potensi terumbu karang bagi pembangunan daerah berbasis kela

8
POTENSI TERUMBU KARANG BAGI PEMBANGUNAN DAERAH BERBASIS KELAUTAN Terumbu karang yang hidup di dasar laut yang luas dengan beraneka ragam jenis dan warna, merupakan habitat tempat hidup bagi berbagai biota terumbu karang yang bernilai ekonomi penting seperti bunga karang, penyu, udang barong, kima, teripang, rumput laut serta ikan terumbu karang lainnya. Dari kekayaan keanekaragaman hayati itulah terumbu karang berpotensi sebagai sumber makanan, perikanan, obat-obatan, wisata, komoditi ekspor, bahan bangunan, pelindung pantai dari gempuran ombak, dan sebagai laboratorium alam untuk penelitian dan pendidikan. Potensi terumbu karang yang sangat besar dan terdapat di perairan dangkal dan dekat dengan pemukiman penduduk itu, akhir-akhir ini keadaannya sudah semakin mengkhawatirkan karena penggunaannya yang semakin intensif. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang kian meningkat dan cara-cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan di laut. Untuk menjaga potensi terumbu karang itu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, harus dijaga dengan baik. Terumbu karang itu umumnya terletak di pinggir pantai sampai ke kedalaman sekitar 40 meter. Namun, kedalaman tersebut juga tergantung pada kondisi kejernihan, misalnya seperti di Kepulauan Seribu pada kedalaman 15 meter sudah habis, karena terlalu banyaknya endapan di Teluk Jakarta. Karang-karang dan biota yang memiliki nilai ekonomi penting lainnya dapat hidup dengan subur pada bagian dalam dari laut. Ekosistem terumbu karang dan makhluk hidup di terumbu karang sangat beraneka ragam, termasuk jenis-jenis keong, karang, binatang yang hidup secara koloni, bintang laut dan sebagainya dengan aneka ragam warna dan rupa. Peranan dan fungsi terumbu karang bagi pembangunan daerah adalah: # sebagai sumber makanan # sebagai sumber perikanan # sebagai objek wisata bahari # sebagai sumber obat-obatan # sebagai sumber keanekaragaman hayati

Upload: muhammad-jafar-ibrahim

Post on 05-Dec-2014

107 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

POTENSI TERUMBU KARANG BAGI PEMBANGUNAN DAERAH BERBASIS KELAUTAN

Terumbu karang yang hidup di dasar laut yang luas dengan beraneka ragam jenis dan warna, merupakan habitat tempat hidup bagi berbagai biota terumbu karang yang bernilai ekonomi penting seperti bunga karang, penyu, udang barong, kima, teripang, rumput laut serta ikan terumbu karang lainnya. Dari kekayaan keanekaragaman hayati itulah terumbu karang berpotensi sebagai sumber makanan, perikanan, obat-obatan, wisata, komoditi ekspor, bahan bangunan, pelindung pantai dari gempuran ombak, dan sebagai laboratorium alam untuk penelitian dan pendidikan.

    Potensi terumbu karang yang sangat besar dan terdapat di perairan dangkal dan dekat dengan pemukiman penduduk itu, akhir-akhir ini keadaannya sudah semakin mengkhawatirkan karena penggunaannya yang semakin intensif. Hal ini disebabkan oleh pertambahan penduduk yang kian meningkat dan cara-cara pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan seperti menggunakan bahan peledak atau racun untuk menangkap ikan di laut. Untuk menjaga potensi terumbu karang itu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, harus dijaga dengan baik.

    Terumbu karang itu umumnya terletak di pinggir pantai sampai ke kedalaman sekitar 40 meter. Namun, kedalaman tersebut juga tergantung pada kondisi kejernihan, misalnya seperti di Kepulauan Seribu pada kedalaman 15 meter sudah habis, karena terlalu banyaknya endapan di Teluk Jakarta. Karang-karang dan biota yang memiliki nilai ekonomi penting lainnya dapat hidup dengan subur pada bagian dalam dari laut. Ekosistem terumbu karang dan makhluk hidup di terumbu karang sangat beraneka ragam, termasuk jenis-jenis keong, karang, binatang yang hidup secara koloni, bintang laut dan sebagainya dengan aneka ragam warna dan rupa.

    Peranan dan fungsi terumbu karang bagi pembangunan daerah adalah:

#

sebagai sumber makanan#

sebagai sumber perikanan#

sebagai objek wisata bahari#

sebagai sumber obat-obatan#

sebagai sumber keanekaragaman hayati#

sebagai bahan makanan#

sebagai pelindung pantai dari kerusakan#

sebagai laboritorium alam untuk penelitian.

