pp etika profesi 2

36

Upload: filtra-diandara

Post on 23-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

etOrganisasi Profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka seagai individu.

TRANSCRIPT

Page 1: PP Etika Profesi 2
Page 2: PP Etika Profesi 2

Kerangka

Profesi, Profesional dan Profesionalisme

Etika Profesi dan Kode Etik Profesi

Page 3: PP Etika Profesi 2

Apa yang Anda pikirkan tentang

PROFESIONAL?

Page 4: PP Etika Profesi 2
Page 5: PP Etika Profesi 2
Page 6: PP Etika Profesi 2
Page 7: PP Etika Profesi 2

Profesional (KBBI)Profesional (KBBI)

• Bersangkutan dengan profesiBersangkutan dengan profesi

• Pekerjaan yang memerlukan Pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk kepandaian khusus untuk menjalankannyamenjalankannya

• Mengharuskan adanya pembayaran Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan dari amatir)untuk melakukannya (lawan dari amatir)

Page 8: PP Etika Profesi 2

7 Syarat Pekerjaan Profesional7 Syarat Pekerjaan Profesional

1.1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani orang banyak (umum)orang banyak (umum)

2.2. Bagi yang ingin terlibat dalam profesi Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud, harus melalui pelatihan yang dimaksud, harus melalui pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutancukup lama dan berkelanjutan

3.3. Adanya kode etik dan standar yang ditaati Adanya kode etik dan standar yang ditaati berlakunya di dalam organisasi tersebutberlakunya di dalam organisasi tersebut

4.4. Menjadi anggota dalam organisasi profesi Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi profesi diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebuttersebut

Page 9: PP Etika Profesi 2

7 Syarat Pekerjaan Profesional (2)7 Syarat Pekerjaan Profesional (2)

5.5. Mempunyai media/publikasi yang bertujuan Mempunyai media/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan anggotanyaketrampilan anggotanya

6.6. Kewajiban menempuh ujian untuk menguji Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang ingin menjadi pengetahuan bagi yang ingin menjadi anggotaanggota

7.7. Adanya suatu badan tersendiri yang diberi Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk wewenang oleh pemerintah untuk mengeluarkan sertifikatmengeluarkan sertifikat

Page 10: PP Etika Profesi 2

Fungsi StandarFungsi Standar

• Ukuran mutuUkuran mutu

• Pedoman kerjaPedoman kerja

• Batas tanggung jawabBatas tanggung jawab

• Alat pemberi perintahAlat pemberi perintah

• Alat pengawasanAlat pengawasan

• Kemudahan bagi umumKemudahan bagi umum

Page 11: PP Etika Profesi 2

Pekerjaan yang Memerlukan Pekerjaan yang Memerlukan StandarStandar

• Menyangkut kepentingan orang banyakMenyangkut kepentingan orang banyak

• Mutu hasilnya ditentukanMutu hasilnya ditentukan

• Banyak orang (pekerja) terlibatBanyak orang (pekerja) terlibat

• Sifat dan mutu pekerjaan samaSifat dan mutu pekerjaan sama

• Ada organisasi yang mengaturAda organisasi yang mengatur

Page 12: PP Etika Profesi 2

Profesionalisme

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan -- serta ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut -- untuk dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).

Page 13: PP Etika Profesi 2

Intinya

Proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus

Semangat pengabdian

Page 14: PP Etika Profesi 2

Bedakan dengan Kerja Biasa!

Kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi

Page 15: PP Etika Profesi 2

Watak Profesionalisme

Tiga watak kerja yang merupakan persyaratan dari setiap kegiatan pemberian "jasa profesi" (dan bukan okupasi) ialah

bahwa kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil;

bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat;

bahwa kerja seorang profesional -- diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral -- harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi.

Page 16: PP Etika Profesi 2

Arahnya?

untuk tetap mempertahankan idealisme yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasai bukanlah komoditas yang hendak diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh nafkah, melainkan suatu kebajikan yang hendak diabdikan demi kesejahteraan umat manusia.

Page 17: PP Etika Profesi 2

Honor/Upah?

Kalau didalam peng-amal-an profesi yang diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang diterimakan, maka hal itu merupakan "tanda kehormatan" (honour) demi tegaknya kehormatan profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan pemberian upah yang hanya pantas diterimakan bagi para pekerja upahan saja.

Page 18: PP Etika Profesi 2

Siapakah Kaum Profesional itu?

Awalnya: para dokter dan guru -- khususnya mereka

yang banyak bergelut dalam ruang lingkup kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum padri maupun juru dakhwah agama -- dengan jelas serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk kedalam golongan kaum profesional

Bagaimana dengan INSINYUR, apakah termasuk profesional?

Page 19: PP Etika Profesi 2

Organisasi Profesi

Kaum profesional secara sadar mencoba menghimpun dirinya dalam sebuah organisasi profesi yang cenderung dirancang secara

eksklusif yang memiliki visi dan misi untuk

menjaga tegaknya kehormatan profesi, mengontrol praktek-praktek pengamalan

dan pengembangan kualitas keahlian/ kepakaran, serta

menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang telah disepakati bersama

Page 20: PP Etika Profesi 2

Etika Profesi

Page 21: PP Etika Profesi 2

Apa itu ETIKA?

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik

Page 22: PP Etika Profesi 2

Etika = Standar

Etika akan memberikan semacam batasan maupun standard yang akan mengatur pergaulan manusia didalam kelompok sosialnya

Etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik

Page 23: PP Etika Profesi 2

Etika = “Self Control"

Karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran -- yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi -- yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri

Page 24: PP Etika Profesi 2

Peran Organisasi Profesi

untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan disisi lain

melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian

Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

Page 25: PP Etika Profesi 2

Pelanggaran Kode Etik

Ada 2 bentuk: Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak

mencerminkan respek terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang sering dianggap melanggar kode etik profesi; dan

Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional.

Page 26: PP Etika Profesi 2

Prinsip Etika

etika kemanfaatan umum (utilitarianism ethics)

etika kewajiban (duty ethics) etika kebenaran (right ethics) etika keunggulan/kebaikan (virtue

ethics); dan etika sadar lingkungan

(environmental ethics)

Page 27: PP Etika Profesi 2

Etika Kemanfaatan Umumsetiap langkah/tindakan

yang menghasilkan kemanfaatan terbesar bagi kepentingan umum haruslah dipilih dan dijadikan motivasi utama;

Page 28: PP Etika Profesi 2

Etika Kewajiban

Setiap sistem harus mengakomodasikan hal-hal yang wajib untuk diindahkan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin bisa timbul, berupa nilai moral umum yang harus ditaati seperti jangan berbohong, jangan mencuri, harus jujur, dan sebagainya.

Semua nilai moral ini jelas akan selalu benar dan wajib untuk dilaksanakan, sekalipun akhirnya tidak akan menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri;

Page 29: PP Etika Profesi 2

Etika Kebenaran

Suatu pandangan yang tetap menganggap salah terhadap segala macam tindakan yang melanggar nilai-nilai dasar moralitas.

Sebagai contoh tindakan plagiat ataupun pembajakan hak cipta/karya orang lain, apapun alasannya akan tetap dianggap salah karena melanggar nilai dan etika akademis;

Page 30: PP Etika Profesi 2

Etika Keunggulan

Suatu cara pandang untuk membedakan tindakan yang baik dan salah dengan melihat dari karakteristik (perilaku) dasar orang yang melakukannya.

Suatu tindakan yang baik/benar umumnya akan keluar dari orang yang memiliki karakter yang baik pula.

Penekanan di sini diletakkan pada moral perilaku individu, bukannya pada kebenaran tindakan yang dilakukannya;

Page 31: PP Etika Profesi 2

Etika Sadar Lingkungan

Suatu etika yang berkembang di pertengahan abad 20 ini yang mengajak masyarakat untuk berpikir dan bertindak dengan konsep masyarakat modern yang sensitif dengan kondisi lingkungannya.

Pengertian etika lingkungan di sini tidak lagi dibatasi ruang lingkup penerapannya merujuk pada nilai-nilai moral untuk kemanusiaan saja, tetapi diperluas dengan melibatkan "natural resources" lain yang juga perlu dilindungi, dijaga dan dirawat seperti flora, fauna maupun obyek tidak bernyawa (in-animate) sekalipun.

Page 32: PP Etika Profesi 2

Kasus Pelanggaran Kode Etik Konflik kepentingan Kerahasiaan dan loyalitas Kontribusi dana balik Tiupan peluit (whistle-blowing)

Page 33: PP Etika Profesi 2

Konflik Kepentingan

Seberapa jauh bisa dikatakan telah terjadi penyimpangan manakala karena posisi/jabatannya seorang profesional menerima "hadiah" dari pemasok barang/material atau klien lainnya?

Seberapa besar nilai sebuah "cinderamata" itu dianggap masih dalam batas-batas kewajaran, dan seberapa pula yang bisa dianggap melanggar etika profesi;

Page 34: PP Etika Profesi 2

Kerahasiaan dan Loyalitas Seorang profesional harus punya

komitmen yang jelas terhadap segala informasi yang diklasifikasikan sebagai konfidensial (terbatas/rahasia) dan juga harus menunjukkan loyalitasnya kepada kliennya.

Pelanggaran berupa pemberian informasi yang seharusnya dijaga kerahasiaannya kepada kompetitor jelas merupakan tindakan yang tidak profesional (membuka rahasia dan tidak loyal);

Page 35: PP Etika Profesi 2

Kontribusi Dana Balik

Berupa pemotongan sebagian dana yang harus dikembalikan kepada pemilik proyek atau pemberi order;

Page 36: PP Etika Profesi 2

Tiupan Peluit

Kesadaran dan keberanian dari sesama profesi meniupkan "peluit"-nya untuk mengingatkan bahwa telah terjadi pelanggaran kode etik.

Sebagai contoh, bukankah pelayanan jasa profesi itu tidak boleh ditawar-tawarkan (lewat iklan, misalnya), terlebih kalau belum apa-apa sudah mematok tarif jasa pelayanan tersebut?