politik hukum pemerintahan desa (studi komparatif …

103
POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Hukum Tata Negara Pada Fakultas Syariah Oleh : SYECHFE’I MUHAMMAD MABNUR NIM : SPI 141877 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440/2019 M

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

1

POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

(STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Hukum Tata Negara

Pada Fakultas Syariah

Oleh

SYECHFErsquoI MUHAMMAD MABNUR

NIM SPI 141877

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

14402019 M

iv

v

MOTTO

ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak

keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu

bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih

tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau

enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala

apa yang kamu kerjakanrdquo

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian

serta motivasi dalam menuntut ilmu

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku

dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan

namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau

berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang

ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah

indah bagi Ayah dan Ibu

Adik-adiku tersyang

Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan

semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku

Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini

Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah

UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku

tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui

Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini

menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian

Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan

dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan

Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan

mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan

administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini

dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah

aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif

pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah

daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat

meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat

memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar

dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 2: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

iv

v

MOTTO

ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak

keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu

bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih

tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau

enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala

apa yang kamu kerjakanrdquo

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian

serta motivasi dalam menuntut ilmu

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku

dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan

namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau

berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang

ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah

indah bagi Ayah dan Ibu

Adik-adiku tersyang

Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan

semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku

Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini

Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah

UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku

tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui

Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini

menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian

Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan

dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan

Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan

mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan

administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini

dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah

aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif

pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah

daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat

meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat

memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar

dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 3: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

v

MOTTO

ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak

keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu

bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih

tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin

menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau

enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala

apa yang kamu kerjakanrdquo

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian

serta motivasi dalam menuntut ilmu

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku

dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan

namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau

berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang

ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah

indah bagi Ayah dan Ibu

Adik-adiku tersyang

Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan

semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku

Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini

Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah

UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku

tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui

Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini

menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian

Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan

dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan

Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan

mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan

administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini

dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah

aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif

pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah

daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat

meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat

memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar

dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 4: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian

serta motivasi dalam menuntut ilmu

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku

dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan

namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau

berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang

ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah

indah bagi Ayah dan Ibu

Adik-adiku tersyang

Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan

semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku

Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini

Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah

UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku

tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui

Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini

menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian

Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan

dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan

Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan

mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan

administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini

dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah

aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif

pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah

daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat

meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat

memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar

dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 5: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

vii

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui

Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini

menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian

Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan

dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil

kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan

Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan

mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan

administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini

dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah

aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif

pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah

daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat

meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan

pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat

memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar

dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 6: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan

Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman

kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat

kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya

maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga

penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan

ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi

2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat

MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum

Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 7: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

ix

3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi

5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan

Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan

Thaha Saifuddin Jambi

6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak

Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

skripsi ini

7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP

yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam

penyusunan skripsi ini

8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah

memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Jambi

10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar

Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 8: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

x

11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila

Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata

Negara yang telah member dukungan dan motivasi

12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak

Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah

Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony

posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan

dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa

hingga tangis yang takkan terluapakan

13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi

Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan

semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi

Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan

kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon

ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal

kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt

Jambi September 2018

SyechfersquoI Muhammad Mabnur

SPI 141877

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 9: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xi

PEDOMAN TRANSLITERASI xiii

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah 1

B Rumusan Masalah 12

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12

D Batasan Masalah 13

E Kerangka Teori 14

F Tinjauan Pustaka 21

G Metode Penelitian 37

1 Pendekatan Penelitian 37

2 Jenis dan Sumber Data 38

3 Instrumen Pengumpulan Data 39

4 Teknik Analisis Data 40

H Sistematika Penulisan 42

BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM

A Politik 39

B Hukum 41

BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 10: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xii

BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK

HUKUM PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66

BAB V PENUTUP

A Kesimpulan76

B Saran77

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 11: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan

kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah

sebagai berikut

A Penulisan Kosa kata Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ث

ج

ح

خ

د

د

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

Alif

Ba

Ta

Sa

Jim

Ha

Kharsquo

Dal

Zal

Rarsquo

Zarsquo

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta

Za

lsquoain

Gin

Farsquo

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

-

B b

T t

S s

J j

H h

KH kh

D d

Z z

R r

Z z

S s

SY sy

S s

D d

T t

Z z

-

Gg g

F f

Q q

K k

L l

M m

N n

Tidakdilambangkan

-

-

Dengantitik di atas

-

Dengantitik di bawah

-

-

Dengantitik di atas

-

-

-

-

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengantitik di bawah

Dengankomaterbalik

-

-

-

-

-

-

-

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 12: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xiv