Kondisi Terumbu Karangdi Indonesia

     Di Indonesia terumbu karang tersebar hampir di seluruh kepulauan yang berjumlah 17.508 dengan garis pantai lebih kurang 81.000 km. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan

Page 2: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

mencapai 75.000 km2 yang terletak di 371 lokasi. Di lokasi-lokasi tempat terumbu karang tersebut berada, dari 41,78% yang terukur, yang mengalami kerusakan di antaranya adalah 28,30% berada dalam keadaan rusak berat; 23,72% dalam keadaan kondisi baik; dan hanya 6,2% yang berada dalam kondisi sangat baik (Soekarno, 1997).

     Untuk mengetahui potensi terumbu karang di bidang perikanan, Indonesia belum memiliki data yang dapat dijadikan acuan. Hal seperti ini dapat dilihat dari data negara tetangga kita, misalnya Philippina. Untuk terumbu karang yang kondisinya masih baik (persen karang hidup > 50%) dapat menghasilkan ikan (termasuk jenis ikan dan non ikan) sebanyak 36 ton/km2 nya /tahun. Jadi total potensi terumbu karang tersebut sekitar 810.000 ton/tahun. Sementara itu untuk terumbu karang yang kondisinya telah rusak hanya menghasilkan lebih kurang 10% nya (Gomez et al., 1994). Berdasarkan angka ini, andaikata total dari terumbu karang di Indonesia 30% berkondisi baik, berarti luas terumbu karang yang dapat dianggap produktif seluas 22.500 km2.

     Di kawasan ASEAN terumbu karang mempunyai peran yang sangat menonjol, karena sekitar 60% protein yang diperlukan penduduk berasal dari hasil perikanan dan sekitar 10-15% hasil tangkapan tersebut berasal dari terumbu karang (Gomez 1988; Gomez dan Chou, 1994).

     Selain itu dapat juga digambarkan kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan yang dialami oleh terumbu karang akibat pemanfaatan yang merusak lingkungan, seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak atau bahan beracun. Menurut Herman Cesar (1996) penangkapan ikan dengan racun sianida hanya memberikan keuntungan sebesar -33.000 US$/km2 terumbu karang dalam jangka waktu 25 tahun, tetapi kegiatan ini akan menimbulkan kerugian bagi negara akibat menurunnya hasil tangkapan ikan dan pariwisata sebesar 43000-476000 US$/km2/tahun. Manfaat yang didapat oleh perorangan dari penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledakhanya sekitar US$ 15.000/km2, tetapi kerugian yang dialami negara akibat menurunnya hasil perikanan, hilangnya fungsi perlindungan pantai dan pariwisata mencapai 98000-761000 US$/km2/tahun.

     Di sisi lain keuntungan yang di dapat dari coral mining oleh individual adalah sekitar 121000 US$/tahun, sedangkan kerugiannya adalah 176000-903000 US$/tahunnya. Hilangnya fungsi pelindung pantai menyebabkan kerugian untuk kembali membangun pelindung pantai tersebut sekitar 193000 US/km.

Potensi Sumberdaya Perikanan Terumbu Karang Lobster/Udang Barong

     Jenis udang barong yang hidup di terumbu karang Indonesia adalah jenis Panulirus versicolor dan Panulirus Humanus. Lobster biasanya hidup di sela-sela batu karang. Pada siang hari berada di lubang-lubang, sedangkan malam hari aktif mencari makan. Penangkapan udang barong relatif mudah, yaitu menggunakan jaring dan saat ini populer dengan menggunakan potasium. Harga udang barong cukup mahal, yaitu per kilogramnya mencapai Rp 15.000,00 - Rp 20.000,00. Karena penangkapannya sangat mudah, populasi udang barong dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan yang sangat drastis. Misalnya saja di Selatan Pantai Jawa, pada tahun 1976 menghasilkan 907 ton, tahun 1977 menghasilkan 69 ton, tahun 1978 sebesar 60 ton dan tahun 1979 hanya 10 ton.

Kina

     Merupakan keong atau molusca yang bercangkang dua, juga merupakan hasil yang cukup potensial dari terumbu karang, hanya saja sekarang sudah termasuk dalam red data box yang dilindungi secara internasional karena sangat jarang ditemukan, akibat pengambilan yang

Page 3: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

berlebihan oleh masyarakat. Hal tersebut dijelaskan oleh konsultan Bank Dunia. Namun, kenyataannya tidaklah demikian karena di Pulau Pakabonarate saja masih diambil dalam jumlah berton-ton untuk diperdagangkan oleh masyarakat.

Teripang

     Teripang sudah dieksport sejak zaman dahulu. Pada mulanya hanya teripang-teripang yang harganya mahal saja yang diambil oleh masyarakat, tetapi saat ini sudah hampir seluruh jenis yang dapat dimanfaatkan diambil. Dengan demikian, keberadaan teripang sudah semakin langka dan susah didapatkan.

     Produksi teripang dari Indonesia adalah sekitar 1.318.000 kg (data tahun 1994) dan hampir semuanya diekspor ke Hongkong. Teripang hidup di rataan terumbu, di goba atau di lereng terumbu sampai pada kedalaman lebih dari 30 m.

Rumput Laut

     Terdapat 50 jenis yang dapat dimanfaatkan di Indonesia, meskipun secara ekonomis hanya terdapat sekitar 4 atau 5 jenis termasuk rumput laut yang dapat dijadikan agar. Budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan menanam dalam rak-rak bambu di dalam goba atau di rataan terumbu yang tidak pernah menderita kekeringan. Rumput laut hanya memerlukan waktu enam minggu untuk memanen hasilnya. Produksi rumput laut sebagian besar diekspor dan nilai ekspor pada tahun 1979 mencapai US$ 200.000,00

Bunga Karang

     Bunga karang akhir-akhir ini merupakan komoditi ekspor yang cukup penting di samping ikan hias dan hasil-hasil laut lainnya. Sebagai penghasil devisa, perkembangannya kurang begitu menggembirakan karena berkaitan dengan masalah pelestarian ekosistem terumbu karang yang akhir-akhir ini memperoleh perhatian istimewa baik dari dalam negeri maupun dari dunia internasional. Di dalam usaha melestarikan ekosistem terumbu karang ditekankan bahwa pemanfaatan karang batu harus dilarang, karena dalam ekosistem tersebut berfungsi ganda, tidak hanya sebagai salah satu mata rantai makanan di dalam ekosistem terumbu karang, tetapi juga sebagai kerangka terbentuknya terumbu karang, sebagai rumah dan tempat tinggal bagi semua biota asosiasi terumbu karang di sekitarnya dan sebagai hewan yang bersimbiose dengan monocellular algae juga merupakan penghasil oksigen terlarut yang diperlukan bagi biota laut.

Wisata Bahari

     Merupakan potensi yang sangat menjanjikan. Apabila kondisi sosial politik Indonesia berada dalam keadaan aman, jumlah wisatawan yang akan melakukan wisata bahari diproyeksikan sekitar 5,1 juta orang/tahun. Jumlah pengeluaran sekitar US$ 5 milyar dengan asumsi mereka menginap selama 10 hari dengan pengeluaran US$ 958/hari.

     Wisata bahari dapat dikembangkan di daeah-daerah yang memiliki sistem terumbu karang, karena pada kawasan tersebut selalu terdapat pantai dan pemandangan dasar laut yang indah. Kelayakan suatu kawasan terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari hanya ditentukan oleh ada atau tidaknya sarana dan prasarana yang menunjang ke arah pengembangan wisata bahari seperti adanya kemudahan untuk mencapai kawasan tersebut, adanya hotel yang memadai, adanya restoran, dan memperoleh dukungan masyarakat setempat.

Page 4: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

     Potensi yang dimiliki oleh terumbu karang tersebut hanya dapat dinikmati apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik, karena biota-biota ekonomis penting pada terumbu karang tersebut tinggal dan hidup di sana. Kalau terumbu karang rusak, biota-biota tersebut akan hilang. Jadi bila ada ahli perikanan yang akan memanfaatkan ikan harus menjaga keberadaan terumbu karang.

Pengelolaan Perikanan Terumbu Karang

     Terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut yang di dalamnya merupakan tempat hidupnya sumber daya perikanan seperti ikan, lobster, teripang, kima, sea anemone, karang batu, ikan hias, dll. Sumber daya tersebut sudah dimanfaatkan secara terus menerus semenjak perang dunia kedua, yang pada mulanya hanya dilakukan secara tradisional dan sekarang sampai dilakukan penangkapan secara besar-besaran untuk diperdagangkan. Akibat dari penangkapan yang dilakukan secara besar-besaran tersebut, sebagian sumberdaya perikanan seperti jenis lola (trochus) dan teripang menjadi sangat langka. Selain karena sumber-daya tersebut mudah ditangkap juga memiliki nilai ekspor yang tinggi. Apabila hal tersebut selalu dibiarkan demikian, maka lama kelamaan sumberdaya perikanan lainnya juga dapat mengalami kondisi yang sama dengan teripang dan lola.

