politik hukum pemerintahan desa (studi komparatif …
TRANSCRIPT
1
POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
(STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG
NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Hukum Tata Negara
Pada Fakultas Syariah
Oleh
SYECHFErsquoI MUHAMMAD MABNUR
NIM SPI 141877
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
14402019 M
iv
v
MOTTO
ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakanrdquo
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian
serta motivasi dalam menuntut ilmu
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku
dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan
namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau
berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang
ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah
indah bagi Ayah dan Ibu
Adik-adiku tersyang
Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan
semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku
Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah
terlibat dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku
tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui
Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini
menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian
Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan
dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan
Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan
mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan
administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini
dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah
aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif
pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah
daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat
meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat
memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar
dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
iv
v
MOTTO
ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakanrdquo
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian
serta motivasi dalam menuntut ilmu
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku
dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan
namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau
berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang
ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah
indah bagi Ayah dan Ibu
Adik-adiku tersyang
Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan
semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku
Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah
terlibat dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku
tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui
Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini
menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian
Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan
dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan
Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan
mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan
administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini
dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah
aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif
pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah
daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat
meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat
memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar
dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
v
MOTTO
ldquoWahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu jika ia[361] Kaya ataupun miskin Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakanrdquo
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian
serta motivasi dalam menuntut ilmu
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku
dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan
namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau
berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang
ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah
indah bagi Ayah dan Ibu
Adik-adiku tersyang
Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan
semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku
Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah
terlibat dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku
tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui
Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini
menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian
Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan
dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan
Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan
mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan
administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini
dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah
aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif
pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah
daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat
meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat
memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar
dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilrsquoalamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta kasih perhatian
serta motivasi dalam menuntut ilmu
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Basral dan Ibunda Marhenti tercinta yang telah mendidikku
dengan penuh kegigihan dan kesabaran yang tak henti-hentinya menyelipkan
namaku dalam setiap dorsquoa nya berkat dorsquoa dan dorongan motivasi beliau
berdualah saya dapat menyelesaikan skripsi ini Terimakasih untuk semua yang
ayah ibu berikan selama ini harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah
indah bagi Ayah dan Ibu
Adik-adiku tersyang
Adik Defita Juniarti Mabnur untuk orang yang selalu ada memberikan
semangat dan mendorsquoakan keberhasilanku
Bapak Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan masukana serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta dosen-dosen lainnya yang teah
terlibat dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Syariah
UIN STS Jambi Pemuda BTN dan teman-teman KKN posko 18 Almamaterku
tercinta UIN STS Jambi tempat penulis menimba ilmu
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui
Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini
menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian
Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan
dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan
Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan
mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan
administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini
dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah
aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif
pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah
daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat
meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat
memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar
dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Undang-Undang 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa) dan Mengetahui
Politik Hukum Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Skripsi ini
menggunakan Pendekatan Yuridis dengan menggunakan metode Penelitian
Yuridis Politik Teknik pengumpulan data dokumetasi menggunakan Kepustakaan
dan Jurnal Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut Pertama Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan
Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan
mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan
administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini
dilaksanakan Kedua Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah
aparatur desa dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif
pemerintah untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah
daerah agar dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat
meminimalisir kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan
pelaksana dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat
memaksimalkan kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar
dapat berpotensi mewujudkan kemandirian desa
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ldquoPerkembangan
Politik Hukum Pemerintah Desa (Studi Komparatif Antara Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa)rdquo Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi
besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman
kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya namun berkat
kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya
maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan
Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan
ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
1 Bapak Dr H Hadri Hasan MA selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi
2 Bapak ProfDr H Suaidi MA PhD selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Pendidikan Bapak Dr H Hidayat
MPd selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan dan Ibu Dr Hj Fadillah MPd sebagai
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
ix
3 Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
4 Bapak Dr AA Miftah MAg selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi
5 Bapak H Hermanto Harun MHI PhD selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Pembimbing 1 Ibu Dr Rahmi Hidayati SAgM HI
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan
Keuangan Ibu Dr Yuliatin SAg M HI selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi
6 Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak
Abdul Razak S HI M IS dan Ibu Ulya Fuhaidah S HumMS yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skripsi ini
7 Bapak HM Zaki SAg MAg dan Ibu Tri Endah Karya L SIPMIP
yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini
8 Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah
memberikan dorongan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
9 Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Jambi
10 Sahabat-Sahabat seperjuangan Sadrakh Jais Faruq SyafirsquoiYulizar
Rama Rophiki Yanto Septiadi Raden Trendy Dayat Sudirman
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
x
11 Romi Beni Iqbal Riska Gusti Utary Serli Ilma Santi Puput Mila
Nada Walidaya Rika Tika Novia Puji kelas B Jurusan Hukum Tata
Negara yang telah member dukungan dan motivasi
12 Teman-teman KKN Sonia Digo Zamri Kerti Atul Endi Lili Pak
Cik Berg Rani Sofyan Syifa Tanjung Ulfa Wati Yanto Nursinah
Nasik Sadam Yola Reni Sabawahi Jul Pak Cik Ayam Zamrony
posko 18 Desa Sipin Teluk Duren yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk persaudaraan tawa
hingga tangis yang takkan terluapakan
13 Teman-teman Elna Robby Nilam Yayat Sidik Emson Romi
Pandu Ilham Misba Adi Ivon Agustina yang telah memberikan
semangat serta motivasi dalam penyusunan skripsi
Disamping itu disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini Kepada Allah swt kita memohon
ampunan-nya dan kepada manusia kita memohon kemaafannya Semoga amal
kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah swt
Jambi September 2018
SyechfersquoI Muhammad Mabnur
SPI 141877
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
PEDOMAN TRANSLITERASI xiii
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah 1
B Rumusan Masalah 12
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian 12
D Batasan Masalah 13
E Kerangka Teori 14
F Tinjauan Pustaka 21
G Metode Penelitian 37
1 Pendekatan Penelitian 37
2 Jenis dan Sumber Data 38
3 Instrumen Pengumpulan Data 39
4 Teknik Analisis Data 40
H Sistematika Penulisan 42
BAB II GAMBARAN UMUM POLITIK dan HUKUM
A Politik 39
B Hukum 41
BAB III ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 54
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 56
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xii
BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK
HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 61
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 66
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan76
B Saran77
DAFTAR PUSTAKA
CURICULUM VITAE
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan
kepada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
tanggal 22 Januari 1988 Nomor 1581987 dan 0543b1987 selengkapnya adalah
sebagai berikut
A Penulisan Kosa kata Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ث
ج
ح
خ
د
د
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
Alif
Ba
Ta
Sa
Jim
Ha
Kharsquo
Dal
Zal
Rarsquo
Zarsquo
Sin
Syin
Sad
Dad
Ta
Za
lsquoain
Gin
Farsquo
Qaf
Kaf
Lam
Mim
Nun
-
B b
T t
S s
J j
H h
KH kh
D d
Z z
R r
Z z
S s
SY sy
S s
D d
T t
Z z
-
Gg g
F f
Q q
K k
L l
M m
N n
Tidakdilambangkan
-
-
Dengantitik di atas
-
Dengantitik di bawah
-
-
Dengantitik di atas
-
-
-
-
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengantitik di bawah
Dengankomaterbalik
-
-
-
-
-
-
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xiv
و
ه
ء
ي
Wawu
Harsquo
Hamzah
Yarsquo
W ww
H h
lsquo
Y y
-
-
Apastrof
-
B Penulisan Konsonan Rangkap
Huruf Musyaddad (di-tasydid) ditulis rangkap seperti
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Mutarsquoaqqidin
lsquoiddah
C Tarsquo Marbutah
1 Bila dimatikan ditulis h
حبة
خزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap kedalam bahasa Indonesia seperti shalat zakat dan sebagainya
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya
Bila diikuti dengan kata sandang ldquoalrdquo serta bacaan kedua itu terpisah
maka ditulis dengan h
rsquoDitulis Karamatul al-auliya رمة الاولياء
2 Bila tarsquomarbutha hidup atau harakat fathah kasrah dan dammah
ditulis t
Ditulis Zakatulfitri زكاةالفطر
xiv
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xv
D Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
I
U
E Vokal Panjang
Fathah + Alif
جاهلية
Fathah + yamati
يسعى
Kasrah + yamati
كريم
Dammah + wawumati
فروض
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
J ahiliyyah
A
Yasrsquo a
I
Karim
U
furud
F Vokal Rangkap
Fathah + alif
بينكم
Fathah + wawumati
قول
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
Bainakum
Au
Qaulan
G Vokal Rangkap Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata
dipisahkan dengan Apostrof
اانتم
اعدت
لنتشكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Arsquoantum
Ursquoiddat
Larsquoinsyakartum
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xvi
H Kata Sandang Alif + Lam
1 Bila diikuti huruf Qomariyyah
القران
القياس
Ditulis
Ditulis
Al-Qurrsquoan
Al-Qiyas
2 Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf (el)
nya
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
As-Samarsquo
Asy-Syams
I Penulisan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya
دوالفروض
اهل السنة
Ditulis
Ditulis
Zawi al-furud
Ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-
xvii
DAFTAR SINGKATAN
UUD Undang-Undang Dasar
BPD Badan Permusyawaratan Desa
MUSRENBANGDES Musyawarah Pembangunan Desa
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ADD Alokasi Dana Desa
BUMDES Badan Usaha Milik Desa
BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDES Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
LMPD Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
KK Kartu Keluarga
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
PROLEGNAS Program Legilasi Nasional
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
RUU Rancangan Undang-Undang
UUDS Undang-Undang Dasar Sementara
xviii
MPRS Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
DPAS Dewan Pertimbangan Agung Sementara
PKI Partai Komunis Indonesia
PELITA Pembangunan Lima Tahun
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
MK Mahkamah Konstitusi
UUDNRI Undang-Undang Negara Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa otonomi Desa seperti termaksud dalam pasal 18b ayat dan
penjelasan 18 ayat (1) dan (2) UUD 1945 hasil Undang-Undang ke IV 2002 IGO
dan sampai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah ternyata tidak nampak seperti otonomi desa yang
dimaksud dalam peraturan tersebut di atas setidaknya dapat dilihat dalam proses
pemilihan kepala desa yang mana apabila kita amati masih ada campur tangan
dari pemerintah kabupaten Campur tangan dari pemerintah kabupaten atau
pemerintah setingkat lebih atas setidaknya dapat dilihat dari pengangkatan kepala
desa tersebut sebagaimana tercantum dalam pasal 6 undang-undang nomor 5
tahun 1979 pemerintahan desa menyebutkan bahwa1
ldquoKepala Desa diangkat oleh bupatiwali kota madya kepala daerah tingkat
II atas nama gubernur kepala daerah tingkat I dari calon yang terpilihrdquo
Lebih lanjut campur tangan dari pemerintahan kabupaten atau
pemerintahan setingkat lebih atas secara langsung maupun tidak langsung terlihat
dari ketentuan atau pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa Sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pokok-pokok pemerintahan desa menyebutkan bahwa
1Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa Di Indonesiardquo Jurnal Konstitusi
Vol No 1 (September 2008) hlm 10
2
ldquoDesa sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk
sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung dibawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan
Republik indonesiardquo
Dari beberapa pernyataan tersebut di atas sangat jelas bahwa
pemerintahan desa berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri atau
mempunyai hak otonomi dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa dimaksudkan untuk penyeragaman bentuk dan susunan
pemerintahan kekuasaan berjalan secara sentralistik jika ditinjau lebih jauh
konsep undang-undang tersebut di atas merupakan konsepsi desa dalam
pengertian administratif yaitu satuan ketatanegaraan yang terdiri atas wilayah
tertentu dan suatu satuan masyarakat dan suatu satuan pemerintahan yang
berkedudukan langsung di bawah Kecamatan dengan demikian desa merupakan
bagian dari organisasi pemerintah
Di era reformasi ini untuk menghadapi perkembangan keadaan baik di
dalam maupun luar negeri serta tantangan persaingan global dipandang perlu
menyelenggarakan otonomi daerah Bahwa dalam penyelenggaraan otonomi
daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip demokrasi peran
serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah2
2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
3
Otonomi daerah yang memberikan kewenangan luas nyata dan
bertanggung jawab kepada daearah secara proporsional yang diwujudkan dengan
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan serta potensi dan
keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam rangka negara kesatuan
Republik Indonesia
Hal tersebut di atas adalah sebagai alasan dibentuknya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang sekarang ini berlaku
sebagaimana tercantum dalam pasal 1 undang-undang nomor 22 tahun 1999
menyebutkan bahwa
ldquoDesa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada
di daerah kabupatenrdquo
Selain hal tersebut di atas dengan dikeluarkannya undang-undang nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah otonomi desa juga dikembalikan
menurut asal-usulnya Setidaknya dapat terlihat dari pemilihan kepala desa yang
dilaksanakannya Sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 ayat (2) dan (3) bab XI
bagian kedua mengenai pemerintahan desa undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah menyebutkan bahwa3
3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
4
Pasal 2
Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang
memenuhi syarat
Pasal 3
Calon kepala desa yang terpilih dengan mendapatkan dukungan suara
terbanyak sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) ditetapkan oleh badan
perwakilan desa dan disahkan oleh bupati
Lebih lanjut di dalam pasal 93 sampai dengan pasal 111 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 yang mengatur mengenai desa mengandung semangat
mengakhiri sentralisasi serta mengembangkan desa sebagai wilayah otonomi desa
dikembalikan statusnya sebagai lembaga yang diharapkan demokratis dan
otonom dalam hal ini terlihat dari adanya keinginan untuk mendudukan kembali
desa terpisah dari jenjang birokrasi pemerintah Diakui dalam sistem
pemerintahan nasional sebagai kesatuan masyarakat yang dihormati mempunyai
hak asal usul dan penghormatan terhadap adat istiadat setempat dengan kata lain
desa merupakan salah satu dari ruang negara
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa disahkan dalam sidang
paripurna dewan perwakilan rakyat republik indonesia tanggal 18 desember 2013
setelah menempuh perjalanan panjang selama tujuh tahun (2007-2013) seluruh
komponen bangsa menyambutnya sebagai kemenangan besar sebab Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa menjadi bukti ketegasan komitmen
pemerintah indonesia dan anggota DPR-RI untuk melindungi dan
memberdayakan desa agar menjadi lebih kuat mandiri dan demokratis sehingga
5
dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera
Walaupun terjadi penggantian undang-undang namun prinsip dasar
sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap sama yaitu (1)
Keberagaman yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang
berlaku di masyarakat desa (2) Kebersamaan yaitu semangat untuk berperan
aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di
tingkat desa (3) Kegotong royongan yaitu kebiasaan saling tolong menolong
untuk membangun desa (4) Kekeluargaan yaitu kebiasaan warga masyarakat
desa sebagai bagian dari kesatuan keluarga besar masyarakat desa (5)
Musyawarah yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (6)
Demokrasi yaitu pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem
pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat4
Dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di
desa harus mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang yang dilaksana melalui
bpd (badan pemusyawaratan desa) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra
pemerintah desa (7) Partisipasi bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat desa (8)
Pemberdayaan masyarakat artinya penyelenggaraan dan pembangunan desa
ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
melalui penetapan kebijakan program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi
4Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
6
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat kedelapan prinsip dasar ini tertuang
dalam undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa pada pasal 3 tentang
pengaturan desa
Dalam era otonomi daerah saat ini desa diberikan kewenangan yang lebih
luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Pentingnya
peraturan desa bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran serta
masyarakat desa serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi pemerataan keadilan keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat
secara mandiri mensyaratkan adanya manusia-manusia handal dan mumpuni
sebagai pengelola desa sebagai self governing community (komunitas yang
mengelola pemerintahannya secara mandiri) Kaderisasi desa menjadi kegiatan
yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat maju mandiri dan
demokratis Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di
segala kehidupan utamanya pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa
secara demokratis
Dalam proses pengambilan pengambilan keputusan di desa ada dua
macam keputusan yaitu (1) Keputusan beraspek sosial yang mengikat
masyarakat secara sukarela tanpa sanksi yang jelas dapat dijumpai dalam
kehidupan sosial masyarakat desa (2) Keputusan yang dibuat oleh lembaga
formal desa untuk melaksanakan fungsi pengambilan keputusan keputusan yang
7
diambil oleh lembaga tersebut berdasarkan pada prosedur yang telah disepakati
bersama seperti musrenbangdes (musyawarah pembangunan desa) yang
dilakukan setiap setahun sekali di balai desa
Ketika diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa di indonesia berbagai pihak telah banyak memberikan apresiasi kepada
pemerintah pusat terhadap perkembangan otonomi desa yang sebelumnya
Sekaligus dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 ini nantinya desa-desa di
indonesia mempunyai masa depan yang lebih baik pengaturannya dari pada
Undang-Undang sebelumnya yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
desa Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah termasuk
didalamnya mengatur tentang desa-desa di indonesia
Di masa depan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
memiliki sumber dana yang cukup besar untuk kemandirian masyarakat desa
dana tersebut berasal dari tujuh sumber pendapatan yakni APBN Alokasi Dana
Desa (ADD) bagi hasil pajak dan retribusi bantuan keuangan dari provinsi atau
kabupaten dan kota hibah yang sah dan tidak mengikat Jika di kelola dengan
benar maka desa akan menerima dana lebih dari 25 milyar rupiah namun
masyarakat hanya terfokus pada dana desa yang bersumber pada apbn saja
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa tidak hanya membawa
sumber penandaan pembangunan bagi desa namun juga memberi lensa baru pada
masyarakat untuk mentranformasi wajah desa Melalui pemberdayaan masyarakat
8
desa yang diharapkan mampu membawa perubahan nyata sehingga harkat dan
martabat mereka diperhitungkan
Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang memperlihatkan
seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat
desa pemandirian sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help
(membantu diri sendiri) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
mengacu pada cara berfikir bersikap berperilaku untuk maju peran desa
terpinggirkan sehingga prakarsa desa menggerakkan pembangunan menjadi
lemah konsep ldquodesa membangunrdquo memastikan bahwa desa adalah subyek utama
pembangunan desa konsep ini sangat relevan dengan kewenangan lokal berskala
desa oleh pemerintah desa
Dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa salah satu
strategi penting bagi rumah tangga desa yaitu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan terlebih pembangunan desa bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas warga desa serta menanggulangi
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa
Amanat Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu (1)
membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya (2)
mengembangkan sumber pendapatan desa dan perwujudan pembangunan secara
partisipatif (3) mendirikan badan usaha milik desa (bumdes) yang dikelola
dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong
Politik hukum atau legal policy pemerintahan desa dari tahun ke tahun
semakin menunjukan kearah civil society atau meminjam istilah Nurcholis Majid
9
ldquomasyarakat madanirdquo Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini
adalah arah kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis
besar kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggaraan negara dalam
usaha dan memelihara memperutukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
Secara umum Ateng Syarifuddin berpendapat bahwa politik hukum
pemerintahan desa yang paling mutakhir sebagai berikut
Desa atau yang disebut dengan nama lain suatu kesatuan yang masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat
istimewa sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 18 UUD 1945 Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman
partisipasi otonomi asli demokrasi dan pemberdayaan masyarakat5
Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem
penyelenggaraan pemerintahan desa sehingga memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya Kepala desa bertanggung
jawab pada badan permusyawaratan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas tersebut kepada bupatiwalikota
Desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum public maupun
hukum perdata memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut
dan menuntut dimuka pengadilan Untuk itu kepala desa dengan persetujuan BPD
5M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desardquo Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 7 No 2 Mei-Agustus 2013
10
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan
perjanjian yang saling menguntungkan
Sebagai perwujudan demokrasi di desa dibentuk BPD atau sebutan lain
yang sesuai dengan budaya yang berkembang didesa yang bersangkutan yang
berfungsi sebagai legilasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa
anggaran pendapatan dan belanja desa peraturan kepala desa dan keputusan desa
di desa dibentuk lembaga masyarakat desa lainnya sesuai dengan kebutuhan desa
lembaga dimaksud merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka
pemeberdayaan masyarakat desa
Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa bantuan
pemerintah dan pemerintah daerah pendapatan lain-lain yang sah sumbangan
pihak ketiga dan pinjaman desa Berdasarkan hak asal-usul desa yang
bersangkutan kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara
sengketa dari para warganya Dalam upaya meningkatkan dan mempercepat
pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan dibentuk kelurahan yang
berada di dalam daerah kabupatenkota
Desa merupakan kesatuan hukum otonom dan memiliki hak dan
wewenang untuk mengatur rumah tangga sendiri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah desa tidak lagi merupakan
level administrasi dan menjadi bawahan daerah melainkan menjadi independent
community yang masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan sendiri dan
bukan ditentukan dari atas ke bawah
11
Dari penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti Aspek-Aspek Politik
Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa serta permasalahan yang terkait Kendala
Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik
untuk Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
12
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
2 Apa Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1 Mengetahui Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014)
2 Mengetahui Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi Komparatif
Antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa) diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut
13
a Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Politik Hukum Pemerintahan Desa (Studi
Komparatif antara Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa) serta menjadi
bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya
b Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1)
di fakultas syarirsquoah universitas islam negeri sulthan thaha saifuddin jambi
c Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di fakultas syarirsquoah khususnya
jurusan hukum tata negara dan dosen-dosen fakultas syarirsquoah lainnya
d Sebagai sumber rincian dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain
D Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi untuk menghindari adanya perluasan masalah
yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan
rumusan masalah yang telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan
batasan masalah ini hanya membahas mengenai Perbandingan aspek Politik
Hukum Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 dan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014
14
E Kerangka Teori
1 Politik Hukum
Secara etimologis istilah politik hukum merupakan terjemahan bahasa
indonesia dari istilah hukum belanda rechtspolitiek yang merupakan bentukan
dari dua kata recht dan politiek dalam bahasa indonesia kata recht berarti hukum
kata hukum sendiri berasal dari kata serapan bahasa arab hukm (kata jamaknya
ahkam) yang berarti putusan (judgement verdict decision) ketetapan
(provision) perintah (command) pemerintahan (government) kekuasaan
(authority power) hukum (sentence punishment) dan lain-lain
Banyak pengertian atau definisi tentang politik hukum yang diberikan oleh
para ahli di dalam literatur Dari berbagai pengertian atau definisi itu dengan
mengambil substansinya yang ternyata sama dapatlah penulis kemukakan bahwa
politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum
yang akan diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau
tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 19456
Definisi yang pernah dikemukakan oleh beberapa pakar lain menunjukkan
adanya persamaan substantif dengan definisi yang penulis kemukakan oleh
beberapa pakar hukum sebagai berikut
6 Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT RajaGrafindo
Persada1994) hlm 48
15
Padmo Wahjono bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk di dalam
tulisannya yang lain Padmo Wahjono memperjelas definisi tersebut dengan
mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara tentang
apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu yang di dalamnya
mencakup pembentukan penerapan dan penegakan hukum
Bagir Manan Politik Hukum tidak dari politik ekonomi politik budaya
politik pertahanan keamanan dan politik dari politik itu sendiri Jadi politik
hukum mencakup politik pembentukan hukum politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum
Van Apeldorn Politik Hukum sebagai politik perundang-undangan politik
hukum berarti menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang-undangan
pengertian politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja
Abdul Hakim garuda nusantara mengemukakan Politik Hukum nasional
secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum (legal policy) yang
hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan
negara tertentu Definisi yang disampaikan Abdul Hakim garuda nusantara
merupakan definisi yang paling komprehensif yang merinci mengenai wilayah
kerja politik yang meliputi territorial berlakunya politik hukum dan proses
pembaruan dan pembuatan hukum yang mengarah pada sifat kritis terhadap
hukum yang berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi
ius constituendum Selanjutnya ditegaskan pula mengenai fungsi lembaga dan
pembinaan para penegak hukum suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli
16
sebelumnya
Dari unsur-unsur tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksudkan dengan politik hukum adalah serangkaian konsep asas kebijakan
dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung politik
pembentukan hukum politik penentuan hukum dan politik penerapan serta
penegakan hukum menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak
hukum untuk menentukan arah bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk
hukum yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum
yang dibangun serta untuk mencapai suatu tujuan sosial Sehingga politik hukum
berdimensi ius constitutum dan berdimensi ius constituendum
2Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta deca yang
berarti tanah air tanah asal atau tanah kelahiran Dari perspektif geografis desa
atau village yang diartikan sebagai ldquo a groups of houses or shops in a country
area smaller than and townldquo Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-
usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan nasional dan berada di
daerah kabupaten7
Desa menurut HAW Widjaja dalam bukunya yang berjudul
ldquoOtonomi Desardquo menyatakan bahwa desa adalah sebagai kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang
bersifat istimewa
7 Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2003)
hlm 3
17
Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah
Keanekaragaman Partisipasi Otonomi Asli Demokratisasi Dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut R Bintarto berdasarkan tinajuan geografi yang dikemukakannya
desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis sosial politik dan cultural
yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan timbal balik dengan daerah
lain
Menurut kamus besar bahasa indonesia desa adalah suatu kesatuan
wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem
pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa
merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan
pengertian tentang desa menurut Undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Nahun 2005 tentang desa pasal 1 8desa
atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara kesatuan republik indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 pasal 1 desa adalah desa dan
desa adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
8 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai Desa
18
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pasal 1 desa adalah
desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal usul dan hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
Republik Indonesia
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu
Menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma
menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan yang hidup bersama atau suatu
wilayah yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan
sendiri serta berada diwilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri
Sedangkan pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 72 Tahun 2005
tentang pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintahan permusyawaratan dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat- istiadat setempat yang diakui dan dihormti dalam sistem
19
pemerintahan negara kesatuan republik indonesia 9
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan negara
kesatuan republik indonesia yang diakui otonominya dan kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemerintahan ataupun
pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu sebagai
unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala latar
belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang sangat
strategis khususnya dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik maka
desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar disertai dengan
pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi
9 Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi suwondo ldquoPengelolaan Alokasi Dana Desa
Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat DesardquoJurnal
Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012) hlm 11
20
F Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Tahun
Penelitian
Hasil
1 Syahrial
Adiansyah
Pemikiran Mahfud MD
tentang hubungan
hukum dan kekuasaan
2012 Teori politik hukum yang
dirumuskan oleh Mahfud MD Maka
nampaknya penulis cenderung
berkesimpulan bahwa yang terjadi
indonesia adalah politik determinan
atas hukum situasi dan kebijakan
politik yang sedang berlangsung
sangat mempengaruhi sikap yang
harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat
berpengaruh pada produk-produk
hukum yang dihasilkan
2 Ombi Romli
dan Elly
Nurlia
Lemahnya badan
permusyawaratan desa
(BPD) dalam
melaksanakan fungsi
pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi
kecamatan menes
2017 Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang
desa dan peraturan daerah (perda)
kabupaten pandeglang nomor 2 tahun
2015 tentang penyelanggaraan desa
BPD memiliki fungsi
menyelenggarakan pemerintahanan
21
kabupaten
pandeglang)rdquo
desa yaitu sebagai berikut
membahas dan menyepakati rancangan
peraturan desa bersama kepala desa
menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dan melakukan
pengawasan kinerja kepala desa pada
kenyataanya dalam menjalankan
fungsi tersebut badan permusyawartan
desa (bpd) tegalwangi kecamatan
menes kabupaten pandeglang masih
lemah
3 penelitian Ita
Ulumiyah
Peran pemerintah desa
dalam memberdayakan
masyarakat desa (studi
pada desa sumber pasir
kecamatan Pakis
kabupaten Malang)
2012 Di dalam pemerintahan desa kepala
desa dan LPMD (lembaga
pemberdayaan masyarakat desa)
bekerjasama dan saling membantu
dalam menyusun rencana
pembangunan yang berbasis pada
perbaikan mutu hidup masyarakat
desa upaya dalam mencapai tujuan
dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran
sebagai suatu upaya untuk
22
pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat akan lebih maju sejahtera
dan mandiri
berikut program-program
pembangunan masyarakat desa sumber
pasir pada periode 2009-2013 adalah
sebagai berikut
pengaktifan kelembagaan upk
peningkatan peran serta masyarakat
dalam pembangunan dengan kegiatan
pelaksanaan kerja bakti
musrenbang desa perlombaan desa
pembangunan fisik
peningkatan ekonomi produktif
dengan kegiatan
pelatihan pembuatan pande besi
pelatihan keterampilan bordir
4 Syechfersquoi
Muhammad
Mabnur
Perkembangan politik
hukum pemerintahan
desa (studi komparatif
antara undng-undang
nomor 5 tahun 1979
2018 Untuk menentukan politik hukum
pemerintahan desa yang sesuai dengan
prinsip-prinsip kebijakan hukum (legal
policy)diperlukan pemahaman kondisi
desa saat ini secara garis besar
23
tentang pemerintahan
desa dan undang-undang
nomor 6 tahun 2014
tentang desa
keberagaman desa
diindonesia dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) tipe desa yaitu
tipe desa adat atau sebagai self
governing community sebagai bentuk
desa asli dan tertua di indonesia
konsep otonomi asli sebenarnya
diilhami dari pengertian desa adat ini
desa adat mengatur dan mengelola
dirinya sendiri dengan kekayaan yang
dimiliki tanpa campur tangan negara
desa adat tidak menjalankan tugas-
tugas administratif yang diberikan oleh
negara saat ini desa pakraman di bali
yang masih tersisa sebagai bentuk desa
adat yang jelas
tipe desa administratif (local state
government) adalah desa sebagai
satuan wilayah administratif yang
berposisi sebagai kepanjangan negara
dan hanya menjalankan tugas-tugas
administratif yang diberikan negara
desa administratif secara substansial
24
Dalam pembuatan skripsi ini tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti Oleh karena itu
tidak mempunyai otonomi dan
demokrasi kelurahan yang berada di
perkotaan merupakan contoh yang
paling jelas dari tipe desa
administratif tipe desa otonom atau
dulu disebut sebagai desapraja atau
dapat juga disebut sebagai local self
government seperti halnya posisi dan
bentuk daerah otonom di indonesia
secara konseptual desa otonom adalah
desa yang dibentuk berdasarkan asas
desentralisasi sehingga mempunyai
kewenangan penuh untuk mengatur
dan mengurus rumah tangganya
sendiri desa otonom berhak
membentuk pemerintahan sendiri
mempunyai badan legislatif
berwenang membuat peraturan desa
dan juga memperoleh desentralisasi
keuangan dari negara
25
maka sebelum meneliti peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya terkait dengan judul mengenai Politik Hukum
Pemerintahan Desa dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Sudah ada yang melakukan studi terdahulu secara khusus juga dilakukan
sama dengan tema penelitian ini diantaranya syahrial adiansyah 2012 dalam
penelitiannya yang berjudul pemikiran mahfud md tentang hubungan hukum dan
kekuasaan Mahfud MD mengatakan hubungan antara politik dan hukum terdapat
tiga asumsi yang mendasarinya yaitu (1) hukum determinan (menentukan) atas
politik dalam arti hukum harus menjadi arah dan pengendali semua kegiatan
politik (2) politik determinan atas hukum dalam arti bahwa dalam kenyataannya
baik produk normatif maupun implementasi penegakan hukum itu sangat
dipengaruhi dan menjadi dipendent variable atas politik (3) politik dan hukum
terjalin dalam hubungan yang saling bergantung seperti bunyi adagium ldquopolitik
tanpa hukum menimbulkan kesewenang-wenangan (anarkis) hukum tanpa politik
akan jadi lumpuh 10
Berangkat dari studi mengenai hubungan antara politik dan hukum di atas
kemudian lahir sebuah teori ldquopolitik hukumrdquo Politik Hukum adalah legal
policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah
indonesia yang meliputi pertama pembangunan yang berintikan pembuatan dan
pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan
kebutuhan kedua pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk
10 https Syahrialnamanwordpresscom2012062012
26
penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum jadi politik
hukum adalah bagaimana hukum akan atau seharusnya dibuat dan ditentukan
arahnya dalam kondisi politik nasional serta bagaimana hukum difungsikan
Menurut Mahfud MD secara yuridis-konstitusional negara indonesia
bukanlah negara agama dan bukan pula negara sekuler Indonesia adalah religious
nation state atau negara kebangsaan yang beragama Indonesia adalah negara
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral sekaligus sebagai sumber
hukum materiil dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
Karena itu dengan jelas dikatakan bahwa salah satu dasar negara indonesia adalah
ldquoKetuhanan Yang Maha Esardquo
Teori Politik Hukum yang dirumuskan oleh Mahfud MD maka
nampaknya penulis cenderung berkesimpulan bahwa yang terjadi indonesia
adalah politik determinan atas hukum situasi dan kebijakan politik yang sedang
berlangsung sangat mempengaruhi sikap yang harus diambil oleh umat islam dan
tentunya hal itu sangat berpengaruh pada produk-produk hukum yang dihasilkan
Hubungan politik dengan hukum di dalam studi mengenai hubungan
antara politik dengan hukum terdapat asumsi yang mendasarinya Pertama hukum
determinan terhadap politik dalam arti bahwa hukum harus menjadi arah dan
pengendali semua kegiatan politik Asumsi ini dipakai sebagai
landasan das sollen (keinginan keharusan dan cita)
Kedua politik determinan terhadap hukum dalam arti bahwa dalam
kenyataannya baik produk normative maupun implementasi-penegakannya
hukum itu sangat dipengaruhi dan menjadi dependent variable atas politik
27
Asumsi ini dipakai sebagai landasan das sein (kenyataan realitas) dalam studi
hukum empiris
Ketiga politik dan hukum terjalin dalam hubungan interdependent atau
saling tergantung yang dapat dipahami dari adugium bahwa ldquopolitik tanpa hukum
menimbulkan kesewenang-wenangan atau anarkis hukum tanpa politik akan
menjadi lumpuhrdquo Mahfud MD mengatakan hukum dikonstruksikan secara
akademis dengan menggunakan asumsi yang kedua bahwa dalam realitasnya
ldquopolitik determinan (menentukan) atas hukumrdquo Jadi hubungan antara keduanya
itu hukum dipandang sebagai dependent variable (variable pengaruh) politik
diletakkan sebagai independent variable (variabel berpengaruh)
Pilihan atas asumsi dalam buku ini bahwa produk hukum merupakan
produk politik mengantarkan pada penentuan hipotesis bahwa konfigurasi
politik tertentuakan melahirkan karakter produk hukum tertentu pula dalam buku
ini membagi variable bebas (konfigurasi politik) dan variable terpengaruh
(konfigurasi produk hukum) kedalam kedua ujung yang dikotomis
Konfigurasi politik dibagi atas konfigurasi yang demokratis dan
konfigurasi yang otoriter (non-demokrtis) sedangkan variable konfigurasi produk
hukum yang berkarakter responsif atau otonom dan produk hukum yang
berkarakter ortodokskonservatif atau menindas Konsep demokratis atau otoriter
(non-demokratis) diidentifikasi berdasarkan tiga indikator yaitu sistem kepartaian
dan peranan badan perwakilan peranan eksekutif dan kebebasan pers Sedangkan
konsep hukum responsive otonom diidentifikasi berdasarkan pada proses
28
pembuatan hukum pemberian fungsi hukum dan kewenangan menafsirkan
hukum pengertian konseptual yang dipakai dalam buku ini yaitu
Konfigurasi politik demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang
bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan
kebijakan negara dengan demikian pemerintah lebih merupakan ldquokomiterdquo yang
harus melaksanakan kehendak masyarakatnya yang dirumuskan secara
demokratis badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam membuat kebijakkan sedangkan pers dapat
melaksanakan fungsinya dengan bebas tanpa takut ancaman pemberedelan
Konfigurasi politik otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi
pemerintah yang sangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
negara sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan
terartikulasi secara proporsional dan juga badan perwakilan dan parpol tidak
berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi (rubber stamps) atas
kehendak pemerintah sedangkan pers tidak mempunyai kebebasan dan
senantiasa berada dibawah kontrol pemerintah dan berada dalam bayang-
bayang pemeredelan
1 Produk hukum responsifotonom adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-tuntutan baik individu maupun kelompok
sosial di dalam masyarakat sehingga lebih mampu mencerminkan rasa keadilan
didalam masyarakat proses pembuatan hukum responsif ini mengundang secara
terbuka partisipasi dan aspirasi masyarakat dan lembaga peradilan hukum
diberifungsi sebagai alat pelaksana bagi kehendak masyarakat
29
2 Produk hukum konservatifortodoks adalah produk hukum yang karakternya
mencerminkan visi politik pemegang kekuasaan dominan sehingga pembuatanya
tidak melibatkan partisipasi dan aspirasi masyarakat secara sungguh-sungguh
Biasanya bersifat formalitas dan produk hukumdiberi fungsi dengan sifat positivis
instrumentali satau menjadi alat bagi pelaksanaan idiologi dan program
pemerintah
Penelitian Ombi Romli dan Elly Nurlia (2017) Lemahnya badan
permusyawaratan desa (BPD) dalam melaksanakan fungsi pemerintahan desa
(studi desa tegal wangi kecamatan menes kabupaten pandeglang)rdquo Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten
Pandeglang terdiri dari lima orang anggota Anggota BPD Tegalwangi tersebut
terpilih secara depinitif pada tahun 2014 berdasarkan musyawarah mufakat dari
perwakilan masing-masing daerah pemilihan yaitu kampung karang mulya
kampung Tegalwangi kampung Leuweung Kolot kampung Sawah dan
kamapung Koranji yang jumlah pendudnya secara keseluruhan berjumlah 2757
jiwa (RPJMDes Tegalwangi 2015-2020) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tegalwangi disahkan melalui surat keputusan Bupati Pandeglang nomor
1412kep23- huk2014 tentang peresmianpengesahan anggota badan
permusyawaratan desa di wilayah kabupaten pandeglang periode masa bhakti
tahun 2014- 2020 Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan bahwa badan
permusyawartan desa agar segera melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan
penuh rasa tanggungjawab sesuai dengan batas kewenangan yang telah diatur
30
dengan ketentuan yang berlaku11
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Daerah (Perda) kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2015 tentang
penyelanggaraan desa BPD memiliki fungsi menyelenggarakan pemerintahanan
desa yaitu sebagai berikut
1 Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa
2 Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa
3 Melakukan pengawasan kinerja kepala desa
Pada kenyataanya dalam menjalankan fungsi tersebut Badan Permusyawartan
Desa (BPD) Tegalwangi kecamatan Menes kabupaten Pandeglang masih lemah
Penelitian Ita Ulumiyah (2012) ldquoPeran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (studi pada Desa Sumber Pasir Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang)rdquo Adapun peran dari pemerintah desa sumberpasir
dalam memberdayakan masyarakat sebagai berikut
a Peran pemerintah desa sebagai pelaksana kebijakan
Di dalam pemerintahan desa Kepala Desa dan LMPD (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa) bekerjasama dan saling membantu dalam
menyusun rencana pembangunan yang berbasis pada perbaikan mutu hidup
masyarakat desa upaya dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
penetapan pokok-pokok pikiran sebagai suatu upaya untuk pemberdayaan
masyarakat sehingga masyarakat akan lebih maju sejahtera dan mandiri
Kerjasama yang dilakukan Pemerintah Desa Sumber Pasir dengan LMPD
11 Cosmogov Vol3 No1 April 2017
31
(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa) berupa penyusunan rencana
pembangunan yang mengha- silkan sebuah kebijakan adapun kebijakan yang
dapat dirumuskan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah
1 Mengaktifkan kelembagaan upk
2 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan
3 Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berbasis pada sumber
daya manusia (SDM)
4 Meningkatkan pemberdayaan aparatur desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan desa
Peran pemerintah desa sebagai pelaksana program-program pemerintah
desa Sumberpasir sebelum membuat program-program pembangunan diawali
dengan musyawarah di tingkat dusun yang bertujuan untuk membahas seluruh
usulan kegiatan dari tingkat RTatau RW dalam satu dusun Kemudian dilanjutkan
ke musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat tokoh Agama
RTRW LMPD BPD serta Pemerintah Desa
Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat bermanfaat bagi para
petani desa Sumber Pasir selain dapat menambah pengetahuan tentang pola tanam
yang baik serta pemilihan bibit padi yang baik pada saat musim rendengan
maupun ketigo petani desa Sumber Pasir juga diberikan bantuan murah melalui
gapoktan dalam hal ini petani yang ada didesa Sumber Pasir diberi kemudahan
dalam hal permodalan melalui dana perkriditan rakyat yang dikelolah oleh upk
amanah yang ada didesa sumberpasir sehingga petani bisa dengan mudah
32
memperoleh modal dan cicilan dalam pembelian pupuk maupun obat- obat
pertanian12
12 Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
33
G Metode Penelitian
1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis politik
yaitu segala hal yang memiliki arti hukum dan sudah di sah kan oleh pemerintah
Kebijaka yang harus dipatuhi oleh masyarakat Tidak hanya dalam bentuk tertulis
namun kadang aturan ini dalam bentuk lisan
Sesuai dengan kasus yang terjadi maka pendekatan penelitian ini
menggunakan metode yuridis politik Penelitian ini mengkaji Politik Hukum
Pemerintahan Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan jurnal dll (Library Reseach)
yaitu metode untuk memperoleh data dari buku-buku dan jurnal maupun skripsi
yang relevan dengan masalah-masalah tersebut Yakni buku-buku dan jurnal
maupun skripsi yang berhubungan dengan Politik Hukum Pemerintahan Desa
(Studi Komparatif antara Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang
Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa)
2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh adapun jenis dan
sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Bahan Hukum Primer
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
34
3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa
4 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan
yurisprudensi atau putusan pengadilan bahan hukum primer adalah bahan hukum
yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadapan bahan hukum primer bahan hukum sekunder tersebut
adalah
1 Buku-buku ilmiah yang terkait
2 Hasil penellitian
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primerm maupun bahan hukum sekunder
bahan hukum tersier tersebut adalah media internet
3 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
a Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan
bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruang perpustakaan misalnya
dalam bentuk koran naskah catatan kisah sejarah dokumen-dokumen dan
sebagainya yang relevan dengan penelitian
35
Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan
metode pengumpulan pustaka membaca mempelajari serta menelaah buku-buku
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan
buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang
sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar
teoritis tentang masalah pada penelitian
b Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian teknik dokumentasi diperlukan untuk data masa lampau dan
data masa sekarang sebab bahan-bahan dokumentasi memiliki arti metodologis
yang sangat penting dalam penelitian masyarakat yang mengambil orientasi
historis
Menurut Hartinis ldquodokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkrip buku surat kabar majalah prasasti
notulen rapat agenda dan sebagainyardquo13
Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak
hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan
13 Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif hlm 219
36
bahkan untuk meramalkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data
4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif kualitatif analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya14
Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut
Mohammad Ali yaitu 15
1 Penyusunan Data
2 Klasifikasi Data
3 Pengolahan Data
4 Penyimpulan Data
Berdasarkan pendapat tersebut dalam kaitan dengan menganalisis data
kualitatif maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut
1 Penyusunan Data
Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah
data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat
berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan
2 Klasifikasi Data
Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data
yang didasarkan pada kategori yang diteliti penggolongan ini disesuaikan dengan
14 Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada university
press 1993) Hlm 174 15 Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa 1985) hlm 151
37
sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang
terkandung dalam masalah itu sendiri
3 Pengolahan Data
Setelah semua data dan fakta terkumpul selanjutnya data tersebut
diseleksi kemudian diolah sehingga sistematis jelas dan mudah untuk dipahami
menggunakan teknik analisis data kualitatif
4 Penyimpulan Data
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang
satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya
langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan
dan verifikasi Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya16
H Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman maka
pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai
berikut
BAB I Pendahuluan Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis
skripsi Bab ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah Batasan
Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Kerangka Teori dan Tinjauan
Pustaka Metode Penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian
16 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R amp D hlm 252
38
Jenis dan Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data Teknik Analisis
Data Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian
BAB II Gambaran Umum Politik Hukum
BAB III Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang
Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa
BAB IV Pembahasan dan Hasil Penelitian memuat penjelasan mengenai isi dari
penulisan skripsi ini yang membahas tentang Kendala Dalam
Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa dan membahas juga tentang Politik Hukum Pemerintahan
Desa (Studi Komparatif antara Undang-undang 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa
BAB V Penutup dalam penulisan skripsi ini terdiri dari Kesimpulan Hasil
Penulisan Skripsi Saran-Saran dan Penutup
39
BAB II
GAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
A Politik
Politik dalam bahasa arabnya disebut ldquosiyasyahrdquo atau dalam bahasa
inggrisnya ldquopoliticsrdquo politik itu sendiri berarti cerdik atau bijaksana17 memang
dalam pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan politik sebagai suatu
cara yang dipakai untuk mewujudkan tujuan tetapi sebenarnya para ahli politik
itu sendiri mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu
politik18
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara membicarakan
politik pada galibnya adalah membicarakan negara karena teori politik
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat jadi negara dalam keadaan bergerak selain itu politik juga
menyelidiki ide-ide asas-asas sejarah pembentukan negara hakikatnya negara
serta bentuk dan tujuan negara di samping menyelidiki hal-hal seperti seperti
pressure group interest group elit politik pendapat umum (public opinion)
peranan partai politik dan pemilihan umum
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata ldquopolisrdquo yang berarti
negara kota dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama dalam itu timbul aturan kewenangan kelakuan pejabat Legalitas
keabsahan dan akhirnya kekuasaan tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai
17 JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada) hlm 21
18 Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997) hlm 18
40
kebijaksanaan kekuatan kekuasaan pemerintah pengatur konflik yang menjadi
konsensus nasional serta kemudian kekuatan masyarakat19
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat
diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat kearah
kehidupan bersama yang harmonis usaha menggapai kehidupan yang baik ini
menyangkut bermacam macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses
penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu20
Menurut Gabriel Almond (dalam Mochtar Masrsquooed 1981) membagi
bentuk politik menjadi konvensional (yang lazim dipraktikkan dalam masyarakat)
dan nonkonvensional (tidak lazim dipraktikkan dalam masyarakat)21 Ini berarti
bentuk partisipasi polittik konvensional pada umumnya merupakan bentuk
partisipasi politik yang legal (sesuai dengan aturan) maupun yang dipraktikan
dalam kehidupan masyarakat dan diterima sebagai sesuai yang lazim meskipun
tidak secara tegas diatur dalam aturan perundang-undangan yang ada Keyakinan
akan kemampuan seseorang merupakan kunci bagi terbentuk dan terpeliharanya
demokrasi22 Dalam bentuk partisipasi politik itu dapat dilihat sebagai berikut
No Konvensional Nonkonvensional
1 Pemberian Suara (Voting) Pengajuan Petisi Dan Revolusi
19 Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2012) hlm 6 20 Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008) hlm 15 21 Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa Cet-1 (Jakarta
PT RajaGrafindo Persada 1996) hlm 17 22 Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5 (Yogyakarta
Pustaka Pelajar 2005) hlm 101
41
2 Diskusi Politik Berdemonstrasi Dan Perang Gerilya
3 Kegiatan Kampanye Mogok Dan Konfrontasi
4 Membentuk Dan Bergabung
Dalam Kelompok Kepentingan
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Harta Benda (Perusakan Pemboman
Pembakaran)23
5 Komunikasi Individual Dengan
Pejabat Politik Dan
Administrative
Tindak Kekerasan Politik Terhadap
Manusia (Penculikan Dan
Pembunuhan)
Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara Dan Mengembangkan
Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009)
B Hukum
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah
laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol hukum adalah aspek
terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat
Oleh karena itu setiap masyarakat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-
ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya24
Kalau sekarang hukum di indonesia itu tajam kebawah tumpul kebawah
karena sekarang hukum diindonesia itu tebang pilih siapa yang banyak uang itu
lah yang benar Yang benar bisa salah yang salah bisa jadi benar
23 Cholisin ldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara dan
Mengembangkan Sistem Politik Indonesia ldquoJurnal Civics Vol6 No 1 (Juni 2009) hlm 38-39 24 httpfuzudhozblogspotcom201303pengertian-hukum-secara-umum-danhtml
42
Hukum di indonesia merupakan campuran dari sistem hukum eropa
hukum agama dan hukum adat Sebagian besar sistem yang dianut baik perdata
maupun pidana berbasis pada hukum eropa kontinental khususnya dari belanda
karena aspek sejarah masa lalu indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan
sebutan hindia belanda (nederlandsch-indie) Hukum Agama karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam maka dominasi hukum atau syariat
islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan kekeluargaan dan warisan
selain itu di indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah nusantara
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat
dalam kenyataan perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan
perkembangan hukum yang berlaku di dalam masyarakat demikian pula
sebaliknya Pada dasarnya keduanya saling mempengaruhi dalam memberikan
pengertian hukum banyak para ahli telah mengemukakan pengertian hukum
antara lain
Prof Dr E Utrecht sh mengatakan pengertian hukum adalah himpunan
petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah25
25 EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia Cet Ke-11
(Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983) hlm 3
43
Prof Soediman Kartohadiprodjo SH mengatakan hukum adalah pikiran
ataun anggapan orang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia26
Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH llm mengatakan hukum adalah
keseluruhan kaedah-kaedah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaedah itu
sebagai menyataan dalam masyarakat
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan
peraturan yang terdiri dari perintah dan larangan yang dibentuk oleh pemerintah
melalui badan-badan resmi yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sangsi bagi pelanggarnya
Dari beberapa batasan tentang hukum yang diberikan oleh para ahli
tersebut dapat diambil bahwa hukum itu meliputi beberapa unsure yaitu
a Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
b Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c Peraturan itu bersifat memaksa
Tujuan Hukum
Hukum muncul dalam masyarakat sebagai upaya untuk menertibkan dan
menciptakan keteraturan dalam hidup bermasyarakat Hukum tidak hanya
menjabarkan kewajiban seseorang namun juga membahas mengenai hak pribadi
26 Samidjo Pengantar Hukum Indonesia Armico (Bandung 1985) hal 21
44
dan orang lain Di perlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan
kesadaran tiap-tiap individu di dalam masyarakat27 Tujuan hukum memiliki
beberapa teori dalam mengetahui arti dari tujuan hukum tersebut beberapa teori
tersebut adalah
1 Teori hukum etis
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk
mencapai keadilan hukum harus memberikan rasa adil untuk setiap orang untuk
memberikan rasa percaya dan konsekuensi bersama hukum yang dibuat harus
diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat hukum harus ditegakan seadil-
adilnya agar masyarakat merasa terlindungi dalam naungan hukum28
2 Teori hukum utilitas
Menurut teori ini tujuan hukum adalah menjamin adanya kemanfaatan
atau kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang-orang banyak Pencetus teori ini
adalah jeremy betham dalam bukunya yang berjudul ldquointroduction to the morals
and legislationrdquo berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-
mata apa yang berfaedah atau bermanfaat bagi orang Apa yang dirumuskan oleh
betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak
mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit Sulit bagi kita untuk menerima
anggapan betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa apa
yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain
27 Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995) hlm
1995
28 Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta PT Gramedia 1992) hal 209
45
apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka ia akan menggeser nilai keadilan
dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu
hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan
3 Tujuan hukum campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara damai dan adil Mochtar Kusumaatdja menjelaskan bahwa
kebutuhan akan ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya
masyarakat yang teratur dan damai dan untuk mewujudkan kedamaian
masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain dan setiap
orang (sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya dengan
demikian teori tujuan hukum campuran ini dikatakan sebagai jalan tengah antara
teori etis dan utilitas karena lebih menekankan pada tujuan hukum tidak hanya
untuk keadilan semata melainkan pula untuk kemanfataan orang banyak29
No Perbedaan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979
Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014
1 Posisi desa Pada saat iu negara sangat
sentralistik dan dalam
undang-undang ini desa-desa
yang ada harus di
Adanya otonomi
daerah membuat desa
diberikan keleluasaan
guna mengatur rumah
29 httpjurnalapapunblogspotcom201403teori-teori-tujuan-hukumhtml diakses pada
tanggal 4 september 2018 pukul 1909 WIB
46
seragamkan Guna semuanya
dapat dijalankan sesuai
dengan cita cita pembangunan
tangganya sendiri
Memberikan
kesempatan kepada desa
untuk memunculkan
cirri khasnya
2 Masa jabatan kepala desa Masa jabatan kepala desa
dalam satu periode adalah 8
tahun dan setelahnya dapat
dipilih kembali sebanyak 1
kali masa jabatan
Masa jabatan kepala
desa dalam satu periode
adalah 6 tahun dan
setelahnya dapat dipilih
kembali sebanyak 3 kali
masa jabatannya
3 Posisi kepala desa Kepala desa tidak masuk
pegawai negeri dan
pendapatan yang diperoleh
dibayarkan melalui tanah
garapan atau bengkok yang
dimiliki desa
Kepala desa dimasukan
dalam pegawai negeri
dan gaji yang diperoleh
diambilkan dari apbd
kabupaten yang
menaungi desa tersebut
4 Kelembagaan Dalam undang-undang
pemerintahan desa terdiri dari
kepala desa dan terdapat
lembaga musyawarah desa
yang diketahui oleh kepala
desa dan penyelenggaraan
Undang-udang baru
menjelaskan bahwa
dipemerintahan desa
terdapat pembagian
kekuasaan dimana
terdapat bpd (badan
47
pemerintahan dibantu oelh
sekertaris desa kepala urusan
dan kepala dusun
permusyawaratan desa)
yang dipilih oleh rakyat
dan menjadi wakil
rakyat dalam
pemerintah desa
disamping ada kepala
desa
5 Sumber pendapatan desa Kerangka sentralistik yang
merupakan ciri pemerintahan
orde baru waktu itu juga
menjadi corak tersendiri bagi
keuangan desa desa-desa
tersebut sangat bergantung
pada keuangan dari
pemerintah pusat
Desa diberikan
kesempatan untuk
mengelola potensi yang
dalam desa tersebut
setiap desa mempunyai
asset yang digunakan
untuk pemasukan
keuangan desa adanya
otonomi pemerinahan
juga dibarengi dengan
otonomi perekonomian
disamping pemerintah
pusat maupun daerah
juga mempunyai alokasi
dana khusus untuk
pembangunan desa
48
HttpMohammad-Darry-Fisip12WebUnairAcIdArtikel_Detail-
95026 Politik20di20desa Perbandingan20pemerintahan20desa20dalam20uu20no2
0520tahun20197920dan20uu20no206202014Html
Politik hukum adalah ldquolegal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang
hukum yang diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan
penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negarardquo Dengan
demikian politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan uud 194530
Dasar pemikiran dari berbagai definisi yang seperti ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita mempunyai tujuan yang harus dicapai dan upaya
untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alatnya
melalui pemberlakuan atau penidakberlakukan hukum-hukum sesuai dengan
tahapan-tahapan perkembangan yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita
Politik hukum itu ada yang bersifat permanen atau jangka panjang dan ada
yang bersifat periodik dan bersifat permanen misalnya pemberlakukan prisip
pengujian yudisial ekonomi kerakyatatan keseimbangan antara kepastian hukum
keadilan dan kemanfaatan penggantian hukum-hukum peninggalan kolonial
dengan hukum-hukum nasional penguasaan sumber daya alam oleh negara
kemerdekaan kekuasaan kehakiman dan sebagainya Di sini terlihat bahwa
beberapa prinsip yang dimuat di dalam uud sekaligus berlaku sebagai politik
30 Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2011)
hal 1
49
hukum
Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik
yang akan memberlakukan maupun yang akan mencabut misalnya pada periode
1973-1978 ada pada politik hukum untuk melakukan kodifikasi dan unifikasi
dalam bidang-bidang hukum tertentu pada periode 1983-1988 ada politik hukum
untuk membentuk peradilan tata usaha negara dan pada periode 2004-2009 ada
lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan di dalam program
legislasi nasional (prolegnas)
Jika didengar secara sekilas pernyataan ldquohukum sebagai politikrdquo dalam
pandangan awam bias dipersoalkan sebab pernyataan tersebut memosisikan
hukum sebagai subsistem kemasyarakatan yang ditentukan oleh politik Apalagi
dalam tataran idea tau cita hukum lebih-lebih di negara yang menganut supremesi
hukum politiklah yang harus diposisikan sebagai variable yang terpengaruh
(dependent variable) hukum
Secara metodologisnya ilmiahnya sebenarnya tidak ada yang salah dari
pernyataan tersebut semuanya benar tergantung pada asumsi dan konsep yang
dipergunakan ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat
relative tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan dengan
asumsi dan konsep tertentu satu pandangan ilmiah dapat mengatakan bahwa
hukum adalah produk hukum tetapi dengan asumsi dan konsep tertentu yang lain
satu pandangan ilmiah dapat mengatakan sebaliknya bahwa politik adalah produk
hukum artinya secara ilmiah hukum dapat determinan atas politik tetapi
50
sebaliknya dapat pula politik determinan atas politik tetapi sebaliknya dapat pula
politik determinan atas hukum Jadi dari sudut metedolg semuanya benar secara
ilmiah menurut asumsi dan konsepnya sendiri-sendiri
Memang pernyataan bahwa ldquohukum adalah produk politikrdquo seperti
pengertian diatas akan menjadi lain atau menjadi salah jika dasarnya adalah das
sollen atau jika hukum tidak diartikan sebagai undang-undang Seperti diketahui
bahwa hubungan antara hukum dan politik bias didasarkan pada pandangan das
sollen (keinginan keharusan) atau das sein (kenyataan) Begitu juga hukum bias
diartikan sebagai peraturan perundang-undangan yang mencakup UU bias juga
diartikan sebagai putusan pengadilan dan bias juga diberi arti lain yang
jumlahnya bisa puluhan
Jika seseorang menggunakan das sollen adanya hukum sebagai dasar
mencari kebenaran ilmiah dan member arti hukum di luar undang-undang maka
pernyataaan ldquohukum merupakan produk politikrdquo tentu tidak benar Mungkin yang
benar ldquopolitik merupakan produk hukum
Bahkan bisa saja keduanya tidak benar jika dipergunakan asumsi dan
konsep yang lain lagi yang berdasar pada das sollen sein seperti asumsi tentang
interdeterminasi antara hukum dan poltik Didalam asumsi yang disebutkan
terakhir ini dikatakan bahwa hukum dan politik saling mempengaruhi tak ada
yang lebih unggul Jika poltik diartikan sebagai kekuasaan maka dari asumsi yang
terakhir ini bisa lahir pernyataan seperti yang sering dikemukakan oleh mochtar
51
kusumaatmadja bahwa ldquopolitik dan hukum ini interdeterminanrdquo sebab politik
tanpa hukum itu zalim sedangkah hukum tanpa politik itu lumpuh
Politik hukum dalam tulisan ini mengikuti pengertian yang diutarakan oleh
bellefroid Politik hukum adalah sebagaian dari ilmu hukum yang membahas
perubahan hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang
seharusnya (ius constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam
masyarakat namun untuk lebih memahami pengertian politik hukum itu perlu
kiranya ditelah pengertian politik dan pengertian hukum yang terkait dalam istilah
politik hukum itu31
Politik berpangkal dari kata polis bahasa yunani yang berarti city state
politik dengan demikian berarti sesuatu yang berhubungan dengan negara dalam
perkembangannya kemudian politik tampak diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan bagian negara yakni kekuasaan negara Dalam
perkembangan selanjutnya politik tampak juga diartikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan salah satu bagian kekuasaan negara yakni kekuasaan untuk
memilih sehubungan dengan pengertian ini mathews menyatakan bahwa inti sari
politik adalah act of choice
Sejajar dengan pendapat Mathwes itu kelsen mengutarakan bahwa politik
mempunyai dua arti yakni politik sebagai etik dan politik sebagai teknik Politik
sebagai etik adalah memilih dan menentukan tujuan kehidupan bermasyarakat
yang harus diperjuangkan adapun politik sebagai teknik adalah memilih dan
31Abdul Latif dan Hasbi Ali Politik Hukum Cet- 4 (Bandung Sinar Grafika Offest
2016) hal 8
52
menentukan cara dan sarana untuk mencapai tujuan kehidupan bermasyarakat
yang telah dipilih dan ditentukan oleh politik sebagai sebagai etik tersebut
Seperti diketahui hingga kini belum ada satu perumusan pengertian hukum
yang diterima umum karena tidak mungkin memberikan pengertian tentang
hukum yang sungguh-sungguh dapat memadai atau memuaskan sesuai
kenyataan apa yang ditulis oleh immanuel kant lebih dari 175 tahun yang lalu
noch suchen die juristen eine definition zuihrem begriffe von rech masih tetap
berlaku hampir semua ahli hukum yang memberikan definisi tentang hukum
memberikannya berlainan ini setidak-tidaknya untuk sebagaian dapat
diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebesaran hukum hukum
banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin orang
menjatuhkannya dalam satu rumusan secara memuaskan
Deskripsi atau rumusan tentang politik hukum yang digambarkan melalui
beberapa pandangan ahli hukum antara lain
a Padmo Wahjono bahwa politik hukum sebagai kebijakan dasar yang
menentukan arah bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk (Padmo
Wahjono 1986 160) definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian
dilengkapi dengan sebuah artikelnya dimajalah forum keadilan yang berjudul
ldquomenyelisik proses terbentuknya perundang-undanganrdquo Dalam artikel
tersebut Padmo Wahjono mengatakan bahwa politik hukum adalah kebijakan
penyelenggara negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu dalam hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan
53
dengan pembentukan hukum penerapan hukum dan penegakannya sendiri
(padmo wahjono 1991 65)32
a William Zevenbergen politik hukum menjawab pertanyaan peraturan-peraturan
hukum mana yang patut untuk dijadikan hukum
b Bellefroid politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus
diadakan pada hukum yang ada sekarang supaya dapat memenuhi syarat-syarat
baru dari hidup kemasyarakatan
c Surojo Wignyodipuro politik hukum menyelidiki perubahan-perubahan apa
yang harus diadakan dalam hukum sekarang supaya menjadi lebih sesuai dengan
perasaan hukum yang ada pada masyarakat
Berdasarkan pengertian politik hukum dari bellefriod dan pengertian dua
istilah tersebut di atas yakni politik dan hukum dapatlah kiranya disimpulkan
bahwa politik hukum adalah bagian dari ilmu hukum yang menelaah perubahan
ketentuan hukum yang berlaku dengan memilih dan menentukan ketentuan hukum
tentang tujuan beserta cara dan sarananya untuk mencapai tujuan tersebut dalam
memenuhi perubahan kehidupan masyarakat sebagai hukum yang dicita-citakan
(ius constituendum)
32 Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum Pertanggung
jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan Negara Pasca reformasi
ldquoYustisia Vol4 No 1 (Januari 2015) hlm 118
54
BAB III
ASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
Pasal 4
Yang dapat dipilih menjadi Kepala Desa adalah penduduk Desa Warga negara
Indonesia yang
a Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c Berkelakuan baik jujur adil cerdas dan berwibawa
d tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam sesuatu kegiatan yang
mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 seperti G30SPKI dan atau kegiatan-kegiatan
organisasi terlarang lainnya
e tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai
kekuatan pasti
f tidak sedang menjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan pasti karena tindak pidana yang
dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5
Pasal 5
a Kepala Desa dipilih secara langsung umum bebas dan rahasia oleh
penduduk Desa Warga negara Indonesia yang telah berumur sekurang-
kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telahpernah kawin
55
b Syarat-syarat lain mengenai pemilih serta tata cara pencalonan dan
pemilihan Kepala Desa diatur dengan Peraturan Daerah sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
c Peraturan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) baru berlaku sesudah ada
pengesahan dari pejabat yang berwenang
Pasal 7
Masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (delapan) tahun terhitung sejak
tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya
Pasal 9
Kepala Desa berhenti atau diberhentikan oleh pejabat yang berwenang
mengangkat karena
a meninggal dunia
b atas permintaan sendiri
c berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Kepala Desa yang baru
d tidak lagi memenuhi syarat yang dimaksud dalam Pasal 4 Undang-undang ini
e melanggar sumpahjanji yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-undang
ini
f melanggar larangan bagi Kepala Desa yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang-
undang ini
g sebab-sebab lain
56
Pasal 32
a Kerjasama antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
b Perselisihan antar Desa antar Kelurahan dan antara Desa dengan Kelurahan
penyelesaiannya diatur oleh pejabat tingkat atas yang bersangkutan
B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Pasal 33
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan
a Warga Negara Republik Indonesia
b Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika
d Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat
e Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar
f Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
g terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di Desa setempat paling
kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran
hTidak sedang menjalani hukuman pidana penjara
i Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
57
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur
dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan
sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang
j Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
k Berbadan sehat
l Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan dan
m Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah
Pasal 35
Penduduk Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang pada
hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudahpernah menikah ditetapkan sebagai pemilih
Pasal 39
(1)Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-
turut
Pasal 40
Kepala Desa berhenti karena
a Meninggal dunia
58
b Permintaan sendiri
c Diberhentikan
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena
a berakhir masa jabatannya
b tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
c tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa
d melanggar larangan sebagai Kepala Desa
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh BupatiWalikota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 92
(1) Kerja sama antar Desa meliputi
a pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing
b kegiatan kemasyarakatan pelayanan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat antar Desa
c Bidang keamanan dan ketertiban
(2) Kerja sama antar-Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
melalui kesepakatan musyawarah antar Desa
(3) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar Desa yang
59
dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa
(4) Musyawarah antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal
yang berkaitan dengan
a pembentukan lembaga antar Desa
b pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar Desa
c perencanaan pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan antar-Desa
d pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa antar-Desa dan Kawasan
Perdesaan
e masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada
f kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa
(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa badan kerja sama antar- Desa
dapat membentuk kelompoklembaga sesuai dengan kebutuhan
(6) Dalam pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih
Analisis dari Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang
Berkembang Dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan
Desa dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah karena Undang-undang
Nomor 5 tahun 1979 itu banyak pemerintah pusat dan daerah masih ikut campur
dalam pemerintahan desa beda sama Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
pemerintahan desa itu mengurus pemerintahan desa itu sendiri tanpa ikut campur
urusan pemerintah desa tetapi pemerintah daerah memantau apakah berjalan
sesuai Undang-undang tersebut atau tidak dalam hal kepemimpinan desa
60
Undang-undang Desa membatasi masa jabatan kepala desa mengurangi
kekuasaannya sekaligus menetapkan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
desa oleh kepala desa dan perangkat desa33 Legitimasi politik kepala desa
bukanlah dari pemerintah melainkan dari rakyat yang memberikan mandat secara
langsung melalui proses pemilihan
Hadist tentang pemimpin dilarang bersikap otoriter
Aidz bin amru ra ketika ia masuk kepada ubaidillah bin zijad berkata hai
anakku saya telah mendengar rasulullah saw bersabda sesungguhnya sejahat-
jahat pemerintah yaitu yang kejam (otoriter) maka janganlah kau tergolong
daripada mereka (HR Buchary Muslim)
33 Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam Upaya
Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria Kritis Jurnal Sosiologi
Vol 21 No 1 (Januari 2016) hlm 1-33
61
BAB IV
KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM
PEEMERINTAHAN DESA
A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
Penerapan Undang Undang No 5 Tahun 1979 sangat berdampak pada
pemerintahan Desa baik dampak positif maupun negatif Meski sejauh ini
dampak negatif lah yang paling terlihat Pelaksanaan Undang-undang tersebut
melemahkan atau menghapus unsur unsur demokrasi demi keseragaman bentuk
dan susunan pemerintahan desa Demokrasi yang diimpikan tidak lebih hanya
sekedar slogan dalam retorika pelipu lara Segala persoalan tidak lagi diselesaikan
dalam musyawarah adapun musyawarah hanya antar pejabat elit dan pejabat ndash
pejabat kecil seperti kepala desa hanya tinggal menjalankan apa yang telah
disepakati para petingginya
Pemerintahan desa sulit berkembang sulit berkembang dengan efektif
kebanyakan desa dililit serba keterbatasan Akibat kondisi yang serba terbatas itu
sulit untuk merencakan dan melaksanakan pembangunan desa apalagi
pembangunan yang berstandar kepada partisipasi masyarakat Kesulitan ini timbul
bukan saja karena keterbatasan kemampuan kepala desa menjangkau
kepemimpinan masyarakat yang berada ditingkat nagari tetapi juga disebabkan
terbatasnya sumber daya alam dan manusia dari masing- masing desa
Pada tahun 1983 nagari Ujung Gading menjadi salah satu nagari yang juga
berubah keperintahannya dari pemerintahan nagari menjadi pemerintahan desa
Nagari yang memang mempunyai beragam adat istiadat itupun ikut merasakan
62
dampak negative dari penerapan UU No 5 Tahun 1979 tersebut Walaupun
banyak desa-desa di Sumatra Barat pada zaman Orde Baru yang tidak
memberdayakan adat tetapi berbeda halnya dengan di Ujung Gading Kabupaten
Pasaman Barat Pucuk Adat sangat berperan dalam masyarakat
Sebelum diberlakukannya UU No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat selain
berfungsi sebagai Penengah diantara budaya dan adat yang berlaku di Ujung
Gading karena terdapat beberapa etnis bangsa yang tinggal disana juga sebagai
orang yang bertugas sebagai orang yang mengurus tanah wilayat mengatur aset-
aset adat dan nagari juga mengurus sengketa sako dan pusako Setelah penerapan
Undang-undang No 5 Tahun 1979 Pucuk Adat di Nagari Ujung Gading hanya
bertugas pengaturan aset ndash aset adat dan penguasaan tanah wilayat Selain itu
sistem musyawarah bersama juga menghilang selama penerapan UU No 5 Tahun
1979 musyawarah hanya dilakukan oleh pejabat ndash pejabat tinggi desa dan
seringkali tidak sejalan dengan KAN sehingga sangat dirasakan berukurangnya
pemahaman adat dalam masyarakat
Campur Tangan pemerintahan pusat dalam pemerintahan desa sangat
terlihat jelas sekali Kuatnya Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto dengan
kekuasaannya yang bersifat Otoraksi tidak bisa dipungkiri Pemerintah pusat
selalu ikut campur dalam urusan pemerintahan desa Bentuk ikut campur
pemerintahan terlihat pada salah satu usaha pemerintah untuk mengadakan Pekan
Orientasi Lembaga Musyawarah Desa melalui instruksi Menteri pada Negri
Nomor 41124059 pada tahun 1988 Pekan orientasi ini dilaksanakan dengan
alasan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
63
Pada dasarnya kebijakan ndash kebijakan pemerintahan dari tingkat pusat
sampai tingkat daerah telah diatur sedetail mungkin oleh pemerintahan Orde Baru
Pemerintahan terendah seperi desa Cuma tinggal menerapkan ketetapan ndash
ketetapan yangtelah dibuat oleh para elit politik Sehingga kebijakna ndashkebijakan
dan permasalahan yang bias diputuskan oleh LMD atau kepala desa cuma
permasalahn ndash permaslahan yang sifatnya tidak strategis serta bagaimana praktek
pelaksanaannya kebijakan ndashkebijakan yang sudah digariskan dari atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (lokal government) melainkan beriorentasi pada pembentukan
pemerintahan pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat
dilihat dengan begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif)
64
dari pada devolusi (desentralisasi politik) dalam UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang
pemerintahan desa
Ketentuan pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga undang -undang dasar
1945 Bahwa rdquonegara indonesia adalah negara hukumrdquo membawa konsekuensi 3
(tiga) prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara yaitu
supremasi hukum kesetaraan di hadapan hukum dan penegakan hukum dengan
cara-cara yang tidak betentangan dengan hukum34
Negara hukum (rule of law) yang dimaksud di sini adalah mewujudkan
negara hukum yang demokratis (democratic rule of law) atau mewujudkan
supremasi hukum yang demokratis (democratic rule of law) dan pemerintahan
yang bersih hal ini ditegaskan oleh mas achmad santosa bahwa kalimat
rdquosupremasi hukum diartikan bahwa hukum merupakan landasan berpijak bagi
seluruh penyelenggara negara sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan sesuai aturan yang telah ditetapkanrdquo adalah kalimat yang dapat
menjebak pada pengertian bahwa hukum sudah taken for granted berkeadilan dan
demokratis Dalam kenyataannya hukum seringkali dijadikan alat penguasa untuk
memperkuat atau memperkokoh kekuatan yang sedang berlangsung (status quo)
Oleh karena itu program pembentukan hukum lewat pembentukan
peraturan perundang-undangan harus melalui proses yang benar dengan
memperhatikan tertib perundang-undangan serta asas umum peraturan
perundang-undangan yang baik keseluruhan upaya untuk mewujudkan supremasi
hukum yang demokratis dan pemerintahan yang bersih harus didasarkan prinsip-
34 Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal Konstitusi Vol
1 No 1 (September 2008) Hlm 16
65
prinsip good governance yaitu (1) akuntabilitas (2) keterbukaan dan
tranparansi (3) ketaatan pada hukum (4) partisipasi masyarakat dan (5)
komitmen mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
Dari sistem pemerintahan orde lama yang awalnya demokrasi kemudian
berubah menjadi otoriter dan pemerintahan orde baru yang otoriter yang
selanjutnya digantikan oleh orde reformasi yang demokratis
Pasang surut ini tidak terlepas dari gaya kepemimpinan dalam mengambil
kebijakan sebagaimana dikatakan oleh Mahfud MD konfigurasi politik yang
demokratis akan melahirkan produk hukum yang berkarakter responsive atau
otonom sedangkan konfigurasi politik yang otoriter (nondemokratis) akan
melahirkan produk hukum yang berkarakter konservatif atau ortodoks atau
menindas
Pasca runtuhnya soekarno dengan orde lamanya maka dimualailah
pemerintahan baru dibawah kepemimpinan Jenderal Soeharto yang biasa disebut
dengan orde baru Melalui tap MPRS No XXIMPRS1966 digariskan politik
hukum otonomi daerah yang seluas-luasnya disertai perintah agar UU No 18
tahun 1965 diubah kembali guna disesuaikan dengan prinsip otonomi yang dianut
oleh tap MPRS tersebut
Dengan kekuatan politiknya yang dominan pemerintah orde baru
kemudian mencabut tap MPRS No XXIMPRS1966 tentang otonomi daerah dan
memasukkan masalah tersebut ke dalam tap MPR No IVMPR1973 tentang
GBHN yang sejauh menyangkut politik hukum otonomi daerah dengan merubah
66
asasnya dari otonomi nyata yang seluas-luasnya menjadi otonomi nyata dan
bertanggung jawab
Ketentuan ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun
1974 dan UU No 5 Tahun 1979 yang melahirkan sentralisasi kekuasaan dan
menumpulkan otonomi daerah Dengan berlakunya Undang-undang ini telah
melahirkan ketidakadilan secara politik dengan menempatkan kedudukan DPRD
sebagai bagian dari pemerintah daerah dan penetapan kepala daerah Juga
ketidakadilan ekonomi dengan banyak kekayaan daerah terserap habis ke pusat
untuk kemudian dijadikan alat operasi dan tawar-menawar politik yang akhirnya
menimbulkan benih-benih korupsi kolusi dan nepotisme (KKN)
Politik hukum pemerintahan desa yang dimaksud disini adalah arah
kebijakan hukum pemerintahan desa secara nasional yakni garis-garis besar
kebijaksanaan hukum yang dianut oleh penyelenggara negara dalam usaha dan
upaya dalam memelihara memperuntukkan mengambil manfaat mengatur dan
mengurus pemerintahan desa beserta masyarakat desa sebagai komunitas yang
mengatur dirinya sendiri
B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95 yang mengatur tentang Desa Orde
Baru adalah melenceng misleading dari norma Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945
yang dijadikan payung konstitusinya UU No 6 2014 khususnya Pasal 1 ndash 95
melenceng karena norma Pasal 18 B ayat (2) memberi mandat kepada Negara
untuk mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
67
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sedangkan yang diatur dalam UU ini adalah kesatuan masyarakat bentukan
Negara di bawah kabupatenkota yang diberi status badan hukum dan diberi tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan atasan Lembaga tersebut bukan kesatuan
masyarakat hukum adat tapi lembaga bentukan Negara melalui UU No 5 1979
juncto
UU No 22 1999 juncto UU No 32 2014 juncto PP No 72 2005
Kesatuan masyarakat hukum adat tidak dibentuk Negara tapi dibentuk oleh
komunitas yang bersangkutan melalui proses panjang puluhan bahkan ratusan
tahun lalu
Adapun UU No 6 2014 khususnya yang mengatur tentang Desa Adat
(Pasal 96-111) adalah sesuai dengan norma Pasal 18 B ayat (2) dengan pengertian
desa adat adalah adat rechtsgemeenschap atau kesatuan masyarakat hukum adat
sebagaimana dimaksud Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 Akan tetapi ada beberapa
pasal yang perlu diluruskan yaitu Pasal 100 ayat (1) Pasal 101 ayat (1) dan Pasal
109 Semua pasal ini bukan mengakui dan menghormati tapi menata kesatuan
masyarakat hukum adat Menata tidak sama dengan mengakui dan menghormati
Dalam perspektif politik hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa adalah buah pergulatan politik yang panjang sekaligus
pergulatan pemikiran untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan kualitas
kehidupan Talik ulur utama perdebatan tentang desa adalah kewenanganya
68
antara tersentralisasi atau desentralisasi35
Terlepas dari pertarungan politik dalam pemilu 2014 dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 masyarakat didesa telah mendapatkan
payung hukum yang lebih kuat dibandingkan pengaturan desa di dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 maupun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Memang tidak dapat dinafikan pandangan sebagai besar masyarakat
terhadap Undang-Undang desa tersebut lebih tertuju kepada alokasi dana desa
yang sangat besar Padahal isi dari Undang-Undang desa tidak hanya mengatur
perihal dana desa tetapi mencangkup hal yang sangat luas tetapi perdebatan di
berbagai media seolah hanya fokus pada nilai besaran anggaran desa
Dengan demikian agar secara operasional Undang-undang Desa dapat
segera dilaksanakan Pemerintah harus segera secepatnya melengkapinya dengan
peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang
tersebut
Di awal tahun 2015 ketika masyarakat desa menuntut untuk segera
diimplementasikannya Undang-undang Desa khususnya Alokasi Dana Desa
seperti yang dijanjikan setiap desa akan mendapatkan Rp 1 miliar Pemerintah
justru bersitegang saling berebut urusan implementasi Undang-undang Desa
antara Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pendayahgunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi karena besaran dana desa mencapai puluhan triliun
pertahun Sehingga masyarakat khawatir kalau persoalan dana desa ini dipolitisasi
35 httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
69
nasib Undang-undang Desa hanya akan indah di atas kertas tetapi tidak bisa
diimplementasikan
Pemerintah pada tanggal 15 Januari 2014 telah menetapkan undang-
undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa Dalam konsideran Undang-undang
tersebut diisampaikan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional
dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan
mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan undang-undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945 36
Dalam perjalanan ketatanegaraan republik indonesia desa telah
berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahirnya Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa yang didukung dengan peraturan pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa dan peraturan pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang dana desa
yang bersumber dari APBN telah memberikan landasan hukum terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan desa pelaksanaan pembangunan desa pembinaan
kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan pancasila
Undang-Undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 negara kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
36Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017 Hlm 45-54
70
Ketatanegaraan republik indonesia desa telah berkembang dalam
berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat
maju mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat
dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil makmur dan sejahtera jika kita pahami dari konstruksi hukum terhadap
struktur pemerintahan desa sebenarnya masih menggunakan konstruksi hukum
yang diterapkan selama ini hal ini dapat kita telusuri dari teks hukum pada Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik
indonesia
Bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan keadilan dan
kekhasan suatu daerah dalam sistem negara kesatuan republik indonesia
Bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah pusat dengan daerah dan antardaerah potensi dan keanekaragaman
daerah serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara
Makna tersebut mengandung pengertian bahwa politik hukum
mengandung dua sisi yang tak terpisahkan yakni sebagai arahan pembuatan
71
hukum atau legal policy lembaga-lembaga negara dalam membentuk hukum dan
sekaligus sebagai alat untuk menilai dan mengkritisi apakah hukum yang dibuat
sudah sesuai atau tidak dengan kerangka pikir legal policy tersebut
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan peraturan
pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang diundangkan pada tanggal 30
Mei 2014 kemudian diterbitkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
(lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157
Tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5717) terjadi
perubahan mendasar landasan yuridis pengaturan tentang desa penyelenggaraan
pemerintahan desa maupun proses legitimasi terhadap unsur-unsur penyelenggara
pemerintahpemerintahan desa yang merupakan landasan operasional
pembentukkan peraturan daerah sebelumnya yakni peraturan pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 tentang desa telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Hal ini dapat diihat pada kerangka pemikiran konstitusionalisme yaitu
pemerintahan berdasarkan konstitusi dimana tercakup konsepsi bahwa secara
sruktural daya jangkau kekuasaan wewenang oraganisasi negara dalam mengatur
pemerintahan hanya pada saampai tingkat kecamatan Artinya secara akademis
semakin mempertegas bahwa organ yang berada di bawah sruktur organisasi
kecamatan dapat diangkap sebagai organ masyakarat dan masyarakat desa dapat
72
disebut sebagai ldquoself geverning communitiesrdquo (pemerintahan sendiri berbasis
komunitas) yang sifatnya otonom
Ketika Undang-Undang tentang pemerintahan desa digulirkan maka pada
tataran empirik merupakan instrumen untuk membangun visi menuju kehidupan
baru desa yang mandiri demokratis dan sejahtera Artinya kemandirian desa
bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya sendiri kemandirian desa
tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik tetapi juga terkait dengan dimensi
keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan pusat dan daerah yang seimbang
Dicabutnya peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa
maka seluruh peraturan daerah yang berhubungan dengan desa yang merupakan
amanat peraturan pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa perlu
disesuaikan dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
sekarang ini sebagai konsekuensinya pemerintah daerah berkewajiban untuk
membentuk beberapa peraturan daerah yang merupakan amanat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya adalah peraturan
daerah tentang perangkat desa
Keberadaan peraturan perudang-undangan tersebut di atas memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyelenggaraan pemerintahan desa oleh karena
itu saat ini desa menjadi primadona dan menjadi fokus perhatian setelah terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 karena desa adalah basis terkecil sebuah
demokrasi asli
73
Politik Hukum UndangndashUndang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan
penguatan hak ulayat sebagai kajian hukum dan keadilan terhadap status
masyarakat hukum adat sebagai legal standing dan hak-hak konstitusionalnya
memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait konsepsi hukum keadilan dan
masyarakat hukum adat
Politik hukum pengaturan tentang desa dan kedudukannya berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yaitu 37
1 Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan
dihormati oleh nkri penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala
desa bersama bpd undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat
khusus atau yang beristimewa
2 Kedudukan desa didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 desa
berkedudukan di kabupatenkota sebagai bagian dari pemerintah daerah
penyelenggaraan pemerintahan skala desa dimana pemerintahannya desa
37 Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa
74
dijalankan oleh kepala desa dan bpd dan perangkat desa desa dapat
mengeluarkan peraturan desa selama tidak bertentangan dengan undang-
undang yang ada di atasnya
Analisis dari Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 itu adalah Terkait dengan kedudukannya sebagai
pemerintahan terendah di bawah kekuasaan pemerintahan kecamatan maka
keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari pihak Kecamatan Dengan demikian masyarakat dan Pemeritahan
Desa tidak memiliki kewenangan yang leluasa dalam mengatur dan mengelola
wilayahnya sendiri Ketergantungan dalam bidang pemerintahan administrasi dan
pembangunaan sangat dirasakan ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Namun aturan-aturan yang ada didalam Undang-Undang tersebut
masih kurang memperhatikan realitas masyarakat serta potensi yang dimiliki
desa-desa yang ada di Indonesia akibatnya adalah terdapat peraturan-
peraturan yang tidak sesuai yang kemudian menjadi kelemahan Undang-
Undang Desa untuk dapat merealisasikan kemandirian desa Selain kelemahan
yang dimiliki Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tumpang tindih
kebijakan pengaturan antara peraturan Undang- Undang Desa dengan
Peraturan Pemerintah juga menjadi penyebab semakin sulitnya upaya untuk
kemandirian desa terlebih peran pemerintah daerah yang secara struktur
ketatanegaraan menaungi desa- desa tidak berperan maksimal dalam
memberikan sosialisasi dan menjadi pendamping yang baik
75
Beberapa kelebihan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah penjelasan Pasal 72 Ayat 2 tentang Dana Desa (DD)38 Alasan
anggaran menjadi salah satu kelebihan pada Undang-Undang desa adalah
selisih jumlah yang signifikan antara dana desa dengan jumlah alokasi dana
desa (ADD) Kebijakan anggaran tersebut telah membuka ruang yang lebih
luas bagi desa untuk mewujudkan kemandirian desa
Maka kelebihan Undang-Undang Desa yang paling terlihat adalah
telah adanya dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia Dengan
andanya dasar hukum yang jelas dan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan desa maka akan tercipta kemandirian desa seperti yang
diharapkan hal ini dikarenakan desa memiliki kekuatan hukum sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dari kewenangan yang diberikan oleh Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 selain itu beberapa kelebihan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini mampu menutupi kelemahan yang
ada dalam Undang- Undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah untuk
mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar dalam
implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir kelemahan
dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan kelebihan
yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
38 httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desahtml di akses
pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
76
BAB V
A Kesimpulan
1 Aspek-Aspek Politik Hukum Pemerintahan Desa Yang Berkembang Dari
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
Terkait dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan maka keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan berdasarkan persetujuan dari pihak Kecamatan
Dengan demikian masyarakat dan Pemeritnahan Desa tidak memiliki kewenangan
yang leluasa dalam mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri Ketergantungan
dalam bidang pemerintahan administrasi dan pembangunaan sangat dirasakan
ketika UU No 51979 ini dilaksanakan
Pada masa ini Desa tidak mendapatkan kebebasan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Melalui perangkat peraturan perundang-
undangan Desa diperlemah karena beberapa penghasilan dan hak ulayatnya
diambil Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
melakukan unifikasi bentuk-bentuk dan susunan Pemerintahan Desa dengan cara
melemahkan atau menghapuskan banyak unsur demokrasi lokal HAW Widjaja
menyatakan apa yang terjadi ldquodemokrasi tidak lebih dari sekadar impian dan
slogan dalam retorika pelipur larardquo
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa saat itu
menjadi faktor yang menjelaskan kebangkrutan desa dan masyarakat adat
Regulasi mengubah relasi kuasa pengelolaan sumber daya desa dalam kendali
77
negara Marginalisasi desa menjadi cerita suram yang mengisi sejarah lokalitas
saat itu Salah satu bentuk tekanan politik yang menonjol terhadap desa dalam
konteks pemerintahan Orde baru melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang pemerintahan desa adalah menyeragamkan kelembagaan
desa
Desa secara yuridis menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 bukan
daerah otonom dan bukan pula daerah administratif Ketentuan itu tentu berbeda
dengan rumusan desa yang berdasarkan asal-usulnya merupakan daerah otonom
sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 1945 Pasal 18 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1979 merupakan instrument untuk memperkuat birokratisasi
otoritarianisme sentralisasi dan pembangunan
Undang-Undang tersebut bukanlah kebijakan yang berorientasi pada
desentralisasi untuk memperkuat otonomi daerah atau membentuk pemerintahan
daerah (government) melainkan beriorentasi pada pembentukan pemerintahan
pusat yang bekerja di daerah (the local state government) Dapat dilihat dengan
begitu kuatnya skema dekonsentrasi (desentralisasi administratif) dari pada
devolusi (desentralisasi politik) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
tentang pemerintahan desa
2 Kendala Dalam Berkembangnya Politik Hukum Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014
Karena kurangnya implementasi dari pemerintah daerah aparatur desa
dalam menjalankan undang-undang tersebut Butuh peran aktif pemerintah
78
untuk mewujudkan kemandirian desa khususnya pemerintah daerah agar
dalam implementasi Undang-Undang desa tersebut dapat meminimalisir
kelemahan dengan membuat Peraturan Daerah sebagai aturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang lebih dapat memaksimalkan
kelebihan yang ada dalam Undang-Undang desa tersebut agar dapat berpotensi
mewujudkan kemandirian desa
Politik hukum pengaturan tentang desa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa kebijakan hukum dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 adalah suatu bentuk penyempurnaan dari Undang-
Undang yang pernah berlaku sebelumnya mengatur tentang desa Dalam hal ini
Undang-Undang desa Nomor 6 Tahun 2014 lebih banyak menampakkan bahwa
desa atau desa adat dapat melakukan penyelenggaraan desa secara luas sesuai
dengan keasliannya berdasarkan asal-usul adat-istiadat yang diakui dan dihormati
oleh NKRI penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh kepala desa
bersama BPD Undang-undang ini sesuai dengan amanat dari uud pasal 18b
bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintah yang bersifat khusus
atau yang beristimewa
79
B Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terkait penelitian ini sebagai berikut
1 Kepada Pemerintah Daerah Provinsi KabupatenKota diharapkan benar-
benar memperhatikan kondisi desa yang memiliki karakteristik pemerintahan adat
dan dapat merealisasikan konsep desa adat di daerahnya sesuai dengan perintah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sekaligus melakukan
pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap pelaksanaan tugas yang
dijalankan oleh masing-masing desa
Kepada Lembaga-Lembaga adat para akademisi yang ada di daerah agar
lebih berperan aktif untuk memberikan masukan dan saran kepada pemerintah
daerah dalam menata sistem pemerintahan desa terutama model desa adat yang
relevan dengan perkembangan zaman
2 Diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat desa untuk memberi
tanggapan atas informasi laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintahan desa Karena dengan adanya tanggapan dari masyarakat dapat
dijadikan evaluasi untuk pelaksanaan penyelenggaraan dan pembangunan desa ke
depannya Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa diperlukan juga
pembukuan secara transparansi mengenai anggaran yang akan di pakai dalam
proses pelaksanaan penyelenggaraan desa
3 KabKota meski tidak menjadi pemerintahan diatas dari Desa namun
Desa tetap melakukan laporan pertanggung jawaban mengenai penyelenggaraan
desanya kepada KabKota dalam hal itu KabKota mesti selalu mengevaluasi
80
setiap laporan pertanggung jawaban tersebut agar dapat dijadikan evaluasi untuk
pelaksanaan pertanggungjawaban pemerintahan desa di tahun berikutnya
81
DAFTAR PUSTAKA
A Literatur
Afan Gaffar Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi Cet Ke 5
(Yogyakarta Pustaka Pelajar 2005)
EUtrech Saleh Djindang Moh Pengantar Dalam Hukum Indonesia
Cet Ke-11 Jakarta Pustaka Sinar Harapan1983
JSuyuthi Pulungan Fiqih Siyasah Cet ke-5 (Jakarta PT Raja Grafindo Persada)
Hartinis Yamin Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif
dan Kuantitatif
Hadari na wawi Metode Penelitian Bidang Sosial (Jakarta Gadjah mada
university press 1993)
Inu Kencana Syafiie Ilmu Politik (Jakarta PT Rineka Cipta 1997)
Inu Kencana Syafiie dan Azhari Sistem Politik Indonesia (Bandung PT
Refika Aditama 2012)
Miriam Budiardjo Dasar-Dasar Ilmu Politik Cet Ke-26 (Jakarta PT Gramedika
Pustaka Utama 2008)
Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti Teori-teori Politik Dewasa
Cet-1 (Jakarta PT RajaGrafindo Persada 1996)
Mohammad Ali Strategi Penelitian Pendidikan ( Bandung Angkasa
1985)
Moh Mahfud MD Politik Hukum Cet ke-4 (Jakarta PT Raja Grafindo
Persada 2011)
82
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta
1995)
SamidjoPengantar Hukum Indonesia Armico Bandung 1985
Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan rdquoPendekatan Kuantitatif
Kualitatif Dan Rnd Bandung Alfabeta 2010
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Jakarta Pt Raja
Grafindo Persada 2011
Umar Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2011
Soedjono Dirdjosisworo Pengantar Ilmu Hukum Cet- 4(Jakarta PT
Raja Grafindo Persada1994)
Sudarsono Pengantar Ilmu Hukum Cet Ke-2 (Jakarta PT Rineka Cipta 1995)
Widjaya Haw Pemerintahan DesaMarga (Jakarta PT Raja Grafindo Persada
2003)
B Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pemerintahan Desa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa penjelasan mengenai
Desa
83
C Lain-Lain
Afrinikordquo Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa
Asrul ldquoPolitik Hukum Undang ndash Undang Nomor 6 Tahun 2014 Terkait Dengan
Penguatan Hak Ulayat ldquoJurnal Katalogis Vol 5 Nomor 3 Maret 2017
Candra Kusuma Putra Ratih Nur Pratiwi Suwondo ldquoPengelolaan Alokasi
Dana Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pemberdayaan
Masyarakat DesardquoJurnal Administrasi Publik vol I No 6 (Agustus 2012)
CholisinldquoMengembangkan Partisipasi Warga Negara Dalam Memelihara
Dan Mengembangkan Sistem Politik Indonesialdquo Jurnal Civics Vol6 No 1 Juni
2009
Cosmogov Vol3 No1 April 2017
Didik Sukriono ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Di Indonesia ldquoJurnal
Konstitusi Vol 1 No 1 (September 2008)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang
desahtml di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
httprepositoryuinbantenacid13516BAB20IIIpdf
HttpJurnal apapunBlogspotCom201403Teori-Teori-Tujuan-Hukum
Html Diakses Pada Tanggal 4 September 2018 Pukul 1909 Wib
Http SyahrialnamanWordpressCom2012062012
84
HttpFuzudhozBlogspotCom201303Pengertian Hukum Secara Umum
Dan Html Jurnal Administrasi Public (Jap0 Vol 1 No 5 Hal 890-899)
httptidakadaalamatnyablogspotcom201407Undang-Undang-desa
html di akses pada tanggal 14 Februari 2019 pada pukul 0830
Jurnal Administrasi Publik (JAP) Vol1 No5 Hal 890-899
Kritis Jurnal Sosiologi Vol 21 No 1 (Januari 2016)
M Iwan Satriawan ldquoPolitik Hukum Pemerintahan Desa rdquo Fiat Justisia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No 2 (Mei 2013)
Mohamad Sohibuddin Peluang dan Tantangan Undang-undang Dalam
Upaya Demokratisasi Tata Kelola Sumber Daya Alam Desa Perspektif Agraria
Njowito Hamdani Teori Tujuan Hukum (Jakarta Pt Gramedia 1992)
Torang Rudolf Effendi Manurung ldquoPerkembagan Politik Hukum
Pertanggung Jawaban Partai Politik Dalam Pengelolaan Bantuan Keuangan
Negara Pasca Reformasildquo Yustisia Vol4 No 1 Januari 2015
85
CURICULLUM VITAE
A Identitas Diri
Nama SyechfersquoI Muhammad Mabnur
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat tgl Lahir Jambi 04 September 1996
NIM SPI 141877
Alamat
1 Alamat Asal Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
2 Alamat Sekarang Simpang Sungai Duren Rt 10 rw 05 Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi
Provinsi Jambi
Nomor Hp 085264332836
Email Sepri1845gmailcom
Nama Ayah Basral
Nama Ibu Marhenti
B Riwayat Pendidikan
a SD Negeri 73IX Jambi Luar Kota Tahun 2008
b SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2011
c SMA Negeri 1 Muaro Jambi Tahun 2014
- POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA (STUDI KOMPARATIF ANTARA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1979 TENTANG PEMERINTAHAN DESA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA)
- PERNYATAAN KEASLIAN
- PERSETUJUAN PEMBIMBING
- PENGESAHAN SKRIPSI
- MOTTO
- PERSEMBAHAN
- ABSTRAK
- KATA PENGANTAR
- DAFTAR ISI
- PEDOMAN TRANSLITERASI
- DAFTAR SINGKATAN
- BAB IPENDAHULUAN
-
- A Latar Belakang Masalah
- B Rumusan Masalah
- C Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- D Batasan Masalah
- E Kerangka Teori
- F Tinjauan Pustaka
- G Metode Penelitian
-
- BAB IIGAMBARAN UMUM POLITIK DAN HUKUM
-
- A Politik
- B Hukum
-
- BAB IIIASPEK-ASPEK POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
-
- BAB IV KENDALA DALAM BERKEMBANGNYA POLITIK HUKUM PEEMERINTAHAN DESA
-
- A Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979
- B Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
-
- BAB V
-
- A Kesimpulan
- B Saran
-
- DAFTAR PUSTAKA
- CURICULLUM VITAE
-