terendah adalah

Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 64.0%, diikuti oleh Kabupaten Katingan

sebesar 66.5%, dan Kabupaten Kapuas sebesar 66.6%. Untuk lebih lengkap

mengenai data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang menurut

kabupaten/kota tahun 2015 terdapat pada lampiran 43.

7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh

dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama

pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis

penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai

berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem

kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang

Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan

– 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.

Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan

dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kotawaringin Timur

Katingan

Kapuas

Gunung Mas

Sukamara

Barito Selatan

Seruyan

Palangka Raya

KALTENG

Murung Raya

Pulang Pisau

Barito Utara

Kotawaringin Barat

Barito Timur

Lamandau

64.066.566.668.0

71.271.2

73.574.675.076.7

82.884.7

91.494.2

98.1

Imunisasi Lengkap Tahun 2016

Page 75: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 59

diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A

yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap

bulan Februari dan Agustus padabalita usia 6-59 bulan.

Cakupan Pemberian vitamin A pada bayi di Provinsi Kalimantan Tengah pada

tahun 2016 adalah 84,46% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar

48.74%. Data cakupan pemberian vitamin A pada bayi menunjukan bahwa masih ada

2 kabupaten yang capaiannya masih dibawah 80% yaitu Kabupaten Kotawaringin

Timur dan Kabupaten Barito Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran

tabel 44.

8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita dan Balita

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah

dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan

ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah

berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya

(gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian).

Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga

dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak

terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian pada bayi dan anak.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak

umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A

dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI

yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan pada bulan Februari dan

Agustus setiap tahunnya.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita tahun 2016 adalah

sebesar 84,82% lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai 78.62%.

Ada tiga kabupaten yang memiliki cakupannya masih rendah yaitu kurang dari 85

persen yaitu Kabupaten Sukamara (53,25%), Kabupaten Kotawaringin Timur

(58,13%), Kabupaten Kapuas (83,55%), Kabupaten Gunung Mas (84,15%) dan

Kabupaten Murung Raya (77,71%). Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran

tabel 44.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2016 sebesar 79,31%

lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 76.24%. Capaian tertinggi pemberian

vitamin A pada balita adalah Kabupaten Barito Timur sebesar 106,63%. Sedangkan

Page 76: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 60

yang cakupannya terendah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 45,15%.

Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 6 tahun terakhir

(2010-2016) dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari grafik diatas secara umum terlihat perkembangan cakupan pemberian

kapsul vitamin A pada balita dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi dan

cenderung naik turun. Masih diperlukan upaya lebih untuk meningkatkan cakupan

pemberian kapsul vitamin A pada Balita. Upaya tersebut antara lain melalui

peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang

cakupannya masih rendah dan memaksimalkan kampanye pemberian kapsul vitamin

A. Lebih jelasnya mengenai data pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak

balita dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S)

Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu

merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan

balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi,

Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu

tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah baduta yang ditimbang (D)

dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam

penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan

status gizi balita.

75.16

73.75

78.89

71.32

81.32

76.24

79.31

66

68

70

72

74

76

78

80

82

84

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Vitamin A Pada Balita 2016

Page 77: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 61

Hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepat

bertambahberat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat

badannya. Untuk itumemerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait

dengan tinggi badannya, yangdapat menentukan apakah seorang anak mempunyai

berat badan berlebih/kurang.

Kegiatan penimbangan anak baduta di Posyandu (D/S) menjadi salah satu

indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan. Indikator ini

berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan

dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita.

Dengan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A,

cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi masalah gizi. Cakupan

penimbangan Baduta di posyandu (D/S) di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun

2016 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.24. Persentase D/S Baduta Yang di Timbang Per Kabupaten/Kota Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Pada gambar diatas diketahui bahwa cakupan penimbangan baduta pada

tingkat provinsi pada tahun 2016 sebesar 57,7% lebih rendah dibandingkan tahun

2015 sebesar 59.69%. Capaian ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 80%. Kabupaten yang memiliki capaian tertinggi adalah Kabupaten

Lamandau sebesar 85.2%, diikuti oleh Kabupaten Pulang Pisau sebesar 76,4%, dan

Kota Palangka Raya sebesar 75,4%. Sedangkan capaian terendah adalah Kabupaten

Kotawaringin Timur sebesar 44.4% diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebesar 48% dan

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0

Kotawaringin Timur

Kapuas

Barito Selatan

Seruyan

Murung Raya

Katingan

Barito Utara

KALTENG

Gunung Mas

Sukamara

Barito Timur

Kotawaringin Barat

Palangka Raya

Pulang Pisau

Lamandau

44.4

48.0

51.9

52.2

55.2

55.3

57.3

57.7

59.0

62.6

68.4

69.8

75.4

76.4

85.2

D/S Baduta 2016

Page 78: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 62

Kabupaten Barito Selatan 51.9%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel no

45.

Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat

dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data

yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan perkotaan tidak memperlihatkan

perbedaan yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat

berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial budaya.

10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan

mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa

menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah

satu diantaranya adalahpelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita

adalah setiap anak yang beradapada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan.

Setiap tahapan perkembangan anak adalah masa penting dan setiap anak

memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Pemantauan pertumbuhan dan

mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pemantauain pertumbuhan balita meliputi

perkembangan anak bawah lima tahun (balita) perlu dilakukan karena sedang

pengukuran berat badan pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat

pemanatauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap

bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman

Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak serta raudhatul athfal dll.

Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan

memperoleh:

a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan berat

badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).

b. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari

danAgustus

c. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali dalam

setahun.

c. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS).

Cakupan pelayanan anak balita (12-59 Bulan) yang mendapat pelayanan

kesehatan (minimal 8 kali) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 sebesar 63,3%

Page 79: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 63

lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 68.26%. Penurunan ini

mengindikasikan kinerja pelayanan kesehatan yang kurang maksimal yang dilakukan

oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas beserta jaringannya dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada balita. Capaian ini masih jauh dari target

yang telah telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas terlihat Kabupaten/kota yang memiliki capaian melebihi

80% yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat yang memiliki capaian tertinggi yaitu

sebesar 93,7%, diikuti oleh Pulang Pisau sebesar 91,2%, dan Kabupaten Barito Timur

sebesar 81.7%. Sedangkan Kabupaten dengan capaian terendah adalah Kabupaten

Sukamara sebesar 24.6%, diikuti oleh Kabupaten Murung Raya sebesar 35.4% dan

Kabupaten Barito Utara sebesar 36.3%. Data lengkap terkait pelayanan kesehatan

anak balita disajikan pada lampiran 46.

11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat

Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak.

Banyakmasalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya

pelaksanaan Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan

baik dan benar, mencuci tanganmenggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,

kelainan refraksi/ketajaman penglihatan danmasalah gizi. Pelayanan kesehatan pada

anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sukamara

Murung Raya

Barito Utara

Seruyan

Kapuas

Kotawaringin Timur

KALTENG

Gunung Mas

Lamandau

Barito Selatan

Katingan

Palangka Raya

Barito Timur

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

24.6

35.4

36.3

40.7

47.9

55.9

63.3

65.3

69.5

71.7

76.2

80.0

81.7

91.2

93.7

Cakupan Yankes Pada Anak Balita 2016

Page 80: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 64

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan

programkesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan

sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari

pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas 1. Pemeriksaan

kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih

(guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan disini adalah tenaga medis,

tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai

tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru

yangditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang

UKS/UKGS. Dokterkecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari

murid kelas 4 dan 5 SD dansetingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan

gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan

pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada

khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa kelas 1 SD dan setingkat yang

mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2016 sebesar 72,5%, lebih tinggi

dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar 67.7%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran pada tabel 49.

Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Kapuas

Seruyan

Lamandau

Pulang Pisau

KALTENG

Barito Utara

Katingan

Barito Timur

Sukamara

Palangka Raya

Kotawaringin Timur

Barito Selatan

Gunung Mas

Kotawaringin Barat

Murung Raya

25.3

32.2

38.6

65.5

72.5

73.4

89.7

92.7

93.5

95.1

95.7

96.2

97.8

98.1

0.0

Penjaringan Yankes Kelas 1 SD/Setingkat 2016

Page 81: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 65

Dari gambar diatas diketahui bahwa sebagian besar kabupaten kota belum

memenuhi target 95%, hanya 5 kabupaten yang telah mencapai target yaitu

Kabupaten Kotawaringin Barat, Gunung Mas, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten

Kotawaringin Barat dan Kota Palangka Raya. Sedangkan capaian terendah terdapat di

Kabupaten Murung Raya 0%, selanjutnya adalah Kabupaten Kapuas sebesar 25,3%

dan Kabupaten Seruyan sebesar 32.2%.

12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan

pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar

gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi

dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah

banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan

tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut.

Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan

tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien.

Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2016 sebanyak 13,876 lebih banyak

dibandingkan tahun 2015 sebanyak 10.839. Sementara jumlah pencabutan gigi tetap

pada tahun 2016 sebanyak 11.903 lebih sedikit dibandingkan tahun 2015 sebanyak

11.927. Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat dalam

mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, selain itu sudah semakin banyak

masyarakat yang sadar dan melakukan pemeriksaan gigi geligi. Walaupun sudah ada

peningkatan namun harus tetap diperlukan penyuluhan yang terus menerus agar

masyarakat memeriksakan giginya secara teratur.

Sementara itu rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2016 adalah

1,2 lebih tinggi dibbandingkan dengan tahun 2015 adalah 0,9. Hal tersebut

menunjukan bahwa masyarakat mulai mempertahankan gigi geligi, walaupun masih

banyak yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan melakukan tumpatan gigi

tetap.

