pola pengobatan demam berdarah dengue pada pasien anak … · 4 tabel 1. karakteristik pasien dbd...
TRANSCRIPT
i
POLA PENGOBATAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN
ANAK DI INTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN YOGYAKARTA
PERIODE 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Rachmaniati Kurnia Sari
NIM : 118114050
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk Allah SWT sumber segala berkat dan
kekuatanku
My Family Mama, Bapak, Suamiku yang selalu mendoakanku..
Sahabat-sahabatku dan Almamaterku yang selalu kubanggakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat
Nya yang begitu luar biasa, sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Anak Di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas berkat-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini
2. Bapak, Ibu, Kakak, Sahabat, dan Suamiku yang senantiasa mencurahkan
kasih sayang dan dorongan semangat terutama selama proses studi dan
penyusunan skripsi ini
3. Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
4. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan dorongan,
serta saran dari awal hingga akhir penyusunan skripsi
5. Ibu Putu Christasani, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, dorongan serta saran demi terselesaikannya
skripsi ini
6. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK.
Sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang
membangun
7. Pemerintah Kabupaten Sleman, BAPPEDA, RSUD Sleman, dan Komisi
Etik Universitas Kedokteran Duta Wacana yang telah memberikan izin
sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.
8. Teman-teman FKK A 2011 dan FKK A 2013, terima kasih atas
kebersamaannya dan pengalaman yang tak terlupakan selama berproses di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
ABSTRAK .................................................................................................. xii
ABSTRACT .................................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ............................................................................ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 3
KESIMPULAN ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12
LAMPIRAN ................................................................................................ 14
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Pasien DBD Anak……………………………… 4
Tabel II. Pola Pengobatan Pasien DBD Anak…………………………. 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian………………………………............. 14
Lampiran 2. Surat Ethical Clearence………………………………….. ...... 15
Lampiran 3. Surat Izin BAPPEDA Sleman……………………………… 16
Lampiran 4. Form Data Pola Pengobatan……………………………… 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
dapat menimbulkan wabah. Sering terjadi kesalahan antara penyakit DBD dengan
penyakit lain seperti flu atau tifoid. Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi Virus
Dengue yang menyebabkan DBD bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola
pengobatan pasien DBD anak di instalasi rawat inap RSUD Sleman Yogyakarta
periode 2016. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada
pola pengobatan pasien DBD anak. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan
pada pasien anak 0-12 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di
RSUD Sleman Yogyakarta periode 2016. Terdapat 30 kasus yang memenuhi
kriteria inklusi. Hasil penelitian obat yang paling banyak digunakan adalah cairan
rehidrasi yakni Ringer Laktat (100%) dan analgesik-antipiretik yakni Paracetamol
(100%). Pada hasil data penelitian terdapat adanya duplikasi jenis obat analgesik-
antipiretik. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan
paracetamol sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.
Kata kunci : Pola Pengobatan, Demam Berdarah Dengue, Pasien Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
Dengue fever is one the of some dangerous and infected illness which
leads to death in a short period and appears to be an epidemic. Dengue fever is
false diagnosed with influenza and tifoid. It is caused by dengue virus infection
that makes dengue fever has a characteristic of asymtomatic and no clear
indication. This research has an aim to describe the representation of the cure
system for pediatric patients in inpatient care facility of regional general hospital
Sleman Yogyakarta period 2016. This research is characterized as descriptive
which is describing on the cure system of dengue fever for pediatric patient. The
data are gotten in a retrospective manner based on the age around 0-12 years old
of the pediatric patients who get diagnosed of dengue fever in inpatient care
facility of regional general hospital Sleman Yogyakarta period 2016. The are 30
cases which appropriate with inclusion criteria and there is a result that the most
used medicine are rehydrated fluid which is lactate ringer (100%) and analgesic-
antipyretic which is paracetamol (100%). The result of this research is there is
duplication of analgesic-antipyretic medicine. This, medical staff need to watch
the use of paracetamol as an analgesic-antipyretic towards dengue fever patients.
Keywords : Prescription Pattern, Dengue Hemorrhagic Fever, Pediatric
Patients
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
dapat menimbulkan wabah. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan
penyakit lain seperti flu atau tifoid. Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi Virus
Dengue (VD) yang menyebabkan DBD bersifat asimtomatik atau tidak jelas
gejalanya (WHO, 2009).
