potret 5 (lima) tpa memanfaatkan gas metan (ch4)

34
Potret 5 (Lima) TPA Memanfaatkan Gas Metan (CH4) Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca Dan Monitoring Pelaporan dan Verifikasi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Suatu potret upaya pemanfaatan Landfill Gas (CH4) sebagai sumber energi alternatif – kecil namun berarti

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Potret 5 (Lima) TPAMemanfaatkan Gas Metan (CH4)

Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca Dan Monitoring Pelaporan dan VerifikasiDirektorat Jenderal Pengendalian Perubahan IklimKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Suatu potret upaya pemanfaatan Landfill Gas (CH4) sebagai sumber energi alternatif – kecil namun berarti

Potret 5 (Lima) TPA Memanfaatkan Gas Metan (CH4)Suatu potret upaya pemanfaatan Landfill Gas (CH4) sebagai sumber energi alternatif – kecil namun berarti

Tim Lapangan :Hari Wibowo, Rully Dhora Carolyn, Fifi Novitri, Erny Wibawanti, Deli Herdian, Anggraeta Puspa Mayriski, Damar Jati

Terimakasih atas kerjasamanya :DLH Provinsi DKI Jakarta, DLH Kota Semarang, DLH Kota Malang, DLH Kota Balikpapan, DLH Kabupaten Kulonprogo

iv POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

Potret 5 (Lima) TPA Memanfaatkan Gas Metan (CH4)

Penanggungjawab: Direktur IGRK dan MPV

Penyunting:Hari Wibowo

Penyusun:

Penulis:Rully Dhora CarolynErny Wibawanti

Pakar:Dr. Febrian Hadinata (Universitas Sriwijaya)

ISBN:

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, micro film, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut:

Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verikasi (2019). Profil Pemanfaatan Gas Metan di Tempat Pemrosesan Akhir. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Diterbitkan oleh: Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi–Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jl. Jend. Gatot Subroto, Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 6 Wing A, Jakarta 10270, Indonesia, Telp/Fax : 021 57903073; E-mail: [email protected]

iv POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

Potret 5 (Lima) TPA Memanfaatkan Gas Metan (CH4)

Penanggungjawab: Direktur IGRK dan MPV

Penyunting:Hari Wibowo

Penyusun:

Penulis:Rully Dhora CarolynErny Wibawanti

Pakar:Dr. Febrian Hadinata (Universitas Sriwijaya)

ISBN:

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang menggunakan isi maupun memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, micro film, elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan mencantumkan sumbernya sebagai berikut:

Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verikasi (2019). Profil Pemanfaatan Gas Metan di Tempat Pemrosesan Akhir. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Diterbitkan oleh: Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring, Pelaporan, Verifikasi–Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jl. Jend. Gatot Subroto, Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lantai 6 Wing A, Jakarta 10270, Indonesia, Telp/Fax : 021 57903073; E-mail: [email protected]

vPOTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

KATA PENGANTAR

Dalam upaya pencapaian target NDC, Pemerintah memerlukan dukungan tidak hanya dari Party Stakeholders (PS) namun juga dari Non-Party Stakeholders (NPS), antara lain dukungan pemerintah daerah. Dengan dukungan tersebut diharapkan perencanaan yang bersifat top down, seperti Rencana Aksi Nasional dan NDC dapat diarusutamakan di dalam perencanaan pembangunan daerah. Secara khusus bagi sektor limbah, target pengurangan emisi pada tahun 2030 adalah sebesar 11 juta Ton CO2e.

Target ini dapat dipenuhi dari berbagai aksi mitigasi dalam pengelolaan limbah padat dan cair. Salah satu potensi reduksi emisi pada limbah padat domestik adalah upaya pemanfaatan gas metan (CH4) dari tempat pengolahan sampah akhir (TPA) atau Land Fill Gas (LFG). Pemanfaatan LFG ini dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif dalam bentuk listrik maupun bahan bakar bagi Pemerintah Daerah. Namun sangat disayangkan hingga saat ini data aktifitas aksi mitigasi LFG belum terdokumentasi dengan baik.

Buku ini mencoba memotret beberapa TPA yang telah melaksanakan aksi pemanfaatan LFG, guna memberikan gambaran umum untuk menstimulasi proyek – proyek pemanfaatan gas metan di TPA seluruh Indonesia. Pemanfaatan gas metan di TPA ini diharapakan akan berkontribusi terhadap pencapaian target NDC Indonesia. Akhir kata, ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang berkontribusi dalam penyusunan buku ini.

Direktur,

Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc

Kata Pengantar VDaftar Isi ViDaftar Gambar viiDaftar Tabel viiPendahuluan 1Maksud dan Tujuan 3Ruang Lingkup 5Waktu dan Lokasi Pelaksanaan 5Emisi Gas Rumah Kaca 6Potensi Reduksi Emisi Grk dari Aksi Pemanfaatan Gas Metan 9Profil Tempat Pemrosesan Akhir 11Tpa Bantargebang 13Tpa Supiturang 16Tpa Manggar 18Tpa Jatibarang 20Tpa Banyuroto 22Penutup 24Daftar Pustaka 25

vi POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar VDaftar Isi ViDaftar Gambar viiDaftar Tabel viiPendahuluan 1Maksud dan Tujuan 3Ruang Lingkup 5Waktu dan Lokasi Pelaksanaan 5Emisi Gas Rumah Kaca 6Potensi Reduksi Emisi Grk dari Aksi Pemanfaatan Gas Metan 9Profil Tempat Pemrosesan Akhir 11Tpa Bantargebang 13Tpa Supiturang 16Tpa Manggar 18Tpa Jatibarang 20Tpa Banyuroto 22Penutup 24Daftar Pustaka 25

vi POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

DAFTAR ISI

viiPOTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

DAFTAR GAMBARGambar 1. Emisi GRK dari sampah 7Gambar 2. Emisi GRK Sektor Limbah 7Gambar 3. Potensi Pemanfaatan LFG 10Gambar 4. Grafik perbandingan pertumbuhan penduduk dengan timbulan sampah