Page 82: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 66

Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Gambar diatas menunjukan bahwa trend jumlah pencabutan gigi pada tahun

2016 lebih sedikit dibandingkan tumpatan gigi tetapnya (rasio tinggi), menandakan

bahwa masyarakat di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah sudah mulai

memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dengan melihat rasio pencabutan gigi

dibandingkan dengan tumpatan gigi tetap yang sudah lebih baik dari tahun-tahun

sebelumnya. Ini dimungkinkan frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang

dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap lini, baik yang dilakukan didalam maupun

diluar gedung sudah semakin baik.

b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif,

dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan

sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk

ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Mulut merupakan suatu tempat yang

amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa

makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi kita.

Murid SD/MI diperiksa kesehatan giginya pada 2016 sebanyak 9.4% jauh lebih

rendah dibandingkan tahun 2015 sebanyak 43.6%. Pada tahun 2016 ada 3

kabupaten yang tidak memiliki data pemeriksaan kesehatan gigi pada anak SD/MI

yaitu Kabupaten Seruyan, Katingan dan Kabupaten Barito Utara. Secara umum

capaian seluruh kabupaten kota rata-rata masih sangat dalam pelayanan kesehatan

4521 46845943

6372

5933

10839

13876

78028729 8474

6372

6326

11927

11903

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pelayanan Kesehatan Gigi Tahun 2016

Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap

Page 83: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 67

gigi dan mulut pada anak SD/MI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 51.

Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan kesehatan gigi dan

mulut pada tahun 206 sebanyak 7017 anak, jauh lebih sedikit dibandingkan tahun

2015 sebanyak 13.574 anak dan jauh lebih sedikit lagi bila dibandingkan dengan

tahun 2014 sebanyak 14.280 anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI

di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak 55.5% lebih banyak

dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 31.1%.

Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut disebabkan

masih kurangnya tenaga kesehatan gigi baik itu dokter gigi maupun perawat gigi dan

anggaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD/MI sederajat yang

masih minim. Sehingga perlu ada upaya peningkatan tenaga kesehatan gigi dan

peningkatan anggaran di Kalimantan Tengah baik yang bersumber dari pusat

maupun dari daerah, sehingga Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dapat

dioptimalkan.

13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut

Usia Lanjut adalah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas. Penduduk usia

lanjut perlu diberi perhatian karena biasanya pada usia lanjut akan timbul banyak

keluhan/masalah kesehatan karena turunnya fungsi organ tubuh, oleh karena itu baik

pelayanan maupun fasilitas kesehatan juga harus memperhatikan kebutuhan usia

lanjut. Pada tahun 2016 jumlah penduduk usila sebanyak 141.400 orang, jumlah

tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah usila pada tahun 2015

sebanyak 103.905 orang. Dari jumlah tersebut yang mendapat pelayanan kesehatan

pada tahun 2016 sebanyak 34,62% lebih sedikit capaiannya dibandingkan tahun

2015 sebanyak 53.82%.Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 52.

14. Angka Kematian Bayi (AKB)

Keberhasilan program pembangunan kesehatan dan perkembangan derajat

kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian pada suatu wilayah yang

dipantau dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada umumnya

diperoleh melalui data survey sedangkan data kematian yang ada di fasilitas

kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality rate adalah banyaknya bayi

yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH).

Sedangkan Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia

Page 84: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 68

5 tahun. AKB dan AKABA dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan anak termasuk status gizi, sanitasi dan angka kesakitan

lainnya. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat,

karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan

lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target

kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan

tempat tinggal dan kesehatannya. Pneumonia dan diare merupakan penyakit infeksi

yang menjadi penyebab utama kematian bayi di Indonesia dengan lebih dari 50 ribu

balita meninggal per tahun akibat penyakit tersebut.

AKB Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi dari dalam kurun waktu

2003-2013. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah pada

tahun 2003 terdapat AKB sebesar 40/1000 kelahiran hidup kemudian mengalami

penurunan pada tahun 2007 sebesar 30/1000 kelahiran hidup dan kembali

mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2010 sebesar 23/1000 kelahiran

hidup. Namun berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 angka kematian bayi mengalami

peningkatan cukup besar menjadi 49/1000 kelahiran hidup, dan terakhir berdasarkan

hasil SUPAS tahun 2015 menunjukan angka kematian bayi mengalami penurunan

menjadi 24.6 (25)/1000 kelahiran hidup. Tren data angka kematian bayi (AKB)

Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2015 terlihat pada grafik berikut.

Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) ProvinsiKalimantan Tengah 2003 – 2015 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2015

Sumber: SDKI Tahun 2012 dan SUPAS 2015

40

30

49

25

0

10

20

30

40

50

60

2003 2007 2012 2015

Trend Angka Kematian Bayi

Page 85: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 69

Penurunan angka kematian bayi menunjukan sudah semakin baiknya status

kesehatan ibu dan bayi baru lahir; Semakin mudahnya akses dan kualitas pelayanan

kesehatan ibu dan anak; Peningkatan pengetahuan serta perilaku ibu hamil, keluarga,

serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.

Gambar diatas memperlihatkan bahwa Angka Kematian Bayi Provinsi

Kalimantan Tengah menunjukan penurunan yang cukup tinggi, namun diperlukan

upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga mencapai target.

Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka Pemerintah Provinsi

Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang tertuang dalam RPJMD

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2021 turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup.

Disamping itu pemerintah pusat juga telah menetapkan target yang ingin dicapai

yaitu AKB turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup.

Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan gambaran jumlah kasus kematian bayi di

Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016. Jumlah total kematian bayi pada tahun

2016 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 392 kasus, lebih sedikit dibandingkan

jumlah kematian bayi tahun 2015 berjumlah 407 kasus kematian.

Kabupaten dengan jumlah kematian bayi paling sedikit adalah Kabupaten

Barito Timur sebanyak 3 kasus, diikuti oleh Kota Palangka Raya sebanyak 6 kasus

dan Kabupaten Barito Selatan serta Barito Utara dengan masing-masing sebanyak 14

kasus. Sedangkan Kabupaten dengan jumlah kasus kematian paling banyak adalah

Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 78 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kapuas

sebanyak 51 kasus, dan Kabupaten Katingan sebanyak 42 kasus. Untuk lebih jelasnya

01020304050607080

3 614 14 16 20 22 25 29 34 38 42

51

78

Jumlah Kematian Bayi Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah 2016

Page 86: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 70

dapat dilihat pada (lampiran 5). Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2016

berbanding lurus dengan hasil laporan SUPAS tahun 2015 Yang mengalami

Penurunan angka kematian dari 30/1000 kelahiran menjadi 25/1000 kelahiran. Oleh

karena itu perlu ditingkatkan berbagai upaya dalam penanggulangan jumlah kasus

kematian bayi yang berasal dari kabupaten/kota.

C. STATUS GIZI

Isu status gizi masyarakat masih menjadiperhatian serius pemerintah. Dampak gizi

padaibu hamil, bayi, balita, dan anak merupakan investasi besar bagi pembangunan

nasional.Peningkatan status gizi masyarakat dilakukandengan meningkatkan akses

masyarakatpada pelayanan gizi.

Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi

perorangan dan masyarakat, antara lain yaitu melalui perbaikan pola konsumsi makanan,

perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan

kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan gizi

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan prioritas

pembangunan nasional.

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan

sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi

disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa,

dan usia lanjut.

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan

kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat

memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status

gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Gerakan

Nasional ini adalah upaya penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku

kepentingan secara terencana dan terkoordinir. Tujuan utamanya adalah untuk

mempercepat perbaikan gizi, khususnya pada periode usia 1000 hari pertama

kehidupan atau sejak masa janin sampai usia 2 tahun.

Page 87: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 71

Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat menyebabkan

meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan

mental serta kecerdasan bila tidak ditangani dengan segera.

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan pada tahun 2010 (100%),

tahun 2011 (100%), tahun 2012 (100%), tahun 2013 (100 %), tahun 2014

(100%),tahun 2015 adalah 100 % dan tahun 2016 (100%). Jumlah kasus gizi buruk

pada tahun 2016 berjumlah 69 kasus lebih rendah dibandingkan tahun 2015

berjumlah 88 kasus. Semua kasus gizi buruk yang terlacak, maupun yang datang

sendiri ke petugas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan mendapat perawatan

dengan pemberian bantuan MP-ASI selama perawatan/penanganan. Selengkapnya

dapat dilihat pada gambar berikut ini. Namun perlu diperhatikan data prevalensi

kasus gizi buruk yang ditemukan melalui Pemantauan Status Gizi (PSG) yang

dilakukan setiap tahun, sehingga bisa dijadikan sebagai data pembanding untuk data

rutin terkait penanganan kasus gizi buruk yang dilakukan di sarana pelayanan

kesehatan.

Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 - 2016

Sumber: Bidang Yankesdas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Dalam upaya untuk terus menekan terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada

balita perlu dilakukan kegiatan yang efektif dalam rangka penanggulangan gizi buruk

dan gizi kurang berupa menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku

pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet, melakukan pelacakan balita gizi

buruk, memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan sehingga mengurangi risiko

jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk, peningkatan kegiatan pemantauan

100 100 100 100 100 100 100

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Cakupan Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan tahun 2010 s.d 2016

Page 88: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 72

pertumbuhan diPosyandu, menyediakan buffer stock PMT untuk balita, serta PMT

pemulihan melalui dana BOK maupun dana lain.

Selain pelatihan tata laksana gizi buruk, dilakukan juga pengembangan Pusat

Pemulihan Gizi Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre/

Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (CFC/PGBM) yang merupakan bentuk upaya

untuk memulihkan gizi buruk di masyarakat. Fasilitas ini berfungsi sebagai tempat

perawatan dan pengobatan anak gizi buruk (tanpa penyakit penyerta) secara intensif,

dan melibatkan keluarga dalam perawatan anak tersebut.

Penyebaran kasus gizi buruk pada balita menyebar ke hampir di semua

kabupaten Kota yang ada di Kalimantan Tengah kecuali Kabupaten Lamandau yang

tidak memiliki kasus gizi buruk.

2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Aspek tumbuh kembang pada masa balita juga merupakan suatu hal yang

sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya di lapangan.