DBD ditemukan pertama kali di Manila Filipina pada tahun 1953 dan
selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya. Pada tahun 2012 di Yogyakarta jumlah
kasus DBD sebanyak 1000 kasus dengan jumlah kematian 2 orang di Kota
Yogyakarta. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki 5 kabupaten, salah
satunya adalah Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman memiliki jumlah kasus
kejadian DBD cukup tinggi di tahun tersebut, dengan an gka kejadian 236 kasus
(Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2012).
Pengobatan DBD hanya bersifat simtomatik dan suportif. Secara
simtomatik yaitu dengan cara memberikan cairan yang cukup. Cairan diberikan
untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi, anoreksia dan
muntah. Pada prinsipnya pengobatan yang utama dan yang terpenting adalah
mengatasi penyakit dasarnya kemudian pertimbangan mengenai pengobatan
simtomatik DBD. Adapun pemantauan yang dilakukan meliputi keadaan umum,
suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, monitoring hematokrit dan trombosit
(Kementrian Kesehatan, 2011).
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman.
RSUD Sleman merupakan rumah sakit non pendidikan milik pemerintah
Kabupaten Sleman dengan kategori B yang berlokasi di Jalan Bayangkara No. 48,
Triharjo, Sleman. Angka kejadian DBD di RSUD Sleman termasuk 10 besar
penyakit rawat inap tahun 2014 sebanyak 250 kasus dan sebanyak 125 kasus
pasien DBD pada kelompok anak dengan rentang usia 0-12 tahun (Dinkes
Sleman, 2015). Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan mendeskripsikan pola penggobatan DBD pada pasien anak di Instalasi Rawat
Inap RSUD Sleman Yogyakarta periode 2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini non ekperimental, dengan rancangan penelitian deskriptif
evaluatif yang bersifat retrospektif. Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran
pengobatan yang diterima pasien dengan diagnosis DBD di RSUD Sleman
Yogyakarta pada periode 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus
2017 di RSUD Sleman. Sampel penelitian yang digunakan adalah rekam medis
pasien anak penderita DBD periode Januari – Desember 2016, yang berasal dari 1
bangsal Cendana. Pengambilan data dilakukan dengan form pola pengobatan yang
berisi data subjektif, objektif, dan terapi yang diterima pasien.
Subjek penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dengan rentang umur
0-12 tahun, klasifikasi umur menggunakan acuan WHO 2012 dan positif
terdiagnosa DBD serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah rekam medis yang lengkap dengan hasil pemeriksaan
laboratorium hematokrit dan trombosit yang menjalani perawatan di Instalasi
Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta tahun 2016. Kriteria eksklusi dari
penelitian ini adalah pasien yang memiliki penyakit lain (komorbiditas). Jumlah
subjek penelitian minimal sebesar 30 (Sutedjo, 2008).
Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin data rekam medik pada
lembar form pengambilan data penelitian. Lembar form kemudian divalidasi oleh
pembimbing sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk
mencatat yang benar-benar dibutuhkan. Terdapat populasi kasus sebanyak 45
kasus rawat inap RSUD Sleman periode 2016. Kasus yang tidak dimasukan dalam
penelitian sebanyak 15 kasus, karena pasien menderita ISK sebnyak 8 pasien dan
ISPA sebanyak 7 pasien. Jadi, total kasus yang dianalisis sejumlah 30 kasus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Data yang diperoleh diolah dalam bentuk deskriptif meliputi karateristik
pasien dan pola pengobatan yang ditampilkan dalam bentuk tabel.
Karakteristik pasien dilakukan dengan penggambaran umum dari pasien
DBD dewasa meliputi jenis kelamin, lama perawatan, dan usia. Gambaran pola
pengobatan dilakukan dengan mendeskripsikan pengobatan yang diberikan pada
pasien anak DBD anak yang meliputi golongan obat, jenis obat, cara pemberian
obat dan bentuk sediaan obat mengacu pada MIMS (2017). Pedoman utama yang
digunakan adalah Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan
Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (2011), dan
Guidelines on Clinical Management of DF dan Guidelines For Diagnosis,
Treatment, Prevention, And Control (WHO, 2009).
% Karakteristik masing-masing = jumlah kasus tiap kategori x 100%
jumlah seluruh kasus
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pasien DBD Anak
Terdapat 45 data RM pasien demam berdarah dengue kelompok anak di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman. Data rekam medis yang masuk dalam kriteria
penelitian sebesar 30 dan digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Jumlah
keseluruhan objek penelitian dalam penelitian ini adalah 30 rekam medik pasien.