12

Gambar 5. Lokasi TPA Bantargebang (Sumber : Google Map, Februari 2021)

13

Gambar 6. Instalasi pemanfaatan LFG sebagai pembangkit tenaga listrik

15

Gambar 7. Denah TPA Supiturang 16Gambar 10. Pemanfaatan LFG sebagai sumber listrik dan kompor 17Gambar 8. Pipa alir gas 17Gambar 9. Instalasi pemurnian gas di TPA Supiturang 17Gambar 11. Peta TPA Manggar 19Gambar 12. Pengelolaan Lindi pada IPAL 19Gambar 13. lapisan dasar landfill 19Gambar 14. pipa saluran gas 19Gambar 15. LFG digunakan untuk memasak 19Gambar 17. Membran penangkap LFG 21Gambar 18. Instalasi pembangkit listrik memanfaatkan LFG 22Gambar 19. Pemanfaatan LFG di TPA Banyuroto 23

DAFTAR TABELTabel 1. Potensi Reduksi Emisi dari 5 (lima) TPA 11Tabel 2. Luas Zona Lahan Urug Saniter 14

viii POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

viii POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

Dampak perubahan iklim akibat naiknya suhu bumi telah menunjukkan pengaruhnya dalam berbagai segi kehidupan manusia. Oleh karena itu diperlukan usaha bersama yang membutuhkan kontribusi dari banyak pihak dalam mengatasi dan mencegah percepatannya. Berbagai kegiatan manusia (antropogenis) telah menyumbangkan emisi gas rumah kaca baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum IPCC telah mengelompokkan berbagai kegiatan tersebut ke dalam 4 (empat) sektor, yaitu sektor Energi, IPPU, Limbah dan AFOLU (Pertanian, Kehutanan dan Penggunaan Lahan).

Pemerintah Indonesia merupakan salah satu negara terdepan dalam menyuarakan dan melakukan upaya penanggulangan perubahan iklim. Sebagai salah satu bentuk kontribusinya, Pemerintah telah menetapkan target reduksi emisi dari setiap sektor yang harus dicapai pada tahun 2030.

PENDAHULUAN

1POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

Secara khusus bagi sektor limbah, target reduki emisi GRK hingga tahun 2030 adalah sebesar 11 juta Ton CO2e. Target ini dapat dipenuhi dari berbagai aksi mitigasi dalam pengelolaan limbah padat dan cair. Di antara berbagai upaya pengelolaan limbah, salah satu potensi reduksi emisi pada limbah padat domestik adalah pemanfaatan gas metan (CH4) yang dihasilkan dari tempat pengolahan sampah akhir (TPA) atau Land Fill Gas (LFG).

Sumber : strategi implementasi NDC

Pemanfaatan LFG ini dapat menjadi salah satu bentuk kegiatan waste to energy karena LFG dapat menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk listrik maupun bahan bakar. Namun sayangnya hingga saat ini pelaksanaan aksi pemanfaatan dan data aktifitas aksi mitigasi LFG belum berjalan optimal di berbagai lokasi TPA. Belum terdokumentasinya kegiatan ini dengan baik, menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan aksi pemanfaatan metan ini antara lain adalah kurangnya sarana prasarana dalam TPA, pencatatan yang belum teratur, dan yang paling signifikan adalah kurangnya pengetahuan akan metodologi pengukuran penurunan/reduksi emisi GRK.

Kondisi ketersediaan data di tiap tapak TPA memiliki keragaman, kondisi ini sangat tergantung pada ketersediaan sarana prasarana yang dibutuhkan

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

2

Secara khusus bagi sektor limbah, target reduki emisi GRK hingga tahun 2030 adalah sebesar 11 juta Ton CO2e. Target ini dapat dipenuhi dari berbagai aksi mitigasi dalam pengelolaan limbah padat dan cair. Di antara berbagai upaya pengelolaan limbah, salah satu potensi reduksi emisi pada limbah padat domestik adalah pemanfaatan gas metan (CH4) yang dihasilkan dari tempat pengolahan sampah akhir (TPA) atau Land Fill Gas (LFG).

Sumber : strategi implementasi NDC

Pemanfaatan LFG ini dapat menjadi salah satu bentuk kegiatan waste to energy karena LFG dapat menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk listrik maupun bahan bakar. Namun sayangnya hingga saat ini pelaksanaan aksi pemanfaatan dan data aktifitas aksi mitigasi LFG belum berjalan optimal di berbagai lokasi TPA. Belum terdokumentasinya kegiatan ini dengan baik, menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan aksi pemanfaatan metan ini antara lain adalah kurangnya sarana prasarana dalam TPA, pencatatan yang belum teratur, dan yang paling signifikan adalah kurangnya pengetahuan akan metodologi pengukuran penurunan/reduksi emisi GRK.

Kondisi ketersediaan data di tiap tapak TPA memiliki keragaman, kondisi ini sangat tergantung pada ketersediaan sarana prasarana yang dibutuhkan

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

2

dalam pengukuran dan pencatatan data aktifitas. Ketersediaan data aktifitas di lapangan akan mempengaruhi tingkat akurasi pengukuran reduksi emisi yang dihasilkan dari aksi pemanfaatan gas metan ini.

Mempertimbangkan uraian di atas, maka salah satu upaya dalam memetakan aksi pemanfaatan LFG di Indonesia adalah dengan memotret kondisi pelaksanaan aksi di tingkat tapak. Kegiatan ini didukung oleh proyek kerjasama Climate Governance (GIZ – Ditjen PPI). Hal ini diharapkan akan mendukung proses Monitoring Pelaporan dan Verifikasi (MPV) terhadap capaian reduksi emisi yang ajukan penanggung jawab aksi.

