POTRET PENDIDIKAN INDONESIA

Suatu pendekatan berbasis Penilaian

Micro TeachingProgram Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)STI Bani Fatah (STIBAFA) Jombang

Pendidikan kita tak ubahnya seperti Mobil ;1.mengalami regulasi yang terus menerus

2.Butuh perawatan yang optimal3.biaya yang tidak sedikit

4. dan sebagainya

Kebijakan demi kebijakan dilakukan pemerintahDengan dalih pencapaian tujuan pendidikan Nasional

“MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA’Akan tetapi aplikasi Pendidikan jauh dari harapan

Pendidikan VS Penilaian ’mesin yang mengendalikan pembelajaran’

Gejala kerusakan mesin : * Mesin bekerja Lebih besar dari muatan (misalnya, ukuran kelas yang lebih besar)* Bukit yang lebih curam (rentang waktu lebih pendek karena semester, modul)* Kecepatan yang menakutkan (kebutuhan mencakup isi silabus dengan lebih cepat)* Lebih banyak lampu lalu lintas (perencanaan jangka pendek, perubahan kebijakan, ketidak pastian)* Pengemudi yang lelah (>beban kerja, <moral)* Memerlukan oli lebih banyak (pendanaan)* Memerlukan peta yang lebih baik – (memerlukan perbaikan berlanjut, arah kebijakan yang pasti)

Gejala kerusakan mesin : * pengemudi bersusah payah Kurang latihan (sedikit waktu, energi, pendanaan)* Tikungan mendadak (krisis jangka pendek)*Perputaran cepat (cara-cara baru, diperkenalkan tanpa cukup persiapan)* Lebih banyak kompetisi (lembaga, staf, siswa)* Hadiah yang lebih sedikit (kurang penghargaan bagi cara pengajaran atau penilaian terbaik)* Banyak penyeberangan yang tidak berambu (tujuan, rasio tidak jelas)* Lebih sedikit istirahat (kontrak berubah, kwalifikasi staf, meningkatnya tekanan administrasi)

Bagaimana kita memperbaiki mesin (Pendidikan Vs Penilaian) ?

1. Mengurangi jumlah penilaian sehingga kita mempunyai waktu untuk mengerjakan tugas dengan baik, dan pelajar memiliki waktu untuk belajar lebih baik

2. Membuat penilaian sesuai dengan tujuan, valid dapat diandalkan, otentik, transparan, adil. Pemeriksaan tugas penilaian mengukur apa yang telah dipelajari siswa, bukan sekedar apa yang telah kita ajarkan pada mereka.

3. Fokus hasil pembelajaran pada ’perlu mengetahui’, bukan ’senang mengetahui’ atau ’gila mengetahui’ materi

4. Mengukur lebih pada ’mengetahui-bagaimana’ + ’mengetahui mengapa’ dan sedikit pada ’mengetahui apa’. Perubahan dari informasi dan ingatan menjadi penjelasan, penerapan.

5. Tulis hasil, tugas, kriteria dalam bahasa yang mudah, bukan akademisi’. Mengajar merupakan komunikasi efektif, bukan bermain permainan kata 6. Gunakan sarana dan metode penilaian berbeda untuk mengurangi diskriminasi7. Libatkan siswa dalam penilaian teman dan penilaian sendiri 8. Nilai bukti keandalan pembelajaran, sehingga adil bagi siswa dan penggunanya, atau orang lain yang mempercayai hasil pembelajaran tersebut9. Latih siswa memahami penilaian lebih baik, bagaimana menunjukkan bukti penguasaan hasil pembelajaran yang dimaksud10. Beri umpan balik efektif pada penilaian

Terima Kasih

Semoga Bermanfaat