Biasanya penanganan yang dilakukan lebih banyak difokuskan pada mengatasi

penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan.

Adapun salah satu masalah pada pertumbuhan balita yakni balita dengan

Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah (BGM). Balita BGM adalah balita yang saat

ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada

Kartu Menuju Sehat (KMS).KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat atau tinggi badan menurut umur,

mencatat pemberian kapsul vitamin A serta vaksinasi.Balita dengan BGM (Bawah

Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada

dibawah garis merah pada KMS. Jika anak berada pada BGM maka diperlukan

tindakan kewaspadaan “warning” agar anak tidak mengalami menderita gangguan

pertumbuhan dan penyakit infeksi serta perhatian pada pola asuh agar lebih

ditingkatkan. BGM bukan menunjukkan keadaan status gizi buruk tetapi sebagai

peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut. Persentase kasus BGM di

Kabupaten/Kota pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini. (Lampiran

47).

Page 89: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 73

Gambar 5.31 Persentase Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM)

Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui bahwa persentase balita yang mengalami BGM di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah sebesar 2.97% lebih tinggi

dibandingkan tahun 2015 sebesar 1.46%dari total balita yang ada. Kabupaten

dengan persentase terendah adalah Kabupaten Murung Raya sebesar 0.30% diikuti

oleh Barito Utara sebesar 0.41% dan Kota Palangka Raya sebesar 0,95%. Sedangkan

Kabupaten dengan persetase BGM pada balita tertinggi adalah Kabupaten Pulang

Pisau sebesar 16,27%, diikuti oleh Katingan sebesar 3,16% dan Kabupaten

Kotawaringin Timur sebesar 3,05%.

Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang tidak

baik dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM diberikan

perhatian yang lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita tersebut tidak akan

mengalami gizi kurang maupun gizi buruk. Namun, apabila pola asuh pada balita

BGM tidak baik, akan menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi

buruk. Pola asuh anak sangat berperan penting dalam menentukan status gizi balita.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

Pulang Pisau

Katingan

Kotawaringin Timur

KALTENG

Sukamara

Kapuas

Barito Timur

Barito Selatan

Gunung Mas

Seruyan

Lamandau

Kotawaringin Barat

Palangka Raya

Barito Utara

Murung Raya

16.27

3.16

3.05

2.97

2.42

2.31

2.03

1.73

1.62

1.45

1.39

1.29

0.95

0.41

0.30

BGM Pada Balita Tahun 2016

Page 90: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 74

BAB VI

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengendalian Penyakit

1. Penyakit Menular

a. Tuberkolusis (TB)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai

upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat tuberkulosis telah

menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan

menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan

negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10%

dari seluruh penderita di dunia (WHO, Global Tuberculosis Report, 2015).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam)

positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih

memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang

kecil. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case

Notification Rate (CNR), prevalensi, dan mortalitas/kematian.

1). Kasus baru BTA (+)

Pada tahun 2016 ditemukan jumlah kasus baru tuberkulosis sebanyak 1580

kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus pada tahun

2015 sebanyak 1.423 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di

Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 309 kasus, diikuti oleh Kabupaten

Kotawaringin Barat sebanyak 253 kasus dan Kabupaten Kapuas dengan jumlah kasus

sebanyak 219 kasus. Sedangkan kabupaten yang paling sedikit jumlah kasus BTA +

yang ditemukan adalah di Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 40 kasus, kemudian

Kabupaten Sukamara dan Gunung Mas dengan jumlah kasus masing-masing 41 kasus.

Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan yaitu pada laki-laki sebanyak 1007 kasus sedangkan pada perempuan

sebanyak 573 kasus. Pada masing-masing Kabupaten/Kota hampir di seluruh Provinsi

Kalimantan Tengah kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan,

kecuali Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Pulang Pisau.

Page 91: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 75

2). Proporsi Pasien Baru BTA Positif diantara semua kasus TB

Persentase pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua

pasien tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis), merupakan indikator yang

menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang menular di antara

seluruh pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal 70%, bila jauh lebih

rendah, berarti diagnosis kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang

menular.

Di Provinsi Kalimantan Tengah proporsi pasien baru BTA (+) diantara semua

kasus pada tahun 2016 adalah 53.3% lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian

pada tahun 2015 dengan capaian sebesar 72,1%. Hal ini menunjukan bahwa secara

nasional target masih belum terpenuhi. Namun ada beberapa kabupaten yang telah

mencapai target adalah Kabupaten Murung Raya (146.6%), Sukamara (82%)

Kotawaringin Timur (73,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

Gambar 6.1 diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016, proporsi pasien

tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis paru

tercatat/diobati di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai target yang diharapkan

karena hanya mencapai 53.3%, ada sedikit peningkatan daripada tahun sebelumnya

yang hanya 50%. Hal itu mengindikasikan diagnosis kurang memberikan prioritas

untuk menemukan pasien yang menular di Provinsi Kalimantan Tengah.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0

Murung Raya

Sukamara

Kotawaringin Timur

Barito Selatan

Gunung Mas

Barito Timur

Kapuas

Katingan

KALTENG

Kotawaringin Barat

Seruyan

Pulang Pisau

Lamandau

Barito Utara

Palangka Raya

146.6

82.0

73.6

66.4

58.6

58.1

56.8

54.5

53.3

50.3

49.5

47.6

45.3

40.0

25.1

Page 92: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 76

3). Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara

terduga TB

Proporsi pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara terduga

TB menggambarkan mutu dari proses penemuan, diagnosis serta kepekaan

menetapkan kriteria terduga. Angka ini sekitar 5 – 15%. Jika angka < 5%

menunjukan bahwa penjaringan terlalu longgar dan adanya masalah dalam

pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Jika angka >15% -kemungkinan

disebabkan penjaringan terlalu ketat atau masalah dalam pemeriksaan

laboratorium (positif palsu).

Di Provinsi Kalimantan Tengah, proporsi pasien baru TB Paru Terkonfirmasi

Laboratorium diantara terduga TB pada tahun 2016 adalah 13.6% lebih tinggi

sedikit dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 13.1%. Kabupaten

dengan proporsi antara 5-15% sebanyak Tujuh kabupaten, yaitu Kabupaten Barito

Selatan (8,9%), Lamandau (9,8%), Barito Utara (10%), Gunung Mas (10%),

Kotawaringin Barat (10.2%), Barito Timur (11%) dan Kabupaten Kotawaringin

Timur (14,2%). Untuk Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Diantara

Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

0.0 20.0 40.0 60.0

Katingan

Sukamara

Kapuas

Palangka Raya

Murung Raya

Pulang Pisau

Seruyan

Kotawaringin Timur

KALTENG

Barito Timur

Kotawaringin Barat

Gunung Mas

Barito Utara

Lamandau

Barito Selatan

54.9

19.0

18.4

17.3

16.5

15.8

15.2

14.2

13.6

11.0

10.2

10.0

10.0

9.8

8.9

Target 5 - 15 %

Page 93: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 77

4). Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru

yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah

tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan

kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka

ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau tidak.

Gambar 6.3 menunjukkan angka notifikasi kasus baru tuberkulosis paru

terkonfirmasi bakteriologis dan angka notifikasi seluruh kasus tuberkulosis per

100.000 penduduk dari tahun 2011-2016. Angka notifikasi kasus baru tuberkulosis

paru terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

sebesar 61.96 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang

sebesar 57.03 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh kasus

tuberkulosis pada tahun 2016 sebesar 116 per 100.000 penduduk meningkat

dibandingkan tahun 2015 sebesar 114 per 100.000 penduduk.

Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA + dan CNR Seluruh Kasus TB Per. 100.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

5). Angka Keberhasilan Pengobatan

Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator

yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan

(success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan

dan angka pengobatan lengkap. Pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan

adalah 82.7% jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015

65.80 62.90 69.70 69.3157.03 61.96

125

67

102 96.97 114.51 116.23

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

2011 2012 2013 2014 2015 2016

CNR Seluruh Kasus TB/ 100,000 Penduduk

CNR BTA +/100.000 Penduduk

Page 94: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 78

sebesar 57.41%. Capaian tersebut masih belum mencapai target nasional sebesar

85%. Berikut ini gambaran keberhasilan pengobatan penderita TB dalam kurun waktu

5 tahun dari 2012 – 2016.

Tabel 6.4. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012-2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

Pada Gambar 6.3 terlihat peningkatan angka keberhasilan pengobatan pada tahun

2016 dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 angka keberhasilan

pengobatan sebesar 82,7%. WHO menetapkan standar angka keberhasilan

pengobatan sebesar 85%.

Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

91.8896.05

76.24

57.41

82.7

0

20

40

60

80

100

120

2012 2013 2014 2015 2016

Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2012 - 2016

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kotawaringin Barat

Barito Utara

Barito Timur

Sukamara

Barito Selatan

Pulang Pisau

Murung Raya

KALTENG

Katingan

Palangka Raya

Kapuas

Kotawaringin Timur

Seruyan

Lamandau

Gunung Mas

106.1

100.0

98.8

87.8

87.3

86.4

85.1

82.7

82.4

77.8

77.6

74.4

70.0

67.3

52.9

≥ 85 %

Page 95: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 79

Dari gambar di atas diketahui bahwa terdapat 7 kabupaten yang telah mencapai

target nasional (≥ 85%) yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 106.1%,

Kabupaten Utara sebesar 100%, Kabupaten Barito Timur sebesar 98.8%, Sukamara

sebesar 87.8%, Barito Selatan sebesar 87.3%, Pulang Pisau sebesar 86.4 dan

Kabupaten Murung Raya sebesar 85.1%. Keberhasilan pengobatan kasus TB yang

belum dicapai oleh semua kabupaten/kota, merupakan masalah yang perlu kita

pecahkan bersama baik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Tengah dan juga peran serta seluruh masyarakat serta para

stakeholder yang berkepentingan terkait penanggulangan masalah TB paru.

b. HIV, AIDS DAN SYPHILIS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut

menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat

mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV

positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,

yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero survey, dan Survei

Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

1). Jumlah Kasus HIV dan AIDS

Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2016 sebanyak 155 kasus

lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2015 sebanyak 167

kasus. Sedangkan jumlah penderita AIDS pada tahun 2016 sebanyak 101 kasus, jauh

lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada pada tahun 2015 yang

hanya berjumlah 47 orang.

Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif per tahun sampai tahun 2016

disajikan pada Gambar 6.6 di bawah ini.

Page 96: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 80

Gambar 6.6. Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

Pada gambar di atas secara umum penemuan kasus HIV positif dan Kasus AIDS

terus mengalami peningkatan. Pada penemuan jumlah kasus HIV baru dari tahun 2013

sebanyak 71 kasus meningkat menjadi 121 kasus pada tahun 2014 kemudian

meningkat lagi menjadi 167 kasus pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada

tahun 2016 menjadi 155 kasus. Demikian juga dengan jumlah kasus AIDS dari tahun

2011 yang berjumlah 21 kasus mengalami peningkatan menjadi 101 kasus pada tahun

2016.

Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV tahun 2016 pada kelompok

jenis kelamin tidak terlalu berbeda jauh, persentase laki-laki lebih kecil dibandingkan

pada kelompok perempuan seperti digambarkan di bawah ini.

Gambar 6.7. Proporsi penderita AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

64

96

71

121

167155

2114

2515

47

101

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

2011 2012 2013 2014 2015 2016

HIV AIDS

57.43

42.57

Laki-Laki Perempuan

Page 97: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 81

Proporsi penderita AIDS pada tahun 2016 menurut kelompok umur dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 6.8. Proporsi penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui bahwa proporsi kelompok umur yang paling

banyak pada kasus HIV positif maupun penderita AIDS pada tahun 2016 adalah pada

kelompok umur 25 – 49 tahun dengan proporsi masing-masing 83.87% dan 84.16%,

diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun masing-masing sebesar 12.26% dan 5.94%

dan kelompok umur ≥ 50 masing-masing sebesar 1.94% dan 8.91%. Kelompok umur

tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif yang aktif secara seksual dan

termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik.

2). Jumlah Kematian Akibat AIDS

Jumlah kematian akibat Kematian akibat AIDS pada tahun 2016 berjumlah 26

orang, jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian akibat AIDS

pada tahun 2015 yang berjumlah berjumlah 18 orang. Sedangkan proporsi berdasarkan

jenis kelamin 61.54% kematian pada kelompok laki-laki sedangkan pada kelompok

perempuan sebesar 38.46%.

Penderita syphilis pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah yang

dilaporkan berjumlah 101 orang, meningkat tajam bila dibandingkan dengan jumlah

kasus syphilis pada tahun 2015 yang hanya berjumlah 25 orang. Proporsi penderita

syphilis berdasarkan jenis kelamin adalah penderita perempuan sebanyak 51 orang

(50.50%) dan penderita laki-laki sebanyak 50 orang (49.50%).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

≤ 4 TAHUN 5 - 14 TAHUN 15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN 25 - 49 TAHUN ≥ 50 TAHUN

0.65 1.29 0

12.26

83.87

1.940 0.99 05.94

84.16

8.91

HIV Positif AIDS

Page 98: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 82

c. Pnemonia

Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli)

yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau terhirup udara yang tercemar.

Kelompok rentan terserang pneumonia adalah balita, usia lanjut dan yang memiliki

masalah kesehatan seperti gangguan malnutrisi dan gangguan imunologi.

Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi

dan balita. Namun perhatian dunia selama ini terhadap pneumonia sangat sedikit

sehingga ISPA dikenal sebagai the forgotten pandemic. Oleh karena itu dunia

memasukan pneumonia kedalam komitmen global MDGs untuk ditanggulangi bersama.

Diperkirakan 10% dari seluruh balita pernah menderita pneumonia.

Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan diobati

ditargetkan sebesar 80%. Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan dan

diobati sesuai dengan standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016

sebanyak 590 (2.34%) kasus lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus

pada tahun 2015 sebanyak 455 balita (1.93%) Berbagai kendala yang ditemui dalam

penanggulangan pneumonia adalah cara penularannya yang lintas udara (air borne

desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh masyarakat serta masih

minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana penderita pneumonia balita

(MTBS).

Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia BalitaProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2016

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui perkembangan jumlah kasus penderita

pnemonia pada balita Provinsi Kalimantan Tengah terus mengalami penurunan mulai

735 771681

460 455

590

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Perkembangan Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita di Prov. Kalteng

Page 99: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 83

dari tahun 2012 sebanyak 771 kasus kemudian turun lagi menjadi 681 kasus pada

tahun 2013 kemudian turun lagi pada tahun 2014 menjadi 460 kasus dan terakhir

pada tahun 2015 menjadi 455 kasus. Namun pada tahun 2016 terjadi peningkatan

jumlah kasus pnemonia menjadi 590 kasus. Perkembangan dan perubahan jumlah

kasus pnemonia ini agar terus menjadi prioritas dan meningkatkan program

penanggulangannya sehingga jumlah kasus menjadi nol. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran tabel 10.

d. Diare

Diare merupakan penyakit ketika terjadi perubahan konsistensi feses dan

peningkatan frekuensi buang air besar. Diare merupakan penyakit yang potensial

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain : faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial

ekonomi dan perilaku masyarakat.

Tahun 2016, KLB Diare dilaporkan terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan

Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah kematian sebanyak 2 orang. Penderita Diare

yang berobat dan ditangani di faslitas pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2016

sebanyak 42.988 (78,8%) lebih rendah dibandingkan tahun 2015 dengan jumlah

penderita 53.662 penderita (100.5%), dari target penemuan penderita. Sebaran

persentase diare yang ditangani di Kabupaten Kota pada tahun 2016 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 6.10. Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2017

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

Kotawaringin Timur

Palangka Raya

Gunung Mas

Kotawaringin Barat

Pulang Pisau

Barito Utara

KALTENG

Lamandau

Katingan

Barito Timur

Seruyan

Sukamara

Barito Selatan

Kapuas

Murung Raya

39.0

50.2

54.9

63.3

67.5

75.2

78.8

85.7

85.8

93.5

93.8

109.4

110.6

122.5

136.5

Page 100: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 84

e. Kusta

Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh

warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai sekarang

belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Keberadaan Kusta terdapat dimana-mana,

terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat

sosial ekonomi rendah, selain penyakit menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapat

terjadi ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita kusta bukan menderita penyakitnya

saja, tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitarnya, hal ini diakibatkan kerusakan

saraf besar yang irreversible diwajah dan ekstremitas, motorik dan sensoris, serta

dengan adanya kerusakan yang berulang-ulang pada daerah yang anastetik disertai

paralisis dan atropi otot.

1). Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru (NCDR/New Case Detection

Rate)

Pada tahun 2016 jumlah kasus baru kusta baik yang bertipe Pausi Basiler (PB)

maupun Multi Basiler (MB) berjumlah 71 kasus, lebih rendah bila dibandingkan dengan

jumlah kasus pada tahun 2015 yang berjumlah 76 kasus. Sedangkan New Case

Detection Rate (NDCR) pada tahun 2016 sebesar 2.78/100.000 penduduk lebih sedikit

bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 3,05/100.000 penduduk. Sedangkan

angka prevalensi kusta adalah 0.42 per 10.000 penduduk lebih tinggi bila dibandingkan

dengan prevalensi pada tahun 2015 yang sebesar 0,39 per 10.000 penduduk dan telah

memenuhi target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).

Berdasarkan status eliminasi, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu provinsi

yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi. Provinsi yang belum

mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per 10.000 penduduk, sedangkan provinsi

yang sudah mencapai eliminasi jika angka prevalensi < 1 per 10.000 penduduk.

Provinsi Kalimantan Tengah sudah termasuk ke dalam Provinsi yang telah mencapai

eliminasi.

2). Penderita Kusta Pada Anak dan Cacat Tingkat 2

Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak (0-14

tahun) diantara pederita baru. Dilaporkan bahwa proporsi anak yang menderita kusta

pada tahun 2016 sebesar 5.63% lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2015

sebesar 3.95%.

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak

dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi

Page 101: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 85

kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Proporsi cacat tingkat 2 yang tercatat

pada tahun 2016 sebesar 2.82% lebih tinggi bila dibandingkan pada tahun 2015

sebesar 2.63%, sedangkan Angka cacat tingkat 2 pada tahun 2016 sama dengan tahun

2015 sebesar 0.1 per 100.000 penduduk. Jumlah Release From Treatment / RFT PB

25%, sedangkan RFT MB adalah 47%.

f. PD3I

Penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi di

Indonesia ada 7 (tujuh) jenis penyakit, yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis, TBC,

Polio dan Campak. Di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dilaporkan adalah :

1) Tetanus Neonatorum

Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, masuk ke tubuh melalui

luka. Penyakit ini umumnya menginfeksi bayi baru lahir pemotongan tali pusat

dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat dengan ramuan tradisional

yang terkontaminasi. Dapat menyebabkan kematian jika penderita terlambat

mendapat pertolongan. Kasus Tetanus Neonatorum dilaporkan pada tahun 2016

sebanyak 1 kasus dari Kabupaten Kotawaringin Timur dengan Case Fatality Rate

sebesar 0%.

2) Pertusis

Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat

berat atau batuk intensif. Tersebar ditempat tempat yang padat penduduknya dan

dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan

attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan. Bersifat endemic dengan siklus

3-4 tahun antara juli sampai oktober sesudah akumulasi kelompok

rentan, Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak umur < 1 tahun,

perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin

berbahaya.

Kabupaten yang melaporkan kasus pertusis pada tahun 2016 adalah

Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah kasus 11 orang, Kemudian

Kabupaten Murung Raya dengan jumlah kasus sebanyak 10 kasus. Jadi total kasus

Pertusis pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 21 kasus.

Page 102: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 86

3) Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang

menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya

menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.

Jumlah kasus difteri pada tahun 2016 sebanyak 7 kasus dengan jumlah kasus

meninggal sebanyak 2 kasus sehingga CFR difteri sebesar 28.57%. Proporsi jenis

kelamin kasus difteri adalah 42.8% terjadi pada laki-laki dan 57.8% terjadi pada

perempuan. Kasus berasal dari Kabupaten Kotawaringin Barat (1 kasus), Kapuas (2

kasus), Pulang Pisau (3 Kasus) dan Kota Palangka Raya (1 kasus).

4) Campak

Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus

measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae.

Penyakit ini sangat menular dan akut. Sebagian besar menyerang anak-anak. Bila

mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi.

Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis media;

ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian. Penularan

dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah

terinfeksi. Penegakan kasus campak melalui pemeriksaan darah penderita.

Pada tahun 2016 jumlah kasus campak yang dilaporkan berjumlah 527 kasus

lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus campak pada tahun 2015 yang

berjumlah 474 kasus. Kasus campak berasal dari 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten

Kotawaringin Barat 143 kasus, Sukamara 7 kasus, Kotawaringin Timur 74 kasus,

Seruyan 85 kasus, Gunung Mas 11 kasus dan Kota Palangka Raya 207 kasus.

5) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Dalam rangka eradikasi polio, seluruh negara (global) melaksanakan

surveilans AFP. AFP berbeda dengan polio, Polio disebabkan oleh infeksi virus yang

menyerang system syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan. Umumnya

menyerang anak-anak yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala,

mual, kaku leher dan saki ditungkai dan lengan. Sedangkan AFP (Acute Flaccid

Paralysis)merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan

kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan berakibat pada kelumpuhan. AFP

merupakan sekumpulan penyakit yang ditandai dengan lumpuh layuh akut.

Survailans AFP difokuskan pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut -dan layuh

(flaccid) seperti pada kasus polio. Sebagian besar kasus polio non paralitik tidak

Page 103: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 87

disertai manifestasi klinis yang jelas. Ditemukannya kasus polio paralitik

menunjukan adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut.

Surveilans AFP merupakan salah satu upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit polio. Kelompok rentan terhadap kasus polio adalah anak-

anak sehingga pelaksanaan program Surveilans AFP difokuskan pada anak usia <

15 tahun yang menderita kelumpuhan mirip polio (lumpuh layuh akut). Indicator

surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP minimal sebesar 2/100.000 anak

usia < 15 tahun. Target ini belum terpenuhi oleh Provinsi Kalimantan Tengah

dengan jumlah penemuan 15 orang dengan Non Polio AFP Rate sebesar

2.09/100.000 penduduk usia < 15 tahun.

6) Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang

disebabkan oleh infeksi VHB dan reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-

bahan kimia yang memberikan gejala yang khas yaitu badan lemah, kencing

berwarna seperti air the pekat, mata dan seluruh tubuh menjadi kuning.

Virus hepatitis B umumnya tinggal dalam tubuh selama kira-kira 30-90 hari.

Inilah yang dikenal sebagai hepatitis B akut. Infeksi akut ini umumnya dialami orang

dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda biasanya

dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam beberapa bulan.

Sedangkan hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama

lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-

anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko empat sampai lima

kali lebih besar untuk menderita hepatitis B kronis dibanding anak-anak yang

terinfeksi pada masa balita. Sementara untuk orang dewasa, 20% dari mereka yang

terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis.

Kasus Hepatitis B yang dilaporkan pada tahun 2016 sebanyak 17 kasus lebih

banyak dibandingkan tahun 2015 sebanyak 13 kasus. Kasus tersebut berasal dari

Kabupaten Murung Raya sebanyak 7 kasus dan Kabupaten Kotawaringin Timur

sebanyak 10 kasus.

g. DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue

dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aepyty. Penyakit DBD cenderung meningkat

dan menyebar luas dan seringkali disertai kejadian luar biasa (KLB), sehingga

menimbulkan keresahan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat

Page 104: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 88

menyebabkan kematian. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat

menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan

dan perilaku masyarakat.

Pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan terdapat 1762 kasus

DBD, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus DBD pada tahun 2015

sebanyak 1658 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang sama dengan

jumlah kematian pada tahun 2015. Insidens Rate/Angka Kesakitan sebesar 69.1 per

100.000 penduduk dan CFR/angka kematian sebesar 1.4%. Target Renstra

Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2016 sebesar < 49 per

100.000 penduduk, dengan demikian Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai

target yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan. Berikut ini gambaran Incidence

Rate masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016.

Informasi rinci masing-masing Kabupaten/Kota terkait dengan penyakit DBD

dapat dilihat pada lampiran tabel 21.

Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2017

h. Malaria

Millennium Development Goals (MDGs) menetapkan Malaria sebagai salah satu

komitmen global untuk diperangi. Hingga saat ini Malaria masih menjadi permasalahan

kesehatan masyarakat karena mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi

dan ibu hamil serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan biaya untuk pengobatan.

0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0

Barito Utara

Palangka Raya

Kapuas

Murung Raya

Kotawaringin Barat

Kotawaringin Timur

Barito Timur

KALTENG

Gunung Mas

Seruyan

Katingan

Pulang Pisau

Sukamara

Barito Selatan

Lamandau

314.4

278.4

141.0

125.8

90.5

77.3

73.7

69.1

55.7

54.4

26.9

14.9

11.3

10.1

3.8

Page 105: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 89

Malaria disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel

darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina.

Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa) dan semua jenis kelamin.

Angka kesakitan malaria selama tahun 2008 - 2014 cenderung menurun dari

3,53 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2008 menjadi 0.55 per 1.000 pada tahun

2014, kemudian pada tahun 2015 nilai API sama dengan API tahun sebelumnya yaitu

0.55. Data terakhir API untuk tahun 2016 sebesar 0,19. Perkembangan nilai API dari

tahun 2008 – 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.12. Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2016

Sumber data : Profil Kabupaten Kota dan Bidang P2P, Tahun 2017

i. Filariasis

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang

disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari tiga

spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dalam tubuh

manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan

limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan

organ genital. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan

menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Jumlah kasus

filariasis pada tahun 2016 Sebanyak 63 kasus, ada peningkatan dibandingkan dengan

jumlah kasus pada tahun 2015 sebanyak 25 kasus. Angka kesakitan per 100.000

penduduk sebesar 2. Penyebaran kasus filariasis terjadi di Kabupaten Kotawaringin

Timur sebanyak 46 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebanyak 14 kasus, kemudian

4.08 3.95

2.38

0.55 0.550.19

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

2011 2012 2013 2014 2015 2016

AP

I Per

1.0

00 P

end

ud

uk

API TAHUN 2011 - 2016

Page 106: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 90

Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 2 dan Kabupaten Barito Selatan sebanyak 1 kasus.

Informasi rinci terkait kasus filariasis dapat dilihat pada lampiran 23.

j. Rabies

Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan

yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang ditularkan melalui

gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di

dalam tubuhnya mengandung virus.

Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh hewan

berdarah panas penular rabies seperti anjing, kucing dan monyet. Penyakit ini

merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah

menunjukan gejala klinis pada manusia ataupun hewan selalu berakhir dengan

kematian, sehingga menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi orang-orang yang

terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.

Suatu daerah dapat bebas rabies melalui surveilans penyakit yang efektif, tidak adanya

kasus Rabies pada hewan dan manusia (indigenous), serta tidak ada kasus rabies pada

hewan karnivora diluar karantina dalam 6 bulan terakhir.

Pada tahun 2016 semua kabupaten kota terdapat kasus GHPR dengan total

kasus sebanyak 1530 kasus dengan PET 869 kasus dan lyssa sebanyak 5 kasus.

Perkembangan situasi rabies di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 – 2016 dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6.13. Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan TengahTahun 2011 – 2016

Sumber data : Bidang P2P Dinkes Prov. Kalteng Tahun 2017

2011 2012 2013 2014 2015 2016

15351940

1307 15391907

1530

1098

1429

1016

1292

1386

869

2

5

0

2

8

5

GHPR PET Lyssa

Page 107: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 91

Gambar 6.11 diatas menunjukan bahwa tahun 2016 terjadi penurunan gigitan

serta kematian akibat GHPR, bila dibandingkan dengan tahun 2015.

2. Penyakit Tidak Menular

Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan

lingkungan yang selaras dengan perubahan perilaku masyarakat, transisi demografi,

sosial ekonomi dan sosial budaya. Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok

dan keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan,

gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan).

Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan

penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.

Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh jajaran lintas

sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,

bahkan seluruh lapisan masyarakat.

Beberapa kegiatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular

pada tahun 2016 adalah sebagai berikut.

a. Posbindu PTM dan Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas

Pos Pembinaan terpadu (Posbindu) merupakan salah satu wujud peran serta

masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini terhadap

faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di masyarakat.

Setiap kabupaten/kota diharapkan memiliki satu Puskesmas dengan program

pelayanan PTM. Tahun 2016 jumlah posbindu sebanyak 191 posbindu ada peningkatan

jumlah dibandingkan dengan jumlah posbindu pada tahun 2015 yang berjumlah 115

posbindu. Sedangkan jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan PTM sebanyak

37 puskesmas, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah puskesmas yang

memberikan pelayanan PTM yang berjumlah 27 puskesmas. Untuk lebih rincinya dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. 1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

No Kabupaten / Kota Posbindu Pusk Pelayanan PTM

1. Sukamara 16 1 2 Lamandau 4 1 3 Kotawaringin Barat 18 2 4 Kotawaringin Timur 31 6 5 Seruyan 16 3 6 Katingan 15 1 7 Gunung Mas 4 1

Page 108: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 92

8 Pulang Pisau 6 3 9 Kapuas 20 3 10 Barito Timur 3 1 11 Barito Selatan 11 6 12 Barito Utara 10 5 13 Murung Raya 15 1 14 Palangka Raya 22 3 JUMLAH 191 37

Sumber : Bidang P2P Tahun 2017

b. Pengendalian Tembakau

Pengendalian tembakau merupakan salah satu upaya pengendalian faktor risiko

PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. Beberapa upaya yang telah

dikembangkan adalah Pengembangan kawasan tanpa rokok melalui peraturan daerah,

peraturan Bupati ataupun Instruksi Bupati. Kabupaten/kota yang telah memiliki

peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 12 kabupaten/kota (85,7%),

sebagaimana tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi Kalimantan Tengah

No Kab/Kota Nomor Tentang Ket

1 Palangka Raya Perda no 3 Tahun 2014 KTR

2 Lamandau Perda no 22 Tahun 2015 KTR

3 Barito selatan Perda no 12 Tahun 2015 KTR

4 Seruyan Perda Tahun 2016 KTR

5 Kotawaringin Barat Perda no. 4 Tahun 2016 KTR

6 Kapuas Perda no. 4 Tahun 2016 KTR

7 Barito Utara Peraturan Bupati No. 64/2014

KTR

8 Sukamara Peraturan Bupati No. 19/2014

KTR

9 Gunung Mas Instruksi Bupati No. 3 Tahun 2015

KTR di Tempat Kerja di Lingk. kab. Gunung Mas

10 Katingan Rancangan Perda KTR

11 Kotawaringin Timur Instruksi Bupati KTR

12 Murung Raya -

13 Barito Timur -

14 Pulang Pisau Perda Tahun 2016 KTR

Sumber : Bidang P2P Tahun 2017

c. Pelayanan PTM :

1). Pengukuran Tekanan Darah pada penduduk ≥ 18 tahun

Prioritas pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah adalah:

hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko penyakit jantung dan

Page 109: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 93

pembuluh darah meningkat sejalan peningkatan tekanan darah. Hipertensi

merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta faktor

utama gagal jantung kongestif.

Data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 menunjukan

bahwa semua kabupaten kota telah melaporkan hasil pengukuran tekanan darah

pada kelompok Umur ≥ 18 tahun, jauh lebih baik bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya dimana hanya 10 kabupaten kota yang melaporkan hasil ]pengukuran

tekanan darah. Total jumlah penduduk yang berusia ≥ 18 tahun pada tahun 2016

di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 1.697.795 orang. Jumlah yang diukur tekanan

darah adalah 307.249 orang (18.10%). Dari hasil pengukuran tekanan darah pada

penduduk yang berusia ≥ 18 tahun terdapat 76.168 orang (24,79%) yang menderita

hipertensi.

2). Obesitas Pada Penduduk ≥ 15 Tahun

Seiring meningkatnya kesejahteraan rakyat dan bertambahnya jumlah

penduduk usia produktif sebagai buah dari bonus demografi, jumlah orang dewasa

gemuk dipastikan terus naik. Mereka terdiri dari orang yang baru kelebihan berat

badan dibandingkan berat badan standar sesuai tinggi tubuh dan yang sudah masuk

kategori obesitas.

Lebih dari 40 juta orang dewasa di Indonesia yang obesitas atau kegemukan.

Hal itu setara jumlah penduduk Jawa Barat, provinsi dengan jumlah penduduk

terbesar, tetapi semuanya berisiko menderita berbagai penyakit degeneratif, mulai

dari diabetes, serangan jantung, stroke, hingga kanker.

Jumlah Penduduk ≥ 15 Tahun yang berkunjung ke puskesmas pada tahun

2016 sebanyak 279.811 orang. Data tersebut berasal dari enam kabupaten kota

yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Barito

Selatan dan Kota Palangka Raya, jadi masih belum menggambarkan jumlah

kunjungan ke puskesmas yang sebenarnya.

Dari jumlah kunjungan tersebut yang melakukan pemeriksaan obesitas

sebanyak 3.640 orang (1.30%), dengan jumlah penderita obesitas sebanyak 2.996

orang (82.31%). Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel lampiran 25.

3). Deteksi Dini Penyakit Kanker

Saat ini program pengedalian penyakit kanker diprioritaskan pada dua

kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Page 110: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 94

Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan

peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan

melalui deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke

rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual

dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim)

positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Clinical

Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif

dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker dan

pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat.

Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara dilakukan di beberapa

kabupaten kota. Pemeriksaan dini kanker leher rahim dan payudara dilakukan pada

tahun 2016 dilakukan pada 5.313 WUS atau satu persen dari total WUS sebanyak

392.519 orang lebih banyak bila dibandingkan tahun 2015 sebanyak 1679 (1%)

WUS. Dari WUS yang diperiksa pada tahun 2016 diketahui IVA positif berjumlah 204

orang (3.84%) lebih banyak IVA positif pada tahun 2015 berjumlah 71 orang

(4.23%). Sedangkan tumor/benjolan pada payudara sebesar 82 orang (1.54%)

lebih banyak dibandingkan tahun 2015 sebanyak 26 orang (1.55%).

Data yang disampaikan pada profil kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

tahun 2016 tentang cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA

dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) belum menggambarkan

secara keseluruhan perkembangan dan epidemiologi penyakit kanker pada

masyarakat, hal ini karena pemeriksaan pada masyarakat belum bisa dilakukan

secara keseluruhan.

B. KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat

menjamin keadaan sehat dari manusia.Lingkungan merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan.

Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih

sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan

pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan tersebut meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar,

(2) Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko

Lingkungan, (4) Pengembangan Wilayah Sehat.

Page 111: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 95

1. Persentase Rumah Sehat

Rumah Tangga yang sehat adalah rumah tangga yang telah menjalankan 10

indikator PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di

rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan

tidak merokok di dalam rumah. Selain itu jenis bahan bangunan, lokasi rumah, dan

kondisi ruang rumah berkaitan dengan rumah sehat dideskripsikan sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan

Kesehatan Perumahan.

Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh rumah

tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna. Pada tahun 2016

persentase rumah sehat mencapai 49,2% lebih tinggi bila dibandingkan dengan

capaian pada tahun 2015 yang telah mencapai 42.03%. Kabupaten dengan capai

paling tinggi adalah Kota Palangka Raya sebesar 89.1%, diikuti oleh Kabupaten

Lamandau sebesar 82,5% dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar 80,8%. Sedangkan

Kabupaten kota dengan capaian terendah adalah Kabupaten Gunung Mas sebesar

2,3% diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebesar 17,3% dan Kabupaten Katingan sebesar

30,9%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2017

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Gunung Mas

Kapuas

Katingan

Murung Raya

Barito Selatan

Kotawaringin Barat

KALTENG

Kotawaringin Timur

Barito Utara

Seruyan

Barito Timur

Sukamara

Pulang Pisau

Lamandau

Palangka Raya

2.3

17.3

30.9

33.3

34.4

40.1

49.2

52.1

53.2

57.8

59.0

78.6

80.8

82.5

89.1

Page 112: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 96

2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

tentangPersyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atautanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum.Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik

negara/badan usaha milikdaerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan,

kelompok masyarakat, dan/atauindividual yang melakukan penyelenggaraan

penyediaan air minum. Tidak semua air dapatdiminum, syarat-syarat kualitas air

minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatandimaksud, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;

b. Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang di

perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;

c. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;

d. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);

e. Dan parameter tambahan lainnya.

Jumlahpenduduk berdasarkan jenis sumber air minumyang berkualitas yang

memenuhi syarat baik secara kimiawi, fisik maupun biologis yang memiliki akses

berkelanjutan terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF 2006

di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2017

Sumur Galian Terlindung; 270,878

; 26%

Sumur Galian dengan Pompa; 192,733 ; 19%

Sumur Bor Dengan Pompa; 246,892 ;

24%Terminal Air; 1,662 ;

0%

Mata Air Terlindung; 24,232 ; 2%

Penampung Air Hujan; 55,407 ; 5%

Perpipaan (PDAM, BPSPAM); 246,219 ;

24%

Page 113: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 97

Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dapat mengakses

air minum yang layak di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 adalah sebagai berikut

terbesar pada sumur gali terlindung sebanyak 270.878 penduduk, kemudian Sumur

bor dengan pompa sebanyak 246.892 Penduduk, perpipaan (PDAM, BPSPAM)

sebanyak 246.219 penduduk, kemudian sumur galian dengan pompa sebanyak

192.733 penduduk, Penampung Air hujan sebanyak 55.407 Penduduk, Mata air

terlindung 24.232 penduduk dan Terminal air sebanyak 1662 penduduk. Data yang

ditampilkan diprofil kesehatan belum mencermin jumlah penduduk dengan akses air

minum yang layak, hal ini disebabkan karena belum semua penduduk tercover dalam

pemetaan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak). Rincian lengkap

penduduk dengan akses air minum berkualitas (layak) berdasarkan jenis sumber air

minum perkabupaten kota dapat dilihat pada Lampiran 59.

Persentase penduduk terhadap akses berkelanjutan terhadap air minum layak

per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengahtahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2017

Gambar diatas menunjukkan hasil bahwa Persentase Penduduk dengan Akses

Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2016 sebesar 40,70%, lebih besar dibandingkan tahun 2015

sebesar 22.41%. Persentase terbesar penduduk Penduduk dengan Akses

Kapuas

Kotawaringin Timur

Lamandau

Sukamara

Barito Utara

Barito Selatan

Gunung Mas

Murung Raya

KALTENG

Barito Timur

Pulang Pisau

Seruyan

Katingan

Palangka Raya

Kotawaringin Barat

5.39

9.76

15.40

16.50

18.73

22.19

23.68

38.11

40.70

41.58

43.86

45.86

47.07

85.93

127.54

Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum LayakTahun 2016

Page 114: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 98

Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas terdapat di Kabupaten Kotawaringin

Barat sebesar 127.54%, diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 85,93% dan

Kabupaten Katingan sebesar 47.07%. Sedangkan Persentase terendah Penduduk

dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas terdapat di Kabupaten

Kapuas sebesar 5.39%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringn Timur besar 9,76% dan

Kabupaten Lamandau sebesar 15,40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

59.

Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi

syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) per kabupaten/kota di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2016 adalah 80,26% dengan 983 sampel, lebih sedikit

dibandingkan 2015 adalah 80,90% dari 801 sampel yang diperiksa. Ada 6 (enam)

Kabupaten yang capaiannya sebesar 100% yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat,

Lamandau diikuti oleh Kabupaten Sukamara, Katingan, Kapuas dan Kabupaten Barito

Utara Sedangkan kabupaten dengan capaian paling sedikit adalah Kabupaten Pulang

Pisau sebesar 20,8%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Timur 25% dan Kabupaten

Barito Timur sebesar 25,6%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.17 Persentase Kualitas air minum di Penyelenggaraan air minum Syarat Kesehatan per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2017

Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang

layaksecara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala

dalampencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Pulang Pisau

Kotawaringin Timur

Barito Timur

Gunung Mas

Murung Raya

KALTENG

Barito Selatan

Seruyan

Palangka Raya

Kotawaringin Barat

Lamandau

Sukamara

Katingan

Kapuas

Barito Utara

20.8

25.0

25.6

67.2

78.2

80.3

81.4

82.8

84.1

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

100.0

Page 115: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 99

a. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang

sebagaisumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk

sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang

dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang digunakan untuk

minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih dari satu

sumber air yang layak untuk diminum.

b. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju

pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi.

c. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat

operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan, rendahnya

tarif, terbatasnyaSDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang efisien.

d. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,

termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak terlindungi.

3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat)

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disamping faktor

perilaku dan pelayanan kesehatan. Upaya penyehatan lingkungan dilakukan untuk

mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat, antara lain melalui pemberdayaan

masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di sarana pemeliharaan dan

pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

dan pengembangan wilayah sehat.

Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat

yangsehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan

manusia.Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi

derajat kesehatanmasyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di

banyak aspek kehidupan,mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat,

tercemarnya sumber air minumbagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare

dan munculnya beberapa penyakit.

Jumlah penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) menurut

jenis tempat buang air besar yang digunakan per kabupaten/kota pada tahun 2016

sebagian besar penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah menggunakan kloset berjenis

leher angsa sebanyak 683.894 orang, komunal sebanyak 30.037 orang,

cemplung/cubluk sebanyak 63.643 orang, dan plengsengan sebanyak 31.362 orang.

Rincian lengkap penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban

sehat) 2016 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Lampiran 61.

Page 116: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 100

Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang P2P tahun 2017

Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi layak apabila

penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset

yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya

menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode

pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air

atau sumur.

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Komunal; 36037

Leher Angsa; 683894

Plengseng; 31362

Cemplung; 63643

Page 117: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 101

Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2017

Pada Gambar diatas terlihat bahwa Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi

Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

sebesar 31,96% lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 32.33%. Persentase

tertinggi terdapat di Kabupaten Gunung Mas sebesar 76.42% diikuti oleh Kabupaten

Barito Selatan sebesar 55.09% dan Kabupaten Barito Timur sebesar 44.59%.

Persentase terendah terdapat di Kabupaten Kapuas sebesar 15,61%, diikuti oleh

Kabupaten Katingan sebesar 16.50% dan Kabupaten Lamandau sebesar 17,41%.

Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak dilakukan penguatan

Kemitraan Pemerintah–Swasta (KPS) yakni melibatkan LSM Lokal / Nasional /

Internasional, CSR (Corporate Social Responsibility), donor agency internasional,

seperti World Bank, ADB yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas dan

ICWRMIP, serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana

air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih dan

sehat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM.

4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah stop

BABSminimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah

mempunyairencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM menjadi ujung

tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Kapuas

Katingan

Lamandau

Murung Raya

Sukamara

Kotawaringin Timur

KALTENG

Barito Utara

Palangka Raya

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

Seruyan

Barito Timur

Barito Selatan

Gunung Mas

15.6116.5017.4118.81

22.8827.00

31.9634.46

37.7441.7042.37

44.5944.59

55.0976.42

Persentase Jamban Sehat 2016

Page 118: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 102

keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi

dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan

masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target

MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima)pilar yaitu:

a. Stop buang air besar sembarangan,

b. Cuci tangan pakai sabun,

c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,

d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pada tahun 2016 tidak ada desa STBM di Provinsi Kalimantan Tengah, persis

seperti yang terjadi pada tahun 2015 dan 2014. Sedangkan jumlah desa yang

melaksanakan STBM pada tahun 2016 adalah 844 desa/kelurahan (49,8%) lebih tinggi

dibandingkan tahun 2015 adalah 662 (42.1%) desa/kelurahan. Jika dilihat jumlah

desanya, maka yang terbanyak melaksanakan STBM adalah di Kabupaten Barito Timur

yaitu (90.5%), diikuti oleh Kotawaringin Barat sebesar (88.3%) dan Kabupaten

Gunung Mas (73.2%). Kegiatan untuk mempercepat pelaksanaan STBM dilakukan

bersama penyediaan air minum dalam satu kegiatan Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM STBM).

Gambar 6.20 Persentase Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten dan Bidang Kesmas Tahun 2017.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Palangka Raya

Murung Raya

Pulang Pisau

Kotawaringin Timur

Seruyan

Sukamara

Katingan

KALTENG

Barito Selatan

Kapuas

Lamandau

Barito Utara

Gunung Mas

Kotawaringin Barat

Barito Timur

0.034.735.4

41.141.2

43.846.6

49.851.653.253.4

67.073.2

88.390.5

Persentase Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan STBM Tahun 2016

Page 119: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 103

5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan adalah kegiatan bagi umum

yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung

digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki

fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi yang

memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan

bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

masyarakat di sekitarnya. Risiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang

besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu

yang bersamaan.

Tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, Sarana kesehatan dan hotel.

Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan tahun

2016 meliputi sarana pendidikan SD sebesar 49,8%, lebih kecil bila dibandingkan

dengan capaian pada tahun sebesar 76.8%. Pada SMP sebesar 46,6% lebih kecil bila

dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 82.3% dan SMA sebesar

50.3%, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar

70.8%. Kemudian untuk sarana kesehatan yang meliputi puskesmas pada tahun 2016

sebesar 87,1%, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015

sebesar sebesar 79.3% dan rumah sakit sebesar 100% sama dengan tahun

sebelumnya 2015. Dan terakhir capaian hotel berbintang pada tahun 2016 sebesar

50%, lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 75,0%

dan non bintang sebesar 53,5%, lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada

tahun 2015 sebesar 52.8%. Secara keseluruhan cakupan tempat-tempat umum yang

memenuhi persyaratan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016

sebesar 51,16% lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar

76.16%. Lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran tabel 63.

Sedangkan untuk TPM (tempat pengelolaan makanan) yang meliputi jasa boga,

rumah makan/restoran, depot air minum (DAM) dan makanan jajanan yang memenuhi

syarat pada tahun 2016 sebanyak 3.862 buah (56%) dari 6.955 TPM yang diperiksa,

lebih rendah daripada capaian tahun 2015 sebesar 3663 buah (57.5%). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Lampiran tabel (64).

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya

untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan

Page 120: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 104

PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya

penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan masyarakat.

Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2056 adalah 635.023 rumah tangga

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah tangga pada tahun 2015 yang

berjumlah 646.780 buah. Jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak 117.973

buah. Hasil pemantauan rumah tangga pada tahun 2016 menunjukan capaian sebesar

52.7% lebih tinggi bila dibandingkan capai pada tahun 2015 sebesar 44.6%. Cakupan

Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi Kalimantan Tengah dari

tahun 2010 - 2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2010 s/d 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan rumah tangga yang ber-PHBS

di Privinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi, dari tahun 2011 mengalami

penurunan cakupan ber-PHBS sebesar 30.4%, namun ada peningkatan dari tahun 2012

sampai dengan 2014 kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun 2015 menjadi

44.6%, kemudian meningkat lagi menjadi 52.7% pada tahun 2016. Sedang gambaran

cakupan PHBS per Kabupaten Kota pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

41.7

30.4

37

45.7

51.1

44.6

52.7

0

10

20

30

40

50

60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 121: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 105

Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Per Kabupaten/Kota di Provinsi

KalimantanTengah Tahun 2016

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017

Dari gambar diatas di ketahui capai rumah tangga yang sudah ber-PHBS di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 baru mencapai 52.7%. Terdapat dua

kabupaten kota yang telah mencapai target dari yang yang telah ditetapkan yaitu ≥

85% yaitu Kabupaten Kapuas dan Kota Palangka Raya dengan capai masing-masing

sebesar 100%. Sedangkan capaian terendah adalah kabupaten Gunung Mas sebesar

13.9%, Kotawaringin Timur sebesar 24.7% dan kabupaten Pulang Pisau sebesar

32.8%. Ada satu kabupaten yang tidak menyampaikan laporan capai runah tangga

yang ber-PHBS yaitu Kabupaten Barito Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran 57.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Gunung Mas

Kotawaringin Timur

Pulang Pisau

Sukamara

Murung Raya

KALTENG

Kotawaringin Barat

Katingan

Seruyan

Barito Utara

Lamandau

Barito Selatan

Kapuas

Palangka Raya

Barito Timur

13.9

24.7

32.8

46.3

49.1

52.7

57.4

57.5

60.6

60.9

64.2

64.2

100.0

100.0

0.0

Page 122: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 106

BAB VII

TENAGA KESEHATAN

Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem dalam

sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan kesehatan. Upaya dan

pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab,

memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten tenaga

kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun dan sub

rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014

tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga

keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian

medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga

kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara

pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan

kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan

meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap

(PTT), TNI/POLRI, dan swasta.

Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan mutu

pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan belum dapat

terpenuhi secara memadai, khususnya di tingkat kabupaten/kota dikarenakan beban

terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya kegiatan mobilisasi tenaga

kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas tenaga tersebut. Sehingga

menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan tenaga kesehatan di tingkat

kabupaten/kota.