MAKSUD DAN TUJUANMaksud dari kegiatan ini adalah untuk memotret kondisi di 5 (lima) TPA yang telah memanfaatkan LFG baik dalam skala kecil (non komersil) maupun besar (komersil). Sehingga secara khusus ini bertujuan untuk :

mendukung upaya reduksi emisi di sektor limbah

menyajikan informasi TPA yang memanfaatkan gas

metan

sebagai referensi bagi pelaksanaan aksi pemanfaatan

metan

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

3

diajukan penanggung jawab aksi.

gas metan

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

4

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

4

RUANG LINGKUPKegiatan ini secara khusus memotret profil Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang memiliki potensi penurunan (reduksi) emisi dari aksi pemanfaatan gas metan yang dihasilkan. Kelima TPA tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis yang dibina oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah (Provinsi/Kota/Kabupaten).

WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAANKegiatan ini berlangsung sejak bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Oktober 2019. Uji petik dilakukan di TPA dalam wilayah Kabupaten/Kota sebagai berikut :

1. TPA Bantargebang, Provinsi DKI2. TPA Supiturang, Kota Malang3. TPA Manggar, Kota Balikpapan4. TPA Jatibarang, Kota Semarang5. TPA Banyuroto, Kabupaten Kulonprogo

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

5

EMISI GAS RUMAH KACASEKTOR LIMBAHGas rumah kaca (GRK) yang diperhitungkan dalam IPCC guideline dan dianggap berkontribusi dalam memberikan efek pemanasan global terdiri dari 6 (enam) jenis gas, yaitu :

1. Karbondioksida (CO2), berasal dari respirasi makhluk hidup, pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batubara, dan gas alami)

2. Methana (CH4), berasal dari persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil

3. Nitrous oksida (N2O), berasal dari kegiatan pertanian/pemupukan, transportasi dan proses industry

4. Hidrofluorokarbon (CF4), berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran

5. Perfluorocarbon (C2F6), berasal dari proses industry6. Sulfur heksafluorida, berasal dari proses industry

Secara khusus pada proses pengelolaan sampah, GRK akan dihasilkan mulai dari timbulan sampah sampai dengan proses di tempat pemrosesan akhir (TPA). GRK yang dihasilkan dari proses pengelolaan sampah perkotaan didominasi oleh gas karbon dioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Sampah timbul dari sisa proses produksi dan sisa pemakaian produk, baik dari aktifitas domestik/rumah tangga, pasar, pertokoan, penyapuan jalan dan taman atau, industri yang menghasilkan buangan padat sisa produksi (Damanhuri, 2004).

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

6

industri

industriindustri

EMISI GAS RUMAH KACASEKTOR LIMBAHGas rumah kaca (GRK) yang diperhitungkan dalam IPCC guideline dan dianggap berkontribusi dalam memberikan efek pemanasan global terdiri dari 6 (enam) jenis gas, yaitu :

1. Karbondioksida (CO2), berasal dari respirasi makhluk hidup, pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batubara, dan gas alami)

2. Methana (CH4), berasal dari persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil

3. Nitrous oksida (N2O), berasal dari kegiatan pertanian/pemupukan, transportasi dan proses industry

4. Hidrofluorokarbon (CF4), berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran

5. Perfluorocarbon (C2F6), berasal dari proses industry6. Sulfur heksafluorida, berasal dari proses industry

Secara khusus pada proses pengelolaan sampah, GRK akan dihasilkan mulai dari timbulan sampah sampai dengan proses di tempat pemrosesan akhir (TPA). GRK yang dihasilkan dari proses pengelolaan sampah perkotaan didominasi oleh gas karbon dioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Sampah timbul dari sisa proses produksi dan sisa pemakaian produk, baik dari aktifitas domestik/rumah tangga, pasar, pertokoan, penyapuan jalan dan taman atau, industri yang menghasilkan buangan padat sisa produksi (Damanhuri, 2004).

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

6

Gambar 1. Emisi GRK dari sampah

Sumber sampah akan menghasilkan sejumlah sampah yang secara kuantitas disebut timbulan sampah. Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang dapat dinyatakan dalam satuan berat ataupun volume. Jumlah dan komposisi sampah yang timbul dari berbagai provinsi di Indonesia sangat bervariasi dan tergantung pada aspek ekonomi, sosial, budaya dan gaya hidup masyarakat, peraturan, iklim, pengelolaan awal dari sampah, dan aktifitas daur ulang serta ukuran kota.

Gambar 2. Emisi GRK Sektor Limbah

Emisi GRK dari timbunan sampah

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

7

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

8

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

8

POTENSI REDUKSI EMISI GRK DARI AKSI PEMANFAATAN GAS METANSeperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, pengelolaan sampah merupakan salah satu aksi mitigasi yang berpotensi menurunkan emisi GRK dibandingkan jika sampah tersebut dibiarkan begitu saja. GRK dari pengelolaan sampah di suatu wilayah (kota/kabupaten) dihasilkan dari TPA yang menjadi titik akhir pengelolaan sampah. Dengan demikian aksi mitigasi yang dapat dilakukan sehubungan dengan emisi GRK dari TPA sampah menjadi sangat penting.

Aksi – aksi mitigasi yang dapat dilakukan di dalam TPA antara lain adalah : pengomposan, pemanfaatan sampah kertas (3R), pemanfaatan sampah sebagai bahan baku bagi sumber energi alternatif (RDF), dan pemanfaatan gas metana yang dihasilkan timbunan sampah (Landfill gas/LFG). Emisi Metana di TPA dihasilkan dari proses dekomposisi bakterial komponen sampah yang biodegradable yang terjadi dalam kondisi anaerobik.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

9

Dalam lingkungan TPA, emisi dari LFG dapat :1. Terlepas ke udara secara natural sebagai GRK atau venting2. Dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (PLTSa)3. Dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk memasak (panas/

steam)4. Dibakar (flaring) untuk menghindari pelepasan CH4 (menjadi CO2), atau

disebut dengan

Gambar 3. Potensi Pemanfaatan LFG

Dari aksi – aksi mitigasi tersebut, pemanfaatan LFG adalah aksi yang memberikan kontribusi besar terhadap reduksi emisi metana. Namun sayangnya belum banyak TPA yang menghitung potensi reduksi ini karena keterbatasan data aktifitas. Pada tahun 2020, KLHK melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, telah mengeluarkan pedoman bagi penghitungan reduksi emisi dari aksi pemanfaatan LFG. Metodologi ini dimuat dalam Buku Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK Edisi Tahun 2020.

Metodologi ini disusun dengan memperhatikan ketersediaan data di tiap TPA. Berdasarkan uji petik di 5 (lima) TPA di tahun 2019, telah diketahui potensi reduksi dari masing – masing TPA yang tersaji pada tabel 1 (satu) berikut.

Emisi GRK dari timbunan sampah PLTSa

Kompor

Pembakaran

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

10

methan avoidance.

Dalam lingkungan TPA, emisi dari LFG dapat :1. Terlepas ke udara secara natural sebagai GRK atau venting2. Dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik (PLTSa)3. Dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif untuk memasak (panas/

steam)4. Dibakar (flaring) untuk menghindari pelepasan CH4 (menjadi CO2), atau

disebut dengan

Gambar 3. Potensi Pemanfaatan LFG

Dari aksi – aksi mitigasi tersebut, pemanfaatan LFG adalah aksi yang memberikan kontribusi besar terhadap reduksi emisi metana. Namun sayangnya belum banyak TPA yang menghitung potensi reduksi ini karena keterbatasan data aktifitas. Pada tahun 2020, KLHK melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, telah mengeluarkan pedoman bagi penghitungan reduksi emisi dari aksi pemanfaatan LFG. Metodologi ini dimuat dalam Buku Metodologi Penghitungan Reduksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK Edisi Tahun 2020.

Metodologi ini disusun dengan memperhatikan ketersediaan data di tiap TPA. Berdasarkan uji petik di 5 (lima) TPA di tahun 2019, telah diketahui potensi reduksi dari masing – masing TPA yang tersaji pada tabel 1 (satu) berikut.

Emisi GRK dari timbunan sampah PLTSa

Kompor

Pembakaran

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

10

Tabel 1. Potensi Reduksi Emisi dari 5 (lima) TPA

No Nama TPA Jenis Pemanfaatan Estimasi reduksi emisi GRK (ton CO2e)

Pemanfaatan LFG(setara MWe)

1 Supit Urang Pembangkitan listrik 980 0,0656

2 Jatibarang Termal 28.271 0,9837

3 Banyuroto Termal 46 0,0031

4 Bantar Gebang Pembangkitan listrik 48.195 1,0061

5 Manggar Termal 381

Catatan

1. Project emission diabaikan untuk meghindari double counting dengan inventori sektor energi dan limbah.

2. Diperlukan sampling konsentrasi CH4 di mulut pipa gas. 3. Energy Conversion Efficiency (40% untuk listrik & 90% untuk panas).4. Jam kerja untuk pemanfaatan thermal = 8.760 jam, dan untuk pembangkitan listrik = 8.322 jam.

PROFIL TEMPAT PEMROSESAN AKHIRPertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan jumlah volume sampah (Gambar). Jumlah volume sampah yang terus meningkat akan menjadi masalah lingkungan yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Sehingga pengelolaan sampah perkotaan yang baik merupakan keharusan. Pengelolaan sampah domestik di Indonesia masuih menghadapi banyak masalah seperti :

1. Mayoritas kota tidak memiliki perencanaan yang konsisten dalam penanganan sampah

2. Pengelolaan persampahan belum diberikan prioritas yang cukup dalam peraturan Pemerintah daerah sehungga menjadikan pengelolaan sampah sangat terbatas

3. Fasilitas TPA yang terbatas

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

11

(Gambar 4).

masih

sehingga

Gambar 4. Grafik perbandingan pertumbuhan penduduk dengan timbulan sampah

(Sumber : pengolahan data ADIPURA dan BPS)

Untuk menyelesaikan masalah persampahan di atas Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai penyelenggara pengelolaan sampah di level Kota/Kabupaten perlu meningkatkan program revitalisasi pengelolaan sampah yang meliputi penyempurnaan institusi pengelola sampah, peraturan perundangan terkait, isu – isu teknis pengelolaan sampah, infrastruktur pendukung, alternative pembiayaan dan investasi, serta peningkatan kesadaran, budaya dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, pengelolaan sampah ke depan sekurang – kurangnya menerapkan dua kebijakan utama. Kebijakan pertama adalah pengurangan (reduce) sampah di sumber sebanyak mungkin, penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) sebelum diangkut ke TPA. Kebijakan kedua yaitu pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengintegrasikan partisipasi masyarakat.

Selanjutnya pengelolaan sampah ke depan harus mulai memperhitungkan konversi sampah menjadi sumber energi alternative. Pengelolaan sampah harus

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

12

Gambar 4. Grafik perbandingan pertumbuhan penduduk dengan timbulan sampah

(Sumber : pengolahan data ADIPURA dan BPS)

Untuk menyelesaikan masalah persampahan di atas Pemerintah Kota/Kabupaten sebagai penyelenggara pengelolaan sampah di level Kota/Kabupaten perlu meningkatkan program revitalisasi pengelolaan sampah yang meliputi penyempurnaan institusi pengelola sampah, peraturan perundangan terkait, isu – isu teknis pengelolaan sampah, infrastruktur pendukung, alternative pembiayaan dan investasi, serta peningkatan kesadaran, budaya dan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, pengelolaan sampah ke depan sekurang – kurangnya menerapkan dua kebijakan utama. Kebijakan pertama adalah pengurangan (reduce) sampah di sumber sebanyak mungkin, penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) sebelum diangkut ke TPA. Kebijakan kedua yaitu pengelolaan sampah harus dilakukan dengan mengintegrasikan partisipasi masyarakat.

Selanjutnya pengelolaan sampah ke depan harus mulai memperhitungkan konversi sampah menjadi sumber energi alternative. Pengelolaan sampah harus

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

12

terintegrasi pula dengan kegiatan mitigasi perubahan iklim sehingga terjadi co-benefit yang menguntungkan perhatian yang lebih besar baik dari sisi progam maupun anggaran merupakan tantangan bagi setiap kota/kabupaten dalam rangka menciptakan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan.

Pada tahun 2019, Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV mencoba memotret 5 (lima) TPA yang telah melakukan aksi pemanfaatan LFG. Kelima TPA ini memiliki kondisi dan karakter wilayah yang beragam. Potret kelima TPA ini dalam melakukan aksi mitigasi diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi TPA lain di seluruh Indonesia.

TPA BANTARGEBANGSebagai Daerah Khusus Ibukota, Jakarta memiliki persoalan yang kompleks dalam pengelolaan sampah. Tempat pembuangan sampah akhir sampah provinsi ini berada di Bantar Gebang, yang merupakan wilayah Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul dan Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi.

Gambar 5. Lokasi TPA Bantargebang (Sumber : Google Map, Februari 2021)

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

13

Sejak tahun 2011, TPA ini ditingkatkan kinerjanya menjadi TPST Bantar Gebang (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu). Luas area sebesar 110,3 Ha terdiri dari luas efektif TPST 81,91 % dan sisanya 18,09% untuk prasarana seperti jalan masuk, jalan kantor dan Instalasi Pengolahan Lindi.

Tabel 2. Luas Zona Lahan Urug Saniter

Zona Luas(Ha)

Zona I 18,3Zona II 17,7Zona III 25,41Zona IV 11,0Zona V 9,5Luas Zona yang ada 81,91Total Luas TPST Bantargebang 110,3

TPA Bantar gebang mulai beroperasi sejak tahun 1989 oleh BKLH Provinsi DKI Jakarta dan BKL Provinsi Jawa Barat yang kemudian direvisi dengan surat persetujuan kelayakan lingkungan AMDAL, RKL dan RPL No. 660.1/206.BPLH. AMDAL/III/2010 tanggal 11 Maret 2010. Volume Sampah yang masuk ke TPST ini rata-rata 6.500 ton – 7.000 ton/hari.

Proses Sistem pengolahan sampahnya berjalan dengan alur sebagai berikut : • Sampah dari Jakarta dibersihkan secara berkala dan diangkut di TPST

Bantargebang • Setiap kendaraan yang masuk TPST Bantar gebang akan didata, validasi,

ditimbang menggunakan komputer. • Pembongkaran sampah dari truk ke titik buang secara estafet menggunakan

alat berat dan sampah organik di titik pengomposan • Meratakan dan memadatkan sampah dengan alat berat • Dilakukan penutupan tanah harian setebal 20 cm dan apabila ketinggian

sampah mencapai 5 m maka penutupan sampahnya 30 cm • Tumpukan sampah di landfill perlu diproses lanjutan.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

14

Sejak tahun 2011, TPA ini ditingkatkan kinerjanya menjadi TPST Bantar Gebang (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu). Luas area sebesar 110,3 Ha terdiri dari luas efektif TPST 81,91 % dan sisanya 18,09% untuk prasarana seperti jalan masuk, jalan kantor dan Instalasi Pengolahan Lindi.

Tabel 2. Luas Zona Lahan Urug Saniter

Zona Luas(Ha)

Zona I 18,3Zona II 17,7Zona III 25,41Zona IV 11,0Zona V 9,5Luas Zona yang ada 81,91Total Luas TPST Bantargebang 110,3

TPA Bantar gebang mulai beroperasi sejak tahun 1989 oleh BKLH Provinsi DKI Jakarta dan BKL Provinsi Jawa Barat yang kemudian direvisi dengan surat persetujuan kelayakan lingkungan AMDAL, RKL dan RPL No. 660.1/206.BPLH. AMDAL/III/2010 tanggal 11 Maret 2010. Volume Sampah yang masuk ke TPST ini rata-rata 6.500 ton – 7.000 ton/hari.

Proses Sistem pengolahan sampahnya berjalan dengan alur sebagai berikut : • Sampah dari Jakarta dibersihkan secara berkala dan diangkut di TPST

Bantargebang • Setiap kendaraan yang masuk TPST Bantar gebang akan didata, validasi,

ditimbang menggunakan komputer. • Pembongkaran sampah dari truk ke titik buang secara estafet menggunakan

alat berat dan sampah organik di titik pengomposan • Meratakan dan memadatkan sampah dengan alat berat • Dilakukan penutupan tanah harian setebal 20 cm dan apabila ketinggian

sampah mencapai 5 m maka penutupan sampahnya 30 cm • Tumpukan sampah di landfill perlu diproses lanjutan.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

14

Fasilitas pengelolaan sampah di dalam TPST mencakup : unit pengomposan, aktifitas 3R, penimbunan sampah dengan struktur cell land fill dan mekanisme controlled landfill, serta unit penangkapan biogas (LFG recovery) yang dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga listrik.

Gambar 6. Instalasi pemanfaatan LFG sebagai pembangkit tenaga listrik

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

15

TPA SUPITURANGKota Malang dengan luasan 110,06 Km2 meliputi 5 (lima) wilayah kecamatan merupakan kota terbesar ke-dua di Provinsi Jawa Timur. Poplasi Kota Malang tahun 2018 sejumlah 907.346 Jiwa dengan potensi timbulan sampah yang dihasilkan sebesar 664,62 ton/hari. Dari total timbulan tersebut, sebesar 499 ton sampah masuk ke TPA Supit Urang untuk dikelola.

TPA Supit Urang merupakan tempat pengelolaan sampah yang bersifat controlled landfill dengan luasan 32,65 Ha, dengan cakupan layanan 96% dari wilayah kota Malang. Volume sampah yang dikelola TPA adalah sebesar 499,00 ton/hari. TPA ini dilengkapi fasilitas pemilahan dan pengolahan sampah. Selain itu TPA ini juga akan membangun pengolahan air lindi melalui kerjasama dengan kfw (jerman) ditargetkan beroperasi Januari 2020.

Gambar 7. Denah TPA Supiturang

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

16

TPA SUPITURANGKota Malang dengan luasan 110,06 Km2 meliputi 5 (lima) wilayah kecamatan merupakan kota terbesar ke-dua di Provinsi Jawa Timur. Poplasi Kota Malang tahun 2018 sejumlah 907.346 Jiwa dengan potensi timbulan sampah yang dihasilkan sebesar 664,62 ton/hari. Dari total timbulan tersebut, sebesar 499 ton sampah masuk ke TPA Supit Urang untuk dikelola.

TPA Supit Urang merupakan tempat pengelolaan sampah yang bersifat controlled landfill dengan luasan 32,65 Ha, dengan cakupan layanan 96% dari wilayah kota Malang. Volume sampah yang dikelola TPA adalah sebesar 499,00 ton/hari. TPA ini dilengkapi fasilitas pemilahan dan pengolahan sampah. Selain itu TPA ini juga akan membangun pengolahan air lindi melalui kerjasama dengan kfw (jerman) ditargetkan beroperasi Januari 2020.

Gambar 7. Denah TPA Supiturang

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

16

Dalam studi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, diketahui bahwa TPA Supiturang memiliki potensi gas metan sebesar 4.521 ton/tahun yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Saat ini telah dibangun fasilitas berupa pipa – pia aliran gas metan dari 72 titik (sumur gas) yang langsung mengalir ke rumah tangga sekitar TPA.

Gambar – gambar berikut menyajikan potret pemanfaatan LFG di TPA Supiturang.

Gambar 8. Pipa alir gas

Gambar 9. Instalasi pemurnian gas di TPA Supiturang

Gambar 10. Pemanfaatan LFG sebagai sumber listrik dan kompor

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

17

Dalam studi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, diketahui bahwa TPA Supiturang memiliki potensi gas metan sebesar 4.521 ton/tahun yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Saat ini telah dibangun fasilitas berupa pipa – pia aliran gas metan dari 72 titik (sumur gas) yang langsung mengalir ke rumah tangga sekitar TPA.

Gambar – gambar berikut menyajikan potret pemanfaatan LFG di TPA Supiturang.

Gambar 8. Pipa alir gas

Gambar 9. Instalasi pemurnian gas di TPA Supiturang

Gambar 10. Pemanfaatan LFG sebagai sumber listrik dan kompor

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

17

Dalam studi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, diketahui bahwa TPA Supiturang memiliki potensi gas metan sebesar 4.521 ton/tahun yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Saat ini telah dibangun fasilitas berupa pipa – pia aliran gas metan dari 72 titik (sumur gas) yang langsung mengalir ke rumah tangga sekitar TPA.

Gambar – gambar berikut menyajikan potret pemanfaatan LFG di TPA Supiturang.

Gambar 8. Pipa alir gas

Gambar 9. Instalasi pemurnian gas di TPA Supiturang

Gambar 10. Pemanfaatan LFG sebagai sumber listrik dan kompor

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

17

Pada periode awal pemanfaatan gas metan, 72 sumur tersebut mampu melayani sejumlah 510 rumah tangga, namun akibat beberapa kerusakan pipa/saluran dan penurunan kandungan gas metan di beberapa titik, pada tahun 2019 penerima manfaat gas metan berjumlah 100 rumah tangga.

Dalam studi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, diketahui bahwa TPA Supiturang memiliki potensi gas metan sebesar 4.521 ton/tahun yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Saat ini telah dibangun fasilitas berupa pipa – pia aliran gas metan dari 72 titik (sumur gas) yang langsung mengalir ke rumah tangga sekitar TPA.

Gambar – gambar berikut menyajikan potret pemanfaatan LFG di TPA Supiturang.

Gambar 8. Pipa alir gas

Gambar 9. Instalasi pemurnian gas di TPA Supiturang

Gambar 10. Pemanfaatan LFG sebagai sumber listrik dan kompor

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

17

TPA MANGGARTPA Manggar adalah fasilitas milik Pemerintah Kota Balikpapan yang berdiri di atas lahan seluas 27,1 hektar. Tepatnya pada 13 Januari 2012 TPA Manggar resmi beroperasi. Lahan yang digunakan untuk TPA sampah kota Balikpapan adalah milik Pemerintah kota Balikpapan yang dibeli masyarakat pada tahun 1997 - 2015 dengan luas 49,89 Ha. TPA manggar bisa menampung 400 – 700 ton sampah rumah tangga (70% dari timbunan sampah), 20 % dari sampah tersebut sudah diproses dari rumah tangga sebelum sampai ke TPA.

Selain sumur penampungan sampah, TPA ini memiliki fasilitas antara lain berupa jembatan timbang dan pipa – pipa saluran gas metana. Secara garis besar prasarana dan sarana yang ada di TPAS Manggar antara lain :

1. Fasilitas Umum2. Fasilitas Perlindungan Lingkungan3. Fasilitas Operasional4. Fasilitas Penunjang5. Fasilitas Tambahan

Dengan letak geografis dan pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan pesatnya perkembangan ekonomi kota Balikpapan, pada sektor perdagangan, jasa, industry dan pariwisata. Kondisi tersebut diatas mempengaruhi jumlah timbulan sampah kota Balikpapan, yang berdasarkan data timbulan sampah yang masuk ke TPA Manggar pada tahun 2016, sebesar 130.671 ton/ tahun atau 358 ton/hari (data DLH Kota Balikpapan 2016). Timbulan sampah ini apabila tidak dilakukan penanganan dengan baik akan menimbulkan dampak persoalan sampah terhadap kesehatan, lingkungan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

18

Saat ini, TPA manggar telah menyalurkan gas metannya kepada 165 rumah tangga guna dimanfaatkan warga untuk memasak.

TPA MANGGARTPA Manggar adalah fasilitas milik Pemerintah Kota Balikpapan yang berdiri di atas lahan seluas 27,1 hektar. Tepatnya pada 13 Januari 2012 TPA Manggar resmi beroperasi. Lahan yang digunakan untuk TPA sampah kota Balikpapan adalah milik Pemerintah kota Balikpapan yang dibeli masyarakat pada tahun 1997 - 2015 dengan luas 49,89 Ha. TPA manggar bisa menampung 400 – 700 ton sampah rumah tangga (70% dari timbunan sampah), 20 % dari sampah tersebut sudah diproses dari rumah tangga sebelum sampai ke TPA.

Selain sumur penampungan sampah, TPA ini memiliki fasilitas antara lain berupa jembatan timbang dan pipa – pipa saluran gas metana. Secara garis besar prasarana dan sarana yang ada di TPAS Manggar antara lain :

1. Fasilitas Umum2. Fasilitas Perlindungan Lingkungan3. Fasilitas Operasional4. Fasilitas Penunjang5. Fasilitas Tambahan

Dengan letak geografis dan pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan pesatnya perkembangan ekonomi kota Balikpapan, pada sektor perdagangan, jasa, industry dan pariwisata. Kondisi tersebut diatas mempengaruhi jumlah timbulan sampah kota Balikpapan, yang berdasarkan data timbulan sampah yang masuk ke TPA Manggar pada tahun 2016, sebesar 130.671 ton/ tahun atau 358 ton/hari (data DLH Kota Balikpapan 2016). Timbulan sampah ini apabila tidak dilakukan penanganan dengan baik akan menimbulkan dampak persoalan sampah terhadap kesehatan, lingkungan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

18

Gambar 11. Peta TPA Manggar

Gambar (sesuai arah jarum jam) : (12) Pengelolaan Lindi pada IPAL, (13) lapisan dasar landfill, (14) pipa saluran gas, (15) LFG digunakan untuk memasak

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

19

TPA JATIBARANGTPA Jatibarang adalah TPA terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Kota Semarang. TPA Jatibarang ini adalah TPA utama yang menampung 70% dari limbah Kota Semarang, dimana TPA Jatibarang mampu menampung 800 hingga 900 ton sampah per hari. Lokasi TPA ini berada di Kelurahan Kedungpane, Kabupaten Mijen, Kota Semarang, dengan total luas 46.02 Ha yang terbagi menjadi:

• Area limbah : 27,64 Ha • Infrastruktur : 4.6 Ha • Kolam resapan: 4.6 Ha • Sabuk hijau : 4.6 Ha • Tanah penutup : 4.6 Ha

TPA Jatibarang mulai beroperasi pada bulan Maret tahun 1992, yang pengelolaannya dikelola oleh Dinas Sanitasi dan Pertamanan Kota Semarang, namun sejak tahun 2016 pengelolaan telah dialihkan ke Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang. Pada awalnya, pengelolaan sampah di TPA Jatibarang menggunakan metode pengelolaan sampah dengan dumping terbuka, namun pada tahun 1993-1994 telah beralih menggunakan metode controlled landfill dan pada tahun 1995 beralih ke metode sanitary landfill.

Gambar 16. Timbunan sampah di TPA Jatibarang

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

20

TPA JATIBARANGTPA Jatibarang adalah TPA terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Kota Semarang. TPA Jatibarang ini adalah TPA utama yang menampung 70% dari limbah Kota Semarang, dimana TPA Jatibarang mampu menampung 800 hingga 900 ton sampah per hari. Lokasi TPA ini berada di Kelurahan Kedungpane, Kabupaten Mijen, Kota Semarang, dengan total luas 46.02 Ha yang terbagi menjadi:

• Area limbah : 27,64 Ha • Infrastruktur : 4.6 Ha • Kolam resapan: 4.6 Ha • Sabuk hijau : 4.6 Ha • Tanah penutup : 4.6 Ha

TPA Jatibarang mulai beroperasi pada bulan Maret tahun 1992, yang pengelolaannya dikelola oleh Dinas Sanitasi dan Pertamanan Kota Semarang, namun sejak tahun 2016 pengelolaan telah dialihkan ke Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang. Pada awalnya, pengelolaan sampah di TPA Jatibarang menggunakan metode pengelolaan sampah dengan dumping terbuka, namun pada tahun 1993-1994 telah beralih menggunakan metode controlled landfill dan pada tahun 1995 beralih ke metode sanitary landfill.

Gambar 16. Timbunan sampah di TPA Jatibarang

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

20

Di TPA Jatibarang, fasilitas drainase untuk mengendalikan air hujan, yang tersedia berupa sungai. Sedangkan untuk instalasi pengolahan air lindi dan saluran pengumpul lindi juga sudah tersedia, yaitu berupa kolam lindi yang digunakan untuk menyimpan lindi yang dihasilkan sampah sebelum diproses, namun saat ini kolam lindi tersebut sudah tidak digunakan lagi. Fasilitas pos kontrol operasional tersedia di lokasi ini, yang berfungsi sebagai tempat untuk memantau dan mengendalikan kegiatan operasional di lokasi TPA Jatibarang. Fasilitas kontrol gas metana di lokasi ini berbentuk pipa yang diberi pengukur tekanan gas. Hal ini dimaksudkan agar gas metana yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah, dapat didistribusikan ke rumah-rumah penduduk sekitar.

Gambar 17. Membran penangkap LFG

Pemanfaatan gas metana (CH4) sebagai gas alternatif (biogas), dilakukan dengan menancapkan pipa di TPA sedalam kurang lebih 5 meter, kemudian hasil penyerapan gas metana dari limbah/ sampah TPA dialirkan ke rumah-rumah warga sekitar. Gas metana ini dapat digunakan untuk memasak sebagai pengganti gas LPG. Area pemanenan gas di lokasi pemrosesan akhir Jatibarang adalah seluas ± 9 Ha, dimana dengan menggunakan proses ini dapat mengalirkan gas metana berkapasitas 72 meter kubik dari timbunan sampah di TPA, secara gratis ke 100 rumah warga. Sistem ini cukup efektif karena selain dapat mengurangi limbah anorganik, juga dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

21

Gambar 18. Instalasi pembangkit listrik memanfaatkan LFG

TPA BANYUROTOTPA Banyuroto dibangun tahun 2008 berada di desa Dlinggo, kelurahan Banyuroto , Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo dengan luas lahan 2, 5 Ha. TPA Banyroto berada di jarak kurang lebih 10Km darai kota wates kearah utara.Lahan TPA banyuroto 0,5 Ha sebagai IPLT, 0,5 ha sebgai Zona 2, (0,5 sbagai hangar, gudang, alat berat dan kantor), dan 1 ha sebagai zona 1.

TPA Banyuroto terletak di Dusun Tawang Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan. TPA Banyuroto mulai dioperasikan pada tahun 2010 yang memiliki luas lokasi sebesar 2,5 hektar. TPA Banyuroto berada pada ketinggian 100-120 mdpal, dan kemiringan lereng 15-25%. TPA Banyuroto merupakan TPA dengan kondisi tanah lempung. Lokasi TPA Banyuroto berada sangat dekat dengan pemukiman yakni berjarak 200 meter. Menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU),kapasitas TPA Banyuroto per 2015 lalu adalah 55.000 m3 atau 14.580 ton.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

22

Patut diapresiasi, TPA ini telah membuat saluran gas metan untukdapat dimanfaatkan oleh warga sekitar. Pada tahun 2019 sejumlah 14 rumah tangga telah menggunakan gas metan sebagai pengganti elpiji yang berasal dari TPA.

Gambar 18. Instalasi pembangkit listrik memanfaatkan LFG

TPA BANYUROTOTPA Banyuroto dibangun tahun 2008 berada di desa Dlinggo, kelurahan Banyuroto , Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo dengan luas lahan 2, 5 Ha. TPA Banyroto berada di jarak kurang lebih 10Km darai kota wates kearah utara.Lahan TPA banyuroto 0,5 Ha sebagai IPLT, 0,5 ha sebgai Zona 2, (0,5 sbagai hangar, gudang, alat berat dan kantor), dan 1 ha sebagai zona 1.

TPA Banyuroto terletak di Dusun Tawang Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan. TPA Banyuroto mulai dioperasikan pada tahun 2010 yang memiliki luas lokasi sebesar 2,5 hektar. TPA Banyuroto berada pada ketinggian 100-120 mdpal, dan kemiringan lereng 15-25%. TPA Banyuroto merupakan TPA dengan kondisi tanah lempung. Lokasi TPA Banyuroto berada sangat dekat dengan pemukiman yakni berjarak 200 meter. Menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU),kapasitas TPA Banyuroto per 2015 lalu adalah 55.000 m3 atau 14.580 ton.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

22

Gambar 19. Pemanfaatan LFG di TPA Banyuroto

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

23

PENUTUPBuku Potret Pemanfaatan Gas Metan di 5 (lima) TPA ini merupakan salah satu bentuk apresiasi atas pelaksanaan aksi mitigasi pemanfaatan LFG yang dilakukan di tingkat tapak. Informasi di dalamnya diharapkan dapat menjadi referensi dan rangsangan bagi TPA lain di seluruh Indonesia untuk mulai melakukan aksi mitigasi serupa. Dengan berkembangnya aksi pemanfaatan LFG diharapkan dapat mendukung pencapaian target NDC di sector limbah, sekaligus menjadi salah satu upaya pengembangan sumber energi alternatif selain bahan bakar fosil.

Apresiasi kami haturkan kepada pengelola TPA Bantargebang, TPA Supiturang, TPA Manggar, TPA Jatibarang, dan TPA Banyuroto. Kami sadari bahwa banyak yang masih harus kami perbaiki dan lengkapi di dalam buku ini, untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

24

PENUTUPBuku Potret Pemanfaatan Gas Metan di 5 (lima) TPA ini merupakan salah satu bentuk apresiasi atas pelaksanaan aksi mitigasi pemanfaatan LFG yang dilakukan di tingkat tapak. Informasi di dalamnya diharapkan dapat menjadi referensi dan rangsangan bagi TPA lain di seluruh Indonesia untuk mulai melakukan aksi mitigasi serupa. Dengan berkembangnya aksi pemanfaatan LFG diharapkan dapat mendukung pencapaian target NDC di sector limbah, sekaligus menjadi salah satu upaya pengembangan sumber energi alternatif selain bahan bakar fosil.

Apresiasi kami haturkan kepada pengelola TPA Bantargebang, TPA Supiturang, TPA Manggar, TPA Jatibarang, dan TPA Banyuroto. Kami sadari bahwa banyak yang masih harus kami perbaiki dan lengkapi di dalam buku ini, untuk itu saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

24

DAFTAR PUSTAKABalikpapan, Dinas Lingkunagan Hidup Kota Balikpapan.2017. Laporan

Penyusunan Siteplan TPA Sampah Manggar. PT.Multi Karadiguna Jasa: Balikpapan.

Balikpapan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan.2017.Laporan Pendahuluan Penyusunan Siteplan TPA Sampah Manggar. PT.Multi Karadiguna Jasa: Balikpapan.

Balikpapan, Dinas Lingkunagan Hidup Kota Balikpapan.2017.Laporan Akhir Penyusunan Siteplan TPA Sampah Manggar. PT.Multi Karadiguna Jasa: Balikpapan.

Damanhuri, E dan Padmi, T. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. ITB: Bandung

DKI, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jakarta. 2018. Laporan Akhir Pelaporan, Evaluasi, dan Pemantauan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca DKI Jakarta Tahun 2018. Andika Persada Raya : Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. 2017. Strategi Implementasi NDC (Nationally Determined Contribution). Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dit IGRK. 2018. Laporan Inventarisasi GRK dan MPV Tahun 2018. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Buku II Volume 4 Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Pengelolaan Limbah. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca. 2018. Pedoman Penyusunan Metode Penghitungan Reguksi Emisi dan/atau Peningkatan Serapan GRK Dalam Kerangka Verifikasi Aksi Mitigasi. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2017. Strategi Implementasi Nationally Determine Contribution (NDC). Jakarta.

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi Aksi dan Sumber Daya Pengendalian Perubahan Iklim Nomor 72. KLHK. Jakarta.

POTRET PEMANFAATAN GAS METAN (CH4) DI 5 TPA(TEMPAT PEMROSESAN AKHIR)

25

Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca Dan Monitoring Pelaporan dan VerifikasiDirektorat Jenderal Pengendalian Perubahan IklimKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan