ppok.doc

18
ASKEP KLIEN DENGAN PPOM A. Konsep Teori 1. Pengertian a. PPOM Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis obstruktif, emphysema dan asthma Bronkiale. (Black. JM & Mattarasin. 1993) b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombninasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis obstruktif kronis , emphysema dan asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer. (Engram. 1996) Bronkhitis Kronis Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut. Empisema Perubahan Nantomis parenkim Paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveololaris dan destruksi dinding alveolar

Upload: yano-sipit

Post on 01-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ASFSDGNG

TRANSCRIPT

Page 1: PPOK.doc

ASKEP KLIEN DENGAN PPOM

A. Konsep Teori

1. Pengertian

a. PPOM Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan

udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis obstruktif,

emphysema dan asthma Bronkiale. (Black. JM & Mattarasin. 1993)

b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus

menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombninasi dari 2 atau 3 kondisi

berikut ini (Bronkhitis obstruktif kronis , emphysema dan asthma Bronkiale)

dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit

primer.(Engram. 1996)

Bronkhitis Kronis

Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam

bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum

selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.

Empisema

Perubahan Nantomis parenkim Paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus

alveololaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma bronkiale

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan

bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran

bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yan menyeluruh dari saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2 :

1. Asthma Bronkiale alergenik

2. asthma bronkale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan

khusus mengenai penyakit asma

Page 2: PPOK.doc

2. PATOGENESIS PPOK

a. Patofisiologi Bronkitis dan Empisema

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK FAKTOR POLUSI UDARA ( KEKURANGAN 1 – ANTI TRIPSIN ) TIDAK DIKETAHUI

GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR HIDUPPEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG

PERADANGAN BRONKUS & ALVEOLUS

SAAT EKSPIRASI SAL. UDARA YG KECIL KOLAPS

PERADANGANJALAN UDARA

DINDING BRONKIALE HYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR

PECAH

SAAT EKSPIRASI SAL. UDARA YG KECIL KOLAPS

SERING CLE PLE PADABRONKIOLITIS TERJADI CLE DAN LANSIA KRONIS PLE TIDAK

TIMBUL GEJALA

CLE BRONKEOLITIK KRONIK SERINGTERJADI PLE

Page 3: PPOK.doc

3. Penyebab PPOM

a. Bronkitis Kronis

1) Faktor tak diketahui

2) Merokok

3) Polusi Udara

4) Iklim

b. Emphisema

1) Faktor tak diketahui

2) Predisposisi genetic

3) Merokok

4) Polusi udara

c. Asthma Bronkiale

Faktor Prediasposisi nya adalah :

1. Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)

2. Infeksi saluran nafas

3. Stress

4. Olahraga (kegiatan jasmani berat )

5. obat-obatan

6. Polusi udara

7. lingkungan kerja

8. Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4. Gambaran Klinis

a. Asthma Bronkiale

Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas.

Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada ( dada terasa berat ),

Whezing,, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

Page 4: PPOK.doc

b. Manifestasi klinis empisema dan bronchitis kronis

Gambaran Empisema Bronkitis

Mulai timbul Usia 30 – 40 tahun 20 – 30 tahun batuk akibat

merokok (cacat pada usia

pertengahan)

Sputum Minimal Banyak sekali

Dispne Dispnea relatif dini Lambat

Rasio V/Q Ketidakseimbangan minimal Ketidakseimbangan nyata

Bnetuk Tubuh Kurus dan ramping Gizi cukup

Diameter AP dada Dada seperti tong Tidak membesar

Gambaran respirasi Hyperventilasi hypoventilasi

Volume Paru FEV 1 rendah

TLC dan RV meningkat

FEV 1 rendah

TLC normal RV

meningkat moderat

Pa O2

Sa O 2

Norml/rendah

normal

Meningkat

Desaturasi

Polisitemia normal Hb dan Hematokrit

meningkat

Sianosis Jarang sering

5. Managemen Medis

Intervensi medis bertujuan untuk :

1) Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme

bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan

2) Memelihara keefektifan pertukaran gas

3) Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan

4) Meningkatkan toleransi latihan

5) Mencegah allergen

6) Membebaskan ansietas dan depresi yang sering menyertai adanya

obstruksi jalan nafas

7) Mencgah komplikasi( gagal nafas akut dan status asmatikus)

Page 5: PPOK.doc

Managemen medis yang diberikan berupa

1) Pharmakologis management

a) anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)

b) bronkodilator

adrenergik : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif

Non adrenergik : aminophilin, tefilin

c) Steroid

d) Anti biotic

e) Ekspektoran

2) Hygiene Paru (nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase)

3) Exercise

4) Menghindari bahan iritans

5) Diet

6) Oksigen suplai

6. Pemeriksaan diagnostik

a. sinar X

b. test faal paru

1) TLC : menurun pada empisema

2) Kapasitas ispirasi menurun

3) Volume residu : meningkat pada empisema, bronchitis dan asthma

4) FEV1/FVC menurn pada bronchitis dan astma

c. GDA

PaO2 menurun, Pco2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal

asidotik, alkalosisi respiratoroik ringan sekunder.

d. bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkian pada ekspirasi

kuat

e. Sputum : kultur adanya infeksi

f. EKG

Page 6: PPOK.doc

7. Management Keperawatan

a. Pengkajian

Aktivitas dan

Istirahat

Gejala Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari kaena sulit

bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea

pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

Tanda Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehi- langan

masa otot

Sirkulasi

Gejala Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung

Distensi vena leher, sianosis perifer

Integritas ego

Gejala/tanda Ansietas, ketakutan dan peka rangsang

Makanan/cairan

Gejala Mual/muntah

Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress

pernafasan

Penurunanan BB menetap (empisema ) dan peningkatan BB

karena edema ( Bronkitis)

Tanda Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB,

penurunan massa otot

Hygiene

Gejala Penurunan Kemampuan /peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas tubuh

Tanda Kebersihan buruk, bau badan

Pernafasan

Gejala Nafas p[endek, khususnya pada saat kerja , cuaca atau episode

serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk

bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari

Page 7: PPOK.doc

selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.