Karakteristik pasien dibagi menjadi 3 bagian yakni, umur, jenis kelamin dan lama
perawatan. Karakteristik pasien DBD anak disajikan pada tabel 1. Pasien DBD
anak pada penelitian ini lebih banyak perempuan dibanding laki-laki (53,3%)
menurut Kemenkes (2011), angka kejadian DBD tidak tergantung dari jenis
kelamin yang artinya resiko untuk terkena penyakit DBD untuk perempuan dan
laki-laki hampir sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Anak
Usia menurut WHO (2012) yaitu 0-12, jumlah pasien demam berdarah
dengue paling banyak terjadi pada rentang umur 1-6 tahun dengan total 19 pasien
(63,3%), sedangkan pada umur 7-12 tahun terdapat 11 pasien (36,6%). Tiap
pasien memerlukan lama perawatan yang berbeda-beda. Hal demikian karena
tingkat keparahan penyakit dari masing-masing pasien berbeda-beda. Dari data
yang didapat lama perawatan pasien 4 hari merupakan jumlah paling tinggi
dengan persentase 46,6% kemudian diikuti dengan lama perawatan 7 hari 16,67%
. Menurut WHO (2009), perjalanan penyakit DBD sampai fase penyembuhan
adalah 10 hari.
Pola pengobatan pasien DBD Anak
Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Anak
No Pola
Pengobatan Jenis obat Dosis obat
Harian
Jumlah
(n=30)
%
1 Golongan obat Rehidrasi Ringer laktat 3cc/tiap 1-3
jam
30
(100%)
Analgesik-
antipiretik
Paracetamol 2x1 tablet/hari 33
(110%)
Antiemitik Ondansetron 3x1 ampul/hari
(4mg)
2x1ampul/hari
(4mg)
5
(16,6%)
No Pengolongan
Demografi
Jumlah n= 30 Presentase %
1 Umur 1-6 tahun 19 63,3
7-12 tahun 11 36,6
2 Jenis Kelamin Laki-laki 14 46,6
Perempuan 16 53,3
3 Lama perawatan 2 hari 2 6,6
3 hari 2 6,6
4 hari 14 46,6
5 hari 4 13,3
6 hari 3 10
7 hari 5 16,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Lanjutan
Tabel 2
Domperidon 3x1 cth/hari 2
(6,6%)
Vitamin
Vit B1 3x1 tablet/hari
(300mg)
3 (10%)
Antibiotik Cefriaxon 1x1 vial/hari
(500mg)
tablet/hari
2
(6,6%)
Ampicilin 4x200 mg/hari 2
(6,6%)
Cefotaxime
2x1 vial/hari
(800mg)
tablet/hari
1
(3,3%)
Antitukak Ranitidin 2x1 tablet/hari
(150mg)
2x1 ampul/hari
(20mg)
1
(3,3%)
Antihistamin Cetirizine 1x ½ sendok
teh/hari
(10mg)
2
(6,6%)
Pencahar Dulcolax ® 1x1 suppo
(5mg/hari)
2
(6,6%)
Microlax ® 1x1 enema
(5ml/hari)
2
(6,6%)
Diuretik Furosemid 2x1 ampul/hari
(20mg/2ml)
1x1 tablet/hari
(20mg)
3 (10%)
2 Cara
pemberian
obat
Oral
Rektal
30
(100%)
4
(13,3%)
Parenteral 30
(100%)
3 Bentuk
sediaan
Oral Tablet 30
(100%)
Sirup 13
(43,3%)
Rektal Suppo 3 (10%)
Parenteral Injeksi 9 (30%)
Infus 30
(100%)
*paracetamol n=33 (110%) terdapat duplikasi pada obat paracetamol dengan
pamol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Berdasarkan tabel 2 didapatkan gambaran golongan obat yang digunakan
untuk pasien DBD Anak di instalasi rawat inap RSUD Sleman adalah rehidrasi
sebanyak 30 kasus (100%). Hal ini dikarenakan pada pengobatan DBD anak tidak
ada terapi khusus selain mempertahankan terapi suportif dan terapi cairan secara
bijaksana. Jenis cairan rehidrasi yang diberikan adalah kristaloid yakni ringer
laktat. Dosis pemberian cairan pada pasien DBD anak di RSUD Sleman adalah 3
cc tiap 1-3 jam dengan jumlah 18 tetes permenit. Pemberian dosis ini sudah sesuai
dengan Kemenkes (2004) yakni, pemberian cairan rehidrasi pada anak adalah 3 cc
tiap 3 jam.
A. Golongan dan Jenis Obat
1. Obat rehidrasi
Obat rehidrasi ialah cairan elektrolit yang tersedia dalam bentuk sediaan
infus yang diberikan secara parenteral kepada pasien. Pemberian cairan parenteral
ini bertujuan untuk mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi
normal cairan tubuh, obat ini sangat dibutuhkan bagi penderita mual dan muntah
yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya melalui mulut (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003).
Obat rehidrasi merupakan golongan obat terbanyak yang diberikan pada
pasien anak DBD, karena sebagian besar pasien yang dibawa ke rumah sakit
berada dalam keadaan lemas dan terdapat gejala mual-muntah, dengan demikian
tidak memungkinkan untuk pemberian cairan elektrolit secara oral. Dalam
pemilihan dan jumlah obat rehidrasi disesuaikan dengan kondisi individu pasien,
yaitu disesuaikan dengan derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Dari tabel 2,
dapat dilihat bahwa jenis rehidrasi yang diberikan ialah Ringer laktat dengan
jumlah pasien sebanyak 30 orang (100%) menggunakan cairan rehidrasi.
2. Analgesik-Antipiretik
Analgesik- Antipiretik merupakan obat yang ditunjukan untuk mengobati
demam sekaligus mengurangi rasa nyeri yang menyertai demam. Tujuan
pengobatan demam adalah untuk mengembalikan suhu demam menjadi suhu
normal 36,5ºC. Perlu diperhatikan bahwa pengunaan analgesik-antipiretik hanya
digunakan untuk mengurangi demam dan rasa nyeri, tetapi tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menghilangkan penyebab demam, dalam hal ini penyebab demam ialah infeksi
virus dengue (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa terdapat 3 obat analgesik-antipiretik yang
diberikan yaitu, paracetamol, sanmol, dan pamol. Paracetamol dengan jumlah
pasien 23 orang (76,6%), Sanmol dengan jumlah 1 orang (3,3%) dan Pamol
dengan jumlah pasien 9 orang (30%). Paracetamol merupakan analgesik-
antipiretik yang aman digunakan pada anak-anak dibandingkan golongan
analgesik-antipiretik lainnya. Selain itu, paracetamol cepat diabsorbsi pada
pemberian obat secara oral. Pemberian obat analgesik-antipiretik disini ada
beberapa kasus yang tidak sesuai pemberiannya karena terdapat duplikasi obat
paracetamol dengan sanmol kepada pasien sehingga tidak tepat pemberian dosis
yang diberikan.
3. Antiemetik
Antiemetik diberikan bertujuan untuk menekan rasa mual dan muntah
yang merupakan salah satu gejala DBD. Jenis antiemetik yang diberikan adalah
ondansentron dan domperidon. Obat jenis ondansentron diberikan dalam bentuk
injeksi pada 5 pasien (16,6%) dan jenis obat domperidon diberikan dalam bentuk
sirup pada 2 pasien (6,6%).
4. Vitamin
Vitamin diberikan pada 3 pasien (10%). Pemberian vitamin pada pasien
DBD anak bertujuan untuk terapi suportif yang pada keadaan patologik dibutuhan
makan meningkat. Jenis vitamin yang digunakan pasien ialah Vitamin B1 atau
thiamin diberikan dalam bentuk tunggal. Vitamin B1 sangat penting untuk
pencernaan yang normal dan sebagai koenzim dalam mengubah pati dan gula
menjadi energi dan lemak. Thiamin juga menstimulasi pembentukan eritrosit dan
berfungsi baiknya susunan syaraf (Tjay dan Rahardja, 2002).
5. Antibiotik
Jenis antibiotik yang diberikan ada 3 jenis, yaitu cefriaxon,diberikan pada
2 pasien (6,6%), antibiotik ampicillin diberikan pada 2 pasien (6,6%), dan
antibiotik cefotaxime diberikan pada 1 pasien (3,%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penggunaan antibiotik sebagai terapi pengobatan DBD tidak sesuai, karena
antibiotik berguna untuk menghambat dan mematikan pertumbuhan bakteri,
sedangkan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penggunaan
antibiotik diduga diberikan karena pasien mengalami infeksi sekunder yang
diakibatkan oleh bakteri. Antibiotik juga merupakan obat pembasmi mikroba,
khususnya mikroba yang merugikan manusia, yang dihasilkan oleh suatu mikroba
yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lainnya (Depkes RI,
2004).
6. Antitukak
Obat golongan antitukak diberikan pada 1 pasien (3,3%) antitukak
merupakan zat penghambat sekresi asam. Jenis obat antitukak yang diberikan
ialah ranitidin diberikan dalam bentuk injeksi. Ranitidin merupakan antihistamin
penghambat reseptor H2 (AH2). Ranitidin juga meningkatkan penghambatan
sekresi asam lambung akibat perangsangan obat meskarinik atau gastrin. Ranitidin
digunakan sebagai pengobatan tukak lambung dan duodenum (Wulandari, 2009).
Pada pengobatan DBD pada pasien anak tidak membutuhkan antitukak, namun
dari hasil rekam medis didapat 1 pasien yang menggunakan obat antitukak.
Pemberian antitukak dapat menimbulkan efek samping diantaranya konstipasi,
diare, mual, gangguann pencernaan, pusing, vertigo (Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003).
7. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang digunakan untuk mengobati alergi, namun
pada umumnya penyakit DBD tidak terdapat gejala alergi. Penggunaan
antihistamin dapat menyebabkan efek samping mudah mengantuk (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003) sehingga diharapkan pasiein
lebih banyak untuk beristirahat. Antihistamin yang diberikan pada pengobatan
DBD anak di RSUD Sleman adalah cetirizine. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
antihistamin diberikan pada 2 pasien (6,6%).
Semua antihistamin memberikan manfaat potensial pada terapi alergi nasal
dan mengurangi bersin. Antihistamin oral juga dapat mencegah urtikaria,
gatal,gigitan serangga, serta alergi obat. Antihistamin juga menimbulkan rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kantuk selain untuk mengatasi reaksi alergi yang muncul. Efek samping
antihistamin ini justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di rumah sakit
atau pasien yang perlu banyak tidur (WHO, 2005).
8. Pencahar
Obat golongan pencahar yang diberikan pada penatalaksanaan DBD pada
pasien anak meliputi Microlac Suppo® dan Dulcolax Suppo®. Pemberian obat ini
digunakan untuk mengatasi pasien yang susah buang air besar atau kontipasi.
Microlac Suppo® diberikan pada 2 pasien (6,6%) dan Dulcolax Suppo®
diberikan pada 2 pasien (6,6%).
Dari pengobatan DBD pasien anak di RSUD Sleman terdapat 4 pasien
yang menggunakan obat pencahar. Hal ini tidak sesuai dengan standar pengobatan
yang ada, namun pemberian obat pencahar dalam pengobatan DBD ini sudah
tepat karena pasien mengalami konstipasi yang dikarenakan pasien harus banyak
istirahat selama masa penyembuhan DBD sehingga pasien jarang melakukan
aktivitas seperti berjalan, hal ini yang menyebabkan aktivitas saluran cerna
menjadi sedikit terganggu dan menyebabkan susah buang air besar (WHO, 2005).
9. Diuretik
Diuretik diberikan pada 3 pasien (10%). Jenis diuretik yang diberikan
adalah Furosemid, pemberian diuretik pada pasien ada secara oral dan parenteral.
Furosemid atau lasix adalah golongan diuretik kuat. Pada DBD, penggunaan
dengan furosemid perlu dipertimbangkan apabila pasien mengalami kelebihan
beban cairan. Kelebihan beban cairan ini ditandai dengan edema paru, vena leher
tegang, pembesaran hati yang cepat, dan frekuensi jantung lebih dari 120 x/menit.
Bila terjadi hal demikian, terapi intravena harus segera dihentikan dan diberikan
furosemide (Kalayanarooj, 2011).
B. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat pada pasien anak DBD meliputi cara pemberian obat
secara oral, parenteral, dan secara rektal. Pemberian obat secara oral merupakan
cara pemberian obat yang paling mudah dan efisien karena lebih mudah
digunakan dibandingkan penggunaan obat secara parenteral (Sutedjo, 2008). Dari
hasil penelitian yang didapat pemberian obat secara oral diberikan pada 30 pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(100%) , dikarenakan anak-anak lebih merasa nyaman menggunakan obat secara
oral dibandingkan dengan pemberian obat melalui injeksi, karena pada umumnya
anak-anak merasa takut bila mendapatkan obat secara injeksi.
Pemberian obat secara parenteral diberikan pada semua pasien anak DBD
dikarenakan pasien DBD membutuhkan terapi suportif berupa cairan rehidrasi
(Ringer laktat pada 30 pasien (100%) dengan tujuan mengatasi kehilangan cairan
plasma. Pemberian obat secara rektal pada pengobatan DBD diberikan pada 4
pasien (13,3%) tujuan pemberian obat secara rektal ialah untuk mengatasi
terjadinya konstipasi yang terjadi selama pasien menjalani perawatan, dikarenakan
selama menjalani perawatan pasien jarang melakukan aktivitas seperti berjalan,
hal ini yang menyebabkan aktivitas dari saluran cerna menjadi sedikit terganggu
dan menyebabkan kontipasi.
C. Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan yang diberikan pada pasien anak DBD ada 3 macam yaitu
bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, dan rektal. Bentuk sediaan
oral yang diberikan meliputi tablet dan sirup. Dari hasil penelitian yang dilakukan
bentuk sediaan oral yang paling sering diberikan ialah tablet, namun penggunaan
obat dalam bentuk tablet masih perlu dipertimbangkan lebih lanjut mengingat
pada umumnya anak dengan usia tersebut masih banyak yang mengalami
kesulitan dalam menelan tablet. Sediaan tablet yang harus diberikan pada anak
yang masih kesulitan menelan, selama ini diberikan dengan cara menggerus obat
tersebut terlebih dahulu.
Bentuk sediaan parenteral meliputi injeksi dan infus intravena. Dari hasil
penelitian pada tabel 2 yang didapat bentuk sediaan yang banyak digunakan ialah
bentuk sediaan infus, bentuk sediaan ini diberikan pada semua pasien DBD anak
yang menjalani perawatan, hal ini telah sesuai dengan standar pengobatan
penyakit DBD yang menyebutkan bahwa dasar terapi pengobatan DBD adalah
terapi suportif berupa cairan rehidrasi Ringer laktat dengan tujuan mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat permeabilitas membrane (Soedarmo,
2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
KESIMPULAN
Penelitian mengenai “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada
Pasien Anak di Intalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta periode 2016”
obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer laktat
sebanyak 30 pasien (100%) dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan
Paracetamol sebanyak 33 pasien (110%). Pada hasil data penelitian ada beberapa
kasus penggunaan analgesik-antipiretik terdapat adanya duplikasi atau dua jenis
obat yang sama yang dikonsumsi pasien yaitu paracetamol dengan pamol
sebanyak 3 pasien. Tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan
paracetamol sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD anak.
SARAN
Perlu adanya Standar Pelayanan Medis atau Formularium pengobatan
DBD pada pasien anak yang disepakati untuk memperbaiki jumlah obat dan dosis
pemberian obat yang tepat sehingga dapat memepercepat proses penyembuhan
pada pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Daftar Pustaka
American Pharmacists Association and the National Association of Chain Drug
Stores Foundation, 2001. Medication therapy management in pharmacy
practice: Core elements of an MTM service model (version 2.0), Journal
of the American Pharmacists Association. (3), p.348.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006, Tentang Obat
Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, BPOM Indonesia, Jakarta.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley,P.C., 2012. Pharmaceutical Care Pratice:
The Patient-centered Approach to Medication Management Service. Third
Edition, McGraw-Hill Education, pp.178-179.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 51.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012. Profil Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Yogyakarta, hal.114.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2015, Profil Kesehatan Sleman Tahun 201,
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleamn Tahun 201, Sleman 75-80.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2003, Informatorium Obat
Nasional Indonesia, cetakan kedua, CV. Sagung Seto, Jakarta,
pp.21,26,117,124,148,150,154.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan RI, 2011,
Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Jakarta,
pp.15-20.
Kalayanarooj, S, 2001.Clinical Manifestation and Management Of
Dengue/DHF/DSS, Tropical Medical and Health. (39). Pp. 83-90.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia
2009. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 47.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Modul Pengendalian Demam
Berdarah Dengue. Kemenkes RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, hal.73-75.
MIMS, 2017. Seacrch Drug Information, MIMS (online),
http://www.mims.com/indonesia diakses 20 Oktober 2017.
Sutedjo, A.Y., 2008, Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasinya
Dalam Perawatan, Amara Books, Yogyakarta, pp. 4.
Soedarmo S., P., Tjokonegoro, A., 2008, Demam Berdarah Dengue, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp.60-65.
Tjay, H.T., dan Rahardja,K., 2002, Obat-obat Penting : KHasiat Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan Pertama, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Wulandari,B.,A., 2009. Evaluasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien
Anak Dengue Shock Syndrome (DSS) Di Intalasi Rawat Inap RSUP.DR.
Sardjito Yogyakarta Tahun 2008, Skripsi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
World Health Organization, 2005, Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illness with Limited
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Resources, 2005, diterjemahkan oleh Tim Adaptasi DepkesR.I., Jakarta,
pp.162-167.si Indonesia, Edisi 1, Penerbit WHO Indonesia dengan Depkes
R.I., Jakarta, pp.162-167.
World Health Organization, 2009., Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment,
Prevention, And Control., WHO Press, France, pp. 3-5.
World Health Organization. 2011. Dengue Hemorragic Fever: Dianosis,
Treatment, Prevention and Control. Edisi keempat. Genewa: WHO Press,
9-15.
World Health Organization, 2012., Hanbook For Clinical Management of
Dengue, Edisi keempat, WHO Press, France, pp. 9-27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Lampiran Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Lampiran Surat Ethical Clearence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Lampiran Surat Izin BAPPEDA Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Lampiran Form Data Pola Pengobatan
No No. RM Umur
(th)
JK Diagnosis LP Nama Obat Komposisi Range
Dosis
Bentuk
sediaan
Cara
Pemakaian
1. 301211 1 L DBD 7 Infus RL
Paracetamol
Cefriaxon
Injeksi Ampicillin
Ringer laktat
Paracetamol
Ceftriaxone Na 1 g
Ampicillin
12 tts/menit
100 mg
2x1
4x200 mg
Infus
Tablet
Tablet
Injeksi
Parenteral
Oral
Oral
Parenteral
2. 316719 7 P DBD 5 Infus RL
Paracetamol
Salbutamol
Pamol
Ringer laktat
Paracetamol
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
Paracetamol
15 tts/menit
180 mg
2x1 cth
100 mg
Infus
Tablet
Sirup
Tablet
Parenteral
Oral
Oral
Oral
3. 314541 3 L DBD 6 Infus RL
Paracetamol
Diazepam
Salbutamol
Ringer laktat
Paracetamol
Diazepam
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
20 tts/menit
250 mg
0,5 mg/kg
3x ¾ cth
Infus
Tablet
Tablet
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
Oral
4. 305794 7 L DBD 4 Infus RL Ringer laktat 3 cc/kg bb/ Infus Parenteral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Paracetamol
Paracetamol
jam
260 mg
Tablet
Oral
5. 302040 5 P DBD 5 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
5 cc/kg bb/
jam
150 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
6. 311155 2 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
10 tts/menit
180 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
7. 250017 7 L DBD 5 Infus RL
Paracetamol
Salbutamol
Ringer laktat
Paracetamol
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
18 tts/menit
150 mg
2x1 cth
Infus
Tablet
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
8. 241459 5 L DBD 6 Infus RL
Paracetamol
Salbutamol
Injeksi Ranitidine
Injeksi Ondansentron
Injeksi Furosemid
Ringer laktat
Paracetamol
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
Ranitidine
Ondansetron
Furosemide
30 tts/menit
150 mg
3x1 cth
2x20 mg
3x2 mg
15 mg
Infus
Tablet
Sirup
Injeksi
Injeksi
Injeksi
Parenteral
Oral
Oral
Parenteral
Parenteral
Parenteral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
9. 315139 8 P DBD 2 Infus RL
Pamol
Donperidone
Ringer laktat
Paracetamol
Donperidone
15 cc/kg bb/
jam
250 mg
3x1 cth
Infus
Tablet
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
10. 301323 10 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Injeksi Ondansentron
Ringer laktat
Paracetamol
Ondansetron
15-20 tts/
menit
500 mg
3x4 mg
Infus
Tablet
Injeksi
Parenteral
Oral
Parenteral
11. 315823 4 P DBD 5 Infus RL
Paracetamol
Ambroxol
Injeksi Cefotaxime
Injeksi Lasix
Ringer laktat
Paracetamol
Ambroxol
Cefotaxime
Furosemide
10 tts/menit
180 mg
3x1/2 cth
2x350 mg
2x7,5 mg
Infus
Tablet
Sirup
Injeksi
Injeksi
Parenteral
Oral
Oral
Parenteral
Parenteral
12. 199379 7 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Domperidone
Cetirizine
Ringer laktat
Paracetamol
Domperidone
Cetirizine
18 tts/menit
180 mg
3x1 cth
1x1 cth
Infus
Tablet
Sirup
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
Oral
13. 317670 2 L DBD 3 Infus RL
Ringer laktat
5 cc/kg bb/
jam
Infus
Parenteral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Paracetamol
Cetirizine
Vit B1
Salbutamol
Pamol
Paracetamol
Cetirizine
Vit B1
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
Paracetamol
10 mg/ kg
bb
1x1 cth
1x100 mg
2x1 cth
10 mg/ kg
bb
Tablet
Sirup
Tablet
Sirup
Tablet
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
14. 308221 3 P DBD 2 Infus RL
Pamol
Microlax
Ringer laktat
Paracetamol
Na lauril
10 tts/menit
250 mg
5 ml
Infus
Tablet
Suppo
Parenteral
Oral
Rektal
15. 260400 4 L DBD 7 Infus RL
Pamol
Dulcolax
Injeksi Ampicilin
Ringer laktat
Paracetamol
Bisakodil
Ampicillin
10 tts/menit
180 mg
10 mg
4x350 mg
Infus
Tablet
Suppo
Injeksi
Parenteral
Oral
Rektal
Parenteral
16. 316892 12 L DBD 4 Infus RL
Pamol
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
Paracetamol
6cc/kg bb/
jam
250 mg
400 mg
Infus
Tablet
Tablet
Parenteral
Oral
Oral
17. 312382 6 L DBD 7 Infus RL Ringer laktat 15 tts/menit Infus Parenteral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Salbutamol
Microlax
Cetirizine
Injeksi Cefotaxime
Sucralfate
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
Na lauril
Cetirizine
Cefotaxime
Domperidone
3x3/4 cth
5 ml
1x1 cth
2x800 mg
3x1/2 cth
Sirup
Suppo
Sirup
Injeksi
Sirup
Oral
Rektal
Oral
Parenteral
Oral
18. 183387 5 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
15 tts/menit
170 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
19. 294377 6 L DBD 4 Infus RL
Pamol
Ringer laktat
Paracetamol
15 tts/menit
180 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
20. 182034 5 P DBD 3 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
10 tts/menit
150 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
21. 310226 1 L DBD 6 Infus RL
Paracetamol
Vit B1
Injeksi Ondansentron
Ringer laktat
Paracetamol
Vit B1
Ondansetron
10 tts/menit
10mg/ kg
bb
2x100 mg
Infus
Tablet
Tablet
Injeksi
Parenteral
Oral
Oral
Parenteral
22. 312129 6 L DBD 6 Infus RL
Pamol
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
Paracetamol
12 tts/menit
100 mg
210 mg
Infus
Tablet
Tablet
Parenteral
Oral
Oral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dulcolax Bisakodil 5 mg Suppo Rektal
23. 303201 3 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Salbutamol
Ambroxol
Ringer laktat
Paracetamol
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
Ambroxol
16 tts/menit
150 mg
2x1 cth
2x1 cth
Infus
Tablet
Sirup
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
Oral
24. 302028 9 P DBD 5 Infus RL
Paracetamol
Cefriaxon
Ringer laktat
Paracetamol
Ceftriaxone
25 tts/menit
250 mg
2x1
Infus
Tablet
Tablet
Parenteral
Oral
Oral
25. 316011 3 L DBD 4 Infus RL
Pamol
Ringer laktat
Paracetamol
15 tts/menit
150 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
26. 306957 10 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
20 tts/menit
250 mg
Infus
Tablet
Parenteral
Oral
27. 211521 7 L DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Salbutamol
Ringer laktat
Paracetamol
Salbutamol sulfate
2mg/5ml
18 tts/menit
180 mg
3x 3/4 cth
Infus
Tablet
Sirup
Parenteral
Oral
Oral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
28. 313916 6 P DBD 4 Infus RL
Sanmol
Injeksi Ondansentron
Furosemid
Elkana
Ringer laktat
Paracetamol
Ondansetrone
Furosemide
Vit A, B1, B2, B6,
B12
8 tts/menit
150 mg
2x4 mg
2x1 cth
1x1
Infus
Tablet
Injeksi
Sirup
Tablet
Parenteral
Oral
Parenteral
Oral
Oral
29. 083364 11 P DBD 4 Infus RL
Paracetamol
Injeksi Ondansetron
Ringer laktat
Paracetamol
Ondansetron
25 tts/menit
250 mg
3x1 cth
Infus
Tablet
Injeksi
Parenteral
Oral
Parenteral
30. 312175 1 P DBD 8 Infus RL
Paracetamol
Ringer laktat
Paracetamol
10 tts/menit
10 mg/kg
bb
Infus
Sirup
Parenteral
Oral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Pola Pengobatan Demam
Berdarah Dengue Pada Paisen Anak Di Instalasi Rawat
Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016” ini memiliki
nama lengkap Rachmaniati Kurnia Sari. Penulis lahir di
Balikpapan pada tanggal 29 Desember 1992. Penulis adalah
anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Adhi
Nassam dan Nani Muliyati. Penulis menempuh pendidikan formal di TK
Nasional KPS Balikpapan (1999-2000), SD Nasional KPS Balikpapan
(2001-2006), SMP Nasional KPS Balikpapan (2005-2008), dan SMAN 8
Balikpapan (2007-2010). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh
pendidikan S1, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitian kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI