pph-22

5
VI PPh pasal 22 1. Pendahuluan Dalam sistem pemungutan pajak kita dikenal adanya Withholding System, yakni suatu sistem pemungutan/pemotongan pajak dimana pihak ketiga diwajibkan untuk memungut/ memotong pajak atas transaksi tertentu yang dilakukan. Salah satu withholding system ini adalah adanya kewajiban instansi tertentu atau wajib pajak tertentu untuk melakukan pemungutan dan pemotongan pajak, sebagaimana diatur dalam pasal 22 UU PPh. Selanjutnya pihak pemungut disamping wajib mela-kukan pemungutan/pemotongan, juga diwajibkan untuk menyetoran atas pajak yang telah dipungut tersebut. Bagi pihak yang dipungut, PPh pasal 22 ini berfungsi sebagai pembayaran dimuka/ kredit pajak yang nantinya pada akhir tahun dikreditkan/dikurangkan terhadap keseluruhan utang pajaknya. Contoh : PPh pasal 22 atas pengadaan barang atau jasa kepada instansi pemerintah, nantinya diperhitungkan atas keseluruhan utang pajak dari wajib pajak yang bersangkutan. 2. Pemungut Pajak Undang Undang Pajak Penghasilan pasal 22 memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menunjuk instansi tertentu, badan-badan usaha tertentu untuk memungut pajak penghasilan, karena adanya transaksi dengan instansi atau badan usaha tersebut. Karena pasal yang mengatur pemberian wewenang tersebut adalah pasal 22, maka untuk selan-jutnya pemungutan pajak penghasilan tersebut disebut PPh pasal 22. Pemungutan pajak tersebut didasarkan pada suatu asumsi bahwa dengan adanya suatu transaksi dengan instansi/badan tertentu tersebut maka terdapat potensi penghasilan yang mungkin terjadi, yang kemudian potensi pengha-silan tersebut dipungut pajak. Karena baru merupakan potensi penghasilan maka pengenaan pajak penghasilan disini didasarkan pada perkiraan penghasilan neto, bukan pada penghasilan neto yang sebenarnya. Hal ini berbeda dengan pengenaan PPh pasal 21 dimana pajak didasarkan pada penghasilan neto yang sebenarnya. Instansi atau badan usaha tertentu yang ditunjuk untuk melakukan pemungutan pajak tersebut disebut Pemungut Pajak. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor : 236/KMK.03/2003 telah ditetapkan pemungut PPh pasal 22 yaitu: 1) Bank Devisa dan Ditjen Bea dan Cukai; 2) Ditjen Anggaran, Bendaharawan Pusat maupun Daerah; 3) BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD. 4) BI, Bulog, BPPN, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang; 5) Badan usaha yang bergerak dibidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, industri otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya; _____________________________________________________________________________________________ ______________________________Perpajakan menurut UU PPh yang Baru : PPh pasal 22, 1/22/2022, 9:49:38 PM 59

Upload: lushie

Post on 09-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PPh 22 baru

TRANSCRIPT

Page 1: PPh-22

VI PPh pasal 221. Pendahuluan

Dalam sistem pemungutan pajak kita dikenal adanya Withholding System, yakni suatu sistem pemungutan/pemotongan pajak dimana pihak ketiga diwajibkan untuk memungut/ memotong pajak atas transaksi tertentu yang dilakukan. Salah satu withholding system ini adalah adanya kewajiban instansi tertentu atau wajib pajak tertentu untuk melakukan pemungutan dan pemotongan pajak, sebagaimana diatur dalam pasal 22 UU PPh. Selanjutnya pihak pemungut disamping wajib mela-kukan pemungutan/pemotongan, juga diwajibkan untuk menyetoran atas pajak yang telah dipungut tersebut. Bagi pihak yang dipungut, PPh pasal 22 ini berfungsi sebagai pembayaran dimuka/ kredit pajak yang nantinya pada akhir tahun dikreditkan/dikurangkan terhadap keseluruhan utang pajaknya. Contoh : PPh pasal 22 atas pengadaan barang atau jasa kepada instansi pemerintah, nantinya diperhitungkan atas keseluruhan utang pajak dari wajib pajak yang bersangkutan.

2. Pemungut PajakUndang Undang Pajak Penghasilan pasal 22 memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menunjuk instansi tertentu, badan-badan usaha tertentu untuk memungut pajak penghasilan, karena adanya transaksi dengan instansi atau badan usaha tersebut. Karena pasal yang mengatur pemberian wewenang tersebut adalah pasal 22, maka untuk selan-jutnya pemungutan pajak penghasilan tersebut disebut PPh pasal 22. Pemungutan pajak tersebut didasarkan pada suatu asumsi bahwa dengan adanya suatu transaksi dengan instansi/badan tertentu tersebut maka terdapat potensi penghasilan yang mungkin terjadi, yang kemudian potensi pengha-silan tersebut dipungut pajak. Karena baru merupakan potensi penghasilan maka pengenaan pajak penghasilan disini didasarkan pada perkiraan penghasilan neto, bukan pada penghasilan neto yang sebenarnya. Hal ini berbeda dengan pengenaan PPh pasal 21 dimana pajak didasarkan pada penghasilan neto yang sebenarnya.Instansi atau badan usaha tertentu yang ditunjuk untuk melakukan pemungutan pajak tersebut disebut Pemungut Pajak. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor : 236/KMK.03/2003 telah ditetapkan pemungut PPh pasal 22 yaitu:1) Bank Devisa dan Ditjen Bea dan Cukai;2) Ditjen Anggaran, Bendaharawan Pusat maupun Daerah;3) BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang

bersumber dari APBN atau APBD.4) BI, Bulog, BPPN, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau

Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang;5) Badan usaha yang bergerak dibidang industri semen, industri rokok, industri

kertas, industri baja, industri otomotif yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya;

6) Pertamina dan badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya;

7) Industri dan ekspor yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, perikanan yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul.

(Berlaku sampai dengan tahun 2008)3. Besarnya Pungutan Pajak

Sebagaimana dikemukakan diatas, pemungutan PPh pasal 22 didasarkan adanya perkiraan penghasilan neto. Besarnya perkiraan penghasilan neto tersebut berbeda-beda yang disesuaikan dengan bidang usaha masing-masing. Berdasarkan perkiraan penghasilan neto tersebut maka ditetapkanlah tarif pemungutan PPh pasdal 22. Misalnya perkiraan penghasilan neto sebesar 10% dari penghasilan bruto maka PPh pasl 22

___________________________________________________________________________________________________________________________Perpajakan menurut UU PPh yang Baru : PPh pasal 22, 4/27/2023, 1:47:56 AM 59

Page 2: PPh-22

ditetapkan sebesar 1,5% dari penghasilan beruto. Atas dasar hal tersebut besarnya pungutan PPh pasal 22 ditetapkan sbb :a) Atas Impor yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API).

Besarnya PPh pasal 22 = 2,5% dari nilai Impor.Yang dimaksud dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan Bea Masuk, yaitu harga Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost & Freight (C&F), ditambah dengan Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan dan pungutan lain yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Karena menyangkut penghasilan/dasar pengenaan pajak dalam mata uang asing, maka secara berkala Menteri Keuangan menetapkan nilai kurs sebagai dasar perhitungan perlunasan pajak-pajak termasuk PPh pasl 22.Contoh :PT ABC telah mengimpor suatu barang dengan harga CIF US $ 50,000,00. Bea Masuk sebesar 20%. Biaya-biaya lain di pelabuhan sebesar Rp50.000,00. Kurs Bea Masuk dan Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan US$1 sebesar Rp9.115,00. Perhitungan Bea Masuk, PPh pasal 22Harga barang US$50,000.00 dengan kurs Rp9.115,00= Rp455.750.000,00 Bea Masuk 20% ………………………………………………….. Rp 91.150.000,00Jumlah ……………………………………………………………….. Rp546.900.000,00PPh pasal 22 sebesar2,5 % x Rp596.900.000,00 …….. Rp 13.672.500,00Disamping PPh pasal 22 wajib pajak juga harusMenyetor PPn sebesar 10% atau sebesar ……………….. Rp 54.690.000,00Pencatan pada transaksi tersebut dapat dilihat pada kuliah PPN Impor.

b) Atas Impor yang tidak menggunakan API = 7,5% dari nilai Impor;c) Atas Impor yang tidak dikuasai = 7,5% dari harga jual lelang;d) Atas pembelian yang dilakukan oleh DJA, Bendaharawan Pemerintah, BUMN/ BUMD,

BI, Bulog, PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Stell, Pertamina sebesar 1,5% dari harga pembelianContoh :PT A telah melakukan penjualan bahan makanan ke Instansi suatu Departeman dengan nilai sebesar Rp10.000.000,00. Atas penjualan tersebut Bendaharawan akan melakukan pemungutan PPh pasal 22 sebesar 1,5% x Rp10.000.000 = Rp150.000,00Disamping memungut PPh pasal 22, untuk barang-barang diluar bahan makanan, maka instansi pemerintah juga akan memungut PPN sebesar 10%.Contoh:PT B telah melakukan penjualan alat-alat tulis ke Kantor Pemda DKI dengan nilai Rp5.000.000. Perhitungan pajak-pajaknya dan jumlah uang yang diterima oleh PT B adalah sbb: Jumlah harga barang ………………………………. Rp5.000.000,00PPN 10% ……………………………………………….. Rp 500.000,00Jumlah harga termasuk PPN ……………………… Rp5.500.000,00Dipungut PPh psl 22 - 1,5% = Rp 75.000,00Dipungut PPN ……………………..Rp500.000,00Jumlah pungutan ……………………………………… Rp 575.000,00Jumlah yang diterima oleh PT B ……………….. Rp4.925.000,00Pada kedua contoh tersebut diatas, PPh pasal 22 yang telah dipungut nantinya pada akhir tahun akan diperhitungkan pada utang pajak dari wajib pajak yang bersangkuitan.

e) Penjualan hasil produk Pertamina serta badan usaha yang bergerak dibidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas adalah sebagai berikut :

Uraian SPBU Swastanisasi SPBU PertaminaPremium 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualanSolar 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualanPremix/Super TT 0,3% dari penjualan 0,25% dari penjualan

___________________________________________________________________________________________________________________________Perpajakan menurut UU PPh yang Baru : PPh pasal 22, 4/27/2023, 1:47:56 AM 60

Page 3: PPh-22

Minyak tanah 0,3% dari penjualanGas LPG 0,3% dari penjualanPelumas 0,3% dari penjualan

(Kep-417/PJ/2001)f) Atas pembelian untuk keperluan industri ekspor oleh pemungut eksportir PPh pasal

22 yang dipungut sebesar 0,5% dari harga pembelian. (Kep-25/PJ/2003).g) Atas penjualan rokok dalam negeri, dipungut PPh pasal 22 sebesar 0,15% dari harga

banderol. PPh pasal 22 ini merupakan PPh pasal 22 Final. (Kep-529/PJ/2001).h) Atas penjualan hasil produksi bidang industri baja, PPh pasal 22 dipungut sebesar

0,3% dari harga jual.i) Atas penjualan hasil produksi outomotif, PPh pasal 22 dipungut sebesar 0,45% dari

harga jual.(Berlaku sampai dengan tahun 2008)Sejak tahun 2009 pungutan PPh pasal 22 yang diterapkan terhadap wajib pajak yang tidak memilik NPWP lebih tinggi 100% daripada PPh pasal 22 atas wajib pajak yang telah memiliki NPWP. (pasal 22 ayat (3) UU PPh nomor 36 tahun 2008)

3. Pengecualian dari Pungutan PPh pasal 22Tidak semua transaksi kepada badan pemungut harus dilakukan pemungutan PPh pasal 22. Berdasarkan petimbangan tertentu terhadap trnsaksi tersebut dibawah ini tidak dilakukan pemungutan PPh pasal 22. Pertimbangan-pertimbangan untuk tidak dilakukan pemungutan pajak tersebut antara lain : sesuai dengan kepatutan yang berlaku secara umum, barang-barang untuk kepentingan umum, kepentingan pertahanan keamanan, kepentingan kesehatan, ilmu pengetahuan dalam hal impornya, dan sebagainya. a. Impor barang atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku tidak terutang Pajak Penghasilan.b. Impor Barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan Pajak Pertambahan

Nilai yang terdiri :1) barang perwakilan negara asing beserta pejabatnya yang bertugas di

Indonesia atas azas imbal balik;2) barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar di

Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas Indobesia dan tidak memegang paspor Indonesia;

3) barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;

4) barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka unutk umum;

5) barang untuk eperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;6) barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat

lainnya;7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;8) barang pindahan;9) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan

barang kiriman sampai jumlah tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan Paben

10) barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;

11) persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

12) barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

13) Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);

14) Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama;

___________________________________________________________________________________________________________________________Perpajakan menurut UU PPh yang Baru : PPh pasal 22, 4/27/2023, 1:47:56 AM 61

Page 4: PPh-22

15) Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tingkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan, oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, atau Perusahaan Penagkap Ikan;

16) Pesawat Udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

17) Kereta Api atau suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia;

18) Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia.

c. Impor sementara untuk diekspor kembalid. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 yang tidak merupakan

pembayaran yang dipecah-pecah;e. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum, PDAM,

dan benda pos;f. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan untuk

diekspor;g. Pembayaran dana JPS;h. Impor kembali atas barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan pengujian

yang memenuhi syarat yang ditentukan DJBC;i. Pembayaran untuk pembelian gabah Bulog.

4. Saat Perlunasana. PPh pasal 22 atas impor barang dilunasi bersamaan perlunasan Bea

Masuk;b. PPh pasal 22 atas pembelian barang yang dibayar melaui DJA,

Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN, BUMD dipungut saat pembayaran;c. PPh pasal 22 atas penjualan hasil produk tertentu yang ditetapkan

seperti semen, baja, dipungut pada saat penjualan;d. PPh pasal 22 yang dipungut oleh Pertamina dan badan usaha lainnya

dalam bidang bahan bakar minyak dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (DO=delivery order).

e. PPh pasal 22 yang dipungut oleh Bulog harus dilunasi sendiri oleh penyalur pada saat sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (DO) ditebus.

___________________________________________________________________________________________________________________________Perpajakan menurut UU PPh yang Baru : PPh pasal 22, 4/27/2023, 1:47:56 AM 62