Spuum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)

Episode batuk hillang timbuldan tidak produktif (empisema),

Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin

Tnda Respirasi cepat dangkal, bias melambat, fas ekspirasi

memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)

Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan

diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup

Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat

juga redup/pekak karena adanya cairan

Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0

Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.

Seksualita Libido menurun

Interkasi social

Gejala Hubungan ketergantungan , kurang sisitem pendukung

tanda Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan anatr keluarga

b. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

sekresi lendir

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan swpame bronkus

3. Perubahan nutris kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan

masukan oral sekunder dari anoreksia

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya

immunitas tubuh

5. kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

c. Perencanaan

Perncanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan criteria hasil dari

masing masng masalah yang ditemukan.

Page 8: PPOK.doc

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional

Bersihan jalan nafas tidak

efektif berhubungan

dengan peningkatan sekresi

lendir

Klien dapat mening-katkan

bersihan jalan nafas

Kriteria hasil

1. mampu

mende-monstrasikan

batuk terkontrol

2. intake

cairan ade-quat

1. Kaji kemampuan klien memobilisasi

sekresi, jika tidak mampu :

a. ajarkan batuk terkontrol

b. gunakan section

c. Lakukan fisioterapi dada

2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan

auskultasi dada untuk mengetahui

kualitas suara nafas

3. Berikan obat sesuai dengan resep ;

mukolitik, ekspektorans

4. Anjurkan minum kurang lebih 2 lt bila

tidak ada kontra indikasi

5. anjurkan klien mencegah infeksi /

stressor

a. asap rokok

b. kontak dengan penderita

influenza

c. vaksinasi

1. Memantau tingkat

kepatenan jalan nafas dan

meningkatkan kemampuan

klien merawat diri /

membersihkan/membebask

an jalan nafas

2. Memantau kemajuan

bersihan jalan nafas

3. Mengencerkan secret agar

mudah dikeluarkan

4. mengencerkan sekert

5. Menghindarkan bahan

iritan yang menyebabkan

kerusakan jalan nafas

Page 9: PPOK.doc

Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan

pembatasan jalan nafas

(obstruksi )

Menunjukkan perbaikan

ventilasi 9oksigenasi)

Criteria hasil

a. Gas arteri

dalam batas normal

b. Warna kulit

perifer membaik

(tidak cianosis)

c. RR : 12 – 24

x /menit

d. Bunyi nafas

bersih

e. Ketidaknya

manan dada –

f. Dspnea –

g. Nadi 60 –

100 x/menit

1. Observasi status pernafasan, hasil gas

darah arteri, nadi dan nilai oksimetri

2. Awasi perkembangan lembran mukosa /

kulit (warna)

3. Observasi tanda vital dan status

kesdaran

4. Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi

aktivitas klien

5. Berikan oksigenasi yang telah

dilembabkan

6. Pertahankan posisi fowler dengan tangan

abduksi dan disokong dengan bantal

atau duduk condong ke depan dengan

ditahan meja.

7. kolaborasi untuk

a. Berikan obat yang telah

diresepkan

b. Berika obat depresan saraf

dengan hati-hati (sedatif/narkotik

1. Memantau

perkembangan kegawatan

pernafasan

2. Gangguan Oksigenasi

perifer tampak cianosis

3. Menentukan status

pernafasan dan kesadaran

4. Mengurangi penggunaan

energi berlebihan yang

membutuhkan banyak

Okigen

5. Memenuhi kebutuhan

oksiegen

6. Meningkatkan kebebasan

suplay oksiegn

7. Obat depresan akan

mendepresi system

pernafasan dan

menyebabkan gagal nafas

Page 10: PPOK.doc

6.

dari kebutuhan

berhubungan dengan

kesulitan masukan oral

sekunder dari anoreksia

Klien menunjukkan

peningkatan status nutrisi

Kriteria hasil

a. tidak kehilangan BB

berlanjut

b. Masukan makanan dan

cairan meningkat

c. Urine tidak pekat

d. Output urine meningkat

e. Kulit tidak kering

f. Tonus otot membaik

1. Kaji kebiasaan diit. Catat derajat

kesulitan makan/masukan. Evaluasi BB

2. Berikan perawaatan oral

3. Hindari makanan penghasil gas dan

minuman karbont

4. Sajikan menu dalam keadaan hangat

5. Anjurkan makan sedikit tapi sering

6. Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan

diit

1. Pasien distress pernafasan

sering anoreksia. Dan juga

sering mempunyai pola makan

yang buruk. Sehingga

cenderung Bb menurun

2. kebersihan oral

menhilangkan bakteri

penumbuh bau mulut dan

eningkatkan rangsangan /nafsu

makan

3. menimbulkan distensi

abdomen dan meningkatkan

dispnea

4. Menu hangat mempenga-

ruhi relaksasi spingkter / saluran

pencrnaan shg respon

mual/muntah berkurang

5. menegah perut penuh dan

menurunkan resiko mual

6. Menentukan diit yang

Page 11: PPOK.doc

tepat sesuai perhitungan ahli

gizi

Page 12: PPOK.doc

Reference

1. Blac,MJ Jacob. 1993. l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A

Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

2. Barbara Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.

Penerbit EGC. Jakarta

3. marylin E doengoes. 2000. Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk

Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta

4. Sylvia Anderson.1990. Patofisiologi konsep Klinis proses Penyakit. EGC. Jakarta

Page 13: PPOK.doc