و

ه

ء

ي

Wawu

Harsquo

Hamzah

Yarsquo

W ww

H h

lsquo

Y y

-

-

Apastrof

-

B Penulisan Konsonan Rangkap

Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti

متعقدين

عدة

Ditulis

Ditulis

Mutarsquoaqqidin

lsquoiddah

C Tarsquo Marbutah

1 Bila dimatikan ditulis h

حبة

خزية

Ditulis

Ditulis

Hibbah

Jizyah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya

kecuali bila dikehendaki lafal aslinya

Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah

maka ditulis dengan h

rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء

2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah

ditulis t

Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر

xiv

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 13: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xv

D Vokal Pendek

Fathah

Kasrah

Dammah

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

I

U

E Vokal Panjang

Fathah + Alif

جاهلية

Fathah + yamati

يسعى

Kasrah + yamati

كريم

Dammah + wawumati

فروض

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

A

J ahiliyyah

A

Yasrsquo a

I

Karim

U

furud

F Vokal Rangkap

Fathah + alif

بينكم

Fathah + wawumati

قول

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Ai

Bainakum

Au

Qaulan

G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata

dipisahkan dengan Apostrof

اانتم

اعدت

لنتشكرتم

Ditulis

Ditulis

Ditulis

Arsquoantum

Ursquoiddat

Larsquoinsyakartum

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 14: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xvi

H Kata Sandang Alif + Lam

1 Bila diikuti huruf Qomariyyah

القران

القياس

Ditulis

Ditulis

Al-Qurrsquoan

Al-Qiyas

2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf

Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)

nya

السماء

الشمس

Ditulis

Ditulis

As-Samarsquo

Asy-Syams

I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

دوالفروض

اهل السنة

Ditulis

Ditulis

Zawi al-furud

Ahl as-sunnah

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 15: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

UUD Undang-Undang Dasar

BPD Badan Permusyawaratan Desa

MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ADD Alokasi Dana Desa

BUMDES Badan Usaha Milik Desa

BPD Badan Permusyawaratan Desa

RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

KK Kartu Keluarga

KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PROLEGNAS Program Legilasi Nasional

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

RUU Rancangan Undang-Undang

UUDS Undang-Undang Dasar Sementara

xviii

MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara

PKI Partai Komunis Indonesia

PELITA Pembangunan Lima Tahun

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

MK Mahkamah Konstitusi

UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan

penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO

dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang

dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses

pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan

dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau

pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala

desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5

tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1

ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat

II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo

Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau

pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat

dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana

tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa

1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi

Vol No 1 (September 2008) hlm 10

2

ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan

Republik indonesiardquo

Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa

pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau

mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan

pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh

konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam

pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah

tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang

berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan

bagian dari organisasi pemerintah

Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di

dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu

menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran

serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah2

2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

3

Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan

bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan

Republik Indonesia

Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku

sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999

menyebutkan bahwa

ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada

di daerah kabupatenrdquo

Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor

22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan

menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang

dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI

bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3

3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4

Pasal 2

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang

memenuhi syarat

Pasal 3

Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara

terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan

perwakilan desa dan disahkan oleh bupati

Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat

mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa

dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan

otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali

desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem

pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai

hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain

desa merupakan salah satu dari ruang negara

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang

paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013

setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh

komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen

pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga

5

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera

Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar

sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)

Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang

berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan

aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di

tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong

untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat

desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)

Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan

masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)

Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem

pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4

Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di

desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui

bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra

pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)

Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa

ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi

4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

6

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang

dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang

pengaturan desa

Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih

luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya

peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta

masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan

prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu

daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat

secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni

sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang

mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan

yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan

demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di

segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa

secara demokratis

Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua

macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat

masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam

kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga

formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang

7

diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati

bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang

dilakukan setiap setahun sekali di balai desa

Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada

pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya

Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di

indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada

Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk

didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia

Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa

dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana

Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau

kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan

benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun

masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa

sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada

masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat

8

desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan

martabat mereka diperhitungkan

Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan

seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat

desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help

(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang

mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa

terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi

lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama

pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala

desa oleh pemerintah desa

Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu

strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan

meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi

kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa

Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)

membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)

mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara

partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola

dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong

Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun

semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid

9

ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini

adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis

besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam

usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum

pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut

Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat

istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman

partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5

Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung

jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tugas tersebut kepada bupatiwalikota

Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun

hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut

dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD

5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013

10

mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan

perjanjian yang saling menguntungkan

Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain

yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang

berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa

anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa

di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa

lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka

pemeberdayaan masyarakat desa

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan

pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang

bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara

sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat

pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang

berada di dalam daerah kabupatenkota

Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan

wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan

level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent

community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan

bukan ditentukan dari atas ke bawah

11

Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik

Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala

Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

12

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang

akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

C Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut

1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014)

2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif

Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut

13

a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan

wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi

Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi

bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya

b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)

di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi

c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya

jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya

d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan

praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain

D Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah

yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan

rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik

Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014

14

E Kerangka Teori

1 Politik Hukum

Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa

indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan

dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum

kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya

ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan

(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan

(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain

Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh

para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan

mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa

politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum

yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau

tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456

Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan

adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh

beberapa pakar hukum sebagai berikut

6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo

Persada1994) hlm 48

15

Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam

tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan

mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang

apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya

mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum

Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya

politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik

hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan

politik penerapan serta penegakan hukum

Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik

hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan

pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja

Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional

secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang

hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan

negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara

merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah

kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses

pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap

hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi

ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan

pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli

16

sebelumnya

Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan

dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik

pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta

penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak

hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk

hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum

yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum

berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum

2Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang

berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa

atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country

area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-

usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di

daerah kabupaten7

Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul

ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang

bersifat istimewa

7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)

hlm 3

17

Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah

Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan

Masyarakat

Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya

desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural

yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah

lain

Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan

pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa

atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

negara kesatuan republik indonesia

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan

desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa

18

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah

desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan

Republik Indonesia

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun

dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu

Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu

wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri

Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005

tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem

19

pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara

kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui

pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun

pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar

belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat

strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka

desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan

pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna

penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi

9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal

Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11

20

F Tinjauan Pustaka

No Peneliti Judul Tahun

Penelitian

Hasil

1 Syahrial

Adiansyah

Pemikiran Mahfud MD

tentang hubungan

hukum dan kekuasaan

2012 Teori politik hukum yang

dirumuskan oleh Mahfud MD Maka

nampaknya penulis cenderung

berkesimpulan bahwa yang terjadi

indonesia adalah politik determinan

atas hukum situasi dan kebijakan

politik yang sedang berlangsung

sangat mempengaruhi sikap yang

harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat

berpengaruh pada produk-produk

hukum yang dihasilkan

2 Ombi Romli

dan Elly

Nurlia

Lemahnya badan

permusyawaratan desa

(BPD) dalam

melaksanakan fungsi

pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi

kecamatan menes

2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang

desa dan peraturan daerah (perda)

kabupaten pandeglang nomor 2 tahun

2015 tentang penyelanggaraan desa

BPD memiliki fungsi

menyelenggarakan pemerintahanan

21

kabupaten

pandeglang)rdquo

desa yaitu sebagai berikut

membahas dan menyepakati rancangan

peraturan desa bersama kepala desa

menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan

pengawasan kinerja kepala desa pada

kenyataanya dalam menjalankan

fungsi tersebut badan permusyawartan

desa (bpd) tegalwangi kecamatan

menes kabupaten pandeglang masih

lemah

3 penelitian Ita

Ulumiyah

Peran pemerintah desa

dalam memberdayakan

masyarakat desa (studi

pada desa sumber pasir

kecamatan Pakis

kabupaten Malang)

2012 Di dalam pemerintahan desa kepala

desa dan LPMD (lembaga

pemberdayaan masyarakat desa)

bekerjasama dan saling membantu

dalam menyusun rencana

pembangunan yang berbasis pada

perbaikan mutu hidup masyarakat

desa upaya dalam mencapai tujuan

dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran

sebagai suatu upaya untuk

22

pemberdayaan masyarakat sehingga

masyarakat akan lebih maju sejahtera

dan mandiri

berikut program-program

pembangunan masyarakat desa sumber

pasir pada periode 2009-2013 adalah

sebagai berikut

pengaktifan kelembagaan upk

peningkatan peran serta masyarakat

dalam pembangunan dengan kegiatan

pelaksanaan kerja bakti

musrenbang desa perlombaan desa

pembangunan fisik

peningkatan ekonomi produktif

dengan kegiatan

pelatihan pembuatan pande besi

pelatihan keterampilan bordir

4 Syechfersquoi

Muhammad

Mabnur

Perkembangan politik

hukum pemerintahan

desa (studi komparatif

antara undng-undang

nomor 5 tahun 1979

2018 Untuk menentukan politik hukum

pemerintahan desa yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal

policy)diperlukan pemahaman kondisi

desa saat ini secara garis besar

23

tentang pemerintahan

desa dan undang-undang

nomor 6 tahun 2014

tentang desa

keberagaman desa

diindonesia dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu

tipe desa adat atau sebagai self

governing community sebagai bentuk

desa asli dan tertua di indonesia

konsep otonomi asli sebenarnya

diilhami dari pengertian desa adat ini

desa adat mengatur dan mengelola

dirinya sendiri dengan kekayaan yang

dimiliki tanpa campur tangan negara

desa adat tidak menjalankan tugas-

tugas administratif yang diberikan oleh

negara saat ini desa pakraman di bali

yang masih tersisa sebagai bentuk desa

adat yang jelas

tipe desa administratif (local state

government) adalah desa sebagai

satuan wilayah administratif yang

berposisi sebagai kepanjangan negara

dan hanya menjalankan tugas-tugas

administratif yang diberikan negara

desa administratif secara substansial

24

Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam

rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu

tidak mempunyai otonomi dan

demokrasi kelurahan yang berada di

perkotaan merupakan contoh yang

paling jelas dari tipe desa

administratif tipe desa otonom atau

dulu disebut sebagai desapraja atau

dapat juga disebut sebagai local self

government seperti halnya posisi dan

bentuk daerah otonom di indonesia

secara konseptual desa otonom adalah

desa yang dibentuk berdasarkan asas

desentralisasi sehingga mempunyai

kewenangan penuh untuk mengatur

dan mengurus rumah tangganya

sendiri desa otonom berhak

membentuk pemerintahan sendiri

mempunyai badan legislatif

berwenang membuat peraturan desa

dan juga memperoleh desentralisasi

keuangan dari negara

25

maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-

penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum

Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan

sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam

penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan

kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat

tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas

politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan

politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya

baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat

dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum

terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik

tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik

akan jadi lumpuh 10

Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas

kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal

policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah

indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan

pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan

kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk

10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012

26

penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik

hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan

arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan

Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia

bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious

nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara

yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber

hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara

Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah

ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo

Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka

nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia

adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang

berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan

tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan

Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan

antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum

determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan

pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai

landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)

Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam

kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya

hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik

27

Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi

hukum empiris

Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau

saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum

menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan

menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara

akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya

ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya

itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik

diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)

Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan

produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi

politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku

ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh

(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis

Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan

konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk

hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang

berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter

(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian

dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan

konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses

28

pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan

hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu

Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang

bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan

kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang

harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara

demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan

lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat

melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan

Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi

pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan

negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan

terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak

berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas

kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan

senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-

bayang pemeredelan

1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok

sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan

didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara

terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum

diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat

29

2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya

mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya

tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh

Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis

instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program

pemerintah

Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan

permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa

(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten

Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut

terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari

perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya

kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan

kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757

jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor

1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan

permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti

tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan

permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan

penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur

30

dengan ketentuan yang berlaku11

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan

Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan

desa yaitu sebagai berikut

1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa

2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa

Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan

Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah

Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam

Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir

dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut

a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan

Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam

menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup

masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka

penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan

masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri

Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD

11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017

31

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana

pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang

dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah

1 Mengaktifkan kelembagaan upk

2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber

daya manusia (SDM)

4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan desa

Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah

desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali

dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh

usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan

ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama

RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa

Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para

petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam

yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan

maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui

gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan

dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk

amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah

32

memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat

pertanian12

12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

33

G Metode Penelitian

1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik

yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah

Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis

namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan

Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini

menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum

Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun

1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)

yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi

yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal

maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa

(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang

Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)

2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan

sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a) Bahan Hukum Primer

1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

34

3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa

4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan

yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum

yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut

adalah

1 Buku-buku ilmiah yang terkait

2 Hasil penellitian

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder

bahan hukum tersier tersebut adalah media internet

3 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

a Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan

bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya

dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan

sebagainya yang relevan dengan penelitian

35

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan

metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik

kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan

buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang

sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar

teoritis tentang masalah pada penelitian

b Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan

data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis

yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi

historis

Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti

notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan

13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan

Kuantitatif hlm 219

36

bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data

4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk

penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan

dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut

Mohammad Ali yaitu 15

1 Penyusunan Data

2 Klasifikasi Data

3 Pengolahan Data

4 Penyimpulan Data

Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data

kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut

1 Penyusunan Data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah

data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat

berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan

2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data

yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan

14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university

press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151

37

sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang

terkandung dalam masalah itu sendiri

3 Pengolahan Data

Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut

diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami

menggunakan teknik analisis data kualitatif

4 Penyimpulan Data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang

satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya

langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan

dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya16

H Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka

pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai

berikut

BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis

skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan

Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan

Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian

16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252

38

Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis

Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian

BAB II Gambaran Umum Politik Hukum

BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang

Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa

BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari

penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam

Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan

Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa

BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil

Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup

39

BAB II

GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM

A Politik

Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa

inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang

dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu

cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik

itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu

politik18

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan

politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik

menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup

masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga

menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara

serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti

pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)

peranan partai politik dan pemilihan umum

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti

negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang

hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas

keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai

17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21

18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18

40

kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi

konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19

Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat

diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah

kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini

menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses

penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20

Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi

bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)

dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti

bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk

partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan

dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun

tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan

akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya

demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut

No Konvensional Nonkonvensional

1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi

19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta

PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta

Pustaka Pelajar 2005) hlm 101

41

2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya

3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi

4 Membentuk Dan Bergabung

Dalam Kelompok Kepentingan

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Harta Benda (Perusakan Pemboman

Pembakaran)23

5 Komunikasi Individual Dengan

Pejabat Politik Dan

Administrative

Tindak Kekerasan Politik Terhadap

Manusia (Penculikan Dan

Pembunuhan)

Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan

Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)

B Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah

laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek

terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum

mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat

Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan

hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-

ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan

menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24

Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah

karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu

lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar

23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan

Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml

42

Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa

hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata

maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda

karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan

sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian

besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat

islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan

selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan

penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang

ada di wilayah nusantara

Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat

dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan

perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula

sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan

pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum

antara lain

Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan

petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25

25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11

(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3

43

Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran

ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26

Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah

keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup

manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi

lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu

sebagai menyataan dalam masyarakat

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan

peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah

melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai

sangsi bagi pelanggarnya

Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli

tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu

a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c Peraturan itu bersifat memaksa

Tujuan Hukum

Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan

menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya

menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi

26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21

44

dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan

kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki

beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori

tersebut adalah

1 Teori hukum etis

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk

memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus

diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-

adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28

2 Teori hukum utilitas

Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan

atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini

adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals

and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-

mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh

betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak

mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima

anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa

yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain

27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm

1995

28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209

45

apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan

3 Tujuan hukum campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam

masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa

kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya

masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian

masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan

mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap

orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan

demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara

teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya

untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29

No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979

Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014

1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat

sentralistik dan dalam

undang-undang ini desa-desa

yang ada harus di

Adanya otonomi

daerah membuat desa

diberikan keleluasaan

guna mengatur rumah

29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada

tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB

46

seragamkan Guna semuanya

dapat dijalankan sesuai

dengan cita cita pembangunan

tangganya sendiri

Memberikan

kesempatan kepada desa

untuk memunculkan

cirri khasnya

2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa

dalam satu periode adalah 8

tahun dan setelahnya dapat

dipilih kembali sebanyak 1

kali masa jabatan

Masa jabatan kepala

desa dalam satu periode

adalah 6 tahun dan

setelahnya dapat dipilih

kembali sebanyak 3 kali

masa jabatannya

3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk

pegawai negeri dan

pendapatan yang diperoleh

dibayarkan melalui tanah

garapan atau bengkok yang

dimiliki desa

Kepala desa dimasukan

dalam pegawai negeri

dan gaji yang diperoleh

diambilkan dari apbd

kabupaten yang

menaungi desa tersebut

4 Kelembagaan Dalam undang-undang

pemerintahan desa terdiri dari

kepala desa dan terdapat

lembaga musyawarah desa

yang diketahui oleh kepala

desa dan penyelenggaraan

Undang-udang baru

menjelaskan bahwa

dipemerintahan desa

terdapat pembagian

kekuasaan dimana

terdapat bpd (badan

47

pemerintahan dibantu oelh

sekertaris desa kepala urusan

dan kepala dusun

permusyawaratan desa)

yang dipilih oleh rakyat

dan menjadi wakil

rakyat dalam

pemerintah desa

disamping ada kepala

desa

5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang

merupakan ciri pemerintahan

orde baru waktu itu juga

menjadi corak tersendiri bagi

keuangan desa desa-desa

tersebut sangat bergantung

pada keuangan dari

pemerintah pusat

Desa diberikan

kesempatan untuk

mengelola potensi yang

dalam desa tersebut

setiap desa mempunyai

asset yang digunakan

untuk pemasukan

keuangan desa adanya

otonomi pemerinahan

juga dibarengi dengan

otonomi perekonomian

disamping pemerintah

pusat maupun daerah

juga mempunyai alokasi

dana khusus untuk

pembangunan desa

48

HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-

95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2

0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html

Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang

hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan

penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan

demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan

diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara

seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530

Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada

kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya

untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya

melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan

tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada

yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip

pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum

keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial

dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara

kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa

beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik

30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)

hal 1

49

hukum

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai

dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik

yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode

1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi

dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum

untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada

lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program

legislasi nasional (prolegnas)

Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam

pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan

hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi

dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi

hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh

(dependent variable) hukum

Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari

pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang

dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat

relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan

asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa

hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain

satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk

hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi

50

sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula

politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara

ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri

Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti

pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das

sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui

bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das

sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias

diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga

diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang

jumlahnya bisa puluhan

Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar

mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka

pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang

benar ldquopolitik merupakan produk hukum

Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan

konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang

interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan

terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada

yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang

terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar

51

kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik

tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh

Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh

bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas

perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang

seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam

masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu

kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah

politik hukum itu31

Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state

politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam

perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam

perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk

memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari

politik adalah act of choice

Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik

mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik

sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat

yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan

31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest

2016) hal 8

52

menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat

yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut

Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum

yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang

hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai

kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu

noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap

berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum

memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat

diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum

banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang

menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan

Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui

beberapa pandangan ahli hukum antara lain

a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang

menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo

Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian

dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul

ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel

tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan

penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan

53

dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri

(padmo wahjono 1991 65)32

a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan

hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum

b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus

diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat

baru dari hidup kemasyarakatan

c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa

yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan

perasaan hukum yang ada pada masyarakat

Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua

istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan

bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan

ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum

tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam

memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan

(ius constituendum)

32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung

jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi

ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118

54

BAB III

ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA

A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979

Pasal 4

Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara

Indonesia yang

a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa

d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang

mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan

organisasi terlarang lainnya

e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai

kekuatan pasti

f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan

Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang

dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5

Pasal 5

a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh

penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-

kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin

55

b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan

pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri

c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada

pengesahan dari pejabat yang berwenang

Pasal 7

Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak

tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa

jabatan berikutnya

Pasal 9

Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang

mengangkat karena

a meninggal dunia

b atas permintaan sendiri

c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru

d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini

e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang

ini

f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-

undang ini

g sebab-sebab lain

56

Pasal 32

a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan

penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan

B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Pasal 33

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan

a Warga Negara Republik Indonesia

b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan

memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka

Tunggal Ika

d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat

e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar

f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling

kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran

hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara

i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam

57

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)

tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur

dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan

sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang

j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap

k Berbadan sehat

l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan

m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah

Pasal 35

Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada

hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih

Pasal 39

(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal

pelantikan

(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-

turut

Pasal 40

Kepala Desa berhenti karena

a Meninggal dunia

58

b Permintaan sendiri

c Diberhentikan

(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

karena

a berakhir masa jabatannya

b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap

secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan

c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa

d melanggar larangan sebagai Kepala Desa

(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh BupatiWalikota

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Pasal 92

(1) Kerja sama antar Desa meliputi

a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai

ekonomi yang berdaya saing

b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat antar Desa

c Bidang keamanan dan ketertiban

(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa

melalui kesepakatan musyawarah antar Desa

(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang

59

dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa

(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal

yang berkaitan dengan

a pembentukan lembaga antar Desa

b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat

dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa

c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa

d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan

Perdesaan

e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada

f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa

dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan

(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang

merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih

Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang

Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang

Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur

dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur

urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan

sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa

60

Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi

kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan

desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa

bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara

langsung melalui proses pemilihan

Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter

Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai

anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-

jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong

daripada mereka (HR Buchary Muslim)

33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya

Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi

Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33

61

BAB IV

KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM

PEEMERINTAHAN DESA

A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada

pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini

dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut

melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk

dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya

sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan

dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash

pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah

disepakati para petingginya

Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif

kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu

sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi

pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul

bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau

kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan

terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa

Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga

berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa

Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan

62

dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun

banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak

memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten

Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat

Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain

berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung

Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai

orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-

aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan

Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya

bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu

sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun

1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan

seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya

pemahaman adat dalam masyarakat

Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat

terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan

kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat

selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur

pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan

Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri

Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan

alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa

63

Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat

sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru

Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash

ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan

dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma

permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek

pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan

pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat

dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)

64

dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang

pemerintahan desa

Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar

1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3

(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu

supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan

cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34

Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan

negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan

supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan

yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat

rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi

seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat

menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan

demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk

memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)

Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan

peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan

memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan

perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi

hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-

34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol

1 No 1 (September 2008) Hlm 16

65

prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan

tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)

komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara

Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian

berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang

selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis

Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil

kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang

demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau

otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan

melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau

menindas

Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah

pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut

dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik

hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18

tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut

oleh tap MPRS tersebut

Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru

kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan

memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang

GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah

66

asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan

bertanggung jawab

Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun

1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan

menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah

melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD

sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga

ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat

untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya

menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)

Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah

kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar

kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan

upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan

mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang

mengatur dirinya sendiri

B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde

Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945

yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95

melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara

untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

67

serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan

Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan

masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979

juncto

UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005

Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh

komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan

tahun lalu

Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat

(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian

desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat

sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa

pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal

109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan

masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati

Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus

pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas

kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya

68

antara tersentralisasi atau desentralisasi35

Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan

payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat

terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa

yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur

perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di

berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa

Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat

segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan

peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

tersebut

Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera

diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa

seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah

justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa

antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun

pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi

35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

69

nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa

diimplementasikan

Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-

undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang

tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara

republik indonesia tahun 1945 36

Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014

tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa

yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan

penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan

kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila

Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan

Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika

36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54

70

Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam

berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat

maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat

dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang

adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap

struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum

yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal

1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa

pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik

indonesia

Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan

kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia

Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara

pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman

daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara

Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum

mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan

71

hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan

sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat

sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan

pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30

Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor

47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun

2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa

(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157

Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi

perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan

pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara

pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional

pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu

pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara

sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur

pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis

semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi

kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat

72

disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis

komunitas) yang sifatnya otonom

Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada

tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan

baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa

bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa

tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi

keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)

dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang

Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa

maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan

amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu

disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk

membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan

daerah tentang perangkat desa

Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan

pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena

itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah

demokrasi asli

73

Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan

penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status

masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya

memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan

masyarakat hukum adat

Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37

1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan

dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala

desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat

khusus atau yang beristimewa

2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa

berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah

penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa

37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa

74

dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat

mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-

undang yang ada di atasnya

Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai

pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka

keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan

persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan

Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola

wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan

pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut

masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki

desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-

peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-

Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan

yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih

kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan

Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk

kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur

ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam

memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik

75

Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan

anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah

selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana

desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih

luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa

Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah

telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan

andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada

pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang

diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar

penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang

ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk

mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam

implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan

dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan

yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses

pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

76

BAB V

A Kesimpulan

1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah

kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan

Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan

yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan

dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan

ketika UU No 51979 ini dilaksanakan

Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-

undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya

diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa

melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara

melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja

menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan

slogan dalam retorika pelipur larardquo

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu

menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat

Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali

77

negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas

saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam

konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan

desa

Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan

daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda

dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom

sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi

otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan

Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada

desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan

daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan

pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan

begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada

devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979

tentang pemerintahan desa

2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014

Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa

dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah

78

untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar

dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir

kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan

kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi

mewujudkan kemandirian desa

Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-

Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini

Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa

desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai

dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati

oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa

bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b

bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus

atau yang beristimewa

79

B Saran

Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut

1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-

benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat

dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan

pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang

dijalankan oleh masing-masing desa

Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar

lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah

daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang

relevan dengan perkembangan zaman

2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi

tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan

pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat

dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke

depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga

pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam

proses pelaksanaan penyelenggaraan desa

3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun

Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan

desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi

80

setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk

pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya

81

DAFTAR PUSTAKA

A Literatur

Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5

(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)

EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia

Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983

JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)

Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif

dan Kuantitatif

Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada

university press 1993)

Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)

Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT

Refika Aditama 2012)

Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika

Pustaka Utama 2008)

Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa

Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)

Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa

1985)

Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo

Persada 2011)

82

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta

1995)

SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985

Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif

Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja

Grafindo Persada 2011

Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2011

Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT

Raja Grafindo Persada1994)

Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)

Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada

2003)

B Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai

Desa

83

C Lain-Lain

Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan

Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017

Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi

Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)

CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara

Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni

2009

Cosmogov Vol3 No1 April 2017

Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal

Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang

desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf

HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum

Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib

Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012

84

HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum

Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)

httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa

html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899

Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)

M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia

Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)

Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam

Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria

Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)

Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum

Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan

Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015

85

CURICULLUM VITAE

A Identitas Diri

Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996

NIM SPI 141877

Alamat

1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan

Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi

Provinsi Jambi

Nomor Hp 085264332836

Email Sepri1845gmailcom

Nama Ayah Basral

Nama Ibu Marhenti

B Riwayat Pendidikan

a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008

b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011

c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014

  • POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
  • PERNYATAAN KEASLIAN
  • PERSETUJUAN PEMBIMBING
  • PENGESAHAN SKRIPSI
  • MOTTO
  • PERSEMBAHAN
  • ABSTRAK
  • KATA PENGANTAR
  • DAFTAR ISI
  • PEDOMAN TRANSLITERASI
  • DAFTAR SINGKATAN
  • BAB IPENDAHULUAN
    • A Latar Belakang Masalah
    • B Rumusan Masalah
    • C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
    • D Batasan Masalah
    • E Kerangka Teori
    • F Tinjauan Pustaka
    • G Metode Penelitian
      • BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
        • A Politik
        • B Hukum
          • BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
            • A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
            • B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
              • BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
                • A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
                • B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
                  • BAB V
                    • A Kesimpulan
                    • B Saran
                      • DAFTAR PUSTAKA
                      • CURICULLUM VITAE
Page 16: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 17: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 18: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 19: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 20: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 21: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 22: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 23: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 24: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 25: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 26: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 27: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 28: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 29: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 30: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 31: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 32: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 33: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 34: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 35: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 36: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 37: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 38: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 39: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 40: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 41: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 42: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 43: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 44: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 45: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 46: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 47: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 48: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 49: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 50: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 51: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 52: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 53: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 54: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 55: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 56: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 57: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 58: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 59: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 60: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 61: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 62: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 63: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 64: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 65: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 66: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 67: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 68: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 69: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 70: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 71: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 72: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 73: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 74: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 75: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 76: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 77: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 78: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 79: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 80: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 81: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 82: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 83: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 84: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 85: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 86: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 87: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 88: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 89: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 90: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 91: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 92: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 93: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 94: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 95: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 96: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 97: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 98: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 99: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 100: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …
Page 101: POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF …