ppkn

19
Implementasi Pancasila Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil mendirikan negara merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bisa dikatakan baru mulai, yaitu upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Para pendiri Negara (the founding father) telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai- nilai yang telah ada dalam budaya bangsa, kemudian disebut nilai- nilai Pancasila. Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPPK oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan dengan Ketetapan No. I/MPR/1988 No. I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga sekarang. Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila. Bagaimana sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia selama ini dan pentingnya upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan kesatuan NKRI.

Upload: steven

Post on 29-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dsdasdasdasdasda

TRANSCRIPT

Page 1: ppkn

Implementasi Pancasila

Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil mendirikan negara merdeka,

perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bisa dikatakan baru mulai, yaitu upaya menciptakan

masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945.

Para pendiri Negara (the founding father) telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi

nilai-nilai yang telah ada dalam budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai Pancasila.

Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPPK

oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah menurut hukum

menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 berhubungan dengan Ketetapan No. I/MPR/1988 No.

I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga sekarang.

Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka seluruh kehidupan

bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan hukum Pancasila

sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa

ini haruslah berpedoman kepada Pancasila. Bagaimana sebetulnya implementasi Pancasila dalam

sejarah Indonesia selama ini dan pentingnya upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai

Pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan kesatuan

NKRI.

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada masa orde lama, tanggal

18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi

Soekarno akhirnya menjadi presiden yang pertama Republik Indonesia.

Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalam

Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai

tokoh nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima)

yang kemudian dinamakan Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib diimplementasikan dalam

seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata

Page 2: ppkn

tidaklah mulus, karena sangat dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara, sehingga

pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu

A. Masa Orde Lama.

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi

dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan

dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana

transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama

adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.

Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3

periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan

periode 1959-1966.

Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari

itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis

oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan

negara dengan dasar islam. Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika

menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia.

Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam kehidupan

politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan,

sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya

berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri.

Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya walaupun

konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam

praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.

Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat

bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Sistem

pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini

persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS,

PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi

berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi

anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini

Page 3: ppkn

menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah

mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku,

dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama

periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin

stabilitas pemerintahan.

Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada

pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada

kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap

Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden

seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang

ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat

yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan

Pancasila dengan ideologi lain. Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan

pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan

bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia,

demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI

dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di dunia

internasional dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan. Kesimpulan

yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideology otoriter, konfrotatif dan tidak

member ruang pada demokrasi bagi rakyat.

B. Masa Orde Baru.

Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila. Situasi

internasional kala itu masih diliputi konflik perang dingin. Situasi politik dan keamanan dalam

negeri kacau dan ekonomi hampir bangkrut. Indonesia dihadapkan pada pilihan yang sulit,

memberikan sandang dan pangan kepada rakyat atau mengedepankan kepentingan strategi dan

politik di arena internasional seperti yang dilakukan oleh Soekarno.

Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila, diliputi oleh paradigma yang

esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas guna mendukung rehabilitasi dan

pembangunan ekonomi. Istilah terkenal pada saat itu adalah stabilitas politik yang dinamis

Page 4: ppkn

diikuti dengan trilogi pembangunan. Perincian pemahaman Pancasila itu sebagaimana yang kita

lihat dalam konsep P4 dengan esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad

politik dengan melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang disebut dengan P4 (Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan

pada pengalaman era sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.

Pada awalnya memang memberi angin segar dalam pengamalan Pancasila, namun beberapa

tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa

Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghormatan dari dunia

internasional, Tapi kondisi politik dan keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan

sentralistik dan otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan

tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi

dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Pancasila seringkali digunakan

sebagai legimitator tindakan yang menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas

nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang kebebasan untuk berkreasi.

Kesimpulan, Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya

menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan

kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

C. Masa Orde Reformasi

Seperti juga Orde Baru yang muncul dari koreksi terhadap Orde Lama, kini Orde Reformasi, jika

boleh dikatakan demikian, merupakan orde yang juga berupaya mengoreksi penyelewengan yang

dilakukan oleh Orde Baru. Hak-hak rakyat mulai dikembangkan dalam tataran elit maupun

dalam tataran rakyat bawah. Rakyat bebas untuk berserikat dan berkumpul dengan mendirikan

partai politik, LSM, dan lain-lain. Penegakan hukum sudah mulai lebih baik daripada masa Orba.

Namun, sangat disayangkan para elit politik yang mengendalikan pemerintahan dan kebijakan

kurang konsisten dalam penegakan hukum. Dalam bidang sosial budaya, disatu sisi kebebasan

berbicara, bersikap, dan bertindak amat memacu kreativitas masyarakat. Namun, di sisi lain

justru menimbulkan semangat primordialisme. Benturan antar suku, antar umat beragama, antar

kelompok, dan antar daerah terjadi dimana-mana. Kriminalitas meningkat dan pengerahan masa

menjadi cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berpotensi tindakan kekerasan.

Page 5: ppkn

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan primordialisme

sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran menurunnya pemahaman

tentang Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar filsafati negara, azas, paham negara. Padahal

seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang terdiri dari lima sila (sikap/ prinsip/pandangan

hidup) dan merupakan suatu keutuhan yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari

kepribadian bangsa Indonesia yang majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan budaya

yang bersumpah menjadi satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan, sesuai dengan

sesanti Bhineka Tunggal Ika.

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang

ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal maupun konflik

vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai konflik yang terjadi dan

telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa dalam kehidupan masyarakat,

seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila yang lebih

mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat Presiden. Pergantian

presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada era Habibie, Abdurrahman Wahid,

dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila secara formal tetap dianggap sebagai dasar dan ideologi

negara, tapi hanya sebatas pada retorika pernyataan politik. Ditambah lagi arus globalisasi dan

arus demokratisasi sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak tertarik

merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya Pancasila sebagai

ideologi dan dasar negara.

Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa Indonesia

khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam berpartisipasi

membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan

yang berat. Timor-Timur yang telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan

pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga

mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak

segan-segan, sebagian masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan

kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar.

Page 6: ppkn

Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang dikenal dengan ”subversi asing”, yakni kita

saling menghancurkan negara sendiri karena campur tangan secara halus pihak asing. Di dalam

pendidikan formal, Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai pelajaran wajib sehingga nilai-nilai

Pancasila pada masyarakat melemah.

2.2 Pancasila Pasca ReformasiPancasila mengandung makna yang amat penting bagi sejarah perjalanan Bangsa Indonesia.

Karena itulah Pancasila dijadikan sebagai dasar negara ini. Artinya segala tindak tanduk dari

orang-orang yang termaktub sebagai warga negara dari republik yang bernama Indonesia,

haruslah didasarkan pada nilai-nilai dan semangat Pancasila. Apakah dia sebagai seorang politisi,

birokrat, aktivis, buruh, mahasiswa dan lain sebagainya. Pancasila dan UUD 1945 sudah final

dan tidak boleh lagi diganggu gugat sebagai landasan dan falsafah yang mengatur dan mengikat

kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila pun terbukti sangat ampuh sebagai pedoman

kehidupan bersama, termasuk kehidupan dalam berpolitik. Tidak ada yang lain. Ideologi

Pancasila dan UUD 1945 tidak perlu lagi diperdebatkan lagi. Itu sudah menjadi kesepakatan

masyarakat Indonesia ketika negara ini didirikan. Bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila tersebut adalah hasil dari penggalian karakter dan budaya masyarakat Indonesia.

Sejarah kesaktian Pancasila adalah sejarah yang sangat berharga. Peringatan Hari Kesaktian

Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, harus dijadikan sebagai kesempatan untuk merefleksikan

tentang pemaknaan nilai-nilai dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah dasar negara.

Pancasila adalah asal tunggal dan menjadi sumber dari segala sumber hukum yang mengatur

masyarakat Indonesia, termasuk kehidupan berpolitik. Karena itu, partai politik sebagai salah

satu infrastruktur politik dan segala sesuatu yang hadir dan lahir di negara ini, harus tunduk dan

taat pada Pancasila.Indoktrinasi Pancasila yang dilakukan pemerintahan Orde Baru selama 32

tahun ternyata tidak banyak menyentuh pemahaman publik atas dasar negara Indonesia itu.

Pancasila lebih banyak dimaknai sebagai konsepsi dan alat politik penguasa. Memang rezim

Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus

berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia.Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya

sangat mengecewakan kita semua. Sadar atau tidak sadar, rezim Orde Baru kian lama kian

menggeser hakekat perjuangan mempertahankan Pancasila menjadi perjuangan untuk

Page 7: ppkn

mempertahankan kekuasaan. Acapkali kiat yang digunakan rezim Orde Baru dalam menghadapi

sikap yang berseberangan dengan pemerintah ialah dengan membenturkannya dengan persoalan

ideologi. Ideologi yang sebenarnya bersifat sistemik tidak boleh bertentangan dengan ideologi

yang resmi yaitu Pancasila yang sudah direduksi oleh ideologi negara/Orde Baru. Disinilah

terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru. Ideologi yang bertentangan

akan berada dalam kategori yang harus dimusnahkan atau ditindak. Pengasastunggalan Pancasila

merupakan cara rezim Orde Baru untuk menyatukan pandangan-pandangan, tetapi akhirnya

menjadi penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif dan kritis

menjadi takut. Belum lagi penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-

Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Juli dan

seterusnya. Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi

(keturunan) dan masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali

mereka hanya dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.

Sedangkan orang-orang yang dijadikan tapol dan napol dijadikan sebagai contoh bagi

masyarakat bagaimana kalau mereka tidak tunduk kepada penguasa. Inilah salah satu contoh

bentuk kekerasan politik.

Produk hukum Orde Lama, yaitu UU No. 11/PNPS/ 1963 tentang Anti Subversi merupakan

salah satu alat yang dipakai penguasa Orde Baru untuk menjerat pi hak-pihak yang dianggap

berseberangan dengan pemerintah dengan dalih GPK, PKI, OTB, dan sebagainya. Penguasa

Orde Baru bukan lagi memberantas kejahatan terhadap negara tetapi justru mereka telah

melakukan berbagai bentuk kejahatan politik dan melanggar HAM. Dengan subjektivitasnya,

penguasa ORBA bertindak sebagai "wasit" yang menilai warganya, apakah perbuatan seseorang

itu tergolong subversif atau bukan. Dalam hal ini hanya masyarakat pembangkang saja yang

diposisikan sebagai obyek UU Subversi itu. Sedangkan pihak-pihak yang melakukan korupsi,

kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi bahagian dari sistem pemerintahan Orde Baru. Ditinjau

dari segi demokrasi sebagai wujud pelaksanaan Sila IV, rezim Orde Baru justru menghambat

proses demokratisasi itu sendiri. Antara lain; dengan proses departaisasi atau pembatasan jumlah

Page 8: ppkn

partai, pengekangan kebebasan pers, penahanan dan penculikan para aktivis demokrasi, rekayasa

politik, kecurangan dalam pemilu, dan sebagainya. Di bidang hukum, penyelesaian kasus yang

berkaitan dengan penguasa tidak mencerminkan rasa keadilan, misalnya; kasus Marsinah, kasus

Kedung Ombo, kasus Ohee (Irian Jaya), kasus Udin, kasus Jamsostek yang melibatkan pejabat

negara, dan lain-lain.

Akumulasi ketidakadilan dan kebobrokan rezim Orde Baru seakan-akan memuncak ketika gong

reformasi mulai dibunyikan. Akibatnya, menjelang dan sesudah Soeharto "lengser" dari jabatan

Presiden RI, 21 Mei 1998 lalu, berbagai peristiwa dan kondisi buruk kembali mewarnai

kehidupan bangsa kita sekaligus menjadi cobaan berat bagi Pancasila sebagai dasar dan ideology

negara. Pemaknaan baru selama Orde Reformasi, di satu sisi, juga memperlemah memori publik

soal dasar negara ini. Orde Baru sepanjang kekuasaannya bisa menanamkan Pancasila sebagai

doktrin absolut. Upaya doktrinasi dilakukan secara komprehensif lewat pendidikan. Ideologisasi

Pancasila tak hanya ditekankan dalam sistem kepartaian dan praktik politik, tetapi juga dalam

ranah pendidikan, mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Ideologisasi

yang dilakukan secara represif di tatar pendidikan mengarah pada pengultusan Pancasila sebagai

simbol keramat. Ini dilakukan melalui langkah seperti pembacaan teks Pancasila di setiap

upacara di setiap sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah tingkat atas, indoktrinasi melalui

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), hingga pendidikan kewiraan di tingkat

perguruan tinggi. Pascaruntuhnya Orde Baru, gelombang keterbukaan membuka kemungkinan

masyarakat untuk memaknai ulang Pancasila sebagai dasar negara. Wacana soal apakah

Pancasila merupakan ideologi atau bukan berkembang selama rezim reformasi. Sejumlah

kelompok menerjemahkan Pancasila bukan sebagai ideologi, melainkan kontrak sosial yang

dirumuskan para founding fathers saat mendirikan negara ini.

Onghokham adalah salah satu tokoh yang menyatakan Pancasila bukanlah falsafah atau ideologi.

Pancasila adalah dokumen politik dalam proses pembentukan negara baru, yakni kontrak sosial

yang merupakan persetujuan atau kompromi di antara sesama warga negara tentang asas negara

baru. Ia menyamakan Pancasila dengan dokumen penting beberapa negara lain, seperti Magna

Carta di Inggris, Bill of Right di Amerika Serikat, atau Droit de l’homme di Perancis. Pancasila

Page 9: ppkn

sebagai sebuah kontrak sosial dari pendiri bangsa ini faktanya memang mampu bertahan hingga

kini. Sejarah mencatat sejumlah upaya penggeseran landasan negara kepada bentuk asas lain

pada masa awal berdirinya bangsa ini menemui kegagalan. Namun, setelah melampaui sekian

banyak tantangan, eksistensi Pancasila sejauh ini masih banyak dimaknai sebagai konsepsi

politik yang substansinya belum mampu diwujudkan secara riil.

Semenjak Orba ditumbangkan oleh gerakan reformasi, Pancasila sebagai ideologi bangsa

Indonesia telah kehilangan tempatnya yang mapan. Semacam ada phobia dan ke-alergi-an

masyarakat negara-bangsa ini untuk mengakui Pancasila apalagi mencoba untuk menelaahnya.

Meskipun negara ini masih menjaga suatu konsensus dengan menyatakan Pancasila sebagai

ideologi bangsa. Namun secara faktual, agaknya kita harus mempertanyakannya kembali. Karena

saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap

terjadi. Apalagi ditengah kegalauan dan kegagalan negara-bangsa menapak dengan tegak jalur

sejarahnya sehingga selalu jatuh bangun dan labil.Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang

diakui di negeri ini, sempat menjadi sema.

SUDAH hitungan tahun Indonesia memasuki era reformasi. Berbagai perubahan dilakukan untuk

memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi

Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab.

Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Mampukah Pancasila

memberikan pengharapan lebih baik untuk negeri ini? Dilihat dari faktanya sungguh

memprihatinkan. Reformasi belum berlansung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan

secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila,

tetapi belum memahami makna sesungguhnya.

Bangsa Indonesia merasakan delapan tahun berselang ini, terutama pada awal-awal reformasi, di

sana-sini dalam penggal-penggal waktu tertentu muncul semacam disorientasi, penolakan,

konflik, kegamangan, pesimisme, apatisme, demoralisasi, kekosongan, kemarahan dan bahkan

kebencian. “Kita alami bersama-sama dan sebagian sudah dapat kita lewati, sebagian masih kita

rasakan sisanya, sebagian masih terasa mencekam dalam kehidupan kita bersama dewasa ini.

Orang lantas sering berbicara lantang, kita mesti membangun Indonesia baru karena itu dalam

konteks itu muncul sejumlah kecenderungan. Secara sosiologis kita mengetahui kerawanan

Page 10: ppkn

dalam masa transisi, nilai dan tatanan lama telah ditinggalkan, sementara nilai dan tatanan baru

belum terwujudngat perjuangan dan pemikiran setiap warga negara Indonesia.

Eksistensi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi dasar, acuan atau paradigma baru.

Pancasila adalah dasar negara yang sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam

UUD 1945. Tetapi sekarang bangsa ini sering mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi

yang benar justru melaksanakan atau mengamalkan Pancasila untuk kehidupan berbangsa,

bernegara, dan bermasyarakat. Dengan jiwa Pancasila seharusnya gerakan reformasi harus

mampu menggalang persatuan demi pembenahan krisis multidimensional dewasa ini. Tidak satu

golonganpun bisa memenangkan reformasi tanpa persatuan dengan golongan-golongan lainnya.

Pengalaman kegagalan dan kemacetan gerakan reformasi selama ini telah membuktikan hal itu.

Dengan persatuan setapak demi setapak gerakan reformasi akan diharapkan membawa Indonesia

menjadi negara yang demokratik, kuat sentosa, aman tenteram dan adil makmur. Harap

dicamkan: ”Persatuanlah yang membawa kita ke arah kebesaran dan kemerdekaan..” Dan agar

persatuan bisa tercapai: “Kita harus bisa menerima; tetapi kita juga harus bisa memberi. Inilah

rahasianya Persatuan” Demikianlah “2 kalimat kunci persatuan” Bung Karno yang diamanatkan

kepada kita bangsa Indonesia 76 tahun yang lalu.

Agar Pancasila yang telah dikaitkan langsung dengan doktrin Bhinneka Tunggal Ika itu dapat

berjalan dengan stabil, seluruh kaidahnya harus dituangkan dalam format hukum, yang selalu

harus dijaga agar sesuai dengan perkembangan rasa keadilan masyarakat. Kita patut bersyukur,

bahwa empat kali amandemen UUD 1945 dalam era reformasi nasional telah mampu

menampung dinamika bangsa ini, khususnya dengan mengakui kesetaraan antara berbagai unsur

dalam batang tubuh bangsa Indonesia serta mewadahinya dalam sistem dan struktur

pemerintahan yang baru.

 

KESIMPULAN :

·         Konsep Pancasila sebagai asar negara di ajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya di hari

terakhir siding pertama BPUPKI tanggal 1 juni 1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila

sebagai dasar falsafah negara atau filosophischegrondslag bagi mnegara Indopnesia merdeka.

Page 11: ppkn

·         Bangsa dan negara RI dengan ideologi Pancasila meiliki cita-cita atau pandangan dalam

mendukung tercapainya tujuan nasional negara RI.

Idiologi pancasila memiliki berbagai aspek, baik berupa cita-cita pemikiran atau nilai-nilai

maupun norma yang baik dapat di realisasikan dalam kehidupan praksis dan bersifat terbuka

dengan memiliki tiga dimensi yaitu:

a. Dimensi idialis artinya nilai-nilai dasar dari pancasila memilikiu sifat yang sistematis,juga

rasional dan bersifat menyeluruh.

b. Dimensi normatis merupakan nilai-nilai yang terrkandung dalam sila pancasila yang perlu di

jabarkan kedalam system norma sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma negara.

c. Dimensi realistis adalah nilai-nilai pancasila yang di maksud di atas harus mampu memberikan

pencerminan atas realitas yang hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme-

liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak individu

maupun hak masyarakat baik di bidang ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi kita

mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun individualisme. Demokrasi yang

dikembangkan, bukan demokrasi politik semata seperti dalam ideologi liberal-kapitalis, tetapi

juga demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme liberal dasar perekonomian bukan usaha

bersama dan kekeluargaan, namun kebebasan individual untuk berusaha. Sedangkan dalam

sistem etatisme, negara yang mendominasi perekonomian, bukan warga negara baik sebagai

individu maupun bersama-sama dengan warga negara lainnya

SARAN :·         Kegunaan teoritik bahwa dengan mempelajari filsafat orang bertambah pengetahuanya.bahkan

ia mampu mempelajari segala sesuatu dengan cara yang baik.mendalam dan lebih luas.

Bagi bangsa Indonesia , filsafat Pancasila sangat berguna, selain manusia sebagai perseorangan

juga sebagai warga suatu masyarakat bangsa mendukung cita-cita ataupun tujuan nasional,

karena filsafat pancasila adalah landasan dasarnya, juga landasan dasar berpikir segenap bangsa

dan negara Indonesia.

·         Menghadapi era globalisasi ekonomi, ancaman bahaya laten terorisme, komunisme dan

fundamentalisme merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Disamping itu

Page 12: ppkn

yang patut diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di Indonesia yang kini semakin kuat.

Ketika bangsa ini kembali dicoba oleh pengaruh asing untuk dikotak kotakan tidak saja oleh

konflik vertikal tetapi juga oleh pandangan terhadap ke Tuhanan Yang Maha Esa.Maka dari itu

Perlunya Penanaman Pancasila dalam kehidupan