Page 123: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 107

Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, pemerintah membuka

penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang ditempatkan di

daerah. Untuk mencukupi kekurangan tenaga tersebut dilakukan pengangkatan Dokter

Tidak Tetap, Bidan Tidak Tetap dan diupayakan dapat mengangkat tenaga kesehatan lain

sebagai pegawai tidak tetap.

A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN

Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten tenaga

kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun dan sub

rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014

tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga

keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian

medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Pada tahun 2016, jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah

sebanyak 10.481 orang (85.44%) dan tenaga penunjang kesehatan sebanyak 1785 orang

(14.55%). Tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak pada tahun 2016 yaitu perawat

sebanyak 4898 orang atau 46.73% dari total tenaga kesehatan, sedangkan tenaga

kesehatan dengan jumlah paling sedikit yaitu tenaga kesehatan keterapian fisik sebanyak

63 orang atau 0,60% dari total tenaga kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi

tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat

dilihat pada lampiran 72 – 80.

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk mendukung

fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan sumber daya manusia kesehatan baik tenaga

kesehatan maupun tenaga penunjang kesehatan.

Pada peraturan yang sama di Pasal 16 Ayat 3 disebutkan bahwa minimal tenaga

kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,

perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli

teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga

Page 124: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 108

penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi

keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lainnya.

Total SDMK di Puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak

7316 orang yang terdiri dari 6375 orang tenaga kesehatan (87,13%) dan 941 orang

tenaga penunjang kesehatan (12,86%). Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas

terbanyak yaitu tenaga perawat sebanyak 2723 orang (42.71%) diikuti tenaga bidan

sebanyak 2172 orang (34,07%) sedangkan proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas yang

paling sedikit yaitu dokter spesialis gigi sebanyak 2 orang (0.031%).dan tenaga

keterapian fisik sebanyak 2 orang (0.031%).

Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan analisis

beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas

wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di

wilayah kerjanya, dan pembagian waktu kerja.

2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi

dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan dan

diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta. Sedangkan

menurut pelayanan yang diberikan, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah

sakit khusus.

Total SDMK di rumah sakit di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016

sebanyak 4.695 orang yang terdiri dari 3.957 orang tenaga kesehatan (84,28%) dan 738

orang tenaga penunjang kesehatan (15,71%). Jumlah tenaga kesehatan terbanyak yaitu

perawat sebanyak 2.155 orang (54,46%) sedangkan jumlah tenaga kesehatan paling

sedikit yaitu keterepian fisik sebanyak 51 orang (1,28%).

Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit di antaranya pelayanan spesialis

dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spesialis gigi dan mulut.

Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan panyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan

obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi,

radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik. Pelayanan spesialis lain

meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh

Page 125: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 109

darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah

plastik, dan kedokteran forensik.

B. RASIO TENAGA KESEHATAN

Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk

mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan

kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun

2011 – 2025, terget rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019

di antaranya rasio dokter umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per

100.000 penduduk, rasio perawat 180 per 100.000 penduduk, rasio bidan 120 per

100.000 penduduk, rasio perawat gigi 18 per 100.000 penduduk, rasio Apoteker 12 per

100.000 penduduk, rasio Ass Apotekes 24 per 100.000 penduduk, rasio SKM 16 per

100.000 penduduk, rasio Sanitarian 18 per 100.000 penduduk, rasio Nutrisionis/Ahli Gizi

14 per 100.000 penduduk, rasio keterapian fisik 5 per 100.000 penduduk dan rasio

Keterapian Medis 16 per 100.000 penduduk.

1. Dokter Spesialis

Jumlah tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana kesehatan tahun 2016

sebanyak 193 orang lebih banyak dibandingkan tahun 2015 sebanyak 182 orang.

Sedangkan rasio dokter spesialis pada tahun 2016 per 100.000 penduduk Provinsi

Kalimantan Tengah sebesar 7,5 meningkat bila dibandingkan dengan rasio dokter

spesialis per 100.000 tahun 2015 sebesar 7,3. Rasio tersebut masih dibawah target

yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 11 dokter spesialis per 100.000 penduduk.

2. Dokter Umum

Pada tahun 2016 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di sarana

pelayanan kesehatan sebanyak 470 orang, lebih sedikit bila dibandingkan dengan

tahun 2015 yang berjumlah 483 orang. Berdasarkan jumlah dokter umum dan jumlah

penduduk disusun rasio dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di

Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebesar 18.43 dokter umum per

100.000 penduduk, lebih rendah dibandingkan tahun 2015 sebesar 19,358 dokter

umum per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan

untuk tahun 2019 yaitu 45 dokter umum per 100.000 penduduk.

3. Dokter Gigi

Jumlah dokter gigi yang bekerja di sarana kesehatan di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2016 sebanyak 121 orang. Lebih banyak dibandingkan tahun 2015

Page 126: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 110

sebesar 118 orang. Berdasarkan jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk disusun

rasio dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter gigi di Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2016 sebesar 5 dokter gigi per 100.000 penduduk, sama dengan

tahun sebelumnya. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun

2019 yaitu 13 dokter gigi per 100.000 penduduk.

4. Bidan

Jumlah Tenaga Bidan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak

2.694 orang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bidan pada tahun 2015

sebanyak 2.505 orang. Rasio Tenaga Bidan per 100.000 penduduk tahun 2016 adalah

105.64 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan

untuk tahun 2019 yaitu 120 bidan per 100.000 penduduk.

5. Perawat

Tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 yang terdiri dari

perawat dan perawat gigi sebanyak 5.175 orang lebih banyak bila di bandingkan

dengan jumlah perawat pada 2015 sebanyak 4.652 orang, sedangkan rasio tenaga

perawat per 100.000 penduduk pada tahun 2016 adalah 202.92 per 100.000

penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019

yaitu 180 bidan per 100.000 penduduk. Namun perlu diperhatikan penyebaran

tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah masih belum merata, tenaga perawat

banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan saja.

6. Apoteker

Jumlah tenaga Apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016

adalah 136 orang lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 128

orang. Berdasarkan jumlah apoteker dan jumlah penduduk disusun rasio apoteker

per 100.000 penduduk. Rasio apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun

2016 sebesar 5 apoteker per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah

target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 12 apoteker per 100.000 penduduk.

7. Sarjana Kesehatan Masyarakat

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun

2016 berjumlah 250 orang lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak

248 orang. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per 100.000 penduduk pada tahun

2016 sebesar 9.8 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang

ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16 Sarjana Kesehatan Masyarakat per 100.000

penduduk.

Page 127: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 111

8. Tenaga Sanitasi

Tenaga sanitasi terdiri dari Sarjana kesehatan lingkungan, D-III sanitasi dan

D-I sanitasi. Jumlah Tenaga Sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016

sebanyak 178 orang, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah sanitarian yang

bekerja pada sarana kesehatan pada tahun lebih 2014 sebanyak 191 orang. Rasio

tenaga sanitarian per 100.000 penduduk tahun 2016 adalah 7,0 lebih sedikit bila

dibandingkan dengan rasio sanitarian pada tahun 2015 sebesar 8.0. Rasio tersebut

masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 18 Sanitarian per

100.000 penduduk.

9. Tenaga Gizi

Tenaga gizi terdiri dari nutrisionis dan dietisen. Jumlah Tenaga gizi di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak 361 orang lebih banyak bila dibandingkan

dengan jumlah tenaga gizi pada tahun 2015 sebanyak 340 orang. Rasio tenaga gizi

per 100.000 penduduk tahun 2016 adalah 14.2 per 100.000 penduduk. Rasio

tersebut sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 14 tenaga gizi

per 100.000 penduduk.

10. Keterapian Fisik

Pada tahun 2016 jumlah tenaga keterapian fisik yang bekerja di sarana

pelayanan kesehatan sebanyak 63 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun

2015 sebanyak 50 orang. Berdasarkan jumlah tenaga keterapian fisik dan jumlah

penduduk disusun rasio tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk. Rasio tenaga

keterapian fisik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebesar 2 tenaga

keterapian fisik per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang

ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 5 tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk.

11. Keterapian Medis

Pada tahun 2016 jumlah tenaga keterapian medis yang bekerja di sarana

pelayanan kesehatan sebanyak 461 orang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

tenaga keterapian medis pada tahun 2015 sebanyak 446 orang. Berdasarkan jumlah

tenaga keterapian medis dan jumlah penduduk disusun rasio tenaga keterapian

medis per 100.000 penduduk. Rasio tenaga keterapian medis di Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2016 sebesar 18 tenaga keterapian medis per 100.000

penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019

yaitu 16 tenaga keterapian medis per 100.000 penduduk.

Page 128: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 112

BAB VIII P E N U T U P

Keberadaan data dan informasi tentang situasi pembangunan kesehatan di suatu

daerah sangat penting bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen.

Penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan

dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

Di bidang kesehatan, data dan informasi diperoleh melalui penyelenggaraan sistem

informasi kesehatan baik yang dikembangkan oleh pusat maupun yang dikembangkan

oleh masing-masing daerah. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan dari sistem

informasi kesehatan sejak tahun 1998, telah dikembangkan paket sajian data dan

informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI yaitu berupa buku profil kesehatan yang

merupakan kumpulan informasi yang sangat penting tentang gambaran kesehatan di

suatu daerah. Untuk itu buku profil ini sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan,

lintas sektor maupun masyarakat.

Profil Kesehatan Provinsi diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis

besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah

dicapai oleh Provinsi Kalimantan Tengah baik secara umum maupun berdasarkan gender

sepanjang tahun 2016. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil

Kesehatan Provinsi, perlu terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi

secara cepat, tepat dan akurat khususnya yang bersumber dari Kabupaten/Kota dan

pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya.

Palangka Raya, September 2017

Page 129: PPrrooffiill KKeesseehhaattaann 22001166 PPrroovviinnssii ... fileadanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan. Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah