pph 25

20
Tabel PPh Final Dasar Hukum Jenis Penghasilan DPP Tarif PP 131/2000 Bunga Deposito. Tabungan, dan SBI Jumlah Bruto 20% PP 14/1997 Penjualan saham di bursa Jumlah Bruto - Saham pendiri 0,6% - Saham bukan pendiri 0,15% PP 04/1995 Penjualan saham milik perusahaan model ventura Jumlah Bruto 0,1 PP 132/2000 Hadiah undian Jumlah Bruto 25% PP 71/2008 Pengalihan hak atas tanah dan bangunan Jumlah Bruto Nilai Pengalihan atau NJOP, mana yang lebih tinggi RS dan RSS 1% Selain RS dan RSS 6% PP 5/2002 Persewaan tanah dan/atau bangunan Jumlah Bruto 10% PP 51/2008 jo PP 40/2009 Jasa konstruksi Nilai kontrak Pelaksaaan: - Memiliki kualifikasi usaha kecil 2% - Tidak memiliki kualifikasi 3% - Selain diatas 4% Perencanaan/ pengawasan: - Memiliki kualifikasi usaha 4% - Tidak memiliki kualifikasi 6% PP 15/2009 Bunga simpanan koperasi Jumlah bunga - S.d Rp 240.000,00, 0%

Upload: rere-princessnya-sii-jeleg-jeleg

Post on 12-Jun-2015

12.416 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pph 25

Tabel PPh Final

Dasar Hukum Jenis Penghasilan DPP TarifPP 131/2000 Bunga Deposito.

Tabungan, dan SBIJumlah Bruto 20%

PP 14/1997 Penjualan saham di bursa

Jumlah Bruto - Saham pendiri 0,6%- Saham bukan pendiri

0,15%PP 04/1995 Penjualan saham

milik perusahaan model ventura

Jumlah Bruto 0,1

PP 132/2000 Hadiah undian Jumlah Bruto 25%PP 71/2008 Pengalihan hak atas

tanah dan bangunanJumlah Bruto Nilai

Pengalihan atau NJOP, mana yang lebih tinggi

RS dan RSS 1%Selain RS dan RSS 6%

PP 5/2002 Persewaan tanah dan/atau bangunan

Jumlah Bruto 10%

PP 51/2008 jo PP 40/2009

Jasa konstruksi Nilai kontrak Pelaksaaan:- Memiliki kualifikasi usaha

kecil 2%- Tidak memiliki kualifikasi

3%- Selain diatas 4%Perencanaan/pengawasan:- Memiliki kualifikasi usaha

4%- Tidak memiliki kualifikasi

6%PP 15/2009 Bunga simpanan

koperasiJumlah bunga -S.d Rp 240.000,00, 0%

-Diatas Rp 240.000,00, 10%PP 16/2009 Bunga obligasi Jumlah bunga dan/atau

diskonto-WPDN & BUT 15%-WPLN 20% atau tarif P3B-WP reksadana:

2009-2010, 0%2011-2013, 5%2014 sdt, 15%

PP 17/2009 Transaksi derivatf di bursa

Margin awal 2,5%

PP 19/2009 Dividen yang diterima orang

pribadi

Jumlah dividen 10%

PP 138/2000 jo 79/PMK.03/2008

Selisih lebih revaluasi aktiva tetap

Selisih lebih revaluasi 10%

Page 2: Pph 25

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Ketentuan pasal 25 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur tentang

penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam

tahun berjalan. Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:

1. Wajib Pajak membayar sendiri (PPh pasal 25).

2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21, 22, 23, dan

24).

Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan dalam tahun

pajak berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Besarnya angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar

sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan untuk setiap bulan.

Angsuran Pajak PPh Pasal 25 dibayarkan setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berikut,

dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 bulan berikut.

Contoh :

Untuk masa pajak Januari 2012, maka angsuran PPh Pasal 25 disetor paling lambat

tanggal 15 Pebruari 2012 dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 Pebruari 2012

Perhitungan Angsuran  Pajak PPh  Pasal 25 berasal dari SPT Tahunan PPh Orang

Pribadi dan SPT Tahunan PPh Badan atau data lainnya sesuai ketentuan yang diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurur Surat

Pemberitahuaan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

1. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dalam pasal 21 dan pasal 23 serta

Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.

2. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar begeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dalam Pasal 24.

Dibagi 12 (dua belas( atau sebanyak bulan dalam bagian tahun pajak.

Page 3: Pph 25

Contoh: Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang terutang

sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00

Pada 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00

2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00

3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00

4. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00

Rp 24.000.000,00

Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000,00

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

PPh yang terutang tahun 2009 Rp 30.000.000,00

Pengurang:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00

2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00

3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00

Rp 12.000.000,00

Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 Rp 18.000.000,00

Besarnya PPh pasal 25 per bulan:

Rp 18.000.000,00 / 12 = Rp 1.500.000,00

Sehingga Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun

2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00

Beberapa Masalah/Kasus untuk Menghitung Besarnya PPh Pasal 25

1. Angsuran bulanan untuk bulna sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh

Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT

Tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak.

Contoh: Tuan Dias menyampaikan SPT Tahunan PPh 2009 pada bulam Maret 2010.

Angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2009 adalah Rp 1.000.000,00. Maka

besarnya angsusran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2010 masing-

masing adalah Rp 1.000.000,00. Sehingga Tuan Dias harus membayar sendiri

angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Januari dan Februari 2010 masing-masing adalah

Rp 1.000.000,00.

2. Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu

Page 4: Pph 25

Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun

pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan

Pajak tersebut dan berlaku mulai bilan depan berikutnya setelah bulan penerbitan

Surat Ketetapan Pajak.

Contoh: Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak

2007 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Maret 2008, perhitungan besarnya

angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp 1.250.000,00. Dalam bulan Juli

2008 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak tahun pajak 2007 yang menghasilkan

besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp 2.000.000,00. Berdasarkan

ketentuan yang berlaku, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Agustus 2008

adalah sebesar Rp 2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan

Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran

pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

Hal-hal Tertentu untuk Penghitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25

Direktorat Jenderal Pajak diberi kewenangan untuk menyesuaikan besarnya angsuran

pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, apabila:

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.

2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.

3. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang

ditentukan.

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran

bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan.

6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Contoh 1. Penghasilan PT Dira tahun 2009 adalah sebesar Rp 250.000.000,00. Sisa kerugian

tahun 2007 yang masih dapat dikompensasikan adalah sebesar Rp 300.000.000,00. Sisa

kerugian yang belum dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000,00.

Pada tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain sebesar Rp

8.000.000,00, dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri. Perhitungan PPh

Pasal 25 tahun 2010: Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh

Pasal 25 adalah sebesar Rp 250.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = Rp 200.000.000,00.

PPh Terutang: 28% X Rp 200.000.000,00 = Rp 56.000.000,00

Page 5: Pph 25

PPh dipotong atau dipungut = (Rp 8.000.000,00)

= Rp 48.000.000,00

Besarnya angsuran pajak bulanan PT Dira tahun 2010:

1/12 X Rp 48.000.000,00 = Rp 4.000.000,00

Contoh 2. Pada tahun 2009, Abas memperoleh penghasilan teratur sebesar Rp 52.000.000,00.

Sedangkan penghasilan tidak teratur Abas tahun 2009 adalah sebesar Rp 18.000.000,00.

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 pada tahun

2010 Abas adalah hanya dari penghasilan teratur saja sebesar Rp 52.000.000,00

Contoh 3. PT Luwes yang bergerak di bidang konveksi dalam tahun 2009 membayar

angsuran bulanan sebesar Rp 18.000.000,00. Pada bulan Juli 2009 pabrik milik PT Luwes

terbakar. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak, mulai bulan Agustus 2006

dapat disesuaikan menjadi lebih kecil daripada Rp 18.000.000,00.

Contoh 4. PT Trendy yang bergerak di bidang konveksi dalam tahun 2009 membayar

angsuran bulanan sebesar Rp 27.000.000,00. Mulai bulan Mei 2009 PT Trendy mengalami

peningkatan penjualan yang sangat besar dan diperkirakan penghasilan kena pajaknya akan

lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Dirjen

Pajak mulai bulan Agustus 2009 dapat disesuaikan menjadi lebih besar daripada Rp

27.000.000,00.

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru

1. Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama kali

memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.

2. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar

Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan

neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

3. Penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung

besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung

berdasarkan pembukuannya;

Page 6: Pph 25

b) Dalam hal Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari

pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan,

penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan bruto.

4. Untuk Wajib Pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang

disetahunkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikurangi terlebih dahulu dengan

Penghasilan Tidak Kena Pajak.

5. Dalam hal Wajib Pajak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Wajib Pajak

badan yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya angsuran

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung

berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan berkala

pertama yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Contoh 1. PT Almond baru berddiri dan terdaftar sebagai Wajib Pajak pada awal bulan Juni

2009. Selama bulan Juni penjualan PT Almond sebesar Rp 100.000.000,00 dan biaya-biaya

yang terjadi adalahs ebesar Rp 60.000.000,00. Maka perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa

Juni 2009 adalah:

Penjualan Rp 100.000.000,00

Biaya Rp 60.000.000,00

Penghasilan netto sebulan Rp 40.000.000,00

Penghasilan netto disetahunkan:

12 X Rp 40.000.000,00 = Rp 480.000.000,00

PPh terutang: 28 X Rp 480.000.000,00 = Rp 134.400.000,00

PPh Pasal 25 masa Juni: Rp 134.400.000,00 / 12 = Rp 11.200.000,00

Untuk bulan berikutnya sampai dengan penyampaian SPT Tahunan dihitung lagi PPh Pasal

25 tiap-tiap bulan seperti pada perhitungan diatas.

Contoh 2. Setiawan mulai usaha bengkel 8 Februari 2009, penerimaan bruto bulan Februari

2009 Rp 40.000.000,00. Persentase Norma Penghitungan misalnya untuk usaha bengkel

motor 22,5%. Setiawan kawin dan mempunyai 2 anak. Penghitungan PPh Pasal 25 yaitu:

Penghasilan neto bulan Februari: (22,5% X Rp 40.000.000,00) = Rp 9.000.000,00

Penghasilan neto setahun: 12 X Rp 9.000.000,00 = Rp 108.000.000,00

PTKP (K/2) = Rp 18.480.000,00

Page 7: Pph 25

Penghasilan Kena Pajak = Rp 89.520.000,00

PPh terutang:

5% X Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

15% X Rp 39.520.000,00 = Rp 5.928.000,00

= Rp 10.928.000,00

PPh Pasal 25 bulan Februari: Rp 10.928.000,00 / 12 = Rp 910.666,00

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak

Opsi

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak bank dan sewa

guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung

berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan

triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang

dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

2. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak bank atau sewa usaha

dengan hak opsi (financial lease) yang merupakan Wajib Pajak Baru, maka besarnya

angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumlah pajak

yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas perkiraan laba-rugi fiskal

triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Contoh: PT Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April sampai dengan Juni 2009

menunjukkan penghasilan neto Rp 250.000.000,00. Perhitungan PPh Pasal 25 untu masa Juli,

Agustus, September 2009 adalah:

Penghasilan neto triwulan = Rp 250.000.000,00

Penghasilan neto disetahunkan (4 X Rp 250.000.000,00) = Rp 1.000.000.000,00

PPh terutang: 28% X Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00

PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2009:

Rp 280.000.000,00/12 = Rp 23.333.333,00

Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh Pasal 25 tiap-tiap triwulan seperti pada

perhitungan diatas.

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak Badan Usaha Milik

Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

kecuali Wajib Pajak bank dan Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, adalah sebesar

Page 8: Pph 25

Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi

fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang

bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi

dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta

Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang

lalu, dibagi 12 (dua belas).

2. Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) belum disahkan, maka besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25

untuk bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

3. Apabila terdapat sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan, maka dasar

penghitungan PPh Pasal 25 adalah Pajak Penghasilan yang terutang atas PKP yang

dihitung dari penghasilan netto menurut PKAP setelah dikurangi dengan jumlah sisa

kerugian yang belum dikompensasikan tersebut.

Contoh. Menurut RKAP Tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja Jaya (sebuah BUMD

yang dimiliki Pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai penghasilan neto

sebesar Rp 1.000.000.000,00. Kredit pajak (PPh Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24 yang dapat

dikreditkan) Tahun 2009 berjumlah Rp 40.000.000,00

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Penghasilan neto = Rp 1.000.000.000,00

PPh terutang (28% X Rp 1.000.000.000,00) = Rp 280.000.000,00

Kredit pajak (PPh Pasal 22, 23, dan 24) = Rp 40.000.000,00

PPh yang dibayar sendiri = Rp 240.000.000,00

PPh Pasal 25 : Rp 240.000.000,00 / 12 = Rp 20.000.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 untuk WP masuk Bursa dan Wajib Pajak lainnya yang

berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib

Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala,

adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-

rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan

pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang

dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Page 9: Pph 25

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi tertentu

1. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang pribadi

pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari

jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan/atau eceran barang-

barang konsumsi yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau mempunyai

tempat usaha yang berbeda alamat dengan domisili, tidak termasuk kendaraan

bermotor dan restoran.

3. Ketentuan pelaksanaan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang

pribadi pengusaha tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Hal-hal penting sehubungan dengan pembayaran dan pelaporan PPh pasal 25 untuk WP

Orang Pribadi tertentu :

a. KPP lokasi adalah KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha/gerai (outlet).

b. KPP Domisili adalah KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal WP Orang

Pribadi yang bersangkutan.

c. Jika WP Orang Pribadi tertentu menerima atau memperoleh penghasilan lain yang

dikenakan PPh yang bersifat tidak final maka :

   

-

PPh Pasal 25 yang dibayar oleh masing-masing tempat usaha/gerai (outlet) dapat

dikreditkan dalam penghitungan PPh terutang untuk tahunn pajak yang bersangkutan

   

-

Jika ada kompensasi kerugian tahun pajak sebelumnya, kompensasi kerugian dapat

diperhitungkan dengan penghasilan WP Orang Pribadi tertentu sepanjang belum habis

masa kompensasinya

   

-

Besarnya angsuran PPh pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima atau diperoleh WP

untuk bulan-bulan setelah batas waktu penyampaian SPT tahunan PPh, sama dengan

besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

   

-

Besarnya angsuran PPh pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima atau diperoleh WP

untuk bulan-bulan setelah batas waktu penyampaian SPT tahunan PPh adalah sbb =

Penghasilan lain neto

Total penghasilan neto X

besar angsuran yang terutang berdasarkan SPT tahunan PPh

tahun pajak sebelumnya.

   

-

Contoh penghitungan PPh Pasal 25 untuk WP Orang Pribadi tertentu menerima atau

memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final :

Page 10: Pph 25

UraianPerdagangan

(Rp)

Penghasilan

Lain (Rp)Jumlah (Rp)

Peredaran Bruto 600.000.000 200.000.000 800.000.000

Harga Pokok dan Biaya lain (500.000.000) (120.000.000) (620.000.000)

Penghasilan Neto 100.000.000 80.000.000 180.000.000

PTKP ( misal K/2) - - (7.200.000)

PKP - - 172.800.000

PPh Terutang ( tarif Psl 17) - - 29.450.000

PPh Pasal 25 ayat (7) yang telah

dibayar- - (6.000.000)

PPh Kurang Bayar - - 23.450.000

Besar Angsuran ( 1/12 X 17.450.000 ) - - 1.954.167

Besar Angsuran untuk Penghasilan lain

= (80.000.000/180.000.000) X 1.954.167868.518

d. Jika WP Orang Pribadi tertentu tidak memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh

yang bersifat final maka :

   

-

PPh Pasal 25 yang dibayar oleh masing-masing tempat usaha/gerai (outlet) merupakan

pelunasan PPh terutang.

   

-

Jika ada kompensasi kerugian tahun pajak sebelumnya, kompensasi kerugian tidak dapat

diperhitungkan.

ANGSURAN PPH PASAL 25

Kondisi Normal Biasa

Penghasilan neto tahun lalu (=Penghasilan Kena Pajak ) Rp. xxxxx

PPh Terutang = Tarif PPh x PKP Rp  xxxxx

Dikurangi PPh Yang di potong / dipungut pihak lain :

PPh Pasal 22 Rp xxxxx

PPh Pasal 23 Rp xxxxx

PPh Pasal 34 Rp xxxxx

PPh yang harus dibayar sendiri Rp xxxxx

Page 11: Pph 25

Angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan = PPh yang harus dibayar sendiri x 1/12 bulan

Kondisi Kondisi Tertentu

Penghasilan neto tahun lalu Rp. xxxxx

dikurangi : penghasilan tidak teratur Rp  xxxxx

Penghasilan Neto Teratur Rp  xxxxx

dikurangi : sisa kompensasi rugi Rp  xxxxx

Penghasilan kena Pajak (PKP) Rp  xxxxx

PPh Terutang = Tarif PPh x PKP Rp. xxxxx

Dikurangi :

PPh Pasal 22 Rp xxxxx

PPh Pasal 23 Rp xxxxx

PPh Pasal 24 Rp xxxxx

PPh yang harus dibayar sendiri Rp xxxxx

Angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan = PPh yang harus dibayar sendiri x 1/12 bulan

Perhitungan Pph Terutang

PPh Badan Terutang :

= Penghasilan Kena Pajak / PKP (x) Tarif Pasal 17 ayat 1 huruf b UU PPh

Tarif PPh Badan DN / BUT Tahun 2008 :

Batas / Breket PKP                                                                Tarif PPh

s/d Rp. 50 Jt                                                                 10 %

di atas Rp. 50 jt s/d Rp 100 jt                                       15 %

di atas Rp 100 jt                                                          30 %

Tarif PPh Badan DN / BUT Tahun 2009 = 28 %

Tarif PPh Badan DN / BUT Tahun 2010 = 25 %

Unsur-unsur PT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

Penghasilan Bruto (Psl 4 ayat 1 UU PPh) Rp xxxxxxxx

Pengurangan Penghasilan Bruto :

DE Psl 6 ayat 1 PPh Rp xxxxxxxx

Page 12: Pph 25

DE psl 9 ayat 1 huruf c,d,e,g UU PPh Rp xxxxxxxx

DE psl 11 & 11A UU PPh Rp xxxxxxxx

Penghasilan Netto Rp xxxxxxxx

Penghasilan DN lainnya dan penghasilan LN Rp xxxxxxxx

Kompensasi rugi (Psl 6 ayat 2 PPh) (Rp xxxxxxxx)

Penghasilan Kena Pajak/PKP Psl 16 ayat 1 UU PPh Rp xxxxxxxx

PPh terutang = Psl 17 ayat 1 huruf b UU PPh x PKP Rp xxxxxxxx

Kredit PPh psl 28 UU PPh Rp xxxxxxxx

PPh KB Psl 29 UU PPh/ LB Psl 28A UU PPh Rp xxxxxxxx

Perhitungan Angsuran PPh Psl 25 untuk tahun berjalan