power point new

28
PELAKSANAAN INFORMED CONSENT OLEH PERAWAT DALAM PEMASANGAN INTRAVENA DI UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.H.M.RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2008 OLEH : WIWIN AFRIDIANTI

Upload: vhiiettdaciuhma

Post on 18-Jan-2016

51 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppt new

TRANSCRIPT

Page 1: Power Point New

PELAKSANAAN INFORMED CONSENT OLEH PERAWAT DALAM PEMASANGAN INTRAVENA DI UNIT GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.H.M.RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2008

OLEH :

WIWIN AFRIDIANTI

Page 2: Power Point New

BAB I PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai visi ke depan yakni Indonesia sehat 2010. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang menunjang terwujudnya visi indonesia sehat 2010.

Memberikan tindakan keperawatan diperlukan sebuah informed consent oleh perawat karena sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.585/Menkes/1989

Beberapa kasus yang terjadi akibat kelalaian dalam pemasangan infus seperti hasbi yang harus kehilangan tangannya, Tarisa yang meninggal akibat pembekuan darah, dan Ade yang mengalami keguguran akibat cairan yang berubah warna.

Pemasangan infus di RSUD Dr.H.M.Rabain Muara Enim berjumlah 1238 buah untuk 3 bulan terakhir. Pemasangan infus ini merupakan metode yang paling cepat dalam menimbulkan respons terapeutik pada kebanyakan kasus

Page 3: Power Point New

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya pelaksanaan informed consent oleh perawat dalam pemasangan intravena di UGD RSUD Dr.H.M. Rabbain Muara Enim tahun 2008.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Pelaksanaan Informed Consent Oleh Perawat Dalam Pemasangan Intravena di UGD RSUD Dr.H.M. Rabbain Muara Enim tahun 2008 ?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya informasi mendalam mengenai Pelaksanaan Informed Consent Oleh Perawat Dalam Pemasangan Intravena Di UGD RSUD Dr.H.M. Rabain Muara Enim tahun 2008.

Page 4: Power Point New

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya informasi mendalam tentang pengetahuan perawat dalam pelaksanaan informed consent pada pemasangan intravena

2. Diketahuinya informasi mendalam tentang sikap perawat dalam pelaksanaan informed consent pada pemasangan intravena

3. Diketahuinya informasi mendalam tentang ketersediaan fasilitas yang mendukung pelaksanaan informed consent pada pemasangan intravena

4. Diketahuinya informasi mendalam tentang SOP/ Protap yang mendukung pelaksanaan informed consent pada pemasangan intravena

5. Diketahuinya informasi mendalam tentang supervisi terhadap pengawasan pelaksanaan informed consent pada pemasangan intravena

1.5 1.5 Manfaat PenelitianManfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti 1.5.2 Bagi Institusi STIK Bina Husada1.5.3 Bagi RSUD Dr.H.M.Rabain Muara Enim

Page 5: Power Point New

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Informed Consent 2.1.1 Pengertian

2.1.2 Tujuan2.1.3 Informasi yang dijelaskan

2.1.4 Prinsip pemberian informasi2.1.5 Hukum dan bentuk

2.1.6 Ruang lingkup

2.2. Perawat 2.2.1 Pengertian

2.2.2 Peran dan Fungsi 2.2.3 Hak dan Kewajiban

2.2.4 Tindakan Keperawatan

2.4. Prilaku kesehatan2.5 Pengetahuan, sikap, fasilitas,

supervisi

2.3 Intravena2.4.1 Definisi2.4.2 Tujuan

2.4.3 Indikasi dan kontraindikasi2.4.4 Peralatan

2.4.5 Komplikasi

Page 6: Power Point New

BAB IIIKERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1. Kerangka Pikir

Faktor Predisposisi :- Pengetahuan- Sikap

Faktor Pemungkin :-Ketersedian Fasilitas-Kebijakan SOP/Protap

Pelaksanaan Informed Consent dalam

pemasangan Intravena

Faktor Penguat :- Supervisi

Page 7: Power Point New

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

4.2.Lokasi dan waktu Penelitian

4.3. Sumber Informasi

4.4. Jenis Keabsahan informasi

4.5Metode pengumpulan informasi 4.6 Analisis Informasi

Page 8: Power Point New

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran RSUD Dr.H.M.Rabain Muara Enim

RSUD Dr.H.M.Rabain Muara Enim dahulu terletak di Jl.A.K Gani tetapi sekarang pindah ke Gedung yang baru yang luas lahannya 8,5 Ha terletak di Jalan Sultan Mahmud Badarudin II No. 49 Muara Enim sejak 27 Maret 2006.

Visi : Terwujudnya Pelayanan Rumah Sakit Prima Tahun 2008 sebagai Pelayanan Rujukan

Masyarakat, dengan Unggulan Medical Check Up bagi Tenaga Kerja

Misi :

• Meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Manajemen Rumah Sakit yang profesional.

• Memberikan Pelayanan yang profesional berdassarkan Standar Mutu layanan Rumah Sakit dengan segenap sumber daya yang dimiliki

• Menyusun dan menyempurnakan standar pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan kode etik yang berlaku.

• Meningkatkan pelayanan dan kerjasama kemitraan, khususnya Pelayanan Medical Check Up dengan perusahaan perusahaan dalam kabupaten Muara Enim dan lintas kabupaten Muara Enim.

• Memberikan rasa aman, nyaman dan kepuasan bagi pasien dan pengunjung Rumah Sakit.

Page 9: Power Point New

5.2 Karakteristik Informan

Karakteristik informandi UGD RSUD Dr.H.M. Rabain Muara Enim tahun 2008

No Jabatan Inisial 

Umur Jenis Kelamin

Pendidikan Masa Kerja

1 Karu 

RS 43 tahun

Perempuan Akper 18 tahun

2 Perawat 

AF 30 tahun

Laki-laki Akper 9 tahun

3 Perawat 

RA 25 tahun

Laki-laki SPK + SKM

6 tahun

4 Perawat 

AC 24 tahun

Laki-laki SPK 5 tahun

5 Perawat 

NT 29 tahun

Laki-laki SPK 10 tahun

Page 10: Power Point New

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Pengetahuan

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam mengenai apa yang diketahui informan tentang informed consent didapatkan bahwa pengetahuan perawat tentang informed consent yaitu 4 informan mengetahui apa itu informed consent yaitu suatu pemberian informasi atau penjelasan yang dilakukan oleh paramedis kepada pasien sebelum melakukan tindakan untuk melindungi perawat dari tuntutan pasien, dan telah memberikan informasi kepada pasien tentang tujuan dari pemasangan infus, diagnosa penyakit yang diderita oleh pasien, tetapi persetujuan pasien hanya diberikan secara lisan sedangkan dalam bentuk tulisan dilakukan jika pasien menolak pemasangan infus, sedangkan 1 ( AF ) informan menjawab tidak mengetahui apa itu informed consent tetapi informan ini bisa menjelaskan informasi apa saja yang harus disampaikan dan bagaimana bentuk persetujuan pasien itu, hal ini mungkin dikarenakan informan tidak mengerti dengan kata informed consent karena setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti barulah informan ( AF ) mengerti dengan arti informed consent.

Page 11: Power Point New

Sedangkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa dalam pemberian informed consent pada pasien sebagian besar dari perawat telah melakukan sesuai dengan prosedur, dan sebagian kecil dari perawat tidak melakukan sesuai prosedur seperti mereka tidak menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien, tidak menjelaskan sifat tindakan, tidak menjelaskan alternatif lain selain harus dipasang infus, tidak menjelaskan cairan yang digunakan, dan tidak menjelaskan jumlah tetesan infus.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai apa yang diketahui informan tentang pemasangan infus didapatkan bahwa 4 informan sudah mengetahui apa itu pemasangan infus didukung dari jawaban informan yang menyertakan tujuan dari pemasangan infus serta memahami tentang indikasi dan komplikasi pasien yang dipasang infus tetapi ada 1 informan yang mengatakan indikasi pemasangan infus itu untuk pasien rawat inap dan tidak mengetahui komplikasi tetapi menyebutkan cara pencegahan komplikasi. Dan untuk tetesan dan cairan didapatkan bahwa 4 informan belum mengetahui tentang cara menentukan jumlah tetesan infus dan jenis cairan, masih tergantung dengan instruksi dokter tetapi 1 informan mengatakan bahwa jenis cairan itu tergantung dari kebutuhan pasien itu sendiri misalnya RL yang biasanya dipakai untuk pasien. Hal ini mungkin dikarenakan oleh factor kebiasaan dan pengetahuan perawat yang kurang.

Page 12: Power Point New

Sedangkan dari hasil observasi didapatkan bahwa informan telah melakukan pemasangan infus sesuai dengan indikasi pasien dan telah menjelaskan kepada pasien agar memberikan kompres hangat pada daerah pergelangan tangan yang bengkak.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai apa setiap tindakan pemasangan infus selalu di dokumentasikan didapatkan bahwa pemasangan infus sudah didokumentasikan oleh semua perawat dibuku laporan harian UGD tetapi belum maksimal dalam hal isi dokumentasi.

Sedangkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan selalu didokumentasikan di dalam buku laporan yang berisi keluhan pasien, diagnosa, pemasangan infus meliputi jenis cairan, jumlah tetesan, infus set yang digunakan, obat-obatan, nama dokter. Disana tidak terdapat nama

perawat,tanggal dan jam berapa infus dipasang, tanda tangan perawat yang melakukan pemasangan infus, serta reaksi pasien.

Page 13: Power Point New

5.3.2 Sikap

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai bagaimana sikap perawat tentang informed consent dan sikap dalam memasang infus didapatkan bahwa 4 informan sudah bersikap ramah pada pasien sesuai dengan etika dan motto rumah sakit senyum, sapa, sentuh dan menyatakan setuju untuk memberikan informed consent kepada pasien agar perawat terlindungi dari tuntutan pasien, bisa mengakrabkan perawat dengan pasien maupun keluarganya, tetapi ada 1 informan yang menyatakan bahwa tidak perlu informed consent karena membahayakan pasien yang gawat darurat

Sedangkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa perawat dalam memasang infus sudah terlihat ramah, senyum dengan pasien maupun dengan keluarganya.

Page 14: Power Point New

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai bagaimana sikap perawat dalam menghadapi pasien yang tidak kooperatif dan kondisi yang darurat apakah tetap memberikan informed consent didapatkan bahwa 4 informan menyatakan dalam menghadapi pasien yang tidak mau dipasang infus harus dijelaskan terlebih dahulu kalau tetap tidak mau, pasien atau keluarga membuat surat pernyataan distatus pasien bahwa menolak untuk dipasang infus, sedangkan 1 informan menyatakan sesuai dengan motto rumah sakit dan keputusannya dikembalikan dengan dokter.

Sedangkan dari hasil observasi didapatkan bahwa informan tetap meminta persetujuan dengan pasien maupun keluarganya dalam melakukan tindakan pemasangan infus walaupun pasien itu tidak mau dipasang infus dan dalam kondisi darurat. Tetapi informan belum bisa mengambil keputusan sendiri masih menunggu instruksi dari dokter untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil.

Page 15: Power Point New

5.3.3 Ketersediaan Fasilitas

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai ketersediaan format informed consent di ruang UGD didapatkan bahwa semua perawat mengatakan diruangan ini belum tersedia format informed consent khusus untuk tindakan pemasangan infus dan biasanya dilakukan di status pasien jika ada pasien yang menolak pemasangan infus dan semua informan menyatakan bahwa fasilitas yang menunjang pemasangan infus sudah cukup lengkap dari tiang infus, infus set, cairan, perban, spalk, perban sudah ada.

Sedangkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa memang benar di ruangan ini belum ada format informed consent yang baku hanya ditulis dan ditanda tangani di status pasien jika tidak setuju tetapi yang ada format tindakan persetujuan operasi. Sedangkan untuk fasilitas yang menunjang pemasangan infus sudah lengkap disini seperti tiang infus berjumlah 5, infus set, cairan, spalk, perban, betadin, kapas alkohol, gunting, kom.

Page 16: Power Point New

5.3.4 Kebijakan SOP/Protap

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai apakah ada kebijakan tentang SOP didapatkan bahwa 4 informan mengatakan ada kebijakan dari pimpinan untuk bekerja sesuai dengan prosedur , ada SOP pemasangan infus tetapi sudah terlepas tidak tahu keberadaannya dan disosialisasikan dengan diadakan rapat bulanan tetapi 1 informan mengatakan tidak tahu ada atau tidak kebijakan dan tidak tahu cara sosialisasi SOP tersebut tetapi tahu dari kuliah kemarin, dan semua informan belum bekerja sesuai dengan prosedur pemasangan infus.

Sedangkan untuk hasil observasi yang dilakukan peneliti tentang prosedur pemasangan infus didapatkan bahwa sebagian besar perawat sudah melaksanakan tindakan pemasangan infus sesuai dengan SOP tetapi sebagian kecil perawat masih ada yang tidak mematuhi seperti tidak melakukan cuci tangan sebelum tindakan, sebagian dari perawat tidak menjaga kesterilitas infus set, tidak meletekkan ekstremitas dalam posisi tergantung, tidak memakai sarung tangan pada saat melakukan tindakan, tidak membersihkan tempat penusukan dengan benar, tidak mendokumentasikan tindakan pada cairan infus, dan tidak mengatur tetesan infus dengan benar.

Page 17: Power Point New

5.3.5 Supervisi

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mengenai apa dan tindakan apa saja yang disupervisi didapatkan bahwa 4 informan mengatakan sudah ada supervisi di ruangan ini dan yang melakukannya adalah kasi keperawatan, tim medis dan nonmedis dan dilakukan sesuai dengan shift kerja perawat yaitu shift pagi, sore, dan shift malam tapi untuk pelaksanaan supervisi 1 informan mengatakan bahwa supervisi dilaksanakan sebulan sekali dan yang disupervisi meliputi kehadiran, keliling ruangan, melihat dokumentasi/ buku laporan, dan tindakan yang dikerjakan oleh perawat dan tindakan yang dimbil oleh supervisor jika ada tindakan yang tidak sesuai dengan SOP maka akan dilakukan pemanggilan, diberi pengarahan/ bimbingan, dan diberi sanksi.

Sedangkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa memang benar di ruangan ini diadakan supervisi dan yang melakukan adalah tenaga medis dan tenaga non medis, dan supervisi diadakan setiap hari sesuai dengan jadwal shift perawat, serta kegiatan supervisi dilakukan langsung ke ruangan untuk melihat absensi kehadiran, tindakan perawat dan dokumentasi tindakan.

Page 18: Power Point New

BAB VIPEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

6.2 Pembahasan Variabel Penelitian

6.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan perawat mengenai informed consent telah sesuai dengan Komalawati, Solis,serta Forensik FKUI tetapi bertolak belakang Stuart & Sundeen ( 2006 ) yang menyatakan bahwa dalam mendapatkan persetujuan pasien harus menyampaikan informasi seperti diagnosis, terapi, konsekuensi, alternatif dan prognosis.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa pengetahuan perawat tentang informed consent sudah cukup baik tetapi mereka belum tahu tentang bagaimana, siapa dan untuk apa informed consent itu diperlukan dan informan sudah memberikan informasi dan meminta persetujuan walaupun dalam bentuk lisan dan hanya menjelaskan diagnosa dan tujuan dari tindakan tersebut.

Page 19: Power Point New

Pengetahuan perawat mengenai pemasangan infus telah sesuai dengan Creven dan Hirmle, Brunner dan Suddarth yang menyatakan bahwa pemasangan infus itu memasukkan cairan kedalam pembuluh darah vena untuk mempertahankan dan mendapatkan cairan dan keseimbangan elektrolit, obat, nutrisi, produk darah. Kompilikasi lokal yang bisa terjadi seperti infiltrasi, flebitis, tromboflebitis, hematoma, bekuan maupun komplikasi sistemik.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa perawat sudah memahami dan mampu menjelaskan pengertian dan tujuan pemasangan infus dengan tepat, perawat sudah mengetahui indikasi pemasangan infus walaupun ada informan yang menyatakan pasien yang dirawat inap harus dipasang infus hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada dan perawat hanya mngetahui komplikasi yang ringan tetapi untuk komplikasi yang berat mereka belum mengetahuinya, dan sebagian besar perawat masih tergantung dengan instruksi dokter dalam menentukan jumlah tetesan dan jenis cairan infus hal ini mungkin dikarenakan oleh faktor kebiasaan dan pendidikan perawat yang kurang.

Page 20: Power Point New

Pengetahuan mengenai dokumentasi bahwa penelitian ini tidak sesuai dengan teori Nurrahman bahwa yang perlu didokumentasikan ialah catat waktu pemberian, jenis cairan, dan tetesan, jumlah cairan masuk, waktu pemeriksaan infus ( terhadap adanya embolus), serta reaksi klien (terhadap cairan yang masuk). Dan tidak sesuai dengan jawaban informan yang menyatakan bahwa tujuan dari informed consent itu sebagai perlindungan perawat dari tuntutan pasien tetapi mereka tidak mendokumentasikan dengan tepat dan benar.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa perawat belum menyadari akan pentingnya mendokumentasikan tindakan pemasangan infus dan isi dari dokumentasi itu sebagai bentuk kongkrit yang dapat di pertanggung jawabkan hal ini dikarenakan oleh keterbatasan fasilitas yang ada.

Sehingga peneliti berpendapat bahwa pengetahuan perawat tentang informed consent dalam pemasangan infus berada pada tahap memahami karena mereka hanya mampu menjelaskan belum menerapkannya dalam melakukan tindakan sehingga diasumsikan bahwa dengan bertambahnya pengetahuan maka sikap seseorang akan berubah sesuai objek tersebut begitupula dengan perawat yang berpengetahuan yang tinggi akan melaksanakan informed consent dalam setiap pemasangan infus.

Page 21: Power Point New

6.2.2 Sikap

Penelitian ini sesuai dengan teori Jean Watson ( 1988 ) dalam Potter dan Perry ( 2001 ) menyatakan dalam bukunya Human Science and Human Care bahwa perawat itu harus bersikap caring karena caring adalah rohnya keperawatan. Sikap caring itu berarti bahwa perawat itu harus mempunyai sikap kepedulian.

Hal ini juga sesuai dengan teori Indradi ( 2007 ) bahwa dalam menentukan persetujuan harus memenuhi persyaratan bahwa pasien itu harus dewasa, sadar, sehat akal jika tidak maka boleh meminta persetujuan kepada keluarga terdekat.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa perawat sudah bersikap ramah pada pasien dan keluarganya dan sebagian besar perawat sudah memberikan penjelasan dan meminta persetujuan sesuai dengan prosedur yang ada.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap perawat dalam pelaksanaan informed consent dan menghadapi pasien yang dipasang infus sudah cukup baik karena sikap perawat berada pada tahap merespon karena informan hanya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dokter

Page 22: Power Point New

6.2.3 Ketersediaan Fasilitas

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) untuk mewujudkan sikap sesuai perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Hal ini juga sesuai dengan teori Green ( 1980 ) yang menyatakan untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa belum tersedia format informed consent dan fasilitas dalam pemasangan infus sudah lengkap sehingga untuk mencapai pelaksanaan informed consent dalam pemasangan intravena yang baik maka fasilitas yang dimiliki harus memadai.

Page 23: Power Point New

6.2.4 Kebijakan SOP/Protap

Menurut KARS ( 2000 ) dalam Esti, D ( 2007 ) SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa sebagian besar perawat mengatakan bahwa belum ada SOP pemasangan infus di ruangan UGD atau tidak ada protap secara tertulis maupun yang terdokumentasikan hal ini dapat diasumsikan bahwa dengan adanya SOP itu akan menjadi pedoman bagi perawat dalam menyelesaikan suatu proses kerja pemasangan infus.

Protap adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes RI 1998 dalam Esti, D, 2007).

Page 24: Power Point New

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dewi (2005) yang mengatakan supervisi keperawatan adalah suatu bantuan dari penanggungjawab keperawatan untuk pengembangan perawat dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan berupa: dorongan, bimbingan, dan kesempatan untuk menumbuhkan keahlian dan kecakapan perawat

6.2.5 Supervisi

Namun menurut Nursalam ( 2007 ) supervisi dalam praktik keperawatan professional adalah suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dibedakan menjadi 2 kategori yaitu tugas teknis dan manajerial.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa ruangan UGD sudah ada supervisi walaupun tim supervisornya masih ada tenaga yang berasal dari tenaga non keperawatan misalnya kasubag tata usaha, kasi Rekam medik, kasi diklat, bidan, karena sarjana keperawatan di rumah sakit ini hanya ada 1 orang. Sedangkan kepala ruangan tidak termasuk tim supervisor padahal kepala ruangan yang seharusnya tahu tentang segala hal yang terjadi di ruangan UGD.

Page 25: Power Point New

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

1. Sebagian besar pengetahuan perawat tentang informed consent dalam pemasangan infus berada pada tahap memahami karena mereka hanya mampu menjelaskan dan belum menerapkan karena mereka belum tahu tentang, bagaimana, siapa, dan untuk apa informed consent itu diperlukan.

2. Semua perawat telah mempunyai sikap cukup baik dan berada pada tahap merespons karena mereka hanya mampu mengerjakan apa yang diinstruksikan akakn tetapi mereka telah menunjukkan sikap yang ramah dan tetap meminta persetujuan pasien.

3. Semua perawat mengatakan fasilitas yang menunjang pelaksanaan informed consent masih belum tersedia seperti format informed consent tetapi fasilitas yang menunjang

pemasangan infus sudah lengkap.

Page 26: Power Point New

4. Semua perawat mengatakan kebijakan SOP/ Protap di ruangan UGD belum ada tentang SOP pemasangan infu baik tertulis maupun yang terdokumentasikan dan perawat tidak menggunakan APD

5. Semua perawat mengatakan supervisi sudah dilakukan di ruangan UGD sesuai shift kerja perawat dan yang menjadi tim supervisornya adalah tim medis seperti kasi keperawatan, bidan sedangkan tim non medis seperti kasubag tata usaha, kasi Rekam

medik, kasi diklat.

Page 27: Power Point New

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Pihak RSUD Dr.H.M.Rabain Muara Enim

Diharapkan memberikan pelatihan, menanamkan betapa pentingnya informed consent, menyediakan format untuk informed consent dan SOP dalam pemasangan infus, sebaiknya supervisi dilakukan oleh tim keperawatan, dan menyediakan dan menekankan untuk selalu menggunakan APD.

7.2.2 Saran Untuk Perawat

Diharapkan untuk dapat mengikuti pelatihan yang diadakan oleh rumah sakit, selalu mendokumentasikan tindakan secara lengkap, dan menggunakan APD.

Page 28: Power Point New