AKTIVITAS EKONOMI DI WILAYAH LAUT

  

AKTIVITAS WILAYAH PESISIR WILAYAH DANGKAL LAUT LEPAS

Konservasi Lahan Basah, Hutan Mangrove, Perlindungan Satwa Liar

Terumbu Karang/Atoll Ikan Paus/Lumba-lumba

Rekreasi/Pari Wisata Landscape Pesisir/Laut Turis Resort

Penyelaman/Snorkling, Ski Air/Yachting

Kapal Wisata

Palayaran/Transportasi Pelabuhan/Dermaga, Rambu Navigasi, Kapal Penumpang

Pelayaran Internasional, Palayaran Antar Pulau, Transportasi Lain, Alur Pelayaran

Palayaran Internasional

Perikanan Budidaya Tambak, Pembenihan Udang/Ikan, Pengolahan Pasca Panen

Budidaya Laut, Penanaman Rumput Laut, Pemancingan, Penangkapan Ikan Dasar, Penangkapan Ikan Pelajik

Perikanan Pelajik

Industri Ekstraktif Pengerukan Pasir, Pipa Bawah Air, Penambangan Timah, Penambangan Minyak/Gas

Penambangan Pasir Karang, Penambangan Timah, Penambangan Minyak/Gas

Penambangan Minyak Lepas Pantai

Pencemaran Lingkungan

Limbah Rumah Tangga, Limbah Industri, Erosi Pantai, Sedimentasi

Tumpahan Minyak, Pencemaran Industri

Limbah Kapal, Pembuangan Limbah

Penelitian Ekosistem Pesisir, Ekosistem Mangrove, Geologi, Daerah Pasang

Ekosistem Terumbu Karang, Geologi Laut, Eksplorasi Mineral, Eksplorasi

Eksplorasi Mineral Gas Laut, Oseanografi

Page 5: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

Surut Minyak/Gas, Oseanografi

     Ada dua hal yang dapat mengancam pelestarian sumber daya perikanan terumbu karang, yaitu rusaknya habitat terumbu karang dan over fishing. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan perikanan terumbu karang secara menyeluruh karena produktivitas terumbu karang tersebut tergantung pada kondisi terumbu karang. Produktifitas perikanan akan tinggi apabila berada pada habitat terumbu karang yang baik, dan sebaliknya akan terjadi produktifitas perikanan yang rendah pada habitat terumbu karang yang rusak.

    Adapun akibat rusaknya habitat terumbu karang itu adalah sebagai berikut:

#  

Pencemaran laut (limbah industri, limbah domestik, endapan, tumpahan minyak)#  

Penggunaan bahan peledak dan racun untuk menangkap ikan di terumbu karang#  

Karena faktor biologis (adanya blooming hama pemakan karang batu, Acanthaster planci)#  

Kegiatan pariwisata bawah air (penyelaman/snorkeling)#  

Penambahan karang#  

Faktor alami seperti gempa dan taufan yang di luar kemampuan manusia

     Over fishing dapat terjadi karena penangkapan yang berlebihan tanpa memperhatikan jumlah stok yang ada, sehingga sumber daya perikanan tersebut menjadi hilang bahkan lenyap sama sekali. Di dalam ekosistem terumbu karang, semua komponen ekosistem termasuk semua jenis biota yang hidup di dalamnya merupakan mata rantai makanan yang berhubungan satu sama lainnya. Sehingga apabila ada satu mata rantai yang hilang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologis dan menurunnya daya dukung lingkungan ekosistem terumbu karang.

    Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya over fishing adalah:

  Dengan membatasi jumlah hasil tangkap, untuk itu kita harus melihat jumlah persediaan yang masih ada di alam, melihat sifat-sifat komoditi tersebut, kemudian baru dilakukan pengaturan berapa yang dapat diambil dalam setiap waktu penangkapan.

  Pengaturan waktu tangkap, perlu dilakukan terhadap jenis-jenis sumber perikanan terumbu karang agar dapat menghindari tertangkapnya jenis-jenis tertentu dari sumber perikanan terumbu karang.

  Melakukan pengaturan ukuran hasil tangkap (ukuran panjang/berat). Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa individu yang ditangkap sudah pernah menunaikan tugasnya memperpanjang keturunan.

#   Dengan mengatur dan mengawasi jenis alat tangkap yang digunakan, untuk menjamin bahwa

dengan alat tangkap yang digunakan tidak merusak lingkungan.

Page 6: Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah Berbasis Kela

#   Melakukan sistem zonasi, yaitu dengan membagi kawasan menjadi zona-zona atau bagian

yang berbeda-beda pemanfaatannya.# 

  Melarang penggunaan bahan peledak dan bahan beracun untuk menangkap ikan harus mutlak dilarang, karena menghancurkan semua habitat dan semua makhluk hidup di terumbu karang.

 

Dr. Soekarno (Coremap LIPI)Disampaikan pada Forum URDI tanggal 18 April 2001

Copyright © Urban And Regional Development Institute 2000, ALL RIGHTS RESERVED